ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN
Yudithia
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan, bahwa tugas akhir Alternatif Pendekatan dan Strategi Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, juli 2008
Yudithia NIM A153054015
20
ABSTRAK YUDITHIA Alternatif Pendekatan Dan Strategi Pembangunan Perekonomian Daerah Kabupaten Karimun.Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING dan LUKMAN M. BAGA. Dalam membangun daerah yang baru, terutama bagi daerah hasil pemekaran, perlu dirancang suatu perencanaan strategis dan terarah dalam mewujudkan visi pemerintahan yaitu masyarakat yang adil dan makmur serta pemerataan keesempatan, namun untuk mewujudkan hal ini bukanlah suatu hal yang gampang seperti yang diucapkan, tapi perlu adanya pendekatan-pendekatan dan strategi yang tepat agar pembangunan tepat sasaran dan memiliki Multiplier effect yang juga dapat membangitkan sektor-sektor lain yang berhubungan langsung bagi pendapatan masyarakat. Kabupaten Karimun merupakan daerah hasil pemekaran dari terbentuknya Propinsi Kepulauan Riau yang dipisahkan dari Propinsi Riau,yang merupakan daerah yang sangat kaya atas Sumber Daya Alam jika dibandingkan dengan Kepulauan Riau yang baru mekar maka hal ini akan berimbas terhadap pendapatan daerah yang akan berimplikasi terhadap biaya pembangunan daerah. Kurangnya pemberdayaan Sumber Daya yang ada di Kabupaten Karimun serta masih rendahnya investasi terhadap pengembangan sumber daya local dan Belem tersusunnya pengembangan perekonomian berdasarkan keunggulan lokal yang dimiliki ,maka permasalahan tersebut menyebabkan pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun berjalan lambat,hal ini tercermin dari perhitungan PDRB Kabupaten Karimun di peroleh laja pertumbuhan ekonomi Karimun pada tahun 2001 sebesar 7,85 persen, pada tahun 2002 turun menjadi 5,79 persen, pada tahun 2003 turun lagi menjadi 5,42 persen, pada tahun 2004 semakin turun menjadi 5,05 persen, baru pada tahun 2005 naik menjadi 5,61 persen . Sebagai daerah laut yang sangat strategis yang langsung berbatasan dengan Negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia,serta kota-kota strategis seperti Batam,dan Bengkalis,maka perlu adanya perencanaan pembangunan yang terarah serta menggali berbagai potensi lokal yang bisa dijadikan sebagai andalan bagi penerimaan daerah (PAD).
21
© Hak Cipta milik Yudithia, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, microfilm, dan sebagainya
22
ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN
Yudithia
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
23
Judul Tugas Akhir
:
Nama NIM
: :
Alternatif Pendekatan dan Strategi Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun Yudithia A153054015
DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS M.A.Ec Ketua
Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
Ir. Lukman M. Baga , Anggota
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian: 05 Agustus 2008
Tanggal Lulus:
24
RIWAYAT HIDUP YUDITHIA, dilahirkan di Pekanbaru ,Riau pada tanggal 29 Juni 1980 dari empat (4) bersaudara pasangan Syafrin D.M dan Kartini S. Penulis lulus SD 001 Rumbai,Pekanbaru pada tahun 1992,SMPN VI Rumbai ,Pekanbaru pada tahun 1995,SMAN 1 Pekanbaru Pada tahun 1998, menyelesaikan S1 pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) tahun 2002, dan mengikuti Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor dengan Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah pada tahun 2006. Di samping pendidikan formal, penulis telah banyak mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus di bidang pemerintahan serta manajemen dari berbagai lembaga dan institusi. Penulis memulai karier Sebagai PNS pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun sebagai Staf bupati Karimun (ajudan) dan merangkap sebagai sekretaris lurah tahun 2003, menjadi Kepala Kelurahan di Kelurahan Harjosari,kemudian dilantik menjadi Sekretaris Kecamatan Kundur,merangkap sebagai Plt Camat tanjung Batu,dan mendapat kepercayaan dari Pemerintah Daerah untuk melakukan studi di IPB sebagai mahasiswa Tugas belajar. Penulis menikah dengan Dian Permata Sari, SSTP pada tahun 2005 dan dianugerahi seorang anak perempuan yang diberi nama Naureen Savaira Sherazade Darmawan yang saat ini baru berumur 1 tahun 4 bulan.
25
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................
i
DAFTAR TABEL ....................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
v
I.
PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................
4
1.3 Tujuan Kajian .............................................................................
6
1.4 Kegunaan Kajian ........................................................................
6
1.5 Ruang Lingkup Kajian ................................................................
7
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
8
2.1. Paradigma dan Konsep Otonomi Daerah.....................................
8
2.2. Konsep Pembangunan dan Perencanaan Wilayah .......................
10
2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Lokal .......................................
11
2.4. Konsep Manajemen Strategis......................................................
13
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu...........................................................
14
III. METODOLOGI KAJIAN ...............................................................
19
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
19
3.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................
19
3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .........................................
20
3.3.1. Analisis Sektor Basis ..........................................................
20
3.3.1.1. Metode Location Quotien (LQ) .............................
21
3.3.1.2. Analisis Surplus Pendapatan (SP)..........................
23
3.3.1.3. Kuosien Spesialisasi (Ksi).....................................
23
3.3.1.4. Kuosien Lokalisasi (Loi)........................................
24
3.3.2. Tahap Perumusan Strategi ..................................................
25
3.3.2.1. Analisis Matriks SWOT.........................................
25
3.3.2.2. Analitycal Hierarchy Process (AHP).....................
27
3.4. Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................
35
26
IV. KONDISI UMUM WILAYAH KAJIAN .......................................
38
4.1. Keadaan Geografis .......................................................................
38
4.1.1. Wilayah .............................................................................
38
4.1.2. Topografi dan hidrologi ....................................................
39
4.1.3. Klimatologi .......................................................................
39
4.2. Kondisi Sosial ................................................................................
39
4.2.1. Ketenagakerjaan................................................................
41
4.2.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)...............................
42
4.2.3. Pendidikan.........................................................................
43
4.2.4. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.......................
45
4.2.5. Prasarana Pariwisata..........................................................
45
4.3. Perekonomian Daerah ....................................................................
46
4.3.1. Pertumbuhan Ekonomi .....................................................
46
4.3.2. Keuangan Daerah ..............................................................
51
4.3.3. Inflasi ................................................................................
54
4.3.4. Investasi ...........................................................................
55
V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN .........
56
5.1. Analisis LQ Sektor – Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun .......................................................................
56
5.2. Analisis Surplus Pendapatan ..........................................................
60
5.3. Analisis Spesialisasi ......................................................................
61
5.4. Analisis Kuosien Lokalisasi...........................................................
63
VI. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI POTENSI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN...............................................................
65
6.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ........................................
65
6.1.1. Analisis Lingkungan Internal....................................................
65
6.1.1.1. Kekuatan ......................................................................
65
6.1.1.2. Kelemahan ...................................................................
73
27
6.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal ...................................................
77
6.1.2.1. Peluang ..........................................................................
77
6.1.2.2. Ancaman .......................................................................
82
6.2. Pemilihan Faktor yang Paling Berpengaruh dalam Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun ...................................................
85
6.3. Tahap Pencocokan Matriks SWOT......................................................
87
6.3.1. Strategi Strengths-Oppurtunities (S-O)...................................
89
6.3.2. Strategi Weaknesses-Oppurtnunites (W-O) ............................
90
6.3.3. Strategi Strengths-Threats (S-T) .............................................
91
6. 3. 4. Strategi Weaknesses-Threats (W-T) .....................................
93
6.4. Prioritas Strategi Potensi Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun ..............................................................................................
94
6.5. Rancangan Program Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun ..............................................................................................
97
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
99
7.1
Kesimpulan .............................................................................
99
7.2
Saran ........................................................................................
100
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
102
28
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Karimun Menurut Sektor 2001-2005 (Persen)....................................................................
3
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau, dan Indonesia Tahun 2001 S.D. 2005.........
3
3. Matriks SWOT ...................................................................................... 26 4. Nilai Skala Banding Berpasangan......................................................... 30 5. Daftar Nilai Random Indeks ..............................................................
33
6. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2001 -April 2006.......
40
7. Proyeksi Penduduk Tahun 2006-2011 Kabupaten Karimun...............
40
8. Prosentase Penduduk 10 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2004...................................
42
9. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 1999 dan 2002........................
43
10. Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Karimun terhadap Propinsi Riau dan Indonesia...............................................................
44
11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karimun Tahun 2000 - 2004 (juta rupiah).........................................................
47
12. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karimun Tahun 2001 – 2004............................................................................
47
13. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karimun, Propinsi, dan Indonesia tahun 2001-2004......................................................
48
14. Struktur Perekonomian Kabupaten Karimun tahun 2000–2004 (%)..
50
15. PDRB perkapita Kabupaten Karimun Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Tahun 2000-2004 (dalam juta rupiah).............
51
16. Realisasi dan Komposisi Keuangan Daerah - Aspek Pendapatan (Dalam Juta Rupiah).........................................................................
52
17. Perkembangan Tingkat Inflasi dengan Menggunakan Deflator PDRB Kabupaten Karimun tahun 2001-2004...................
54
29
18. Perkembangan Investasi Kabupaten Karimun tahun 2000-2004........ 55 19. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Berlaku (2003-2005) ........................................... 57 20. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (2003-2005) ...................... 58 21. Nilai Surplus Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Tahun (2003-2005) ............................................ 60 22. Nilai Kuosien Spesialisasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun tahun 2003-2005 ................................................ 62 23. Nilai Kuosien Lokalisasi Sektor – Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun ............................................................................ 63 24. Banyaknya Perusahaan PMA, PMDN Menurut Kecamatan di Kabupaten Karimun ........................................................................ 81 25. Matriks SWOT Strategi Potensi Pembangunan Ekonomi Kabupaten Karimun ............................................................................ 88 26. Hasil Prioritas Alternatif Strategi Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun ............................................................................ 95
30
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Sistem Hierarki Keputusan ................................................................... 29 2. Kerangka Pemikiran Operasional Abstraksi ......................................... 37 3. Prioritas Faktor-Faktor Kekuatan dalam Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun ....................................................... 72 4. Prioritas Faktor-Faktor Kelemahan dalam Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun ................................ 76 5. Prioritas Faktor-Faktor Peluang dalam Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun......................................................... 81 6. Prioritas Faktor-Faktor Ancaman dalam Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun......................................................... 85 7. Prioritas Faktor Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun.................................................................................................... 86
31
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma
dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di
pemerintahan pusat kearah sistem pemerintahan yang desentralistik (local democracy) di pemerintahan daerah. Sistem pemerintahan ini memberikan keleluasaan kepada daerah dalam wujud “ Otonomi Daerah” yang luas dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta, prakarsa, dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar pemerataan dan keadilan serta sesuai dengan kondisi, potensi dan keragaman daerah. Lahirnya Undang-Undang otonomi daerah pada dasarnya adalah untuk memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan kemampuan dan potensi daerah masing-masing untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat luas dengan pemberdayaan (empowerment) potensi yang ada di masyarakat itu sendiri untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Demikian juga halnya yang terjadi di Kabupaten Karimun Propinsi Kepualauan Riau, pemberlakuan otonomi daerah mempunyai suatu konsekuensi bahwa, diperlukan kesiapan sumber daya manusia serta perangkat-perangkat lainnya untuk melaksanakan pemerintahan di wilayah Kabupaten Karimun. Kesiapan sumber daya manusia yang melaksanakan sebagian kewenangan dari pemerintah pusat memerlukan suatu tingkat pendidikan, keterampilan dan wawasan.
32
Dalam pembangunan daerah, pembangunan pada bidang ekonomi menjadi suatu syarat yang penting untuk dilaksanakan. Pembangunan ekonomi mencakup perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, pemerataan pendapatan di seluruh lapisan masyarakat sehingga timbul suatu perubahan yang signifikan dalam bidang kehidupan masyarakat. Indikator yang umumnya dipakai dalam pembangunan suatu wilayah dari bidang ekonomi adalah statistik pendapatan regional, melalui penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diperoleh perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun. Kabupaten Karimun cenderung memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang berfluktuatif. Pada tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun berada pada level 7,85 persen. Kemudian pada tahun 2002 mengalami penurunan, yaitu sebesar 5,79 persen. Kemudian di tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi menjadi sekitar 5,42 persen. Laju pertumbuhan ekonomi 2004 kembali mengalami penurunan yang cukup berarti menjadi pada level 5,05 persen. Baru pada tahun 2005, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,61. Komposisi laju pertumbuhan PDRB pada masing-masing sektor perekonomian dapat dilihat pada Tabel 1.
33
Tabel 1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Karimun Menurut Sektor 2001-2005 (Persen) Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan& Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih. 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa PDRB Sumber : BPS Kabupaten Karimun, 2006
2001 8,33 13,46 6,16 7,12 5,37 7,76 9,87 4,12 6,50 7,85
2002 5,12 7,53 3,72 6,75 5,72 5,85 9,91 4,07 7,34 5,79
2003 4,71 5,88 1,15 6,05 6,98 6,67 8,71 5,10 6,23 5,42
2004 6,14 2,72 3,14 1,04 4,22 4,04 8,49 4,86 5,38 5,05
2005 6,55 3,19 3,26 2,31 8,02 4,52 8,97 5,31 4,20 5,61
Jika dibandingkan dengan Propinsi Kepulauan Riau maka secara umum laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Kepulauan Riau. Untuk tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun sekitar 5,61 persen, laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Kepulauan Riau sekitar 7,16 persen, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau, dan Indonesia Tahun 2001 S.D. 2005 Tahun Kab. Karimun 2001 7,85 2002 5,79 2003 5,42 2004 5,05 2005 5,61 Sumber : BPS Kabupaten Karimun, 2006
Prop. Kepulauan Riau 6,67 7,44 6,33 7,42 7,16
Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa walaupun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun cenderung berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Kepulauan Riau. Meskipun demikian, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya.
34
Hal
ini
mengindikasikan
meningkatkan
pertumbuhan
Kabupaten ekonomi
Karimun
memiliki
wilayahnya
sebagai
potensi
untuk
upaya
untuk
meningkatkan pembangunan di wilayah. Ditinjau dari segi sektor-sektor dalam perekonomian, Kabupaten Karimun mempunyai prospek yang cukup besar dalam pembangunan daerahnya, karena Kabupaten Karimun merupakan kabupaten yang memiliki kekayaan sumber daya alam, keindahan pantai, keragaman kultur, dan posisi geografis yang sangat strategis. Karimun pada kenyataannya memiliki potensi yang luar biasa. Dari sisi letak geografisnya, kabupaten ini bertetangga dengan Singapura dan Malaysia, berdekatan dengan kawasan Batam-Rempang-Galang (Barelang) dan Bintan. Di samping itu, Karimun juga berada di jalur transportasi laut wilayah timur Sumatera, khususnya poros Riau Daratan ke Batam, Rempang, dan Galang.
1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Karimun memiliki letak geografis yang sangat strategis, berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu memiliki sumber daya alam yang potensial. Karimun juga merupakan salah satu basis kawasan pertumbuhan IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapore – Growth Triangle). Ditambah lagi dengan ditandatanganinya perjanjian SEZ (Special Economic Zone)/ Kawasan Ekonomi Khusus antara Indonesia dan Singapura dimana Karimun termasuk ke dalam zona tersebut menjadikan Karimun mempunyai modal tambahan yang dapat mengundang para penanam modal baik luar maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Kabupaten Karimun. Dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya, Kabupaten Karimun seharusnya akan mampu menjadi kawasan pertumbuhan yang dinamis dan mampu
35
memberikan kontribusi yang lebih besar dalam penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang akhirnya akan mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga tampil sebagai Kabupaten di Kepualuan Riau yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan mampu berkontribusi besar terhadap pertumbuhan wilayah Kepulauan Riau. Namun hal tersebut belum terwujud, karena hingga saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun belum mampu
memformulasikan
startegi
yang
tepat
dalam
pembangunan
perekonomiannya. Konsep pembangunan wilayah berbasis sumberdaya lokal memiliki potensi sebagai acuan praktek pembangunan wilayah masa kini dan masa depan. Pemerintah daerah Kabupaten Karimun dituntut untuk membentuk daerahnya sebagai daerah yang menekankan konsep pemberdayaan lokal, dengan meletakkan manusia sebagai elemen kunci. Manusia lokal mempunyai kedudukan utama sebagai penggerak proses pembangunan wilayah melalui partisipasi aktif. Partisipasi aktif akan efektif apabila manusia wilayah mempunyai kemampuan fisik dan intelektual, yang didukung oleh potensi modal sosial berdasarkan kelaziman kepercayaan. Tuntutan tersebut membutuhakn suatu perencanaan yang matang dari Pemerintah Daerah Kabupaten karimun. Kurangnya pemberdayaan sumberdaya yang ada di Kabupaten Karimun dan masih rendahnya investasi terhadap pengembangan sumberdaya lokal serta belum tersusunnya pengembangan perekonomian berdasarkan keunggulan yang dimiliki terutama dalam hal (komoditi unggulan). Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun tidak berjalan dengan baik. Untuk itu, diperlukan suatu strategi yang tepat dalam
36
mendukung pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Oleh karena itu, adapun permasalahan yang akan dibahas dalam kajian ini adalah sebagai berikut : 1. Sektor-sektor apa saja yang menjadi basis dalam pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Karimun ? 2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pembangunan ekonomi di wilayah Kabupaten Karimun? 3. Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun ?
1.3. Tujuan kajian Secara umum tujuan kajian ini didasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah, yaitu : 1. Mengidentifikasi sektor-sektor mana saja yang menjadi basis dalam pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Karimun. 2. Menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktorfaktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pembangunan ekonomi di wilayah Kabupaten Karimun. 3. Merumuskan alternatif dan prioritas strategi yang tepat bagi pemerintah daerah dalam membangun perekonomian wilayah Kabupaten Karimun.
1.4. Kegunaan Kajian Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :
37
1.
Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun, hasil kajian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan strategis yang berkaitan dengan pembangunan di wilayah Kabupaten Karimun
2.
Bagi penulis sendiri, kajian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis permasalahan pengembangan wilayah berdasarkan potensi wilayah untuk menetapkan kebijakan strategis.
3.
Bagi masyarakat/ pembaca, kajian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau setidak-tidaknya menggugah peneliti lain untuk lebih banyak memperhatikan kepada pembangunan ekonomi lokal.
1.5. Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup kajian ini adalah : 1. Kajian ini dilakukan di Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau. 2. Kajian ini dilakukan sampai pada tahap mengetahui dan menentukan prioritas strategi yang akan dijalankan dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Karimun.
38
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Paradigma dan Konsep Otonomi Daerah Indonesia
pada
awalnya
menganut
sistem
pemerintahan
yang
“sentralistis”. Dimana peranan Pemerintah Pusat sangat dominan dalam memberikan arahan atau sentuhan pembangunan. Disatu sisi, pada tingkat perkembangan tertentu sistem sentralistis mempunyai keunggulan tersendiri. Namun dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk, meningkatnya tuntutan masyarakat, dan semakin kompleksnya permasalahan sosial-ekonomi & politik yang dihadapi kiranya sistem sentralistis dirasakan tidak lagi cukup efektif pelaksanaannya. Dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi, kecepatan pengambilan keputusan menjadi suatu kebutuhan. Oleh karena itu peningkatan peran pemerintah daerah menjadi
sangat penting.
Akan tidak
efektifnya bila masalah-masalah yang segera harus ditangani menunggu keputusan atau arahan dari Pemerintah Pusat dengan mata rantai birokrasi yang demikian panjang. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan adanya pergeseran paradigma dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan ini bukanlah merupakan proses yang sederhana. Di Indonesia proses tersebut diawali dengan adanya krisis ekonomi dan kepercayaan telah membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan bangsa yang ditujukan untuk mewujudkaan masyarakat madani, terciptanya good governance, serta mengembangkan pendekatan pembangunan yang berkeadilan. Disamping itu juga memunculkan sikap keterbukaan dan fleksibilitas sistem politik dan kelembagaan sosial, sehingga mempermudah
39
proses pengembangan dan modernisasi lingkungan legal dan regulasi untuk pembaharuan paradigma di berbagai bidang kehidupan ( Mardiasmo, 2002). Pada era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang, perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah (KaroKaro, 2006). Otonomi daerah pada hakekatnya merupakan pemberian kewenangan seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan (UU No. 32 Tahun 2004). Tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat. Pada hakekatnya penerapan prinsip ini ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada pusat bagi pelaksanaan pembangunan di daerah. Otonomi daerah tidak hanya dipahami sebagai pemindahan sentralisasi kekuasaan dari pusat kemudian diberikan ke daerah (dekonsentrasi kekuasaan). Gagasan otonomi tidak lepas dari gagasan demokratisasi, yaitu memfasilitasi kebebasan dan otonomi rakyat sehingga bisa berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan potensi dan konteksnya. Otonomi daerah membuat pemerintah semakin dekat, mengenali, dan memahami masyarakat sehingga fungsi sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik (Ismawan, 2003).
40
2.2. Konsep Pembangunan dan Perencanaan Wilayah Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang lebih baik (Lemhanas, 1965 dalam Zainuddin, 2005). Selanjutnya dijelaskan bahwa teori pembangunan pada awalnya adalah teori pembangunan ekonomi yang merupakan suatu rangkaian usaha dan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi dunia, teori pembangunan ekonomi tersebut berkembang ke arah pendekatan politik, sosial budaya dan pendekatan menyeluruh pada setiap aspek kehidupan (holistik). Menurut Tarigan (2005) menyatakan perencanaan pembangunan daerah sebaiknya menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional, pendekatan sektoral adalah pendekatan yang menganalisis sektor-sektor yang ada satu persatu, melihat peluang dan potensinya serta menetapkan sesuatu yang dapat ditingkatkan dari kegiatan tersebut. Pendekatan regional adalah melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan didalam ruang wilayah. Oleh karena itu, agar dicapai pembangunan wilayah yang optimal maka pembangunan harus dilaksanakan sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada di daerah. Boudeville dalam Budiharsono (2001) mendefenisikan perencanaan sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah didefinisikan sebagai unit geografi yang dibatasi oleh kriteriakriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal. Menurut Hanafiah (1988) dan Budiharsono (2001) penentuan batas-batas wilayah/unit geografi didasarkan pada kriteria, sebagai berikut:
41
a) Konsep Homogenitas Wilayah dapat diberi batas berdasarkan persamaan unsur-unsur tertentu, seperti unsur ekonomi (konsumsi yang homogen, pendapatan perkapita, kelompok industri maju, tingkat pengangguran/kemiskinan), unsur sosial politik (kesatuan wilayah berdasarkan sejarah, budaya dan sebagainya), serta berdasarkan unsur geografi (wilayah yang mempunyai topografi atau iklim yang sama). b) Konsep Nodalitas Wilayah dibedakan atas perbedaan struktur ruang wilayah. Perbedaan struktur tata ruang tersebut menyebabkan terjadinya hubungan saling ketergantungan yang bersifat fungsional keadaan ini dibuktikan dengan adanya mobilitas penduduk, arus faktor produksi dan arus barang, pelayanan ataupun arus komunikasi dan transportasi. Hubungan saling ketergantungan ini terlihat pada hubungan antar pusat dengan wilayah terbelakang/ hinterland. c) Konsep Administratif Pengertian yang ketiga ini memberikan batasan suatu wilayah berdasarkan pembagian administratif suatu negara. Jadi menurut pengertian ini, wilayah adalah suatu ruang ekonomi yang berada dibawah suatu administrasi tertentu, seperti suatu propinsi, kabupaten dan desa. Wilayah seperti ini disebut wilayah perencanaan atau wilayah program.
2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Lokal Pembangunan ekonomi daerah dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional berarti menjadikan perekonomian daerah sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Pada masa otonomi daerah saat ini, setiap daerah
42
berupaya untuk memajukan daerah masing-masing. Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu, dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah perlu dipahami mengenai karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Fenomena kegagalan program pembangunan sentralisasi ada periode yang lalu dan kondisi dimana sumber daya alam (SDA) dan sumber daya mausia (SDM) mengalami pergerakan yang sangat cepat menyebabkan diperlukannya pengembangan ekonomi lokal masing-masing daerah di Indonesia. Dengan sistem desentralisasi diharapkan akan mampu mendorong setiap daerah di Indonesia untuk mengembangkan potensi lokal yang dimiliki dalam ragka meningkatakan perekonomian lokal. Dalam pengembangannya Ekonomi Lokal daerah di Indonesia umumnya dihadapkan pada kendala sumber daya manusia (SDM), yaitu masih belum terbinanya SDM dengan baik. Di samping itu, Pengembangan ekonomi lokal dan Pembangunan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang semakin kompleks dan sulit, sehingga dibutuhkan perecanaan yang matang. Dalam upaya pengembangan sumberdaya lokal, peran dari masing-masing stakeholder sangat penting dimiliki. Seluruh pelaku pembangunan harus terlibat dalam proses diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Keinginan kuat dari pemerintah daerah untuk membuat strategi pengembangan ekonomi lokal dapat membuat masyarakat ikut serta membangun ekonomi daerah yang diharapkan. Pembangunan ekonomi daerah harus mampu menciptakan modelmodel perekonomian yang tepat bagi setiap daerah, dan diharapkan mampu memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi
43
daerah yang dihadapi, serta dapat mengoreksi kebijakan yang keliru. Pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis satu sektor tertentu. Keanekaragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan dan untuk menstabilkan ekonomi wilayah. Menurut Yudhoyono (2006) pembangunan ekonomi lokal merupakan sebuah proses orientasi, yang meletakkan formasi institusi baru, pengembangan industri alternatif, peningkatan kapasitas pelaku untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru, transfer ilmu pengetahuan, dan menstimulasi bangkitnya perusahaan baru serta semangat kewirausahaan. Pembangunan lokal pada dasarnya melalui empat tahapan, yaitu (a) tumbuhnya kewiraswastaan lokal, (b) lepas landasnya perusahaan-perusahaan lokal, (c) berkembangnya perusahan-perusahan tersebut keluar lokalitas, dan (d) terbentuknya suatu perekonomian wilayah yang bertumpu pada kegiatan dan inisiatif lokal serta keunggulan komparatif kegiatan ekonomi lokal tersebut (Coffey dan Polese dalam Karo-Karo, 2006).
2.4. Konsep Manajemen Strategis Strategi merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa Yunani strategia atau strategos yang berarti jendral (Steiner, 1982). Strategi juga memiliki konotasi pengertian sebagai suatu seni (art) dan ilmu (science) tentang pengendalian militer (Rue and Holland, 1986). Dalam kurun waktu beberapa dekade belakangan ini telah muncul perkembangan konsep strategi sebagai respon terhadap kebutuhan para praktisi bisnis untuk memperbaiki cara
44
mereka dalam menggunakan sumber daya dan kemampuan badan usaha di tengah berbagai kondisi lingkungan yang terus berubah. Glueck dan Jauch (1991) mendefinisikan strategi sebagai suatu kesatuan rencana yang terpadu dan menyeluruh dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan lingkungan yang dihadapinya agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Pengertian ini memberi arti bahwa esensi strategi adalah penyesuaian organisasi dengan lingkungan eksternalnya. Menurut David (2004) manajemen strategis dapat didefenisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevalusai keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektivitasnya. Sedangkan proses manajemen strategis adalah suatu pendekatan secara obyektif, logis, dan sistematis dalam penetapan keputusan utama dalam suatu organisasi. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap berturut-turut, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Tujuan manajemen strategik adalah memanfaatkan dan menciptakan peluang-peluang baru dan berbeda di masa mendatang. Keberhasilan dalam proses pelaksanaan manajemen strategik adalah keterbukaan pikiran, kesediaan dan kemauan untuk mempertimbangkan informasi baru, sudut pandang baru, gagasan baru, dan kemungkinan-kemungkinan baru, yang terus selalu berubah sesuai dengan perubahan jaman. Sedangkan bagi aparatur pemerintah manajemen strategik adalah untuk membuat suatu keputusan yang tepat sasaran atas pemanfaatan segala sumberdaya (resources) untuk menghadapi tantangan masa yang akan datang.
45
2.5. Hasil Kajian Terdahulu Hasil kajian terdahulu yang terkait dengan penggunaan analisis SWOT dan metode analisis AHP seperti yang digunakan dalam kajian ini. Kajian yang dilakukan oleh Adriyani (2004) mengenai strategi pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, berdasarkan analisis dengan menggunakan analisis SWOT, strategi yang dipilih dalam
pengembangan
pemberdayaan
dan
kawasan
agropolitan
pengembangan
program
di
daerah
wisata
tersebut
alam
adalah
(agrowisata),
mengembangkan kegiatan agribisnis yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi komoditas unggulan, mendirikan tempat pengumpulan hasil (TPH) dan mendirikan outlet agribisnis. Hasil kajian yang dilakukan oleh Setiawan (2002) mengenai programprogram yang dapat dilakukan dalam pengembangan Kawasan Sentra Produksi (KSP) di Propinsi Riau dengan menggunakan analisis SWOT menetapkan beberapa strategi yang dapat dijalankan yakni program pengembangan fisik, program pengembangan sarana dan prasarana (transportasi, irigasi, dan lingkungan), program ekonomi (analisis finansial komoditas unggulan, nilai ekonomis komoditas unggulan), program pengembangan kegiatan usaha masyarakat, sedangkan program yang perlu dilaksanakan dalam pengembangan KSP pangan adalah pengembangan Sumbedaya Manusia (SDM), pengembangan peran swasta dan masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan mekanisasi pertanian, dan pengembangan kemitraan. Kajian yang dilakukan oleh Casria (2005) di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, mengenai strategi pengembangan kawasan agropolitan dalam
46
penataan ruang Kabupaten Wonosobo dengan menggunakan metode analisis AHP. Dalam kajian tersebut menetapkan beberapa prioritas strategi yang dapat diperoleh
dalam
kajian
tersebut,
strategi
tersebut
adalah
peningkatan
produktivitas, terutama di daerah sentra produksi, mendukung lingkungan pemukiman di daerah kawasan agropolitan dan mendorong proses pemasaran terutama keluar kawasan agropolitan. Kajian terdahulu yang terkait dengan pembangunan perekonomian daerah dilakukan Marfiani (2007) yang berjudul Analisis Potensi Ekonomi Strategi Pembangunan Ekonomi di Bogor Barat mengidentifikasi sektor-sektor basis yang diprioritaskan sebagai sektor unggulan sehingga dapat menjadi penggerak ekonomi di Bogor Barat dan merancang berbagai alternatif strategi dan prioritas pembangunan ekonomi di Bogor Barat. Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini antara lain Analisis Location Quotient, Analisis sistem limpitan sejajar, analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor EvaluationEFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE), analisis Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT), dan analisis Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal, Wilayah Bogor Barat dalam pembangunan ekonominya menekankan pada strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal (Strategi W-O). Hasil analisis matriks IFE menunjukkan bahwa Wilayah Bogor Barat masih memiliki kondisi internal yang lemah, yaitu belum mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan. Kekuatan utama yang dimiliki Bogor Barat adalah potensi sumberdaya alam yang besar
47
sedangkan kelemahan utama yang dihadapi adalah masih lemahnya jejaring usaha yang berbasis pelaku usaha sehingga sektor perindustrian dan perdagangan di wilayah tersebut masih belum berkembang dan terdapatnya disparitas pembangunan. hasil analisis EFE menunjukkan bahwa Wilayah Bogor Barat telah mampu memanfaatkan peluang eksternal untuk menghadapi ancaman. Peluang terbesar yang dimiliki adalah adanya kebijakan Pemda Kabupaten Bogor dan kondisi perekonomian yang semakin membaik yang didominasi oleh sektor perindustrian; perdagangan, hotel dan restoran; dan pertanian. Selanjutnya, ancaman terbesar yang dihadapi adalah adanya persepsi ekonomi biaya tinggi dan persaingan antar daerah. Prioritas strategi yang terpilih diantaranya: (1) pengembangan industri yang menunjang aspek pertanian (agroindustri) sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki Kabupaten Bogor (kondisi perekonomian, kebijakan Pemda Kab.Bogor, letak geografis) serta kerjasama dengan pihak swasta/ lainnya. (2) Menemukan dan mempromosikan citra komoditi dan produk unggulan daerah sehingga memberikan nilai tambah (PDRB dan PAD) bagi masyarakat daerah dengan menggunakan kriteria potensi nilai tambah langsung suatu komoditi/ produk bagi keluarga miskin, dan (3) menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendukung daerah membangun dengan memperluas kapasitas fiskal daerah dan memperluas basis produktif sektor ekonomi rakyat. Kajian lain yang terkait dengan pembangunan perekonomian daerah dilakukan oleh Pardede mengkaji Distribusi Pendapatan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah Propinsi DKI Jakarta Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi,
48
menganalisis distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi di wilayah Propinsi DKI Jakarta, dimana pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta relatif lebih tinggi dibanding rata rata pertumbuhan ekonomi secara nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajian ini menggunakan Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix sebagai kerangka kerja. Hasil analisis sistem neraca sosial ekonomi tersebut menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa dalam lingkup sektor tertier (sektor jasa) telah berkembang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian DKI Jakarta, sehingga dalam upaya meningkatkan perekonomian Propinsi DKI Jakarta, perlu disarankan agar pemerintah DKI Jakarta mengambil kebijakan pengaturan anggaran dengan menambah alokasi pengeluaran di sektor jasa khususnya pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang diarahkan untuk turut serta menyediakan atau turut mendorong ketersediaan infrastruktur fisik dan non fisik, serta lebih mendorong investasi swasta baik lokal maupun asing untuk menanamkan modal di sektor tersebut.
49
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Dalam perencanaan pembangunan daerah dapat digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional, pendekatan sektoral adalah pendekatan yang menganalisis sektor-sektor yang ada satu persatu, melihat peluang dan potensinya serta menetapkan sesuatu yang dapat ditingkatkan dari kegiatan tersebut. Sedangkan pendekatan regional adalah melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan di dalam ruang wilayah (Tarigan, 2005). Oleh karena itu, agar dicapai pembangunan wilayah yang optimal maka pembangunan harus dilaksanakan sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada di daerah. Pembangunan ekonomi daerah dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional berarti menjadikan perekonomian daerah sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Mengingat letak geografis Kabupaten Karimun yang berdekatan dengan negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia, serta termasuk wilayah pengembangan Bintan dan Batam yang merupakan pintu gerbang wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. memberikan peluang yang besar dalam pengembangan potensi ekonomi Kabupaten Karimun. Pada PDRB Kabupaten Karimun, sektor pertanian yaitu subsektor perikanan merupakan sektor penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Karimun. Secara umum sektor ini memang memberikan andil yang cukup besar bagi Kabupaten Karimun. Terlihat bahwa Kabupaten Karimun mempunyai potensi yang cukup besar dalam dunia perikanan ditunjang dengan kondisi
50
geografis Kabupaten Karimun yang terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi laut, yang menyebabkan sebagian besar masyarakat di wilayah ini bermata pencaharian sebagai nelayan. Dalam
pengembangan
perekonomi
Kabupaten
Karimun
tersebut
dihadapkan pada kendala sumber daya manusia (SDM), yaitu masih belum terbinanya SDM dengan baik. Pengembangan perekonomian daerah umumnya dihadapkan pada pilihan-pilihan yang semakin kompleks dan sulit. Dengan demikian dibutuhkan suatu perencanaan pembangunan Kabupaten Karimun dengan potensi dan kendala yang ada. Potensi perekonomian yang besar menjadi dasar upaya pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Dengan kebijakan Rencana Strategis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Kariumun yang ada dilakukan identifikasi keragaan faktor-faktor sumberdaya wilayah, terkait dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial/ kelembagaanya, dan sumberdaya buatan. Untuk menganalisis keragaan faktor-faktor sumberdaya wilayah di Kabupaten Karimun sebagai daerah yang memiliki potensi ekonomi yang baik, analisis dilakukan Analisis Produk Domestik Regional (PDRB), analisis ini digunakan untuk mengetahui sektor apa yang menjadi basis perekonomian dan paling berperan dalam kegiatan ekonomi di Kabupaten Karimun. Analisis PDRB dilakukan dengan menggunakan analisis LQ (Location Quiotient) dan modifikasi metode LQ yaitu berupa Surplus Pendapatan (SP), Kuosien Spesilaisasi (Ksi), Kuosien Lokalisasi (Loi), dan efek pendapatan yang bertujuan untuk melihat atau membandingkan peranan suatu sektor tersebut dalam wilayah yang lebih luas.
51
Selain itu juga dilakukan analisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun dengan menggunakan analisis Shift Share. Selanjutnya dilakukan identifikasi dan analisis Internal dan Eksternal, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada masing-masing sentra produksi, yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi suatu analisis SWOT. Berdasarkan analisis SWOT tersebut dibuat alternatif strategi yang akan diterapkan pada pengembangan kebijakan pembangunan Kabupaten Karimun. Berdasarkan alternatif strategi yang diperoleh, selanjutnya ditetapkan prioritas strategis pembangunan ekonomi Kabupaten Karimun. Penetapan prioritas strategi diperoleh melalui metode analisis AHP (Analisis Hirarki Proses). AHP menentukan prioritas strategi yang akan dijalankan berdasarkan visi, misi dan potensi sumberdaya wilayah yang didukung oleh hasil analisis lingkungan internal dan eksternal serta mengusulkan strategi komprehensif sehingga yang diusulkan akan sesuai dengan kondisi perekonomian Kabupaten Karimun.
52
Rendahya Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun
Rencana Strategis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Kariumun
-
Faktor-Faktor Keragaman Sumberdaya Wilayah : Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya Manusia Sumberdaya Sosial dan Kelembagaan Sumberdaya Buatan
Analisis Sektor Unggulan dan Analisis Pertumbuhan Sektor
Identifiaksi dan Analisis Faktorfaktor Internal dan Eksternal
Analisis SWOT
Matriks AHP : Tahap Penetapan Prioritas Strategi
Strategi Potensi Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun
Program Pembangunan Daerah
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 22
Kajian dilakukan di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Pemilihan Kabupaten Karimun sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Kabupaten Karimun merupakan salah satu basis kawasan pertumbuhan IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapore – Growth Triangle) sehingga memiliki peluang pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu Kabupaten Karimun mempunyai potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang sangat baik untuk menunjuang pembangunan perekonomian daerah. Kajian dilaksanakan dari bulan Desember 2007 hingga April 2008.
3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner oleh stakeholder, serta pengamatan secara langsung. Pemilihan responden dalam wawancara ini dilakukan secara sengaja (purposive) yang terdiri dari; 1. Kepala Bappeda (Badan Perencana Pembangunan Daerah) Kabupaten Karimun, dengan alasan seseorang mempunyai hak dalam menyusun dan merencanakan pembangunan Kabupaten Karimun, secara umum dan arahan kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan wuilayah Kabupaten Karimun. 2. Ketua Komisi Bidang Keuangan Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karimun, dengan alasan seseorang yang berperan dalam menyusun dan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Karimun. 3. Tokoh Masyarakat pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Karimun, dengan alasan seseorang yang dianggap sebagai panutan dalam masyarakat
2
tersebut, dan mengetahui lebih jelas mengenai kondisi riil perekonomian dari wilayah di Kabupaten Karimun tersebut. Jenis data sekunder diperoleh dari instansi, seperti BPS Kabupaten Karimun dan BPS Propinsi Kepulauan Riau, Kantor Bappeda Kabupaten Karimun, dan dinas-dinas terkait dalam wilayah Kabupaten Karimun.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data dilapangan (pengumpulan data primer). Data-data yang diolah berasal dari data primer dan data sekunder, pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel alat hitung manual dan juga menggunakan software Expert Choice untuk menentukan prioritas alternatif strategi. 3.4.1. Analisis Sektor Basis Sektor basis dianalisis dengan menggunakan data PDRB sektor pertanian yang dihasilkan Kabupaten Karimun atas harga konstan tahun 1993 dan harga yang berlaku tahun 2002-2004. Setelah menganalisis data PDRB, dilakukan perbandingan peranan suatu sektor tertentu dalam suatu wilayah yang lebih luas, dalam hal ini adalah wilayah kabupaten. Analisis ini menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan modifikasi dari metode LQ seperti surplus pendapatan, kuosien lokalisasi, kuosien spesialisasi, dan effek pengganda. Perhitungan dengan metode LQ ini digunakan beberapa asumsi, diantaranya adalah:
1. Kondisi geografis yang relatif seragam.
3
2. Pola permintaan yang relatif sama antara wilayah yang bersangkutan dengan wilayah atasnya. 3. Permintaan wilayah akan suatu komoditi terlebih dahulu dipenuhi oleh produksi wilayah tersebut, sedangkan kekurangan dibeli atau impor dari wilayah lain.
3.4.1.1. Metode Location Quotien (LQ) Location Quotient (LQ) merupakan metode analisis yang digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan atau basis aktivitas dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah serta tingkat kecukupan barang dan jasa dari produksi lokal suatu wilayah. Secara umum metode LQ digunakan untuk mengukur suatu sektor atau komoditi (misalnya sektor x atau komoditi x) menjadi kegiatan/komoditi basis atau non basis pada suatu wilayah tertentu (misalnya i) (Budiharsono, 2001). Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut,
LQx =
Si Ni Sj Nj
Dimana : LQx = Nilai sektor basis/non basis Si
= Jumlah PDRB sektor x diwilayah i (Rp).
Sj
= Jumlah PDRB total komoditi sektor x diwilayah j, dimana wilayah i merupakan bagian dari wilayah j (Rp).
Ni
= Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah i (Rp).
4
Nj
= Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah j (Rp).
Berdasarkan formulasi dan asumsi yang berlaku, nilai LQ dapat bervariasi, diantaranya : LQx > 1
: Menunjukkan bahwa komoditi/ sektor x merupakan komoditi/ sektor basis atas kegiatan ekspor.
LQx = 1
: Menunjukkan bahwa komoditi/ sektor x tidak mengekspor, tetapi mampu mencukupi permintaan lokal atau dengan kata lain komoditi/sektor x telah mencapai tingkat swasembada.
LQx < 1
: Menunjukkan bahwa komoditi/ sektor x bukan merupakan komoditi/ sektor basis ataupun kegiatan ekspor.
3.4.1.2. Analisis Surplus Pendapatan (SP) Analisis surplus pendapatan digunakan untuk mengidentifikasikan adanya surplus pendapatan dan tenaga kerja dari sektor atau komoditi tertentu dari pertanian atau industri (Budiharsono, 2001). Formulasi Umum, ⎡ Si Ni ⎤ SP = ⎢ − ⎥ xSi ⎣ Sj Nj ⎦ Dimana, SP
= Besarnya surplus pendapatan dari sektor tertentu dari sektor x.
Si
= Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah i.
Sj
= Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada wilayah j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j.
5
Ni
= Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor wilayah i.
Nj
= Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah j.
3.4.1.3. Kuosien Spesialisasi (Ksi) Alat ini digunakan untuk mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu komoditi di suatu daerah (Budiharsono, 2001). Formulasi Umum, ⎡ Si Ni ⎤ Ksi = ⎢ − ⎥ ⎣ Sj Nj ⎦ Dimana, Si
= Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah i.
Sj
= Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada wilayah j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j.
Ni
= Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor wilayah i.
Nj
= Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah j.
Jika nilai kuosien spesialisasi lebih dari satu maka terdapat spesialisasi dari komoditi di wilayah tersebut. Dan sebaliknya jika nilai kuosien spesialisasi lebih kecil dari satu, maka tidak terjadi spesialisasi pada wilayah tersebut.
6
3.4.1.4. Kuosien Lokalisasi (Loi) Kegiatan produksi suatu komoditi bisa menyebar atau terpusat pada suatu wilayah. Untuk mengetahui penyebaran kegiatan suatu sektor maka dapat digunakan kuosien lokalisasi.
Loi =
Si Sj − Ni Nj
Dimana, Si
= Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah i.
Sj
= Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada wilayah j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j.
Ni
= Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor wilayah i.
Nj
= Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah j. Jika nilai Loi lebih dari nol maka kegiatan produksi komoditas memusat
atau teraglomerasi pada wilayah tersebut, sedangkan apabila nilai Loi lebih kecil dari nol maka kegiatan produksi komoditi tersebut menyebar.
3.4.2. Analisis Shift Share Analisis shift share pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et al (1960), menggunakan analisis ini untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi wilayah di Amerika Serikat. Analisis shift share dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan sektor-sektor atau wilayah yang lamban dan untuk menduga
dampak
kebijakan
wilayah
ketenagakerjaan.
Selain
dapat
memperlihatkan hubungan antara struktur perekonomian dengan pertumbuhan
7
wilayah, analisis shift share juga menganalisis berbagai perubahan indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah berkembang dengan cepat atau lambat dan mampu bersaing atau tidak mampu bersaing. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah bila dibandingkan dengan wilayah lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lamban. Konsep analisis PDRB, dapat diketahui perubahan PDRB dari sektor i pada suatu wilayah. Analisis PDRB terbagi atas nilai ri, Ra dan Ri. Nilai ri menunjukkan selisih antara PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis dengan PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis dibagi dengan PDRB dari sektor i pada wilayah yang sama pada tahun dasar analisis. Nilai Ra menunjukkan selisih antara PDRB provinsi tertentu pada tahun akhir analisis dengan PDRB pada provinsi yang sama pada tahun dasar analisis dibagi PDRB provinsi pada akhir analisis dari sektor ke i di provinsi dengan PDRB tahun dasar analisis dari sektor i di provinsi yang sama dibagi PDRB tahun dasar analisis dari sektor i di provinsi yang sama. Sedangkan Ri menunjukkan selisih antara PDRB provinsi pada tahun akhir analisis dari sektor i dengan PDRB provinsi pada tahun dasar analisis dari sektor i dibagi PDRB provinsi pada tahun dasar analisis dari sektor i. Analisis shift share ini diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja/produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis
8
dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan nasional, komponen pertumbuhan proporsional, dan komponen pangsa wilayah. 1. Komponen Pertumbuhan Nasional Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi
nasional,
atau
perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi
perekonomian semua sektor dan wilayah. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalm permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keseragaman pasar. 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Pertumbuhan sektor perekonomian suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa komponen pertumbuhan, yaitu: komponen pertumbuhan nasional disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional disingkat PP, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah disingkat PPW. Apabila PP + PPW ≥0, maka pertumbuhan sektor perekonomian tersebut termasuk ke dalam kelompok progresif (maju), sedangkan apabila PP + PPW > 0, maka pertumbuhan sektor perekonomian tersebut termasuk lamban.
9
Ketiga komponen pertumbuhan tersebut secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut: Andaikan dalam suatu negara terdapat m daerah/wilayah/provinsi (j = 1, 2, 3, ..., m) dan n sektor ekonomi (i = 1, 2, 3, ..., n) maka perubahan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: Δ Yij = PNij + PPij + PPWij ............................................................................
1
atau secara rinci dapat dinyatakan sebagai berikut: Y’ij – Yij = ΔYij = Yij (Ri – 1) + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri) ............................
2
dimana: ΔYij
= perubahan produk domestik regional bruto (PDRB) sektor i pada wilayah ke j.
Yij
= PDRB dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.
Y’ij
= PDRB dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis.
Yi.
=
m
∑ Y ' ij
= PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis.
j =1
m
Y’i.
=
∑ Y ' ij
= PDRB provinsi dari sekotr i pada tahun akhir analisis.
j =1
Y.. Y’..
= =
n
m
i =1
j =1
n
m
i =1
j =1
∑ ∑ Yij
= PDRB total provinsi pada tahun dasar analisis.
∑ ∑ Y ' ij = PDRB total provinsi tahun akhir analisis.
ri
= Y’ij/Yij ........................................................................................
3
Ri
= Y’i./Yi. ............................................................ ..........................
4
Ra
=Y’../Y.. .. ......................................................... ..........................
5
(ri – 1)
= persentase perubahan PDRB pada sektor i provinsi j.
(Ri − 1)
= PNij = persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan nasional.
(Ri − Ra)
= PPij = persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan proporsional.
10
(ri − Ri)
= PPWij = persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah.
Berdasarkan penjumlahan dua komponen pertumbuhan wilayah, yaitu komponen pertumbuhan proporsional dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan suatu wilayah atau sektor dalam suatu wilayah. Jumlah antara dua komponen tersebut disebut pergeseran bersih (PB), yang dinyatakan sebagai berikut: PBij = PPij + PPWij PB.j = PP.j + PPW.j dimana: PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah j PB.j = pergeseran bersih wilayah j Apabila PBij = 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sedangkan apabila PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban. Begitu juga apabila PB.j > 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok progresif, sedangkan apabila PB.j < 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk lamban.
3.4.3. Tahap Perumusan Strategi 3.4.3.1. Analisis Matriks SWOT Perubahan memberikan tingkat persaingan yang tinggi, terutama pada saat adanya kebijakan otonomi daerah. Oleh karena itu, setiap pemerintah daerah harus bisa menyusun suatu strategi untuk mengantisipasi bentuk-bentuk perubahan yang ada sehingga pemerintah daerah mampu bertahan menghadapi persaingan yang tinggi tersebut.
11
Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Analisis SWOT merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2005). Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Rangkuti (2005) mendefenisikan SWOT sebagai singkatan dari kekuatan (Strenghts) dan kelemahan (weakneses) intern suatu daerah serta peluang (oppurtunities) dan ancaman (Threates) dalam lingkungan yang dihadapi daerah. Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasikan faktorfaktor dan strategi yang menggambarkan kesesuaian paling baik diantara berbagai alternatif strategi yang ada. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal merupakan pembentukan matriks SWOT (David, 2004). Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu pemerintah dalam hal ini stake holders mengembangkan empat tipe strategi. 1. Analisa SWOT berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu empat sel faktor (S, W, O, dan T), empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
12
Tabel 3. Matriks SWOT Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Eksternal
Oppurtunities (O) Daftar Peluang 1...... 2...... 3...... Threats (T) Daftar Ancaman 1...... 2...... 3......
Strenght (S) Daftar Kekuatan 1...... 2...... 3...... Strategi SO Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi ST Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Weakness (W) Daftar Kelemahan 1......... 2......... 3......... Strategi WO Buat strategi disini yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan Strategi WT Buat strategi disini yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Sumber : David (2004)
Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal daerah. 2. Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal daerah. 3. Tentukan faktor-faktor kekuatan internal daerah. 4. Tentukan faktor-faktor kelemahan internal daerah. 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi SO. 6. Sesuaikan kelemahan dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi WO. 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi ST. 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi WT.
3.4.3.2. Analitycal Hierarchy Process (AHP)
13
Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan metode analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi strategi pembangunan kawasan Kabupaten Karimun. AHP adalah suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana dan fleksibel, ditujukan untuk membuat model permasalahan yang tidak terstruktur dan sering digunakan untuk memecahkan masalah yang memerlukan pendapat (Saaty, 1993) Terdapat tiga prinsip dalam metode yang digunakan dalam memecahkan permasalahan dengan analisis logika eksplisit (Saaty,1993) yaitu: 1. Prinsip Menyusun Hierarki Dalam menyusun hierarki, organisasi atau lembaga pemerintah berusaha untuk menggambarkan dan menguraikan realitas secara hierarki. Untuk memperoleh pengetahuan secara rinci, realitas yang kompleks disusun ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya dan kemudian bagian ini dimasukkan ke dalam bagiannya lagi dan seterusnya secara hierarki. Dengan kata lain persoalan yang kompleks dipecahkan menjadi unsur-unsur yang terpisah. 2. Prinsip Menetapkan Prioritas Penetapan Prioritas yang dimaksudkan adalah peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya. 3. Prinsip Konsistensi Logis Konsistensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Sedangkan kerangka kerja AHP terdiri dari delapan langkah utama (Saaty, 1993). Penjelasan dari tiap langkah adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan persoalan dan merincikan persoalan yang diinginkan.
14
Hal yang perlu dicermati pada langkah ini adalah penguasaan terhadap masalah yang diteliti. Karena hal ini akan memiliki penguasaan terhadap pembentukan struktur hierarki analisis. Fokus yang harus diperhatikan adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun hierarki. 2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Penyusunan hierarki hanya ada satu elemen yaitu fokus sasaran yang sifatnya luas. Sedangkan dibawahnya dapat terdiri dari beberapa kelompok elemen homogen yang dapat dibandingkan dengan kelompok elemen yang berada pada tingkat sebelumnya. G Tingkat 1
F1
F2
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Tingkat 5
A1
A2
O1
O2
S1
S2
Fn
…
…
…
…
…
…
…
…
An
On
Sn
Gambar 2. Abstraksi Sistem Hierarki Keputusan
3. Menyusun matriks banding berpasangan.
15
Penyusunan matriks ini merupakan dasar untuk melakukan pembandingan berpasangan antar elemen terkait yang ada pada hierarki di bawahnya. Pembandingan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua pada hierarki terhadap fokus yang ada di puncak hierarki. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah ketiga.
Pertimbangan yang dilakukan disusun berdasarkan matriks berpasangan yang telah dibuat. Hal ini dilakukan dengan membandingkan tiap elemen pada kolom ke-i dengan elemen pada baris ke-j untuk mendapatkan nilai dominasi antara satu elemen terhadap elemen pada suatu tingkat di atasnya. Pengisian matriks banding berpasangan menggunakan skala banding berpasangan seperti berikut :
Tabel 4. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas Pentingnya 1
Definisi Kedua elemen sama pentingnya.
Penjelasan Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat tersebut. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainya.
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya.
5
Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya.
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas yang lainya.
7
Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya.
Satu elemen dengan kuat disokong dominasinya telah terlihat dalam praktek.
9
Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya.
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan.
Nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan.
Kompromi diperlukan dua pertimbangan.
2,4,6,8
Kebalikan
dan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka (x) jika dibandingkan dengan aktivitas j, maka memiliki nilai kebalikannya (1/x).
Sumber: Saaty (1993)
16
5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mempengaruhi atau mendominasi sifat fokus puncak hierarki dibandingkan dengan Fj, maka digunakan angka kebalikan. 6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hierarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atas. 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Pengolahan horizontal terdiri dua bagian yaitu penentuan vektor prioritas (eigen vektor), uji konsistensi dan revisi pendapat bila dibutuhkan yakni jika rasio inkonsistensinya masih tinggi. a. Penentuan Vektor Prioritas Langkah-langkah yang dilakukan pada penentuan vektor prioritas adalah sebagai berikut: • Menjumlahkan setiap elemen dalam masing-masing kolom Matriks Banding Berpasangan yang terisi untuk mendapatkan vektor baris Vi.
17
• Matriks Banding Berpasangan yang ada dinormalisasi dengan cara membagi setiap elemen matrik pada kolom dengan elemen vekor baris Vi pada kolom yang sama, sehingga akan diperoleh matriks baru yang telah dinormalisasi Nij. • Elemen-elemen matriks normalisasi Nij yang berada dalam satu baris dijumlahkan, lalu diperoleh kolom vektor Dj. • Matrik masing-masing elemen pada vektor kolom ke Dj dengan jumlah baris Matrik Banding atau jumlah kolomnya untuk memperoleh eigen
vektor Ei bagi setiap komponen yang dibandingkan dalam Matriks Berpasangan tersebut. • Pengolahan Matriks Banding Berpasangan hingga langkah ini memberikan hasil bahwa vektor bagi Ai adalah e1 hingga seterusnya An adalah en . b. Uji Konsistensi Rasio konsistensi suatu Matriks Banding Berpasangan dapat didapatkan dengan lebih dahulu mencari nilai eigen value (λ maks) serta menentukan indeks rasio konsistensinya. •
Penentuan Eign Value n
VA =
∑a j =1
VB =
ij
V Ai VPi
λ maks =
n
1 x ∑ V Bi n
•
xVP
i =1
Perhitungan Consistency Index (CI)
18
CI =
•
X maks − n n −1
Perhitungan Consistency Ratio (CR) CR =
CI RI
Consistency Ratio (CR) diperoleh dengan membagi CI dengan suatu Indeks Random (RI) tertentu. Indeks ini menyatakan rata-rata konsistensi dari suatu matriks pembandingan acak berukuran n (n = ordo matriks) yang diperoleh dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa semakin besar ordo matriks pembandingan maka semakin tinggi pula tingkat konsistensinya yang ditunjukkan oleh nilai RI yang semakin besar. Nilai CR yang lebih kecil atau sama dengan 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsisten atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993).
Tabel 5. Daftar Nilai Random Indeks Ordo Matriks (n) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sumber: Saaty (1993)
Indeks Random (RI) 0 0 0,5 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,19 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
19
Tujuan pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu prioritas pengaruh setiap elemen pada level tertentu dalam suatu hierarki terhadap fokus atau tujuan utamanya. Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu bobot prioritas setiap elemen pada level terakhir dalam suatu hierarki terhadap sasarannya. Prioritas-prioritas yang diperoleh dalam penglohan horizontal sebelumya disebut sebagai prioritas lokal, karena hanya berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding yang merupakan elemen-elemen level atasnya. Apabila Xij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengeruh elemen ke-j pada level ke-i dari suatu hierarki terhadap fokusnya, maka diformulasikan sebagai berikut:
Cvij =
∑ (CH
ij ( t ,i −1)
xVWt ( i −1)
Keterangan: Cvij
:
nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat hierarki keputusan ke-i terhadap fokus.
Chij(t,i-1) :
nilai prioritas pengaruh ke-j pada tingkat hierarki ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat hierarki di atasnya (i-1) yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal.
VWt(i-1) :
nilai prioritas pengaruh ke-t pada tingkat hierarki ke-(i-1) terhadap fokus atau sasaran uatama yang didapatkan dari hasil pengolahan vertikal.
i, j, t
: 1, 2, 3,.........., n
8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Pada pengisian judgment pada tahap MPB (Matriks Perbandingan Berpasangan)
terdapat
kemungkinan
terjadinya
penyimpangan
dalam
membandingkan elemen satu dengan elemen yang lainnya sehingga diperlukan uji
20
konsistensi. Dalam AHP penyimpangan yang diperbolehkan dengan toleransi CR (Rasio Konsistensi) di bawah 10 persen. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil kali ini dibagi dengan persyaratan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hierarki bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen. CR
diperoleh
setelah
matriks
diolah
secara
horizontal
dengan
menggunakan program komputer Expert Choice 2000. Apabila nilai CR lebih besar dari 10 persen, maka kualitas informasi perlu ditinjau kembali dan diperbaiki.
21
IV. KONDISI UMUM WILAYAH KAJIAN
4.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Wilayah Kabupaten Karimun dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 tahun 1999. Pada awal pembentukannya wilayah Kabupaten Karimun terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Karimun, Kecamatan Moro dan Kecamatan Kundur. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun nomor 16 tahun 2001, maka wilayah Kabupaten Karimun dimekarkan menjadi 8 (delapan) kecamatan, dan akhimya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun nomor 10 tahun 2004 dimekarkan lagi menjadi 9 (sembilan) kecamatan dan jumlah kelurahan sebanyak 22 kelurahan dan 32 desa, 327 RW dan 945 RT. Berdasarkan luasan wilayahnya, Kabupaten Karimun merupakan daerah kepulauan yang mempunyai luas 7.984 kilometer persegi yang terdiri dari wilayah daratan seluas 1.524 kilometer persegi dan wilayah perairan seluas 6.460 kilometer persegi. Kabupaten Karimun terletak antara 00 35’ Lintang Utara sampai dengan 1010' Lintang Utara dan 103030' Bujur Timur sampai dengan 1040 Bujur Timur. Batas-batas Kabupaten Karimun terdiri dari : 1. Utara
: Semenanjung Malaysia dan Singapura
2. Selatan
: Kabupaten Kepulauan Riau dan Indragiri Hilir
3. Barat
: Kabupaten Bengkalis dan Pelalawan
4. Timur
: Kota Batam dan Kabupaten Kepulauan Riau Kabupaten Karimun merupakan sebuah kabupaten kepulauan yang
terdiri dari pulau besar dan kecil dengan jumlah sekitar 248 buah pulau. Dua pulau terbesar di wilayah ini menjadi sentra berbagai kegiatan ekonomi
22
masyarakat dan juga pemukiman penduduk, yaitu Pulau Karimun dan Pulau Kundur.
4.1.2. Topografi dan Hidrologi Kabupaten Karimun merupakan wilayah yang relatif datar dan landai, dengan ketinggian 2-500 m di atas permukaan taut. Sebagian wilayah Kabupaten Karimun merupakan pegunungan/ perbukitan dengan kemiringan 40 dan ketinggian 2500 m di atas permukaan laut, yang terdapat di utara Pulau Karimun. Disamping itu, pada beberapa pulau di wilayah Kabupaten Karimun terdapat rawa-rawa. Kemudian, dilihat dari keberadaan potensi wilayahnya maka wilayah laut (perairan) Kabupaten Karimun merupakan perairan yang subur karena sebagian wilayahnya berada pada Selat Malaka.
4.1.3. Klimatologi Sebagaimana daerah tropis lainnya, Kabupaten Karimun hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Temperatur udara rata-rata mencapai 27,2°C, serta kelembaban udara 85 persen. Musim kemarau pada umumnya terjadi di Kabupaten Karimun sepanjang butan Februari sampai dengan bulan Juni. Sedangkan pada bulan Januari mengalami curah hujan ratarata pertahun mencapai 238,6 mm. Kecepatan angin maksimum terjadi pada musim hujan dengan rata-rata kecepatan perhari 4 knot.
4.2. Kondisi Sosial Pentingnya pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, jelas memiliki implikasi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dan ekonomi. Penduduk Kabupaten Karimun per April tahun 2006 sudah mencapai
23
205.438 jiwa, terdiri dari 105.484 jiwa laki-laki dan 99.954 jiwa perempuan. Secara rinci dapat ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel
6.
Banyaknya
Penduduk
Kabupaten
Karimun
Tahun
2001
hingga April 2006 Kecamatan Karimun Tebing Meral Buru Moro Kundur Kundur Utara Kundur Barat Durai Total
2001 32.332 18.893 34.188 9.330 22.309 35.397 22.335 0 0 174.784
2002 39.012 20.205 36.614 9.536 22.629 28.242 19.450 13.384 0 189.072
2003 39.861 21.052 40.292 9.766 23.226 29.925 19.557 13.607 0 197.286
2004 40.560 21.913 39.814 9.880 23.663 30.411 19.732 13.724 0 199.697
2005 41.501 40.438 22.524 9.942 31.904 14.233 19.803 17.975 6.131 204.451
April 2006 41.613 22.742 40.714 9.923 17.988 32.070 19.941 14.290 6.157 205.438
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun, 2006
Berdasarkan Tabel 6 terlihat juga Proporsi penduduk laki-laki dan perempuan cenderung stabil selama 3 tahun terakhir, yaitu berkisar 51 persen dan 49 persen. Untuk mengetahui jumlah penduduk Kabupaten Karimun pada tahuntahun selanjutnya telah dilakukan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2006 sampai tahun 2011. Kajian proyeksi jumlah penduduk tersebut dilakukan oleh UKM Center-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 2006. lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7.
24
Tabel 7. Proyeksi Penduduk Tahun 2006-2011 Kabupaten Karimun Kecamatan Karimun Meral Tebing Buru Kundur Kundur Utara Kundur Barat Moro Durai Total
2006 42.671 41.578 23.159 10.222 32.383 14.446 20.100 24.531 6.378 215.469
2007 43.875 42.751 23.812 10.511 32.868 14.663 20.402 24.926 6.481 220.288
2008 45.112 43.956 24.484 10.807 33.361 14.883 20.708 25.327 6.585 225.223
2009 46.384 45.196 25.174 11.112 33.862 15.106 21.018 25.735 6.691 230.278
2010 47.692 46.471 25.884 11.425 34.370 15.333 21.333 26.149 6.799 235.456
2011 49.037 47.781 26.614 11.747 34.885 15.563 21.653 26.570 6.908 240.759
Sumber : Hasil Olahan UKM Center-FEUI, 2006 Keterangan : Laju pertumbuhan penduduk rata-rata 2.82 % per tahun (Karimun, Meral, Tebing, Buru) Laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1.5 % per tahun (Kundur, Kundur Utara, Kundur Barat) Laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1.61 % per tahun (Moro)
4.2.1. Ketenagakerjaan Data ketenagakerjaan dibutuhkan untuk mengevaluasi dan perencanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan. Analisis mengenai kualitas sumber daya manusia biasanya menempatkan faktor ketenagakerjaan sebagai salah satu dimensi yang vital. Umumnya status penduduk dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja di Indonesia khususnya di Kabupaten Karimun ini adalah yang berusia 10 tahun keatas. Pada tahun 2004, persentase penduduk yang berusia 10 tahun keatas status pekerjaan utamanya berusaha sendiri mencapai 38,71 persen dari total penduduk Karimun. Sedangkan yang status pekerjaan utamanya buruh atau karyawan/ pegawai mencapai 48,62 persen. Angka ini menunjukkan bahwa pada umumnya penduduk Kabupaten Karimun dalam hal pekerjaan lebih banyak berprofesi sebagai buruh atau karyawan/ pegawai serta berusaha sendiri. Untuk mengetahui
25
lebih lanjut tentang persentase penduduk yang berusia 10 tahun keatas berdasarkan status pekerjaan utama dapat ditihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2004 No.
Status Pekerjaan Utama
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerjaan Bebas di Pertanian Pekerjaan Bebas di Non Pertanian Bekerja Tidak Dibayar JUMLAH
42,01
22,04
38,17
3,39 4,08 46,22 1,78 0,87 1,65 100
1,14 2,19 58,68 6,84 0,49 8,62 100
2,96 3,72 48,62 2,76 0,79 2,98 100
2 3 4 5 6 7
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun, 2004
Selain itu, dari data angka pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Karimun dari tahun ketahun jumlahnya sangat bervariasi. Pada tahun 2001, tercatat sebanyak 876 orang pencari kerja yang kemudian meningkat menjadi 4.363 orang pada tahun 2002. Pada tahun 2003 jumlah pencari kerja meningkat hampir dua kali lipat yakni mencapai 7.066 orang, namun pada tahun berikutnya jumlah tersebut kembali menurun menjadi 3.217 orang.
4.2.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Karimun pada tahun 2002 menunjukkan nilai sebesar 69,3, lebih tinggi sedikit dari Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan bila dibandingkan dengan Indonesia, nilainya juga diatas rata--rata kabupaten seluruh Indonesia (65,8). Akan tetapi dari peringkat seluruh kabupaten di Indonesia, Kabupaten Karimun masih berada jauh di peringkat 80. Tingkat harapan hidup di Kabupaten Karimun menunjukkan rata-
26
rata 68,6 tahun (UNDP = 85 tahun), angka melek huruf 94,4 persen (UNDP = 100 persen), dan usia rata-rata lama sekolah adalah 7,4 tahun (UNDP = 15 tahun).
Tabel 9. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 1999 dan 2002 Propinsi Kabupaten/ Kota
Harapan Hidup
Angka melek huruf
Rata-rata lama sekolah
Pengeluaran Riil per kapita yang disesuaikan 1999 2002 579,6 588,3 585,2 596,1 601,4 601,4 591,2 591,2
1999 2002 1999 2002 1999 2002 Riau 67,8 68,1 95,5 96,5 7,3 8,3 Kep, Riau 68,3 68,8 90,9 88,3 6,6 6,9 Karimun 68,6 94,4 7,4 Indonesia 66,2 66,2 88,4 89,5 6,7 7,1 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun, 2002 Ket : *) dari total propinsi **)dari total kabupaten di Indonesia
IPM 1999 67,3 66,5 64,3
2002 69,1 67,3 69,3 65,8
Peringkat IPM 1999 4 84
2002 5* 135** 80**
4.2.3. Pendidikan Pada periode tahun 2001-2004, Program Pendidikan Dasar dan Menengah telah dapat melaksanakan rehabilitasi atau pembangunan gedung sekolah sebanyak 344 unit, pelatihan terhadap tenaga kependidikan sebanyak 570 orang. Perkembangan AMH pada tahun 2002 mencapai 94,4 namun pada akhir tahun 2003 angka tersebut mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 97,9. Faktor yang menyebabkan peningkatan adalah semakin meningkatnya peluang masyarakat untuk mendapatkan pendidikan formal, khususnya pendidikan dasar dan menengah melalui peningkatan pelayanan pendidikan yang dicanangkan Kabupaten Karimun melalui peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu tenaga kerja. Angka rata-rata lama sekolah (RLS) di Kabupaten Karimun baru mencapai 7,4 tahun yang hanya sedikit lebih tinggi dari nilai rata-rata nasional yang hanya mencapai 7,1 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa pemerintah
27
daerah harus bekerja lebih keras lagi untuk menarik minat masyarakat menempuh jenjang pendidikan formal dengan harapan angka tersebut dapat diatas 9 tahun. Secara umum, derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (45 persen), pelayanan kesehatan (20 persen), perilaku (30 persen) dan faktor keturunan sebesar 5 persen. Ini menunjukkan bahwa peningkatan derajat kesehatan bukan hanya tanggung-jawab pemerintah semata, tetapi juga merupakan tanggung-jawab masyarakat melalui perawatan lingkungan dan kebiasaan untuk hidup bersih dan sehat. Adapun faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan tersebut adalah; keadaan permukiman, lingkungan kerja, tempat umum, air dan udara. Sedangkan untuk perilaku masyarakat yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan adalah; pola makan, kebersihan seseorang, gaya hidup dan perilaku hidup sehat. Jika dilihat dari tingkat kesejahteraannya, penduduk kabupaten Karimun terhadap Propinsi Riau dari tahun 2000 sampai tahun 2003 hanya 0,50, yang menandakan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Karimun hanya separuh dari Propinsi Riau, sedangkan jika dibandingkan dengan Indonesia, tingkat kesejahteraan dari tahun 2000 sampai tahun 2003 lebih tinggi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Karimun terhadap Propinsi Riau dan Indonesia 2000 Penduduk (jiwa) 164.770 PDRB Kab. Karimun(dlm juta Rp) 359.248 PDRB per Kapita Kab. Karimun 2.180.299 PDRB per Kapita Riau 4.372.170 PDB per Kapita Nasional 1.933.595 Tk Kesejahteraan terhadap Riau 0,50 Tk Kesejahteraan thd Nasional 1,13 Sumber : Hasil olahan UKM Center FEUI, 2006.
2001 179.002 388.042 2.167.810 4.367.939 1.971.047 0,50 1,10
2002 183.013 407.791. 2.228.208 4.374.112 2.013.854 0,51 1,11
2003 187.121 427.812 2.286.283 4.391.288 2.065.765 0,52 1,11
28
4.2.4. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Karimun cukup berlimpah, mulai dari batu granit, pasir laut, dan potensi kelautan yang belum di eksplorasi secara maksimal, juga pertanian dan perkebunannya. Kekayaan akan sumber daya alam juga harus dikaitkan dengan lingkungan hidup. Eksploitasi yang berlebihan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi masyarakat Kabupaten Karimun maupun wilayah di luar Kabupaten Karimun. Oleh karena itu perlu diwaspadai dampak buruk dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dengan menggalinya secara terencana terutama untuk sumber daya alam yang tidak terbarukan. Jalan keluamya adalah lebih menggali potensi sumber daya kelautan untuk perhubungan laut, pariwisata, industri maritim, bangunan laut dan jasa kelautan yang dapat dipersiapkan sebagai tumpuan hidup masyarakat Kabupaten Karimun untuk jangka panjang. Serta dukungan politik dan pemihakan yang nyata dari seluruh pemangku kepentingan untuk pengembangan potensi kelautan.
4.2.5. Prasarana Pariwisata Mengingat letak geografis yang berdekatan dengan negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia, serta termasuk wilayah pengembangan Bintan dan Batam yang merupakan pintu gerbang wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara. Kondisi seperti ini merupakan peluang yang besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan kepariwisataan Kabupaten Karimun. Sektor Pariwisata sebagai peluang untuk dijadikan sektor andalan. Dapat dilihat dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karimun dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun. Obyek wisata yang ada di
29
Kabupaten Karimun berupa obyek wisata alam, wisata budaya, antara lain: obyek wisata Pantai Pongkar, Pantai Pelalawan, Kawasan Mesjid At-Mubbarak Meral, Telunas Resort P. Sugi, Makam Badang, Sumber Air Panas Tanjungutan, Kawasan Batu Limau, Kawasan Pantai Lubuk, Kawasan Pantai Timun, Pantai Sawang dan Batu Bersurat Karimun.
4.3. Perekonomian Daerah 4.3.1. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi baik secara agregat maupun menurut lapangan usaha dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan dan bukan atas dasar harga berlaku. Hal ini disebabkan PDRB atas dasar harga berlaku tidak memberikan gambaran perubahan produksi secara nyata, karena ada pengaruh harga barang dan jasa pada tahun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan riil suatu daerah dapat dilihat pada PDRB atas dasar harga konstan sebagai indikator ekonomi suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata per tahun 16,11 persen yaitu dari Rp.1.133.878,55 juta tahun 2000 menjadi Rp 2.055.961,92 juta pada tahun 2004, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) mengalami kenaikan rata-rata per tahun 6,08 persen yaitu dari Rp.1.133.878,55 juta tahun 2000 menjadi Rp 1.432.777,89 pada tahun 2004. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.
30
Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karimun Tahun 2000 - 2004 (juta rupiah) Tahun 2000 2001 2002 ADHB 1.133.878,55 1.375.475,32 1.598.580,39 ADHK 1.133.878,55 1.222.864,28 1.293.753,18 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun, 2006 PDRB
2003 1.761.072,63 1.363.907,33
2004 2.055.961,92 1.432.777,89
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun, pada periode
2001-2004
perkembangan
perekonomian
Kabupaten
Karimun
berfluktuatif, yaitu pertumbuhan ekonomi mulai 7,85 persen (2001), hingga 5,05 persen (2004). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karimun Tahun 2001 – 2004 (%) Lapangan Usaha Primer Pertanian, Petemakan, Kehut & Perikanan Pertambangan & Penggalian Sekunder Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Tersier Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Produk Domestik Regional Bruto
2001 9,00 8,31
2002 5,47 5,14
2003 4,87 4,71
2004 5,65 6,14
Rata-rata 6,25 6,08
13,46 5,93 6,16 7,12 5,37 7,74 7,76 9,87 4,12
7,53 4,39 3,72 6,75 5,72 6,72 5,85 9,91 4,07
5,88 3,08 1,15 6,05 6,98 6,93 6,67 8,71 5,10
2,72 3,46 3,14 1,04 4,22 5,22 4,04 8,49 4,86
7,40 4,21 3,54 5,24 5,57 6,65 6,08 9,25 4,54
6,50 7,85
7,34 5,80
6,23 5,42
5,38 5,05
6,36 6,03
Sumber : Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Karimun, 2006
Pertumbuhan ekonomi yang tertinggi terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi sejak tahun 2002 sampai tahun 2004, sedangkan pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi tertinggi berada di sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 13,46 persen. Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2004 berada diurutan kedua dengan laju pertumbuhan mencapai 6,14 persen. Sejak tahun 2002 sampai 2004 pertumbuhannya terus meningkat. Laju pertumbuhan urutan ketiga
31
yakni sektor jasa-jasa yang menyumbangkan pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Karimun mencapai 5,38 persen. Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih
merupakan
sektor
yang
paling
rendah
kontribusinya
dalam
menyumbangkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun. Masing-masing sektor menyumbangkan sebesar 2,72 persen dan 1,04 persen. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sumber daya alam Kabupaten Karimun di sektor pertambangan cukup besar, namun sektor tersebut tidak dapat di jadikan sebagai unggulan dimasa-masa yang akan datang karena sektor ini mempunyai kecenderungan terus menurun dari tahun ke tahun. Secara umum laju pertumbuhan ekonomi rata-rata Kabupaten Karimun dari tahun 2001 sampai 2004 adatah 6,03 persen, yang jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata yang besamya 5,54 persen, maka laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun masih di atas pertumbuhan rata-rata nasional. Tetapi jika dibandingkan dengan Provinsi Kepulauan Riau, dimana laju pertumbuhan rata-ratanya sebesar 6,72 persen, maka Kabupaten Karimun masih berada di bawah Propinsi Keputauan Riau, seperti tampak pada Tabel 13.
Tabel 13. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karimun, Propinsi, dan Indonesia tahun 2001-2004 Tahun Kab. Karimun Prop. Kepulauan Riau 2001 7,85 6,35 2002 5,80 7,42 2003 5,42 6,31 2004 5,05 6,80 Rata-rata 6,03 6,72 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun, 2004
Indonesia 5,11 5,09 5,80 6,17 5,54
32
Dilihat dari struktur perekonomian Kabupaten Karimun dari tahun 2000 sampai 2004 tampaknya dalam posisi yang stabil. Perkembangan sektor tersier di Kabupaten Karimun dalam kurun waktu 5 tahun tampaknya cukup dominan apabila dibandingkan dengan dua sektor lainnya (primer dan sekunder), namun dari sisi pertumbuhannya menurun dari tahun 2001 sampai 2004. Kontribusi terbesar disektor tersier adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, tampaknya kontribusi sektor ini terhadap PDRB cukup stabil, dimana berada pada kisaran 24 persen sampai 26 persen dari tahun 2000 ke 2004. Oleh karena itu, berbagai aktivitas yang ada dalam sektor tersier ke depan tampaknya harus lebih digali potensinya. Selain itu, diharapkan perkembangan kondisi perekonomian tersebut tentunya akan menimbulkan suatu tantangan untuk dapat memposisikan Kabupaten Karimun sebagai daerah yang benar-benar mampu memberikan suatu kondisi lingkungan yang tidak hanya kondusif namun juga kompetitif bagi perkembangan daerah itu sendiri ketika harus dihadapkan pada perkembangan daerah-daerah lainnya, baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Sektor-sektor sekunder memberikan kontribusi terkecil, dalam kondisi yang relatif stabil juga dalam kurun waktu 5 tahun. Pada sektor sekunder terjadi penurunan pada sektor industri pengolahan, sedangkan sektor-sektor lainnya dalam sektor sekunder terjadi sedikit peningkatan. Sedangkan kontribusi kelompok sektor primer kondisinya cukup stabil dalam kisaran antara 37 persen sampai 39 persen terhadap total PDRB Kabupaten Karimun. Kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian, yaitu subsektor perikanan, yang merupakan sektor penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Karimun. Secara umum sektor ini memang memberikan andil yang cukup besar bagi Kabupaten Karimun. Terlihat
33
bahwa Kabupaten Karimun mempunyai potensi yang cukup besar dalam dunia perikanan ditunjang dengan kondisi geografis Kabupaten Karimun yang terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi laut, yang menyebabkan sebagian besar masyarakat di wilayah ini bermata pencaharian sebagai nelayan. Sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian dari tahun 2000 sampai tahun 2004 tampaknya fluktuatif, sempat terjadi peningkatan dari tahun 2000 sampai tahun 2002, kemudian menurun ditahun 2003. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Struktur Perekonomian Kabupaten Karimun tahun 2000 – 2004 persen (%) LAPANGAN USAHA Primer Pertanian, Petemakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian Sekunder Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Tersier Perdagangan, Hotel & Restoran Pengankutan & Komunikasi Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Produk Domestik Regional Bruto
Kontribusi PDRB terhadap PDRB Karimun 2000 37,06 32,12
2001 37,84 30,86
2002 39,59 29,57
2003 36,78 29,40
2004 36,89 29,02
4,94 19,83 13,28 0,30 6,25 43,10 25,85 8,72 3,55
6,98 19,46 12,84 0,35 6,27 42,70 25,42 8,58 3,42
10,03 18,53 11,74 0,33 646 41,88 24,51 8,79 3,29
7,37 19,34 11,52 0,45 7,37 43,88 25,36 9,51 3,53
7,87 17,93 9,97 0,37 7,59 45,18 26,04 10,57 3,34
4,98 100,00
5,28 100,00
5,28 100,00
5,48 100,00
5,24 100,00
Sumber : Hasil perhitungan TIM RPJM Kab. Karimun, UKM Center-FEUI, 2006
Selain pertumbuhan PDRB, keberhasilan atau tingkat kesejahteraan penduduk dapat dicerminkan dari PDRB perkapita yakni dengan membandingkan perkembangan
sektor-sektor
perekonomian,
yang
dibandingkan
dengan
pertumbuhan penduduk. Data mengenai PDRB perkapita lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 15.
34
Tabel 15. PDRB perkapita Kabupaten Karimun Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Tahun 2000-2004 (dalam juta rupiah) Tahun Konstan 2000 6,96 2001 6,83 2002 7,09 2003 7,28 2004 7,25 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun, 2004
Berlaku 6,83 7,68 8,82 9,39 10,40
Tabel 15 menunjukkan tren PDRB perkapita mengalami peningkatan dari tahun 2000-2004 baik dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Walaupun menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun PDRB perkapita Kabupaten Karimun masih kecil dibandingkan dengan PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau yang nilainya di atas Rp 22 juta.
4.3.2. Keuangan Daerah Sumber-sumber keuangan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang sah. Selama periode tahun anggaran 2001-2005, pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Karimun masih tergantung aliran dana dari pusat berupa dana perimbangan, dengan proporsi rata-rata mencapai 79,03 persen dari APBD. Dalam rentang waktu tahun 2001-2005, kontribusi dana perimbangan terhadap APBD berkecenderungan naik dengan rata-rata peningkatan sebesar 1,59 persen per tahun. Pendapatan asli daerah (PAD) hanya mampu memberi kontribusi dalam pembiayaan rata-rata sebesar 17,39 persen per tahun selama periode tahun anggaran 2001-2005. Kecilnya kontribusi PAD terhadap APBD, mencerminkan Kabupaten Karimun kekurangan sumber daya yang memadai untuk membiayai
35
seluruh kebutuhan pengeluaran. Struktur PAD di kabupaten ini dari tahun 2001 sampai 2002 didominasi dari lain-lain pendapatan. Hal ini menunjukkan belum optimalnya peran Pajak Daerah, Retribusi, serta laba BUMD dan hasil pengelolaan kekayaan alam. Untuk komponen Dana Perimbangan, peranannya selama 5 tahun terakhir dalam ikut membentuk total Pendapatan Daerah cenderung menunjukkan peningkatan, yaitu dari 79,74 persen (2001) menjadi 84,26 persen (2005), dan peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh adanya kenaikan peranan DAU (dari 34,32 persen pada tahun 2001 menjadi 59,92 persen pada tahun 2005). Awal periode tahun 2001 realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karimun mencapai Rp 69.065.605.425. Dimana komponen terbesar yang memberikan sumbangan terhadap PAD adalah pos lain-lain penerimaan. Pada tahun 2002, PAD Kabupaten Karimun mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp 79.714.783.490. Tampak bahwa keberhasilan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi terhadap pendapatan daerah yang berakibat meningkatnya penerimaan dari sektor Pajak Daerah, lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 16. Tahun 2003 PAD Kabupaten Karimun mengalami penurunan yang sangat tajam, PAD yang berhasil diperoleh sebesar Rp 30.552.798.120,-. Kondisi ini terjadi karena adanya kebijakan Pemerintah Pusat terhadap penghentian sementara kegiatan penambangan pasir laut. Tahun 2004 PAD Kabupaten Karimun meningkat menjadi Rp 40.343.515.623,-. Peningkatan ini dipengaruhi dari peningkatan penerimaan Pajak Daerah dan Lain Lain Pendapatan.
36
Tabel 16. Realisasi Keuangan Daerah dan Aspek Pendapatan (Dalam Juta Rupiah) Komponen Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah
2001 69.065,61 13.651,30
Realisasi APBD 2002 2003 2004 79.714,78 30.552,80 40.343,52 20.800,30 21.536,76 25.903,34
2005 29.407,00 22.895,00
593,25
834,25
2.276,69
2.891,46
2.232,00
-
991,66
1.784,29
922,62
830,00
Lain-Lain Pendapatan
54.821,06
57.088,57
4.955,06
10.626,09
3.450,00
Dana Perimbangan
273.395,96
239.362,54
237.738,66 177.681,57 172.797,50
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum
154.084,68
127.702,43
144.697,42
117.646,64
110.902,79
1.644,64
757,32
2.827,16
-
8.560,00
379,92
9.253,48
33.731,51
5.353,74
2.871,00
379,92
9.253,48
33.731,51
5.353,74
2.871,00
342.841,48
328.330,80
Bagian Laba BUMD
Dana Alokasi Khusus Lain-Lain Penerimaan Yang Sah Penyeimbang Pemerintah Jumlah Pendapatan
72.299,87
41.346,50
90.214,08 105.381,71 122.891,00
302.022,97 223.378,83 205.075,50
Sumber : Bappeda Kabupaten Karimun dalam LKPJ Bupati Karimun Akhir Masa Jabatan (2001-2005)
Tahun 2005 PAD Kabupaten Karimun kembali mengalami penurunan, hal ini disebabkan pemasukan dari pos lain-lain pendapatan yang menurun secara drastis, disamping itu Pajak Daerah juga mengalami penurunan. Komposisi dana perimbangan realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp 273.395.957.493,-. Sementara pada tahun 2002 sampai 2005 penerimaan dana perimbangan terus mengalami penurunan. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2004,
dimana
realisasi
penerimaan
dana
perimbangan
mencapai
Rp
177.681.571.537,-. Penurunan ini terjadi karena berkurangnya alokasi dana bagi hasil daerah dari Sumber Daya Alam Bumi dan Gas Alam (SDA-MIGAS). Penerimaan dari
37
sektor
Lain-lain
Penerimaan
yang
sah
yang
berupa
bantuan
dana
kontijensi/penyeimbang dari Pemerintah Pusat. Penerimaan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp 33.731.510.312,-, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2001, sebesar Rp 379.921.393.
4.3.3. Inflasi Adanya kecenderungan bahwa tingkat inflasi berdasarkan deflator PDRB tahun 2000 selama empat periode terakhir (20012004) terus mengalami penurunan dari tahun 2001 sampai tahun 2003, dengan tingkat inflasi masing-masing sebesar 12,48 persen (2001), 10,61 persen (2002), dan 3,68 persen (2003). Sedangkan pada tahun 2004 inftasi kembali meningkat menjadi 11,13 persen. Gambaran umum perkembangan tingkat inflasi dengan menggunakan deflator PDRB tahun 2000 di Kabupaten Karimun selama empat periode terakhir dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Perkembangan Tingkat Inflasi dengan Menggunakan Deflator PDRB Kabupaten Karimun tahun 2001-2004 Lapangan Usaha Pertanian, Petemakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Produk Domestik Bruto
2001
2002
2003
2004
7.59 51.17 10.47 31.59 15.38 10.68 8.56 12.48 20.83 12.48
6.64 56.28 3.16 3.49 14.13 6.59 9.15 8.04 9.02 10.61
3.92 -24.02 6.16 40.87 16.65 6.14 8.80 11.74 6.90 3.78
8.55 21.28 -2.00 -6.21 15.42 15.20 19.59 5.32 5.78 11.13
Sumber : hasil perhitungan Tim RPJM Kab. Karimun, UKM Center-FEUI, 2006
4.3.4. Investasi Sektor pertanian, pertambangan, hotel dan restoran cukup mendominasi minat para investor. Perkembangan investasi di Kabupaten Karimun mengalami
38
kemajuan yang berarti. Untuk mengetahui lebih jelasnya perkembangan investasi di Kabupaten Karimun tahun 2000-2004 dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perkembangan Investasi Kabupaten Karimun tahun 2000-2004
Tahun
Unit Usaha
2000 2001 2002 2003 2004
138.000 171.000 173.000 248.000 441.000
Formal Tenaga Kerja (jiwa) 645.000 969.000 1.043.000 1.605.000 2.000.000
Investasi (Juta Rp)
Unit Usaha
3.326.055 5.967.805 6.575.805 10.626.547 17.202.352
100.000 152.000 249.000 296.000 325.000
Non Formal Tenaga Kerja (jiwa) 208.000 381.000 632.000 702.000 776.000
Investasi (Juta Rp) 217.900 684.116 1.457.600 1.558.700 1.807.656
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kab. Karimun 2004
Dari data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, pada tahun 2005, jumlah perusahaan asing (PMA) yang menanamkan modal di Kabupaten Karimun sebanyak 13 perusahaan dengan total investasi senilai US $ 109,218,619.00, dengan total tenaga kerja lokal yang dapat diserap 1.876 orang. Sedangkan perusahaan dalam negeri yang telah menanamkan modalnya sejumlah 6 perusahaan dengan total investasi sebesar Rp. 1.741.696.320,-, dengan total tenaga kerja 566 orang.
39
V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN
Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian daerah tersebut. Setiap sektor baik sektor utama maupun bukan, nantinya akan membentuk keragaman perekonomian daerah tersebut. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai peran sektor perekonomian dalam pembangunan Kabupaten Karimun berdasarkan indikator ekonomi pendapatan wilayah (PDRB) atas harga berlaku dan atas harga konstan tahun 2000. Untuk mengetahui suatu sektor basis atau non basis digunakan analisis LQ (Location Quotient) dan untuk mendukung hasil analisis LQ dilakukan perhitungan surplus pendapatan. Selanjutnya modifikasi LQ adalah kuosien lokalisasi yang mencerminkan tingkat aglomerasi (memusat) akibat sektor tertentu. Kemudian untuk mentelaah keunggulan komparatif suatu wilayah dalam produksi suatu komoditi maka digunakan kuosien spesialisasi.
5.1. Analisis LQ Sektor – Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan analisis LQ dapat diketahui sektor basis dan sektor non basis di wilayah Kabupaten Karimun dengan menggunakan data PDRB berdasarkan harga berlaku dan harga konstan 2000 untuk periode 2003-2005. Pada penelitian ini metode LQ digunakan untuk mengetahui basis dan non basis setiap sektor perekonomian di tingkat kabupaten (wilayah bawah) terhadap propinsi (wilayah atas). Nilai-nilai LQ tersebut merupakan rasio antara masing-masing sektor di
40
Kabupaten Karimun dengan peran sektor-sektor tersebut di Provinsi Kepulauan Riau. Sektor basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ lebih besar dari satu, artinya suatu sektor telah mampu memenuhi kebutuhan akan sektor tersebut di daerahnya dan mempunyai potensi untuk diekspor ke luar daerah. Sebaliknya jika nilai LQ kurang dari satu berarti daerah yang bersangkutan termasuk sektor non basis dan harus mengimpor dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Nilai LQ Kabupaten Karimun berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Berlaku (2003-2005) Nilai LQ Ket Ket 2003 2004 1 B B Pertanian 5,43 5,28 2 NB NB Penggalian dan Pertambangan 0,88 0,81 3 NB NB Industri Pengolahan 0,18 0,16 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,29 B 1,14 B B B 5 Bangunan 2,28 2,08 B B 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 3,23 3,08 B B 7 Angkutan dan Komunikasi 2,13 2,82 8 NB NB Bank dan Lembaga Keuangan 0,67 0,63 9 B B Jasa-jasa 2,62 2,44 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) Keterangan : B : Sektor Basis NB : Sektor Non Basis No
Lapangan Usaha
2005 5,33 0,82 0,14 1,09 2,07 3,19 3,04 0,58 2,22
Ket B NB NB B B B B NB B
Hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 19 dari seluruh sektor perekonomian Kabupaten Karimun berdasarkan indikator PDRB dengan harga berlaku dalam kurun tiga tahun (tahun 2003-2005), terdapat 6 sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa.
41
Sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 5,43, tahun 2004 sebesar 5,28 dan tahun 2005 sebesar 5,33. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif. Berdasarkan nilai LQ dari PDRB berdasarkan harga berlaku menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki keunggulan nilai kontribusi terbesar dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Sedangkan nilai LQ berdasarkan harga konstan tahun 2000 disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (2003-2005) Nilai LQ Ket Ket 2003 2004 1 B B Pertanian 6,49 6,61 2 NB NB Penggalian dan Pertambangan 0,64 0,70 3 NB NB Industri Pengolahan 0,19 0,18 B B 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,32 1,27 B B 5 Bangunan 2,35 2,34 B B 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 3,19 3,16 B B 7 Angkutan dan Komunikasi 2,74 2,69 8 NB NB Bank dan Lembaga Keuangan 0,77 0,76 9 B B Jasa-jasa 2,60 2,61 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) Keterangan : B : Sektor Basis NB : Sektor Non Basis No
Lapangan Usaha
2005 6,74 0,74 0,18 1,23 2,41 3,13 2,73 0,76 2,57
Ket B NB NB B B B B NB B
Hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 20 terlihat bahwa berdasarkan harga konstan tahun 2000 juga terdapat 6 sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdagangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa.
42
Sama halnya dengan perhitungan dengan menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku, pada perhitungan LQ dengan menggunakan harga konstan tahun 2000 sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 6,49; tahun 2004 sebesar 6,61 dan tahun 2005 sebesar 6,74. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif. Hasil perhitungan LQ baik dengan harga berlaku maupun harga konstan dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis utama Kabupaten Karimun disamping sektor listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa keenam sektor perekonomian
memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam
perekonomian, serta layak untuk dikembangkan dalam pembangunan Kabupaten Karimun. Secara keseluruhan berdasarkan nilai LQ tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Karimun telah mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dan bahkan dapat memasarkan surplus produksinya ke wilayah lain. Ekspansi yang dilakukan ke luar wilayah tersebut akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, meningkatkan volume kegiatan sektor lainnya dan meningkatkan investasi yang ada pada gilirannya akan memperluas pendapatan wilayah secara keseluruhan.
43
5.2. Analisis Surplus Pendapatan Analisis surplus pendapatan digunakan untuk mengidentifikasikan adanya surplus pendapatan dari sektor perekonomian tertentu. Hasil perhitungan surplus pendapatan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Nilai Surplus Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Tahun (2003-2005) No
Lapangan Usaha
1
Pertanian
2
Penggalian dan Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan
3 4
5 6
7 8
9
Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Jasa-jasa
Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Juta) 2003 2004 2005 122.915,28 142.994,46 175.735,79
Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Juta) 2003 2004 2005 121.483,82 129.909,38 140.419,16
(810,92)
(1.693,80)
(2.048,74)
(1.313,50)
(1.115,98)
(996,06)
(8.890,80)
(9.607,49)
(10.625,51)
(6.951,75)
(7.119,70)
(7.333,63)
124,63
57,36
42,12
66,65
55,90
48,11
8.917,88
9.476,36
11.981,86
5.808,53
5.909,93
6.681,03
53.390,60
62.317,03
83.475,31
39.869,71
40.326,29
41.071,34
10.185,97
22.078,14
34.127,86
11.494,25
11.998,90
13.233,42
(1.087,80)
(1.426,88)
(1.922,74)
(530,06)
(567,65)
(603,72)
8.395,90
8.650,78
8.751,29
5.575,54
5.853,61
5.896,14
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah).
Pada Tabel 21 terlihat bahwa nilai surplus pendapatan pada sektor-sektor basis perekonomian Kabupaten Karimun memiliki nilai yang positif. Sedangkan pada sektor non basis cenderung memiliki surplus pendapatan yang bernilai negatif. Sektor yang memiliki nilai surplus pendapatan terbesar adalah sektor pertanian (baik bedasarkan PDRB harga berlaku maupun harga konstan) mengalami peningkatan selama periode tahun 2003-2005. Hal tersebut terjadi
44
karena besarnya peningkatan kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Karimun sebanding dengan peningkatan kontribusi sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Riau. Nilai surplus pendapatan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp 175.735,79 juta mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 142.994,46 juta. Bila dilihat berdasarkan harga konstan tahun 2004 sebesar Rp 129.909,38 juta mengalami kenaikan menjadi Rp 140.419,16 juta. Dari hasil analisis surplus pendapatan ini memberikan suatu penjelasan bahwa sektor pertanian menghasilkan surplus pendapatan yang positif. Hal ini berarti sektor pertanian telah memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan surplus produksinya telah diekspor ke luar daerah. Hal ini sejalan dengan peran sektor pertanian sebagai sektor basis utama perekonomian Kabupaten Karimun. Begitu juga dengan sektor-sektor basis dalam perekonomian lainnya. Untuk sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor basis yang memiliki nilai surplus pendapatan terkecil dibandingkan dengan sektor basis lainnya.
5.3. Analisis Spesialisasi Bila nilai kuosien spesialisasi sama dengan satu maka ada spesialisasi kegiatan suatu sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Karimun, sebaliknya bila nilai kuosien spesialisasinya kurang dari satu maka tidak terdapat spesialisasi kegiatan sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Karimun. Hasil perhitungan nilai kuosien spesialisasi dapat dilihat pada Tabel 22.
45
Tabel 22. Nilai Kuosien Spesialisasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun tahun 2003-2005 No
Lapangan Usaha
1 2
Berdasarkan Harga Berlaku 2003 2004 2005 0,24 0,24 0,26 (0,01) (0,01) (0,01)
Berdasarkan Harga Konstan Thn 2000 2003 2004 2005 0,28 0,28 0,29 (0,02) (0,02) (0,01)
Pertanian Penggalian dan Pertambangan 3 Industri Pengolahan (0,04) (0,05) (0,05) (0,04) 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,02 0,01 0,01 0,02 5 Bangunan 0,07 0,06 0,06 0,07 6 Perdangan, Hotel dan 0,12 0,12 0,13 0,11 Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 0,06 0,10 0,12 0,09 8 Bank dan Lembaga (0,02) (0,02) (0,03) (0,01) Keuangan 9 Jasa-jasa 0,09 0,08 0,07 0,08 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah).
(0,04) 0,01 0,07 0,11
(0,04) 0,01 0,07 0,11
0,09 (0,01)
0,09 (0,01)
0,08
0,08
Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa nilai kuosien spesialisasi selama tiga tahun (2003-2005) di Kabupaten Karimun lebih kecil dari satu, yang berarti tidak ada spesialisasi atau cenderung kegiatan sektor-sektor basis dalam perekonomian beragam (menyebar) pada setiap daerah di Kabupaten Karimun. Namun demikian, keenam sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Karimun yaitu sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa memiliki nilai kuosien spesialisasi bernilai positif baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Tingkat spesialisasi yang bernilai positif atau lebih besar dari satu ini memberikan suatu penilaian bahwa produk dari sektor-sektor tersebut berpotensi sebagai komoditas spesialisasi untuk Kabupaten Karimun. Hal ini berarti, bahwa keenam sektor mempunyai keunggulan komparatif dalam hal produksi di Kabupaten Karimun.
46
Keunggulan komparatif ini merupakan keunggulan yang bersifat alamiah artinya keunggulan tersebut sudah ada. Dengan potensi yang ada pada keenam sektor basis perekonomian memungkinkan Kabupaten Karimun meningkatkan kontribusi keenam sektor tersebut dalam jangka panjang sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Karimun.
5.4. Analisis Kuosien Lokalisasi Pada dasarnya penentuan lokalisasi potensial berdasarkan analisis kuosien lokalisasi hanya dapat memberikan gambaran awal tentang potensi kegiatan perekonomian disuatu daerah dibandingkan daerah/wilayah lainnya. Oleh karena itu, penentuan lokalisasi tersebut dilihat dari aspek teknis, sosial dan ekonomi belum memenuhi untuk dapat dijadikan dalam pelaksanaan pengembangan pembangunan suatu wilayah. Namun lokalisasi potensial yang ditentukan tersebut dapat dijadikan informasi awal untuk perencanaan pembangunan dalam melakukan analisis lain yang lebih kompleks. Nilai kuosien lokalisasi sektor – sektor perekonomian Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Nilai Kuosien Lokalisasi Sektor – Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Berdasarkan Harga Berlaku Konstan Thn 2000 No Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2003 2004 2005 1 Pertanian 0,24 0,24 0,23 0,27 0,27 0,28 2 Penggalian dan Pertambangan (0,01) (0,02) (0,02) (0,03) (0,02) (0,02) 3 Industri Pengolahan (0,51) (0,51) (0,52) (0,54) (0,55) (0,55) 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bangunan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,17 7 Angkutan dan Komunikasi 0,05 0,07 0,08 0,06 0,06 0,06 8 Bank dan Lembaga Keuangan (0,02) (0,02) (0,02) (0,01) (0,01) (0,01) 9 Jasa-jasa 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah)
47
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa selama periode 2003-2005 sektorsektor basis dalam perekonomian (yaitu sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa.) di Kabupaten Karimun mempunyai nilai kuosien lokalisasi/ aglomerasi yang tidak sama dengan satu dengan tingkat aglomerasi positif, baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor-sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Karimun lokasinya relatif menyebar dalam wilayah Kabupaten Karimun. Pada dasarnya lokalisasi yang relatif menyebar tersebut akan lebih berorientasi pasar. Orientasi pasar ini dapat diartikan bahwa konsumen yang berasal dari luar lokasi bisa menjangkau ke lokasi pemasaran produk sektor basis dalam perekonomian, sehingga memberikan keuntungan bahwa pertumbuhan sektor-sektor basis tersebut lebih cepat berkembang pada lokasi tertentu.
5.5. Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun digunakan Analisis shift share. Analisis ini digunakan untuk mendukung untuk hasil analisis LQ yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam analisis shift
share dilakukan perhitungan indeks rasio pertumbuhan dan analisis komponen pertumbuhan
wilayah
Kabupaten
Karimun.
Dalam
analisis
komponen
pertumbuhan wilayah Kabupaten Karimun dianalisis 3 komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional/nasional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).
48
5.5.1. Analisis indeks Rasio Pertumbuhan Rasio PDRB Kabupaten Karimun dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau dapat ditunjukan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Jika nilai PDRB Kabupaten Karimun dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau tiap sektor diperbandingkan antara dua titik waktu, yaitu tahun 2005 sebagai tahun akhir analisis dan tahun 2003 sebagai tahun dasar analisis, maka setiap sektor mempunyai rasio yang berbedabeda. Nilai Ra diperoleh dari pembagian antara total PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2005 dengan total PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2003. nilai Ra tiap sektor untuk setiap daerah di Provinsi Kepulauan Riau memiliki besaran yang sama, karena merupakan pembagian total PDRB, yaitu sebesar 1,13. lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Nilai Ra, Ri dan ri Lapangan Usaha
Ra
Ri
ri
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
1,13 1,13 1,13 1,13 1,13 1,13 1,13 1,13 1,13
1,11 0,94 1,16 1,14 1,12 1,14 1,21 1,15 1,13
1,13 1,06 1,07 1,03 1,13 1,09 1,18 1,10 1,10
Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)
Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Kepulauan Riau sektor i pada tahun 2005 dengan PDRB Provinsi Kepulauan Riau sektor i pada tahun 2003 dibagi PDRB Provinsi Kepulauan Riausektor i pada tahun 2003. Nilai Ri setiap sektor di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau bernilai
49
positif, ini berarti bahwa setiap sektor-sektor perekonomian mengalami pertumbuhan yang positif. Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai Ri terbesar yaitu sebesar 1,21. Hal ini didukung oleh tingkat pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi yang merupakan terbesar di Kepulauan Riau, yaitu Rp 931.37,.47 juta pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 1.129.091,06 juta pada tahun 2005. Lebih rinci mengenai pertumbuahn PDRB sektor-sektor perekonomian di Kepulauan Riau dapat dilihat pada Tabel 25 Sedangkan nilai Ri terkecil ditempati sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar 0.94.
Tabel 25. Pertumbuhan PDRB Propinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2003-2005 (%) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Pertumbuhan 11.40 (5.62) 15.54 13.51 12.23 13.65 21.23 14.79 13.35
Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)
Nilai ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB Kabupaten Karimun sektor i dan pada tahun 2005 dengan PDRB Kabupaten Karimun sektor i pada tahun 2003 dibagi PDRB Kabupaten Karimun sektor i pada tahun 2003. Nilai ri Kabupaten Karimun dari masing-masing sektor bernilai positif. Pada Tabel 23, sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai ri terbesar yaitu 1,18.
50
Sedangkan nilai ri yang terkecil dimiliki oleh sektor Listrik dan Air Bersih yaitu sebesar 1,03.
5.5.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Karimun Analisis shift share diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja/produksi disuatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional/nasional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa komponen pertumbuhan regional semua sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun bernilai positif. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Karimun yaitu sebesar Rp 58.484,03 juta. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi di Kabupaten Karimun, artinya bila terjadi perubahan kebijakan ekonomi maka sektor pertanian akan mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari analisis LQ Kabupaten Karimun yang telah dilakukan sebelumnya. Dimana dalam hal ini sektor pertanian dengan penunjang utamanya adalah sektor perikanan. Sektor listrik dan air bersih memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB pada komponen pertumbuhan regional, yaitu sebesar Rp 558,66 juta. Hal ini berarti sektor listrik dan air minum tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Karimun. Sektor terkecil kedua ditempati oleh sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan, yaitu sebesar Rp 6.167,94 juta. Jika terjadi perubahan kebijakan ekonomi di Kabupaten
51
Karimun, maka sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi.
Tabel 26. Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan. Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Pertumbuhan Regional (Juta Rupiah) 58.484,03 9.741,36 22.582,66 558,66 11.378,10 48.032,98 17.489,05 6.167,94 9.233,41
Persen 13,47 13,47 13,47 13,47 13,47 13,47 13,47 13,47 13,47
Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)
Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan sektorsektor perekonomian di Kabupaten Karimun sebesar 13,47 persen. Hal ini menunjukkan tingkat pertumbuhan regional Kabupaten Karimun yang cenderung baik. Berdasarkan Tabel 27, diketahui bahwa beberapa sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Karimun memberikan kontribusi yang negatif terhadap PDRB. Jika nilai PP suatu sektor (Ppi<0), maka dapat diidentifikasikan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan sektor lain yang PP-nya positif. Sektorsektor yang memberikan kontribusi negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar rp -13.806,05 juta (-19.09 persen), sektor bangunan sebesar rp - 1.040,80 juta (-1,23 persen) dan sektor jasa-jasa sebesar rp - 78,81 juta (-0,11 persen).
52
Tabel 27. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan. Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Pertumbuhan Proporsional (Juta Rupiah) 8.972,77 (13.806,05) 3.470,52 1,64 (1.040,80) 637.68 10.081,40 606,84 (78,81)
Persen 2,07 -19,09 2,07 0,04 -1,23 0,18 7,76 1,32 -0,11
Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)
Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi yang positif dengan persentase yang lebih dari nol (PP>0), secara berurutan antara lain sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan. hotel dan restoran, dan sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan serta sektor listrik dan air bersih. kelima sektor tersebut memiliki laju
pertumbuhan yang cepat daripada sektor-sektor lainnya yang ada di Kabupaten Karimun.
Tabel 28. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005 No
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan. Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa/ Service
9
Pertumbuhan Pangsa Wilayah
(Juta Rupiah)
Persen
7.359,12 8.399,49 (15.151,27) (420,33) 286,10 (17.491,29) (3.897,78) (2.000,56)
1,69 11,61 -9,03 -10,13 0,34 -4,90 -3,00 -4,37
(2.431,21)
-3,55
Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)
53
Komponen pertumbuhan selanjutnya adalah komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Suatu wilayah mempunyai daya saing wilayah terhadap sektor i apabila PPW-nya positif (PPW>0). Berdasarkan Tabel 28, diketahui bahwa sektor yang mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya adalah sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 8.399,49 juta (11,61 persen), sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 7.359,12 juta (1,69 persen) dan sektor bangunan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 286,10 juta (0,34 persen). Sedangkan enam sektor lain dalam perekonomian Kabupaten Karimun mempunyai daya saing wilayah yang kurang baik. Persentase nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari keenam sektor tersebut kurang dari nol (PPW<0).
54
VI. PERUMUSAN ALTERNATIF DAN PRIORITAS STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN
Formulasi alternatif strategi potensi pembangunan ekonomi di Kabupaten Karimun dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap identifikasi faktor Eksternal dan Eksternal, tahap pencocokan dan pemanduan yang berfokus pada perumusan alternatif strategi yang layak dengan mencocokan faktor internal dan Eksternal, serta tahap keputusan. Metode yang dipilih dalam kajian ini ditujukan untuk memformulasikan strategi tersebut adalah matriks SWOT (Strenghts, Weakneses,
Oppurtunities, Threates), dan AHP (Analitycal Hierarchy Process).
6.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal 6.1.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal ditujukan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Karimun. Faktor-faktor strategis internal tersebut adalah :
6.1.1.1. Kekuatan Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kekuatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan ekonomi di Wilayah Karimun. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan harus digunakan semaksimal mungkin dalam upaya mencapai tujuan dalam pembangunan ekonomi di Wilayah Karimun. Faktor-faktor kekuatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
55
a. Posisi Kabupaten Karimun yang strategis dan terletak di kawasan segitiga emas (Batam-Karimun-Pangkal Pinang) Secara geografis dikaitkan dengan keadaan ekonomi (Geo-Economy) Kabupaten Karimun menempati posisi yang strategis yaitu terletak pada jalur lintas utama perdagangan Internasional di Selat Malaka, dan sangat berdekatan dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Bahkan ditetapkannya Karimun, menjadi bagian dari kawasan segia tiga emas (SEZ) di Selat Malaka oleh pemerintah pusat, sehingga menjadi faktor yang sangat penting dalam proses kegiatan perekonomian regional, nasional dan intemasional, disamping akses yang mudah sebagai pintu gerbang dan sarana transpotasi internasional b. Potensi SDA Pertanian (Perikanan, Pertanian, Pertemakan dan Perkebunan) yang besar Daerah Kabupaten Karimun, khususnya Wilayah Kundur memiliki potensi Sumberdaya alam yang cukup besar terutama untuk sektor perikanan, pertanian, pertemakan dan perkebunan. Sektor Pertanian, Petemakan, Kehutanan, dan Perikanan pada tahun 2005 menjadi sektor paling dominan dalam pembentukkan PDRB kabupaten Karimun terutama atas dasar harga konstan dengan penunjang utamanya adalah sub sektor Perikanan. Sumbangan sektor ini sebesar 32,46 persen atas dasar harga konstan, terjadi sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 32,17 persen. Nilai nominal yang disumbangkan sektor ini adalah sebesar 491.168,76 juta rupiah dengan sub sektor Perikanan sebagai penyumbang terbesar dengan nilai 433.159,21 juta rupiah. Keadaan ini tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana sektor ini selalu memegang peranan yang besar dalam pembentukkan PDRB Kabupaten Karimun. Jika dilihat
56
PDRB Kabupaten Karimun atas dasar harga berlaku sektor ini menyumbang 28,45 persen, sedikit menurun dibanding tahun 2004 yang menyumbang sebesar 29,02 persen. Nilai nominal yang disumbangkan adalah sebesar 687.011,48 juta rupiah. Secara umum sektor ini memang memberikan andil yang cukup besar bagi Kabupaten Karimun. Bila potensi pertanian ini dapat dioptimalkan lagi, maka akan sangat mendukung program peningkatan ekonomi yang sedang ditingkatkan oleh pemerintah daerah Karimun. Potensi sektor pertanian (SDA) Kabupaten Karimun yang menjadi salah satu kekuatan yang utama dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 9 (Bab V) terlihat bahwa berdasarkan harga konstan tahun 2000 juga terdapat enam sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdagangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Sama halnya dengan berhitungan dengan menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku, pada perhitungan LQ dengan menggunakan harga konstan tahun 2000 sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 6,49, tahun 2004 sebesar 6,61 dan tahun 2005 sebesar 6,74. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif. Hasil perhitungan LQ baik dengan harga berlaku maupun harga konstan dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis utama Kabupaten Karimun disamping sektor listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdagangan,
57
hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa keenam sektor perekonomian memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam perekonomian, serta layak untuk dikembangkan dalam pembangunan Kabupaten Karimun. Secara keseluruhan berdasarkan nilai LQ tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Karimun telah mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dan bahkan dapat memasarkan surplus produksinya ke wilayah lain. Ekspansi yang dilakukan ke luar wilayah tersebut akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, meningkatkan volume kegiatan sektor lainnya dan meningkatkan investasi yang ada pada akhirnya akan memperluas pendapatan wilayah secara keseluruhan. Sama halnya dengan berhitungan dengan menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku, pada perhitungan LQ dengan menggunakan harga konstan tahun 2000 sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 6,49, tahun 2004 sebesar 6,61 dan tahun 2005 sebesar 6,74. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif. Hasil perhitungan LQ baik dengan harga berlaku maupun harga konstan dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis utama Kabupaten Karimun disamping sektor listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa keenam sektor perekonomian
memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam
58
perekonomian, serta layak untuk dikembangkan dalam pembangunan Kabupaten Karimun. Secara keseluruhan berdasarkan nilai LQ tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Karimun telah mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dan bahkan dapat memasarkan surplus produksinya ke wilayah lain. Ekspansi yang dilakukan ke luar wilayah tersebut akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, meningkatkan volume kegiatan sektor lainnya dan meningkatkan investasi yang ada pada gilirannya akan memperluas pendapatan wilayah secara keseluruhan. c. Potensi sumberdaya sektor pertambangan yang besar (khususnya Minyak Bumi). Sektor Pertambangan memiliki potensi yang besar bila dibandingkan dengan sektor lain, terutama untuk minyak bumi yang belum digali dan dioptimalkan dengan baik. Sektor pertambangan pada tahun 2007 menyumbang pada PAD sebesar 5,07 persen atau sebesar 76.673,43 juta rupiah terhadap PDRB atas dasar harga konstan. Selama beberapa tahun, sektor ini terus mengalami perlambatan walau nilai PDRB yang dihasilkan tetap meningkat. Sedangkan atas dasar harga berlaku, sektor ini justru mengalami peningkatan laju dengan peran sekitar 8,04 persen dari PDRB dengan nominal sebesar 194.178,33 juta rupiah. Baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, sub sektor Pertambangan dari tahun ke tahun selalu memiliki peran besar dalam pembentukkan sektor Pertambangan dan Penggalian ini. d. Potensi sektor pariwisata bahari
59
Mengingat letak geografis yang berdekatan dengan negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia, serta termasuk wilayah pengembangan Bintan dan Batam yang merupakan pintu gerbang wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Kondisi seperti ini merupakan peluang yang besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan kepariwisataan Kabupaten Karimun. Sektor Pariwisata sebagai peluang untuk dijadikan sebagai peluang untuk dijadikan sektor andalan. Dapat dilihat dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karimun dengan jumlah yang meningkat dari tahun ketahun. Obyek wisata yang ada di Kabupaten Karimun berupa obyek wisata alam, wisata budaya, antara lain : obyek wisata Pantai Pongkar, Pantai Pelalawan, kawasan Mesjid Al-Mubbarak Meral, Telunas Resort P Sugi, makam Badang, Sumber air panas Tanjungutan, kawasan batu limau, Kawasan Pantai Lubuk, Kawasan Pantai Timun, Pantai Sawang dan Batu Bersurat Karimun. Sebagai salah satu kota tujuan wisata, pada tahun 2005 Tanjung Balai Karimun telah dikunjungi sebanyak 195.041 orang wisatawan yang tercatat di kantor Imigrasi Tanjung Balai Karimun. Kabupaten Karimun, merupakan daerah strategis di Provinsi Kepulauan Riau, karena terletak dan berdekatan dengan negara tetangga Malaysia, Singapura dan Thailand Selatan ini tentunya akan menjadi penunjang dan pendukung jumlah wisatawan yang berkunjung. Tahun 2005 terjadi penambahan jumlah perusahaan akomodasi menjadi 73 hotel dengan kamar sebanyak 2.684 kamar dan jumlah tempat tidur sebanyak 3.012 tempat tidur. Tingkat penghunian kamar hotel pada tahun 2005 secara umum sebesar 33,67 %. Sedangkan lama menginap wisatawan sebesar 2,07 hari.
60
Dengan potensi tersebut, diharapkan para Wisman dan Wisnu lebih banyak membelanjakan uangnya di Karimun sehingga menjadi pemasukan bagi daerah tersebut.
e.
Banyaknya lembaga pemerintah dan non pemerintah, ormas dan keagamaan yang mendukung kegiatan pemerintahan, kemasyarakatan dan sosial Selain peningkatan sarana, tenaga medis yang ada pun ikut mengalami
peningkatan. Dokter umum ada sebanyak 33 orang, 8 orang dokter spesialis, dan 7 orang dokter gigi. Begitu pula tenaga paramedis lainnya seperti bidan sebanyak 81 orang. Diharapkan dengan semakin luasnya jangkauan pelayanan kesehatan tersebut, kualitas hidup masyarakat Kabupaten Karimun dapat lebih meningkat. Sebagaimana pembangunan di bidang fisik, pembangunan di bidang mental dan spiritual tidak boleh terlupakan. Kedua-duanya harus seimbang agar tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan bermasyarakat. Di kabupaten Karimun, kehidupan antar umat beragamanya berjalan dengan harmonis. Rumah-rumah ibadah dari berbagai agama pun banyak berdiri di Karimun. Terdapat 201 buah mesjid, 32 gereja, 12 vihara, dan 37 cetiya. f. Keadaan Sumberdaya Manusia (SDM) dari segi pendidikan yang relatif baik Keadaan sumberdaya manusia (SDM) suatu daerah dapat menunjukan bagaimana tingkat kemajuan dan kesejahateraan penduduknya. Semakin tinggi tingkat SDM disuatu daerah maka akan semakin baik, tingkat kesadaran
61
masyarakat dalam berbagai bidang, ini juga sebagai salah satu indikator kualitas keberadaan masayarakat. Sumberdaya manusia dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana untuk IPM masyarakat di Kabupaten Karimun untuk tahun 2002 menunjukkan nilai sebesar 69,3 persen, pada tahun yang sama IPM Kabupaten Karimun lebih tinggi bila dibandingkan dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Sedangkan bila dibandingkan dengan nasional, nilainya juga masih diatas rata-rata Kabupaten seluruh Indonesia, yakni sebesar 65,8 persen. Tingkat melek huruf di Kabupaten Karimun juga menunjukkan angka bagus yakni sebesar 94,4 persen, sedangkan untuk tahun 2003, jumlah melek huruf di Kabupaten Karimun mengalami peningkatan yakni menjadi 97,9 persen. Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor kekuatan tersebut. Hasil penilaian pendapat gabungan dari responden menunjukkan urutan prioritas aspek dari faktor kekuatan yaitu posisi Kabupaten Karimun yang Strategis dan terletak di Kawasan segitiga emas (0,371); Sektor Pariwisata Bahari (0,277); Keadaan SDM dari segi pendidikan yang baik (0.158); Banyaknya lembaga pemerintah dan non pemerintah, ormas dan keagamaan yang mendukung kegiatan pemerintahan, kemasyarakatan dan sosial (0,083); Potensi SD sektor pertambangan yang besar (terutama minyak bumi) (0,065); Potensi SDA Sektor pertanian (perikanan, petemakan, pertanian, perkebunan) yang besar (0,046); lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. 5/22/2008 6:42:27 AM
Page 1 of 1
Model Name: Hasil Olahan AHP Kabupaten Karimun Priorities with respect to: Goal: Potensi Pembangunan Kabupaten >Kekuatan
Posisi Kabupaten Karimun Potensi SDA sektor pertanian Potensi SDA sektor pertambanga Sektor pariwisata bahari kondisi SDM dari sisi pendidik Kelembagaan pemerintah dan non
.371 .046 .065 .277 .158 .083
62
Gambar 3. Prioritas Faktor-faktor Kekuatan dalam Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun Hal ini menunjukkan bahwa aspek yang paling dominan menjadi faktor kekuatan di Kabupaten Karimun yaitu posisi Kabupaten Karimun yang strategis dan terletak di kawasan segitiga emas. Posisi Kabupaten Karimun yang strategis menjadikan Kabupaten Karimun sebagai wilayah yang berkembang dan memiliki aktivitas ekonomi dan mobilitas penduduk yang tinggi. Hal ini sangat mendukung peningkatan potensi pembangunan Kabupaten Karimun. Aspek berikutnya yaitu sektor pariwisata bahari di Kabupaten Karimun. Dengan adanya objek wisata bahari akan mengundang banyak wisatawan datang ke Kabupaten Karimun, sehingga hal ini menjadikan wilayah Kabupaten Karimun lebih ramai lagi sehingga menjadi pendorong dalam pembangunan Kabupaten Karimun. Berdasarkan data pada tahun 2005 Tanjung Balai Karimun telah dikunjungi sebanyak 195.041 orang wisatawan yang tercatat di kantor Imigrasi Tanjung Balai Karimun. Jumlah ini menurun dibanding tahun tahun sebelumnya, oleh karena itu dalam rangka mendorong pembangunan Kabupaten Karimun potensi pariwisata bahari penting untuk ditingkatkan.
6.1.1.2. Kelemahan
63
Faktor kelemahan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut diangap sebagai kendala yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan ekonomi di Wilayah Karimun. Faktor-faktor yang menjadi kelemahan
harus
diminimalkan
dalam
upaya
mencapai
tujuan
dalam
pembangunan ekonomi di Wilayah Karimun. Faktor-faktor kelemahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Adanya disparitas pembangunan Disparitas pembangunan antar wilayah, ataupun antar kecamatan dalam Kabupaten Karimun sendiri merupakan permasalahan yang harus ditanggapi secara serius, karena akan menimbulkan kesenjangan akibat dari kemiskinan yang ada. Disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Karimun dapat dilihat dari penyebaran fasilitas, jumlah investasi, jumlah penduduk miskin, dan lain sebagainya. Disparitas antar wilayah pembangunan pun dapat dilihat dari ketimpangan investasi dan jumlah keluarga pra sejahtera di Kabupaten Karimun. Di Kabupaten Karimun sendiri, jumlah investasi relatif rendah sedangkan jumlah keluarga pra sejahtera cenderung banyak jika dibandingkan dengan wilayah pembangunan lainnya.
b. Sarana dan prasarana yang masih terbatas dan kurang memadai Sarana transportasi merupakan salah satu sarana vital bagi suatu daerah yang ingin berkembang maju. Kaitannya dengan hal tersebut, maka pada kajian ini belum bisa ditampilkan data mengenai panjang jalan yang telah dibangun oleh pemerintah daerah sekaligus kondisi dari jalan-jalan tersebut. Diharapkan nanti
64
dengan adanya data tersebut, pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat mengetahui sejauh mana kondisi sarana perhubungan di Karimun. Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, pemerintah kabupaten Karimun telah membangun berbagai sarana dan prasarana kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Saat ini telah berdiri dua buah rumah sakit dan sembilan puskesmas yang tersebar di wilayah kabupaten ditambah lagi dengan 31 puskesmas pembantu. Begitu juga bila dibandingkan dengan sarana pendidikan di Kabupaten Karimun, peningkatan jumlah unit bangunan untuk peningkatan mutu pendidikan harus terus diutamakan.
c. Angka kemiskinan masih tinggi. Tingginya angka kemiskinan menjadi masalah tersendiri dan menjadi kendala dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, dan hal ini harus dituntaskan agar pembangunan dapat berjalan, serta angka kemiskinan dapat ditekan. Tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Karimun dimana jumlah keluarga prasejahtera di Kabupaten Karimun pada tahun 2007 sebesar 40 persen dari seluruh keluarga di Kabupaten Karimun. Sehingga dengan jumlah angka kemiskinan yang cukup besar, jika tidak diupayakan dan diatasi dengan baik akan menimbulkan masalah sosial dalam pembangunan. d. Pemanfaatan dan pengolahan SDA yang belum optimal. Kabupaten Karimun memiliki potensi sumberdaya wilayah yang sangat besar namun secara umum potensi tersebut belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan efesien. Wilayah yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan dikembangkan diatas kekuatan dan potensi sendiri baru berjumlah 30 persen dari total potensi yang ada. Hal ini merupakan suatu kelemahan bagi pembangunan
65
ekonomi wilayah karena pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang belum optimal dan efisien menjadikan pembangunan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. e. Investasi di wilayah Karimun yang masih rendah. Jumlah investasi di wilayah Kabupaten Karimun pada tahun 2005 adalah sebesar 15 persen dari seluruh investasi di Provinsi Kepulauan Riau. Dan nilai ini masih realtif rendah bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Kepri. Sehingga akan berimplikasi kepada lemahnya kegiatan sektor riil di Kabupeten Karimun. Berdasarkan analisis faktor kelemahan di atas diperoleh prioritas faktor kelemahan secara berurutan berdasarkan hasil penilaian pendapat gabungan dari responden yaitu investasi di wilayah Karimun yang masih rendah (0,468); Angka kemiskinan masih tinggi (0,247); Pemanfaatan dan pengolahan SDA yang belum optimal (0,163); Sarana dan prasarana yang masih terbatas dan kurang memadai (0,070); Adanya disparitas pembangunan (0,052), lebih jelas dapat dilihat pada
5/22/2008 6:42:52 AM
Gambar 4. Model Name: Hasil Olahan AHP Kabupaten Karimun Priorities with respect to: Goal: Potensi Pembangunan Kabupaten >Kelemahan
Adanya disparitas pembangunan Sarana dan prasarana yang masi Angka kemiskinan yang tinggi Pemanfaatan SDA yang belum opt Investasi yang relatif rendah Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
.052 .070 .247 .163 .468
66
Page 1 of 1
Gambar 4. Prioritas Faktor-faktor Kelemahan dalam Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun
Hal ini menunjukkan bahwa aspek utama yang menjadi kelemahan pemerintah daerah dalam pembangunan Kabupaten Karimun yaitu Investasi di wilayah Karimun yang masih rendah. Investasi di wilayah Kabupaten Karimun dari sisi investasi dalam negeri (PMDN), sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) sudah mulai berlangsung. Pada tahun 2005 belum tercatat adanya PMDN, sedangkan PMA tercatat sebesar Rp 18.257.280.000. Berdasarkan hal tersebut kegiatan investasi di wilayah Kabupaten Karimun belum berjalan secara optimal. Rendahnya investasi terutama investasi dalam negeri (PMDN) menyebabkan sulit berkembangnya sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Karimun, sehingga akan menghambat pembangunan Kabupaten Karimun. Selain itu, adanya Angka kemiskinan yang masih tinggi, pemanfaatan dan pengolahan SDA yang belum optimal, sarana dan prasarana yang masih terbatas dan kurang memadai, dan adanya disparitas pembangunan menjadi aspek kelemahan lain yang dimiliki oleh pemda Kabupaten Karimun.
6.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal ditujukan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang dapat menjadi peluang dan ancaman dalam pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Karimun. Faktor-faktor strategis eskternal tersebut adalah sebagai berikut : 6.1.2.1. Peluang
67
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal diperolah beberapa faktor yang menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Karimun.Peluang-peluang tersebut adalah : a. Pelaksanaan otonomi daerah Diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan landasan hukum bagi masyarakat di berbagai daerah termasuk di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau untuk membentuk daerah otonom baru. Dengan adanya otonomi daerah pemerintah daerah memiliki keleluasan dalam mengelola daerahnya sesuai dengan potensi yang ada. b. Kondisi perekonomian Provinsi Kepulauan Riau yang semakin membaik Kondisi perekonomian Provinsi Kepulauan Riau yang semakin membaik terlihat dari kecenderungan terjadinya peningkatan persentase Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan. PDRB Kepulauan Riau tahun 2005 atas dasar harga berlaku bernilai 40.914.668 juta rupiah. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 11,39 persen dari tahun 2004 dengan nilai 36.730.588 juta rupiah. Pada tahun 2003 PDRB Kepulauan Riau hanya sebesar 32.840.039 juta rupiah. Sedangkan jika dilihat pada PDRB berdasarkan harga konstan juga cenderung mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2003 PDRB Kepulauan Riau sebesar 26.775.786 juta rupiah, naik pada tahun 2004 menjadi sebesar 28.509.063 juta rupiah. Terus naik pada tahun 2005 menjadi 30.381.500. Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau juga
68
mengalami cenderung peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,33 persen, tahun 2004 sebesar 7,42 persen dan tahun 2005 sebesar 7,16 persen. c. Berkembangnya teknologi Teknologi yang semakin berkembang merupakan peluang yang dapat memberikan dampak positif bagi kinerja pembangunan daerah. Penggunaan teknologi tepat guna yang merupakan hasil inovasi pada berbagai bidang mempunyai peranan yang cukup penting, saat ini penggunaan teknologi tepat guna dianggap suatu peluang dalam pembangunan Kabupaten Karimun. Di Kabupaten Karimun perkembangan tekonologi informasi dan transportasi sudah mulai berkembang. Teknologi transportasi merupakan salah satu sarana vital bagi suatu daerah yang ingin berkembang maju. Dengan kemajuan tranportasi Kabupaten Karimun semakin memperluas akses terhadap daerah lain. Sehingga pembangunan ekonomi di wilayah Kabupaten Karimun dapat berjalan lebih cepat. d. Berada di jalur perdagangan intemasional Kabupaten Karimun memiliki letak geografis yang sangat strategis dalam jalur peragangan intemasional, yaitu berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia. Dimana Kabupaten Karimun selain memiliki sumber daya alam yang potensial, juga merupakan salah satu basis kawasan pertumbuhan IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapore – Growth Triangle). Ditambah lagi dengan ditandatanganinya perjanjian SEZ (Special Economic Zone) / Kawasan Ekonomi Khusus antara Indonesia dan Singapura dimana Kabupaten Karimun termasuk ke dalam zona tersebut menjadikan Kabupaten Karimun mempunyai modal tambahan yang dapat mengundang para penanam modal baik luar maupun dalam negeri
69
untuk berinvestasi di Karimun. Selain itu dua pulau terbesar di wilayah ini menjadi sentra berbagai kegiatan ekonomi masyarakat dan juga pemukiman penduduk, yaitu Pulau Karimun dan Pulau Kundur. Dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya, Kabupaten Karimun diharapkan akan mampu menjadi kawasan pertumbuhan yang dinamis dan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. e. Adanya program komitmen dengan pihak swasta dan pengusaha di dalam maupun di luar negeri Program yang menunjukkan adanya komitmen antara pemerintah daerah Kabupaten Karimun dengan pihak swasta atau pengusaha dapat dilihat dari adanya aturan mengenai keterlibatan swasta dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun. Pihak swasta diberikan keleluasaan dalam mengelola tiga sub sektor jasa di Kabupaten Karimun yaitu (1) jasa sosial kemasyarakatan, yaitu jasa yang tercakup dalam jasa sosial kemasyarakatan adalah jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa penelitian, rumah sakit, dokter praktek, panti asuhan, panti wredha, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan lain sebagainya; (2) jasa hiburan dan kebudayaan, yaitu jasa yang tercakup dalam jasa hiburan dan kebudayaan adalah kegiatan produksi film, reproduksi film video, bioskop dan panggung hiburan, perpustakaan, museum, gedung olah raga, kolam renang, klub malam, taman hiburan, lapangan golf, lapangan tenis, bilyard, klub olah raga, artis film, artis panggung, pub, bar, karaoke, video klip, studio televisi, dan stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta; dan (3) jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu kegiatan yang pada umumnya dilayani perorangan atau rumah
70
tangga. Kegiatan yang dicakup antara lain perbengkelan dan reparasi, pembantu rumah tangga, tukang binatu, tukang jahit, tukang semir sepatu, dan sejenisnya. Selain itu bentuk adanya komitmen dengan pihak swasta atau perusahaan juga dapat dilihat dari adanya bentuk penanaman modal baik berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karimun. Data mengenai jumlah PMDN dan PMA Kabupaten Karimun tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Banyaknya Perusahaan PMA, PMDN Menurut Kecamatan di Kabupaten Karimun Kecamatan / Sub-Regency 01. Moro
PMA Perusahaan/ Establishment 1
PMDN Perusahaan/ Establishment -
JUMLAH Perusahaan/ Establishment 1
02. Durai
-
-
-
03. Kundur
1
-
1
04. Karimun
5
-
5
05. Kundur Utara
1
-
1
06. Kundur Barat
-
-
-
07. Buru
-
-
-
08. Meral
3
5
8
09. Tebing
2
1
3
13
6
19
Total
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun, 2005
71
Berdasarkan Tabel 24 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Karimun pada tahun 2005 penanaman modal justru didominasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA), walaupun jumlahnya masih relatif terbatas. Jika dilihat dari besarnya PMDN maka jumlah masih sangat minim di Kabupaten Karimun. Hal ini menunjukkan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya daerah oleh pelaku5/22/2008 6:43:16 AM
Page 1 of 1
pelaku lokal pembangunan. Hasil penilaian pendapat gabungan dari responden menunjukkan urutan prioritas faktor peluang dapat dilihat pada Gambar 5.
Model Name: Hasil Olahan AHP Kabupaten Karimun
Priorities with respect to: Goal: Potensi Pembangunan Kabupat >Peluang
Otonomi daerah Pertumbuhan Ekonomi Karimun Perkembangan teknologi Berada di jalur perdagangan in Program kemitraan dan swasta Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments.
.273 .110 .056 .511 .050
Gambar 5. Prioritas Faktor-Faktor Peluang Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun
Berdasarkan penilaian pendapat gabungan dari responden ahli,
teridentifikasi bahwa berada dijalur perdagangan intemasional (0,511) merupakan faktor yang paling penting, kemudian faktor pelaksanaan Otonomi Daerah (0,273); kondisi perekonomian Kabupaten Karimun yang semakin membaik (0,110); perkembangan tekonologi (0,056); dan terakhir program kemitraan dengan pihak swasta dan pengusaha yang ada di dalam dan luar negeri (0,050). Hal ini menunjukkan aspek peluang yang dapat menjadi potensi pembangunan ekonomi yang paling utama yaitu keberadaan Kabupaten Karimun dijalur perdagangan internasional. Dengan keberadaan Kabupaten Karimun dijalur perdagangan internasional mendorong terbukanya jalur perdagangan seehingga
72
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi baik nasional maupun regional. Meningkatnya aktivitas/ kegiatan ekonomi juga akan berkembang sehingga banyak perusahaan yang tumbuh dan berkembang. Selain itu, kebijakan otonomi daerah akan mendorong pemerintah daerah untuk lebih serius dalam menentukan potensi pembangunan karena merupakan salah satu sumber penerimaan PAD.
6.1.2.2. Ancaman Beberapa fakor yang menjadi ancaman yang harus diatasi dalam melaksanakan pembangunan ekonomi di Kabupaten Karimun adalah: a. Pertumbuhan ekonomi nasional yang berfluktuatif Pertumbuhan ekonomi nasional merupakan cerminan bagi perekonomian di daerah, Pertumbuhan ekonomi nasional yang tidak pasti, tingginya tingkat inflasi dan rendahnya nilai tukar rupiah merupakan ancaman yang dapat menghambat pelaksanaan pengembangan potensi ekonomi Kabupaten Karimun. Hal ini dapat dilihat pada tingkat laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun yang cenderung cukup berfluktuasi. Dapat diperhatikan trend pertumbuhan ekonomi kabupaten Karimun adalah sebagai berikut pada tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi berada pada level 7,85 persen. Kemudian pada tahun 2002 mengalami penurunan, yaitu sebesar 5,79 persen. Kemudian di tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi menjadi sekitar 5,42 persen. Laju pertumbuhan ekonomi 2004 kembali mengalami penurunan yang cukup berarti menjadi pada level 5,05 persen. Kemudian pada tahun 2005, pertumbuhan ekonomi mengalami
73
peningkatan menjadi sebesar 5,61. Perhitungan ini semua berasal dari PDRB atas dasar harga konstan 2000. b. Situasi pertahanan dan keamanan nasional yang tidak stabil Situasi pertahanan dan keamanan nasional yang tidak stabil bisa menjadi ancaman bagi proses pembangunan ekonomi. Pemerintah harus menjaga situasi pertahanan dan keamanan nasional agar tetap stabil. Situasi pertahanan dan keamanan nasional yang stabil merupakan prasyarat bagi berkembangannya sektor-sektor perekonomian baik di pusat maupun di daerah. Sehingga diperlukan adanya perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah strategis khususnya didalam membangun perekonomian suatu daerah. Dengan stabilnya situasi pertahanan dan keamanan nasional akan menjadi daya tarik bagi pihak swasta untuk menginvestasikan dananya ke wilayah-wilayah di Indonesia, termasuk Kabupaten Karimun. c. Kesenjangan antar daerah Setiap pemerintah daerah akan selalu berusaha untuk mensejahterakan masyarakatnya melalui berbagai program pembangunan. Kemajuaan yang dicapai masyarakat di suatu daerah tergantung pada peran aktif pemerintah daerah. Semakin besar dukungan pemerintah daerah terhadap kemajuan masyarakatnya, semakin besar peluang masayarakat untuk maju. Dukungan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus dilaksanakan secara adil dan merata. Misalnya, masyarakat yang memiliki kondisi perekonomian lebih rendah perlu mendapat prioritas utama dalam hal tunjangan kesehatan dan pendidikan dari pada masayarakat ekonomi tinggi. d. Era globalisasi yang menuntut adanya persaingan
74
Era globalisasi menuntut adanya persaingan antar para pelakunya. Perdagangan bebas yang akan berlangsung merupakan peluang dalam pasar produk pertanian, hal ini juga menuntut petani untuk memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan. Kelebihannya peluang pasar ke luar negeri pada saat ini harus dapat
dipertahankan
dan
ditingkatkan
untuk
mengantisipasi
terbukanya
perdagangan bebas. e. Kurangnya Koordinasi Kebijakan Pemda dan Pemerintah pusat Kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam hal kebijakan perencanaan pembangunan merupakan ancaman bagi pembangunan. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat harus mampu mensinergikan kebijakan-kebijakannya terutama dalam pembangunan ekonomi yang merupakan cerminan dari maju tidaknya suatu daerah. Prioritas faktor ancaman secara berurutan berdasarkan hasil penilaian pendapat gabungan dari responden yaitu era globalisasi yang menuntut daya saing (0,474); Pertumbuhan ekonomi nasional yang berfluktuatif (0,250); Persaingan antar daerah (adanya kesenjangan ekonomi) (0,167); Situasi pertahanan dan keamanan nasional 5/22/2008 6:43:44 AM
yang tidak stabil (0,070); Kurangnya kordinasi kebijakan Page 1 of 1
pemda dan pemerintah pusat (0,039), lebih jelas dapat dilihat Gambar 6. Model Name: Hasil Olahan AHP Kabupaten Karimun Priorities with respect to: Goal: Potensi Pembangunan Kabupaten >Ancaman
Pertumbuhan ekonomi nasional y Situasi pertahanan & keamanan Kesenjangan antar desa Era globalisasi yg menuntut pe Kurangnya koordinasi kebijakan Inconsistency = 0.07 with 0 missing judgments.
.250 .070 .167 .474 .039
75
Gambar 6. Prioritas Faktor-faktor Ancaman dalam Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun Hal ini menunjukkan bahwa ancaman utama yang dapat mempengaruhi pembangunan Kabupaten Karimun adalah berkembangnya era globalisasi yang menuntut daya saing. Hal ini akan mengakibatkan semakin sulitnya Pemda Kabupaten Karimun untuk meningkatkan pembangunan daya saingnya
6.2. Tahap Perumusan Strategi Dalam melihat potensi pembangunan ekonomi Kabupaten Karimun terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, faktor-faktor tersebut ditentukan berdasarkan hasil dari analisis SWOT sehingga didapatkan empat faktor dominan yaitu : (1) kekuatan, (2) kelemahan, (3) peluang dan (4) ancaman. Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal yang dimiliki pemerintah daerah sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor Eksternal. Pemilihan keempat faktor ini menunjukkan bahwa dalam strategi potensi pembangunan ditentukan berdasarkan faktor internal dan Eksternal yang dimiliki pemerintah daerah. strategi ditetapkan dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalisir kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Hasil penilaian pendapat gabungan dari responden, teridentifikasi bahwa 5/22/2008 6:41:49 AM
Page 1 of 1
secara keseluruhan faktor yang paling penting dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Gambar 7. Model Name: Hasil Olahan AHP Kabupaten Karimun
Priorities with respect to: Goal: Potensi Pembangunan Ka...
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments.
.471 .211 .231 .087
76
Gambar 7. Prioritas Faktor Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun
Berdasarkan penilaian pendapat gabungan dari responden ahli teridentifikasi
bahwa
kekuatan
(0,471)
merupakan
faktor
yang
paling
berpengaruh, kemudian peluang (0.231), kelemahan (0,211) dan terakhir ancaman (0,087). Hal ini menunjukkan bahwa menurut responden, faktor yang paling berpengaruh dalam optimalisasi potensi pembangunan perekonomian adalah faktor kekuatan sehingga dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Karimun akan mencapai sasaran pembangunan ekonomi yang lebih tepat sasaran, terutama dalam membuat perencanaan strategis pengembangan perekonomian rakyat untuk mempercepat pembangunan daerah. Tahap perumusan strategi dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT, yakni matriks yang memuat komponen strategis internal kekuatankelemahan-peluang-ancaman. Matriks SWOT ini diperoleh berdasarkan proses identifikasi
faktor-faktor
internal
dan
eksternal,
yang
ditujukan
untuk
menghasilkan alternatif strategi dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Berdasarkan penilaian pendapat gabungan dari responden ahli yaitu bahwa yang paling berpengaruh dalam pembentukan strategi pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun adalah faktor kekuatan, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sehingga tersusun sembilan strategi yang tepat bagi pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Alternatif strategi dalam
77
pembangunan ekonomi Kabupaten Karimun dengan menggunakan matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 30.
78
Tabel 30. Matriks SWOT Strategi Potensi Pembangunan Ekonomi Kabupaten Karimun
Kekuatan (S-Strenghts) 1) Posisi Kabupaten Karimun yang Strategis dan terletak di Kawasan segitiga emas. 2) Potensi SDA Sektor pertanian (perikanan, petemakan, pertanian, perkebunan) yang benar. 3) Potensi SD sektor pertambangan yang besar (terutama minyak bumi). 4) Sektor Pariwisata Bahari 5) Banyak Banyaknya lembaga pemerintah dan non pemerintah, ormas dan keagamaan yang mendukung kegiatan pemerintahan, kemasyarakatan dan sosial. 6) Keadaan SDM dari segi pendidikan yang baik Kelemahan (W-Weakness) 1) Adanya Disparitas pembangunan 2) Sarana dan prasarana yang masih terbatas dan kurang memadai 3) Angka kemiskinan masih tinggi. 4) Pemanfaatan dan pengolahan SDA yang belum optimal. 5) Investasi di wilayah Karimun yang masih rendah.
Peluang (O-Oppurtuities) 1) Pelaksanaan Otonomi Daerah 2) Kondisi perekonomian Propinsi Kepulauan Riau yang semakin membaik. 3) Perkembangan Tekonologi 4) Berada dijalur perdagangan intemasional. 5) Program kemitraan dengan pihak swasta dan pengusaha yanga da di dalam dan luar negeri.
Ancaman (T-Threats) 1) Pertumbuhan ekonomi nasional yang berfluktuatif. 2) Situasi pertahanan dan keamanan nasional yang tidak stabil. 3) Persaingan antar daerah (adanya kesenjangan ekonomi). 4) Era globalisasi yang menuntut daya saing. 5) Kurangnya kordinasi kebijakan pemda dan pemerintah pusat.
Strategi S-O
Strategi S-T
1. Pengembangan pertanian, khususnya perikanan dengan konsep agro-marine (S1, S2, S3, S5, S6, O1, O3, O4, O5)
1.
Pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan. (S1, S2, S3, S4, S6, T1, T2, T3, T4)
2. Pemanfaatan potensi sektor pertambangan dengan melibatkan sektor swasta/investor baik dari dalam dan luar negeri (S1, S3, S5, S6, O1, O2, O3, O4, O5)
2.
Penciptaan iklim usaha yang kondusif. (S1, S2, S3, S4, S5, S6, T1, T2, T4, T5)
Strategi W-O
Strategi W-T
1.
Pembangunan dan Pengembangan sarana dan prasarana (transportasi, komunikasi, dan fasilitas umum) (W1, W2, W4, O1, O2, O3, O4, O5).
1. Promosi Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan (W2, W3, W4, W6, T1, T2, T3, T4).
2.
Pembangunan pusat-pusat industri dengan pemanfaatan sumberdaya lokal (sektor perikanan (W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O5).
2. Peningkatan fungsi pengawasan pembangunan guna efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran. (W1, W2, W3, W4, W5, T3, T4, T5).
3.
Penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/wilayah (W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5)
Sumber : Hasil Olahan
79
6.2.1. Strategi Strengths-Oppurtunities (S-O) Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal untuk memperoleh keuntungan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi Kabupaten Karimun. Adapun alternatif strategi yang dihasilkan adalah : 1.
Pengembangan pertanian, khususnya perikanan dengan konsep agromarine yaitu dengan mengembangkan wisata bahari, budidaya perikanan tangkap dan apung dengan memanfaatkan kerjasama dengan masyarakat, swasta dan instansi pemerintah. Strategi ini merupakan suatu usulan yang ditujukan, dikarenakan adanya peluang kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun dengan memberdayakan dan memanfaatkan kekuatan potensi sumber daya alam sektor pertanian secara luas yang cukup besar serta potensi terutama sektor pariwisata bahari/lautan. Peluang untuk bekerjasama dengan pihak luar atau swasta dan banyaknya kelembagaan/organiasasi serta, SDM yang baik kualitasnya sangat mendukung dalam pelaksanaan strategi ini.
2. Memanfaatkan potensi sektor pertambangan dengan melibatkan sektor swasta/ investor baik dari dalam dan luar negeri yaitu dengan memanfaatkan kebijakan dari Pemda, dan OTDA melalui penyediaan kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat setempat. Strategi ini sangat erat kaitannya dengan potensi dan kekuatan yang dimiliki
oleh
Kabupaten
Karimun
berupa
besarnya
potensi
sektor
pertambangan. Hendaknya pengelolaan sumberdaya tersebut didasarkan atas peluang yang ada, dimana diperlukan kerjasama yang optimal dan baik yang harus dilakukan oleh PEMDA dengan semangat OTDA, tentunya kerjasama
80
ini melibatkan para pengusaha/ investor, baik yang berasal dari dalam dan luar negeri. Kerjasama tersebut juga hendaknya melibatkan masyarakat sekitar sebagai bentuk pemberdayaan dan membuka lapangan pekerjaan bagi masayarakat sendiri, dengan demikian kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
6.2.2. Strategi Weaknesses-Oppurtnunites (W-O) Strategi W-O merupakan strategi yang disusun untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternatif yang dihasilkan : 1. Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana (transportasi, komunikasi, dan fasilitas umum) yaitu khususnya dalam hal menuju pusat perekonomian daerah dan daerah yang menjadi fokus kegiatan perdagangan internasional. Strategi ini disusun dengan tujuan untuk merekomendasikan strategi alternatif kebijakan dimana untuk mengatasi kelemahan di Kabupaten Karimun berupa sarana dan prasarana yang kurang memadai, adanya wilayahwilayah yang sulit dijangkau, karena jumlah sarana transportasi yang kurang memadai dan jarak antar pulau yang berjauhan sehingga menyulitkan jangkauan jaringan komunikasi dan transporatsi secar umum. Strategi ini juga ditujukan untuk mengatasi kelemahan yang ada dimana masih rendahnya jejaring usaha/ kegiatan perdagangan antar pulau/ nasional dan internasional yang melibatkan Kabupaten Karimun. Peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah perkembangan tekonologi dan adanya kerjasama antara pihak-pihak Pemda Karimun dengan pihak investor/ swasta
81
dan lainnya yang disertai dengan dukungan kebijakan Pemda Kabupaten Karimun. 2. Membangun pusat-pusat industri dengan pemanfaatan sumberdaya lokal (sektor perikanan), yaitu dengan memanfaatkan teknologi, dan modal dari pihak investor. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan masih rendahnya perkembangan sektor perekonomian di Kabupaten Karimun yang diikuti masih rendahnya investasi dan lemahnya jejaring usaha di Kabupaten Karimun disamping pengelolaam kegiatan perdagangan yang belum optimal dan masih tingginya angka kemiskinan. Dengan memanfaatkan peluang-peluang berupa kondisi perekonomian nasional, serta Kabupaten Karimun merupakan daerah kawasan Segi Tiga Emas di Provinsi Kepulauan Riau, maka diharapkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan baik.kebijakan untuk bekerjasama dengan para investor/ pemilik modal merupakan langkah strategis yang baik, dimana dengan adanya kerjasama tersebut akan mempercepat kegiatan perdagangan dan perekonomian. 3. Penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/ wilayah dimana pada periode jangka menengah dan panjang sebagai bagian dari keterjaminan hak-hak property sebagai bentuk kegiatan ekonomi, sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan/ akses terhadap sumberdaya. Strategi ini disusun guna mengantisipasi kelemahan yang masih belum optimal dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya, masih relatif rendahnya investasi di wilayah Kabupaten Karimun. Strategi ini memanfaatkan peluang kondisi Kabupaten Karimun yang semakin membaik dengan struktur perekonomian
82
yang didominasi oleh sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan kerjasama dengan pihak lain termasuk swasta dan masyarakat.
6.2.3. Strategi Strengths-Threats (S-T) Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman Eksternal bagi pembangunan Kabupaten Karimun. Beberapa alternatif strategi S-T yang direkomendasikan dalam kajian ini adalah: 1. Pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah, serta sebagai bagian dari pemberdayaan kecamatan untuk menghadapi persaingan antar wilayah dan era globalisasi. Alternatif strategi ini didasarkan atas tanggapan kekuatan dari besarnya potensi sumberdaya alam sektor pertanian, perikanan, potensi pertambangan, potensi pariwisata, dan banyak kelembagaan. Organisasi kemasyarakatan dan unit pemerintahan di Kabupaten Karimun. Faktor-faktor kekuatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghindari ancaman berupa persaingan antar daerah dan era globalisasi yang cukup ketat. Diharapkan dengan kekuatan yang ada, Kabupaten Karimun mampu memanfaatkan kekuatannnya dengan baik, sehingga ancaman yang ada dapat dengan mudah diatasi. 2.
Menciptakan iklim usaha yang kondusif yaitu untuk mendukung kegiatan perekonomian daerah dalam membangun dengan memperluas kapasitas keuangan daerah dan memperluas basis dan akses produktif sektor ekonomi rakyat. Strategi ini diusulkan dengan pertimbangan atas kekuatan dari besarnya potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Karimun dalam
83
hal sumberdaya alam, baik sektor pertanian, perikanan, sektor pertambangan dan potensi pariwisata bahari di kabupaten Karimun. Kekuatan-kekuatan tersebut dimanfaatkan dalam rangka menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui ancaman berupa ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional, bencana alam nasional dan regional, perubahan iklim global, untuk mengurangi persepsi mengenai ekonomi dengan biaya tinggi dan dampak dari adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan daya tarik investor dan meningkatkan kapasitas fiskal daerah melalui perluasan kegiatan pengembangan ekonomi sektoral dan lokal.
6.2.4. Strategi Weaknesses-Threats (W-T) Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Beberapa alternatif strategi W-T yang direkomendasikan dalam kajian ini adalah : 1. Mempromosikan Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan, sehingga memberikan nilai tambah bagi kegiatan ekonomi rakyat dan PDRB dengan menetapkan potensi dan keunggulan daerah. Kabupaten Karimun yang terletak di Kawasan Segi Tiga Emas, menjadikan daerah ini jalur perdagangan internasional, dengan salah satu alasan tersebut
maka alternatif strategi ini disusun
untuk
mengantisipasi kelemahan Kabupaten Karimun berupa belum berkembangnya dengan baik sektor pariwisata, perdagangan, belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam, masih tingginya angka kemiskinan, masih rendahnya tingkat investasi, dan masih lemahnya jejaring usaha yang berbasis pelaku usaha.
84
Strategi tersebut juga ditujukan untuk menghindari ancaman berupa persaingan antar daerah serta kondisi politik, keamanan dan lingkungan (bencana alam). 2. Meningkatkan dan menjalankan fungsi pengawasan pembangunan guna efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran, selain itu juga meningkatkan manajemen pelayanan publik melalui penataan birokrasi dengan meningkatkan kordinasi antar elemen lembaga pemerintahaan. Strategi ini direkomendasikan atas dasar pentingnya penataan dan pengelolaan manajemen pelaksanaan pembangunan secara holistk dan menyeluruh terhadap aspek pembangunan dan kehidupan sehingga dengan mudah segala kelemahan dan ancaman dapat diatasi dengan baik. Melalui penataan manajemen pelayanan publik serta peningkatan koordiansi antar pihak diharapkan dapat mengantisipasi atau mengatasi kelemahan dalam hal belum optimalnya pengelolaan sumberdaya, dan terdapatnya disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Karimun. Strategi ini juga, ditujukan untuk menghindari ancaman adanya persepsi ekonomi yang menimbulkan biaya yang cukup besar yang ditimbulkan akibat adanya ketidakefisienan dari pelaksanaan pembangunan berdasarkan sistem birokrasi, adanya kebijakan pusat dan daerah yang relatif tidak saling mendukung sehingga berdampak pada implementasi kebijakan dan untuk menghindari ancaman persaingan antar daerah. Sehingga dengan demikian, dengan adanya alternatif strategi tersebut diharapkan mampu memberikan masukan dalam pembangunan Kabupaten Karimun, pada masa yang akan datang.
6.3.
Prioritas Strategi Potensi Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun
85
Perumusan prioritas alternatif strategi dilakukan melalui pendapat gabungan dari tiga responden, kemudian hasilnya diolah dengan menggunakan teknik analisis AHP menghasilkan penilaian seperti disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31. Hasil Prioritas Strategi Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Promosi Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan Menciptakan iklim usaha yang kondusif. Pengembangan pertanian, khususnya perikanan dengan konsep agro-marine Pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan. Pembangunan pusat-pusat industri dengan pemanfaatan sumberdaya lokal (sektor perikanan Penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/wilayah Pembangunan dan mengembangkan sarana dan prasarana (transportasi, komunikasi, dan fasilitas umum) Peningkatan fungsi pengawasan pembangunan guna efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran. Pemanfaatan potensi sektor pertambangan dengan melibatkan sektor swasta/investor baik dari dalam dan luar negeri Penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/wilayah Total Skor
Bobot
Prioritas
0,282
1
0,161
2
0,127
3
0,112
4
0,098
5
0,07
6
0,06
7
0,052
8
0,038 1,000
9
Sumber : Hasil Olahan
Pada Tabel 31 menunjukkan bahwa alternatif strategi yang paling utama dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun yaitu melaksanakan dan memperbaiki serta membangun (promosi) Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan yang baik, sehingga
86
memberikan nilai tambah bagi kegiatan ekonomi rakyat dan PDRB dengan menetapkan potensi dan keunggulan daerah. Kondisi geografis Kabupaten Karimun yang berbatasan dengan negara Malaysia dan negara Singapura merupakan suatu peluang positif yang harus dimanfaatkan oleh pemerintah setempat untuk memajukan atau meningkatkan keberhasilan daerahnya. Adanya promosi Kabupaten Karimun tersebut akan mampu mendorong para pelaku usaha untuk menanamkan modalnya di wilayah Kabupaten Karimun sehingga mampu meningkatkan PAD Kabupaten Karimun yang akhimya diharapkan dapat menunjang pembangunan ekonomi Kabupaten Karimun. Strategi pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun harus dilakukan secara komprehensif, yaitu secara menyeluruh dengan mengembangkan berbagai potensi yang ada di Kabupaten Karimun. Strategi mempromosikan Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan merupakan kegiatan utama untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Karimun, namun dalam pelaksanaanya tetap membutuhkan adanya suatu keterkaitan dengan strategi pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun lainnya. Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas, memiliki peluang semakin besar yang dapat diperoleh untuk meningkatkan mengembangkan potensi daerah. Sehingga membutuhkan fasilitas sarana dan prasarana yang menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu diharapkan para pengusaha yang sudah berhasil mampu menjadi bapak asuh bagi pengusaha menengah, kecil dan mikro, baik untuk pemasaran produk-produk mereka maupun alih teknologi ataupun keahlian. Seperti diketahui daerah Kabupaten Karimun yang merupakan
87
daerah pesisir, maka kaya akan budidaya perikanan, seperti pengeringan / pengasinan ikan, pembuatan kerupuk ikan, dan lain-lain. Kegiatan mempromosikan Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan dapat dilakukan melalui promosi ke dalam maupun ke luar negeri mengenai kondisi pariwisata Kabupaten Karimun. Mengingat letak geografis yang berdekatan dengan negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia, serta termasuk wilayah pengembangan Bintan dan Batam yang merupakan pintu gerbang peluang yang besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan kepariwisataan Kabupaten Karimun.
6.4. Rancangan Program Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun Berdasarkan hasil prioritas strategi pada tabel 31,ternyata beberapa strategi yang dihasilkan ternyata memiliki kesamaan, Pembangunan Kabupaten Karimun harus didukung secara komprehensif, dengan mengembangkan sektor-sektor basis dalam perekonomian. Upaya ini dimaksudkan untuk menunjang pembangunan Kabupaten karimun melalui pengembangan setiap sektor yang menjadi unggulan dan mampu menunjang pembangunan dari sisi perekonomian. Dari sembilan rancangan prioritas strategi yang telah dijelaskan di atas, apabila
dilaksanakan
dengan
terpadu,
terintegrasi
dan
sistematis
akan
menciptakan pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Strategi-strategi tersebut merupakan strategi untuk pengembangan dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki, peluang yang ada dengan mengatasi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal, dimana kebijakan atau kegiatan yang telah berjalan selama ini untuk terus dikembangkan dan dibina sebagai solusi untuk
88
membangun perekonomian Kabupaten Karimun. Program-program yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun antara lain : a. Pemerintah daerah menggalakkan program promosi wilayah Kabupaten Karimun baik ke dalam maupun ke luar negeri, misalnya dengan iklan di televisi mengenai potensi sektor pertanian Kabupaten Karimun, terutama potensi perikanan, potensi keindahan alam bahari, dan potensi perdagangan di Kabupaten karimun. Menggandeng masyarakat / pelaku pariwisata lokal maupun mancanegara untuk mengadakan kerjasama pariwisata antar negara difasilitasi oleh Kementrian Pariwisata yang membuat peraturan kepariwisataan yang memberikan berbagai kemudahan pelayanan bagi wisatawan yang datang, pemerintah daerah atau dinas pariwisata memberikan sosialisai serta pendidikan bagi masyarakat tentang bagaimana membangun pariwisata sebagai sebuah industri yang tentunya akan berdampak kepada kehidupan masyarakat setempat. b. Pemerintah daerah dan pusat hendaknya menyediakan berbagai fasilitas sebagai insentif atau setidak-tidaknya menjadi daya tarik bagi para investor, misalnya penyusunan peraturan daerah yang bersifat mengikis biaya ekonomi tinggi (high cost economy reduction) bagi para investor sehingga investor merasa lebih nyaman dan melihat prospek positif dalam menjalankan bisnisnya. c. Investor dalam negeri (PMDN) hendaknya melakukan prinsip-prinsip bisnis seperti yang ditakukan investor asing (PMA), misalnya dalam
89
efisiensi pemanfaatan faktor produksi modal dan peningkatan kuatitas ketrampilan manajerial dan organisasional perusahaan. d. Masyarakat perlu mendukung para investor dalam menciptakan kegiatankegiatan ekonomi, misalnya dengan berperan dalam ikut menciptakan keamanan di lingkungan tempat tinggal pada khususnya dan lingkungan daerah pada umumnya. Rasa aman dan kestabilan politik merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi dari para investor dalam negeri maupun asing. Program-program yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Program Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun No 1
2
3
4
5
Strategi Promosi Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan Menciptakan iklim usaha yang kondusif.
Program - Memasang iklan. - Mengikuti Ekspo - Kerjasama Dengan Kedutaan - Membuat kegiatan wisat - Membangun Komunikasi yang baik dengan Masyarakat - Perda Efektif dan efisien - Meningkatkan peran serta masy. menciptakan kegiatan ekonomi - CSR Pengembangan pertanian, - Penyuluhan khususnya perikanan dengan - Bantuan Modal. - Bibit unggul konsep agro-marine - Mencari Pasar potensial
Pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan.
- Melestarikan SD - Penyuluhan dan bimbingan
Pembangunan pusat-pusat
- Menarik Investor - Penyiapan SDM lokal yang
Pelaku - PEMDA.infokom - Kementrian LN - Masyarakat Pariwisata - Pemda - Masyarakat - Dunia Usaha - Aparat Keamanan - DPRD
- Dinas Perikanan & pertanian - Dinas Koperasi - BKPMD - KADIN - DISPERINDAG - BAPPEDALDA - Dinas Pertanian - LSM lingkungan - BKSDA - BKPMD,BKPM - Lembaga Pendidikan
90
6
7
8
9
industri dengan pemanfaatan sumberdaya lokal (sektor perikanan) Pembangunan, dan mengembangkan sarana dan prasarana (transportasi, komunikasi, dan fasilitas umum) Peningkatan fungsi pengawasan pembangunan guna efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran. Pemanfaatan potensi sektor pertambangan dengan melibatkan sektor swasta/investor baik dari dalam dan luar negeri Penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/wilayah
berbasis keterampilan - Memberikan insentif bagi industri - Membangun jalur transportasi terpadu - Meluaskan Jalur komunikasi - peningkatan Fasum dan Fasos - e Government - e Procurement - Pengawasan melekat - Kerjasama Terpadu - Menggalakkan program efektivitas pemanfaatan SDA
- Pembentukan kawasan khusus industri. - Kawasan Berikat
Profesional - Pemda Karimun - Dep. Keuangan - Pemda Karimun - Masyarakat Transportasi - BAPPEDA - Dinas Infokom - Telekom - LSM,Masyarakat - DPRD - Dinas Pertambangan - LSM Lingkungan - Masyarakat Dunia Usaha - BAPPENAS - BKPMD - BAPPEDA - DPRD,masyarakat
Pada strategi pertama dapat dirancang program dengan memasang iklan baik di media cetak maupun di media elektronik mengenai potensi sektor pertanian
dan perikanan Kabupaten Karimun, mengikuti berbagai ekspo
Pariwisata baik nasional maupun internasional dengan mengenalkan potensi daerah wisata bahari yang dimiiki kabupaten Karimun ,diikuti dengan pengadaan berbagai acara wisata yang dapat menarik wisman dan wisnu, bekerjasama dengan Pemerintah dalam hal ini Kementrian Luar Negeri agar dapat mengadakan kerjasama dengan negara sahabat dengan memberikan kemudahan dan fasilitas kepada wisatawan yang datang dari negara tersebut berupa kemudahan fiskal dan diskon paket wisata. Strategi kedua adalah Penciptaan iklim usaha yang kondusif dengan membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat dan Pemerintah agar tejalin komunikasi dua arah sehingga ada saling pengertian antara setiap kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat. Pemda, DPRD dan masyarakat dunia
91
usaha (KADIN), membuat peraturan daerah yang mengikis biaya tinggi dalam dunia usaha guna menghilangkan Pungutan- pungutan yang tidak perlu, sehingga investor merasa lebih nyaman dan melihat prospek positif dalam menjalankan bisnisnya. Dunia usaha /investor bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitar kawasan dengan memberikan CSR yang digunakan untuk mendidik tenaga ahli lokal setempat, meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pendidikan dan kesehatan. Partisispasi masyarakat diikutsertakan dalam menciptakan keamanan di lingkungan tempat tinggal. Sehingga timbul rasa aman dan kestabilan politik yang merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi dari para investor dalam negeri maupun asing.
Starategi ketiga adalah pengembangan pertanian, khususnya perikanan dengan konsep agro-marine ,dinas perikanan memberikan bantuan pengetahuan berupa cara peningkatan hasil tangkap, peningkatan hasil pertanian, sedangkan dinas koperasi memberikan bantuan modal dan membimbing penerima modal agar dana yang di terima dapat berkembang menjadi usaha yang lebih baik dengan sistem kemitraan pemerintah dan masyarakat. Kemudian pemerintah dan pemda membantu mencarikan pasar potensial nasional maupun internasional yang sangat membutuhkan hasil pertanian masyarakat Karimun. Strategi yang keempat Pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan., membuat
program
pelestarian
lingkungan
berupa
peremajaan
tanaman,
perlindungan kawasan hutan wisata, perlindungan satwa oleh BKSDA , BAPPEDALDA memberikan penyuluhan dan pengawasan dalam penggunaan Sumberdaya dibantu oleh LSM lingkungan hidup dan masyarakat, serta
92
memberikan penghargaan bagi industri-industri yang berkomitmen terhadap lingkungan, begitu pula sebaliknya. Strategi kelima adalah Pembangunan pusat-pusat industri dengan pemanfaatan sumberdaya lokal (sektor perikanan),untuk pembangunan pusatpusat industri diperlukan investasi dari swasta, perlu di cari investor dalam dan luar negeri yang akan menanamkan dananya ke Karimun, masalahnnya adalah bagaimana cara agar investor dapat tertarik berusaha di Karimun, yaitu dengan memberikan berbagai kemudahan, berupa kemudahan perijinan, keringanan pajak sampai tahap tertentu, jaminan keamanan atas investasi, serta kemudahan atas penggunaan tanah, masalah kedua adalah bagaimana menyiapkan tenaga lokal yang terampil dan ahli dalam industri, khususnya industri agro-marin,agar investor tertarik sehingga tidak perlu mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah yang akan mendatangkan masalah baru dikemudian hari, membangun pusat-pusat studi yang berbasikan teknologi serta berbasiskan kompetensi, yang sesuai dengan kebutuhan tenaga yang akan diserap oleh industri yang akan dibangun, sebagi contoh Karimun sebagai daerah Kepulauan yang dikelilingi laut hendaknya mencetak tenaga ahli di bidang kelautan.agar dapat menggali potensi yang ada di laut secara maksimal. Strategi keenam Pembangunan, dan mengembangkan sarana dan prasarana (transportasi, komunikasi, dan fasilitas umum),membanagun jalur transportasi yang terintegrasi dengan berbagai kawasan industri yang ada di KEPRI ,seperti Batam dan Tanjung Pinang,bahkan kalau perlu ke Singapura, Malaysia, Philipina, Thailand, dan Brunei Darusssalam. Meluaskan jaringan komunikasi dgn berbagai macam Vendor (Penyedia jasa komunikasi) dijadikan satu tarif dan murah atas
93
biaya komunikasi, sehingga para investor tertarik karena akan meringankan ongkos produksi. Pemerintah Daerah meningkatkan fasilitas umum dan sosial yang sudah ada, seperti menambah daya listrik dan air untuk industri, jalan umum yang baik, serta kemudahan atas lahan untuk bermukim. Strategi ketujuh adalah Peningkatan fungsi pengawasan pembangunan guna efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran.membangun layanan pemerintah berbasis internet, guna memudahkan masyarakat khususnya investor mengakses data dan fasilitas yang disediakan Kabupaten Karimun,disamping itu pembangunan e-goverment, e- procurement ini akan lebih meemperketat pengawasan
untuk menghindari berbagai kecurangan yang merugikan para
investor. Strategi kedelapan adalah Pemanfaatan potensi sektor pertambangan dengan melibatkan sektor swasta/investor baik dari dalam dan luar negeri, membuat kerjasama yang terpadu antara swasta lokal dan swata internasional,seperti industri pertambangan dikerjakan oleh asing menikut sertakan tenaga lokal sedangkan industri hilirnya harus melibatkan swasta lokal sehingga ada sektor yang bergerak seiring dengan industri pertambangan asing tadi ,setelah itu adakan perjajanjian alih teknologi dari swasta asing kepada anak bangsa supaya nanti kita tidak tergantung lagi dengan mereka, dan kita dapat mengolah sendiri Sumber Daya Alam kita. Strategi kesembilan adalah penataan tataruang wilayah yang baik ,dengan menerapkan sistem kawasan yang terpadu,sehingga sarana yang dibangun tidak terpisahpisah,yang tentunya akan menguras biaya dan waktu, hal ini semua perlu adanya
sinkronisasi Pemda dan Pemerintah Pusat agar segala yang dirancang dapat berjalan dengan baik, apalagi menyangkut kepentingan bangsa menyambut era perdagangan bebas, tentunya kita harus menyiapkannya dari sekarang.
94
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
analisis
yang
dilakukan
terhadap
potensi
pembangunan Kabupaten Karimun yang meliputi analisis sektor basis (Metode LQ), analisis pertumbuhan sektor-sektor (metode shift share) analisis SWOT, dan Analisis AHP maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Di Kabupaten Karimun terdapat enam sektor basis. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdagangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Hal ini dibuktikan oleh nilai LQ berdasarkan harga berlaku dan harga konstan 2000 untuk periode tahun 2003-2005 keenam sektor tersebut memiliki nilai LQ lebih besar dari satu (LQ>1) bila dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya. Dengan demikian keenam sektor tersebut telah dan akan memberikan dampak yang positif terhadap perekononomian Kabupaten Karimun, hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi yang diberikan keenam sektor tersebut terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karimun. Selain itu keenam sektor tersebut memberikan surplus pendapatan dalam rangka pembangunan Kabupaten Karimun. 2. Berdasarkan analisis Shift share diketahui bahwa berdasarkan anslisis Pertumbuhan Regional (PR) diperoleh bahwa tingkat pertumbuhan sektorsektor perekonomian di Kabupaten Karimun sebesar 13,47 persen. Hal ini menunjukkan tingkat pertumbuhan regional Kabupaten Karimun yang cenderung
baik.
Berdasarkan
nilai
Pertumbuhan
Proporsional
(PP)
teridentifikasi bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian,
95
sektor industri pengolahan, sektor perdagangan. hotel dan
restoran,
dan
sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan serta sektor listrik dan air bersih, merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat daripada sektor-sektor lainnya yang ada di Kabupaten Karimun. Berdasarkan analisis Pangsa Pasar Wilayah (PPW) diketahui bahwa sektor yang mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor bangunan. 3. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode SWOT diperoleh bahwa faktor kekuatan yang paling berpengaruh dalam pembangunan Kabupaten Karimun adalah posisi Kabupaten Karimun yang strategis dan terletak di kawasan segitiga emas; faktor kelemahan yang paling berpengaruh adalah investasi di wilayah Kabupaten Karimun yang masih rendah; faktor peluang yang paling berpengaruh adalah Kabupaten Karimun berada pada jalur perdagangan internasional, dan faktor ancaman yang paling berpengaruh adalah era globalisasi yang menuntut daya saing. 4. Alternatif
strategi
pembangunan
perekonomian
Kabupaten
Karimun
berdasarkan analisis secara berurutan adalah sebagai berikut : 1. Mempromosikan Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan 2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif. 3. Pengembangan pertanian, khususnya perikanan dengan konsep agromarine 4. Pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan.
96
5. Membangun pusat-pusat industri dengan pemanfaatan sumberdaya lokal (sektor perikanan ,penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/wilayah 6. Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana (transportasi, komunikasi, dan fasilitas umum) 7. Meningkatkan fungsi pengawasan pembangunan guna efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran. 8. Memanfaatkan potensi sektor pertambangan dengan melibatkan sektor swasta/investor baik dari dalam dan luar negeri 9. Penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/wilayah
7.2. Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung pembangunan Kabupaten Karimun, maka dengan ini diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun Pemerintah Daerah harus lebih mengutamakan sektor pertanian. Karena sektor pertanian merupakan sktor basis utama dalam perekonomian Kabupaten Karimun. Dimana sektor pertanian yang dimaksud terutama adalah sektor perikanan. 2. Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun perlu melakukan perbaikan kondisi internal wilayah dalam upaya menjaring investasi dari dalam maupun luar negeri. 3. Letak Kabupaten Karimun di kawasan segitiga emas merupakan faktor pendorong bagi Pemerintah Daerah untuk mampu mengembangkan sektor perdagangan.
97
4. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan potensi dari masing-masing sektor dan sub sektor perekonomian di Kabupaten Karimun, sehingga dapat diketahui sektor basis secara lebih akurat dan tepat aplikasinya pada sub sektor perekonomian yang ada.
98
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2002. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2002. BPS. Karimun. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2004. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2003. BPS. Karimun. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2006. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2005. BPS. Karimun. Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Karimun. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Karimun Tahun 2004. Bappeda. Karimun Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Karimun. 2005. LKPJ Bupati Karimun Akhir Masa Jabatan (2001-2005). Bappeda Karimun. Karimun Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis: Pembangunan Wilayah Pesisir dan Kelautan. Pradnya Paramita. Jakarta. David, R. F. 2004. Manajemen Strategi : Konsep-Konsep. Edisi Ketujuh. Indeks. Jakarta. Glueck, and Jauch, (1991), Strategic management and Business Policy, (terjemahan), Edisi kedua. Erlangga: Jakarta. Hanafiah. 1988. Aspek Lokasi dalam Pembangunan Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial. Fakultas Pertanian-IPB. Bogor. _______. 1989. Strategi Pengembangan Wilayah Pedesaan : Kerangka Pemikiran Bagi Pembangunan Desa Terpadu. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial. Fakultas Pertanian-IPB. Bogor. Ismawan, B. 2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan. FEUI. Jakarta. Karo-Karo, F. W. 2006. Pengembangan Kawasan Agropolitan Sebagai Strategi Pelaksanaan Otonomi Daerah. Makalah Karya Tulis DIKTI. Tidak Dipublikasikan. Bogor. ----------------------------. Strategi Pengembangan Kabupaten Karo Sebagai Kawasan Agropolitan. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian-IPB. Bogor.
99
Marfiani. 2007. Analisis Potensi Ekonomi dan Strategi Pembangunan Ekonomi di Bogor Barat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana-Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pardede, Mangara Distribusi Pendapatan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah Propinsi DKI Jakarta Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi Tesis. Perpustakaan Universitas Indonesia dalam http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp Rue WL and Phyllis G Holland, (1986), Strategic Management: Concept and Exprenses, New York: Mc Graw-Hill. Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Penerjemah: Liana Setiono. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Steiner GA, (1983), Strategic Planning, New York: The Free Press. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi (Ed. Revisi). Bumi Aksara. Jakarta. TIM RPJM Kabupaten Karimun bekerjasama dengan UKM Center FEUI. 2006. Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan. Jakarta. Yudhoyono, S. B. 2004. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan Pengangguran : Analisis Ekonomi, Politik Kebijakan Fiskal. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana-Institut Pertanian Bogor. Bogor. Zainuddin. 2005. Analisis Pengembangan Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Tesis. Program Pascasarjana. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
100
Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karimun atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2003-2005 (Juta Rp) No
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa 8 Perusahaan 9 Jasa-jasa/ Service PDRB
2003 434,298.38 72,338.64 167,697.28 4,148.54 84,493.01 356,689.64 129,872.49
Tahun 2004 460,981.86 74,304.04 172,961.27 4,191.77 88,057.86 371,092.20 140,904.64
2005 491,168.76 76,673.43 178,599.19 4,288.50 95,116.42 387,869.02 153,545.17
45,802.71 68,566.65 1,363,907.34
48,027.16 72,257.10 1,432,777.90
50,576.94 75,290.04 1,513,127.47
Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2003-2005 (Juta Rp) No 1 2 3 4 5 6 7
Lapangan Usaha
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa 8 Perusahaan 9 Jasa-jasa/ Service PDRB
2003 1,313,419.27 2,206,758.33 17,682,268.40 61,914.36 705,968.99 2,192,111.25 931,371.47 1,163,525.99 518,447.94 26,775,786.00
Tahun 2004 1,388,218.97 2,108,643.03 19,020,538.41 65,915.49 750,251.72 2,334,998.06 1,040,554.23 1,249,487.39 550,455.80 28,509,063.10
2005 1,463,152.82 2,082,760.89 20,429,357.36 70,276.39 792,340.84 2,491,227.07 1,129,091.06 1,335,625.83 587,667.95 30,381,500.21
101
Lampiran 2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karimun Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2003-2005 (Juta Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa/ Service PDRB
2003 517,787.04 129,850.48 202,884.33 7,958.55 129,780.69 446,624.99 167,437.52
Tahun 2004 596,591.99 161,755.83 205,066.71 7,542.46 156,110.67 535,284.35 217,290.59
2005 687,011.48 194,178.33 210,154.49 8,187.65 189,211.21 644,575.09 282,894.92
62,194.11 96,554.91 1,761,072.62
68,684.02 107,634.90 2,055,961.52
76,762.56 121,412.55 2,414,388.28
Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2003-2005 (Juta Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa/ Service PDRB
2003 1,779,266.21 2,740,572.54 20,694,565.83 114,866.75 1,060,812.72 2,579,140.78 1,462,844.84 1,721,138.52
Tahun 2004 2005 2,017,833.91 2,182,320.45 3,554,857.13 4,007,021.31 22,476,640.90 24,870,699.65 118,632.37 127,623.40 1,337,974.07 1,546,656.55 3,105,030.10 3,419,229.30 1,378,917.18 1,574,715.52 1,951,275.11 2,260,219.57
686,830.49 32,840,038.68
789,426.70 926,182.30 36,730,587.47 40,914,668.05
102
PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN KARIMUN
Strenghts (Kekuatan) (0,471)
1) 2)
3) 4) 5)
6)
Pengembangan pertanian, khususnya perikanan dengan konsep agromarine (0,127)
Posisi Kabupaten Karimun yang Strategis dan terletak di Kawasan segitiga emas (0,371). Potensi SDA Sektor pertanian (perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan) yang benar (0,046). Potensi SD sektor pertambangan yang besar (terutama minyak bumi) 90,065). Sektor Pariwisata Bahari (0,277). Banyak Banyaknya lembaga pemerintah dan non pemerintah, ormas dan keagamaan yang mendukung kegiatan pemerintahan, kemasyarakatan dan sosial (0,083). Keadaan SDM dari segi pendidikan yang baik (0 158)
Memanfaatkan potensi sektor pertambangan dengan melibatkan sektor swasta/investor baik dari dalam dan luar negeri (0,052)
Membangun pusatpusat industri dengan pemanfaatan sumberdaya lokal (sektor perikanan Penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/wilayah (0,098).
Weaknesess (Kelemahan) (0,211)
1) 2) 3) 4) 5)
Adanya Disparitas pembangunan (0,052) Sarana dan prasarana yang masih terbatas dan kurang memadai (0,070) Angka kemiskinan masih tinggi (0,247) Pemanfaatan dan pengolahan SDA yang belum optimal (0,163). Investasi di wilayah Karimun yang masih rendah (0,468)
Penataan dan pengaturan ulang konsep tataruang kota/wilayah (0,038)
Pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan (0,112)
Opportunities (Peluang) (0,231)
1) Pelaksanaan Otonomi Daerah (0,273) 2) Kondisi perekonomian Kabupaten Karimun yang semakin membaik (0,110). 3) Perkembangan Tekonologi (0,056). 4) Berada dijalur perdagangan internasional (0,511). 5) Program kemitraan dengan pihak swasta dan pengusaha yanga da didalam dan luar negeri.(0,050)
Menciptakan iklim usaha yang kondusif (0,161)
Mempromosikan Kabupaten Karimun sebagai kawasan segitiga emas dengan potensi perikanan dan perdagangan (0,282).
Threates (Ancaman) (0,087)
1) 2) 3) 4) 5)
Pertumbuhan ekonomi nasional yang berfluktuatif(0,250) Situasi pertahanan dan keamanan nasional yang tidak stabil (0,070) Persaingan antar daerah (adanya kesenjangan ekonomi)(0,167) Era globalisasi yang menuntut daya saing (0,474) Kurangnya kordinasi kebijakan pemda dan pemerintah pusat. ((0,039)
Meningkatkan fungsi pengawasan pembangunan guna efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran. (0,060).
Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana (transportasi, komunikasi, dan fasilitas umum) (0,070).
106