ALKOHOL TEKNIS : NILAI TAMBAH YANG MENJANJIKAN DARI AREN Oleh : Irene Christine Mandang, S.Hut Penyuluh Kehutanan Kabupaten Minahasa Tenggara
PENDAHULUAN Tanaman Aren telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai “pohon emas hijau”, yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dikarenakan memiliki manfaat yang banyak bagi manusia. Mulai dari bagian akar, batang, pelepah sampai daun aren dimanfaatkan sebagai obat, sumber pangan maupun fungsi pelindung tanah dan air (Konservasi). Salah satu komoditi yang dihasilkan dari tanaman aren adalah Air Nira. Umumnya masyarakat Minahasa sejak dahulu telah mengenal pengolahan nira aren menjadi cap tikus. Nira Aren atau yang lebih dikenal saguer adalah cairan yang disadap dari mayang pohon aren. Nira aren (Saguer) dapat diminum langsung atau diolah menjadi berbagi produk seperti Gula Aren, Gula Semut, cap tikus, asam cuka, alcohol teknis bahkan telah dikembangkan menjadi sumber energy – BIO ETANOL. Kadar etanol (alcohol) dalam Cap Tikus sekitar 30 – 40 %.Alkohol (etanol) adalah cairan encer tidak berwarna (bening) yang memiliki bau merangsang dan dapat bercampur dengan air. Cap Tikus sebagai minuman mulai dikenal sejak nenek moyang (penduduk Minahasa). Proses pembuatan cap tikus diturunkan secara turun temurun dan umumnya menggunakan peralatan sederhana yang terdiri dari bambu dan drum sebagai wadah memasak nira aren. PRODUKSI ALKOHOL AREN (CAP TIKUS) Produksi cap tikus di daerah Minahasa (Kabupaten Minahasa Induk, Utara, Selatan dan Tenggara) kira‐kira 3.500.000 liter/tahun. Penyerapan produksi cap tikus oleh industri minuman beralkohol seperti “Kasegaran” dan lain‐lain kira‐kira 40% atau 1.500.000 liter/tahun. Sedangkan kira‐kira 60% atau 2.000.000 liter/tahun yang tidak terserap industri minuman beralkohol dan langsung dipasarkan sebagai minuman,
1
karena sejak dahulu kala konsumsi cap tikus hanya digunakan sebagai penyegar maupun penghangat tubuh.Oleh karenanya pengolahan nira aren menjadi minuman beralkohol (Cap Tikus) sudah menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat. Dewasa ini produk cap tikus ibarat madu dan racun. Sebagai madu karena masyarakat petani aren khususnya pengrajin cap tikus dapat menghidupi keluarga dari usaha cap tikus, seperti menyekolahkan anak hingga sarjana dan terpenuhinya kebutuhan hidup keluarga. Dan dianggap racun karena cap tikus sering disalahgunakan oleh masyarakat dengan mengkonsumsi secara berlebihan sehingga menyebabkan masalah gangguan kamtibmas seperti mabuk dan berujung pada hal‐hal negative, seperti kecelakaan lalu lintas, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaaan dan lain‐lain. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah gangguan kamtibmas tersebut, maka pemerintah daerah sedang mengkaji untuk membuat peraturan daerah (PERDA) tentang Pemanfaatan dan PeredaranCap Tikus.Selain itu Cap Tikus juga perlu dikembangkan dan diberdayakan pemanfaatan nira aren sebagai Gula aren maupun gula Kristal/gula semut, bahan bakar nabati (Biofuel) dan alkohol teknis.
Alkohol Teknis Pemanfaatan Alkohol teknis dapat digunakan untuk bahan medis, seperti disinfektan dan antiseptic/pembunuh kuman; industri kosmetika, industri makanan/minuman, farmasa dan lain‐lain.Kebutuhan alcohol teknis di Sulawesi Utara kira‐kira 100.000 liter/tahun, dan saat ini Alkohol teknis yang dipasarkan di Sulawesi Utara, didatangkan dari luar daerah yaitu dari Pulau Jawa. Kebutuhan alcohol teknis dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri farmasa dan medis.Selain untuk industri farmasi, kesehatan/medis, alkohol teknis dapat diolah menjadi biofuel/biodiesel untuk bahan bakar kendaraan bermotor yang ramah lingkungan.
Proses Pembuatan Alkohol Teknis Proses pembuatan alkohol teknis menggunakan metode/cara destilasi diawali dengan pemanasan cap tikus dengan suhu pemanasan sekitar 70 – 75 °C, sehingga alkohol yang memiliki titik didih lebih rendah dari air akan menguap akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin. Proses 2
pendinginan terjadi karena pada kondensor dialirkan sir ke dalam dinding (bagian luar kondensor), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya terjadi pemisahan antara alkohol dengan air, alkohol yang terpisah dengan kadar 70% atau lebih disebut alkohol teknis. Bahan dan Alat Pembuatan Alkohol Teknis Bahan :
Cap Tikus
Air
Bahan Bakar (minyak Tanah, gas elpiji, kayu bakar)
Alat :
1 (satu) set alat penyulingan alkohol yang teridri atas : Ketel penyulingan Kondensor Penampung alkohol Teknis Tungku/kompor Selang air
Masih menggunakan alat penyulingan sederhana/Tradisional (Bambu)
3
INOVASI TEKNOLOGI PENYULINGAN ALKOHOL CAP TIKUS DI KTH BUNGA TANI DESA LOBU SATU KECAMATAN TOULUAAN. Sebagai petani aren (pengrajin cap tikus) dan bagian dari masyarakat Desa Lobu Satu, Kelompok Tani Hutan Bunga Tani telah lama berkecimpung dalam pengolahan Nira Aren menjadi Alkohol Cap Tikus. Berawal dari pengalaman usaha pengolahan cap tikus yang diterima secara turun temurun, KTH Bunga Tani memulai usaha penyulingan alkohol cap tikus dengan menggunakan peralatan yang sederhana/tradisional, yaitu menggunakan alat penyulingan dari bambu dan drum sebagai wadah pemasakan air nira sejak Tahun 2006. Pada Tanggal 15 April 2014, atas inisiatif kelompok dan motivasi dari Penyuluh Kehutanan, maka pada tanggal 12 Mei 2014 dikukuhkan oleh Hukum Tua Desa Lobu Satu sebagai Kelompok Tani Hutan dengan Sertifikat Nomor: 520/BP4K/165/V/2014. Dengan pendampingan dan fasilitasi dari penyuluh kehutanan, serta keinginan yang besar kelompok untuk berkembang dalam usaha penyulingan alkohol, pada akhir Tahun 2014 melalui Kegiatan Kelompok Usaha Produktif dengan pengembangan teknologi penyulingan dari alat bambu diganti dengan pipa stainlessteel. Inisiatif
penggunaan
pipa
stainlesssteel
diawali
denganmasalah
yang
timbul/terjadi dengan penggunaan alat bambu adalah, seperti : Tidak dapat mengurangi penguapan yang terjadi di permukaan bambu, Sifat bambu yang tidak tahan panas, cepat/mudah rusak akibat cuaca Waktu penggunaan yang relative singkat, sehingga perlu sering diganti Produksi alkohol yang relatif kurang dan kadar alkohol yang lebih rendah. Untuk mengantisipasi masalah dari penggunaan bambu tersebut, maka alternatif yang dipilih adalah dengan menggunakan pipa stainlesssteel yang memiliki keunggulan, seperti: Sifat stainless steel yang tahan panas, sehingga penguapan yang berlangsung di dalam pipa berjalan lancar. Stainless steel dapat tahan terhadap perubahan cuaca, sehingga tidak mudah rusak dan tahan karat Waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga dapat mengurangi biaya produksi
4
Produksi alcohol (kuantitas) lebih banyak dan kadar alkohol (kualitas) yang dihasilkan lebih tinggi. Adapun teknik pemilihan diameter pipa stainlesssteel tidak sama atau berbeda diameter dari pangkal sampai ke ujung, karena pemasangan pipa semakin ke ujung semakin kecil ukuran diameter pipa. Hal ini dimaksudkan agar proses penguapan alkohol dari nira aren dapat berjalan lebih maksimal. Adapun pipa yang dibutuhkan untuk 1 unit penyulingan alkohol adalah 12 ujung, dengan teknik pemasangan pipa :
1 buah pipabesar (1 ujung pipa = 6 meter) dipasang pada tempat keluarnya penguapan (dari drum) memakai ukuran diameter pipa yang lebih besar, yaitu 3" (tiga inchi) dandiletakkan dengan arah ke atas, selanjutnya
4 buah pipa sedang dengan ukuran diameter 2" juga disambungkan dan diletakkan dengan arah ke atas, kemudian
7 buah pipa kecil dengan ukuran diameter 1,5" saling dihubungkan dan diletakkan dengan arah sedikit ke bawah. Untuk mengurangi panas yang timbul dari pipa, maka di ujung penguapan dalam
proses penyulingan masih tetap menggunakan kombinasi bambu sebanyak 4 – 5 ujung. Penggunaan bambu juga merupakan teknik yang dapat mempercepat proses pendinginan dan merupakan alat yang mudah di dapat di alam.
5
Perbedaan Hasil Produksi antara Bambu dan Stainless steel Setelah beralih dari teknologi sederhana (Tradisional) ke Teknologi yang lebih Inovatif, KTH Bunga Tani merasakan terjadi perubahan dalam hal biaya produksi, hasil produksi dan tingkat pendapatan hasil petani. Sejak menggunakan pipa dari stainleessteel, bahan baku air nira aren yang digunakan lebih sedikit namun dapat memberikan hasil cap tikus yang sama, bahkan memiliki kadar alkohol yang lebih tinggi dan nilai ekonomis yang lebih besar. Berikut perbedaan yang dapat ditunjukkan pada Tabel berikut : No 1.
Indikator
Alat Penyulingan Bambu
Jumlah Air Nira yang dibutuhkan
Stainleessteel
7 gallon
5 gallon
dalam 1 drum untuk menjadi 1 gallon Alkohol 2.
Kadar Alkohol
30 – 35 %
40 – 45 %
3.
Harga Alkohol
Rp. 300.000,‐
Rp. 450.000,‐
Dengan demikian, Inovasi Teknologi yang dicapai dari hasil kerjasama Penyuluh Kehutanan dan KTH Bunga Tani telah dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar untuk lebih meningkatkan hasil produksi maupun peningkatan pendapatan petani aren. Diharapkan peran aktif dari pemerintah daerah maupun pusat untuk lebih mengembangkan potensi si “Pohon Emas Hijau” sehingga dapat mengangkat derajat hidup masyarakat maupun daerah di masa mendatang.
6
Masih banyak Kelompok Tani Hutan yang ingin mengambil peran dalam mengembangkan potensi aren, namun mereka memerlukan bantuan dan dukungan baik modal, teknis dan manajemen dari pihak pemerintah, lembaga swasta maupun lembaga keuangan. Jika masyarakat dalam Kelompok tani Hutan ini diberdayakan, maka mereka juga dapat memberikan konstribusi bagi peningkatan devisa bagi Negara. Semoga bermanfaat.
7