CITRA DESY AISYAH ALKIS JALAN TOL BAGI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR (Perencanaan ruang bagi transportasi ramah lingkungan) Studi Kasus : Jalan Lingkungan Kampus UGM (Perempatan Jalan Kaliurang)
I.
LATAR BELAKANG
Saat ini kebutuhan akan ruang semakin terbatas, akibat perkembangan pembangunan yang semakin pesat. Ruang menjadi sumber daya yang sangat berharga seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan ruang, termasuk juga dengan kebutuhan akan ruang publik. Egoisme akan pemanfaatan ruang menyebabkan ketidak merataan pembagian porsi ruang bagi tiap-tiap elemen masyarakat, khususnya dalam penggunaan ruang publik. Ruang Publik, sebagai ruang bersama, dalam aplikasinya, justru menjadi ruang bagi sebagian kalangan masyarakat saja. Salah satu dari ruang publik yang tidak mengakomodir seluruh kebutuhan masyarakat adalah jalan. Jalan, sebagai salah satu ruang publik, seharusnya mampu mewadahi setiap kebutuhan pengguna jalan, akan tetapi pada kenyataannya jalan hanya mewadai kebutuhan sebagian pengguna saja. Jalan lebih di dominasi oleh pengguna kendaraan bermotor pribadi (mobil dan sepeda motor) dan penataan ruang jalan juga lebih mendukung aktivitas pemanfaatan jalan bagi kendaraan bermotor. Pengguna jalan lain, seperti pengguna kendaraan tidak bermotor dan juga pejalan kaki hampir tidak mendapatkan tempat di jalanan. Pengguna kendaraan tidak bermotor dan pejalan kaki menjadi bagian yang tersisihkan di jalanan. Hal ini dikarenakan jumlah mereka sebagai minoritas dan juga terus meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor yang menghasilkan lebih banyak pajak untuk pemerintah. Kebutuhan mereka sering tidak dipertimbangkan dalam penataan jalan. Kondisi ini terjadi hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia, termasuk juga di lingkungan kampus Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Jalan di lingkungan kampus yang sedang giat menggalangkan himbauan bersepeda untuk go green campus ini masih menjadi bagian dari ruang publik yang tidak ramah bagi pengguna kendaraan tidak bermotor. Ketidak ramahan ini dipengaruhi oleh faktor ketidak-amanan dan ketidak-nyamanan penggunaan jalan bagi pengguna kendaraan tidak bermotor. Ruang publik sebagai ruang berbagi, harus memiliki dua aspek penting yaitu keamanan dan kenyamanan. Ruang publik, khususnya jalan harus mampu mewadahi seluruh aktivitas pergerakan segala moda transportasi, dengan demikian fungsi sebagai ruang berbagi dapat terpenuhi. Perencanaan ruang jalan yang mendukung bagi kendaraan tidak bermotor dan sekaligus mengintervensi ruang bagi pengguna kendaraan bermotor akan menjadi salah satu solusi potensial untuk mengatasi permasalahan pemanfaatan ruang publik.
CITRA DESY AISYAH ALKIS II.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup materi dalam rencana jalan TOL bagi kendaraan tidak bermotor ini meliputi rancangan desain penataan ruas jalan dan pengaturan arah pergerakan kendaraan. Ide mengenai jalan TOL bagi kendaraan tidak bermotor ini diharapkan mampu diaplikasikan pada jalan-jalan lingkungan, khususnya di lingkungan pendidikan
seperti di lingkungan
kampus UGM. Pada paper ini, penulis menjadikan ruas perempatan jalan Kaliurang di lingkungan kampus UGM sebagai objek percontohan dari rencana jalan TOL bagi kendaraan tidak bermotor ini. III. TUJUAN Rencana penataan ruang jalan dengan konsep TOL bagi kendaraan tidak bermotor ditujukan untuk : a. Mengintervensi ruang bagi kendaraan bermotor b. Menurunkan tingkat polusi kendaraan di jalan c. Mengakomodir kebutuhan ruang bagi kendaraan tidak bermotor Tujuan utama dari rencana ini adalah untuk menciptakan jalan yang ramah lingkungan. Intervensi ruang terhadap kendaraan bermotor ditujukan untuk mengurangi volume kendaraan bermotor di jalan. Pengurangan volume kendaraan bermotor akan dapat mengurangi tingkat polusi di jalan. Selain itu, terakomodirnya para pengguna kendaraan tidak bermotor, akan meningkatkan minat masyarakat untuk beralih menjadi pengguna kendaraan tidak bermotor, khususnya sepeda dan pejalan kaki. Secara bertahap, kondisi jalan ramah lingkungan yang sehat dan bersahabat dapat kita nikmati.
IV. TEMUAN Kebutuhan ruang bagi pengguna kendaraan tidak bermotor masih belum terwadahi dengan baik di lingkungan kampus UGM. Meninjau dari salah satu titik kemacetan di jalan lingkungan kampus UGM, yaitu perempatan jalan Kaliurang, kasus terabaikannya pengguna sepeda dan pejalan kaki terjadi disini. Padahal UGM sendiri sedang menggalangkan gerakan bersepeda untuk go green campus. Gerakan bersepada di kampus UGM sempat menunjukan progress saat mulai diberlakukannya penggunaan KIK untuk mengakses beberapa jalan di lingkungan kampus UGM. Penggunaan KIK ini membatasi ruang bagi sebagian pengguna kendaran bermotor. Selain itu didukung pula dengan penyediaan fasilitas stasiun sepeda gratis untuk penggunaan sepeda di area kampus, turut meningkatkan antusiame pengguna kendaraan tidak bermotor. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, tidak nampak progress yang signifikan terkait peningkatan jumlah pengendara sepeda.
CITRA DESY AISYAH ALKIS Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) dan dilansir dalam Suara Merdeka 17 Oktober 2013, ada beberapa alasan mengapa warga masyarakat enggan bersepeda. Di antaranya mereka khawatir mengalami kecelakaan karena harus berebut jalur dengan kendaraan lain seperti mobil, sepeda motor dan bus. Di samping itu, tidak tahan dengan polusi udara, serta kurangnya fasilitas pendukung bagi pengendara sepeda. Program bersepeda di kampus UGM ini belum bisa terlaksana dengan baik karena beberapa faktor, antara lain : a. Ketidaktersediaan ruang Jalan lingkungan kampus UGM tidak didesain dengan jalur khusus sepeda, sehingga pengguna sepeda harus menggunakan lajur yang sama dengan pengguna kendaraan bermotor. b. Ketidak-tegasan Regulasi dari pihak Kampus UGM Setelah mengeluarkan kebijakan penggunaan KIK bagi kendaraan bermotor, pihak kampus juga mengeluarkan perarturan penggunaan karcis kuning untuk akses lingkungan kampus bagi kendaraan bermotor tidak ber-KIK. Penggunaan karcis kuning ini terang saja membuat pembatasan penggunaan kendaraan bermotor menjadi gagal. Sistem antri karcis dipintu masuk kampus tidaklah sulit dan dirasa tidak memberatkan bagi civitas kampus yang menggunakan kendaraan bermotor. c. Ketidak-amanan Tidak adanya lajur khusus sepeda dijalan lingkungan kampus UGM, memaksa para pengguna kendaraan tidak bermotor berbagi dengan pengguna mobil dan sepeda motor. Jumlah mobil dan motor yang jauh lebih banyak memadati hampir seluruh luas jalan. Kecepatan mobil dan motor yang jauh lebih cepat juga membuat pengguna sepeda takut tertabrak. Sehingga dengan kondisi yang ada saat ini, jalan lingkungan UGM belum aman bagi pengguna sepeda. d. Ketidak-nymanan Berbagi dengan mobil dan motor berkecepatan tinggi, tentu bukan saja tidak aman, tetapi juga tidak nyaman bgi pengguna sepeda. Kepungan polusi dari kendaraan bermotor membuat pengguna sepeda terganggu. Berdasarkan beberapa temuan diatas, permasalahan yang dihadapi pengguna kendaraan tidak bermotor di lingkungan kampus UGM sangat dipengaruhi oleh pengaturan ruang jalannya. Pembagian lajur jalan yang belum mendukung pengguna kendaraan tidak bermotor adalah faktor penting yang menyebabkan terabaikannya kelompok pengguna kendaraan tidak bermotor. Oleh karena itu, perlu adanya rencana pengaturan ruang yang mampu mendukung pengguna kendaraan tidak bermotor dan mengintervensi pengguna kendaraan bermotor.
CITRA DESY AISYAH ALKIS V. RENCANA JALAN TOL BAGI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR Konsep jalan TOL bagi kendaraan tidak bermotor ini, terinspirasi dari jalan bebas hambatan bagi mobil yang selama ini kita kenal sebagai jalan TOL. Apabila mobil disediakan ruang khusus, yaitu TOL, sehingga aktivitas pergerakannya dapat terwadahi secara lebih efektif, sudah seharusnya moda transportasi dapat terwadahi juga. Jalan TOL bagi kendaraan tidak bermotor, dirancang untuk menjadi jalur bebas hambatan yang aman dan nyaman bagi pengguna sepeda dan pejalan kaki, serta memberi dampak pembatasan ruang atau intervensi ruang bagi kendaraan bermotor. Konsep ini terdiri dari tiga tahapan :
1. Penyediaan Lajur TOL Sepeda Penyediaan lajur sepeda sudah diterapkan dibeberapa jalan di Ypgyakarta, sebagai pendukung jalur alternatif bersepeda untuk wisata. Akan tetapi lajur sepeda yang ada belum memenuhi standard keamanan. Sebagian jalur sepeda masih bersama dengan jalur lambat bagi pengguna motor. Sebagian lain menggunakan lajur tanpa marka keras, jalur sepeda dibeberapa lokasi hanya ditandai dengan cat merah bergambar sepeda di jalan. Tidak ada marka keras yang membatasi jalur sepeda dengan jalur kendaraan bermotor lainnya. Berikut rencana penyediaan lajur khusus bebas hambatan untuk kendaraan tidak bermotor atau lajur TOL tidak bermotor. Kondisi pembagian lajur jalan Kaliurang (eksisting) :
Gb. Kondisi Eksisting Pembagian Lajur Jalan Kaliurang (angka menunjukan lebar dalam meter) Sumber : Hasil Pengamatan Kondisi eksisting pembagian lajur jalan Kaliurang, terdiri dari pedestrian, jalan perkerasan dan marka jalan. Jalan perkerasan menjadi wadah bagi seluruh moda trnsportasi. Rencana jalan TOL tidak bermotor :
CITRA DESY AISYAH ALKIS
Gb. Rencana Pembagian Lajur Jalan Kaliurang (angka menunjukan lebar dalam meter) Sumber : Hasil Analisis Pada rencana diatas, lajur jalan dibagi menjadi 4 komponen, yaitu pedestrian, lajur TOL sepeda dan jalan perkerasan untuk kendaraan bermotor. Total lebar jalan yang semula dibagi 2,5 m untuk pedestrian dan 7 m untuk jalan perkerasan dibagi ulang menjadi 1,5 m untuk pedestrian, 2 meter untuk TOL sepeda dan 5,5 m untuk kendaraan bermotor. Lebar lajur untuk kendaraan bermotor dikurangi sebesar 1,5 m.
2. Pengaturan Pergerakan Transportasi Konsep TOL tidak bermotor menekankan pada penegasan lajur TOL tidak bermotor. Lajur TOL yang direnanakan didesain agar tidak bersinggungan dengan lajur kendaraan bermotor. Antara lajur kendaraan tidak bermotor dan bermotor dibatasi dengan marka keras. Hal ini bertujuan untuk membatasi ruang bagi kendaraan bermotor agar tidak terjadi pelanggaran penggunaan lajur. Ilustrasi Lajur jalan tampak atas dapat dilihat sebagai berikut :
a
b
Gb. Pembagian Jalur Eksisting (a) dan Rencana (b) tampak atas Sumber : Hasil Analisis Pembatasan lajur dengan marka keras perlu didukung dengan pengaturan pergerakan berlawanan antara lajur TOL tidak bermotor dan lajur kendaraan bermotor, hal ini bertujuan untuk mencegah penyerobotan lajur oleh kendaraan tidak bermotor di titik-titik yang yang tidak dibatasi marka keras (misal titik penyeberangan
CITRA DESY AISYAH ALKIS pejalan kaki). Arah pergerakan yang berlawanan akan mengurangi penyalahgunaan lajur, karena resiko kecelakaan yang tinggi. Berikut desain perubahan pembagian arah pergerakan :
(b)
(a)
Gb. Kondisi arah pergerakan kendaraan eksisting (a) dan rencana (b) Sumber : Hasil Analisis Setelah tersedianya ruas TOL bagi kendaraan tidak bermotor, langkah selanjutnya adalah mengatur arah pergerakan kendaraan. Dalam rencana, arah pergerakan kendaraan bermotor dan tidak bermotor dibuat berlawanan arah, sedangkan pada rencana hanya ada satu arah gerak. Arahan yang berlawanan ditujukan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan lajur bagi masing-masing kelompok kendaraan. Sistem pergerakan ditunjukan dalam arah anak panah pada gambar (b).
3. Penghijauan Lajur Pejalan Kaki (Pedestrian) Sebagai pelengkap dari konsep perencanaan yang ramah lingkungan, penghijauan menjadi bagian yang tidak boleh terlewatkan dari perencanaan ruang publik. Dalam rangka mewujudkan jalan sebagai ruang publik yang ramah terhadap semua penggunanya, perencanaan pedestrian menjadi bagian yang juga penting untuk diperhatikan. Pedestrian seharusnya menjadi ruang yang ramah bagi pejalan kaki, tidak hanya sekedar tersedia tetapi juga harus mendukung terciptanya atmosfir kenyamanan bagi penggunanya. Selain itu dalam rangka perencanaan ramah lingkungan, pedestrian yang direncanakan juga harus mendukung pelestarian lingkungan.
CITRA DESY AISYAH ALKIS Oleh karena itu pedestrian hijau menjadi pilihan pelengkap yang tepat dan selaras bagi jalan TOL kendaraan tidak bermotor. Berikut gambaran desain pedestrian hijau :
Gb. Desain Pedestrian Hijau Sumber : Hasil Analisis Pedestrian hijau dirancang dengan desain peneduh beratap pergola yang ditumbuhi tumbuhan rambat hidup dan diselingi pepohonan diantara peneduh. Keberadaan tanaman hijau akan menambah kesejukan dan kenyamanan bagi para pejalan kaki.
Demikian rencana jalan TOL untuk kendaraan tidak bermotor, yang mengambil contoh kawasan perencanaan di jalan Kaliurang UGM.
CITRA DESY AISYAH ALKIS REFERENSI
Dokumen Rencana Penataan Lalu-Lintas Kawasan UGM dan Sekitarnya, Tahun 2010; Artikel “Konsistensi Ajakan Balik ke Sepeda” dalam Suara Merdeka Edisi 8 Juli 2009; Artikel “Portal & KIK, Lalu Lintas UGM Memang Perlu Diatur’ dalam Kompasiana 16 januari 2013; Artikel “Clever Dutch 'Traffic Garden' From 1950s Teaches Children About Road Safety” oleh Michael Graham Richard, 7 November 2011; Artikel-artikel terkait konsep Shared Space oleh Billy Hamilton.