Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)
Optimalisasi ruang terbuka hijau untuk remaja: studi kasus empat ruang terbuka hijau di DKI Jakarta Anggraini Hendrawan Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=73568&lokasi=lokal
-----------------------------------------------------------------------------------------Abstrak Daya dukung Kota Jakarta semakin mendapat tekanan akibat pertumbuhan populasi penduduk yang cenderung eksponensial, sehingga dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan antara komponenkomponen lingkungan yang berperan penting dalam membentuk kualitas manusia kota. Diutamakannya kepentingan politik dan ekonomi di atas kepentingan-kepentingan lainnya menyebabkan penataan ruang seringkali mengabaikan keseimbangan antara komponen tersebut di atas.
Kesemrawutan pengelolaan pemerintah daerah menjadikan pembangunan fisik kota tidak terstruktur secara baik sehingga pemanfaatan lahan sebagai SDA yang terbatas menjadi tidak effisien. Belum disadarinya arti penting RTH terhadap kualitas lingkungan hidup merupakan permasalahan pokok dalam ketidakacuhan ini, karena kurang memadainya RTH dapat menyebabkan degradasi pada kualitas lingkungan fisik dan sosial. Ruang ini memiliki peran penting pada kondisi sosial masyarakat kota, khususnya remaja.
Batasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam penelitian ini adalah: 'Tempat umum/public space yang digunakan untuk menyalurkan aktivitas rekreasi penduduk kota, yang bersifat terbuka (tidak beratap), memiliki vegetasi sedikit hingga sedang, serta bersifat non komersial".
Untuk mengatasi permasalahan yang ada, maka ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab, yaitu:
1) Apakah RTH eksisting, khususnya di Kota Jakarta, sudah memenuhi kondisi optimal jika ditinjau dari persepsi remaja?
2) Bagaimana pengaruh RTH eksisting terhadap perilaku remaja?
3) Bagaimana pola pengelolaan RTH eksisting yang dilaksanaken oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta?
4) Apakah ada faktor-faktor yang juga menentukan dalam pengelalaan RTH selain peran pemerintah propinsi?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk optimalisasi RTH Kota Jakarta. Sedangkan tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut:
1) mengetahui persepsi remaja mengenai RTH;
2) mengetahui perilaku remaja di RTH;
3) mengetahui pola pengelolaan RTH dengan menghasilkan acuan/guidelines sederhana;
4) mengetahui faktor-faktor penentu dalam pengelolaan RTH, agar dapat tercipta ruang rekreasi umum atau taman kota yang ideal.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode RAP (Rapid Assessment Procedures) dikombinasikan dengan survei, dan disain penelitian bersifat deskriptif analitik. Untuk melengkapi pertanyaan-pertanyaan individual melalui kuesioner dan depth interview, digunakan metode survei. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah remaja pengguna yang memenuhi kriteria penelitian di 4 (empat) lokasi Ruang Terbuka Hijau yang telah ditentukan, yaitu Lapangan Palapa, Pasar Minggu; Lapangan Blok Sr Kebayoran Baru; Lapangan Al Azhar, Kebayoran Baru; dan Taman Situ Lenibang, Menteng. Pemilihan sampel awal menggunakan teknik accidental sampling. Pada tiap lokasi penelitian, disebarkan kuesioner kepada 30 remaja pengguna taman. Dari jumlah tersebut di atas, dipilih 12 responden yang diikutsertakan dalam 2 (due) kelompok Focused Group Discussion (FGD). Satu kelompok FGD terdiri dari 6 (enam) responden. Responden lain yang dipilih untuk wawancara adalah orang tua responden yang ikut dalam FGD, dan stakeholder lain yang dianggap berperan dalam keberadaan Ruang Terbuka Hijau ini, diantaranya pemerintah daerah yang diwakili oleh dinas pertamanan, tokoh kelurahan setempat, beberapa penghuni rumah yang dekat dengan RTH penelitian, serta pedagang kaki lima yang melakukan aktivitasnya di lokasi penelitian.
Penelitian mengenai persepsi remaja terhadap RTH dititikberatkan pada aspek kebersihan, vegetasi, keamanan, suasana, dan kenyamanan. Sementara penelitian mengenai perilaku remaja di RTH dititikberatkan pada frekuensi kedatangan ke RTH, konsumsi waktu di RTH, kegiatan yang biasa dilakukan di RTH, Leman datang ke RTH, cara datang ke RTH, serta waktu tempuh dari tempat tinggal remaja ke lokasi RTH.
Kesimpulan yang diperoleh adalah:
1.Persepsi remaja di 4 (empat) RTH penelitian adalah:
Tabel12. Ringkasan Persepsi Remaja Terhadap RTH Penelitian
PER5EPSILAPANGANPALAPALAPANGANBLOK SLAPANGANAL AZHAR TAMANSITULEMBANG
KEBERSIHANKotorS e d a n g
VEGETASIS e d a n gKurangRindangRindang
KEAMANANC u k up A m a n
SUASANAEnakSedangEnak
KENYAMANANNyamanSedangNyaman
NILAI32,93,23,5
Dari Label di atas dapat disimpulkan bahwa keempat RTH penelitian tidak optimal ditinjau dari persepsi remaja (Nilai RTH<4).
2. Perilaku remaja di 4 (empat) RTH penelitian adalah:
Tabel 13. Ringkasan Perilaku Remaia di RTH Penelitian
PERILAKULAPANGANPALAPALAPANGANBLOK 5LAPANGANAL AZHAR TAMANSITULEMBANG
FREKUENSI1-5 X seminggu
KONSUMSIWAKTU1-2 jam/kedatangan
KEGIATANOlahragaKonibinasi Beberapa Kegia tart
TEMANDATANGTeman Kelompok
CARA DATANGJalan KakiKendaraan Bermotor Pribadi
WAKTUTEMPUH< 15 menit15-29 menit
Perilaku remaja seperti yang tersebut di atas dapat menjadi masukkan bagi acuan pengelolaan remaja seperti jenis rekreasi yang harus ada, jarak ideal RTH dengan lokasi hunian, aksesibilitas RTH, fasilitas yang harus dilengkapi dan juga masukkan lainnya seperti larangan-larangan yang menyangkut remaja dan fungsi RTH.
2. Acuan sederhana yang dihasilkan pada penelitian ini adalah:
a. Luas optimal RTH ditentukan oleh jumlah penduduk yang dilayani oleh 1 (satu) RTH dan jenis RTH.
b. Jenis rekreasi minimal yang dibutuhkan oleh remaja adalah olahraga, khususnya sepak bola dan basket, berkumpul dengan teman sekelompok, dan menikmati pemandangan alam.
c. Disain RTH yang sesuai dengan kondisi sekarang adalah yang memenuhi persyaratan efektivitas fungsi klimatologis yang mencakup jenis vegetasi, besar dan kerapatan tajuk, kerapatan pohon, rasio luas tajuk dengan luas RTH, rasio perkerasan dengan permukaan terbuka, jenis perkerasan yang digunakan dan efektivitas fungsi rekreasi sementara ini menunjukkan kebutuhan lapangan untuk bermain sepak bola, bola basket, dan tempat berkumpul yang nyaman.
d. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas RTH mencakup faktor ekologis , faktor fisik RTH, dan faktor sosial. Faktor ekologis adalah jika RTH dapat berfungsi dengan baik sebagai penyeimbang iklim mikro, Faktor fisik RTH dicapai dengan perencanaan awal, pembangunan hingga pada pemeliharaan yang terencana dan berjalan dengan baik. Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhi kualitas RTH adalah peran aktif para aktor/ stakeholders yang berhubungan langsung dengan RTH.
3. Faktor-faktor yang menentukan dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau kota diantaranya: a) koordinasi antar instansi yang berhubungan dengan terwujudnya RTH yang berkualitas;
b) Konsistensi program yang berhubungan dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas RTH;
c) Peran para aktor, dalam perencanaan RTH, pembangunan RTH , serta pemeliharaan dan kelangsungan RTH;
d) Serta perbaikan semua bidang secara bersamaan, yaitu bidang ekonomi, pendidikan, swasta hingga kepada bidang politik.
Saran-saran yang dikemukakan peneliti adalah:
1. Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebaiknya menyelesaikan kekurangan luas RTH dengan cara pembebasan tanah, tidak dengan pengaturan KDB.
2. Pemerintah Propinsi DKI Jakarta harus membuat program pelaksanaan pemenuhan luas RTH.
Warga lokal harus dilibatkan secara aktif dalam pencapaian kualitas RTH yang baik. Untuk itu masih dibutuhkan banyak bimbingan dan penyuluhan oleh pemerintah sebagai motivator agar tercipta peningkatan kesadaran/perluasan wawasan warga masyarakat tentang arti penting RTH kota bagi penciptaan kualitas lingkungan maupun kualitas manusia kota. Peran swasta juga dirasakan banyak membantu dalam memulai proses penyadaran masyarakat umum akan arti pentingnya RTH kota.
4. Remaja harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, dalam hal ini harus didengar pendapatnya mengenai RTH. Selama ini, remaja sebagai salah satu kelompok strata usia yang penting tidak pernah diperhatikan kepentingannya.
5. Pemberdayaan remaja dalam pengelolaan RTH dapat dimulai dari kelompok kecil non formal pada satu lingkungan, yang dapat dibina oleh satu lembaga, misalnya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang perduli. Hal ini dapat menjadi salah satu solusi bagi pencegahan kenakalan remaja.
6. Harus dibuat klasifikasi mengenai RTH, berdasarkan jenis, lokasi, sifat, pengguna terbanyak, dan fain sebagainya. Hai ini agar dapat memenuhi ekspektansi yang berbeda-beda dari tiap unsur masyarakat.
7. Masih banyak penelitian yang harus dilakukan terhadap faktor-faktor penentu kualitas RTH, misalnya inovasi jenis rumput baru yang tahan terhadap cuaca, tanaman liar dan memiliki sifat yang tidak merugikan lingkungan.
Daftar pustaka: 54 (1971-2002)