Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354
Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh di Asia Tenggara sudah ditetapkan sejak 1949, di era pemerintahan Harry S Truman. Bermula dari laporan Menteri Luar Negeri AS Dean Acheson pada Agustus 1949, di depan sidang Kongres, mengakui fakta bahwa dari Pakistan sampai Jepang, telah terjadi suatu kebangkitan kembali nasionalisme yang ditujukan untuk menentang dominasi orang kulit putih dan Eropa. Hal ini menurut Acheson melambangkan hasrat bangsa-bangsa Asia untuk menyatakan pendirian mereka dan untuk memerintah diri mereka sendiri, dan bahwa semangat in mungkin adalah semangat paling kuat yang dapat digunakan di seluruh wilayah itu untuk menentang kaum komunis.
Inilah paradoks pertama politik luar negeri AS. Satu pihak mengakui betapa besarnya gelombang gerakan Kemerdekaan Nasional di beberapa negara berkembang, namun di pihak lain tren global ini harus selaras dengan kebijakan strategis luar negeri AS untuk membendung pengaruh komunisme. Dengan kata lain, apabila gerakan kemerdekaan pada suatu negara dibaca sebagai tren menguatnya pengaruh komunis, maka AS tidak segan-segan untuk bersikap berseberangan secara politis terhadap kekuatan-kekuatan politik pro Kemerdekaan seperti terlihat dalam kasus di Vietnam, Kamboja dan Laos.
1
Celakanya lagi, sebagaimana tergambar melalui laporan Menteri Luar Negeri Acheson di depan kongres, pemerintahan Presiden Truman salah dalam membaca kondisi obyektif yang terjadi di Indocina. Seperti terbukti kemudian, perkembangan politi yang terjadi di Vietnam dan Kamboja justru kebalikannya. Kelompok-kelompok berhaluan komunis di Vietnam, Kamboja dan Indonesia, justru berkolaborasi dengan kekuatan-kekuatan nasionalis yang memotori gerakan Kemerdekaan Nasional melawan penjajahan Perancis. Agaknya, laporan Menteri Luar Negeri Acheson bertumpu pada sebuah laporan hasil penelitian yang dilakukan pada Juli 1949, ketika Departemen Luar Negeri AS membentuk sebuah tim khusus yang terdiri dari Duta Besar Keliling Philip C Jessup, Presiden Universitas Colgate Everett Case, dan Raymond Fosdick dari Yayasan Rockefeller. Misi ini didasari gagasan untuk membendung meluasnya pengaruh komunis di benua Asia dan khususnya Asia Tenggara, kemudian merumuskan satu pertanyaan kunci: Seberapa jauh ekspansi penyusupan komunis dapat dilawan dengan “tindakan militer” dan seberapa jauh hal itu harus dibendung dengan langkah-langkah perbaikan ekonomi dan sosial.
Presiden Truman Hasil penelitian tim Jessup kabarnya tak pernah diumumkan secara resmi kepada publik, namun kalau menelisik laporan Acheson kepada kongres pada Agustus 1949, nampaknya merujuk hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim Philip C Jessup itu. Maka tak heran jika pada Januari 1950, Acheson meski pada awalnya mengingatkan masyarakat Amerika supaya menjauhkan diri dari pemikiran militer dalam menilai masalah-masalah di Pasifik serta Asia Timur. Namun kemudian menetapkan suatu sasaran strategis dan terencana untuk menanamkan pengaruh kuat di Asia. Yang nampaknya diteruskan oleh pemerintahan Presiden Diwght D Eisenhower pada periode 1953-1961. Pernyataan Menteri Luar Negeri Acheson yang kiranya menarik kita kutip adalah: Bahwa garis pertahanan Amerika di
2
Pasifik Barat yang perlu diamankan secara militer terbentang dari kepulauan Aleutians di utara, ke Jepang, hingga Filipina. Jika terjadi suatu serangan terhadap wilayah-wilayah lainnya di Pasifik, lanjut Acheson, kekuatan pertama haruslah pada bangsa yang diserang untuk melawan dan setelah itu komitmen seluruh dunia yang beradab di bawah piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebagaimana terdokumentasi dalam buku karya Tribuana Said, Indonesia Dalam Politik Global Amerika, pernyataan Acheson tersebut di atas harus dibaca dalam konteks sebua laporan rahasia Dewan Keamanan Nasional AS, disebut dengan kode SC 48/2, yang belakangan disetujui oleh Presiden Harry S Truman pada 30 Desember 1949. NSC 48/2 ini harus kita baca sebagai tindak lanjut dari pernyataan Acheson baik melalui laporannya di kongres pada Agustus 1949 maupun isyarat yang dia sampaikan melalui pernyataannya pada Januari 1950. NSC 48/2 berjudul Posisi Amerika Serikat terhadap Asia, memerinci sasaran-sasaran pokok Amerika di Asia, yang nampaknya secara strategis tetap dilanjutkan di era pemerintahan Jenderal Dwight D Eisenhower pada 1953-1961. Sasaran-sasaran pokok Amerika di Asia yaitu: Quote: Pembangunan bangsa-bangsa serta rakyat-rakyat Asia secara stabil dan tumbuh sendiri sesuai dengan maksud-maksud serta prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pembangunan kekuatan militer yang memadai di negara-negara Asia tertentu untuk menjamin keamanan ke dalam dan untuk mencegah penyusupan komunis lebih lanjut. Pengurangan bertahap dan pada akhirnya penyisihan kekuatan serta pengaruh menyolok
3
Uni Soviet di Asia ke suatu tingkat di mana Uni Soviet tidak akan sanggup mengancam dari wilayah itu keamanan Amerika atau kawan-kawannya dan di mana Soviet akan menemui rintangan-rintangan berat jika ia mencoba untuk mengancam perdamaian, kemerdekaan serta kestabilan nasinal bangsa-bangsa Asia. Mencegah hubungan kekuatan di Asia yang akan memungkinkan suatu bangsa lain atau persekutuan yang mengancam keamanan Amerika Serikat dari wilayah itu, atau perdamaian, kemerdekaan serta stabilitas nasional bangsa-bangsa Asia. Dari sekelumit kisah tersebut, gagasan AS untuk menyokong pembentukan Pakta Pertahanan seperti SEATO maupun Sistem Keamanan Kolektif di negara-negara non komunis di kawasan Asia, agaknya merujuk pada NSC 48/2 itu. Jadi, pemerintahan Eisenhower dan Menteri Luar Negeri Dulles sebenarnya juga merujuk pada kebijakan strategis AS yang sudah digariskan oleh pemerintahan Presiden Truman. Selain itu, NSC 48/2, juga menjadi dasar pemerintahan AS sejak era Presiden Truman, untuk membangun basis-basis kekuatan berhaluan Neo-Liberalisme dalam bidang ekonomi di negara-negara Asia, dan negara-negara berkembang pada umumnya. Melalui NSC 48/2, menegaskan agar kebijakan Amerika terhadap Asia harus mendorong terciptanya kondisi yang menguntungkan bagi perbaikan dan pembangunan ekonomi di Asia yang non-komunis. Serta menghidupkan kembali perdagangan yang bersifat multilateral dan tanpa diskriminasi. NSC 48/2 memang memberi arahan agar Amerika mendorong pengembangan kebijakan perdagangan bebas serta peningkatan impor dari Asia. Selain itu mendorong penanaman modal asing swasta Amerika serta untuk pemberian kredit secepatnya oleh Bank Dunia serta Bank Ekspor-Impor , dan peningkatan perdagangan pada umumnya. Inilah yang sekarang dijabarkan melalui skema Free Trade Agreement (FTA) di berbagai kawasan, termasuk di ASEAN melalui AFTA. Sejak era 1950-an memang awal memanasnya konflik global antara AS versus Uni Soviet dan Cina. Pecahnya perang Korea, memancing campurtangan besar-besaran dari Amerika. Bahkan dalam perang saudara antara RRC dan Taiwan, Presiden Truman sendiri mendukung rencana rahasia untuk merebut kembali daratan Cina oleh pasukang-pasung Chiang Kai Shek yang berbasis di Taiwan. Inilah yang melatarbelakangi sepakterjang AS di Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Ketika Uni Soviet dan Cina dengan memberikan dukungan dan pengakuan berdirinya
4
Republik Demokrasi Vietnam yang didirikan oleh Ho Chi Minh, yang pada perkembangannya memicu dukungan AS kepada Perancis membentuk negara Vietnam yang terpisah di bawah pimpinan Bao Dai pada Mei 1950. Namun seperti sudah dituturkan pada awal sajian ini, gerakan kemerdekaan nasional Vietnam yang dipimpin Ho Chi Minh, tak bisa dibendung lagi. Sehingga Perancis harus angkat kaki dari Vietnam. Sekaligus bukti nyata bahwa mendukung pemerintahan pimpinan Bao Dai yang sejatinnya merupakan gembong mafia dan tidak mengakar di kalangan masyarakat luas di Vietnam, akhirnya menjadi senjata makan tuan buat Amerika. Pola pendekatan AS yang mendua dalam menyikapi bangkitnya gerakan Kemerdekaan Nasional dan kekhawatirannya terhadap ancaman komunis yang semakin menguat di Asia, pada perkembangannya pola tersebut juga dialami oleh Indonesia pada fase-fase awal kemerdekaan pada 1945-1949.
5