ANALISIS MARGIN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MANFAAT DI BMT TARUNA SEJAHTERA TENGARAN KAB. SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Di susun oleh: ANDRI ASTI NIM 20112042
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i
iii
MOTTO
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yan khusyuk, yaitu mereka yakin, bahwa meraka akan menemukan Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadanya. (Q.S. Al-Baqarah: 45-46)
v
PERSEMBAHAN
Penulisan penelitian ini saya persembahkan kepada ....... Ayahanda SUTOMO dan Ibunda SITI RUKAYAH Saudara tersayang Ilham Yasri (Istri Ni Wayan Yuyun), Eka Rinasih (Suami Absor), Tri Indiastuti (Suami Tato), Alfiah (Suami Hari) , Nur Samsiyah, Ahmad Kadir, Ahmad Istofa Keluarag Basar Saya di Lampung Sahabat-Sahabat Perjuangan DIII PS di IAIN Salatiga Dan Almamaterku ...
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Robb semesta alam yang telah memberikan rahmat, dan kemudahan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini hingga akhir. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah Nabi Muhammad SAW, Nabi yang mewakili akhlak paling sempurna, Nabi yang kelak kita harapkan syafaat-nya di yaumil akhir. Penelitian ini membahas tentang perkembangan pembiayaan murabahah dan penentuan margin keuntungan di BMT Taruna Sejahtera Tengaran. Penelitian ini diharapkan dapat membantu BMT Taruna Sejahtera tengaran untuk meningkatkan dan memperhatikan, dalam perkembangan pembiayaan dan keuntungan yang ditetapkan. Agar nasabah puas akan opersional yang sedang berjalan di BMT Taruna Sejahtera Tengaran. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir masih jauh dari kata sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih banyak kepada: 1. Bapak Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd,selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Dr. Anton Bawono.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. 3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc.,M.Si. selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
vii
4. Ibu Hikmah Endraswati, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan dan sabar dalam membimbing dan mengajarkan hingga penulisan tugas akhir selesai. 5. Kedua orang tuaku, Bapak Sutomo dan Ibu Siti Rukayah yang telah mendidik ilmu pengalaman, dan tiada henti terus memberikan perhatiaan pada hal-hal kecil dan saudara-saudari tersayang Eka Rina, Ilham Yasri, Tri Indiastuti, Alfiah, Nur Samsiyah, Ahmad Akbar, Ahmad Istofa yang selalu mendoakan keberhasilanku. 6. Dosen-dosen IAIN Salatiga Falkutas FEBI yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama saya menenpuh pendidikan di IAIN Salatiga, hingga saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan pengalaman. 7. Sahabat-sahabat DIII FEBI angkatan 2012 terbaik yang selama ini berjuang bersama untuk menyelesaikan tugas akhir ini, dan terima kasih untuk teman-teman lampung yang sudah memberikan semangat dalam penyusunan tugas akhir.
Salatiga, 10 Agustus 2015 Penyusun
ANDRI ASTI 20112 042
ABSTRAK Asti, Andri. 2015. Analisis Margin Keuntungan Pembiayaan Manfaat Di BMT Taruna Sejahtera Tengaran Kab. Semarang. Tugas Akhir Program D III. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. BMT Taruna Sejahtera Tengaran Kab. Semarang yaitu lembaga keuangan mikro syariah yang menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pembiayaan Manfaat adalah pembiayaan fasilitas pembiayaan guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara halal sesuai syariah dengan akad murabahah dan Qordul Hasan. Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan deskriptif, yaitu untuk suatu penyelidikan yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi atau mengembangkan suatu keadaan. Adapun data yang diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer berupa sumber data yang langsung diberikan kepada pihak BMT Taruna Sejahtera, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, brosur, buku pedoman opersional BMT, internet dan buku perpustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perkembangan penyaluran dana atau pembiayaan manfaat pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup baik, dan perkembangan yang tinggi terdapat pada bulan Desember 2014 yaitu sebesar Rp. 26.117.500,- dengan growth sebesar 0.399.885,-. Dan untuk penentuan margin keuntungan pembiayaan manfaat BMT Taruna Sejahtera dengan melihat harga pasar saat ini, artinya dalam menentukan standarisasi margin keuntungan melihat margin yang berlaku di pasar yang masih berlaku.
Kata kunci: Pembiayaan Murabahah, Margin Keuntungan
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i SURAT PERSETUJUAN TUGAS AKHIR .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii SURAT PERNYATAAN................................................................................. iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFRTA GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8 C. Tujuan dan Kegunaan .......................................................................... 8 D. Penegasan Istilah ................................................................................. 9 E. Metode Penelitian................................................................................. 11 F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13 BAB II LANDASAN TEORI 1. Penelitian Terdahuluan......................................................................... 15 2. Kerangka Teoristik ............................................................................... 17 1. Pengertian Pembiayaan .................................................................. 17
2. Jenis-Jenis Pembiayaan .................................................................. 18 3. Bentuk Pembiayaan ........................................................................ 21 4. Unsur-Unsur Pembiayaan .............................................................. 22 5. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan ......................................... 23 6. Aspek-Aspek dalam Penilaian Pembiayaan ................................... 27 7. Prosedur Pemberian Pembiayaan ................................................... 31 8. Produk-Produk Pembiayaan ........................................................... 34 9. Pembiayaaan Murabahah............................................................... 37 10. Syarat-Syarat Pembiayaan Murabahah ......................................... 40 11. Aplikasi Pembiayaan Murabahah .................................................. 42 12. Ketentuan-Ketentuan Pembiayaan Murabahah ........................... 43 13. Landasan Syariah Murabahah ....................................................... 45 14. Aspek Teknis Pembiayaan Murabahah ......................................... 46 15. Aspek Administrasi ........................................................................ 47 16. Skema Teknis Penyaluran Dana Murabahah ................................. 48 17. Perhitungan Margin Pembiayaan Murabahah ............................... 49 BAB III GAMBARAN UMUM BMT TARUNA SEJAHTE TENGARAN 1. Sejarah Berdirinya BMT Taruna Sejahtera .......................................... 55 2. Visi dan Misi ........................................................................................ 57 3. Pendiri BMT Taruna Sejahtera ............................................................ 58 4. Struktur Organisasi .............................................................................. 60 5. Tugas dan Wewenang .......................................................................... 61 6. Produk-Produk BMT Taruna Sejahtera ............................................... 65
xi
7. Prospek dan Hambatan ......................................................................... 73 8. Data-Data Diskriptif ............................................................................. 74 BAB IV ANALISIS 1. Tingkat Perkembangan Pembiayaan Manfaat ..................................... 76 2. Penerapan Akad Pembiayaan Manfaat................................................. 81 3. Penetapan Plafon dan Jangka Waktu Pembiayaan Manfaat ................ 81 4. Ketentuan-Ketentuan dan Besarnya Margin Pembiayaan Manfaat ..... 83 5. Analisis Margin Keuntungan Pembiayaan Manfaat ............................ 87 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ......................................................................................... 89 2. Saran .................................................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Pembiayaan dan Simpanan Tahun 2014 ................ 7 Tabel 3.1 Perkembangan Nasabah Tabungan .................................................. 74 Tabel 3.2 Perkembangan Nasabah Pembiayaan............................................... 74 Tabel 3.3 Perkembangan Margin Keuntungan Pembiayaan ............................ 75 Tabel 4.1 Perkembangan Pembiayaan Manfaaat Tahun 2014 ......................... 76 Tabel 4.2 Ketentuan Plafon Pembiayaan Manfaat di BMT ............................. 82 Tabel 4.3 Ketentuan Plafon Pembiayaan Manfaat di BMT ............................. 82
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera Menyeluruh ............ 60 Gambar 3.2 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera Tengaran ................. 61 Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Pembiayaan Manfaaat 2014 ..................... 77
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Masyarakat muslim Indonesia yang memegang teguh prinsip syari’ah tentunya mengharapkan hadirnya lembaga keuangan yang dijalankan berdasarkan etika Islam. Hadirnya lembaga ini, diharapkan masyarakat muslim Indonesia dapat menjalankan kegiatan muamalah yang berkaitan dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal (Fikriyah, 2012:1). Tujuan utama pendirian lembaga-lembaga keuangan syariah yang dilandaskan etika Islam ini adalah membangun nasional Indonesia untuk tercapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dikembangkan sistem ekonomi yang berdasarkan nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari’ah (Zubairi, 2009:259). Salah satu lembaga keuangan mikro islam yang lahir adalah Baitul Maalwat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Ma lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang bersifat nonprofit, seperti: zakat, infaq dan shodaqah. Baitul Tamwil diartikan sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang bersifat komersial. Usahausaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai 1
lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat
kecil
dengan
berlandaskan Islam (Huda dan Heykal, 2010:363). Eksistensi BMT sebagai salah satu lembaga keuangan syariah non Bank menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya keberadaan BMT di Indonesia. Pada tahun 1992, hanya terdapat satu BMT. Sedangkan saat ini sudah terdapat ribuan BMT yang tersebar di Indonesia (Arifin, 2000:134). Hal inilah yang mengindikasikan bahwa masyarakat muslim sangat membutuhkan lembaga keuangan swadaya masyarakat yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Menurut Rahmaniar (2010:147) landasan utama lembaga keuangan syariah secara umum dalam segala operasinya harus menghindari hal-hal yang dilarang dalam konsep ekonomi Islam, yaitu harus menghindari riba (bunga), gharar (ketidak jelasan), maisir (judi) dan hal-hal yang secara tegas dilarang dalam setiap transaksi syariah. Prinsip itulah yang menjadi sahnya kontrak dalam setiap transaksi pada lembaga keuangan syariah termasuk transaksi pada lembaga keuangan mikro syariah. Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan mikro syariah diantaranya produk penyaluran dana (financing), produk penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (service). Produk penyaluran dana atau pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yakni pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, dan
pembiayaan dengan akad pelengkap (Karim, 2004:87). Untuk produk penghimpunan dana hanya menggunakan dua prinsip, yakni dengan prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah. Menurut Rahmawaty (2007:188) ternyata dalam kenyataannya pembiayaan dengan prinsip jual-beli (murabahah) paling banyak diterapkan dalam perbankan maupun lembaga keuangan mikro syariah dibanding dengan pembiayaan dengan prinsip lainnya meskipun masih ada produk lembaga keuangan yang ditawarkan yaitu pembiayaan berbasis profit loss sharing (LPS) seperti Mudharabah dan Musyarakah. Jaul Beli Murabahah menurut Fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual harus memberitahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan pernyataan jumalah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tesebut (Wiroso, 2005:13). Namun konsep murabahah pada lembaga keuangan syariah juga sempat mendapat kritikan oleh kalangan ulama. Salah satu kritikan yang muncul adalah bahwa pada penerapan murabahah dalam lembaga keuangan mikro syariah yang tetap mempraktekkan pembebanan bunga dengan menggunakan label produk islam (Rahmawaty, 2007:189). Muhammad (2005:145) berpendapat bahwa antara mark-up dalam murabahah pada perbankan syariah dan bunga dalam pinjaman kredit bank konvensional, tidaklah berbeda terlalu jauh. Kendala tersebut yang
3
menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat menyamakan praktek pembiayaan murabahah dengan pemberian kredit pada bank konvensional. Menurut Karim (2011:206) salah satu aspek penting yang harus diperhatikan
dalam
akad
murabahah
adalah
tambahan
mark-up
(keuntungan) yang disepakati, bahwa di dalam penetapan tingkat margin akad pembiayaan murabahah di lembaga keuangan syariah harus tidak hanya menggunakan rujukan suku bunga bank konvensional. Lembaga keuangan syariah dalam menjalankan operasionalnya masih terdapat unsur ribawi dalam proses penentuan harga jual murabahah, yakni masih merujuk (benchmarking) pada suku bunga yang terdapat di perbankan konvensional, meskipun dilakukan secara tidak langsung. Nuryadin (2007) berpendapat penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada akad murabahah merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya ketidakadilan pada satu pihak, harga harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak, yakni pihak penjual dan pihak pembeli. Harga yang dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak adalah yang tidak memberikan keuntungan di atas normal atau tingkat kewajaran bagi penjual dan harga yang telah disetujui oleh pihak penjual dan pembeli. Menurut Bahjatullah (2011:298) penentuan margin keuntungan murabahah, sendiri merupakan salah satu elemen penting dalam akad pembiayaan murabahah yang menjadikannya berbeda dengan transaksi kredit
pada
lembaga
keuangan
konvensional.
Penentuan
tingkat
marginyang sesuai, akan membawa keuntungan dan kerelaan bagi kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual. Penetapan margin keuntungan juga dapat dilakukan dengan cara Rasullah SAW ketika berdagang, cara ini dapat dipakai sebagai salah satu metode bank syariah dalam menentukan harga jual dan margin keuntungan murabahah. Menurut Nuryadin (2007:225) cara Rasullah SAW dalam menentukan harga penjualan dan margin keuntungan adalah menjelaskan harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan. Cara penetapa harga jual tersebut berdasarkan cost plus mark up. Cost plus mark up adalah biaya tambahan keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan syariah sesuai dengan kesepakatan dan tidak merugikan salah satu pihak. BMT “Taruna Sejahtera” adalah salah satu BMT yang berada di Kabupaten Semarang. BMT “Taruna Sejahtera” telah mendapatkan pengesahan
Akte
Perubahan
Badan
Hukum
No.019/BH/PAD/KDK/11.1/2000 tanggal 18 Febuari 2000. Produk yang ditawarkan BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran diantaranya adalah produk penghimpunan dan meliputi produk Simpanan Amanah, produk Simpanan Berkah dan produk Simpanan Berkah Plus. Produk penyaluran dana meliputi produk Pembiayaan Manfaat. BMT “Taruna Sejahtera” Cabang Tengaran merupakan lemabaga keuangan mikro syariah salah satu cabang BMT “Taruna Sejahtera” di antara beberapa cabang-cabang yang dimikilinya. Dalam menjalankan operasionalnya terhitung masih satu
5
tahun yakni tahun 2014. Produk yang ditawarkan pun berupa simpanan berkah, simpanan amanah, simpanan berkah plus, dan pembiayaan manfaat. Dari beberapa produk yang telah ditawarkan oleh BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran produk pembiyaan manfaat dengan akad murabahah (Ba’i Bitman Ajil) dan Qordul Hasan merupakan produk penyaluran dana (financing) yang memiliki perkembangan yang cukup meningkat selama satu tahun terahir dapat dilihat bahwa posisi perkembangan usaha tabungan berkah dan amanah dan pembiayaan manfaat pada BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran dengan melihat Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Pembiayaan dan Simpanan Tahun 2014 Bulan Pembiayaan Manfaat Simpanan Berkah & Amanah Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
30.800.000,00 42.469.500,00 47.388.000,00 50.606.500,00 59.701.500,00 65.125.000,00 69.312.500,00 95.887.487,00
20.500.000,00 35.000.000,00 45.250.000,00 45.675.999,00 50.500.000,00 55.253.000,00 60.458.000,00 80.897.000,00
Sumber: BMT Taruna Sejahtera Tengaran Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah dan data yang diperoleh oleh penulis tersebut, maka dalam akad murabahah semestinya dalam penentuan margin keuntungan harus menghindari ketidakadilan pada satu pihak (pembeli) dan dalam perhitungannya dengan tidak merujuk pada suku bunga kredit bank konvensional.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Hj. Sri Wahyuni, Dian Pranata Citra, dan Astri Arumdhani yang telah melakukan penelitian di perbankan syariah bahwa dalam penentuan margin keuntungan pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah yang ada, suku bunga pada bank konvensional berpengaruh terhadap penentuan margin pembiayaan murabahah. Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penyusun Tugas Akhir di BMT Taruna Sejahtera, penelitian ini berbeda objek, tujuan dan metode penelitian. Objek sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya kebanyakan dari perbankan syariah dan untuk penelitian sekarang yaitu objeknya berada di Lembaga Keuangan Mikro Syariah yaitu BMT Taruna Sejahtera dan tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat perkembangan dan penentuan margin pembiayaan manfaat, sedangkan peneliti dahulu bertujuan mengetahui pengaruh penentuan margin dan untuk metode yang digunakan
peneliti
terdahulu
menggunakan
kuantitatif
sedangkan
penelitian sekarang menggunakan metode kualitatif diskriptif, maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian pada BMT Taruna Sejahtera. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS MARGIN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MANFAAT DI BMT “TARUNA SEJAHTERA” TENGARAN KAB. SEMARANG”.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan merumuskan beberapa pokok masalah yang akan menjadi pembahasan dalam Tugas Akhir ini. Adapun pokok permasalahan tersebut adalah: 1. Bagaimana Tingkat Perkembangan Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran Kab. Semarang? 2. Bagaimana Penentuan Margin Keuntungan Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran Kab. Semarang? C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui Tingkat Perkembangan Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran Kab. Semarang. b. Untuk mengetahui Penentuan Margin Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruna Sejahtera”Tengaran Kab. Semarang. 2. Kegunaan Kegunaan penulisan ini adalah: a. Memberikan
pengetahuan
Penentuan
dan
Perkembangan
Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruana Sejahtera”Tengaran Kab. Semarang. b. Bagi IAIN, dapat dijadikan sebagai bacaan ilmiah di perpustakaan.
c. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan mengenai pembiayaan yang berprinsip akad murabahah. d. Guna memehuni tugas akhir pada program studi DIII perbankan syariah IAIN Salatiga. e. Bagi BMT, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan margin pembiayaan pada masyarakat banyak. D. Penegasan Istilah 1. Analisis Adalah menyelidiki suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya tesebut. Dan menganalisis adalah menyelidiki dengan menguraikan bagian-bagiannya (Poerwadarminta, 2003: 37). 2. Margin (Keuntungan) Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang diterapkan per tahun perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka selama setahun ditetapkan 12 bulan (Karim, 2010:280). 3. BMT Taruna Sejahtera Lembaga keuangan yang ada di Jawa Tengah Kab. Semarang. Pada tahun 1998 berfokus terhadap usaha simpan pinjam dengan system syariah yang bertujuan untuk memberikan pelayanan usaha simpan pinjam dengan sistem syariah yang bertujuan untuk memberikan
9
pelayanan penguatan modal usaha mikro. BMT “Taruna Sejahtera” telah mendapatkan pengesahan Akte perubahan Badan Hukum No.019/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000 tanggal 18 Febuari 2000. Dengan menerapkan IMS (Incentive Management System), perubahan sistem akuntansi dengan mengimplementasikan aplikasi Core Banking IBS Real time serta memperluas jaringan kerja. Hingga 2011 perubahan asset yang semula pada awal tahun 2011 sebesar 1 Miliyar menjadi 14 Miliyar di bulan Mei 2014. 4. Pembiayaan Manfaat Adalah fasilitas pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara halal sesuai akad murabahah (ba’ibitsmanajil) dan Qordul hasan (Brosur BMT Taruna Sejahtera). 5. Pembiayaan Murabahah Berasal dari kata kerja rabiha-yarbahu yang bermakna untung (Abdul Qadir ar Raazi, 1995:97) sedangkan secara terminologi fiqh, murabahah adalah bentuk jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan barang dan keuntungan margin yang ditentukan (Abdullah al Jaziry, 1999:50). Murabahah adalah bentuk jual beli yang secara khusus masuk dalam bagian macam jual beli atau Ba’i. dimana jual beli atau Ba’i adalah proses transaksi (ijab dan qabul) atas perpindahan harta dengan harta yang sesuai dengan syariah (Bahjatullah, 2011:283).
6. Qordul Hasan Adalah akad pembiayaan yang diberikan BMT kepada anggota atau calon anggota yang kurang mampu. Anggota atau calon anggota tidak diwajibkan memberikan bagi hasil atau keuntungan akan tetapi hanya diwajibkan mengembalikan pokok pembiayaan saja (Ridwan, 2004:184) E. Metode Penelitian 1. Tipe Penulisan Penulis Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian diskriptif, yaitu untuk suatu penyelidikan yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi atau mengembangkan suatu keadaan. 2. Jenis Data yang Digunakan a. Data Primer Menurut Brata (2002:42) data primer berupa sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti) atau data yang diperoleh langsung dari lapangan (obyek data) atau data yang berisikan tentang variabel produk BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran yang ada untuk digunakan analisis. b. Data Sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung dari semua kegiatan yang ada dalam perbankan atau BMT atau dengan membaca buku serta sumber-sumber data lain yang berhubungan dengan penelitian.
11
c. Data Kuantitatif Membandingkan dua variabel untuk mengetahui selisihnya (Emzir, 2011:305). 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Langsung Adalah dengan pengamatan terhadap BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. b. Metode Wawancara (Interview) Wawancara adalah proses/teknik memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab si penjawab atau responden dengan alat yang dinamakan interview guide (paduan wawancara) (Arikunto, 2012:206). Pengumpulan data dengan menggunakan tanya jawab dengan pemimpin, karyawan dan beberapa nasabah yang dengan pembiayaan manfaat, analisis penentuan margin dan tingkat perkembangan pembiayaan Manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Atau Pengumpulan data atau melengkapi data yang telah ada dengan melihat catatan-catatan serta aplikasi-aplikasi di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran.
F. Sistematika Penulisan Agar laporan ini memperoleh gambaran yang secara berurutan, maka penulis menyajikan sistematika penulisan, yaitu uraian mengenai hal-hal yang akan dilaporkan secara sistematika. BAB 1 PENDAHULUAN, berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI, berisi tentang penelitian dahulu, pengetian
pembiayaan,
jenis-jenis
pembiayaan,
unsure-unsure
pembiayaan,
aspek-aspek
pemberian
pembiayaan,
pembiayaan,
pembiayaan, dalam
prinsip-prinsip
penilaian
produk-produk
bentuk-bentuk pemberian
pembiayaan,
pembiayaan,
prosedur
pembiayaan
murabahah, syarat-syarat pembiayaan muarabahah, aplikasi pembiayaan murabahah, ketentuan-ketentuan pembiayaan murabahah, landasan syariah murabahah,
aspek teknis
pembiayaan murabahah,
aspek
administrasi, skema teknis penyaluran dana murabahah, perhitungan margin pembiayaan murabahah. BAB III LAPORAN OBJEK, berisi tentang penyajian tentang gambaran umum BMT, mengenai sejarah berdirinya BMT “Taruna Sejahtera”, Struktur Organisasi, Job disciption, produk-produk BMT. BAB IV ANALISIS, merupakan bab yang berisikan hasil penelitian dan pembahasan, meliputi : tingkat perkembangan pembiayaan
13
manfaat di BMT Taruna Sejahtera Tengaran, dan perhitungan margin pembiayaan manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. BAB V PENUTUP, merupakan bab terahir dalam penulisan tugas akhir ini yang berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan, dan saran terhadap praktik ekonomi BMT.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Hj. Sri Wahyuni (2015) tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi margin murabahah pembiayaan konsumtif di Bank Kaltim Syariah. Hasil penelitian menemukan variabel FDR (Financing Deposit Ratio), BOPO (Biaya Operasional + Pendapatan Operasional), Inflasi (Suatu Proses meningkatkan harga-harga secara umum dan terus menerus), dan suku bunga berpengaruh secara simultan signifikan terhadap marginMurabahah Bank Kaltim Syariah. Dian Pranata Citra (2014) dalam Skripsinya berjudul “ Analisis Margin Keuntungan Terhadap Penyaluran Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk”. Penelitian ini menemukan perkembangan
penyaluran
pembiayaan
murabahah
mengalami
peningkatan walaupun ada sedikit penurunan pada setiap awal dan akhir tahun, ini menunjukan bahwa setiap tahunnya masyarakat atau nasabah semakin
berminat
untuk
melakukan
pembiayaan
murabahah.
Perkembangan margin mengalami penurunan setiap awal tahun, tetapi untuk triwulan kedua mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya karena besarnya margin keuntungan murabahah telah disesuaikan dengan suku bunga pinjaman bank konvensional, dan pengaruh margin keuntungan murabahah terhadap pembiayaan yaitu tinggi atau kuat dan kemampuan margin keuntungan mempengaruhi naik turunnya pembiayaan
15
murabahah sebesar 53,5% sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan dalam persamaan regresi sebesar 46,5%. Astri Arumdhani, Rini Septiani (2012) meneliti tentang Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga BI Terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit yang mengacu pada tingkat suku bunga yang tetapkan oleh BI. Baskoro Perdana Putra (2013) dalam Skripsinya yang berjudul “Analisis Penetapan Tingkat Margin Akad Pembiayaan Murabahah studi kasus pada BMT Ahmad Yani Malang”. Penelitian ini menemukan bahwa pada BMT Ahmad Yani Malang tidak adanya penggunaan rujukan suku bunga untuk menetapkan tingkat margin pada akad pembiayaan murabahah. Tingkat margin ditentukan berdasarkan beberapa komponen, yakni tingkat nisbah bagi hasil dengan BTN Syariah Malang, tingkat ratarata pasar, tingkat laba yang diinginkan, dan biaya perolehan serta biaya lainnya. Kompenen tersebut menyumbang andil yang seimbang pada proses penentuan tingkat marginmurabahah.
B. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Pembiayaan a. Pengertian pembiayaan Transaksi penyediaan dana dan atau barang serta fasilitas lainnya kepada mitra yang tidak bertentangan dengan syariah dan
Standar Akuntansi Perbankan Syariah (Karim, 2010:321). Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1988 pembiayaan adalah aktifitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan dibiayai, dan menentukan anggota mana yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif, menguntungkan dan dikelola oleh anggota yang jujur dan tanggung jawab (Sumiyanto, 2008:165). b. Fungsi Pembiayaan Menurut Karim (2004:120) ada beberapa fungsi dalam pembiayaan pada bank syariah sebagai berikut: 1. Meningkatkan daya guna, peredaran, dan lalu lintas uang; 2. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang; 3. Meningkatkan aktivitas investasi dan pemerataan pendapatan; 4. Sebagai asset terbesar yang menjadi sumber income terbesar bank. 2. Jenis - Jenis pembiayaan Menurut Kasmir (2012:23) ada beberapa jenis pembiayaan sebagai berikut: a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan
dana
usaha
bagi
pembeli/pengadaan/menyediakan unsur-unsur barang dalam rangka perputaran usaha. Konsep modal kerja mencangkup tiga hal, yakni:
17
1. Modal kerja (working capital assets) adalah modal lancar untuk mendukung operasional perusahaan sehari-hari sehingga perusahaan dapat beroperasi secara normal dan lancar. 2. Modal kerja Brutto (gross working capital) adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar (current assets). Modal kerja brutto didasarkan pada jumlah atau kuantitas dana yang tertanam pada unsur-unsur aktiva lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang sekali berputar akan kembali dalam bentuk semula. 3. Modal kerja Netto (net working capital) adalah kelebihan aktiva lancar atas hutang lancar. Dengan konsep ini, jumlah tertentu aktiva lancar harus digunakan untuk kepentingan pembayaran hutang lancar dan tidak boleh dipergunakan untuk keperluan lain. b. Menurut Karim (2004:323) pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan sarana/prasarana usaha dan pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang modal yang diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, dan relokasi proyek yang sudah ada. Bank dapat memberikan pembiayaan investasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pemberian pembiayaan yang sehat. 2) Memperhatikan peraturan pemerintah tentang analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). 3) Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 tahun. 4) Memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (seperti persyaratan penerima pembiayaan, dan jaminan). c. Pembiayaan konsumtif syariah Menurut Antonio (2004: 456) pembiayaan konsumtif syariah adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1. Pembiayaan konsumen akad Murabahah 2. Pembiayaan konsumen akad IMBT 3. Pembiayaan konsumen akad Ijarah 4. Pembiayaan konsumen akad Istishna’ 5. Pembiayaan konsumen akad Qord + Ijarah d. Pembiayaan sindikasi, Sumiyanto (2008:124) mengatakan yaitu pembiayaan yang dilakukan secara musyarakah dengan lembaga keuangan syariah lainnya kepada mitra yang jumlah kebutuhan pembiayaan melebihi kemampuan bank.
19
Pembiayaan sindikasi mempunyai tiga bentuk, yakni: 1) Lead syndication, yakni sekelompok bank yang secara bersama-sama membiayai suatu proyek dan dipimpin oleh satu bank yang bertindak sebagai leader. 2) Club Deal, yakni sekelompok bank yang secara bersamasama membiayai suatu proyek, tapi antara bank yang satu dengan yang lain tidak mempunyai hubungan kerja sama bisnis dalam arti penyatuan modal. 3) Sub Sydicantion, yakni bentuk sindikasi yang terjadi antara suatu bank dengan salah satu bank perserta sindikasi lain dan kerja sama bisnis yang dilakukan keduanya tidak berhubungan secara langsung dengan perserta sidikasi lainnya. 3. Bentuk Pembiayaan Menurut Ascarya (2013:216) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk pembiayaan adalah sebagai berikut: a. Syirkah (Bagi Hasil) Syirkah berarti akad dua pihak untuk berkerja sama dalam usaha perdagangan atau usaha lainnya dimana hasil atau keuntungan dari usaha tersebut di bagi antara kedua belah pihak (bagi hasil) dengan sesuai dengan yang disepakati (Hak, 2011: 30).
b. Murabahah (Jual-Beli) Jual-Beli merupakan segala bentuk yang berkaitan dengan proses pemindahan hak milik barang atau asset kepada orang lain atau berupa pertukaran antara barang dengan barang dan dengan norma-norma yang ada ( Nurohman, 2011:62). c. Ujrah (Jasa-Upah) Ujrah (Jasa-Upah) yaitu suatu jasa yang di berikan perbankan untuk menyediakan pelayanan jasa kepada masyarakat yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dan menetapkan imbalan atau upah yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan dengan penggunaan pemanfaatan dana masyarakat yang dipercayakan kepada pihak jasa atau perbankan (Hak, 2011:25). d. Ijarah (Sewa) Ijarah (sewa) yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Hak, 2011:38). 4. Unsur-Unsur Pembiayaan Menurut (Kasmir, 2012:87) ada unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan Suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa akan datang. Kepercayaan ini
21
diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. 2. Kesepakatan Diunsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. a. Jangka waktu Setiap kredit yang di berikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. b. Risiko Adanya
suatu
menyebabkan
tenggang suatu
waktu
risiko
pengembalian
tidak
akan
tertagihnya/macet
pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar demikian pula sebaliknya. Risiko ini mejadi tangung jawab bank, baik risiko yang disengaja nasabah atau yang tidak sengaja.
c. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan untungan bank. Sedangkan bagi bank yang berprinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 5. Prinsip-Prinsip Pemberian kredit/Pembiayaan Penilaian pembiayaan oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabah. Ada beberapa prinsip yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C + 1 C dan analisis 7P Menurut Sumiyanto (2008:165) prinsip pemberian pembiayaan dengan analisis 5 C dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Character Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon debitur, dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa anggota pengguna dana atau anggota BMT yang mengajukan pembiayaan dapat memenuhi kewajiban. b. Capacity Penilaian secara subjektif tentang kemampuan debitur untuk melakukan pembayaran. Kemapuan ini di ukur dengan cacatan prestasi debitur masa lalu yang didukung dengan
23
pengamatan dilapangan atas usaha nasabah, cara berusaha dan tempat usaha. c. Capital Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon debitur, yang diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui rasio finansialnya dan penekanan dan komposisi modalnya. d. Collateral Adalah jaminan calon debitur, penilaian untuk lebih meyakinkan jika suatu resiko kegagala pembayaran terjadi, dapat lebih ditekankan pada faktor kepercayaan, pendekatan hubungan dengan pengusaha, kegiatan usahanya, saling mengenal karena daerah usahanya. e. Conditions Bagian
pembiayaan
BMT
harus
melihat
kondisi
perekonomian secara umum, khususnya yang terkait jenis usaha calon debitur. Hal tersebut dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai. 7P menurut Kasmir (2012:9697) sebagai berikut : 1. Personality Adalah menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah
laku
sehari-hari
maupun
masa
lalunya.
Personality juga mencangkup sikap, emosi tingkah laku
dan tindakan
nasabah
dalam menghadapi
suatu
masalah. Personality hampir sama dengan Character dari 5 C. 2. Party Adalah mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan kedalam golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. Kredit untuk pengusaha lemah sangat berbeda dengan kredit yang kuat modalnya, bai dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya. 3. Purpose Adalah untuk mengetahui nasabah dalam mengambil kredit. Termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau tujuan produktif atau tujuan untuk perdagangan. 4. Prospect Adalah untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempuayai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang
25
dibiayai tanpa mempuyai prospect, buka hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5. Payment Adalah ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperoleh. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka semakin baik, sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6. Profitability Adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperleh dari bank. 7. Protection Tujuannya adalah bagian menjaga kredit yang diukur oleh
bank namun melalui suatu perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi. 6. Aspek-aspek dalam Penilaian Kredit Menurut Kasmir (2012:98-99) penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha. Penilaian
dengan model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain sebagai berikut: a. Aspek Yuridis/Hukum Kasmir (2012) mengatakan yang kita nilai aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Dimulai dengan akte pendirian perusahaan sehingga dapat mengetahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. b. Aspek Pemasaran Menurut Kasmir (2012) aspek ini yang di nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah: 1. Pemasaran produknya minimal tiga bulan yang lalu atau tiga tahun yang lalu. 2. Rencana penjualan dan produksi minimal tiga bulan atau tiga tahun yang akan datang 3. Peta kekuatan pesaing yang ada 4. Prospek produk secara keseluruhan c. Aspek keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana kegunaan dana
27
tersebut. Disamping itu, hendaknya dibuatkan cash flow dari pada keuangan perusahaan. Penilaian dari segi aspek keuangan biasanya berkaitan dengan suatu kriteria kelayakan investasi. Menurut Kasmir (2012) aspek keuangan mencangkup antara lain: 1.
Rasio-rasio keuangan Rasio
keuangan
adalah
alat
ukur
yang
digunakan
perusahaan untuk menggambarkan laporan keuangan. Rasio menggunakan suatu hubungan atau perhitungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. 2.
Payback period Payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikelurkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah di rencanakan.
3.
Net present value (NPV) Net present value merupakan aliran manfaat dan biaya masa depan yang dikonversi menjadi nilai setara hari ini.
4.
Profitability indek (PI) Profitability indek adalah rasio biaya manfaat dari suatu proyek dimana PI menghitung rasio dari nilai sekarang arus kas bersih dimasa mendatang dengan arus kas keluar awalnya.
5.
Internal rate of return (IRR) Internal rate of return adalah indikator tingkat efesiensi dari suatu investasi, suatu proyeksi/investasi dapat dapat dilakukan apabila pengembaliannya lebih besar dari laju pengambilan apabila melakukan investasi lain.
6.
Dan break evan point (BEP) Dan break evan point adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus di jual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan/profit.
d. Aspek Teknik/Operasi Kasmir (2012) berpendapat aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kepastian kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan mesinmesin termasuk jenis yang digunakan. e. Aspek Manajemen Menurut Kasmir (2012) untuk
menilai struktur organisasi
perusahaan, sumber sumber daya manusia yang dimiliki serta latar
belakang
pengalaman
sumber
daya
manusianya.
Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.
29
f. Aspek Sosial Ekonomi Menurut Kasmir (2012) aspek sosial ekonomi menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti: 1. Meningkatkan ekspor barang 2. Mengurangi pengangguran atau lainya 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat 4. Tersedianya sarana dan prasarana 5. Membuka isolasi daerah tertentu. g. Aspek Amdal Karim (2012) mengatakan menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan sekitar. 7. Prosedur dalam Pemberian kredit atau Pembiayaan Prosedur pemberian dan penilian kredit oleh dunia perbankan secara umum antara bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Perbedaannya
mungkin hanya terletak pada prosedur dan
persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Menurut Kasmir (2012:100-103) secara umum prosedur pemberian kredit sebagai berikut: 1. Pengajuan Berkas-Berkas
Dalam hal ini permohonan kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal dan berisi sebagai berikut: 1. Latar Belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya,
perkembangan
perusahaan
serta
relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta. 2. Maksud dan Tujuan apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik batu (perluasan) serta tujuan lainnya. 3. Besarnya kredit dan jangka waktu dalam hal ini pemohon menentukan basarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakkan besarnya kredit dan jangka waktnya dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) tiga tahun terahir. 4. Cara pemohon pengambilan kredit, dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengambil kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya. 5. Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak.
31
2. Penyelidikan Berkas Pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. 1. Wawancara 1 Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung
berhadapan
dengan
calon
peminjam,
untuk
menyajinkan apakah berkas-berkas sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. Dan juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarya. 2. On the Spot Merupakan
kegiatan
pemeriksaan
ke
lapangan
dengan
meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. 3. Wawancara II Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot dilapangan. 4. Keputusan Kredit Keputusan kredit dalam hal ini adalah menetukan apakah kredit akan diberikan atau di tolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang mencangkup: 1. Jumlah uang yang diterima 2. Jangka waktu kredit
3. Dan biaya-biaya yang harus dibayar. 5. Penandatanganan Akad Kredit/Perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari putusannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. 6. Realisasi Kredit Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. 7. Penyaluran/Penarikan Dana Adalah penarikan atau pencairan dana uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit sekaligus atau secara bertahap. 8. Produk-Produk Pembiayaan Menurut Karim (2004:322-32) secara umum produk-produk pembiayaan pada bank syariah sebagai berikut: 1. Mudharabah Suatu akad kerja sama dalam melaksanakan usaha milik nasabah, dimana pihak bank berperan sebagai shaibul maal membiayai 100% usaha nasabah dan nasabah sebagai mudharib (pengelola).
33
2. Musyarakah Suatu akad kerja sama usaha antara bank dengan nasabah untuk membiayai suatu proyek usaha, dimana pihak bank bersamasama dengan nasabah masing-masing menetapkan dananya sesuai porsi yang disepakati. Keuntungan dan/kerugian dari proyek usaha akan dibagi secara bersama-sama sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad musyarakah. 3. Murabahah Pembiayaan jual-beli barang baik berupa barang dagangan dan/atau barang untuk sarana dan prasarana usaha dengan harga pokok ditambah dengan kesepakatan. 4. Salam Pembiayaan jual-beli barang yang diserahkan dikemudian hari, dan pembayaran dilakukan dimuka atau tunai. 5. Istishna Pembiayaan
jual-beli
barang
dalam
bentuk
pemesanan
pembuatan berdasarkan persyaratan tertentu, kriteria, dan pola pembayaran sesuai dengan kesepakatan. 6. Ijarah Pembiayaan yang digunakan mengambil manfaat suatu barang dan atau tempat dengan sistem sewa. Bank bertindak selaku pemberi sewa, dan nasabah sebagai penyewa (sewa rumah,
tempat usaha). Jangka waktu pembiayaan disesuikan dengan kegunaan sewa tersebut. 7. Ijarah Muntahiyah Bittamlik Pembiayaan perpaduan antara akad jual-beli dan sewa (sewabeli) atau lebih tepatnya adalah sewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan barang dari bank kepada nasabah (penyewa). Sifat pemindahan kepemilikan barang ini yang membedakan dengan ijarah. 8. Al-Qard Penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjam yang mewajibkan peminjam mengembalikan untangnya setelah jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Ridwan (2004:164) bentuk-bentuk akad jual-beli dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: 1. Ba’i Al-Murabahah Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
yang
disepakati.
Dan
penjual
harus
memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahnya. 2. Ba’i Al-Sallam Pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakuan dimuka.
35
3. Ba’i Al-Istishna’ Merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuatan barang. Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut speksifikasi yang telah disepakati dan menjual lagi ke pembeli terahir ( Antonio, 2004:101-113). 4. Ba’i Bitsaman Ajil Dengan
sistem
ini
anggota
atau
nasabah
akan
mengembalikan pembiayaan tersebut yakni harga pokok dan keuntungan dengan mengangsur sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan 9. Pembiayaan Murabahah 1. Definisi Murabahah adalah akad jual-beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan termasuk harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba atau keuntungan dalam jumlah tertentu (Muhammad, 2000:103). 2. Jenis-Jenis Murabahah a. Murabahah Tanpa Pesanan Yaitu ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan
barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau tidak terikat langsung dengan tidak ada tindakannya pesanan atau pembeli (Wiroso, 2005:37). b. Murabahah Berdasarkan Pesanan Yaitu bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual-beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyedia barang baru dilakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini pengadaan barang sangat tergantung atau terikat langsung dengan atau pembelian barang tersebut (Wiroso, 2005:37-38). Menurut
Wiroso
(2005:45) murabahah berdasarkan
pesanan dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Pesanan mengikat adalah apabila telah pesan harus membeli dan dengan aturan sebagai berikut: a. Jika
bank
menerima
permintaan
dari
pemesan
(nasabah), bank harus membeli asset yang akhir atau diditutup dengan akad penjualan yang sah antara dia dan penjual asset. Pembelian ini dianggap merupakan pelaksanaan janji yang mengikat secara hukum antara nasabah sebagai pemesan dari bank. b. Bank menawarkan asset kepada pemesan, yang harus diterima berdasarkan janji yang mengikat diantara kedua belah pihak yang secara hukum, dan oleh karena
37
itu harus sesuai dengan ketetapan yang berlaku dalam akad perjanjian. c. Di dalam bentuk penjualan seperti ini, diperbolehkan untuk membayar urbun ketika menandatangani akad aslinya, tetapi sebelum bank membeli asset. Urbun di dalam fikih islam adalah jumlah uang yang dibayarkan dimuka kepada penjual. Jika bank memutuskan untuk melakukan transaksi dan menerima asset, maka urbun akan diperlakukan sebagai bagian dari harga yang dibayarkan dimuka, jika tidak maka urbun akan ditahan oleh penjual. 2. Murabahah berdasarkan pesanan dan bersifat tidak mengikat adalah walaupun nasabah telah memesan barang, tetapi nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau membatalkan barang tersebut. Dengan aturan sebagai berikut: a. Salah satu pihak (nasabah) meminta pihak lain (bank)
untuk
membeli
sebuah
asset
dan
meminjamkan bahwa apabila dia membeli asset tersebut, maka pemesan akan membelinya dari dia dengan
harganya
(sudah
termasuk
mark-up
keuntungan). Permintaan ini dianggap sebagai kemauan untuk membeli, bukan penawaran.
b. Jika bank menerima pesanan ini, dia akan membeli asset untuk dirinya sendiri berdasarkan akad penjualan yang sah antara dia dan penjual asset tersebut. c. Pembeli harus menawarkan lagi kepada pemesan menurut syarat perjanjian pertama, tentunya setelah kepemilikan asset nya secara sah dimiliki bank. Hal ini dianggap sebagai penawaran dari bank. d. Ketika asset ditawarkan kepada pemesan, dia harus mempuyai pilihan untuk mengakhiri suatu akad penjualan atau menolak membelinya, dengan kata lain pemesan tidak wajib memenuhi janjinya. Jiika dia memilih melakukan suatu akad, maka itu akan dianggap sebagai suatu penerimaan tawaran tersebut. Kemudian suatu akad penjualan yang sah harus dibuat antara pemesan dan bank. e. Apabila terjadi bahwa pemesan menolak membeli asset tersebut, maka asset-asset tersebut tetap akan menjadi milik bank yang berhak untuk menjualnya melalui cara-cara di perbolehkan (Wiroso, 2005:4344).
39
10. Syarat-Syarat Murabahah Menurut
Wiroso
(2005:17-18)
dalam
murabahah
dibutuhkan beberapa syarat, antara lain: 1. Mengetahui harga pertama (Harga Pembelian). Pembeli kedua hendaknya mengetahui harga pembelian karena hal itu adalah syarat sahnya transaksi jual beli. Syarat ini meliputi semua transaksi yang terkait dengan murabahah, seperti pelimpahan wewenang (tauliyah), kerja sama (isyak) dan kerugian (wadhi’ah), karena semua transaksi ini berdasarkan pada harga pertama yang merupakan modal. Jika tidak diketahui hingga keduanya meninggalkan tempat tersebut, maka gugurlah transaksi itu. 2. Mengetahui besarnya keuntungan Bank Syariah dan nasabah harus mengetahui besarnya keuntungan, karena merupakan bagian dari harga (tsaman), sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli. 3. Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki sama dan sejenis, seperti benda-benda yang ditukar, ditimbang dan dihitung. Syarat ini diperlukan dalam murabahah dan tauliyah, baik ketika jual beli dilakukan dengan penjual pertama atau orang lain. Serta baik keutungan dari jenis harga pertama atau bukan. setelah jenis keutungan
disepakati berupa sesuatu yang diketahui ketentuanya, misalkan dirham ataupun yang lainnya. 4. Sistem murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan sebab, riba tersebut terhadap harga pertama seperti membeli barang yang ditukar atau ditimbang dengan barang sejenis dengan takaran yang sama, maka tidak boleh menjualnya dengan sistem murabahah. Hal semacam ini tidak diperbolehkan karena murabahah adalah jual beli dengan harga pertama dengan adanya tambahan. 5. Transaksi pertama haruslah sah secara syaraa’ Jika transaksi pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan jual beli secara murabahah, karena murabahah adalah jual beli dengan harta pertama disertai tambahan keutungan. 11. Aplikasi Murabahah Menurut Wiroso (2002:56) murabahah memiliki beberapa aplikasi antara lain sebagai berikut: a. Pengadaan Barang Transaksi ini yang dilakukan oleh bank syariah dengan prinsip jual beli murabahah, seperti misalnya kebutuhan sepeda motor untuk pegawai, kebutuhan barang investasi untuk pabrik dan sejenisnya. b. Persediaan Modal Kerja (Modal Kerja Barang)
41
Penyediaan barang persediaan untuk modal kerja dapat dilakukan dengan prinsip jual beli murabahah, namun transaksi ini hanya sekali putus, bukan berupa uang tidak tepat mempergunakan prinsip jual beli murabahah ini. Transaksi modal kerja ini baik penyediaan modal kerja barang
maupun
modal
kerja
uang
lebih
tepat
mempergunakan prinsip mudharabah atau musyarakah. c. Renovasi Rumah (pengadaan material renovasi rumah) Dalam renovasi rumah yang diperjual belikan adalah bata merah, genteng, kayu, paku,cat dan bahan bangunan lainnya dan pembelian bangunan ini pun hanya sekali putus, tidak satu dilakukan berulang-ulang. Dalam renovasi rumah lebih tepat mempergunakan prinsip istishna, karena dalam istishna bank dapat menyediakan bahan baku, tenaga kerja, dan sabagainya. 12. Kentuan-Ketentuan Murabahah Dalam melaksanakan transaksi murabahah, ketentuan atau aturan yang perlu diperhatikan yaitu ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Ketentuan Bank Indonesia yang tercantum dalam peraturan Bank Indonesia maupun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). 1. Fatwa Dewan Syariah Nasional
a. Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang murabahah, b. Nomor 14/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang Uang Muka Dalam Murabahah, c. Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam Murabahah, d. Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang sanksi atas nasabah maupun yang menunda-nunda pembayaran, dan e. Nomor 23/DNS-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang potongan pelunasan dalam murabahah. 2. Al-Qur’an a. “ hai orang – orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakai (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan peniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu… (QS An-Nisa [4]: 275). b. “ Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS Al – Baqarah [2]:275). c. “ Hai yang yang beriman! Penuhilah akad – akad itu… (QS Al-Maidah [5]:1). d. “ Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan… (QS Al-Baqarah [2]:280). 3. Al-Hadits a. Hadits Nabi dari Abu Said Al-Khudri, dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ sesunguhnya jual beli itu harus dilakukan suka saa suka”. (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
43
b. Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah, Nab SAW bersabda, “ ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradah (mudharabah), dan mencampur ganduan dan jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk dijual”(HR Ibnu Majah dari Shuhaib). 4. Kaidah Fikih Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Sedangkan aturan-aturan tentang murabahah tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang murabahah (Wiroso, 2005:45-47). 13. Landasan Syariah Murabahah Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Sedangkan dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah paragrap 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam beberapa kitab fikih, menurut Bahjatullah (2011) murabahah merupakan salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah (tawar
menawar). Murabahah terlaksana penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketaui oleh pembeli dan keuntungan pun diberitahukan kepada pembeli, sedangkan musawwamah adalah transaksi transaksi antara penjual dan pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang. Jual-beli yang juga termasuk amanah adalah jual beli wadi’ah, yaitu menjual kembali dengan harga rendah (lebih kecil dari harga asli pembeli). Jaul beli wadi’ah terlaksana apabila nilai barang turun dari harga asli. Namun apabila menjual dengan harga sama dengan harga pembelian, maka disebut jual beli tauliyah. 14. Aspek Teknis Munurut Muhammad (2000:25) dengan prinsip murabahah, bank syariah
akan
nasabahnya
membeli dengan
barang/jasa,
mengambil
lalu
margin
menjualnya
kepada
keuntungan.
Bank
memberikan waktu tangguh bayar kepada nasabahnya selama 30 hari, 60 hari, 90 hari atau jangka waktu lain yang disepakati bersama. 1. Bank menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian barang dimaksud atas nama bank, dan bank membayar harga barang. Pembayaran harga beli hanya sah bila dilengkapi invoice, draft/bill, confirmed delivery order atau dokumen-dokumen sejenis. Bank harus memastikan bahwa: a. Draft/bill tidak boleh kadaluwarsa (biasanya tidak lebih dari 14 hari setelah tanggal tertulis).
45
b.
Pembiayaan ganda (double financing) harus dihindari.
2. Bank syariah selanjutnya menjual barang ke nasabahnya dengan harga yang telah disepakati bersama, yaitu harga pembelian ditambah margin keuntungan, dan menerbitkan suatu murabahah note bernilai nominal sebesar harga jual untuk dilunasi dengan tangguh tempo 30 hari, 60 hari atau jangka waktu lain yang disepakati bersama. 3. Pada saat murabahahnote jatuh tempo, nasabah membayar bank dengan menerbit rekening korannya di bank yang bersangkutan, atau kliring cek/draft. 15. Aspek Administrasi Menurut
Muhammad
(2005:111)
aspek
administrasi
pada
Murabahah sebagai berikut: 1. Realisasi Penyaluran Dana Transaksi jual beli murabahah akan dicairkan setelah akad perjanjian jual beli murabahah di tanda tangani dan bank telah menerima dokumen bukti transaksi dan penyerahan (barang yang dimaksud dalam akad) dari supplier, sedang nasabah (pembeli) menandatangani tanda terima barang yang dibeli dari bank dengan pembayaran secara tangguh. 2. Kewajiban Nasabah a) Bank berhak meminta dan memperoleh surat kuasa dari nasabah untuk mendebet rekening nasabah pada bank guna
pembayaran kewajiban (angsuran) pada setiap saat kewajiban jatuh tempo. b) Jika nasabah melakukan pembayaran uang muka, maka kewajiban nasabah adalah sebesar harga jual dikurangi dengan uang muka, (uang muka sebagai pengurang piutang kepada
nasabah,
dan
tidak
diperkenanan
sebagai
pembayaran angsuran pertama). c) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitanya dengan transaksi barang tersebut, yaitu sebesar harga jual barang. Jika nasabah
menjual
kembali
barang
tersebut
dengan
keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan
hutangnya
kepada
bank
(Ridwan,
2004:245). 16. Gambar 2.1 Skema Teknis Penyaluran Dana (Murabahah) 1.
Negosiasi dan Persyaratan 2.
3. Beli
barang
Akad Jual 6. bayar
BANK
NASABAH
5. terima
SUPPLIER PENJUAL
47
4.
kirm
sumber: (Antonio, 1999: 166) Dalam skema pembiayaan murabahah diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bank Syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli bernegosiasi dalam persyaratan jual beli murabahah setelah itu; 2. Bank Syariah dan nasabah melakukan akad jual beli setelah sepakat; 3. Bank Syariah membeli barang yang di inginkan nasabah kepada supplier; 4. Setelah itu Bank Syariah mengirimkan barang yang telah dipesan oleh nasabah; 5. Nasabah menerima barang tersebut lalu; 6. Nasabah membayar ke Bank Syariah dengan cara kredit ataupun kontan. 17. Margin Keuntungan pada Pembiayaan Murabahah 1. Perhitungan Margin untuk Pembiayaan Murabahah Menurut Muhammad (2005:234) penepatan dana dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan berakad jual beli maupun syarikah. Jika pembiayaan berakad jual beli (ba’i bitshaman ajil dan murabahah), maka bank akan mendapatkan margin kentungan. Pembiayaannya tidak begitu rumit. Namun jika pembiayaan berkaitan dengan akad syirkah
(musyrakah dan mudharabah), maka pembiayaan ini membutuhkan perhitungan yang cukup “njelimet”. Menurut Zuhaili (1999:302) contoh kasus pembiayaan Bi’i Bitshaman Ajil/Murabahah sebagai berikut: Seorang nasabah bernama bulan mengajukan pembiayaan di Bank Islam “ALAM AKHIRAT” untuk membeli sepeda motor “Honda Supra”. Harga sepeda motor sebesar Rp. 6.000.000,- karena dengan sistem angsuran maka pihak Bank Islam mengambil margin keuntungan sebesar Rp. 500.000. Penyelesaian pembiayaan tersebut disepakati selama 12 bulan. Dengan demikian pembiayaan yang ditanggung oleh Pak Ahmad sebesar Rp. 6.000.000,- ditambah dengan margin keuntungan Rp. 500.000 = Rp. 6.500.000. Angsuran setiap bulannya untuk pembiayaan Bai Bithaman Ajil dan Murabahah: 1.
Jika diselesaikan dengan bai Bitshaman Ajil Modal pinjaman
= Rp. 6.000.000
Margin keuntungan = Rp. 500.000 Waktu penyelesaian Kredit = 12 bulan Maka Angsuran Perbulan = Rp. 6.000.000 + Rp. 500.000 : 12 bulan = Rp. 541.666,67 Angsuran sebesar Rp. 541.666,67 terdiri atas = Angsuran modal sebesar Rp. 500.000 dan angsuran margin keuntungan sebesar Rp. 41.666,77.
49
2.
Jika diselesaikan dengan Murabahah Seluruh modal dan margin keuntungan diselesaikan pada masa jatuh temponya. Contoh kasus pembiayaan bagi hasil: Seorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja dagang sebesar Rp. 100.000.000 selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank 60:40%. Cara perhitungannya:
Bulan
Laba usaha
Bagi Bank -40%
1.
6.000.000
2.400.000
Bagian Nasabah 60% 3.600.000
2.
7.000.000
2.800.000
4.200.000
2.800.000
3.
4.000.000
1.600.000
2.400.000
1.600.000
4.
4.500.000
1.800.000
2.700.000
1.800.000
5.
5.000.000
2.000.000
3.000.000
2.000.000
6.
5.500.000
2.200.000
3.300.000
2.200.000
7.
6.000.000
2.400.000
3.600.000
2.400.000
8.
5.400.000
2.160.000
3.240.000
2.160.000
9.
9.000.000
3.600.000
5.400.000
3.600.000
10.
5.700.000
2.280.000
3.420.000
2.280.000
11.
4.700.000
1.880.000
2.820.000
1.880.000
12.
3.500.000
1.400.000
2.100.000
100.000.000 1.400.000
66.300.000
26.520.000
39.780.000 100.000.000 126.520.000
Total
Cicilan Pokok
Total Setoran
2.400.000
% dari Hasil Usaha % dari Modal
0,40
0,60
26,52
39,78
2. Perhitungan Margin Keuntungan Murabahah (Karim, 2004:255) 1. Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding) Margin
keuntungan
menurun
adalah
perhitungan
margin
keuntungan yang semakin menurun sesuia dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran harga pokok, jumlah setiap bulan semakin menurun. a. Contoh perhitungan margin keuntungan menurun Nasabah dengan plafon, PLFN =Rp. 100.000.000,00 Jangka waktu pembiayaan 1 tahun Tingkat margin keuntungan setahun. MRJ = 16% maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut: # angsuran harga pokok per bulan, APPB = (PLFN/12) = Rp. 8,333,333.33 # pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100.000 2. Metode Rata-Rata Margin
keuntungan
rata-rata
adalah
perhitungan
margin
keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan.
51
a. Contoh perhitungan margin keuntungan Rata – Rata Nasabah dengan plafon, PLFN = 100.000.000,00 jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun. Tingkat margin keuntungan = ((JWK + 1) / (2*PLFN*(MRJ/12). 3. Metode Flat Margin keuntungan adalah perhitungan margin keutungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun baik debitnya menurun sebagai akibat adanya angsuran harga pokok. a. Contoh perhitungan margin keuntungan Flat Nasabah dengan plafon, PLFN = Rp. 100.000.000,00 Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun. Tingkat margin keuntungan setahun, MRJ = 16% K = Angsuran ke 1,2,3…dan seterusnya. Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut: # pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100.000.000,00 # APPB (k) = harga pokok (k) = PLFN/JWK #APMB (k) = margin keuntungan (k) = (PLFN/JWK*(MRJ/12) 4. Metode Annuitas Margin kentungan adalah perhitungan margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengambilan pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan
menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun. a. Contoh Perhitungan margin keuntungan annuitas Nasabah dengan plafon, PLFN = Rp. 100.000.000,00 Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
Margin
keuntungan setahun, MRJ = 16% K = Angsuran ke 1,2,3,….. dan seterusnya. Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut: # pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100.000.000,00.
53
BAB III LAPORAN OBYEK A. Sejarah Berdirinya BMT Taruna Sejahtera Krisis moneter tahun 1997-1998 yang mengakibatkan fluktuatif harga bahan makanan dan input pertanian sejak pertengan tahun 1997. Selama periode puncak harga krisis pangan dipasar ritel meningkat pada tingkat yang lebih tinggi hingga 3-25 kali lipat pertumbuhan harga sebelum krisis, telah mendorong sekelompok pemuda kota ungaran untuk membentuk lembaga usaha yang bertujuan untuk meringankan beban rakyat kecil akibat himpitan ekonomi dampak krisis moneter. Sehingga pada tanggal 24 Agustus 1998 usaha yang diberi nama koperasi warung tarunan sejakterah dengan kegiatan usaha penyaluran sembako khususnya penjualan beras murah dan telah mendapatkan pengesahan badan hukum dari kementerian koperasi pengesahan kecil dan menengah Kabupaten Semarang No. 007/BH/KWK.11.1/IX/1998 tanggal 23 September 1998. Tetapi pada perkembangannya, usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan baik dan mengalami kerugian terus menerus, sehingga pada tahun 2000 koperasi menutup usaha penyaluran sembako dan memilih fokus pada usaha simpan pinjam dengan sistem syariah yang bertujuan untuk memberikan pelayanan penguatan modal usaha mikro dan kecil yang diberi nama BMT Taruna Sejahtera yang mendapatkan pengesahan Akte perubahan Badan Hukum No.019/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000 tanggal 18 Februari 2000.
Usaha Simpan Pinjam dengan pola syariah diharapkan dapat memberiakan kontribusi bagi kemajuan Koperasi, tetapi usaha tersebut belum dapat beroperasi dengan baik dan Koperasi tidak mengalami pertumbuahan, sehingga pada awal tahun 2011 Koperasi melakukan perubahan besar yang meliputi perubahan Management. Kepegawaian dilakukan dengan menerapkan IMS (Incentive Management
System),
perbahan
sistem
Akuntansi
dengan
mengimplementasikan Aplikasi Core Banking IBS Realtime serta memperluas
jaringan kerja dengan membuka Kantor Kas diseluruh
wilayah Kabupaten Semarang. Pada saat yang bersamaan diterbitkan pula produk-produk baru BMT seperti Simpanan Amanah yang berhadiah menarik, Simpanan Berkah bonus berupa kendaraan seperti Sepeda Motor dan Mobil, serta terdapat Pembiayaan Manfaat. Perubahan dari pola operasional lama ke pola operasional baru membawa dampak pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan Asset yang semula pada awal tahun 2011 sebesar 1 Milyar menjadi 14 Milyar di akhir bulan Mei 2013. Di samping perubahan pola operasional, pada RAT tahun 2012 pada tanggal 27 April 2013 dalam rangka menyesuaikan dengan Undang – Undang No.17 tahun 2012 BMT yang semula bernama Koperasi Warung Taruna Sejahtera yang beralamat di Jl. HOS Cokroaminoto diubah namanya menjadiKoperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Taruna
55
Sejahteradan alamatnya pindah di Jl. Gatot Subroto No.133 Mutiara Ungaran Square Kav.3 Ungaran (Kantor Pusat). Kemudian membuka beberapa cabang di sekitar Kabupaten Semarang, salah satunya adalah BMT Taruna Sejahtera Teangaran. B. Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera Visi dan Misi dalam menjalankan Usahanya sebagai berikut: 1. Visi BMT Taruna Sejahtera adalah Mewujudkan BMT Taruna Sejahtera sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang mampu melayani kebutuhan Modal Usaha bagi Anggota guna menunjang kesejahteraan bersama yang diridhoi Allah SWT. 2. Misi BMT Taruna Sejahtera adalah: a. Pemberdayaan Usaha Ekonomi Ummat khususnya Ekonomi lemah di wilayah Jawa Tengah. b. Menyelenggarakan Usaha Simpan Pinjam untuk melayani Anggota sesuai dengan Prinsip-Prinsip Koperasi. c. Menjalankan Usaha Simpan Pinjam yang sesuai Prinsip syariah dengan Effektif, Effesien dan Transparan C. Pendiri BMT Taruna Sejahtera BMT Taruna Sejahtera didirikan pertama oleh sekelompok pemudapemudi kota Ungaran diantaranya adalah: 1. M. Zainuddin Akbar, SE 2. Muhammad Abdullah, SH 3. Mulyatno, A, Md
4. Aziz Agus, ST 5. Slamet Riyadi 6. Moh. Zainal Mustofa 7. Asrofi 8. Eryanti 9. Siti Rukayah 10. Anis Amelia 11. Indri Astuti 12. Zainuddin 13. Kristanto 14. Slamet Widodo 15. Risky Sakti 16. Vita Sari 17. Meliasari, S Pd. Kepengurusan pada saat pendirian BMT Taruna Sejahtera adalah sebagai berikut: Ketua
: M. Zainuddin Akbar, SE
Sekretaris
: Moh. Zainal Mustofa
Bendaharan
: Meliasari, S. Pd
Badan pengawas Ketua
: Muhammad Abdullah, SH
Anggota
: Aziz Agus, ST Asrofi
57
Anis Amelia Risky Sakti Vita Sari D. Struktur Organisasi Susunan struktur organisasi yang ada pada BMT Taruna Sejahtera telah tersusun dengan baru dan
baik sesuai jenjang karir petugas
pemasaran dan operasional yang sudah memiliki banyak cabang di wilayah jawa tengah dan dapat dilihat di bawah ini: Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera Menyeluruh DIREKTUR
GENERAL MENAGER
GENERAL MENAGER
GENERAL MENEGER
MANAGER CABANG
MANAGER CABANG
MANAGER CABANG
KEPALA KAS/ SUPERVISOR
KEPALA KAS/ SUPERVISOR
KEPALA KAS/ SUPERVISOR
AO / TELLER
AO / TELLER
AO / TELLER
Sumber: KJKS BMT TARUNA SEJAHTERA
Gambar 3.2 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera Tengaran
MENAGER CABANG (DIDIK BUDIONO, SE)
BAGIAN OPERASIONAL
DEWAN PENGAWASSYARIAH (Muhammad Abdlullah SH)
ACCOUNT OFFICER (AO) 1. 2. 3. 4. 5.
TELLER/KASIR ( TRI UTAMI)
YAYUK HIKMAH ALMIRA ELLA TONO
Sumber: KJKS BMT TARUNA SEJAHTERA TENGARAN
59
E. Tugas dan Wewenang Setiap Bagian di BMT Taruna Sejahtera menyeluruh 1. Dewan Pengawas a. Kewenangan Dewan Pengawas adalah memberikan solusi dan diajukan kepada pengurus sebagai saran dan masukan kepada pengelola dan jajaran management serta merumuskan konsep Good Corporate Government. b. Tugas: Dewan pengawas mengawasi jalanya sirkulasi keuangan apakah menyimpang dari ajaran syariah atau tidak. 2. General Manager a. Fungsi: General Manager Memimpin jalannya BMT sehingga sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum yang digariskan oleh pengurus. b. Tugas : 1. General Manager Membuat rencana kerja secara periodik, meliputi: rencana pemasaran, pembiayaan, baiaya operasi, dan rencana keuangan. 2. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang digariskan oleh pengurus. 3. Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan oleh stafnya.
4. Membuat laporan secara periodik kepada pengurus berupa laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, dan laopran keuangan. 5. Memberikan tanda tangan validasi. 3. Manager Cabang a. Fungsi: Manager Cabang melaksanakan kegiatan pelayanan kepada anggota serta melakukan pembinaan agar pembiayaan yang diberikan tidak macet. b.
Tugas: 1. Menyusun rencana pembiayaan. 2. Menerima usulan dan melaksanakan wawancara analisis biaya. 3. Menganalisis proposal pembiayaan anggota, melakukan administrasi pambiayaan. 4. Melakukan pembinaan terhadap anggota. 5. Membuat laporan perkembangan pembiayaan.
4. Kapala Kas (supervisor) a. Fungsi: Kepala
Kas
(supervisor)
merencanakan,
mengarahkan,
mengontrol, serta mengevaluasi seluruh aktivitas dibidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal amupun
eksternal
61
yang
dapat
meningkatkan
profesionalismeBMT khususnya dalam pelayanan terhadap mitra maupun anggota BMT. b. Tugas: 1) Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellence) terhadap mitra atau anggota. 2) Terevaluasi dan terselesainya seluruh permasalahan yang ada dalam operasional BMT. 3) Terasipnya surat masuk dan keluar serta notulasi rapat management dan rapat operasional. 5. Account Officer (AO) a. Fungsi: Account Officer (AO) mengusulkan strategi pemasaran untuk jangka pendek, menengah, dan panjang sesuai dengan kebijakan pemasaran. b. Tugas: 1) Mempromosikan lembaga serta mencari nasabah baru 2) Menjalankan tugas lapangan untuk menawarkan produk BMT 3) Mengatur rute kunjungan harian 4) Melaporkan kendala-kendala yang dihadapi di lapangan kepada menager cabang.
6. Teller a. Fungsi: Teller bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar, serta diharuskan mengetahui semua jenis perkerjaan b. Tugas: 1. Menerima atau menghitung uang dan membuat bukti penerimaan 2. Melayani pembayaran sesuai dengan perintah keluar 3. Melayani dan membayar pengambilan simpanan 4. Membuat buku besar kas harian 5. Bertanggung jawab penuh pada asset BMT yaitu uang brangkas, surat jaminan nasabah dan teller room. 6. Melakukan hasil progress harian. 7. Membuat input data, daftar kolektibilitas pembiayaan dan surat akad pembiayaan 8. Setiap akhir kerja menghitung uang yang ada dan meminta pemerikasaan kepada manager cabang. F. Produk-Produk BMT Taruna Sejahtera Adapun produk-produk yang ditawarkan oleh BMT Taruna Sejahtera Tengaran adalah: 1. Simpanan Amanah a. Pengertian
63
Adalah Simpanan Amanah adalah simpanan anggota yang setiap saat dananya dapat ditarik tanpa dibatasi jumlah maupun frekuensi, sepanjang saldonya mencukupi, yang dikelola secara halal sesuai syariah. Dana tersebut diperuntukan untuk membiayai berbagai macam usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan ummat. Simpanan Amanah tidak terikat oleh jangka waktu dan Simpanan Amanah merupakan embrio dari Simpanan Suka Rela Anggota. Simpanan Amanah mulai diperkenalkan pada bulan januari 2011 sebagai pengganti Sirela yang sebelumnya telah di pergunakan produk simpanan di BMT Taruna Sejahtera. b. Persyaratan Umum 1. Pembukaan rekening. 1. Simpanan Amanah yang dilayani di BMT Taruna Sejahtera. 2. Simpanan Amanah hanya diperlukan bagi penabung anggota/nasabah BMT Taruna Sejehtera. 3. Pembukaan Rekening Simpanan Amanah dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis disertai dengan bukti diri berupa KTP/SIM. 4. Setiap
pembukaan
rekening
penyetoran uang simpanan.
diikuti
dengan
2. Penyetoran 1. Minimum setoran pertama Simpanan Amanah adalah sebesar Rp. 10.000,- dan setoran selanjutnya minimum sebesar Rp. 5.000,2. Penyetoran dapat dilakukan setiap saat sebelum kas tutup, dan penyetoran setelah jam kas tutup dibuku pada hari dan tanggal berikutnya. 3. Penyetoran tidak harus dilakukan oleh pemilik rekening sendiri tetapi dapat diwakilan orang lain. 3. Pengambilan 1. Pengambilan dapat dilakukan setiap saat sebelum jas kas tutup 2. Anggota/Nasabah tidak diperbolekan melakukan pengambilan melebihi jumlah sisa Simpananya. 3. Saldo rekening atas setiap pengambilan minimum Rp. 10.000,- kecuali apabila ingin dinihilkan saldonya (ditutup rekeningnya). 4. Pengambilan hanya dapat dilakukan oleh pemilik rekening, pengambilan yang dilakukan oleh bukan pemilik rekening harus menggunakan surat kuasa serta ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pemberi kuasa dan yang menerima kuasa.
65
5. Pengambilan yang dilakukan oleh ahli waris dari pemilik rekening yang meninggal dunia harus disertai
surat
keterangan
ahli
waris
dari
kelurahan/desa. 4. Bagi Hasil 1. Bagi hasil Simpanan Amanah sebesar Nisbah 4,50% dari saldo terendah setiap bulan. 2. Bagi
hasil
Simpanan
Amanah
dihitung
dan
dibayarkan setiap akhir bulan, sehingga menambah saldo-saldo terahir. 3. Apabila terjadi perubahan Nisbah Bagi Hasil, maka perubahah
tersebut
segera
diperlakuka
atas
simpanan pada saat diperlakukan perubahan bagi hasil tersebut. 5. Penutupan Rekening 1. Anggota/Nasabah atas kemauan sendiri dapat menutup
rekening
Simpanan
Amanah
dan
mengembalikan buku Simpanan yang masih belum dipergunakan. 2. BMT Taruna Sejahtera dapat menutup rekening Simpanan tidak bermutasi, dengan saldo dibawah Rp. 10.000,- (tabungan pasif).
2. Simpanan Berkah a. Pengertian Simpanan Berjangka Anggota, merupakan investasi dengan waktu 1,3,6 dan 12 bulan. disediakan bagi anggota BMT yang ingin berinvestasi secara halal sesuai dengan syariah. Dana tersebut diperuntukan untuk membiayai bebagai macam usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan ummat. Simpanan Berkah adalah Simpanan Suka Rela anggota BMT yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut perjajian antara pihak ketiga dengan BMT. b. Ketentuan Umum 1. Pembukaan Rekening 1. Simpanan Berkah hanya dapat dilayani di BMT Taruna Sejahtera. 2. Pembukaan Rekening Simpanan Berkah dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis disertai dengan bukti berupa KTP. 3. Setiap
pembukaan
rekening
diikuti
dengan
penyetoran uang simpanan. 2. Jenis Simpanan Berkah sesuai dengan jangka waktu dan besarnya bagi hasil sbb:
67
1. Simpanan Berkah jangka waktu 1 bulan Nisbah 33,34% atau setara 12,00%. 2. Simpanan Berkah jangka waktu 3 bulan Nisbah 33,34% atau setara 12,00%. 3. Simpanan Berkah jangka waktu 6 bulan Nisbah 36,37% atau setara 13,20%. 4. Simpanan Berkah jangka waktu 12 bulan Nisbah 40,00% atau setara 14,40%. 3. Apabila ada perubahan tingkat bagi hasil Simpanan Berkah, maka untuk simpanan berkah berjangka yang sudah berjalan, tingkat bagi hasil tetap bagi hasil yang lama pada saat pembukaan rekening simpanan berkah. 4. Penarikan bagi hasil dan penarikan pokok simpanan berkah.Penarikan bagi hasil simpanan berkah dapat dilakukan setelah masa pengendapan 1 (satu) bulan pada tanggal pembukaan rekening simpanan berkah bulan berikutnya. (setiap tanggal jatuh tempo). 5. Untuk simpanan berkah yang pembukaan rekeningnya pada tanggal akhir bulan, maka pengambilan bagi hasil minimal dilakukan pada tanggal akhir bulan walaupun tanggalnya berbeda dalam arti tanggalnya lebih kecil dari tanggal pembukaan.
c. Perpanjangan Simpanan Berkah Simpanan
Berkah
apabila
telah
jatuh
tempo
dan
tidak/belum dicairkan/belum diambil oleh pemegang rekening yang bersangkutan simpanan berkah berjangka tersebut secara otomatis diperpanjang oleh BMT sesuai jangka waktu yang lama dengan tingkat bagi hasil yang berlaku saat itu. d. Perhitungan bagi hasil simpanan berkah 1. Jangka waktu 1 bulan Nisbah 33,34% atau setara 12,00% 2. Jangka waktu 3 bulan Nisbah 33,34% atau setara 12,00% 3. Jangka waktu 6 bulan Nisbah 36,37% atau setara 13,20% 4. Jangka waktu 12 bulan Nisbah 40,00% atau setara 14,40%. Bagi hasil Simpanan Berkah dihitung dan dibayarkan setiap bulan, dengan cara ditambah bukukan langsung ke rekening Simpanan Amanah yang bersangkutan sehingga menambah saldo-saldo simpanan amanah. 3. Pembiayaan Manfaat Adalah fasilitas pembiayaan guna memenuhi kebutuhan modal Anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang
69
dikelola secara halal sesuai syariah dengan akad Murabahah (ba’i Bitsman Ajil) dan Qordul Hasan. a.
Persyaratan pengajuan pembiayaan 1. Mengisi formulir Aplikasi Permohonan Pembiayaan. 2. Foto copy KTP suami/istri dan foto copy KK. 3. Foto copy Rek.Listrik / Rek Telepon (bulan terakhir). 4. Slip Gaji bulan terakhir (karyawan) 5. Kartu Jamsostek ( Karyawan). 6. Buku Tabungan Bank dan Kartu ATM Jaminan : Sertifikat SHM dan PBB. BPKB dan Foto copy STNK
b. Persyaratan umum pembiayaan 1. Anggota atau calon anggota diwilayah jangkuan BMT 2. Mempunyai usaha/ penghasilan tetap 3. Mempuyai simpanan aktif baik simpanan amanah maupun berkah yang sudah berjalan 1 bulan. 4. Tidak sedang menikamti pembiayaan BMT 5. Tidak memiliki tunggakan (pembiayaan bermasalah) 6. Tidak pernah tersangkut masalah pidana. 7. Memiki karakter dan moral yang baik.
c. Permohonan Pembiayaan BMT taruna hanya akan memberikan fasilitas pembiayaan yang diajukan secara tertulis dengan menggunakan formulir yang tersedia. Permohonan Pembiayaan berisi: 1. Gambaran umum usaha 2. Rencana/prospek usaha 3. Perincian penggunaan dana 4. Jumlah dan waktu penggunaan dana 5. Proyeksi pengambilan dana d. Pembiayaan untuk usaha perorangan: 1. Foto copy KTP Suami/istri (masih berlaku) 2. Foto copy Kartu Keluarga (KK) 3. Rekening Listrik/Telepon 4. Surat Keterangan Usaha dari Kelurahan atau SIUP,TDP dan NPWP. 5. Peta lokasi tempat tinggal dan tempat usaha. 6. Daftar barang dan harga barang yang akan dibiayai. 7. Jaminan BPKB dan foto copy STNK. 8. Surat Perjanjian kerja Sama (PKS). G. Prospek dan Hambatan 1. Prospek BMT Taruna Sejahtera
71
BMT Taruna ke depan mempunyai harapan yang sangat bagus, BMT Taruna memiliki potensi dana yang cukup besar sehinggga terus berkembang selama satu tahun terahir. Dan juga para pengelolanya mempuyai semangat yang tinggi dalam memajukan BMT tersebut. 2. Hambatan BMT Taruna Sejahtera a. Masyarakat
masih
membandingkan
BMT
dengan
Bank
konvensional itu sama karena masyarakat belum mengetahui secara nyata bagiamana sistem pengelolaan BMT. b. Ruang lingkup Pemasaran BMT masih belum meluas, masih sekitar diwilayah-wilayah yang terjangkau oleh pengelola BMT. c. Produk yang ditawarkan masih belum beragam, terhitunga produk yang ditawarkan masih empat produk saja. H. Data-Data Diskriptif Sebagai badan usaha koperasi, sampai dengan tahun 2015 ini perkembangan produk-produk yang ditawarkan mengalami perkembangan yang sangat signifikan, baik dari produk tabungan maupun pembiayaan dengan melihat tabel perkembangan nasabah dibawah ini: 1. Tabel 3.1 Perkembangan Nasabah Tabungan Bulan
∑ Nasabah
Mei 140 Juni 150 Juli 125 Agustus 201 September 210 Oktober 220 November 225 Desember 245 Sumber: Buku Pedoman Operasional BMT Taruna
2. Tabel 3.2 Perkembangan Nasabah Pembiayaan Bulan ∑ Nasabah Mei 153 Juni 120 Juli 105 Agustus 203 September 232 Oktober 245 November 259 Desember 283 Sumber: Buku Pedoman Operasional BMT Taruna 3. Tabel 3.3 Perkembangan Margin Keuntungan Bulan ∑ Margin Mei 2% Juni 2% Juli 1,2 % Agustus 1,75 % September 2% Oktober 2% November 2% Desember 2% Sumber: Buku Pedoman Operasional BMT Taruna
73
BAB IV ANALISIS A. Tingkat Perkembangan Pembiayaan Manfaat 1. Perkembangan Pembiayaan Manfaat di BMT Taruna Sejahtera Tingkat perkembangan pembiayaan manfaat di BMT Taruna Sejahtera Tengaran mengalami peningkatan setiap bulannya. Hal ini terjadi
karena
mayoritas
masyarakat
tengaran
dan
sekitarnya
mendapatkan penghasilan dari berdagang dan bertani. Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
penulis,
tingkat
perkembangan pembiayaan Manfaat di BMT Taruna Sejahtera Tengaran bila dibandingkan dengan menggunakan analisis data (kuantitatif) umumnya itu membandingkan dua hal atau dua variabel x dan y untuk mengetahui selisihnya ( x – y) adalah sebagai berikut :
Bulan Mei
TABEL 4.1 TINGKAT PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN MANFAAT TAHUN 2014 Jumlah Jumlah Pertumbuhan Nominal Nasabah Nominal Nasabah 30.800.000,153
Juni
42.469.500,-
120
Juli
47.388.000,-
105
Agustus
50.606.500,-
203
September
59.701.500,-
232
Oktober
65.125.000,-
245
November
69.312.500,-
259
11.669.500,00 growth 0.378.879,4.918.500,00 growth 0.103.792,1 3.218.500,00 growth 0.067.918,04 9.095.500,00 growth 0.179.72 5.423.500,00 growth 0.090.843 4.187.500,00 grownt 0.064.994
33 15 98 29 13 14
Desember
95.430.000,-
283
26.117.500 grownt 0.399.885 Sumber Data : BMT Taruna Sejahtera CabangTengaran
24
Untuk dapat mengetahui lebih jelas peningkatan pembiayaan manfaat dari bulan ke bulan tahun 2014 maka dapat dibuat grafik. Grafik tingkat perkembangan pembiayaan manfaat pada tahun 2014 di BMT Taruna Sejahtera Tengaran sebagai berikut : GRAFIK 4.1 TINGKAT PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN MANFAAT TAHUN 2014 100,000,000.00 80,000,000.00 60,000,000.00 40,000,000.00 20,000,000.00 0.00
Sumber Data: BMT Taruna Sejahtera Tengaran
Dilihat dari grafik di atas maka tingkat perkembangan pembiayaan manfaat di BMT Taruna Sejahtera Cabang Tengaran mengalami peningkatan setiap bulannya. Terutama pada bulan Desember tahun 2014 merupakan peningkatan yang paling besar dibandingkan dengan bulanbulan sebelumnya, peningkatan nasabah tertinggi juga terjadi pada bulan Desember tahun 2014.
75
Penulis menanyakan kepada pihak Tengaran
tentang
perkembangan
BMT “Taruna Sejahtera”
pembiayaan
yang
mengalami
peningkatan yang sangat baik dan perkembangan pembiayaan mengalami penurunan bahkan perkembangan pembiayaan mengalami konstan apakah yang akan dilakukan oleh pihak BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran dalam hal ini, dari hasil wawancara kepada Bapak Budiono SE, selaku Manager di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran beliau menjawab pertanyaan penulis sebagai berikut: 1. Pembiayaan Manfaat mengalami peningkatan yang dilakukan BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. a. Pihak BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran akan mempertahankan perkembangan (kenaikan) pembiayaan manfaat
yang telah
disalurkan; b. BMT
akan lebih meningkatkan perkembangan (kenaikan)
pembiayaan manfaat pada bulan-bulan selanjutnya hingga tahuntahun selanjutnya. c. Membangun etos kerja yang lebih tinggi bagi karyawan (AO) dalam menjaga stabilitas pembiayaan manfaat yang sekarang sudah naik. d. Mempertahankan nasabah yang memiliki citra yang baik, artinya segala kewajiban (pembiayaan pokok atau pelunasan pokok tepat waktu, tidak terdapat tunggakan angsuran sampai dengan tiga
bulan dan pembiayaan belum jatuh tempo) dan atau pembiayaan bisa dikatakan lancar dan tidak bermasalah. 2. Pembiayaan Manfaat mengalami penurunan yang dilakukan BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. Penurunan pembiayaan menurut Bapak Didik Budiono selaku Manager BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran adalah pembiayaan yang mengalami masalah, upaya yang dilakukan oleh pihak BMT adalah sebagai berikut: a. Untuk Internal BMT antara lain: 1. Pembenahan akhlaq dan perilaku semua karyawan yang ada di BMT; 2. Memperketat filter calon nasabah yang akan mengajukan pembiayaan meliputi syarat, administrasi, akhlaq dan perilku serta lingkungan para calon nasabah. b. Untuk Eksternal BMT adalah nasabah yang bermasalah dalam pembiayaan manfaat upaya penanganannya sebagai berikut: 1.
Penjadwalan ulang, dalam hal ini nasabah diberi keringanan mengenai jangka waktu pembiayaan, misalnya nasabah memiliki jangka waktu angsuran 36 kali maka diperpanjang menjadi 48 kali.
2. Persyaratan ulang, dalam hal ini bantuan yang diberikan adalah memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil. Nasabah yang bersikap jujur, terbuka yang usahanya
77
mengalami kesulitan keuangan dan diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan, pembiayaannya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang. 3. Penataan ulang, dengan menambah jumlah pembiayaan dan atau dengan menambah modal, semua penyelamatan pembiayaan harus persetujuan Direksi atau Komite pembiayaan. 4. Pencairan jaminan, ini merupakan jalan terahir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikat baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang pembiayaan. 3. Pembiayaan Manfaat konstan yang dilakukan BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. Bapak Didik Budiono selaku Manager Sejahtera”
Tengaran
mengatakan
dalam
BMT “Taruna
upaya
penanganan
pembiayaan yang mengalami konstan adalah sebagai berikut: 1. Menyarankan kepada para karyawan (AO) untuk menyusun strategi yang jauh lebih baik dari strategi yang sudah dilakukan sebelumnya. 2. Memperluas pemasaran produk penyaluran dana (pembiayaan manfaat) di beberapa wilayah di Jawa Tengah khususnya. 3. Meningkatkan
SDM
pembiayaan murabahah.
yang
kompeten
dalam
menganalisa
B. Penerapan Akad Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran Harga jual pada pembiayaan manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran dilakukan dengan metode menambahkan harga perolehan yang dipesan oleh anggota dengan tingkat margin keuntungan yang telah diberikan oleh pihak BMT Taruna Sejahtera sesuai standarisasi yaitu 2% lalu kedua belah pihak membuat kesepakatan bersama jika nasabah sudah menyetujui standarisasi margin yang sudah di berikan kepada pihak BMT. Sedangkan
pembebanan
angsuran
memiliki
dua
metode
dengan
menggunakan jaminan maupun tidak dengan menggunakan jaminan, metode ini dianggap lebih tepat. Standarisasi margin keuntungan yang diberikan oleh BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran sekitar 2%, diperoleh dengan melihat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor Intern dan Ekstern yang mana Intern meliputi: kebijakan management BMT, proporsi bagi hasil dana pihak ketiga dan untuk Ekstern meliputi: tingkat magin murabahah di bank lainya, tingkat suku bunga rata-rata bank konvensional.
79
C. Penetapan Plafon dan Jangka Waktu Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. 1. Ketentuan Pembiayaan Manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran a.
Pembiayaan Tanpa Agunan
Plafon
JANGKA WAKTU 10 Minggu
10 Bulan
12 Bulan
18 Bulan
24 Bulan
1.000.000
110.000
120.000
103.333
1.500.000
165.000
180.000
155.000
133.333
2.000.000
220.000
240.000
206.000
151.111
123.333
2.500.000
275.000
300.000
258.000
188.888
154.166
3.000.000
330.000
360.000
310.000
266.666
185.000
3.500.000
385.000
420.000
361.000
264.444
215.833
4.000.000
440.000
480.000
413.000
302.222
246.666
4.500.000 5.000.000
495.000 550.000
540.000 600.000
465.000 516.666
340.000 377.777
277.500 308.333
a. Pembiayaan Dengan Agunan Plafon
JANGKA WAKTU 10 Bulan 120.000 180.000
12 Bulan 103.333 155.000
18 Bulan
1000.000 1.500.000
10 Minggu 110.000 165.000
24 Bulan
2.000.000
220.000
240.000
206.666
151.111
123.333
2.500.000 3.000.000 3.500.000 4.000.000 4.500.000 5.000.000 5.500.000 6.000.000 7.000.000
275.000 330.000 385.000 440.000 495.000 550.000 605.000 660.000 770.000
300.000 360.000 420.000 480.000 540.000 600.000 646.000 705.000 822.500
258.333 310.000 361.666 413.333 465.000 516.666 554.600 605.000 705.900
188.888 266.666 264.444 302.222 340.000 377.777 401.900 438.400 511.400
154.166 185.000 215.833 264.666 277.500 308.333 325.500 355.000 414.200
113.333
8.000.000 880.000 9.000.000 990.000 10.000.000 110.000
940.000 806.700 584.500 1057.500 907.500 657.500 1175.000 1008.400 730.600
473.400 532.500 591.700
D. Ketentuan Jaminan dan Besarnya Margin Pembiayaan Manfaat pada BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. a. Ketentuan dalam buku pedoman operasional yang berlaku di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. 1. Pembiayaan usaha s.d Rp. 5.000.000,-
tidak diwajibkan
menggunakan jaminan, mark-up minimal 2% per bulan. 2. Pembiayaan
usaha
di
atas
Rp.
5.000.000,-
diharuskan
menggunakan jaminan, Mark-up minimal 1,75% per bulan. 3. Pembiayaan pabrik di bawah Rp. 5.000.000,- tidak diwajibkan menggunakan jaminan, mark-up minimal 2,30% per bulan. 4. Pembiayaan pabrik di atas 10.000.000,- diharuskan menggunakan jaminan, mark-up minimal 2,00% per bulan. 5. Pembiayaan dengan angsuran Mingguan besarnya mark-up 1% per minggu. 6. Pembiayaan untuk pengelola BMT jangka pendek (1s.d 3 tahun) mark-up minimal 1,2% per bulan. 7. Pembiayaan pengelola karyawan BMT jangka panjang (3 s.d 5 tahun) mark-up minimal 1% per bulan. 8. Pembiayaan pengelola/karyawan BMT di atas 30.000.000,diharuskan menggunakan jaminan.
81
9. Pembiayaan pengelola/karyawan untuk sebagai penyertaan modal, jangka waktu 5 s.d 10 tahun margin minimal 0,85%. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketentuan margin keuntungan pembiayaan manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran 1. Faktor Intern a. Kebijakan Management BMT Dalam menentukan besarnya margin keuntungan yang diinginkan, BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran menentukannya berdasarkan keputusan dari rapat Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Margin keuntungan dari Pembiayaan Manfaat ditentukan dengan melihat berbagai aspek. Salah satunya yang menjadi dasar adalah harga pasar, harga pasar yang artinya dalam menentukan margin keuntungan pembiayaan pihak BMT Taruna Sejahtera melihat berapa harga yang berlaku di pasar saat ini. Hal ini diungkapkan oleh Didik Budiono SE, selaku Manager
BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran pada
wawancara hari Selasa 23 Juni 2015 sebagai berikut: “Cara kami menentukan margin keuntungan adalah berdasarkan harga pasar, jadi tergantung margin yang berlaku di pasar berapa. Karena berkaitan dengan akad manfaat ini tentunya berdasarkan harga pokok plus margin, nah ini mengambil keuntungan margin disesuaikan dengan berapa margin di pasar yang berlaku saat ini”.
b. Proporsi Bagi Hasil Dana Pihak Ketiga Proposi bagi hasil dana pihak ketiga juga menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan margin keuntungan. Hal ini diungkapkan oleh Manager BMT sebagai berikut: “Prosentasenya kita hitung untuk Pembiayaan Manfaat sekitar sama dengan harga pasar jika harga pasar 2% perbulan, maka kita juga 2% perbulan, artinya pihak BMT Taruna Sejahtera dalam menentukan margin pembiayaan manfaat dengan melihat margin yang berlaku di pasar saat ini. Proporsinya berdasarkan nisbah rata-rata untuk nasabah sekitar 40-50% nisbahnya. Kalau nasabah 40% maka BMT 60% atau bisa juga 50:50”. 2. Faktor Ekstern a. Tingkat Margin Keuntungan Murabahah di Bank lainnya Dalam menentukan margin keuntungan manfaat, BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran melihat harga pasar dan tidak terlalu berfokus pada persaingan antar BMT-BMT yang ada. Hal ini diungkapkan oleh Manager sebagai berikut: “Kami menyesuaikan dengan kebijakan Bank Indonesia kalau misalnya Bank Indonesia rate menurun kita akan menurun. Perubahan ini tidak serta merta dilakukan karena tergantung masing-masing management BMT. Kami menyesuaikan dengan harga pasar dan intinya kami masih kompetitif tidak terlalu monopoli”. b. Tingkat Suku Bunga Rata-Rata Perbankan Konvensional Tingkat suku bunga rata-rata pada bank konvensional tidak
terlalu
berpengaruh
terhadap
besarnya
margin
keuntungan manfaat. Akan tetapi managemant BMT tetap memperhitungkan sebagai dasar penetapan margin, agar margin manfaat yang ada di BMT “Taruna Sejahtera”
83
Tengaran bisa kompetitif. Hal ini seperti diaungkapkan oleh Manager sebagai berikut: “Tidak ada pengaruh yang terlalu besar, karena kita memperhatikan harga pasar kalau misalnya presentase di bank konvensional 2 % kalau kita lebih besar tentu kita tidak mendapat nasabah dan tidak diterima di masyarakat. Kami juga berkonsultasi dengan dewan pengawas syariah (DPS)”. Dari faktor- faktor di atas, faktor intern yang mempengaruhi ketentuan jaminan margin keuntungan pada BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran adalah kebijakan dari Dewan Komisaris dan Dewan Direksi dengan memperhatikan kepada harga pasar. Kemudian faktor ekstrn nya itu harga pasar, di mana tingkat margin keuntungan lembaga keuangan syariah lainnya dan suku bunga rata-rata lembaga keuangan konvensional ikut mempengaruhi margin keuntungan di Pembiayaan Manfaat BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. Komponen utama dalam harga pasar adalah suku bunga di lembaga keuangan konvensional dan margin keuntungan di lembaga keuangan syariah. Bapak Didik Budiono selaku manager mengatakan upaya untuk menjadi lembaga keuangan yang berkembang, dalam penentuan margin pihak BMT memberikan standarisasi yaitu 2% yang ditawarkan kepada nasabahnya, sesuai dengan harga pasar yang berlaku saat ini. Sesuai kondisi, melihat ketentuan 2% sekilas memang terlihat seperti bunga yang dipraktikan di
bank konvensional. Namun, apabila kita lihat dari sudut pandang hukum diantara keduanya adalah berbeda, hal ini dikarenakan dasar dari bunga pada bank konvensional adalah kontrak utang piutang sedangkan dasar dari mark up adalah kontrak jual-beli. Dalam penentuan presentase margin, AO
BMT “
Taruna Sejahtera”Tengaran harus menanyakan kepada nasabah kesanggupan atas presentase tersebut. Namun jika ada nasabah tidak bias memberikan margin minimal 2%. Maka BMT tidak bisa menerima pengajuan pembiayaan karena hal itu dianggap tidak akan bisa menutupi segala pengeluaran BMT. E. Analisis
Margin Keuntungan
Pembiayaan
Manfaat pada BMT
“Taruna Sejahtera” Tengaran. Penetapan margin keuntungan pada pembiayaan manfaat berdasarkan keputusan dari rapat Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Margin keuntungan dari Pembiayaan Manfaat ditentukan dengan melihat berbagai faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yang menjadi dasar adalah harga pasar. Hal ini diungkapkan oleh Didik Budiono SE, selaku Manager BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran. Berdasarkan harga pasar, jadi tergantung margin yang berlaku dipasar berapa, karena berkaitan dengan akad murabahah ini tentunya berdasarkan harga pokok plus margin. Kentungan margin disesuaikan dengan berapa margin di pasar yang berlaku saat ini. Jika Margin keutungan dipasar
85
yang berlaku saat ini 1% s.d 2% maka BMT “Taruna Sejahtera” akan menggunakan presentase tersebut, sebab jika menaikkan presentase lebih tinggi dari harga pasar, kemungkinan kami tidak akan mendapatkan nasabah. Namun jika rate pada BI menurun maka pihak management BMT akan menurunkannya rate juga, karena BMT Taruna tetap menyesuaikan kebijakan BI dengan melihat faktor Ekstern perubahan ini dilakukan karena BMT Taruna Sejahtera Tengaran tidak terlalu fokus pada persaingan antara BMT-BMT yang ada
jawab Bapak Didik Budiono
selaku Manager BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran pada saat wawancara kepada penulis.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perkembangan penyaluran dana atau pembiayaan manfaat pada tahun 2014 mengalami peningkatan setiap bulannya, Jumlah perkembangan pembiayaan manfaat tertinggi di bulan Desember yaitu sebesar Rp. 26.117.500,-. Untuk growth pembiayaan Manfaat pada BMT Taruna Sejahtera Tenagran pada bulan Desember tahun 2014 adalah sebesar Rp. 0.399.885,-. 2. Penentuan margin keuntungan pada pembiayaan manfaat di BMT “Taruna Sejahtera” Tengaran adalah dengan melihat harga pasar saat ini, artinya BMT Taruna Sejahtera Tengaran dalam menentukan standarisasi margin keuntungan melihat margin yang berlaku di pasar saat ini. B. Saran Adapun saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Lebih ditingkatkan lagi tingkat perkembangan manfaat, karena itu akan mempengaruhi tingkat perkembangan nasabah. 2. Pertahankan perkembangan pembiayaan
yang telah diperoleh,
sehingga dapat memberikan dampak yang baik bagi perusahaan yang sedang dikelola. 3. Lebih baik menggunakan cara-cara Rasulllah SAW ketika berdagang dan pengambilan margin keuntungan, walaupun dalam praktiknya 87
penjual tidak mendapatkan margin keuntungan yang banyak bahkan tidak memiliki keuntungan. 4. Penentuan margin keuntungan pembiayaan manfaat hendaknya BMT Taruna Sejahtera memperhatikan haram tidak nya praktek yang dijalankannya, walaupun BMT Taruna Sejahtera memilih melihat harga pasar saat ini dalam penentuan standarisasi margin keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman, al Jaziry. 1995. Kitab al Fiqh’Ala Madzahib al Arba’ah (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyah). Abdul Qadir ar Raazi. 1995. Muhtar as Shihah (Lebanon: Maktabah Lubnan Naasyirum). Antonio, Muhammad Syafi’i. 2004. Bank Syariah dan Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. Aritkunto, Suharsimin. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ascarya. 2013. Akad Produk Bank Syariah. Cet 4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Astri A, Rini S. 2012. Program Studi Akuntansi. Jurnal Riset Akuntansi. Bandung. Bahjatullah, Qi Mangku. Hakim A.Khoirudin. Santoso dan S. Asytuti R. 2011. MuqtasidJurnalEkonomi dan Perbankan Syariah. Brata, Sumardi Surya. 2002. Metodologi Penilitian. Jakarta: PT Grafindo Persada. Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahan untuk Keluarga. Jakarta: Al-Mubin Emzir. 2011. Metode Penelitian kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. Fikriyah. 2012. Strategi Promosi Perbankan Syariah Untuk Meningkatkan Loyalitas Nasabah di BNI Syariah Cabang Semarang. Tugas Akhir. D3 Perbankan Syariah IAIN Walisongo. Hak, Nurul. 2011. Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syariah. Yogyakarta: Teras. Karim, Adiwarman Izwar. 2004. Bank Islam. Analisis Fiqh dan Keuntungan. Jakarta: Grafindo Persada. Kasmir. 2005. Cet 11. Pemasaran Bank. Jakarta: Prenada Media. Kasmir. 2012. Pemasaran Bank. Jakarta: Prenada Media. Muhammad. 2000. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press.
89
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Modul Standar Operasional Perusahaan (SOP) BMT Taruna Sejahtera Tengaran. Nurohman, Dede. 2011. Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Teras Nurul, Huda. Mohamad, Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam. Tinjauan Teori dan Praktisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Nuryadin, Birusman. 2007. Harga Dalam Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi Islam: Mazahib.Vol 4.No 1. Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII Press. Rahmaniar. Wahyu R. Said N. Nasrullah R. Muhammad. Hidayati T. Mahfuzh. 2010. Jurnal Kajian Islam. Rahmawaty, Anita. 2007. Ekonomi Syariah. Tinjauan Krisis Produk Murabahah dalam Perbankan Syariah di Indonesia Jurnal Ekonomi Islam. Sumiyanto. 2008. Prinsip-Prinsip Dalam Pemberian Pembiayaan. Jakarta: Balai Pustaka. Wahyu, Sri. 2015. Chairman of IBMT University. Jurnal IBMT. Samarinda Kaltim. Wiroso. 2005. Jual BaliMurabahah. Yogyakarta: UII Press. Wiroso. 2002. Jual BeliMurabahah. Yogyakarta: UII Press W.J.S. Poerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Wawancara dengan Pegawai dan Pihak yang Terkait di BMT Taruna Sejahtera Tengaran. Zaenul, Arifin. 2000. Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang. Tantangan dan Prospek. Jakarta: Alva Bet Zubairi, Hasan. 2009. Undang-Undang Perbankan Syariah Hukum Islam dan Hukum Nasional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zuhaili, Wahbah. 1999. Fiqih Muamalah Perbankan Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
91
93
95
97
99
101
103