PENYERAPAN EMISI CO2 DARI KENDARAAN BERMOTOR MELALUI TEKNOLOGI VEGETASI DI RUANG MILIK JALAN Sequestration of CO2 Emissions from Motor Vehicles Through Vegetation Technology on Road Side Edwin Hidayat Pusat litbang Jalan dan Jembatan – Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum Jl A.H Nasution No. 264 Bandung 40294 E-mail :
[email protected] Tanggal diterima : 2 April 2013 ; Tanggal disetujui: 27 Juni 2013
ABSTRACT Motor vehicles growing rapidly each year in Indonesia, beside have positive impact, on the other hand it’s also brings negative impact, one of them is resulting Greenhousegas, especially CO2 emission from fosil fuel burning. Where as, the growth of motor vehicle emissions give contribution for global warming and contribute to the climate change. One way to overcome the problem of motor vehicle emission is vegetation technology for CO2 sequetration. Thus, for indentifiying how much the carbon stock and the value of CO2 sequestration from motor vehicles emissions by tree, we conduct case study in the AH. Nasution road – Bandung City, the methodology is using emission factor approachment and biomass method. The result shows that CO2 from traffic emissions are averagely 97.914 kgCO2/Day and the CO2 seguestration from the tree until the survey conducted are 1.506.662 kg. Thus, we can assume that vegetation technology is not significant enough for reducing the CO2 emission. In the future to decrease the motor vehicle emissions, we need the species of plants which have huge sequestration, on the other hand also to be recommended to developed mass rapid transportation or converstion the fuel to non fosil fuel. Keywords : CO2 emission, motor vehicle, CO2 sequestration, biomass method, road side ABSTRAK Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia setiap tahun cenderung meningkat, disamping memberikan dampak positif, dilain pihak juga menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah menghasilkan gas rumah kaca terutama emisi CO2 akibat pembakaran bahan bakar fosil. Secara tidak langsung, pertumbuhan kendaraan bermotor memberikan kontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Salah satu cara untuk mengatasi masalah emisi kendaraan adalah dengan menggunakan teknologi vegetasi untuk penyerapan CO2. Sehingga untuk mengidentifikasi berapa banyak simpanan karbon dan berapa nilai serapan CO2 dari emisi kendaraan bermotor, maka dilakukan studi kasus di Jalan AH Nasution – Kota Bandung, metode yang digunakan dengan pendekatan factor emisi dan metode pengukuran biomasa pohon. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa emisi CO2 dari lalu lintas kendaraan rata-rata adalah 97,914 kgCO2/hari dan serapan CO2 oleh pohon sampai saat survey dilakukan adalah 1.506.662 kg. Sehingga dapat diasumsikan bahwa teknologi vegetasi memberikan kontribusi yang kurang signifikan dalam penyerapan emisi CO2. Dimasa yang akan datang untuk mengurangi emisi kendaraan bermotor, dibutuhkan jenis spesies pohon yang mempunyai daya serap CO2 yang tinggi untuk ditanam di ruang milik jalan. Di lain pihak juga direkomendasikan untuk mengurangi emisi kendaraan dengan pengembangan angkutan masal atau konversi jenis bahan bakar kendaraan. Kata Kunci : emisi, CO2, kendaraan bermotor, serapan CO2, metode biomasa, ruang milik jalan
131
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.5 No.2, Juli 2013 hal 76 - 139
PENDAHULUAN Infrastruktur transportasi sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, diantaranya investasi infrastruktur itu sendiri karena untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa, kemudian pengembangan infrastruktur transportasi dapat mengurangi waktu tempuh, memperlancar perpindahan orang/penumpang dan mempercepat transportasi barang sehingga dapat menghemat pengeluaran keuangan (Gunasekera 2008 dalam Hong 2011)
Namun sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian kaitannya dengan perubahan iklim, terutama terkait dengan kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil. Tingginya pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi di negara-negara berkembang disinyalir memberikan kontribusi emisi gas rumah kaca yang tinggi (Wrigth dan Fulton 2005).
Sektor transportasi menghasilkan emisi yang mengganggu kualitas lingkungan, seperti karbon dioksida dan emisi polusi udara lainnya, menghasilkan kebisingan, polusi air, mengganggu kondisi fisik alam, dan lingkungan. Secara umum emisi kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil menghasilkan 14% karbon dioksida, 50-60% karbon dioksida dan hidro karbon serta sekitar 30% menghasilkan emisi nitrogen oksida (Hwang 2007 dalam Aly 2011). Salah satu cara mengurangi emisi CO2 dari kendaraan bermotor adalah cara vegetasi karena untuk mengantisipasi dan meminimalisir dampak dari perubahan iklim, maka diperlukan upaya untuk menstabilkan konsentrasi CO2 dengan memperluas CO2 Sink secara alami, yaitu dengan penghijauan (Sarmiento 2003 dalam Hastuti 2008). Penghijauan yang paling memungkinkan di daerah sekitar jalan, yaitu penanaman pohon di ruang milik jalan. Ruang milik jalan adalah sebuah segmen lahan yang dapat digunakan untuk simpanan karbon dan dapat dipertimbangkan dalam kegiatan penghijauan serta sebagai fungsi ekologi yang lain (Da Silva 2010).
Namun yang menjadi permasalahan adalah jenis maupun jumlah tanaman yang terdapat dipinggir jalan tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman di pinggir jalan protokol tidak sesuai dengan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penyerap polutan udara. Untuk itu perlu kiranya adanya penataan kembali terhadap jenis-jenis tanaman peneduh yang ditanam pada ruang milik jalan. Sehingga fungsi
132
tanaman sebagai peneduh dan penyerap bahanbahan pencemar benar-benar dapat maksimal seperti yang diharapkan (Martuti 2013).
Di lain pihak, untuk mengukur serapan CO2 di ruang milik jalan terdapat beberapa cara, diantaranya adalah menggunakan metode geographic information system dan metode biomasa. Untuk metode biomasa pohon hal ini dilakukan dengan menggunakan persamaan alometrik, hal ini dianggap sebagai alat yang fundamental dalam perhitungan biomasa tanpa harus menebang pohon dan nilai dengan persamaan tersebut tergantung dari data empiris yang digunakan dalam membentuk persamaan alometrik. Persamaan tersebut terdiri dari fungsi-fungsi tertentu untuk mempermudah pengukuran seperti diameter, tinggi, kerapatan kayu atau kombinasi dari fungsi fungsi tersebut. Persamaan-persamaan tersebut dihasilkan dari sampel data pohon yang sedikit untuk digunakan dalam perhitungan biomasa dalam skala besar. (Makungwa 2013). Sehingga tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan contoh cara perhitungan berapa emisi CO2 kendaraan dengan studi kasus jalan A.H. Nasution - Bandung dan berapa kemampuan pohon yang ada di ruang milik jalan Jalan A.H. Nasution - Bandung dalam menyerap emisi CO2 tersebut. Sehingga dapat diketahui efektifitas dari kemampuan pohon dalam menyerap emisi kendaraan.
KAJIAN PUSTAKA
Faktor Emisi Kendaraan Sumber emisi dalam kajian ini adalah emisi dari kendaraan bermotor, cara menghitung emisi dari kendaraan yang lewat di suatu ruas jalan digunakan 2 pendekatan, yaitu metode per jenis kendaraan dan metode per konsumsi BBM.
Metode per Jenis kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan rumus dan dengan menggunakan faktor emisi per jenis kendaraan, seperti yang tertuang pada Tabel 1 berdasarkan DEFRA 2012, hal ini dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: EK = VK x PJ x FE kend..................(1) Keterangan:
EK = emisi kendaraan; VK = volume kendaraan (kend/jam); PJ = panjang jalan (Km); FE kend = faktor emisi kendaraan (gCO2/km).
Penyerapan Emisi CO2 dari Kendaraan Bermotor melalui Teknologi Vegetasi di Ruang Milik Jalan Edwin Hidayat
Tabel 1. Faktor emisi (FE) CO2 Kendaraan Bermotor
Tabel 3. Tingkat Konsumsi BBM
Sumber : (DEFRA, 2012)
Metode per konsumsi BBM merupakan pendekatan dengan menghitung banyaknya konsumsi BBM dari tiap jenis kendaraan dengan menggunakan bantuan Tabel 2, yaitu faktor emisi BBM berdasarkan DEFRA (2012) dan Tabel 3 yaitu tingkat konsumsi BBM menggunakan database International Road Management System (IRMS) dalam Oetomo (2006). Sebagai contoh kendaraan di daerah Jawa Barat, perhitungan metode per konsumsi BBM dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: EK = VK x PJ x FE BBM x Kons BBM........(2) Keterangan:
EK = emisi kendaraan; VK = volume kendaraan (kend/jam); PJ = panjang jalan (Km); FE BBM = faktor emisi BBM (gCO2/liter); TK Kons BBM = tingkat konsumsi BBM (lt/km). Tabel 2. Faktor Emisi (FE) CO2 per jenis BBM
Sumber : (Oetomo, Sad Marga dkk, 2006)
dari makhluk hidup tersebut. Persamaan tersebut dipakai untuk menduga parameter tertentu dengan menggunakan parameter lainnya yang lebih mudah (Sutaryo 2009). Parameter yang biasa digunakan untuk mengukur biomasa pohon adalah diameter pohon. Ilustrasi cara pengukuran diameter setinggi dada pohon (DBH) untuk tiap jenis batang pohon dapat dilihat pada Gambar 1 . Seperti telah dijelaskan pengukuran metode biomasa dibantu menggunakan persamaan alometrik, dewasa ini terdapat banyak persamaan alometrik diantaranya adalah persamaan yang hasil penelitian Brown dan persamaan dari hasil penelitian Ketterings. Pendekatan pertama yaitu pendekatan model Brown yang merupakan model alometrik yang
Sumber : (DEFRA, 2012)
Metode Biomasa Terdapat beberapa pendekatan untuk mengukur serapan CO2 dari pohon, diantaranya dengan pengukuran stomata daun, pemetaan dengan bantuan aplikasi penginderaan jauh atau pengukuran dengan metode biomasa. Metode volume organisme (biomassa), yaitu pengukuran dengan menggunakan model alometrik. Pengertian model alometrik sendiri adalah suatu fungsi atau persamaan matematika yang menunjukkan hubungan antara bagian tertentu dari makhluk hidup dengan bagian lain atau fungsi tertentu
Gambar 1. Tata cara mengukur DBH Sumber : (Sutaryo, 2009)
133
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.5 No.2, Juli 2013 hal 76 - 139
dapat digunakan untuk semua jenis pohon yang merupakan hasil dari 170 pohon dengan diameter antara 5 – 148 cm (Brown 1997 dalam Basuki 2009) sebagai berikut: B = exp(-2.134+2.53ln(DBH))......(3) Keterangan:
B = Biomassa total pohon (kg/pohon); D = Diameter setinggi dada (cm)
Pendekatan kedua dengan pendekatan Ketterings, model alometrik Ketterings dapat digunakan untuk menghitung biomassa pohon secara umum yang merupakan hasil penelitian dari 29 batang pohon yang terdiri dari 14 spesies di daerah Sepunggur Provinsi Jambi dengan diameter antara 7,6 – 48,1 cm (Ketterings 2001) sebagai berikut: B = 0.11 ρ DBH2+C...........................(4)
Keterangan:
B = Biomassa total pohon (kg/pohon), Ρ = Kerapatan Kayu (diambil 0.604), DBH = Diameter Setinggi Dada (cm); C = hubungan antara diameter pohon dan tinggi pohon dilokasi penelitian (diambil 0.62 dari lokasi Sepunggur) Setelah diketahui jumlah biomasa pohon dengan persamaan alometrik, maka untuk mengetahui berapa jumlah simpanan karbon maka dihitung dengan persamaan serapan karbon (C) (Rahmat, Mamat 2010) sebagai berikut: Cb = B x % C organic......................(5) Keterangan:
Cb = kandungan karbon dari biomassa (kg); B = Total biomassa (kg); %C organik = nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47 - 0,5.
Selanjutnya setelah diketahui simpanan karbon (C), maka untuk mengetahui berapa serapan CO2 dilakukan perhitungan serapan CO2 dengan menggunakan persamaan dari (Rahmat 2010) sebagai berikut: CO2 = 3.6667 x Cb...........................(6) Keterangan :
CO2 = Serapan karbon dioksida; Cb = jumlah karbon dalam biomassa.
Hipotesis
Dugaan awal pada kajian ini adalah perbandingan dari nilai hasil pengukuran emisi kendaraan dengan pendekatan faktor emisi dan nilai dari pengukuran simpanan karbon dan serapan CO2 pada pohon yang berada di ruang milik jalan dapat digunakan untuk mengatahui efektifitas dari penanaman pohon
134
(vegetasi) dalam mengurangi emisi kendaraan dalam kaitannya terhadap perubahan iklim.
METODE PENELITIAN
Untuk melakukan analisa jumlah emisi dari kendaraan di suatu ruas jalan dan kemampuan simpanan karbon serta serapan CO2 dari pohon yang berada di ruang milik jalan perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah ke 1 dilakukan pemilihan ruas jalan yang akan di kaji, pengambilan studi kasus ruas jalan arteri primer di wilayah perkotaan yang juga merupakan salah satu jalan utama di suatu kota.
Langkah ke 2 dilakukan perhitungan volume lalu lintas pada ruas jalan tersebut dengan menggunakan metode video recording yang kemudian dilakukan counting di laboratorium komputer dan dibagi sesuai dengan jenis kendaraannya dan diklasifikasi menjadi 4 kelompok, yaitu: Kelompok 1, yaitu Mobil Penumpang (MP) terdiri dari Mobil pribadi, angkutan umum, jeep, pick up, taksi, dan van.
Kelompok 2, yaitu Kendaraan Sedang (KS) yang terdiri dari bus sedang, mobil kargo, dan truk sedang. Kelompok 3, yaitu Kendaraan Berat (KB) yang terdiri truk besar dan bus besar.
Kelompok 4, yaitu Sepeda Motor (SM) dengan asumsi semua kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas 0-125 cc.
Langkah ke 3 dilakukan perhitungan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dari kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut dengan 2 metode, yaitu : Metode 1, yaitu per jenis kendaraan dengan menggunakan tabel 1 dan persamaan 1 pada kajian pustaka.
Metode 2, yaitu per konsumsi BBM dengan menggunakan tabel 2 dan tabel 3 serta persamaan 2 pada kajian pustaka.
Langkah ke 4 dilakukan inventarisasi jumlah pohon dan diameter setinggi dada (DBH) yang berada di kiri dan kanan sepanjang jalan sesuai dengan cara pengukuran DBH menurut Sutaryo (2009) pada kajian pustaka. Langkah ke 5 dilakukan perhitungan kemampuan simpanan karbon dan serapan CO2 dari hasil survey pada langkah 4, kemudian dianalisis dengan 2 pendekatan, yaitu:
Penyerapan Emisi CO2 dari Kendaraan Bermotor melalui Teknologi Vegetasi di Ruang Milik Jalan Edwin Hidayat Pendekatan 1, yaitu pendekatan model Brown dengan menggunakan persamaan 3, persamaan 5, dan diikuti persamaan 6 pada kajian pustaka.
Pendekatan 2, yaitu dengan pendekatan Ketterings digunakan persamaan 4, dilanjutkan persamaan 5 dan persamaan 6 pada kajian pustaka. Langkah ke 6, melakukan analisa terhadap hasil dari langkah 3 dan langkah 5 dan melakukan interpretasi.
HASIL
Hasil langkah 1 dalam metodologi, studi kasus dilakukan di Jalan A.H. Nasution – Bandung. Jalan AH Nasution dari arah Timur dimulai dari Bundaran Cibiru dan berakhir di arah barat sampai dengan pertigaan terminal Cicaheum. Jalan ini secara umum dapat dikategorikan jalan dengan geometrik yang lurus dengan panjang 8.04 km. Jika dilihat dari kontur, jalan AH. Nasution ini termasuk datar sehingga tidak ada turunan atau tanjakan yang berarti.
Hasil survey primer pada langkah 2 metodologi dilakukan pada hari Rabu tanggal 6 juni 2012 dengan pengambilan waktu perekaman video dari jam 09.00-12.00, selanjutnya data volume lalu lintas tersebut dirata-ratakan menjadi per jam. Hal ini dilakukan untuk mencari volume lalu lintas normal, jalan AH. Nasution pada pagi dan sore hari mengalami peak hour yang lebih dikarenakan perjalanan commuter karena pengendara di daerah timur Bandung yang bekerja di pusat kota dan kondisi ini dianggap tidak bisa mewakili karena tidak berlaku di hari libur. Pada Tabel 4 ditampilkan data hasil survey kendaraan. Kemudian untuk mengetahui jumlah kontribusi CO2 dengan pendekatan emisi per jenis kendaraan, hasil perhitungan dengan menggunakan langkah 3 pada metodologi hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Emisi CO2 metode Jenis Tabel 4. Hasil Survey Rata-Rata Kendaraan
Kendaraan di bawah. Sedangkan hasil dengan pendekatan konsumsi BBM untuk kendaraan yang masuk kelompok MP digunakan faktor emisi BBM Bensin (dengan patokan konsumsi kendaraan adalah sedan/jeep). Kelompok KS menggunakan BBM solar (dengan tingkat konsumsi BBM berpatokan pada bis kecil). Kelompok KB menggunakan BBM Solar (dengan patokan tingkat konsumsi BBM adalah semi trailer). Kelompok SM menggunakan BBM Bensin. Maka dengan cara perhitungan langkah 3 pada metodologi diketahui jumlah emisi CO2 dari konsumsi BBM yang dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 5. Emisi CO2 metode Jenis Kendaraan
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 6. Emisi CO2 metode Konsumsi BBM
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari Tabel 5 dan Tabel 6 dapat dilakukan perbandingan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dan dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan emisi CO2 yang cukup signifikan walaupun menggunakan panjang jalan dan volume kendaraan yang sama. Hasil langkah 4 dan langkah 5 pada metodologi untuk simpanan karbon dan serapan CO2 dari hasil inventarisasi jumlah dan jenis pohon di ruang milik jalan. Survei dilakukan antara bulan November – Desember 2012 dengan hasil pohon berada di kiri jalan (arah Cicaheum) terdapat 544 pohon dengan diameter antara 2.55 – 97.33 cm dan di bagian kanan jalan (arah Cibiru) terdapat 333 pohon dengan diameter antara 3.18 – 78.66. Data tersebut kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan
Sumber : Hasil Survei
135
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.5 No.2, Juli 2013 hal 76 - 139
langkah 5 pada metodologi, sehingga pada tabel 7 ditampilkan hasil perhitungan simpanan karbon dan serapan CO2 Pohon di ruang milik jalan dengan pendekatan pertama.
pada per jenis kendaraan. Namun yang paling mempengaruhi adalah faktor kebiasaan dalam mengemudikan kendaraan, seperti saat melakukan akselerasi dan deselerasi kecepatan.
Dari Tabel 7 dan Tabel 8 dapat diketahui bahwa perhitungan dengan menggunakan model alometrik dari Brown menghasilkan berat biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode Kettering. Hal ini otomatis juga menghasilkan simpanan Karbon dan CO2 yang berbeda pula.
Serapan CO2 Yang Digunakan
Kemudian untuk pendekatan kedua yang merupakan hasil langkah 4 dan langkah 5 metodologi dengan persamaan Ketterings hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 8 .
PEMBAHASAN
Emisi CO2 Yang Digunakan Perhitungan emisi CO2 baik menggunakan pendekatan per jenis kendaraan ataupun per jenis BBM, keduanya memiliki kekurangan. Metode per jenis kendaraan dalam kenyataannya kondisi setiap kendaraan satu dengan yang lain berbeda walupun dengan tipe dan merek yang sama. Hal ini disebabkan karena faktor umur mesin, faktor pemeliharaan, faktor lama pemakaian, faktor kontur dan geometrik jalan, dan sebagainya. Begitu pula untuk per jenis BBM, tingkat konsumsi BBM kendaraan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
Seperti telah dijelaskan dalam hasil dari kedua metode emisi per jenis kendaraan dan emisi per jenis BBM diketahui perbedaan yang relatif tinggi. Namun pada kajian ini perhitungan emisi kendaraan yang dipilih adalah metode per jenis kendaraan, hal ini dikarenakan metode konsumsi BBM dianggap kurang teliti karena metode konsumsi BBM berhubungan dengan kecepatan kendaraan. Padahal kecepatan kendaraan yang melaju di jalan A.H. Nasution masing masing mempunyai kecepatan yang berbeda. Serapan CO2 dengan pendekatan Brown hanya menggunakan fungsi diameter untuk menghitung biomasa, sedangkan metode Ketterings menggunakan fungsi diameter dan kerapatan kayu dalam menghitung biomasa.
Dari hasil perhitungan, nilai dengan pendekatan Brown dan pendekatan Ketterings juga terjadi nilai perapan yang berbeda. Namun untuk simpanan Karbon dan serapan CO2 dipilih hasil perhitungan dengan pendekatan Ketterings. Hal ini dikarenakan model Ketterings merupakan hasil penelitian dari pohon-pohon yang ada di Indonesia dan mempunyai
Tabel 7. Serapan CO2 pendekatan Brown
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 8. Serapan CO2 pendekatan Ketterings
Sumber : Hasil Perhitungan
136
Penyerapan Emisi CO2 dari Kendaraan Bermotor melalui Teknologi Vegetasi di Ruang Milik Jalan Edwin Hidayat keragaman 14 spesies. Selain hal tersebut juga menggunakan pendekatan fungsi diameter dan fungsi kerapatan kayu sehingga hasil perhitungan menggunakan model ini dianggap relevan dengan pohon yang ada di ruang milik jalan jalan A.H. Nasution. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Brazil dengan menggunakan metode geographic information system (GIS). Didapatkan serapan CO2 rata-rata adalah 131 tons/km untuk skenario jenis pohon asli daerah setempat dan merupakan terdiri dari beberapa jenis pohon (Da Silva 2010).
Sedangkan hasil perhitungan di Jalan A.H. Nasution hampir 98 ton CO2/Hari untuk 8.04 km atau 12.18 ton/km. Jika dibandingkan dengan metode GIS terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Namun hal ini diakibatkan karena metode yang digunakan berbeda. Selain itu juga dikarenakan parameter populasi, luas kota, kepadatan penduduk, jarak jalan dari pusat kota, dan iklim daerah mempunyai pengaruh pada tingkat kemampuan serapan CO2. Sebagai tambahan, jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang sama-sama menggunakan metode biomasa. Didapatkan hasil dari penelitian di Vadodara City bahwa untuk jumlah 242 pohon di Station Road kemampuan serapan mencapai 11,61 ton/km (Kiran 2011).
Jika dibandingkan dengan kemampuan serapan di jalan A.H. Nasution yang 12.18 ton/km dengan jumlah pohon rata-rata 109 pohon maka kemampuan serapan dianggap relatif sama. Hal ini disebabkan perbedaan yang tidak terlalu jauh dan yang menjadi perbedaan di sini adalah jumlah pohon, dimana jumlah pohon sangat dipengaruhi oleh ukuran diameter. Hubungan Emisi, dan Serapan Karbon
Dari hasil perhitungan dengan metode biomassa dan faktor emisi. Hasil perhitungan emisi kendaraan dengan studi kasus di Bandung dapat diketahui bahwa total emisi CO2 di jalan AH. Nasution – Bandung rata-rata per jam adalah 5.439 kg. Nilai ini adalah nilai rata-rata dari hasil 3 jam pengambilan data, bukan dari rata-rata dari 24 jam. Hal ini dilakukan karena volume kendaraan sangat fluktuatif dalam 24 jam dimana volume kendaraan mulai signifikan dari pukul 05.00 sampai dengan pukul 22.00. Sehingga rata-rata volume kendaraan per hari hanya dianggap selama 18 jam. Dengan demikian jika volume kendaraan ini dianggap linier dan pergerakan kendaraan dalam satu hari adalah 18 jam, maka total emisi CO2 adalah 97.914 kg CO2/hari atau sekitar 98 ton CO2/hari. Dilain pihak serapan CO2 dari pohon yang berada di ruang milik
jalan sampai saat dilakukan survey mempunyai 1.506.662 kg atau sekitar 1500 ton.
Dari angka ini dapat dilihat bahwa kemampuan serapan CO2 pohon yang ada di ruang milik jalan Jalan AH. Nasution tidak mampu menyerap semua emisi CO2 dari kendaraan bermotor. Hal ini dikerenakan hanya dalam 16 hari volume emisi CO2 sudah melebihi kemampuan serapan pohon secara keseluruhan. Dengan kata lain berdasarkan data dari table 5 hasil untuk penambahan 1 kendaraan bermotor akan menambah 0.85 kg CO2 atau jika dengan data tabel 8 dengan penambahan biomassa pohon seberat 1 kg, maka dapat menyerap CO2 sebesar 1.72 kg CO2.
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa teknologi vegetasi mempunyai keterbatasan dalam mereduksi CO2, sehingga untuk mereduksi dampak negatif emisi kendaraan di sekitar ruang milik jalan perlu dilakukan pemilihan jenis pohon dengan kemampuan serapan CO2 yang tinggi dan mempunyai DBH yang besar atau dapat juga digabungkan dengan penanaman semak. Perlu juga dilakukan penggabungan dengan cara atau teknologi alternatif yang lain.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
a. Volume kendaraan per jam untuk jalan di wilayah perkotaan dengan studi kasus jalan AH. Nasution – Bandung mempunyai volume total rata-rata 6.414 kendaraan/jam, dengan volume total emisi CO2 adalah 5.439 Kg CO2/ Jam. Sedangkan untuk simpanan karbon total sampai saat survei dilakukan adalah 410.906 kg, kemudian kemampuan serapan CO2 adalah 1.506.662 kg. b. Pohon di ruang milik jalan jalan A.H Nasution mempunyai kemampuan yang kecil dan dianggap tidak signifikan dalam mereduksi emisi kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut. Hal ini antara lain disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu : • jenis pohon yang ditanam, karena setiap jenis pohon mempunyai kemampuan serapan CO2 yang berbeda. • umur pohon yang sangat berpengaruh pada DBH, karena semakin besar DBH maka biomassa juga semakin besar.
137
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.5 No.2, Juli 2013 hal 76 - 139
DAFTAR PUSTAKA Aly, Sumarni Hamid et al. 2011. Study on Emission Measurement of vehicle on road based on binominal logit model. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol 9 page 784-795. Basuki, T.M, P.E. van Laake, A.K. Skidmore, Y.A. Hussin. 2009. Allometric Equations For Estimating The Above-Ground Biomass In Tropical Lowland Dipterocarp Forests. Forest Ecology and Management Journal, 257 1684– 1694, ELSEVIER. Da Silva AM et al. 2010. Roadside Vegetation: Estimation And Potential For Carbon Sequestration, Iforest – Biogeosciences And Forestry Journal 3: 124-129. Hastuti dan Utami. 2008. Potensi ruang terbuka hijau dalam penyerapan CO2 di Permukiman, Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 2 Juli 2008 Hal 106-114. DEFRA. 2012. Guidelines to Defra / DECC’s GHG Conversion Faktors for Company Reporting: Methodology Paper for Emission Faktors, Department for Environment, Food and Rural Affairs; London. Hong et al. 2011. Transport Infrastructure And Regional Economic Growth: Evidence from China, Transportation Journal 38:737–752 Springer. Ketterings et al. 2001. Reducing Uncertainty In The Use Of Allometric Biomass Equations For Predicting Above Ground Tree Biomass In Mixed Secondary Forests. Forest Ecology And Management Journal 146 199-209 Elsevier. Kiran, Sandhya et al. 2011. Carbon sequestration by urban trees on roadside of Vadodara City. International Journal of Engineering Science and Technology. Vol. 3 No. 4 Apr 2011, page 3066-3070, ISSN : 0975-5462.
Makungwa, Stephy D et al. 2013. Allometry for Biomass Estimation in Jatropha Trees Planted as Boundary Hedge in Farmers’ Fields. Forests Journal 4, 218-233: ISSN 1999-4907. Martuti, Nana Karida. 2013. Peranan Tanaman Terhadap Pencemaran Udara di jalan Protokol Kota Semarang. Jurnal Biosantifika, Vol 5 (1) Hal. 36-42. Oetomo, Sad Marga, Sjafruddin, Santoso. 2006. Kajian Instrumen Pungutan Bagi Pengguna Jalan Untuk Dana Pemeliharaan di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Teknik Sipil Vol 13 No. 1 Januari 2006 Hal 41-53. Rahmat, Mamat. 2010. Evaluasi Manfaat Dan Biaya Pengurangan Emisi serta Penyerapan Karbon Dioksida pada Lahan Gambut di HTI PT. SBA
138
WI. Jurnal Bumi Lestari. Volume 10 No. 2, Agustus 2010. hlm. 275 – 284. Sutaryo, Dandun. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Bogor: Penerbit Wetlands International Indonesia Programme. Wrigth and Fulton. 2005. Climate Change Mitigation and Transport in Developing Nations. Transport Reviews Journal, Vol. 25, No. 6, 691– 717, November 2005.