ANALISA KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN GENTENG SURABAYA
ANALYSIS OF THE ABILITY OF GREEN LINE STREET AS GREEN OPEN SPACE (GOS) TO ABSORB CARBON MONOXIDE (CO) EMISSIONS OF MOTOR VEHICLES IN SUB-DISTRICT GENTENG SURABAYA Yuliana Suryani1) dan Alia Damayanti2) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 1) 2) Email:
[email protected];
[email protected]
Abstrak: Kecamatan Genteng merupakan pusat Kota Surabaya yang memiliki fasilitas berbagai sektor sehingga beberapa jalan strategis banyak dilalui kendaraan bermotor. Beberapa jalan strategis yang dipilih adalah Jl. Kusuma Bangsa, Jl. Tunjungan, dan Jl. Embong Malang. Data carbon footprint Kota Surabaya menunjukkan jumlah kendaraan bermotor di kota ini mencapai 1.827.806 unit pada tahun 2010 dan pertambahan mencapai 30% tiap tahun. Aktivitas transportasi tersebut merupakan sumber emisi karbon di jalan Kecamatan Genteng. Pada penelitian ini, dihitung kemampuan dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) jalur hijau jalan dalam menyerap Karbon Monoksida (CO). Perhitungan tersebut menggunakan data primer yaitu jumlah, jenis vegetasi dan jumlah kendaraan bermotor yang ada di ketiga jalan pada kondisi eksisting tahun 2014. Pengambilan data kendaraan bermotor dengan cara melakukan survey jumlah kendaraan bermotor yang melintas di ketiga jalan pada jam puncak. Sedangkan pengambilan data jumlah dan jenis vegetasi dengan cara melakukan observasi lapangan, dokumentasi dan studi literatur. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa RTH jalur hijau jalan yang ada di ketiga jalan tersebut belum mampu menyerap emisi CO dari kendaraan bermotor secara maksimal pada tahun 2014. Hal tersebut dibuktikan dengan masih terdapat sisa emisi CO di Jl. Kusuma Bangsa, Jl. Tunjungan, dan Jl. Embong Malang sebesar 4.381,35 ton/tahun, 1.828,88 ton/tahun, dan 1.511,78 ton/tahun. Kata kunci: Emisi Karbon, Daya Serap Vegetasi,Kecamatan Genteng, dan Ruang Terbuka Hijau. Abstract: Sub-District Genteng is the center of The City of Surabaya which has various sectors so that many motor vehicles passing through on some strategic streets. Strategic streets selected are St.Kusuma Bangsa, St.Tunjungan, and St.Embong Malang. Data carbon footprint of Surabaya City shown the number of motor vehicles in this town reached up to 1.827.806 unit in 2010 and increase 30% every year. Transportation activities is a source of carbon emissions in the streets of Sub-District Genteng. In this study, calculated the ability of green line street of Green Open Space (GOS) in absorbing Carbon Monoxide (CO). These calculations used primary data of the number and the type of vegetation and the number of motor vehicles on third streets with existing conditions in 2014.The data motor vehicles was conducted a survey the number of motor vehicles passing third streets in peak hours. While, the number and the type of vegetation was observated and documentated. The results of data processing showed that green line street of GOS on the third streets have not capable to absorb CO emissions from motor vehicles maximally in 2014. It is proven by the remains of CO2 emissions on St.Kusuma Bangsa, St.Tunjungan, and St.Embong Malang and amounted up to 4,381.35 tons/year, 1,828.88 tons/years, and 1,511.78 tons/year. Keywords: Emission of Carbon, Absorption of Plants, Sub District Genteng, and Green Open Space.
PENDAHULUAN Kecamatan Genteng dapat dikatakan sebagai pusat Kota Surabaya karena pemerintahan pusat kota ini terletak di Kecamatan Genteng. Selain itu, di kecamatan ini terdapat berbagai aktivitas yang tersebar, mulai dari perkantoran, pertokoan, mall, hotel, rumah makan, pasar, fasilitas pendidikan berbagai jenjang, dan fasilitas
kesehatan. Berbagai aktivitas yang terdapat di Kecamatan Genteng mengakibatkan beberapa jalan strategis yang terletak di kecamatan ini banyak dilalui kendaraan bermotor setiap harinya. Tidak terkecuali pada jalan arteri primer di Kecamatan Genteng, yaitu Jl.Kusuma Bangsa, dua jalan arteri sekunder seperti Jl. Tunjungan dan Jl.Embong Malang. Dalam data carbon footprint Kota Surabaya, jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis di Surabaya mencapai 1.827.806 unit pada tahun 2010 sedangkan pertambahan kendaraan bermotor tiap tahunnya mencapai 30% (Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2012). Komponen pencemar udara yang berasal dari kendaraan bermotor adalah Karbon Monoksida (CO) sebesar 70,50%, Nitrogen Oksida (NOx) 8,89%, Sulfur Oksida (SOx) 0,88%, Hidrokarbon (HC) 18,34%, dan partikel lain 1,33% (Wardhana, 2004). Banyaknya CO yang timbul dari gas buang karena proses pembakaran yang tidak sempurna dimana kurangnya kandungan oksigen pada karbon di dalam bensin (C8H18). Hanya pada pembakaran yang sempurna dari bahan bakar maka nilai CO adalah nihil (Dewi dan Budiyanti, 2010). Namun, studi literatur lain mengatakan bahwa kehadiran CO di atmosfir adalah sedikit dibandingkan gas-gas lain seperti Karbon Dioksida (CO2) (Beychok, 2014). Ini disebabkan karena CO mengalami perubahan menjadi CO2 secara proses alami di atmosfir. Secara teori, CO dapat diubah menjadi CO2 di atmosfir dengan perkiraan waktu tinggal di atmosfir adalah 65 hari (Kiely, 1996). Karena kebutuhan oksigen yang terus meningkat disebabkan peningkatan emisi CO, maka dapat terjadi reaksi penipisan Ozon (O3). Penipisan O3 ini terjadi dengan meluruhnya molekul O3 menjadi satu molekul Oksigen (O) dan satu atom Oksigen (O2). Atom molekul O inilah yang menyeimbangkan keberadaan oksigen di atmosfir yang bereaksi dengan CO untuk membentuk CO2. Penipisan O3 dan peningkatan CO2 mengakibatkan suhu atmosfer bumi (global warming) meningkat. Pemanasan global tersebut mengakibatkan peningkatan laju penguapan sumber air permukaan sehingga mengurangi jumlah air baku. Penguapan yang terjadi pada air permukaan dapat menurunkan kualitas air baku karena air yang mengandung pencemar, salinitas, dan vektor mikroorganisme akan menjadi lebih pekat. Dengan kondisi tersebut diperlukan penelitian mengenai analisa kemampuan RTH jalur hijau jalan eksisting dalam menyerap CO dari kendaraan bermotor dan menjaga stabilitas kualitas maupun kuantitas air permukaan sebagai sumber daya air. RTH khususnya jalur hijau jalan adalah komponen lansekap jalan yang dapat menyerap pencemaran udara dari aktivitas transportasi. Desain RTH yang memanfaatkan kemampuan tanaman dalam menyerap pencemar udara, menjaga stabilitas air permukaan merupakan contoh pembangunan berkelanjutan untuk mengatasi pemanasan global dan mengurangi dampak-dampak lain yang ditimbulkan akibat pemanasan global, khususnya pencemaran udara dan penurunan kualitas dan kuantitas air permukaan. Proses alam yang terjadi tersebut menunjukkan bahwa alam selalu dinamis dalam menyeimbangkan kondisi alam, seperti kemampuan vegetasi yang dapat menyeimbangkan komponen pencemar udara dan stabilitas air permukaan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya tidak hanya memiliki satu manfaat melainkan manfaat lain dari aspek ekologis, estetika, keselamatan pengendara, dan kemyamanan pengguna jalan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2012).
METODE Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam perencanaan ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan melalui observasi langsung ke lapangan sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari studi literatur, penelitian terdahulu, maupun dari instansi pemerintah atau organisasi/badan lain. Data tersebut digunakan untuk mendukung pengerjaan penelitian ini. Data primer yang diambil untuk perencanaan ini adalah data jumlah kendaraan bermotor yang melintas di Jl. Kusuma Bangsa, Jl. Tunjungan, dan Jl. Embong Malang. Data tersebut diambil dengan menggunakan counter, hasil survey jumlah kendaraan dihitung untuk didapatkan emisi CO. Survei kendaraan dilakukan selama tiga hari yaitu hari Selasa 15 April 2014 , Rabu 16 April 2014 dan Kamis 17 April 2014. Petunjuk Teknis Dekonsentrasi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak yang dikeluarkan oleh Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012 menyebutkan bahwa untuk memperoleh volume kendaraan selama sehari penuh dalam suatu arus lalu lintas, maka waktu pelaksanaan survey dibatasi pada 4 (empat) waktu yaitu pagi, siang, sore dan malam. Dalam pelaksanaan survey, untuk mengukur tingkat pencemaran udara di Jl. Kusuma Bangsa, Jl. Tunjungan, dan Jl. Embong Malang maka dilakukan pada jam puncak dengan pencatatan waktu selang 15 menit. Waktu tersebut dianggap telah mewakili karena pada jam – jam tersebut banyak aktivitas masyarakat yang menggunakan jaringan jalan. Jam puncak (peak hour) tersebut adalah : • Jam puncak pagi : 06.00-08.00 • Jam puncak siang : 11.00-13.00 • Jam puncak sore : 16.00-18.00 • Jam puncak malam : 19.00-21.00
Dalam perencanaan ini, jumlah kendaraan yang disurvey dan dihitung sebanyak 10 kendaraan yaitu motor, bus kecil, bus sedang, bus besar, angkot, taksi, mobil, truk kecil, truk sedang, dan truk besar. Pengumpulan data dilakukan pada dua titik yang menjadi ujung akhir setelah belokan dari ketiga jalan yaitu di depan Ganesha Operation (GO) untuk Jl.Kusuma Bangsa arah barat ke timur (titik 1), di seberang jalan depan SMA N 5 Surabaya untuk Jl.Kusuma Bangsa arah timur ke barat (titik 2), di depan pasar Tunjungan untuk Jl. Tunjungan (titik 3), dan di depan ruko lama untuk Jl. Embong Malang (titik 4). Jl. Kusuma Bangsa memiliki dua titik karena arus jalan terbagi menjadi dua arah. Titik 1 dan titik 2 diamblil berdasarkan letaknya yang strategis karena mendapat arus dari 4 arah lainnnya. Sedangkan Jl. Tunjungan dan Jl. Embong Malang hanya menggunakan satu titik karena arus jalan ini hanya memiliki satu arah jalan. Titik 3 dan 4 diambil karena letaknya yang berada di awal jalan agar didapatkan jumlah kendaraan awal sebelum berhenti atau belok di tempat lain. Analisis Beban Emisi Tahap pertama adalah melakukan pengolahan data primer hasil perhitungan jumlah kendaraan per 15 menit menjadi per 1 jam. Dari tahap pertama, data primer tersebut dihitung jumlah emisi (g/jam) dari tiap jenis kendaraan di tiap jalan. Perhitungan emisi CO dilakukan dengan rumus yang disajikan dalam persamaan (1). Jumlah emisi CO dari masing-masing kendaraan dijumlahkan untuk mendapatkan emisi total di tiap jalan. Volume kendaraan dari tiap titik survey yang akan dianalisis adalah volume kendaraan rata-rata pada 3 hari (kendaraan/jam) pada jam puncak sehingga emisi yang dihasilkan merupakan beban emisi maksimum pula. Perhitungan emisi akan dihitung dengan persamaan (1). Nilai faktor emisi dengan tipe bahan bakar dan jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan untuk konsumsi bahan bakar yang telah disesuaikan dengan jenis kendaraannya terdapat pada Tabel 2. 𝑄 = 𝑁𝑖 𝑥 𝐹𝐸𝑖 𝑥 𝐾𝑖 𝑥 𝐿
(1)
Keterangan : Q = Jumlah emisi CO (g/jam) Ni = Jumlah kendaraan bermotor (kendaraan/jam) FEi = Faktor emisi CO kendaraan bermotor (g/liter) Ki = Konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor (liter/100 km) L = Panjang jalan (km) Sumber : IPCC dalam Jinca, 2009 Tabel 1. Faktor Emisi Karbon Monoksida Kendaraan Bermotor Berdasarkan Tipe Bahan Bakar Faktor Emisi Karbon Tipe kendaraan/bahan bakar Monoksida (g/liter) Bensin : Kendaraan penumpang 462,63 Kendaraan niaga kecil 295,37 Kendaraan niaga besar 281,14 Sepeda motor 427,05 Diesel : Kendaraan penumpang 11,86 Kendaraan niaga kecil 15,81 Kendaraan niaga besar 35,57 Lokomotif 24,11 Catatan = Liter ekivalen terhadap bensin Sumber : IPCC dalam Jinca, 2009 Tabel 2. Konsumsi Energi Spesifik Kendaraan Bermotor Konsumsi Energi Spesifik Jenis Kendaraan (liter/100 km) Mobil Penumpang Bensin 11,79 Diesel/solar 11,36 Bus Besar Bensin 23,15
Konsumsi Energi Spesifik (liter/100 km) 16,89 13,04
Jenis Kendaraan Diesel/solar Bus sedang Bus kecil Bensin Diesel/solar Bemo, Bajaj Taksi Bensin Diesel/solar Truk Besar Truk sedang Truk kecil Bensin Diesel/solar Sepeda Motor Sumber : IPCC dalam Jinca, 2009
11,35 11,83 10,99 10,88 6,25 15,82 15,15 08,11 10,64 2,66
Untuk melakukan proses fotosintesis, tumbuhan memerlukan CO2 sebagai sumber energi. Dalam perencanaan ini, dilakukan konversi dari CO menjadi CO2 untuk menghitung daya serap karbon pada tumbuhan. Gas CO melalui proses alamiah di atmosfer dapat teroksidasi menjadi CO2. Karbon monoksida merupakan salah satu dari gas-gas pembentuk gas rumah kaca (GRK) oleh karena itu keberadaan CO secara tidak langsung dapat menyebabkan efek rumah kaca.Untuk itulah sisa emisi CO yang diperoleh dikonversi menjadi CO2. Konversi dari CO ke CO2 menggunakan persamaan (2). 𝑀𝐶𝑂2 = �
𝑀 𝐶𝑂
𝑀𝑟𝐶𝑂
� 𝑥 𝑀𝑟𝐶𝑂2
(2)
Keterangan : M = Beban Emisi (kg/tahun) = Massa relatif CO2 sebesar 44; CO sebesar 28 Mr Sumber : Mulyadin dan Gusti, 2013 Dari hasil perhitungan emisi CO2 total dapat dihitung sisa emisi CO2 dengan menggunakan pendekatan matematis sederhana yang dirumuskan dalam persamaan (3). 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 𝐶𝑂2 �
𝑘𝑔
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
� = 𝐸𝑚𝑖𝑠𝑖 𝐶𝑂2 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 �
𝑘𝑔
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
� – 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝 𝐶𝑂2 �
𝑘𝑔
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
�
(3)
Analisis Daya Serap Vegetasi Daya serap vegetasi yang dimaksud adalah kemampuan tanaman yang berada di RTH jalur hijau jalan dalam mereduksi beban emisi CO2 pada ketiga jalan. Berikut langkah – langkah yang akan digunakan untuk menghitung daya serap tanaman terhadap CO2. 1. Menghitung daya serap pohon Di ketiga jalan ini memiliki jumlah dan jenis pohon yang beragam. Perhitungan daya serap pada vegetasi jenis pohon menggunakan perkalian dari jumlah pohon dengan nilai daya serap vegetasi pohon, rumus perhitungan dapat dilihat pada persamaan (4). Nilai daya serap pohon menggunakan hasil penelitian terdahulu yang disajikan pada Tabel 3. Untuk vegetasi pohon eksisting yang tidak terdapat dalam Tabel 3, maka vegetasi tersebut diklasifikasi dan dicari kerabat dekat dari vegetasi pada Tabel 3 kemudian nilai daya serapnya mengikuti vegetasi kerabat dekat. Analisa klasifikasi vegetasi ini dapat menggunakan online website plantamore.com yang menyediakan informasi berbagai vegetasi beserta kerabat dekatnya. 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 �
𝑘𝑔
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
� = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 �
𝑘𝑔
𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛.𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
� 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛
(4)
Tabel 3. Kemampuan Daya Serap CO2 Oleh Tumbuhan Daya Serap CO2 Nama Lokal Nama Ilmiah (kg/pohon/tahun) Trembesi Samanea saman 28.448,39 Cassia Cassia sp 5.295,47 Kenanga Canangium odoratum 756,59 Pingku Dysoxylum excelsum 720,49 Beringin Ficus benyamina 535,90 Krey payung Fellicium decipiens 404,83 Matoa Pornetia pinnata 329,76 Mahoni Swettiana mahagoni 295,73 Saga Adenanthera pavoniana 221,18 Bungkur Lagerstroema speciosa 160,14 Jati Tectona grandis 135,27 Nangka Arthocarpus heterophyllus 126,51 Johar Cassia grandis 116,25 Sirsak Annona muricata 75,29 Puspa Schima wallichii 63,31 Akasia Acacia auriculiformis 48,68 Flamboyan Delonix regia 42,20 Sawo kecik Manilkara kauki 36,19 Tanjung Mimusops elengi 34,29 Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 30,95 Sempur Dilena retusa 24,24 Khaya Khaya anthotheca 21,90 Merbau pantai Intsia bijuga 19,25 Akasia Acacia mangium 15,19 Angsana Pterocarpus indicus 11,12 Asam kranji Pithecelobium dulce 8,48 Saputangan Maniltoa grandiflora 8,26 Dadap merah Erythrina cristagalli 4,55 Rambutan Nephelium lappaceum 2,19 Asam Tamarindus indica 1,49 Kempas Coompasia excels 0,20 Sumber : Dahlan, 2007 2. Menghitung luas tajuk semak Luas tajuk vegetasi semak perhitungannya diperoleh dari panjang (m) dan lebar (m) tiap jenis semak. Satuan dari luas tajuk tersebut dikonversi menjadi hektar untuk dikalikan dengan nilai daya serap berdasarkan tipe penutupan semak yaitu 55.000 kg/ha/tahun (Prasetyo, 2002 dalam Adiastari, 2010). Rumus perhitungan dapat dilihat pada persamaan (5). 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 �
𝑘𝑔
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
� = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑘 �
HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑘𝑔
ℎ𝑎.𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
� 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑗𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑘 (ℎ𝑎)
(5)
Perhitungan Emisi Selama tiga hari pengumpulan data jumlah kendaraan pada 3 jalan, didapatkan hasil yang disajikan dalam Tabel 4. Kemudian, setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan (1), didapatkan hasil bahwa total emisi CO yang dihasilkan dari rata-rata tiga hari pengambilan data survey sebesar 2.800.402 kg/tahun untuk Jl. Tunjungan, di Jl. Tunjungan sebesar 1.201.025 kg/tahun, dan di Jl. Embong Malang sebesar 1.109.641 kg/tahun. Setelah didapatkan jumlah emisi CO, dilakukan konversi dari CO ke CO2 dengan menggunakan persamaan (2) yang
bertujuan untuk mempermudah tumbuhan menyerap karbon dalam proses fotosintesis. Hasil perhitungan CO2 di Jl. Kusuma Bangsa sebesar 4.400.631 kg/tahun, di Jl. Tunjungan sebesar 1.887.325 kg/tahun, dan di Jl. Embong Malang sebesar 1.743.722 kg/tahun. Tabel 4. Rata-Rata Volume 10 jenis Kendaraan pada Tiap Jalan Jumlah Kendaraan (kendaraan/jam) Jenis Kusuma Embong Kendaraan Tunjungan Bangsa Malang Bus Kecil 3 1 1 Sedang 7 6 7 Besar Angkot 25 23 22 Taksi 37 58 61 Mobil 2.057 2.280 2.133 Truk Kecil 9 2 2 Sedang 2 Besar Sepeda Motor 9.295 6.213 4.501 Perhitungan Daya Serap Tanaman Setiap jenis pohon mempunyai kemampuan penyerapan yang berbeda. Berdasarkan hasil survey di lapangan didapatkan jenis pohon yang beragam. Pada perencanaan ini, identifikasi jenis tumbuhan didasarkan pada dua jenis vegetasi, yaitu vegetasi tipe pohon dan vegetasi tipe semak. Terdapat 10 jenis pohon dan 12 jenis tumbuhan semak yang saat ini terdapat di jalur hijau Jl. Kusuma Bangsa dengan total jumlah pohon sebanyak 333 pohon dengan spesifikasi 7 jenis pohon besar dan 3 pohon kecil, serta luas semak keseluruhan 0,0158 ha. Jumlah terbanyak dimiliki oleh pohon angsana dengan jumlah 123 pohon. Kemudian setelah dihitung dengan persamaan (4) dan (5), didapatkan total daya serap vegetasi sebesar 19.285,64 kg/tahun. Untuk perhitungan daya serap vegetasi jenis pohon dan semak di Jl. Kusuma Bangsa dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No 1 2 3 4
Tabel 5. Daya Serap Tanaman Tipe Pohon di Jalan Kusuma Bangsa Jumlah Daya Serap Nama Lokal Nama Ilmiah Vegetasi (kg/tahun) Angsana Pterocarpus indicus 123 1.367,76 Bintaro Cerbera odollam 26 3.517,02 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea 37 1.933,62 Flamboyan Delonix regia 7 295,40 Kamboja Plumeria sp. 1 135,27 Kersen Muntingia calabura 8 1.093,92 Mahoni Swietenia mahagoni 13 3.844,49 Orok-orok merah Callistemon viminalis 5 800,70 Sawo kecik Manilkara kauki 20 723,80 Tabebuia Tabebuia dinnel smithii 15 2.029,05 Tanjung Mimusops elengii 78 2.674,62 Total 333 18.415,65
Tabel 6. Daya Serap Tanaman Jenis Semak di Jalan Kusuma Bangsa Luas Semak Daya Serap Nama Lokal Nama Ilmiah (ha) (kg/tahun) Akalipa merah Acalypha wilkesiana macrophylla 0,00015 8,25 Akalipa putih Acalypha wilkesiana java white 0,00035 19,25 Batavia merah Jatropha integerima 0,00010 5,50 Dianella Dianella revoluta 0,00100 55,00
No
Nama Lokal
5 6 7 8 9 10 11 12
Giant lili Kana Kunyit Pritkardia Puring Spider lili Tricolor merah Yuka
Nama Ilmiah Crinum asiaticum Canna indica Curcuma sp. Pritcardia pacifica Codiaeum variegatum Hymenocallis littoralis Phormium colmsae Yucca aloifolia Total
Luas Semak (ha) 0,00025 0,00160 0,00020 0,00020 0,00045 0,01130 0,00020 0,00002 0,01582
Daya Serap (kg/tahun) 13,75 88,00 11,00 11,00 24,75 621,50 11,00 0,99 869,99
RTH jalur hijau di Jl. Tunjungan tidak terdapat semak, hanya terdapat 5 jenis pohon yang saat ini terdapat di jalur hijau Jl. Tunjungan dengan total jumlah pohon sebanyak 27 pohon dengan spesifikasi 4 jenis pohon besar dan 1 pohon kecil. Jumlah terbanyak dimiliki oleh pohon angsana dengan jumlah 14 pohon. Kemudian setelah dihitung dengan persamaan (4) didapatkan total daya serap vegetasi sebesar 58.447,36 kg/tahun, dengan daya serap terbesar oleh pohon trembesi. Untuk perhitungan daya serap vegetasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
No 1 2 3 4 5
Tabel 7. Daya Serap Tanaman di Jalan Tunjungan Jumlah Daya Serap Nama Lokal Nama Ilmiah Pohon (kg/tahun) Angsana Pterocarpus indicus 14 155,68 Bintaro Cerbera odollam 1 135,27 Flamboyan Delonix regia 1 42,20 Tabebuia kuning Tabebuia aurea 9 1.217,43 Trembesi Samanea saman 2 56.896,78 Total 27 58.447,36
RTH jalur hijau di Jl. Embong Malang juga tidak terdapat vegetasi jenis semak, hanya terdapat 12 jenis pohon yang saat ini terdapat di jalur hijau Jl. Embong Malang dengan total jumlah pohon sebanyak 94 pohon dengan spesifikasi 8 jenis pohon besar dan 4 pohon kecil. Jumlah terbanyak dimiliki oleh pohon angsana sejumlah 30 pohon. Kemudian setelah dihitung dengan persamaan (4) didapatkan total daya serap vegetasi sebesar 231.942,29 kg/tahun, dengan daya serap terbesar oleh pohon trembesi. Untuk perhitungan daya serap vegetasi jenis pohon tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 8. Daya Serap Tanaman di Jalan Embong Malang Jumlah Daya Serap Nama Lokal Nama Ilmiah Pohon (kg/tahun) Angsana Pterocarpus indicus 30 333,60 Asem londo Pithecellobium dulce 15 783,90 Bintaro Cerbera odollam 2 293,13 Flamboyan Delonix regia 7 295,40 Kersen Muntingia calabura 2 273,48 Kesambi Schleichera oleosa 1 245,59 Orok-orok merah Callistemon viminalis 1 160,14 Tabebuia kuning Tabebuia aurea 4 541,08 Tabebuia putih Tabebuia risea 1 135,27 Tabebuya Tabebuia dinnel smithii 5 676,35 Tanjung Mimusops elengii 18 617,22 Trembesi Samane saman 8 227.587,12 Total 94 231.942,29
Perhitungan Sisa Emisi Setelah dilakukan perhitungan emisi total dari kendaraan bermotor dan analisa jumlah, jenis dan tipe vegetasi RTH jalur hijau eksisting tahun 2014, maka dapat diketahui kemampuan vegetasi saat ini dalam menyerap emisi CO yang telah dikonversikan menjadi CO2. Sebelum mengetahui kemampuan vegetasi tersebut, dihitung sisa emisi dari pengolahan data emisi dan data daya serap vegetasi eksisting dengan menggunakan persamaan (3). Hasil perhitungan sisa emisi CO2 di Jl. Kusuma Bangsa sebesar 107.525.543 kg/tahun, di Jl. Tunjungan sebesar 43.610.809 kg/tahun, dan di Jl. Embong Malang sebesar 39.096.967 kg/tahun. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa vegetasi yang ada di ketiga jalan di Kecamatan Genteng saat ini belum mampu menyerap emisi CO akibat aktivitas kendaraan bermotor secara maksimal karena masih terdapat sisa emisi yang belum terserap.
KESIMPULAN Pada perencanaan ini, didapatkan kesimpulan yaitu jumlah dan jenis vegetasi yang ada di RTH jalur hijau jalan di Jl. Kusuma Bangsa, Jl. Tunjungan, dan Jl. Embong Malang pada tahun 2014 belum mampu menyerap emisi CO akibat aktivitas kendaraan bermotor secara maksimal. Emisi CO yang dihasilkan dari aktivitas kendaraan bermotor di Jl. Kusuma Bangsa, Jl. Tunjungan, dan Jl. Embong Malang berturut-turut adalah 4.400.631 kg/tahun, 1.887.325 kg/tahun, dan 1.743.722 kg/tahun. Sedangkan daya serap vegetasi eksisting di Jl. Kusuma Bangsa, Jl. Tunjungan, dan Jl. Embong Malang hanya mammpu menyerap emisi sebesar 19.286 kg/tahun, 58.447 kg/tahun, dan 231.942 kg/tahun. Emisi yang lebih besar daripada daya serap emisi oleh vegetasi mengakibatkan emisi tersisa di ketiga jalan tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah sisa emisi pada Jl. Jl. Kusuma Bangsa sebesar 4.381.346 kg/tahun, di Jl. Tunjungan sebesar 1.828.878 kg/tahun, dan di Jl. Embong Malang sebesar 1.511.780 kg/tahun. Dengan demikian, kondisi udara di ketiga jalan tersebut masih belum dapat dikatakan bersih. Perhitungan detail menunjukkan bahwa jumlah vegetasi RTH jalur hijau terbanyak terdapat di Jl. Kusuma Bangsa, namun daya serap vegetasi terhadap emisi yang paling besar adalah RTH di jalur hijau Jl. Embong Malang. Hal ini dapat terjadi karena di Jl. Embong Malang terdapat trembesi yang memiliki nilai daya serap terbesar terhadap emisi yaitu daya yaitu 227.587,12 kg/tahun untuk jenis pohon dan daya serap CO2 untuk jenis semak terbesar dimiliki oleh tumbuhan spider lili dengan 621,50 kg/tahun.
SARAN Untuk penelitian selanjutnya, perlu diperhitungkan tentang kondisi alam yang ada di lokasi penelitian, seperti kondisi angin, kondisi cuaca, atau intensitas cahaya matahari. Hal tersebut akan menjadi pengaruh yang penting karena emisi bersifat dinamis dalam atmosfer bebas.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya yang telah memberikan data dan informasi tentang kualitas udara di Kota Surabaya, serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini baik secara langsung di lapangan maupun secara tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA Adiastari, R. 2010. Kajian Mengenai Kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam Menyerap Emisi Karbon Di Kota Surabaya. Tugas akhir S1. Teknik Lingkungan ITS, Surabaya. Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya. 2012. Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Surabaya Beychok, M. 2014. Carbon Monoxide. Diakses dari http://www.eoearth.org/view/article/171289 Dahlan, E. N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Disertasi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dewi, Y.S dan Budiyanti T. 2010. Pengaruh Campuran Kadar Kerosin Dalam Premium Terhadap Emisi Gas Pada Kendaraan Bermotor. Jurnal Ilmiah, Vol. 6 No. 2 September 2010. Jakarta : Fakultas Teknik – Universitas Satya Negara Indonesia Jinca M.Y. dkk. 2009. Pencemaran Udara Karbon Monoksida dan Nitrogen Oksida Akibat Kendaraan Bermotor Pada Ruas Jalan Padat Lalu Lintas Di Kota Makasar - Simposium XII FSTPT. Universitas Kristen Petra Surabaya Kiely, G. 1996. Environmental Engineering. McGraw Hill Book Co. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia . 2012. Petunjuk Teknis Dekonsentrasi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak. Jakarta Mulyadin dan Gusti. 2013. Analisis Kebutuhan Luasan Area Hijau Berdasarkan Daya Serap CO2 di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Bogor Plantamor. 2014. http://www.plantamor.com. Diakses pada tanggal 4 Mei 2014. Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan - Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta