ANALISA KINERJA DAS BANGO BERDASARKAN ASPEK TATA AIR DAN PENGGUNAAN LAHAN Muhammad Aditya Rahmadhan1, Dr.Eng. Donny Harisuseno, ST., MT2, Dr. Ery Suhartanto, ST., MT2 1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Indonesia email:
[email protected] ABSTRAK : Belum optimalnya pengelolaan dan penggunaan sumber daya air merupakan indikasi adanya penurunan kualitas DAS. Oleh karena itu, pelaksanaan pengelolaan DAS secara terpadu di Hulu Brantas khususnya Sub DAS Bango di Hulu DAS Brantas sudah saatnya mendapatkan perhatian serius dari semua pihak yang terkait. Kriteria yang dikaji yaitu berdasarkan dari segi tata air (koefisien regim sungai, koefisien varian, sedimentasi, koefisien limpasan) dan dari segi penggunaan lahan (indeks penutupan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, indeks erosi). Untuk mengetahui nilai erosi menggunakan program ArcSWAT. Dan untuk mengetahui setiap perubahan – perubahan tata guna lahan yang terjadi setiap tahunnya adalah menggunakan peta tata guna lahan yang telah dibuat dari hasil pengolahan citra satelit landsat tahun 2006, 2009, dan 2014. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwa nilai klasifikasi kinerja DAS Bango berdasarkan dari segi tata air (koefisien regim sungai, koefisien varian, sedimentasi, koefisien limpasan) dan dari segi penggunaan lahan (indeks penutupan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, indeks erosi) pada tahun 2005, 2007 sampai dengan tahun 2014 dapat diklasifikasikan dalam kategori kelas baik. Sedangkan, pada tahun 2006 dapat diklasifikasikan dalam kategori kelas agak baik. Kata kunci: Kinerja DAS, Tata Air, Penggunaan Lahan, ArcSWAT ABSTRACT : Not optimal management and use of water resources is an indication of impairment quality of the watershed. Therefore, the implementation of integrated watershed management in Brantas Upstream particular subbasin Bango in Upstream Brantas was time to get serious attention from all parties concerned. Criteria that were examined, namely based on terms of the water system (coefficient of river regime, the coefficient of variance, sediment, runoff coefficient) and in terms of land use (land cover index, suitability of land use, erosion index). To determine value of erosion using ArcSWAT program. And to determine any changes of landuse changes that occur each year are using land use maps that have been created from the processing of Landsat satellite images in 2005, 2009, and 2014. Based on the results of the analysis can be seen that the value of the classification performance of the watershed of 9 tributaries contained in DAS Bango based terms of the water system (coefficient of river regime, the coefficient of variance, sediment, runoff coefficient) and in terms of land use (index land cover, suitability land use, erosion index) in 2005, 2007 until 2014 can be classified in good categories. However, in 2006 can be classified in rather good categories. Key words: Performance of watershed, water system, land use, ArcSWAT
PENDAHULUAN Secara umum, sektor sumber daya air di Indoneia menghadapi permasalahan jangka panjang terkait dengan pengelolaan, yang akan mempengaruhi pembangunan ekonomi negara dan menyebabkan berkurangnya keamanan pangan, kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan. Seperti di banyak negara lain, kondisi sumber daya air di Indonesia telah sampai pada tahap dimana tindakan pengelolaan DAS terpadu diperlukan untuk membalikkan tren yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, diperlukan penentuan kinerja kelestarian pengelolaan DAS terlebih dahulu. Untuk mengetahui hasil klasifikasi parameter
yang dikaji meliputi Indeks Penggunaan Lahan (IPL), Kesesuaian Penggunaan Lahan (KPL), Indeks Erosi (IE), Koefisien Regim Sungai (KRS), Koefisien Varian (CV), sedimentasi, dan Koefisien Limpasan (C). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam penentuan kinerja Sub DAS Junggo dengan evaluasi kinerjanya, dikatakan bahwa kondisi penggunaan lahan di Sub DAS Junggo pada tahun 2012 dapat dikatakan “Baik” berdasarkan pada kedua indikator penentu yaitu IPL dan KPL, dan kinerja Sub DAS Junggo termasuk dalam kategori “Sedang” berdasarkan keempat indikator
penentuan (IPL, KPL, IE, dan KRS) (Riskihadi, 2012). Penelitian Sodikin (2012) di DAS Padang Guci Bengkulu menemukan kasus yang sama, kinerja Daerah Aliran Sungai berdasarkan indikator penggunaan lahan pada DAS Padang Guci Bengkulu yang didasarkan pada Indeks Penggunaan Lahan (IPL), Indeks Bahaya Erosi (IBE) dan Pengelolaan Tanaman secra umum DAS Padang Guci masih terkategori sehat, dimana Indeks Penutupan Lahan (IPL) masih sebesar 30 – 75% dari luas DAS Padang Guci, Indeks Bahaya Ersi (IBE) adalah 1 – 4% yang menunjukkan bahwa tingkat bahaya erosi masih relatif sedang, dan Indeks Pengelolaan Lahan masih dibawah 0,10%, yang berarti bahwa pola tanam (C) dan tindakan konservasi (P) masih baik. Selain itu dalam penelitian lainnya, yang dilakukan oleh Anggara Cahyo (2012) pada Sub DAS konto hulu, dapat diketahui hasil klasifikasi dan perhitungan rata – rata tahun 2003 - 2012 meliputi indek penutupan lahan
sebesar 45,71% klasifikasi sedang, kesesuaian penggunaan lahan sebesar 85,21% klasifikasi baik, indek erosi sebesar 85,98 klasifikasi sedang, koefisien regim sungai 8,88 klasifikasi baik, koefisien varian sebesar 0,18, klasifikasi sedang, indeks penggunaan air sebesar 0,34 klasifikasi baik, sedimentasi sebesar 2,23 klasifikasi sedang, koefisien limpasan 0,52 klasifikasi jelek. Dengan parameter yang sama, maka dalam studi ini akan dilakukan suatu analisa kinerja DAS berdasarkan dari segi tata air dan penggunaan lahan pada DAS Bango, sehingga dapat diketahui hasil klasifikasi dari kinerja DAS Bango. BAHAN DAN METODE Studi ini dilakukan pada wilayah hulu DAS Brantas tepatnya pada wilayah sungai K. Bango beserta anak-anak sungainya. Luas DAS Bango sebesar 245,25 km2.
Gambar 1. Peta Daerah Aliran Sungai Bango
Data – data yang diperlukan antara lain: Data primer: 1. Pengambilan tanah langsung ke lapangan 2. Survey langsung ke sungai Bango bagian hilir untuk mengetahui nilai TSS (Total Suspended Solid). Data sekunder: 1. Peta topografi 2. Data curah hujan harian tahun 2005-2014. 3. Peta sebaran jenis tanah. 4. Peta kemiringan lereng. 5. Peta tata guna lahan. 6. Peta stasiun penakar hujan. Dalam studi ini diawali dengan pembuatan batas DAS menggunakan SRTM dan pembuatan peta tata guna lahan menggunakan data citra satelit landsat. Melakukan uji konsistensi pada data hujan menggunakan lengkung massa ganda. Setelah itu, menentukan nilai erosi dengan menggunakan program ArcSWAT. Tahap selanjutnya, menganalisa kinerja DAS Bango, kinerja DAS diperoleh berdsarkan nilai standar evaluasi yang sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.04/V-SET/2009. Adapun klasifikasi parameter yang dikaji antara lain: 1. Koefisien Regim Sungai (KRS) Koefisien regim sungai (KRS) adalah perbandingan antara debit maksimum (Qmaks) dengan debit minimum (Qmin) dalam suatu DAS. (1) Ket: Qmaks (m3/det)
3
Qmin (m /det)
= debit harian ratarata (Q) tahunan tertinggi = debit harian ratarata (Q) tahunan terendah
Data Qmaks dan Qmin diperoleh dari nilai rata-rata debit harian (Q) dari hasil pengamatan SPAS di DAS/Sub DAS yang dipantau. Klasifikasi nilai KRS untuk menunjukkan karakteristik tata air DAS disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Nilai KRS No Nilai KRS Kelas 1 < 50 Baik 2 50-120 Sedang 3 >120 Jelek
Skor 1 3 5
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.04/VSET/2009.
2. Koefisien Limpasan (C) Koefisien limpasan adalah perbandingan antara tebal limpasan tahunan (Q, mm) dengan tebal hujan tahunan (P, mm) di DAS atau dapat dikatakan berapa persen curah hujan yang menjadi limpasan (runoff) di DAS. (2) Ket: Q (mm) = tebal impasan tahunan P (mm) = tebal hujan tahunan Tebal limpasan (Q) diperoleh dari volume debit (Q, dalam satuan m3) dari hasil pengamatan SPAS di DAS/Sub DAS selama satu tahun dibagi dengan luas DAS/Sub DAS (ha atau m2) yang kemudian dikonversi ke satuan mm. Sedangkan tebal hujan tahunan (P) diperoleh dari hasil pencatatan pada SPH baik dengan alat Automatic Rainfall Recorder (ARR) dan atau ombrometer. Tabel 2. Klasifikasi koefisien limpasan (C) tahunan No Nilai C Kelas Skor 1 < 0,25 Baik 1 2 0,25-0,50 Sedang 3 3 0,51-1,0 Jelek 5 Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.04/VSET/2009.
3. Koefisien Variansi (CV) Koefisien variansi (CV) adalah gambaran kondisi variasi dari debit aliran air (Q) tahunan dari suatu DAS. (3) Ket: Sd Qrata-rata
= standar deviasi data debit (Q) tahunan dari SPAS = data debit rata-rata tahunan dari SPAS
Jika variasi debit (Q) tahunan kecil maka kondisi debit (Q) dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami perubahan. Di sisi lain, jika variasi debit (Q) tahunan besar maka kondisi debit (Q) dari tahun ke tahun banyak mengalami perubahan, yang menunjukkan kondisi DAS/Sub DAS yang kurang stabil, misalnya disebabkan perubahan penggunaan lahan dan atau pola penggunaan air di DAS, kejadian El Nino dan La Nina. Tabel 3. Klasifikasi nilai CV No Nilai CV Kelas 1 < 0,1 Baik 2 0,1-0,3 Sedang 3 >0,3 Jelek
Skor 1 3 5
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.04/VSET/2009.
4. Sedimentasi Kadar muatan sedimen dalam aliran air diukur dari pengambilan contoh air pada berbagai tinggi muka air (TMA) banjir saat musim penghujan. Debit sedimen dalam ton/th dapat dijadikan dalam ton/ha/th dengan membagi nilai debit sedimen dengan luas DAS. Selanjutnya nilai debit sedimen dalam ton/ha/th dikonversikan menjadi debit sedimen dalam mm/tahun dengan mengalikannya dengan berat jenis (BJ) tanah menghasilkan nilai tebal endapan sedimen. Berat jenis tanah sebaiknya diukur berdasarkan analisis sifat fisik tanah di daerah yang bersangkutan. . Klasifikasi tingkat sedimentasi disajikan pada Tabel 4. Sebagai gambaran Berat Jenis tanah pada berbagai macam tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 5. (4) Ket: Qs (ton/hari) = debit sedimen C (mg/l) = kadar muatan sedimen Q (m3/dt) = debit air sungai Tabel 5. Klasifikasi tingkat sedimen No Sedimentasi (mm/th) Kelas 1 <2 Baik 2 2-5 Sedang 3 >5 Jelek
Skor 1 3 5
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.04/VSET/2009.
Tabel 5. Berat jenis tanah rata-rata dan kisarannya pada berbagai tekstur tanah No. Tekstur Tanah Berat Jenis (g/cm3) 1 Pasir (sandy) 1,65 (1,55 – 1,80) Lempung berpasir 2 1,50 (1,40 – 160) (sandy loam) 3 Lempung (loam) 1,40 (1,35 – 1,50) Lempung berliat 4 1,35 (1,30 – 1,40) (clay loam) Liat berdebu (silly 5 1,30 (1,25 – 1,35) clay) 6 Liat (clay) 1,25 (1,20 – 1,30) Sumber: Beasley & Huggins (1991). 5.Indeks penutupan lahan oleh vegetasi (IPL) Monev terhadap penutupan lahan oleh vegetasi di DAS adalah untuk mengetahui indeks penutupan lahan (IPL) dari luas lahan bervegetasi permanen yang ada di DAS. (5) Ket: LVP (ha)
= luas lahan bervegetasi permanen
Luas_DAS (ha) = luas DTA atau DAS yang menjadi sasaran Tabel 6. Klasifikasi nilai Indeks Penutupan Lahan No Nilai IPL (%) Kelas Skor 1 < 75 Baik 1 2 30-75 Sedang 3 3 >30 Jelek 5 Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.04/VSET/2009
LVP diperoleh dari peta penutupan lahan aktual dan atau analisis foto udara atau citra satelit terbaru yang meliput wilayah DAS. Vegetasi permanen yang dimaksudkan adalah tanaman tahunan seperti vegetasi hutan dan atau kebun yang dapat berfungsi lindung dan atau konservasi, dimana keberadaan vegetasi tersebut di DAS tidak dipanen dan atau ditebang. 6.Kesesuaian penggunaan lahan (KPL) Monev kesesuaian penggunaan lahan (KPL) DAS adalah untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan atau zona kelas kemampuan lahan dan yang ada di DAS.
(6) Ket: LPS (ha)
= luas penggunaan lahan yang sesuai di DAS
Luas_DAS (ha) = luas DTA atau DAS yang menjadi sasaran Tabel 7. Klasifikasi Penggunaan Lahan No Nilai KPL (%) 1 < 75 2 40-75 3 >40
nilai Kelas Baik Sedang Jelek
kesesuaian Skor 1 3 5
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.04/VSET/2009.
Penilaian LPS didasarkan pada kesesuaian antara penggunaan lahan aktual (sesuai jenisnya) dengan RTRW (kawasan lindung dan kawasan budidaya), dan atau kelas kemampuan lahan (kelas I s/d. VIII). Cara penilaian LPS dilakukan dengan overlay peta penggunaan lahan aktual dengan peta RTRWK, atau peta Kelas Kemampuan Lahan, untuk melihat tingkat kesesuaiannya.
7. Indeks erosi (IE) (7) Ket: A (ton/ha/th) = nilai erosi aktual T (ton/ha/th) = nilai toleransi erosi Nilai erosi aktual (A) didapatkan dengan menggunakan program ArcSWAT. Tabel 8. Klasifikasi nilai Indeks Erosi No Nilai IE (%) Kelas 1 < 50 Baik 2 50-100 Sedang 3 >100 Jelek
Skor 1 3 5
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.04/VSET/2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengolahan peta tata guna lahan Data yang diperlukan untuk menginterpretasi adalah data citra landsat. Dalam studi ini dibutuhkan data landsat dan data landsat didapat dari earthexplorer.usgs.gov. Data landsat yang diambil dari web usgs adalah Landsat 7 untuk tahun 2006, dan tahun 2009, Landsat 8 OLI untuk tahun 2014.
Gambar 2. Peta Tata Guna Lahan Tahun 2006 Daerah Aliran Sungai Bango
Gambar 3. Peta Tata Guna Lahan Tahun 2009 Daerah Aliran Sungai Bango
Gambar 4. Peta Tata Guna Lahan Tahun 2014 Daerah Aliran Sungai Bango Hasil dari klasifikasi citra satelit adalah informasi tentang tataguna lahan di daerah studi. Pada DAS Bango, untuk tata guna lahan permukiman dan perkebunan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan untuk tata guna lahan padang rumput, hutan rimba, sawah, semak belukar, dan tegalan/ladang selalu mengalami penurunan setiap tahunnya.
2. Uji konsistensi data Data-data hujan harian tiap-tiap stasiun selama 10 tahun terlebih dahulu diuji kekonsistenan datanya dengan teknik lengkung massa ganda. Uji ini bertujuan membandingkan data dari stasiun yang diamati dengan stasiun sekitarnya. Adapun stasiun pengamatan hujan yang digunakan untuk mengambil data hujan dari DAS Bango meliputi 4 stasiun hujan.
Tabel 9. Uji konsistensi data stasiun hujan Belimbing
6. Analisa Kinerja DAS
2000 Hujan Rata - rata komulatif st Blimbing (mm)
Tabel 10. Rekapitulasi nilai erosi rata – rata tahun 2005 sampai dengan 2014 Luas Erosi Tahun (ha) (ton/ha/th) 2005 38.656 18764.64 2006 30.289 18764.64 2007 62.383 18764.64 2008 24.875 18764.64 2009 20.31 18764.64 2010 6.173 18764.64 2011 2.588 18764.64 2012 8.596 18764.64 2013 21.857 18764.64 2014 29.316 18764.64
1500 1000 500 0 0
500
1000
1500
2000
Hujan Rata - rata Komulatif St Karangploso, Pendem, Singosari (mm)
Gambar 5. Grafik uji konsistensi data stasiun hujan Belimbing Berdasarkan hasil uji konsistensi data pada DAS Bango, maka dapat dinyatakan data pada stasiun Belimbing, Stasiun Karangploso, Stasiun Pendem, dan Stasiun Singosari adalah konsisten. 5. Hasil pemodelan ArcSWAT Dalam perhitungan prediksi ini yang ingin didapatkan adalah nilai keluaran berupa erosi pada setiap sub DAS. Dimana fatorfaktor yang mempengaruhi nilai tersebut dalam perhitungan kali ini berdasarkan input adalah jenis tanah, tata guna lahan dan curah hujan. Nilai erosi rata – rata dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 10.
Untuk menganalisa kinerja DAS pada DAS Bango dilakukan dari segi tata air yang meliputi koefisien regim sungai, koefisien varian, sedimentasi, koefisien limpasan dan dari segi penggunaan lahan yang meliputi indeks penutupan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, indeks erosi. Pada analisa kinerja DAS Bango ini menganalisa anak – anak sungai yang terdapat di DAS Bango. Anak – anak sungai yang terdapat di DAS Bango tersebut meliputi 9 anak sungai. 7. Evaluasi Debit Air Sungai Penilaian indikator debit air sungai di DAS menggunakan nilai parameter koefisien regim sungai (KRS), indeks penggunaan air (IPA), koefisien limpasan (C), dan koefisien varian (CV). a. Koefisien Regim Sungai (KRS) Dari tabel 11 dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi koefisien regim sungai (KRS) termasuk dalam kelas Baik dengan nilai < 50 skor (1). b. Koefisien Varian (CV) Berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien varian (CV) pada tabel 12 dari tahun 2005-2014, maka dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi koefisien varian (CV) termasuk dalam kelas Baik dengan nilai < 0,1 skor (1), kelas Sedang dengan nilai 0,10,3 skor (3), dan kelas Jelek dengan nilai > 0,3 skor (5).
Tabel 11. Skor koefisien regim sungai KRS (Q Q maks Q min maks/Q Tahun Kelas Skor (m³/det) (m³/det) min) 2005 110,410 9,390 11,758 Baik 1 2006 36,000 2,620 13,740 Baik 1 2007 12,210 5,560 2,196 Baik 1 2008 18,800 4,080 4,608 Baik 1 2009 14,800 3,830 3,864 Baik 1 2010 29,020 20,290 1,430 Baik 1 2011 85,860 22,180 3,871 Baik 1 2012 15,540 5,170 3,006 Baik 1 2013 12,020 6,200 1,939 Baik 1 2014 8,640 5,540 1,560 Baik 1
Tabel 14. Skor sedimentasi
Tabel 12. Skor koefisiensi varian (CV)
d.Sedimentasi Hasil perhitungan nilai sedimentasi (Qs) pada tahun 2005-2014 dapat dilihat pada tabel 14. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi sedimentasi (Qs) termasuk dalam kelas Baik dengan nilai < 2 skor (1). 8. Evaluasi penggunaan lahan DAS
c. Koefisien Limpasan (C) Dari hasil analisa pada tabel 13 dapat diketahui bahwa penentuan klasifikasi koefisien limpasan (C) dari tahun 2005-2014 termasuk dalam kelas Baik dengan nilai < 0.25 skor (1). Tabel 13. Skor limpasan Q P C Q Inflow / Curah Tahun Q Tahunan / Luas Hujan P Tahunan Lahan Rerata 2005 33,261 1662 0,0200 2006 22,284 1750 0,0127 2007 16,821 1394 0,0121 2008 10,048 1421 0,0071 2009 10,683 1672 0,0064 2010 15,418 3704 0,0042 2011 46,249 2099 0,0220 2012 16,173 1715 0,0094 2013 16,883 2189 0,0077 2014 12,774 2089 0,0061
Evaluasi penggunaan lahan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kerentanan dan potensi lahan pada DAS/Sub DAS sebagai akibat alami maupun dampak intervenasi manusia terhadap lahan, misalnya erosi. Parameter-parameter yang dikaji pada suatu DAS/Sub DAS meliputi: indeks penutupan lahan oleh vegetasi (IPL), kesesuaian penggunaan lahan (KPL), indeks erosi (IE). Tabel 15. Skor indeks penutupan lahan
Kelas Skor Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tabel 16. Skor kesesuaian penggunaan lahan
a. Perhitungan indeks penutupan lahan oleh vegetasi (IPL) Klasifikasi indeks penggunaan lahan (IPL) pada DAS Bango termasuk dalam kelas Jelek dengan nilai <30 skor (5). Untuk hasil perhitungan nilai indeks penggunaan lahan (IPL) dapat dilihat pada tabel 15. b. Perhitungan lahan (kpl)
kesesuaian
penggunaan
Dari hasil perhitungan kesesuaian penggunaan lahan pada tabel 16 didapatkan hasil klasifikasi kesesuaian penggunaan lahan (KPL) termasuk dalam kelas Baik dengan nilai >75 skor (1). c. Indeks erosi (IE) Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks erosi (IE) pada tabel 17 dari tahun 2005-2014, maka dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi indeks erosi (IE) termasuk dalam kelas Baik dengan nilai <50 skor (1) Tabel 17. Skor indeks erosi
9. Hasil kinerja DAS Hasil menyeluruh terhadap kondisi tata air dan daerah tangkapan air. Nilai skor penilaian kinerja pada kriteria tata air diperoleh dari “hasil analisis” terhadap masing-masing nilai bobot dan skor dari indikator dan parameter-parameternya. Penentuan nilai bobot didasarkan pada perannya dalam mempengaruhi kinerja DAS/Sub DAS. Penentuan kinerja (DAS/subDAS) dilakukan dengan menjumlahkan dari hasil kali nilai skor dengan nilai bobot masing – masing dan dibagi dengan total nilai bobot. Prosentase bobot kinerja DAS adalah sebesar 51% untuk tahun 2006, 2009 dan 2014, sedangkan sebesar 43% untuk tahun 2005, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012, dan 2013. Dari hasil analisa kinerja DAS pada DAS Bango diatas menunjukkan bahwa hasil kinerja DAS Bango rata-rata termasuk dalam kategori baik. Kecuali, pada tahun 2006 yang termasuk dalam kategori Agak Baik. Tetapi meskipun begitu, pemerintah daerah dan masyarakat harus bekerja sama untuk tetap menjaga kelestarian kawasan DAS Bango agar tetap terjaga keseimbangan hidrologisnya. KESIMPULAN 1. Hasil klasifikasi kriteria tata air di DAS Bango yaitu: Dari hasil perhitungan nilai Koefisien Regim Sungai (KRS) pada tahun 2005-2014, maka dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi koefisien regim sungai (KRS) dapat diklasifikasikan dalam kelas Baik dengan nilai < 50 skor (1).
Tabel 18. Tabel nilai klasifikasi kinerja DAS
Hasil perhitungan nilai Koefisien Varian (CV) dari tahun 2005-2014, didapatkan klasifikasi koefisien varian (CV) termasuk dalam beberapa kelas, yaitu: o Pada tahun 2005, 2006, dan 2012 diklasifikasikan dalam kelas Jelek dengan nilai > 0,3 skor (5). o Pada tahun 2007, 2008, 2009, 2011, 2013, dan 2014 diklasifikasikan dalam kelas Sedang dengan nilai 0,1 – 0,3 skor (3). o Pada tahun 2010 diklasifikasikan dalam kelas Baik dengan nilai < 0,1 skor (1). Pada hasil perhitungan nilai Koefisien Limpasan (C) dari tahun 2005-2014, dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi koefisien limpasan (C) termasuk dalam kelas Baik dengan nilai < 0.25 skor (1). Berdasarkan hasil perhitungan nilai Sedimentasi (Qs) dari tahun 2005-2014, maka dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi sedimentasi (Qs) termasuk dalam kelas Baik dengan nilai < 2 skor (1). 2. Hasil klasifikasi kriteria penggunaan lahan di DAS Bango yaitu: Pada hasil perhitungan nilai Indeks Penggunaan Lahan (IPL), dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi indeks penggunaan lahan (IPL) termasuk dalam kelas Jelek dengan nilai <30 skor (5). Dari hasil perhitungan nilai Kesesuaian Penggunaan Lahan (KPL), maka dapat disimpulkan bahwa untuk penentuan klasifikasi kesesuaian penggunaan lahan (KPL) termasuk dalam kelas Baik dengan nilai >75 skor (1). Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks erosi (IE) dari tahun 2005-2014, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
penentuan klasifikasi indeks erosi (IE) termasuk dalam 2 kelas, yaitu: o Pada tahun 2005, 2006, 2008 sampai dengan tahun 2014 diklasifikasikan dalam kelas Baik dengan nilai <50 skor (1). o Pada tahun 2007 diklasifikasikan dalam kelas Sedang dengan nilai 50-100 skor (3). 3. Hasil kinerja DAS Bango dari segi tata air dan penggunaan lahan pada tahun 20052014 didapat nilai kinerja sebagai berikut: Pada tahun 2005, 2007 sampai dengan tahun 2014 dapat diklasifikasikan dalam kelas baik dengan nilai kinerja < 1,7. Pada tahun 2006 dapat diklasifikan dalam agak baik dengan nilai kinerja 1,7 – 2,5. DAFTAR PUSTAKA Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Beasley, D.B. dan L.F. Huggins, 1991. ANSWER (Areal Nonpoint Source Watershed Environment Response Simulation) Users Manual. Indiana Cahyo, Anggara. 2012. Studi Penentuan Kinerja Pengelolaan Das Di Sub Das Konto Hulu. Jurnal. Malang. Dephut. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Social Tentang Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai. Jurnal Dephut. Jakarta. Riskihadi, Afrike. 2012. Penentuan Kinerja Sub DAS Junggo Dalam Pengelolaan Daerah Hulu DAS Brantas. Jurnal. Malang. Sodikin. 2012. Kinerja Daerah Aliran Sungai Berdasarkan Indikator Penggunaan Lahan Pada DAS Padang Guci Bengkulu. Jurnal. Soemarto, CD. 1999 Hidrologi Teknik. Jakarta :Erlangga