1
NILAI TAMBAH HASIL OLAHAN NIRA AREN Risni Mustika ramdaniyati1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Dedi Darusman2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Betty Rofatin3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected]
RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis pengolahan gula merah dan gula semut serta nilai tambah usaha pengolahan gula merah dan gula semut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive) pada seorang pelaku usaha pengolahan nira. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini serta studi literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan proses pengolahan gula merah secara teknis yaitu dengan cara penyaringan, pemasakan, pencetakan, pengeringan, pengemasan. Sedangkan proses pengolahan gula semut secara teknisyaitu dengan cara penyaringan, pemasakan, pengguseran, pengayakan, pengeringan, pengayakan, dan pengemasan. Hasil penelitian juga menunjukkan dalam produksi selama satu bulan nilai tambah pengolahan nira menjadi gula merah adalah Rp 952,86 per kilogram dengan tingkat keuntungan 26,71%. Sedangkan nilai tambah pengolahan nira menjadi gula semut adalah Rp 2.565,16 per kilogram dengan tingkat keuntungan 47,41%. Kata kunci: Nilai Tambah
ABSTRACK This research aims to know the technical processing of red sugar and sugar ants as well as value added processing of red sugar and sugar ants. The method of this research used id case study method. Respond determining done deliberately (purposive) at a businessman processing of nira. The data collected consisted of primary and secondary data. The primary data were obtained from direct interview of the respondent and the secondary data were obtained from related istancies and from literature rewiew.
2
The result of this research showe the red sugar processing technically that is by way of filtering, ripening, printing, drying, and packaging. While proccesing the sugar ants technically that is by way of filtering, ripening, softening,, filterng, drying, filtering and packaging. The result also showed in the production process of a month value added processing of nira became brown sugar was Rp 952,86 each kilograms with provitability 26,72%. While the value added processing of sugar ants are becoming nira Rp 2.565,16 each kilograms with provitabilty 47,41% Keyword : vllue added PENDAHULUAN Sektor pertanian pada wawasan agribisnis dengan perannya dalam perekonomian nasional memberikan beberapa hal yang menunjukkan keunggulan yang dapat dipertimbangkan. Keunggulan tersebut antara lain nilai tambah pada agroindustri, misalnya dengan cara pengawetan produk pertanian menjadi produk olahan yang lebih tahan lama dan siap dikonsumsi. Mengingat sifat produk pertanian yang tidak tahan lama maka peran agroindustri sangat diperlukan (Bustanul Arifin, 2004). Salah satu sub sektor pertanian yang cukup penting keberadaannya dalam pembangunan nasional adalah sub sektor perkebunan. Komoditi perkebunan yang banyak dilestarikan dan ditingkatkan oleh industri kecil adalah gula semut yang berbahan baku nira hasil sadapan dari pohon aren. Pohon aren adalah pohon yang menghasilkan nira, bagian pohon yang bisa disadap adalah tangkai bunga jantan. Cairan ini mengandung gula antara 10-15 persen. Tanaman aren di pulau Jawa diperkirakan mencapai 15.030 ha antara lain di daerah Kendal, Sumedang, Sukabumi, Rangkasbitung, Lebak dan di daerah penelitian yaitu Kabupaten Tasikmalaya (Ditjen Perkebunan, 2003). Pohon aren mulai bisa disadap pada usia 5 tahun dengan masa produksi antara 10-20 tahun dan bisa menghasilkan 1015 liter nira aren setiap hari. Banyak sekali manfaat yang didapat dari pohon aren, namun demikian usaha diversifikasi tanaman aren kurang berkembang. Sedikit sekali petani yang melakukan usaha diversifikasi hasil olahan yang dihasilkan pohon aren, padahal diversifikasi penting untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi resiko usahatani. Penyebab dari kondisi ini adalah karena tingkat keterampilan pengetahuan dalam pengolahan hasil masih sangat terbatas.
3
Gula merah adalah hasil olahan nira yang dapat memberikan rasa manis dan nikmat, gula ini berwarna merah yang didapat secara alami dari proses pengolahan air nira yang dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi. Sedangkan gula semut adalah hasil olahan nira yang mempunyai keunggulan tersendiri, yakni berbentuk kristal kecil kecil seperti semut sehingga mudah dilarutkan dalam air panas. Usaha gula aren merupakan mata pencaharian diharapkan mampu memberikan pendapatan harian bagi para petani. Seperti diketahui, petani yang berdomisili di lingkungan lahan kering sumber pendapatannya dari tanaman tahunan, yang dipanen berdasarkan siklus musim. Maka dengan adanya kegiatan menyadap tanaman aren dan dibuat gula, diharapkan petani memiliki pendapatan harian disamping pendapatan musiman. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan dibentuknya suatu agroindustri , Austin (1992) dan Brown (19994) dalam Muslimn (2002) menyatakan bahwa agroindustri adalah pengolahan bahan baku yang bersumber dari tanaman atau benatang.pengolahan yang dimaskud meliputi pengolahan berupa proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, pengimpanan, pengepakan, dan pendistribusian produknya. Salah satu agroindustri di Jawa Barat yang mengusahakan pengolahan nira adalah Usaha Kecil Menengah Wargi Saluyu di Kampung Cijakria Desa Kawungsari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Produk olahan nira yang dihasilkan oleh UKM Wargi Saluyu adalah gula semut dan gula merah. Adanya agroindustri ini diharapkan dapat meningkatkan nilai jual nira aren sehingga memiliki nilai ekonomis dan dapat meningkatkan pendapatan pengusaha olahan nira. Istilah nilai tambah (added value) itu sendiri sebenarnya menggantkan istilah nilai yang ditambahkan pada suatu produk karena masuknya unsur pengolahan menjadi lebih baik. Adanya industri pengolahan yang mengubah bentuk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungannya lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan. Begitupun pada proses pengolahan nira terbagi menjadi dua produk yaitu gula merah dan gula semut
4
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Nilai Tambah Hasil Olahan Nira Aren” METODOLOGI PENELITIAN Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa
daerah
tersebut
merupakan
salah
satu
daerah
yang
mengembangkan usaha agroindustri nira khususnya produk gula merah dan gula semut. Data yang diperoleh terdiri dari dua jenis , Data primer dikumpulkan dari sumber data pertama (primer) (Soekartawi, 1995). Data primer diperoleh dari responden dan pengambilan secara langsung dilokasi penelitian. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber kedua (sekunder) (Soekartawi, 1995). Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan instansi terkait. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dokumentasi Perhitungan nilai tambah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Hayami (1987). Prosedur perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami, adapun tabelnya sebagai berikut: Tabel 2.Perhitungan Nilai Tambah Dilakukan dengan Menggunakan Metode Hayami (1990) No. I
II
II
Uraian Output, Input, Harga
Satuan
1. Output 2. Input 3. Tenaga kerja 4. Faktor konversi 5. Koefisien tenaga kerja 6. Harga output 7. Upah TK rata-rata Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga input 9. Sumbangan input lain 10. Nilai produksi 11. a. Nilai tambah b. Rasio nilai tambah 12. a. Pendapatan Tk b. Bagian Tk 13. a. Keuntungan b. Tingkat keuntungan Balas jasa pemilik faktor produksi 14. Marjin a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan perusahaan
kg kg JKO
Keterangan
1/2 1/3 Rp/kg Rp/JKO Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg % Rp % Rp %
4x6 10-8-9 11a/10x100% 5x7 12a/11ax100% 11a-12a 13a/10x100%
Rp/kg % % %
10-8 12a/14x100 9/14x100 13a/14x100
5
Proses Produksi Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri,1995). Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegiatan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Dalam proses produksi gula merah dan gula semut ini, pelaku usaha mengolah dari bahan baku yaitu nira aren. Untuk pengolahan gula merah dibutuhkan waktu selama 5 jam, dalam satu hari melakukan satu kali proses produksi yang dilakukan setiap hari selama satu bulan. a) Penyaringan Terlebih dahulu nira yang sudah terkumpul dari para petani ditampung didalam ember,lalu disaring dengan kain saringan agar nira yang akan dimasak menjadi gula merah sudah dalam keadaan bersih. b) Pemasakan Nira aren yang sudah bersih dari segala kotoran dimasak (direbus) dalam wajan besar yang cukup untuk menampung 14 kg nira untuk sekali masak. Nira yang dimasak lama kelamaan akan menjadi pekat karena terjadi penguapan air dan konsentrasi gulanya meningkat. Proses pemasakan nira hingga menjadi pekat membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. c) Selama pemasakan (perebusan) harus dilakukan pengadukan agar nira dapat masak secara merata dan tidak menjadi gosong, terutama dibagian bawah. Apabila sudah terlihat perubahan dari fase cair menjadi fase padat maka pemasakan sudah dapat dihentikan dan wajan diturunkan dari tungku.
6
d) Pencetakan Pemasakan nira telah dianggap cukup apabila telah menjadi pekat (kental dan mulai mengeras). Pada saat itu, adonan gula diangkat dari wajan dan dituangkan kedalam cetakan-cetakan yang sudah disediakan diatas alas cetakan. Cetakan gula merah biasanya terbuat dari tempurung bumbung bambu yang telah dipotong dengan ukuran yang sama besar. e) Pengeringan Gula merah yang telah dicetak dikeringkan dengan cara disimpan didiamkan dan diangin-anginkan. f) Pengemasan Pengemasan gula merah dengan menggunakan daun kelapa yang sudah kering dengan isi per “bonjor” kurang lebih 1 kg dengan isi 8 gandu. Gula merah yang sudah dikemas siap untuk dipasarkan. Sedangkan untuk pengolahan gula semut dibutuhkan waktu selama 7 jam, karena proses yang lebih lama dibandingkan gula merah. Adapun tahapan demi tahapan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut : a) Penyaringan Terlebih dahulu nira yang sudah terkumpul dari para petani ditampung didalam ember, lalu disaring dengan kain saringan agar nira yang akan dimasak menjadi gula merah sudah dalam keadaan bersih. b) Pemasakan Nira yang sudah bersih dimasukkan kedalam wajan besar yang berisi 14 kilogram nira aren, kemudian dipanaskan pada tungku sambil diaduk-aduk merata. c) Pengentalan Karena terjadi penguapan air, maka larutan gula tersebut akan menjadi pekat dan konsentrasi gulanya meningkat. Apabila larutan gula kental sudah mencapai titik jenuh (menggumpal), pemasakan sudah dapat dihentikan dan wajan diturunkan dan diturunkan dari tungku. d) Penggerusan Selanjutnya dilakukan penggerusan dengan cara menggosok-gosok pinggir wajan memakai pengaduk kayu hingga dihasilkan gula padat berbentuk butiran seperti semut. Ini merupakan proses yang sangat sulit dalam pembuatan gula semut. Ketika
7
nira aren tidak bagus mka gula tidak akan bisa digerus dan tidak akan menjadi serbuk. Proses penggerusan juga memakan waktu yang lama karena dibutuhkan waktu sampai 1 jam untuk 14 kilogram nira aren. e) Pengayakan Gula aren yang telah berbentuk butiran dipindahkan pada nampan biarkan sampai dingin. Setelah butiran gula aren tersebut dingin, selanjutnya dilakukan pengayakan sehingga diperoleh butiran-butiran gula yang besarnya sama. Butiran-butiran gula semut yang besar-besar dan tidak dapat masuk dalam saringan harus dihancurkan dengan tempurung kelapa kemudian diayak lagi. f) Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk memperoleh gula semut yang berkualitas tinggi. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan pengering atau oven. Gula aren yang telah berbentuk butiran-butiran dituangkan kedalam loyang dan dimasukkan kedalam oven. Pengeringan dengan menggunakan oven membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. g) Pengayakan Gula semut yang sudah kering akibat dari pengovenan diayak kembali untuk mendapatkan butiran gula semut sama kecil dan sempurna h) Pengemasan Produk gula semut yang telah kering dikemas dalam kantong plastik dengan ukuran atau volume tertentu yang sudah disediakan 1 bungkus berisi setengah kg gula semut
Analisis Nilai Tambah Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari pengolahan nira menjadi gula merah dan gula semut. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan nira adalah metode menurut Hayami. Dalam penelitian ini, peneliti mengkonversikan output yang dihasilkan menjadi satuan kilogram untuk memudahkan dalam proses perhitungan akhir yang disesuaikan dengan alat analisis yang dipakai.
8
Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Gula Merah dan Gula Semut dalam Periode Produksi Satu Bulan No.
Uraian
Output, Input, Harga 1. Output 2. Input 3. Tenaga kerja 4. Faktor konversi 5. Koevisien TK 6. Harga output 7. Upah TK rata-rata Penerimaan dan Keuntungan II. 8. Harga input 9. Sumbangan input lain 10. Nilai produksi 11. a. Nilai tambah b. Rasio nilai tambah 12. a. Pendapatan TK b. Bagian TK 13. a. Keuntungan b. Tingkat keuntungan III Balas jasa pemilik faktor produksi 14. Marjin a. pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. keuntungan perusahaan
Satuan
Nilai Tambah Gula Merah
Nilai Tambah Gula Semut
Kg Kg JKO/Kg
Rp/Kg Rp/JKO
60 420 150 0,14 0,36 10.000,00 1.600,00
64 448 224 0,14 0,5 20.000,00 1.857,14
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp % Rp %
400,00 47,14 1.400,00 952,86 68,06 576,00 60,45 376,86 26,71
400,00 143,84 2.800,00 2.565,16 80,58 928,57 41,16 1.327,57 47,41
Rp/kg % % %
1.000,00 57,06 4,71 37,69
2.400,00 38,70 5.99 55,31
I.
Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan nira menjadi gula merah adalah sebesar Rp 952,86 untuk setiap satu kilogram bahan baku, yang merupakan selisih antara nilai produksi dengan bahan baku dan sumbangan input lain. Sedangkan nilai tambah untuk pengolahan nira menjadi gula semut adalah sebsar Rp. 2.565,16 untuk setiap satu kilogram bahan baku, ini menunjukkan bahwa pengolahan gula semut memiliki nilai tambah yang sangat besar dibandingkan dengan pengolahan gula merah. Hal tersebut disebabkan karena harga jual gula semut yang lebih tinggi yaitu Rp 20.000,00 perkilogram dibandingkan gula merah yang lebih rendah yaitu Rp 10.000,00 perkilogram. Penyebab dari tingginya harga jual gula semut karena proses pengolahanya yang melewati tahapan dari penyaringan sampai pengemasan lebih panjang dan rumit. Keuntungan
bersih yang diperoleh perusahaan dari pengolahan setiap satu
kilogram bahan baku gula semut adalah Rp 1.327,57. Dengan tingkat keuntungan yang
9
diperoleh perusahaan adalah 47,41 persen. Apabila dibandingkan dengan gula merah, pengolahan gula semut lebih memberikan keuntungan kepada perusahaan.
Simpulan 1) Teknis pengolahan gula merah dan gula semut mempunyai prinsip yang sama yaitu menguapkan nira aren sampai pada kekentalan. Teknis pengolahan nira menjadi gula merah meliputi tahapan proses penyaringan, pemasakan, pengentalan, pencetakan, pengeringan, pengemasan. Sedangkan untuk pengolahan nira menjadi gula semut yaitu meliputi proses penyaringan, pemasakan, pengentalan, pengguseran, pengayakan, pengeringan, pengayakan, pengemasan. 2) Nilai tambah pengolahan nira menjadi gula merah dan gula semut yaitu, untuk nilai tambah pengolahan nira menjadi gula merah Rp 952,86 per kilogram dengan tingkat keuntungan yang didapat perusahaan adalah 26,71persen . Sedangkan nilai tambah pengolahan nira menjadi gula semut adalah Rp 2.565,16 per kilogram dengan tingkat keuntungan yang didapat perusahaan adalah 47,41persen . Maka dapat diketahui bahwa pengolahan nira menjadi gula semut memiliki nilai tambah yang tinggi dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan gula merah.
Saran 1)
Produsen harus menjaga kualitas dan kuantitas produk gula merah maupun gula semut dengan cara memperhatikan kualitas bahan baku dan pengemasan produk. Misalnya pada gula merah ditambahkan berbagai bentuk gula merah, untuk gula semut ditambahkan gula semut berbagai rasa seperti rasa jahe, dll.
2) Apabila dilihat dari hasil analisis nilai tambah, dengan bahan baku nira yang bagus dan banyak sebaiknya diolah menjadi gula semut untuk menambah pendapatan produsen pada tiap produksinya.
10
DAFTAR PUSTAKA Andri. 2011. Penerapan Praktikum gula aren di Sekolah Menengah Atas. Makalah. Cirebon:
IAIN
Syekh
Nurjati
(Online).(http://andrikosazhie.blogspot.com/archive.btml) diakses tanggal 19 Agustus 2014. Ahyari. 2002. Produksi Penumbuh Kewirausahaan. Erlangga. Jakarta Assauri. 1995. Proses Produksi Pertanian. PT Dilema wangsa II. Surabaya BPTP Banten, 2010. Kajian Sosial Ekonomi Gula aren di Banten. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian banten. Serang. Bustanul Arifin,. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta Departemen Pertanian RI. 1994.. repelita VI Pertanian. Departemen Pertanian RI. Jakarta Ditjen Perkebunan. 2003. Pelatihan Penilaian Usaha Perkebunan. Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/tenaga_kerja. (Diakses 2 September 2014) Kotler Philip. 1994. Manajemen Pemasaran, jilid I. Eirlangga. Jakarta Muslimin. 2002. Aneka Pengolahan Tradisional Pertanian. Gramedia. Bandung Pancar Simatupang. 1990. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Said Rusli. 1984. Gerak penduduk dan Sirkulasi Tenaga Kerja Pedesaan. LP3S. Jakarta. Samidi Amin. 2009. Pengusaha Gula Aren – Aneka Peluang Bisnis Dari Aren. Yogyakarta: Andi Offset. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press Malang Sudiyono, Armand. 2004. Sistem Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Soekartawi. 1995. Analisa Usahatani. UI-Press. Jakarta. Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Edisi pertama. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta. Usman Rianse dan Abdi. 2012. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi.Alfabeta. Bandung
11