JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
1
Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan Gresik) Nur Mazidatun Ni’mah dan Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak—Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan sebuah kawasan yang harus dimiliki sebuah daerah minimal 30% dari total luas yang ada, tentu kebutuhan ini didasarkan pada fungsi dari RTH sendiri, salah satu manfaatnya adalah menyerap emisi CO2 yang ada di udara. Penelitian dilakukan melalui pendataan lapangan jenis vegetasi yang tumbuh di RTH. Menurut penelitian terdahulu setiap spesies pohon mempunyai daya serap karbon dioksida yang berbeda.Penelitian untuk menghitung emisi kendaraan bermotor disini dengan menggunakan 2 metode, pertama pendekatan konsumsi bahan bakar dan kedua pendekatan Vehichle Kilometre Travelled (VKT), diperoleh perkiraan emisi karbon dioksida dari kegiatan kendaraan bermotor di Kecamatan Gresik yang akan dibandingkan dengan serapan karbon dioksida dari pemanfaatan RTH. Didapatkan hasil emisi CO2 dari kendaraan bermotor menurut hasil perhitungan dengan pendekatan jarak tempuh rata-rata (VKT) adalah 73,670 ton/tahun dan emisi total CO2 dari pendekatan konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor adalah 78,816.1 ton/tahun pada tahun 2011 atau 2500 g/detik. Sedangkan untuk daya serap CO2 oleh vegetasi pada RTH menurut jenis pohon adalah 225.26 g/detik atau mampu menyerap sekitar 24,38% dari emisi, sedangkan daya serap CO2 oleh vegetasi pada RTH menurut luasan adalah 297.67 g/detik atau mampu menyerap sekitar 32,21% emisi yang ada dari kegiatan trasnportasi kendaraan bermotor. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Perhitungan emisi CO2, Daya serap CO2, Konsumsi bahan bakar dan VKT
I. PENDAHULUAN Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat dengan RTH, adalah area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH harus ada minimal 30% di setiap tata ruang wilayah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2008).Produksi karbon dioksida meningkat seiring dengan banyaknya jumlah populasi manusia dan berbagai aktifitasnya, termasuk teknologi transportasi yang semakin pesat sebagai alat mobilitas manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, berbagai data menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penggunaan kendaraan bermotor dan permintaan bahan bakar di berbagai daerah. Kegiatan ini tentu menimbulkan emisi CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar, apalagi jika pembakaran yang terjadi tidak sempurna, maka akan timbul emisi baru selain CO2 seperti methan, sulfur dan gas berbahaya lainya. Peningkatan emisi karbon dioksida harus dikendalikan dengan cara mempertahankan luasan hutan keseluruhan di
Indonesia dan luasan kawasan ruang terbuka hijau untuk daerah perkotaan, dalam kondisi apapun termasuk ditengah pesatnya pembangunan daerah seperti ekspansi wilayah industri, perdagangan atau untuk kepentingan kesejahteraan ekonomi lainya. Kabupaten Gresik bersikap dengan mengeluarkan Perda Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun 2011, menetapkan 33,3% RTH di tahun 2030 dari awalnya 33,55%, untuk kecamatan Gresik, ini menunjukkan upaya mempertahankan luasan meskipun terjadi penurunan luasan dari 185,84 ha ke 184,46 ha dari luas total kecamatan 554 ha. Manfaat RTH dalam menyerap emisi CO2 dapat dipelajari melalui pendataan jenis vegetasi yang tumbuh di RTH, sebab menurut penelitian terdahulu setiap spesies pohon mempunyai daya serap karbon dioksida yang berbeda. Dalam penelitian ini difokuskan pada karbon dioksida yang diproduksi dari aktifitas kendaraan bermotor berdasarkan jumlah konsumsi energi atau penjualan bahan bakar ke daerah kecamatan Gresik setiap tahunya, serta perhitungan emisi melalui pendekatan VKT (Vehichle Kilometer Traveled). Dengan adanya penelitian ini diharapkan upaya untuk menjaga RTH ditingkatkan, karena fungsinya yang mampu mereduksi polutan udara seperti Karbon dioksida (CO2)yang dapat mengganggu kesehatan manusia pada konsentrasi 5000 ppm lewat 2-8 jam. Latar belakang ini yang mengawali ide untuk melakukan penelitian berjudul “Analisa Pemanfaatan Vegetasi Pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kecamatan Gresik)”. Penelitian ini mempunyai tujuan sebgai berikut: 1. Mengkaji perbandingan jumlah emisi dari dua pendekatan yakni konsumsi bahan bakar dan VKT kendaraan bermotor. 2. Membandingkan hasil perhitungan antara daya serap CO2 dari vegetasi pada RTH dan emisi CO2 kendaraan bermotor. 3. Mengkaji upaya pengoptimalan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau eksisting di kecamatan Gresik. II. METODOLOGI Penelitian lapangan ini adalah untuk menganalisa emisi karbon dari aktifitas kendaraan bermotor dilihat dari konsumsi bahan bakar dan VKT kendaraan bermotor untuk wilayah kecamatan Gresik. Hasil emisi yang didapat kemudian dibandingkan dengan fungsi Ruang Terbuka Hijau dalam menyerap emisi CO2, kemampuan penyerapan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
2
akan dianalisa menurut jenis pohon dan luasan RTH.Berikut proses tahapan penelitian:
Konsumsi Bahan Bakar (kL/tahun) x Faktor Emisi……………………………………………..(2.3)
A. Menghitung Emisi CO2 dengan Pendekatan VKT 1. Data primer jarak tempuh masing-masing jenis kendaraan pertahunya atau data km/tahun dan sata sekunder dari Dispenda Kabupaten Gresik untuk jumlah kendaraan. 2. Data faktor emisi, Faktor emisi CO2 pada pembakaran bahan bakar relatif sensitive terhadap proses pembakaran itu sendiri dan bergantung hanya pada karbon yang terkandung dalam bahan bakar, faktor emisi tiap jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 1. yang akan digunakan untuk metode VKT pada faktor emisi dengan satuan (gram/km) dan untuk pendekatan konsumsi bahan bakar untuk faktor emisi dengan satuan (gram/L).
C. Membandingkan hasil perhitungan emisi CO2 dari Pendekatan VKT dan Konsumsi Bahan bakar Setelah dianalisa dari dua pendekatan untuk mendapatkan data emisi CO2, diperoleh hasil perhitungan yang akan dibandingkan, dan dipilih yang paling mendekati kondisi lapangan untuk dihitung pada tahap selanjutnya dengan metode Box Model.
Tabel 1. Faktor Emisi CO2
No.
3.
Jenis Kendaraan
Faktor Emisi (gram/Km)
Faktor Emisi (gram/L)
1
Sedan Premium
329.66
2558.8
2
Minibus Premium
346.30
2693.4
3
Minibus Solar
375.89
3642.8
4
Jeep Premium
402.53
2991.3
5
Jeep Solar
424.44
4106.2
6
Pick up Premium
373.63
2178.1
7
Pick up Solar
399.64
2897.6
8
Mikrolet Premium
358.94
2780.5
9
Mikrobus Solar
703.19
4586.2
10
Bus Solar
859.00
1593.7
11
Truck Solar
771.15
1593.7
12 Sepeda motor (Sumber: Lestari dan adolf, 2008)
122.19
2275.1
Menghitung emisi CO2dengan rumus pada persamaan Emisi CO2 = VKT (km/tahun) x Faktor Emisi (gram/km)………………………………………….(2.1) Dengan,VKT = Jumlah kendaraan x Jarak tempuh ratarata kendaraan (km/tahun)……………………….(2.2)
B. Menghitung Emisi CO2 dengan Pendekatan Konsumsi Bahan bakar Proses yang dibutuhkan untuk mengetahui emisi dengan pendekatan ini adalah: 1. Data penjualan bahan bakar di 5 SPBU di Kecamatan Gresik dari tahun 2009-2011, data yang diperoleh dalam satuan kL/tahun, data konsumsi bahan bakar perjenis kendaraan, karena data penjualan yang didapat belum rinci untuk tiap kendaraan, maka dilakukan survey lapangan ke 5 SPBU mengenai komposisi pemakaian bahan bakar, baik premium atau solar untuk tiap jenis kendaraan, kemudian diolah dan didapat prosentase rata-rata pemakaian tiap jenis kendaraan pengguna premium. 2.
Menghitung emisi CO2 dengan rumus pada persamaan Emisi =
D. Perhitungan Metode Box Model Proses selanjutnya adalah menggunakan metode Box Model dengan, qL (- Ut)/L C(t) = ------(1 – e) ………………………………....(2.4) UH dan diperlukan data untuk mengisi rumus pada persamaan meliputi: C(t) = konsentrasi pencemar (mg/m3), yang akan dicari Q = rata-rata emisi pencemar per meter persegi (mg/m2/detik), q dapat dihitung dengan membagi emisi CO2 total (didapat dari hasil pendekatan VKT atau konsumsi bahan bakar) dalam satuan mg/detik dengan luas area box, luas area box adalah luas Kecematan Gresik yakni 5.5540.000 m2 L = panjang kotak (m), Asumsi box berbentuk persegi, maka panjang (L) = lebar (W) diketahui luas = panjang x lebar 5.5540.000 m2 = L2 L = 2353.7 meter W = lebar kotak, sama dengan L yakni 2353.7 meter H = tinggi pencampuran udara (m), diambil dari pohon yang paling tinggi dari hasil survey, yakni 10 meter U = rata-rata kecepatan angin (meter/detik) t = waktu tempuh (detik), didapat dari panjang box dibagi rata-rata kecepatan angin. Hasil perhitungan dari persamaan box model akan didapat C(t) atau konsentrasi pencemar dalam satuan mg/m3, kemudian akan diperoleh data perhitungan emisi CO 2 akhir dari penelitian ini, dengan persamaan: Emisi CO2 = (volume x konsentrasi)/waktu = (Luas kecamatan x H)xC(t)/t………(2.5) E. Menghitung Daya Serap CO2 dari RTH Menurut Jenis Pohon 1. Menghitung volume pohon dari luas tajuk dan tinggi, per jenis pohon, volum pohon diperoleh dari data tinggi pohon dalam meter dikalikan luas tajuk pohon dalam m2 yang dihitung menggunkan rumus luas lingkaran , dengan diameter tajuk pohon yang didapat dari survey lapangan. 2. Menghitung daya serap pohon hasil sampling Kemampuan penyerapan pohon = daya serap (mg/m3/hari) x jumlah pohon x volum (m3) ……………………………………………………(2.6) 3. Kemudian dihitung penyerapan secara total satu kawasan, dari hasil survey jenis pohon yang ada di RTH Kecamatan Gresik, luas tutupan lahan yang disurvey, akan didapat jumlah penyerapan vegetasi RTH dalam gram/detik, sehingga didapat:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 Rata-rata penyerapan per m2 RTH =
..…...(2.7)
=
Untuk menghitung jumlah penyerapan seluruh RTH kecamatan Gresik, maka: Total serapan kawasan = rata-rata penyerapan per m2(gram/detik/m2) x luas tutupan lahan RTH (m2)…………………………………….(2.8) Sehingga akan didapat gambaran penyerapan dari jenis vegetasi pohon yang terdapat di RTH kecamatan Gresik. F. Menghitung daya serap CO2 dari RTH Menurut Luasan Perhitungan daya serap disini akan menggunakan persamaan, S = 0.2278 x e(0.0048 x I) …………………….(2.9) Dimana S adalah laju serapan yang bergantung pada I atau intensitas cahaya, data intensitas cahaya diambil selama 12 bulan, mewakili 2 musim, I dalam satuan watt/m2 dan S dalam satuan g/cm2/detik. Berikut tahapan perhitungan serapan emisi CO2: Menghitung rata-rata laju serapan dalam satu tahun atau S rata-rata Menghitung luasan tajuk atau tutupan lahan dari luas total hasil sampling, akan didapatkan prosentase luasan tutupan lahan dari luas total hasil sampling. Prosentase luasan tutupan lahan (tajuk) hasil sampling akan digunakan untuk asumsi prosentase luasan tutupan lahan (tajuk) RTH Kecamatan Gresik keseluruhan. Menghitung kemampuan serapan CO2 kawasan Kecamatan Gresik dengan persamaan:
3 2.dan emisi CO2 dari Pendekatan VKT dapat dilihat pada Tabel 3. dibawah ini, Tabel 2. Data Jumlah dan Jarak Tempuh Rata-rata/tahun Kendaraan di Kecamatan Gresik Jarak tempuh rataNo. Kendaraan Jumlah rata/tahun (Km/tahun) 1
Sedan
724
14881
2
Minibus
1578
14788
3
Jeep
4
Pick up
5
Mikrolet
33
6
Mikrobus
32
7
Bus
48
8
Truck
9
Sepeda Motor
12664
247
17319
1185
Jumlah Total
13713 15446 19211
364
19415
39024
9694.6
43235
Sumber: Hasil Survey Tabel 3. Emisi CO2 dari Pendekatan VKT
No
Emisi CO2 (Ton/tahun)
Jenis Kendaraan
1
Sedan Premium
3551.71
2
Minibus Premium
7271.94
3
Minibus Solar
878.27
4
Jeep Premium
1126.58
Serapan CO2 (gram/detik) =S rata-rata (g/cm2/detik) x Luasan tutupan lahan kawasan (cm2)……………………………………………….(2.10)
5
Jeep Solar
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Emisi menurut Jarak Tempuh atau (VKT) Jarak tempuh kendaraan dimaksudkan untuk melihat jarak tempuh suatu jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu (hari/minggu/bulan/tahun). Beberapa jenis kendaraan memiliki nilai VKT yang dapat dipantau seperti mikrolet, bus dan microbus. Hal ini disebabkan karena jenis kendaraan ini melintasi rute yang sama setiap waktunya, berbeda dengan jenis kendaraan penumpang (sedan, mini bus, jeep), pick up dan truck dimana jarak tempuh selalu berbeda pada tiap waktu. Kendaraan yang tersampling, meskipun diusahakan dengan pemilihan alamat kendaraan berdasarkan STNK, namun untuk kendaraan pribadi seperti, sepeda motor, mini bus, merupakan jenis angkutan penumpang yang tidak memiliki jalur trayek tetap, sehingga nilai VKT bergantung dari aktivitas dan tujuan pengendara. Angkutan berat seperti bus dan truck yang lewat dijalan-jalan kecamatan Gresik kebanyakan milik industri atau pabrik, digunakan sebagai transportasi antar kota, sehingga pengaruh beban emisi yang nantinya ditimbulkan tidak terbatas di kawasan Kecamatan Gresik Data Jumlah dan Jarak Tempuh Rata-rata/tahun Kendaraan di Kecamatan Gresik dapat dilihat pada Tabel
134.38
6
6904.45
Pick up Premium
7
Pick up Solar
823.64
8
Mikrolet Premium
162.43
9
Mikrobus Solar
347.57
10
Bus Solar
792.11
11
Truck Solar
12
Sepeda motor
5449.76 46227.17
Emisi Total
73670.00
Sumber: Hasil Survey
Komposisi beban emisi dari pendekatan VKT dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah ini, 0%
1%
7% 5%
Sedan
11% 2%
Mini bus Jeep
11%
Pick up 0%
63%
Mikrolet Roda dua Mikrobus
Gambar 1. Komposisi Beban Emisi CO2 dari Kendaraan Bermotor dengan Pendekatan VKT
Gambar 1. diatas menunjukkan beban emisi paling tinggi dimiliki Roda dua atau sepeda motor, karena pendekatan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 VKT berdasarkan jarak tempuh rata-rata yang telah dilalui masing-masing kendaraan, dengan jumlah sepeda motor yang sangat tinggi berpengaruh pada emisi yang mencapai 63%, kemudian disusul oleh Minibus, pick up dan truck.
4 komposisi beban emisi CO2 dari masing-masing jenis kendaraan, baik pengguna premium atau solar dapat diilustrasikan pada Gambar 3. dan Gambar 4.dibawah ini, 10%
B. Emisi CO2 menurut Konsumsi Bahan Bakar Berikut data konsumsi bahan bakar, dapat dilihat pada Tabel 4. dibawah ini,
Mini bus 37%
Tabel 4. Data Konsumsi Bahan Bakar Perjenis Kendaraan di Kecamatan Gresik Bahan Bakar
Konsumsi Bahan Bakar (kL/tahun) 2009
2010
2011
Premium
2508.20
2585.00
2877.00
Premium
9405.75
9693.75
10788.75
Solar
1964.64
1224.96
1293.12
Premium
548.67
565.47
629.34
Solar
65.49
40.83
43.10
Premium
971.93
1001.69
1114.84
Solar
155.53
96.98
102.37
Mikrolet
Premium
1285.45
1324.81
1474.46
Mikrobus
Solar
106.42
66.35
70.04
Bus
Solar
272.87
170.13
179.60
Truk
Solar
1528.05
952.75
1005.76
Roda dua
Premium
10189.56
10501.56
11687.81
Kendaraan Sedan Minibus
Jeep
Pick up
Roda tiga Premium 172.44 177.72 Sumber:(Pertamina UPMS V dan hasil survey)
197.79
Hasil perhitungan emisi CO2 dari konsumsi bahan bakar 3 tahun terakhir 2009-2011 dapat dilihat pada Gambar 2. dibawah ini, 80000
emisi CO2 (ton/tahun)
78000 76000
Sedan
Jeep 41%
Pick up Mikrolet
6% 3% 3%
Gambar 3. Komposisi Beban Emisi CO2 dari Kendaraan Pengguna Premium menurut konsumsi Bahan bakar
Minibus Jeep
22% 4% 4% 4% 2%
Pick up 64%
Mikrobus Bus Truck
Gambar 4. Komposisi Beban Emisi CO2 dari Kendaraan Pengguna Solar menurut konsumsi Bahan bakar
Dari Gambar 3 dan 4 menunjukkan, emisi terbesar dari pengguna bahan bakar premium dan solar adalah dari kendaraan minibus atau mobil pribadi sebesar 41%, meskipun secara jumlah sepeda motor menempati urutan pertama namun tidak untuk emisinya yang berada di urutan kedua dengan 37%, karena konsumsi persatuan mobil yang tinggi membuat minibus berada di posisi paling besar dalam menyumbang emisi di kawasan Kecamatan Gresik, dan kemudian truck sebanyak 22% sebagai pengguna solar dengan emisi terbesar kedua. Hasil perhitungan emisi CO2 dari dua pendekatan, melalui metode VKT atau menurut konsumsi bahan bakar, dapat disajikan pada Tabel 5. dibawah ini,
74000 Tabel 5. Perbandingan Emisi CO2 tahun 2011 di Kecamatan Gresik dari pendekatan VKT dan Konsumsi Bahan Bakar
72000 70000 68000 66000 Series1
Emisi CO2 menurut pendekatan VKT 2009
2010
2011
73501
71177
78816
Gambar 2. Grafik Emisi CO2 tahun 2009-2011 menurut Konsumsi Bahan Bakar di Kecamatan Gresik
Dari Gambar 2. grafik diatas dapat menunjukkan jumlah emisi terjadi penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010, hal ini karena terjadi pengalihan bahan bakar dari solar ke bio solar, dimana secara keselurahan tahun 2010 terjadi peningkatan komsumsi meskipun sedikit, namun penggunaan solar menurun hampir separuh dan penggunaan bio solar menigkat dari 2.781 kL ke 5.059 kL, sedangkan untuk konsumsi premium terjadi peningkatan namun sedikit sekali, kemudian dari tahun 2010 ke 2011 terjadi peningkatan 7638 ton CO2 dari hasil analisa karena terjadi peningkatan signifikan di konsumsi premium, untuk solar dan bio solar relatif naik namun sedikit.
73.670,02 ton/tahun Sumber: (Hasil Perhitungan)
Emisi CO2 dari Pendekatan Konsumsi Bahan Bakar 78.816,1 ton/tahun
Estimasi beban emisi yanglebih mendekati kondisi di lapangan adalah estimasi dengan pendekatan konsumsi bahan bakar, hal ini disebabkanestimasi dengan pendekatan kecepatan kendaraan merupakan pendekatan yang sederhana karena dengan kecepatan rata-rata yang sama, terdapat perbedaan jumlah percepatan dan perlambatan sehingga konsumsi rata-ratanyapun akan menjadi sangat berbeda. Sementara estimasi dengan pendekatan konsumsi bahan bakarmempertimbangkan faktor termasuk frekuensi dan rata-rata percepatan dan perlambatan, cara berkendarapengemudi, banyaknya beban mesin kendaraan, pemeliharaan kendaraan, pemompaan dan penggunaan airconditioning. (Eldewisa, 2008) sehingga untuk perhitungan pada Box Model digunakan data emisi dari pendekatan konsumsi bahan bakar yang akn dibahas selanjutnya.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
5 Jumlah penyerapan akhir menurut jenis pohon dapat dilihat pada Tabel 6. dibawah ini,
C. Perhitungan Box Model qL (- Ut)/L C(t) = -------- (1 – e) UH 0.45mg/m2/detik x2.354m (- 3,6x653,8)/2.354 C(t) = --------------------------------(1 – e) (3,6)x(12) 1012.5 (- 1) C(t) = --------- (1 – e) 43,2 = 15,5 mg/m3 Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh konsentrasi CO2 yang tertahan pada box dan ditanggung oleh area Kecamatan Gresik yaitu sebesar 15,5 mg/m3 atau bila dinyatakan dalam massa yaitu sebesar: Emisi CO2 = (volume x konsentrasi)/waktu = [(Luas kecamatan x H) x C(t)] / t = [(5.54x106 m2 x 12 m) x 15,5 mg/m3] / 653,8 detik = 1.576.078,3 mg CO2/detik = 1.576.08 g CO2/detik Hasil perhitungan emisi CO2 menunjukkan bahwa beban emisi CO2 yang mampu ditanggung oleh Kecamatan Gresik lebih kecil bila dibandingkan dengan total emisi CO2 primer yang dikeluarkan sebesar 2500 g CO2/detik. Hal ini berarti bahwa total emisi CO2 maksimal yang mampu ditanggung oleh Kecamatan Gresik hanya dari kegiatan transportasi sebesar 1.576,08 g CO2/detik, sisanya sebesar 923.92 g CO2/detik lepas ke udara bebas. D. Daya Serap CO2 Menurut Jenis Pohon di RTH Kecamatan Gresik Setiap jenis pohon mempunyai kemampuan penyerapan yang berbeda, dari hasil pengamatan, ditemukan jenis pohon, tinggi dan luas tajuk yang beragam, untuk dapat mengetahui kemampuan penyerapan total, dilakukan tahap perhitungan sebagai berikut: 1. Menghitung volume pohon dari luas tajuk dan tinggi per jenis pohon, contoh untuk jenis pohon Angsana di alun-alun Gresik: Jumlah pohon Angsana di alun-alun kota=123 buah Menghitung luas total tajuk pohon Angsana di Alun-alun ∑ =130,6 m2 Menghitung rata-rata tinggi pohon Angsana di alun-alun = 4.2 meter Volume = 130,6 m2 x 4,2 meter = 548 m3 2. Menghitung daya serap per pohon Daya serap pohon Angsana = 4.2602 ppm/hari atau 4.260,2 mg/m3/hari (Pentury, 2003) Kemampuan penyerapan pohon angsana di Alun-alun kota = daya serap x jumlah pohon x volum = 4.260,2 mg/m3/hari x x 548,52 m3 = 2336787,899 mg/hari atau 27 mg/detik atau 0,027 g/detik
Tabel 6. Data Pohon, Volume, Luas dan Jumlah Penyerapan Vegetasi pada hasil sampling di RTH Kecamatan Gresik
No.
Jenis Pohon
Jumlah volume pohon (m3)
Luas Tutupan lahan (m2)
Jumlah Penyerapan (g/detik)
1
Angsana
3561.97
718.5930
0.1756
2
Glodokan
789.43
168.1354
0.0192
3
Beringin
3725.83
628.2588
0.0261
4
Terembesi
9061.19
5
Jambu
22.30
1332.1531 3.8452
0.4433 *
6
Mangga
86.94
21.2051
0.0042
7
lamtoro Asam keranji Mahoni
31.53
8.9062
*
96.76
24.1896
0.0009
1565.93
279.7914
18941.879
3185.0777
0.0254 0.6947
8 9 Total
Keterangan: *pada jenis pohon Jambu dan Lamtoro belum diketahui daya serapan CO2
3. Kemudian dihitung penyerapan secara total, semua jenis pohon yang ada di RTH Kecamatan Gresik, dari luas tutupan lahan yang disurvey, didapat jumlah penyerapan vegetasi RTH sebesar 0.6947 g/detik, sehingga didapat:
rata-rata penyerapan per m2 RTH = =
= = 0.000218105 g/detik/m2 Untuk menghitung jumlah penyerapan seluruh RTH kecamatan Gresik, maka: = rata-rata penyerapan per m2 x luas tutupan lahan RTH = 0.000218105 g/detik/m2 x 1032789.048 m2 = 225.256 g/detik Sehingga didapat penyerapan dari jenis vegetasi pohin yang terdapat di RTH kecamatan Gresik adalah 225.256 g/detik. Melihat data yang ada, hasil penelitian menunjukkan penyerapan paling tinggi didapat dari pohon Trembesi, kemudian pohon Angsana, namun untuk jenis pohon jambu dan lamtoro belum ada data sekunder tentang daya serap pohon jenis tersebut. E. Daya Serap CO2 Menurut Luasan di RTH Kecamatan Gresik Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Thomas Pentury (2003), untuk menghitung laju serapan CO2, digunakan model hampiran pola hubungan antara laju serapan dan luas tajuk tanaman dengan formulasi matematika sebagai berikut: S = 0,2278 exp (0,0048 . I) Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka dapat diperoleh laju serapan CO2 persatuan luas, contoh perhitungan laju serapan pada bulan Januari: I = 416.62 watt/m2 S = 0.2278 x e(0.0048 x 416.62) = 1.6828 µg/cm2/menit = 2.804 x 10-8 g/ cm2/detik
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
6
didapatkan rata-rata serapan CO2 oleh RTH yaitu sebesar 2.8823 x 10-8 g/cm2/detik. Kemudian, akan digunakan sebagai faktor pengali perhitungan laju serapan CO2 oleh RTH dengan total luasan eksisting. Dari luasan RTH yang di sampling 3824.55 m2 didapat luasan tajuk total adalah 3188.062 m2 atau sekitar 80% dari luasan, menurut data Rencana Tata Ruang Wilayah pada tahun 2011 luasan keseluruhan RTH publik yang ada di Kecamatan Gresik adalah 123.89 ha atau 1238933.33 m2 dan perkiraan luas tajuk kanopi, diambil 80% dari luas total, sehingga didapat 1032748.429 m2 yang kemudian akan dimasukkan dalam perhitungan laju serapan. -Laju Serapan = 2.8823 x 10-8 g/cm2/detik -Luas Tutupan kawasan = 10327484294.5473 cm2 -Kemampuan penyerapan CO2 = 2.8823 x 10-8 g/cm2/detik x 10327484294.5473 cm2 = 297.6716422 g/detik F. Perbandingan Emisi dan Daya Serap Emisi oleh RTH Dari hasil penelitian diatas, didapat perbandingan antara emisi yang dikeluarkan dari kegiatan transportasi dengan emisi yang mampu diserap oleh pohon di RTH kecamatan Gresik dan dapat dilihat pada Tabel 7. dibawah ini, Tabel 7. Perbandingan Emisi dan Daya Serap Emisi oleh RTH
Emisi CO2 dari Konsumsi Bahan Bakar 2011 Emisi setelah di hitung dengan Box Model
923,92 g/deti k
Daya Serap Menurut Luasan
Ket.(%)
297.671 6 g/detik
32,21%
[2]
[3]
[4]
[5] [6]
[7]
[8]
[9]
[10]
Daya Serap Menurut Jenis Pohon
Ket(%)
225.25 g/detik
24,38 %
[11]
[12] [13]
Sumber: (Hasil Perhitungan)
IV. KESIMPULAN Hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian Tugaskhir ini didapat kesimpulan sebagi berikut : 1. Emisi CO2 dari kendaraan bermotor menurut hasil perhitungan dengan pendekatan jarak tempuh rata-rata (VKT) adalah 73,670 ton/tahun dan emisi total CO2 dari pendekatan konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor adalah 78,816.1 ton/tahun pada tahun 2011 atau 2500 g/detik. 2. Daya serap CO2 oleh vegetasi pada RTH menurut jenis pohon adalah 225,2566 g/detik atau mampu menyerap sekitar 24,38% emisi yang ada dari kegiatan transportasi kendaraan bermotor sedangkan daya serap CO2 oleh vegetasi pada RTH menurut luasan adalah 297.6716 g/detik atau mampu menyerap sekitar 32,21% emisi yang ada dari kegiatan trasnportasi kendaraan bermotor. 3. Kajian upaya pemanfaatan dapat dioptimalkan melalui penghijauan di lahan peruntukan RTH yang belum ditanami, seperti zona hutan kota, dan sebagian jalur hijau yang belum semua ditanami pohon. DAFTAR PUSTAKA [1]
Anonim. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
[14] [15] [16] [17] [18] [19]
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Kementrian Pekerjaan Umum, Jakarta. Anonim. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030. Pemerintah Kabupaten Gresik, Gresik. Dahlan, E. N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Disertasi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Dewan Nasional Perubahan Iklim (2010). Peluang dan Kebijakan Pengurangan Emisi Sektor Transportas.Jakarta. Eldewisa, Zahro dan Driejana, R. 2008. Perbandingan Estimasi Beban Emisi CO dan CO2 dengan Pendekatan Konsumsi Bahan Bakar dan Kecepatan Kendaraan (studi kasus : Bunderan CibiruLembang). Penerbit ITB. Bandung. IPCC(2006). 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC WGI Technical Support Unit, Hardley Center, Meteorology Office, London Road, Braknell, RG 122 NY, United Kongdom. Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘karbon tersimpan’ di berbagai macam penggunaan lahan. Bogor: World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. Houghton J. T., Ding Y., Griggs D. J., Nouger M. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Cambridge UK: Cambridge University Press. 83 pp. http://www.ipcc.ch/ Accessed: 28. Lestari, Puji dan Adolf S. 2008. Emission Inventory of GHGs of CO2 and CH4 From Transportation Sector Using Vehicles Kilometer Travelled (VKT) and Fuel Consumption Approaches in Bandung City. Journal of Better Air Quality,159(2008). Lusiana B., van Noordwijk M., dan Rahayu S. 2004. Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan. Bogor: ICRAF Southeast Asia Regional Office. Nevers, N.D. 2000. Air Pollution Control Engineering. Mc Graw Hill. New York Nowak, D. J., D. E. Crane and J. C. Stevens. 2006. Air pollution removal by urban trees and shrubs in the United States.Urban Forestry & Urban Greening 4(3-4): 115-123. Pentury. 2003. Konstruksi Model Matematika CO2 pada Tanaman Hutan Kota. Disertasi Universitas Airlangga. Surabaya. Pertamina. 2012. Laporan Pejualan Bahan Bakar Subsidi Kecamatan Gresik. Pertamina UPMS V. Surabaya. Schnoor, J.L. 1996. Environmental Modelling-Fate and Transport of Pollutant in Water, Air and Soil. John Wiley and Sons. Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung. Suhedi, F. 2005. Emisi CO2 dari Konsumsi Energi Domestik. Pusat Litbang Permukiman Departemen Pekerjaan Umum. Yang J., McBride J., Zhou J., dan Sun Z., 2005. The Urban Forest in Beijing and Its Role in Air Pollution Reduction. Elsevier Urban Forestry & Urban Greening 3 (2005) 65-78.