76
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14
ANALISA PENGARUH PEMBERIAN KREDIT DAN ASET TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI BMT TARUNA SEJAHTERA KABUPATEN SEMARANG Oleh. AGUS PITOYO AMIK JTC Semarang ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian kredit dan asset terhadap pendapatan pedagang kecil yang menjadi nasabah penerima kredit dari BMT Taruna Sejahtera di Karang Jati Kec. Bergas Kabupaten Semarang. Dari BMTTaruna Sejahtera digunakan sebagai sampel penelitian, diperoleh data 40orang pedagang kecil penerima kredit. Analisis jalur digunakan untuk menguji kausalitas yang telah dinyatakan sebelumnya dalam berbagai hubungan sebab akibat. Melalui model jalur akan terlihat ada tidaknya hubungan kausalitas yang dibangun dalam pengujian. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan bahwa kredit berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang, bahwa pendapatan pedagang kecil dipengaruhi oleh pemberian kredit. Dan Aset berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang, bahwa pendapatan pedagang kecil dipengaruhi oleh aset. Kata Kunci : Kredit, Aset, Pedagang Kecil, Pendapatan I. PENDAHULUAN Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya. Demikian pula dengan usaha perdagangan yang dilakukan oleh pedagang kecil. Mereka melakukan suatu usaha perdagangan juga dengan maksud ingin memperoleh pendapatan. Dengan pendapatan tersebut mereka dapat mengembangkan dan menumbuhkan kehidupan usaha perdagangan mereka. Namun demikian, kenyataannya hampir semua pedagang kecil mengalami permasalahan, tak terkecuali pedagang kecil nasabah dari BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Permasalahan yang dihadapi para pedagang kecil tersebut adalah kebanyakan dari usaha perdagangan mereka tidak bisa berkembang dengan baik. Hal ini banyak disebabkan karena kurangnya permodalan yang mereka miliki, dan kebutuhan dana tambahan dari pihak luar baik itu berupa bantuan dari pemerintah maupun kredit pinjaman dari lembaga keuangan (http://www.software602.com/). Permasalahan tersebut sesuai dengan apa yang diidentifikasikan oleh Badan Pusat Statistik (2003) (dalam Endang Sri Winarni, 2006:92) bahwa permasalahan secara umum yang dihadapi oleh pedagang kecil adalah: a. Kurang permodalan b. Kesulitan dalam pemasaran c. Persaingan usaha ketat d. Kesulitan bahan baku e. Kurang teknis produksi dan keahlian f. Keterampilan manajerial kurang g. Kurang pengetahuan manajemen keuangan h. Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundang-undangan). Hasil penelitian kerjasama Kementerian Negara KUKM dengan BPS (2003) menginformasikan bahwa UKM yang mengalami kesulitan usaha 72,47%, sedangkan sisanya 27,53% tidak ada masalah.. Adapun faktor-faktor kesulitan secara terperinci adalah sebagai berikut:
76
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14
77
Tabel 1.1 Faktor-faktor Kesulitan Usaha/Pedagang Kecil Menengah (UKM) Faktor Kesulitan Permodalan Pemasaran Bahan baku Ketenagakerjaan Distribusi transparan Lainnya
Persentase 51,09% 34,72% 8,59% 1,09% 0,22% 3,93%
Sumber: Hasil penelitian Kementerian KUKM dengan BPS (2003) dalam Endang Sri W. (2006:93) Bertitik tolak dari permasalahan tersebut bahwa faktor kesulitan yang paling besar adalah faktor permodalan yakni mencapai 51,09%, maka dalam studi ini hanya akan diteliti permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya permodalan yakni mengenai pemberian kredit dan aset terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang dalam rangka membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan (http://www.software602.com/). Menurut sejumlah penelitian bahwa pemberian/penyaluran kredit dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Goldsmith, 1969; Mc Kinon, 1973; dan Shaw, 1973 dalam Billy Arma P., 2009:3). Artinya dengan pemberian kredit maka usaha perdagangan akan semakin lancar karena pemberian kredit ini dapat menambah modal kerja bagi pedagang kecil. Dengan modal kerja bertambah maka diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka. Aset merupakan manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti atau diperoleh/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian di masa lalu (SAK, 2008:1). Oleh karena itu tersedianya aset yang cukup akan sangat mempengaruhi kelancaran usaha dan keberhasilan usaha. Dengan usaha yang lancar maka diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh pemberian kredit dan aset terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. II. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kredit terhadap pendapatan pedagang kecil nasabah BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui pengaruh aset terhadap pendapatan pedagang kecil nasabah BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. III. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Usaha Kecil Pada umumnya, yang dapat disebut usaha/pedagang kecil adalah mempunyai ciri antara lain sebagai berikut (Endang Sri W., 2006:92): a) Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum berbadan hukum perusahaan, b) Aspek legalitas usaha lemah, c) Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, d) Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan, e) Kualitas manajemen rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha, f) Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi, g) Sumber daya manusia (SDM) terbatas,
78
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14 h) Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik. 2. Pengertian Pendapatan “Pendapatan (Revenue) dapat didefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu usaha. Pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu usaha. Mengingat pentingnya sangat sulit mendefinisikan pendapatan sebagai unsur akuntansi pada dirinya sendiri. Pada dasarnya pendapatan adalah kenaikan laba. Seperti laba pendapatan adalah proses arus penciptaan barang atau jasa oleh suatu usaha selama suatu kurun waktu tertentu. Umumnya, pendapatan dinyatakan dalam satuan moneter (uang)”. (Theodurus M. Tuanakotta dalam buku “Teori Akuntansi”. 2000;152). Pengertian pendapatan adalah salah satu aktiva lancar yang penting, karena menyangkut kegiatan operasi perusahaan. Pendapatan merupakan bagian yang penting baik untuk usaha jasa maupun usaha perdagangan. 3. Pengertian Kredit Secara etimologi istilah kredit adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan (Thomas Suyatno, 1994:15). Dengan demikian seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) pada dasarnya percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa yang akan datang atau dalam waktu yang telah disepakati oleh para pihak akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan. Dalam dunia bisnis, pada umumnya kata kredit diartikan sebagai kesanggupan akan meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang atau jasa, dengan perjanjian akan membayarnya kelak (Badrulzaman, 1978:21 dalam Silvia Eny K., 2007:15). Kredit dalam dunia bisnis mengandung unsur ”meminjam” yang dalam bahasa Inggris disebut ”loan”. Kata ”loan” itu sendiri berarti sesuatu yang dipinjamkan, khususnya sejumlah uang (Thomas Suyatno, 1994:22). Kredit menurut Malayu S.P. Hasibuan (2008:87) adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Sementara itu Undang-undang No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Apabila seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan (Diah Ayu S., 2010:14). Kredit adalah penyerahan sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat itu atas dasar kepercayaan sebagai pengganti sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis yang sepadan dengan yang diharapkan di kemudian hari (Budisantoso, 2005:11). Apabila hal ini dikaitkan dengan kegiatan usaha perdagangan, maka kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berdasarkan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang, dalam hal ini kepada pedagang atau badan usaha adalah berlandaskan kepercayaan (Erni Yuliati, 2011:11). 4. Pengertian Aset Dalam abad ke 16 dan 17 istilah aset dipergunakan untuk menunjukkan stok uang yang akan dipakai untuk membeli komoditi fisik yang kemudian dijual guna memperoleh keuntungan, atau stok komoditi itu sendiri (http://www.software602.com/). Aset merupakan manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti atau diperoleh/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian di masa lalu (SAK, 2008:1).
78
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14
79
Berdasarkan uraian di atas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu obyek dapat disebut aset, yaitu: Manfaat ekonomik yang dapat datang cukup pasti. Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu obyek harus mengandung manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena daya belinya atau daya tukarnya. Selain uang mempunyai manfaat ekonomik, uang dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dapat dipergunakan untuk memproduksi barang dan jasa pula, atau dapat dipergunakan untuk melunasi kewajiban. Dikuasai/dikendalikan entitas. Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu obyek tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai/dikendalikan oleh entitas. Oleh karena itu, konsep penguasaan atau pengendalian lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan di sini berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis atau legal. Timbul akibat transaksi masa lalu. Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria pengakuan obyek sebagai aset. Aset harus timbul akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi. Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Transaksi atau kejadian dimasukkan sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset. Misalnya perubahan tingkat bunga, penyusutan, atau kecelakaan (SAK, 2008:1-2). 5. Kerangka Pemikiran Teoritis Hampir semua usaha/pedagang kecil yang tidak bisa berkembang adalah karena kurangnya permodalan, yakni yang berkaitan dengan pemberian kredit dan aset terhadap pendapatan pedagang kecil. Menurut sejumlah penelitian menyatakan bahwa pemberian/penyaluran kredit dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Goldsmith, 1969; Mc Kinon, 1973; dan Shaw, 1973 dalam Billy Arma P., 2009:3). Artinya dengan pemberian kredit maka usaha perdagangan akan semakin lancar dalam berproduksi. Apabila hal ini dikaitkan dengan pemberian kredit bagi pedagang kecil, maka pemberian kredit ini dapat meningkatkan modal kerja mereka. Dengan modal kerja yang meningkat maka diharapkan pula dapat meningkatkan pendapatan mereka. SMECDA (Small Medium Enterprises & Cooperative Resources Development Agency) pada tahun 2006 menyebutkan bahwa kredit yang diterima UKM baku dan peralatan berpengaruh positif terhadap volume usaha. Handayani (2004) juga melakukan penelitian tentang pengaruh kredit dan aset yang dimiliki terhadap pendapatan usaha. Hasil analisis menunjukkan bahwa kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usaha. Hal ini menggambarkan bahwa adanya kredit sebagai modal atau tambahan modal akan meningkatkan pendapatan usaha. Demikian juga aset. Aset yang dimiliki juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usaha, artinya jika aset yang dimiliki naik maka pendapatan usaha juga akan naik. Hal ini menggambarkan bahwa adanya tambahan aset akan menaikkan pendapatan usaha. Aset sangat penting sekali bagi pedagang kecil, karena aset merupakan modal jangka panjang untuk suatu usaha. Aset merupakan faktor produksi yang penting dalam kegiatan berusaha, karena aset merupakan urat nadi dari usaha. Oleh karena itu tersedianya aset yang cukup akan sangat mempengaruhi kelancaran usaha dan keberhasilan usaha. Dengan usaha yang lancar maka diharapkan pendapatanpun akan semakin meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat model kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut:
80
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14
H1
Pemberian Kredit
Pendapatan Pedagang Kecil Aset H2 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis di atas maka hipotesis yang dirumuskan adalah: H1 Ho: Diduga pemberian kredit tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Ha: Diduga pemberian kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. H2 Ho: Diduga aset tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Ha: Diduga aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. IV. METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel merupakan hal penting dalam penelitian dengan batasan obyek penelitian dan sejauh mana penelitian akan dilaksanakan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kecil nasabah BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang sebanyak 100 orang, selanjutnya diambil sampel sebanyak 40% dari populasi sesuai kebutuhan, dan ini didasarkan pada pendapatnya Sujana (2006:85) bahwa sampel minimal 30 subyek yang mengacu pada perhitungan atau syarat pengujian yang lazim digunakan dalam statistik. Untuk populasi di bawah 100 sebaiknya diambil seluruhnya, sedang bila jumlah populasi lebih dari 100 bisa diambil 10 – 15%, 20 – 25%, atau tergantung kebutuhan.Dari pendapat di atas, pengambilan sampel ditetapkan sebesar 40% dari populasi, yaitu 100 x 40% = 40 orang/responden. 2. Definisi Operasional Variabel a. Pemberian Kredit (X1) adalahpenyerahan sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat itu atas dasar kepercayaan sebagai pengganti sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis yang sepadan dengan yang diharapkan di kemudian hari (Budisantoso, 2005:11), ini diukur dalam nominal rupiah. b. Aset (X2) adalah manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti atau diperoleh/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian di masa lalu (SAK, 2008:1), ini diukur dalam nominal rupiah. c. Pendapatan (Y) adalah penghasilan yang diperoleh dari usaha perdagangan atau balas karya, pendapatan terdiri dari upah, laba usaha, laba perusahaan, sewa atas jasa, penghasilan campuran, dan bunga/balas jasa (Gilarso, 1998:4), ini diukur dalam nominal rupiah. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui data yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogrov-smirnov. Jika nilai Kolmogrov-smirnov lebih besar dari α = 0,05 maka data normal (Ghozali, 2004:112).
80
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14
81
b. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas menunjukkan apakah ada korelasi diantara variabel independen (bebas). Penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas adalah antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna diagnosa secara sederhana terhadap adanya multikolinearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2004:91): - Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah: • Mempunyai angka Tolerance di atas (>) 0,1 • Mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10 - Mengkorelasikan antara variabel independen, apabila memiliki korelasi yang sempurna ( lebih dari 0,5 ), maka terjadi problem multikolinearitas demikian sebaliknya. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti variasi (varians) variabel tidak sama untuk semua pengamatan (Ghozali, 2004:105). Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak random (acak), tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas. Misalnya, heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk residu yang semakin besar jika pengamatan semakin besar. Rata-rata residu akan semakin besar untuk pengamatan variabel bebas (X) yang semakin besar. Dengan adanya heteroskedastisitas, maka: - Penaksir (estimator) yang diperoleh menjadi tidak efisien, hal itu disebabkan variansnya sudah tidak minim lagi (tidak efisien). - Kesalahan baku koefisien regresi akan terpengaruh, sehingga memberikan indikasi yang salah dan koefisien determinasi memperlihatkan daya penjelasan terlalu besar. Adanya heteroskedastisitas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SPREDSID). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SPREDSID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Apabila pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson (DW) dalam tabel Durbin-Watson (d). Pada uji ini disebut tidak terjadi autokorelasi jika hasil uji Durbin Watson (DW) disekitar angka 1,55 – 2,46 (Ghozali, 2004:95). 4. Uji Kelayakan Model Uji kelayakan model ini digunakan untuk menguji layak tidaknya model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan dengan koefisien determinasi (R2) dan Uji F. Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS. Hasil perhitungan adjusted R2 secara keseluruhan digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi linier. Jika adjusted R2 mendekati 1 (satu) maka dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Sebaliknya jika adjusted R2 keseluruhan mendekati 0 (nol)
82
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14 maka semakin lemah variasi variabel bebas (independent) menerangkan variabel terikat (dependent) (Ghozali, 2004:84). Sedangkan untuk Uji F yaitu pengujian yang menguji tingkat signifikansi pemberian kredit dan aset secara bersama-sama terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel, maka model regresi layak digunakan atau model regresi tersebut dapat memprediksi variabel dependennya. Untuk menggunakan F hitung maka menggunakan rumus:
R 2/ k Fhit = [(1 - R 2 ) / (n - k - 1)] Dimana: R2 = jumlah kuadrat regresi k = banyaknya variabel bebas n = banyak subyek Adapun untuk menghitung F tabel maka dapat digunakan rumus: Ftabel = [ k; ( n – k ) ;α ]. Dalam penelitian ini, untuk mengolah data digunakan alat Bantu SPSS. a. Analisis Regresi Linier Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka teknik analisisnya menggunakan analisis regresi dengan program SPSS. Persamaan regresi adalah sebagai berikut ( Ghozali, 2004:84): Y = a + b1X1 + b2X2 +e Keterangan : X1 = Pemberian kredit X2 = Aset Y = Pendapatan b = Koefisien regresi/variabel e = error a = konstanta b. Uji Hipotesis/Uji t Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji t yaitu untuk menguji signifikansi variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan (Ghozali, 2004:84): a. Jika t hitung > t tabel Ho ditolak dan Ha diterima, kalau t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. b. Jika angka signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, jika angka signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. V. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kuesioner yang dibagikan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 angket dan didistribusikan sesuai dengan jumlah pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang yang menjadi responden. Jumlah kuesioner yang dikembalikan ke peneliti sebanyak 40 kuesioner. Dari seluruh kuesioner yang telah diisi lengkap oleh responden yang berjumlah 40 pedagang kecil tersebut adalah layak untuk diolah/dianalisis. Berikut ini adalah deskripsi responden menurut umur dan modal yang dimiliki oleh pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. 1.
Umur Deskripsi responden yang dikelompokan menurut umur dapat dilihat seperti tabel dibawah ini.
82
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14 Umur < 21 th 21-30 > 30 Total
83
Tabel 4.1 Umur Frekuensi Prosentase (%) 8 20% 21 52% 11 28% 40 100%
Sumber: Data primer yang diolah, terlampir
Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata umur pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang adalah antara 21 tahun-30 tahun yakni ada 21 pedagang (52%), di atas umur 30 tahun ada 11 pedagang (28%), dan di bawah umur 21 tahun ada 8 pedagang (20%). 2.
Modal yang dimiliki Deskripsi responden yang dikelompokan menurut modal yang dimiliki oleh pedagang kecil dapat dilihat seperti tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Modal yang dimiliki Umur Frekuensi Prosentase (%) < 5 jt 9 22% 5 jt -10 jt 20 50% > 10 jt 11 28% Total 40 100%
Sumber: Data primer yang diolah, terlampir
Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata modal yang dimiliki oleh pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang adalah antara 5 juta- 10 juta yakni ada 20 pedagang (50%), di atas 10 juta ada 11 pedagang (28%), dan di bawah 5 juta ada 9 pedagang (22%). 3.
Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Untuk mengetahui data yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogrov-smirnov. Jika nilai Kolmogrov-smirnov lebih besar dari Alpha = 0,05 maka data normal. Hasil uji normalitas ini dapat dilihat pada tabel berikut yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
40 a
Normal Parameters
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 2.06149802
Absolute
.109
Positive
.109
Negative
-.090
Kolmogorov-Smirnov Z
.690
Asymp. Sig. (2-tailed)
.728
a. Test distribution is Normal.
84
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14 Dari tabel K-S dapat dilihat bahwa besarnya nilai Kolmogrov-smirnov adalah 0,690 lebih besar dari Alpha = 0,05 maka data tersebut normal. b. Hasil Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas ini adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel independen mempunyai hubungan yang linier dengan variabel independen lain. Dalam penelitian ini multikolinieritas dilihat dengan melalui (1) nilai tolerance (2) nilai variance inflation factor (VIF) yang dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.4 Coefficientsa Unstandardized Coefficients B
Std. Error
9.222
3.450
.510
.232
.502
.217
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
2.673
.011
.320
2.201
.034
.928
1.077
.337
2.314
.026
.928
1.077
a. Dependent Variable: Pendapatan Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai Tolerance dari variabel Pemberian Kredit adalah sebesar 0,928 dan nilai Tolerance dari variabel Aset adalah sebesar 0,928. Ini artinya bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Sedangkan hasil VIF menunjukkan bahwa nilai VIF dari variabel Pemberian Kredit adalah sebesar 1,077 dan nilai VIF dari variabel Aset adalah juga sebesar 1,077. Ini berarti tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model regresi. c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Hasilnya dapat dilihat pada grafik plot di bawah ini: Gambar 4.1
84
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14
85
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai. d. Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai DW dalam tabel DW (d). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.5 Model Summaryb Model
R .523a
1
Adjusted R Square
R Square .274
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
.234
2.09236
1.625
a. Predictors: (Constant), Aset, Pemberian Kredit b. Dependent Variable: Pendapatan Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai Durbin-Watson (d) adalah sebesar 1,625. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel pada signifikansi 5% dengan jumlah sampel 40 dan variabel independen 2 (k = 2), sehingga diperoleh: dl = 1,198 , du = 1,398. Karena nilai du < d < 4-du (1,398 < 1,625 < 4-1,398/2,602), maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif. 4. Hasil Uji Kelayakan Model a. Hasil Uji Koefisien Determinasi Tabel berikut adalah hasil uji Koefisien Determinasi Tabel 4.6 Model Summaryb Model 1
R .523a
R Square
Adjusted R Square
.274
Std. Error of the Estimate
.234
2.09236
a. Predictors: (Constant), Aset, Pemberian Kredit b. Dependent Variable: Pendapatan Dari tabel di atas diperoleh R2 adalah 0,274, sedangkan Adjusted R2 adalah 0,234 hal ini berarti bahwa adjusted R2 lebih dari 0, maka dapat dikatakan model tersebut kuat dalam menerangkan variasi variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Dengan kata lain bahwa pendapatan pedagang kecil dapat dijelaskan oleh variasi dari pemberian kredit dan aset sedang sisanya (100% - 23,4% = 76,6%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. b. Hasil Uji F Uji F ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel, maka model regresi tersebut layak digunakan atau model regresi tersebut dapat memprediksi pendapatan pedagang kecil. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 ANOVAb Model 1
Regression
Sum of Squares
Df
Mean Square
60.990
2
30.495
Residual
161.985
37
4.378
Total
222.975
39
a. Predictors: (Constant), Aset, Pemberian Kredit b. Dependent Variable: Pendapatan
F 6.966
Sig. .003a
86
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14 Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai F hitung adalah sebesar 6,966 dan F tabel (n = 40) sebesar 3,23 dengan probabilitas 0,003<0,05. Karena F hitung > F tabel atau probabilitas jauh lebih kecil daripada 0,05, maka model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi pendapat pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. 5.
Hasil Analisis Regresi Persamaan regresi ini dibentuk dari pengaruh antara variabel Pemberian Kredit dan Aset terhadap Pendapatan Pedagang Kecil. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 9.222
3.450
Pemberian Kredit
.510
.232
Aset
.502
.217
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
2.673
.011
.320
2.201
.034
.337
2.314
.026
a. Dependent Variable: Pendapatan Dari variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi dapat ditulis persamaan regresi: Y = 0,320 X1 + 0,337 X2 = 0,320 (positif), artinya terdapat pengaruh positif antara variabel pemberian b1 kredit terhadap pendapatan pedagang kecil. b2 = 0,337 (positif), artinya terdapat pengaruh positif antara variabel aset terhadap pendapatan pedagang kecil. 6.
Hasil Uji Hipotesa Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dari Tabel 4.8 diperoleh nilai t dari variabel pemberian kredit sebesar 2,201 dengan signifikansi sebesar 0,034<0,05, artinya bahwa pemberian kredit berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Dengan demikian hipotesis 1 diterima. Sedangkan nilai t dari variabel aset sebesar 2,314 dengan signifikansi sebesar 0,026<0,05, artinya bahwa aset berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Dengan demikian hipotesis 2 diterima. 7.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang mengatakan pemberian kredit berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil terbukti diterima. Hasil ini dibuktikan dengan output dari nilai t hitung sebesar 2,201 dengan taraf signifikansinya sebesar 0,034<0,05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan pedagang kecil dipengaruhi oleh pemberian kredit. Jadi pedagang kecil yang bisa mendapatkan kredit dengan lancar maka mereka bisa melakukan usahanya dengan baik sehingga hal ini dapat meningkatkan pendapatan mereka. Hasil ini mendukung pendapatnya Erni Yuliati (2011:15-16) bahwa kredit dapat meningkatkan penerimaan pendapatan. Dengan bantuan kredit dari bank, para pedagang dapat memperluas usahanya dan mendirikan usaha-usaha baru. Peningkatan usaha baru akan membutuhkan tenaga kerja. Dengan demikian mereka akan memperoleh pendapatan. Apabila perluasan usaha baru telah selesai, maka pengelolaannya memerlukan pula tenaga kerja. Dengan tertampungnya tenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula. Hasil uji hipotesis kedua membuktikan bahwa aset berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil. Hasil ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 2,314 dengan signifikansi sebesar 0,026<0,05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
86
INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14
87
aset memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Ini juga sesuai dengan pendapatnya Mubyarto (1973:4) bahwa tersedianya aset yang cukup akan sangat mempengaruhi kelancaran usaha dan keberhasilan usaha. Dengan usaha yang lancar maka dapat meningkatkan pendapatan. VI. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pemberian kredit berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Hasil ini dibuktikan dengan output dimana nilai terhitung sebesar 2,201 dengan taraf signifikansinya sebesar 0,034<0,05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan pedagang kecil dipengaruhi oleh pemberian kredit. Aset berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kecil di BMT Taruna Sejahtera Kabupaten Semarang. Hasil ini dibuktikan dengan output dimana nilai terhitung sebesar 2,314 dengan taraf signifikansinya sebesar 0,026<0,05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan pedagang kecil dipengaruhi oleh aset. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2003. Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga
Kerja, Nilai Tambah dan Ekspor Usaha Kecil Menengah serta Peranannya terhadap Tenaga Kerja Nasional dan Produk Domestik Bruto menurut Harga Konstan dan Harga Berlaku. Laporan Akhir Proyek Peningkatan Kualitas
Pelayanan Informasi Pembangunan, Kementerian KUKM, RI. Budisantoso, 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi 2 Salemba Empat, Jakarta. Billy Arma P., 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan. Diah Ayu S., 2010. Pelaksanaan Pemberian Kredit untuk Usaha Kecil dan Menengah di Bank Sumsel Cabang Baturaja. UNDIP Semarang. Endang Sri W., 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil melalui Peningkatan Aksesibilitas Kredit Perbankan. Infokop Nomor 29. Erni Yuliati, 2011. Analisis Pemberian Kredit Usaha Kecil terhadap Perkembangan Usaha Kecil Pedagang Kecil pada BPR Syari’ah Al-Washiliyah Medan. USU Medan. Gilarso, T., 1998. Ekonomi Indonesia, Sebuah Pengantar. Kanisius, Yogyakarta. Ghozali, Imam, 2004. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. UNDIP Semarang. Handayani, 2004. Peran Dana Kukesra dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha. Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mubyarto, 1973. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP 3 ES, Jakarta. Malayu S.P. Hasibuan, 2008. Dasar-Dasar Perbankan. PT Bumi Aksara, Jakarta. Sudjana, 2006. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Peneliti. Transito, Bandung. SMECDA, 2006. Kajian Dampak Program Perkreditan dan Perkuatan Permodalan Usaha Kecil Menengah Terhadap Perekonomian Daerah. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No.1 Silvia Eny K., 2007. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Modal Kerja dengan Jaminan Fidusia pada PT. BPR Bhakti Daya Ekonomi di Sleman Yogyakarta. UNDIP Semarang. SAK, 2008. Aset: Sekilas Tentang Aset. Artikel Thomas Suyatno, 1994. Lalu Lintas Pembayaran Dalam dan Luar Negeri. STIE Perbanas dan Intermedia, Jakarta. http://www.software602.com/