NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU Tian Septian1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Hj.Tenten Tedjaningsih 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] Unang 3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya nilai tambah, penyerapan dan produktivitas tenaga kerja pada agroindustri tahu. Metode yang digunakan adalah metode survey pada 63 produsen tahu di Desa Cisadap Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa besarnya nilai tambah sebesar Rp 4.686,56 per kilogram bahan baku, dengan imbalan tenaga kerja adalah sebesar Rp 2.395,09. Penyerapan tenaga kerja 90,16 % adalah tenaga kerja keluarga. Produktivitas tenaga kerja 18,75 kilogram per jam kerja Kata Kunci : Agroindustri ,Nilai Tambah, Produktifitas Tenaga Kerja ABSTRACT This reserch was aims to determine the value added, and the absorption and productivity of labor in the tofu agro-industry. The 63 tofu producers at Desa Cisadap Ciamis was surveyed. The result reveal that the value added of the agro-industry is Rp 4.686,56 per kilogram of raw materials, the labor portion is 33,02 percent or labor benefits is Rp 2.395,09. The 90,16 percent of employment is family labor. Average labor productivity of 18,75 kilogram per hour of work out. Key Word: Agroindustry , Value Added , Labor productivity PENDAHULUAN Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki pembagian pendapatan.
1
Istilah nilai tambah itu sendiri sebenarnya menggantikan istilah nilai yang ditambahkan pada suatu produk karena masuknya unsur pengolahan menjadi lebih baik. Adanya industri yang mengubah bentuk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonominya setelah melalui proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah kerna dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan. Di Indonesia, ada banyak jenis komoditas pertanian yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang bermutu serta bernilai tinggi, salah satunya adalah kedelai. Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang menjadi bagian makanan sehari-hari bangsa Indonesia. Penggunaan kedelai untuk bahan makanan manusia harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan kedelai dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan melalui fermentasi akan menghasilkan kecap, oncom, tauco, dan tempe. Sedangkan bentuk olahan tanpa melalui fermentasi adalah susu kedelai, tahu, tauge dan tepung kedelai. Tahu merupakan salah satu produk olahan yang paling dikenal oleh masyarakat. Salah satu sentra agroindustri tahu di Kabupaten Ciamis menurut data dari Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) adalah Wilayah Cisadap. Jumlah anggota produsen tahu di Kabupaten Ciamis secara jelas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Anggota KOPTI per Wilayah. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Wilayah (Wilayah) Pangandaran Banjarsari Cikoneng Panumbangan Ciamis Banagara Sindangrasa Cisadap TOTAL
Jumlah Anggota (Produsen) 28 35 9 13 54 51 86 126 402
Sumber : KOPTI, 2013
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah anggota dari KOPTI Kabupaten Ciamis adalah sebanyak 402 produsen. Wilayah Cisadap merupakan wilayah yang memiliki produsen tahu terbanyak yaitu sebanyak 126 produsen. Jumlah produsen yang masih aktif adalah sebanyak 63 produsen dan yang sudah tidak aktif adalah sebanyak 63 produsen. Informasi yang diperoleh bahwa produsen yang aktif adalah produsen yang masih 2
berhubungan langsung dengan KOPTI misalnya produsen tahu yang membeli bahan baku kedelainya di KOPTI. Produsen yang tidak aktif merupakan produsen yang sudah tidak membuat tahu karena penghasilan dari membuat tahu tidak mecukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup produsen, selain itu produsen yang tidak aktif adalah produsen yang sudah meninggal dan tidak diteruskan oleh keluarganya.Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai tambah dari agroindustri tahu di wilayah tersebut. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : ( 1 ) Berapa besarnya nilai tambah dari agroindustri tahu? (2) Berapa banyak tenaga kerja yang diserap pada agroindustri tahu? (3) Berapa besar produktifitas tenaga kerja pada agroindustri tahu? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Besarnya nilai tambah dari agroindustri tahu. (2) Banyaknya tenaga kerja yang diserap pada agroindustri tahu. (3) Besarnya produktifitas tenaga kerja pada agroindustri tahu. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey di Wilayah Cisadap Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra produksi tahu dan menjadi mata pencaharian utama penduduk yang bermukim di wilayah tersebut. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode penarikan contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah random sampling yaitu setiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama untuk untuk dipilih menjadi anggota sampel.Wilayah Cisadap merupakan wilayah dengan jumlah produsen tahu sebanyak 63 produsen dan jumlah responden yang akan diteliti sebanyak 26 produsen tahu. 1) Analisis Nilai Tambah Dalam menganalisis nilai tambah kacang kedelai untuk memproduksi tahu, menggunakan metode Hayami ( Hayami, Y. et al, 1987) dimana pada akhirnya akan diperoleh hasil berupa produktivitas produksi, nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja dan keuntungan pengolahan. Perhitungan melalui metode Hayami tersaji dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Variabel Output, Input, dan Harga Output yang dihasilkan (kg/hari) Bahan baku yang digunakan (kg/hari) Tenaga Kerja (JOK) Faktor konversi (1/2) Koefisien tenaga kerja (3/2) Harga output (Rp/kg) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) Pendapatan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) Sumbangan input lain (Rp/kg kedelai) Nilai output (4 x 6) (Rp) a. Nilai tambah (10 – 9 – 8) (Rp) b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) Marjin (10 – 8) (Rp) a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100 %) c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%)
Rumus a b c d = a/b e = c/b f g h i j=dxf k=j–h–i l (%) = (k/j) x 100 % m=exg n (%) = (m/k) x 100% o=k–m p (%) = (o/k) x 100% q=j–h r (%) = (m/q) x 100% s (%) = (i/q) x 100% t (%) = (o/q) x 100%
Sumber : Hayami, et all. Agricultural Marketing and Procesing In Up Land Java 1987
2) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga Jumlah tenaga kerja yang tercatat dalam penelitian kemudian dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, untuk menghitung tenaga kerja keluarga yang diserap dalam proses produksi adalah dengan membandingkan jumlah tenaga kerja keluarga yang terlibat dalam proses produksi dengan jumlah tenaga kerja pada agroindustr tahu. Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga =
∑ Tenaga Kerja Keluarga x 100% ∑ Tenaga Kerja
1) Analisis Produktifitas Tenaga Kerja Untuk menghitung produktifitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi dengan jumlah jam kerja yang dicurahkan pada agorindustri tahu. Persamaan produktifitas tenaga kerja adalah sebagai berikut : 4
Jumlah Produksi Produktifitas Tenaga Kerja = Jumlah Jam Kerja Orang HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Produsen Tahu Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) ≤14 0 0 15-64 25 96 ≥64 1 4 Total 26 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013
Umur responden berkisar antara 30 sampai dengan 65 tahun, hampir seluruh responden termasuk usia produktif, hanya satu orang yang tidak produktif. Terdapat perberbedaaan usia antara produsen saat ini dengan produsen sebelumnya dalam memulai usaha agroindustri tahu. Produsen sebelumnya ada yang memulai usaha agroindustri tahu pada usia belum produktif, yaitu pada saat berumur 14 tahun. Menurut M. Daniel dalam Sri A.M (2010), usia produktif yaitu usia antara 15 tahun sampai 64 tahun. Sehingga diharapkan pada usia produktif ini produsen tahu dapat meningkatkan kinerja usaha pembuatan tahu.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
SD/SR SMP SMA Total
21 4 1 26
81 15 4 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Dari hasil penelitian tercatat bahwa sekitar 81 persen hanya menempuh jenjang pendidikan sampai Sekolah Dasar, 15 persen sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama dan hanya 4 persen yang sampai Sekolah Menengah Atas.
5
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usaha Lama Usaha (tahun) 6-15 16-25 26-35 36-45 46-55 Total
Jumlah (orang) 1 4 10 9 2 26
Persentase (%) 4 15 38 35 8 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Responden dengan pengalaman usahanya belum lama hanya ada satu orang. Usia responden yang tergolong paling muda diantara responden lain menyebabkan responden ini masih kurang berpengalaman bila dibandingkan responden lain. Hal ini karena usia responden Pengalaman usaha para responden yang paling banyak adalah responden dengan pengalaman usahanya antara 26 sampai 35 tahun. Responden yang paling lama usahanya berjumlah 2 orang, dengan demikian responden ini sangat berpengalaman di bidang usahanya. Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan skala usaha Skala Usaha (kg kedelai per hari) 8-46. 47-86 87-126 127-166 167-200 Total
Jumlah (orang) 22 3 0 0 1 26
Persentase (%) 85 12 0 0 4 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Skala usaha pada agroindustri tahu di Wilayah Cisadap bervariasi. Paling sedikit kedelai yang diolah oleh responden adalah sebanyak 8 kilogram kedelai per hari. Responden yang paling sedikit mengolah kedelai adalah responden dengan usia yang paling tua. Jumlah kedelai yang paling banyak diolah responden adalah 200 kilogram per hari. Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Tanggungan Keluarga 0-1 2-3 4-5 6-7 Total
Jumlah (orang) 2 12 10 2 26
Persentase (%) 8 46 38 8 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Pada umumnya para produsen tahu yang diteliti memiliki status menikah. Jumlah 6
tanggungan keluarga untuk setiap responden beragam. Responden terbanyak adalah responden dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang dimana jumlah responden tersebut adalah 8 responden. Responden ini berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya. Anak tersebut merupakan anak yang belum menikah dan masih menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya. Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan jumlah tenaga kerja Jumlah Produsen Status Tenaga Kerja (orang) Jumlah Tenaga Kerja (orang) (orang) TK DK1 TK LK2 1 2 3 4 Total
3 13 8 2 26
3 24 23 5 55
0 2 1 3 6
Persentase (%) 12 50 31 8 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Tenaga kerja keluarga yang terlibat dalam proses produksi adalah istri, anak, menantu dan saudara terdekat dari responden. Tenaga kerja luar keluarga yang terlibat selama proses produksi berasal dari warga sekitar yang masih berada di wilayah penelitian. Tenaga kerja yang digunakan untuk satu produsen tahu jumlahnya beragam mulai dari satu orang sampai empat orang. Pada umumnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, hanya sebagian kecil yang menggunakan tenagak kerja luar keluarga. Gambaran Kegiatan Produksi Proses pertama yang dilakukan yaitu membersihkan kedelai dari kulitnya yang menempel dengan cara tradisional tanpa menggunakan peralatan modern. Proses pencucian dilakukan agar kedelai yang akan diolah terhindar dari kotoran-kotoran yang menempel pada kulit kacang kedelai. Selanjutnya kacang kedelai yang sudah bersih digiling hingga halus. Proses selanjutnya yaitu perebusan kedelai yang sudah digiling. Pada tahap ini, kacang kedelai direbus diatas tungku besar yang sudah diisi air yang berasal dari air sumur. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Lamanya perebusan tergantung dari besarnya api yang digunakan. Setelah selesai direbus, maka proses selanjutnya yaitu penyaringan. Dalam proses penyaringan ada yang dilakukan oleh dua orang dan ada juga yang dilakukan oleh satu orang. Jika dilakukan oleh satu orang, maka salah satu sisi alat penyaringan diikat pada tiang yang sudah disediakan. Banyaknya proses penyaringan akan menentukan jenis tahu yang akan dihasilkan. Rebusan kedelai 1 2
TKDK adalah tenaga kerja dalam keluarga TKLK adalah tenaga kerja luar keluarga
7
yang mengalami proses penyaringan satu kali, maka tahu yang dihasilkan dinamakan tahu biasa dan jika mengalami proses penyaringan tiga kali maka tahu yang dihasilkan dinamakan tahu super. Proses selanjutnya yaitu pencetakan tahu. Adonan tahu yang sudah siap dicetak, dituangkan dalam cetakan yang terbuat dari kayu denga ukuran 50 cm x 50 cm yang dialasi dengan kain. Setelah itu cetakan ditutup kayu kemudian diberi beban batu dengan tujuan menekan adonan sehingga air keluar. Setelah proses pencetakan, tahu yang sudah siap jual disimpan pada wadah atau ember yang telah diberi air. Untuk tahu yang akan dipasarkan keesokan harinya, tahu terlebih dahulu direbus. Hal ini dilakukan oleh beberapa produsen yang bertujuan untuk membuat tahu lebih tahan lama dan tidak cepat basi. Pemasaran Untuk memasarkan produk olahannya, para responden sudah memiliki cara pemasarannya masing-masing. Ada produsen yang menjual ke konsumen dan ada juga yang menjual melalui pedagang pengecer lalu ke konsumen. Produsen menjual tahu ke konsumen dengan cara berdagang di pasar tradisional dan juga berjualan keliling di daerah tertentu. Pasar tradisional yang dituju oleh beberapa produsen adalah pasar-pasar yang terdekat dan ada juga pasar yang berada di luar kabupaten. Produsen yang berjualan keliling pada umumnya sudah memiliki pelanggan tetap di daerah tersebut. Produsen yang menjual tahu melalui pedagang pengecer adalah produsen yang menjual tahu ke pasar modern seperti supermarket. Analisis Usaha 1) Analisis Nilai Tambah Proses pengolahan kedelai menjadi tahu menyebabkan adanya nilai tambah pada komoditas tersebut, sehingga harga jual tahu menjadi lebih tinggi daripada harga jual kedelai. Perhitungan nilai tambah dilakukan pada periode produksi bulan Juli 2013, dengan menganalisis hasil pencatatan bulan Juli 2013. Alasan penulis memilih melakukan penelitian pada bulan tersebut karena pada bulan tersebut produksi tahu sangat tinggi karena dipengruhi oleh permintaan pasar pada bulan ramadhan. Dasar perhitungan dalam perhitungan nilai tambah persatuan bahan baku adalah kilogram kedelai. Harga bahan baku kedelai yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah adalah harga rata-rata kedelai di tingkat produsen di Wilayah Cisadap pada bulan Juli tahun 2013, yaitu Rp 7,701.92 per kilogram.
8
Tabel 9. Struktur Produksi Agroindustri Tahu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Variabel Output, Input, dan Harga Output yang dihasilkan (kg/hari) Bahan baku yang digunakan (kg/hari) Tenaga Kerja (JKO) Faktor konversi (1/2) Koefisien tenaga kerja (3/2) Harga output (Rp/kg) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/JKO) Pendapatan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) Sumbangan input lain (Rp/kg kedelai) Nilai output (4 x 6) (Rp) a. Nilai tambah (10 – 9 – 8) (Rp) b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) Marjin (10 – 8) (Rp) a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100 %) c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%)
Nilai 130,34 33,02 6,50 3,95 0,20 3.596,31 12.166,79 7.701,92 1.807,44 14.195,93 4.686,56 33,01 2.395,09 51,11 2.291,47 48,89 6.494,00 36,88 27,83 35,29
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013
Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara jumlah output yang dihasilkan dengan bahan baku yang digunakan. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai konversi sebesar 3,95 artinya untuk setiap satu kilogram kedelai menghasilkan 3,95 kilogram tahu. Untuk satu kali proses produksi, rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6,5 jam. Upah rata-rata yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 12.166,79 per jam. Koefisien tenaga kerja adalah sebesar 0,20 ini berarti waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk mengolah tiap kilogram kedelai menjadi tahu adalah 0,20 jam. Untuk nilai produk didapat dari hasil perkalian antara faktor konversi yaitu 3,95 dengan harga rata-rata produk sebesar Rp 3.596,31 sehingga nilai produk yang didapatkan adalah sebesar Rp 14.195,93. Nilai output tersebut memberikan nilai tambah sebesar Rp 4.686,56 dengan rasio nilai tambah sebesar 33,01 persen. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa sebesar 33,01 persen dari nilai output merupakan nilai tambah dari pengolahan tahu. Imbalan tenaga kerja yang merupakan perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata kerja per JOK
9
adalah sebesar Rp 2.395,09 dan bagian tenaga kerja sebesar 51,11 persen. Hal ini berarti 51,11 persen dari nilai tambah merupakan imbalan yang diterima oleh tenaga kerja. Agroindustri tahu pada penelitian ini rata-rata berhasil memperoleh keuntungan sebesar Rp 2.291,47 per kilogram. Tingkat keuntungan yang dimiliki yaitu 48,89 persen. Hal ini berarti bahwa 48,89 persen dari nilai tambah merupakan keuntungan bagi para produsen tahu. Berdasarkan analisis nilai tambah diperoleh besarnya margin atau selisih nilai output yaitu sebesar Rp 14.195,93 dengan harga bahan baku sebesar Rp 7.701,92 sehingga diperoleh margin sebesar Rp 6.494,00 per kilogram bahan baku. Besarnya marjin ini kemudian di distribusikan kepada imbalan tenga kerja, imbalan input lain dan keuntungan perusahaan. Balas jasa yang paling besar didapat oleh pendapatan tenaga kerja sebesar Rp 2.395,09. Balas jasa yang kedua terbesar adalah keuntungan perusahaan yaitu sebesar Rp 2.291,47 dan untuk yang paling kecil adalah sumbangan input lain yaitu sebesar Rp 1.807,44 . 2) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja keluarga pada agroindustri tahu adalah perbandingan antara jumlah tenaga kerja keluarga dengan seluruh jumlah tenaga kerja yang beraktivitas pada agroindustri tahu. Hasil perhitungan diketahui bahwa jumlah tenaga kerja keluarga yang terserap pada agroindustri tahu adalah 90,16 persen. Artinya bahwa sebagian besar aktivitas pengolahan tahu dikerjakan oleh anggota keluarga sehingga setiap anggota keluarga ikut berpartisipasi aktif dalam aktivitas pengolahan tahu. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri tahu yang ada di Wilayah Cisadap mempunyai peranan yang sangat besar terhadap anggota keluarga produsen tahu. 3) Analisis Produktifitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara jumlah keluaran (output) dengan jumlah masukan (input) yang digunakan. Cara yang digunakan yaitu dengan membandingkatn jumlah hasil produksi dengan jumlah tenaga kerja yang dihitung dalam jam kerja orang (JKO). Rata-rata produktivitas tenaga kerja pada agroindustri tahu di Wilayah Cisadap adalah sebesar 18,74 kilogram per jam. Responden yang memiliki produktivitas tenaga kerja tertinggi yaitu sebesar 41,77 kilogram per jam dan nilai produktivitas tenaga kerja terendah adalah 6,52 kilogram per jam.
10
Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Analisis nilai tambah pada agroindustri tahu di Wilayah Cisadap menunjukkan bahwa agroindustri tersebut mampu menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 4.706,52 per kilogram input kedelai. Rasio nilai tambah yang dimiliki yaitu 33,15 persen, nilai konversi yang diperoleh yaitu sebesar 3,95 dan nilai koefisien tenaga kerja yaitu sebesar 0,20. 2) Agroindustri tahu di Wilayah Cisadap menyerap sebesar 90,16 persen tenaga kerja keluarga dan sisanya adalah penggunaan tenaga kerja luar keluarga. 3)
Produktivitas tenaga kerja pada agorindustri tahu di Wilayah Cisadap adalah sebesar 18,74 kilogram per jam.
Saran Saran dari hasil penelitian dan pembahasan pemasaran gula aren yaitu sebagai berikut : 1) Dalam proses produksi kualitas air harus selalu diperhatikan untuk menjaga kebersihan hasil produksi. 2) Produsen tahu diharapkan mampu memanfaatkan limbah hasil produksi tahu lebih baik lagi. 3) Pemerintah ataupun instansi terkait lainnya harus mampu meningkatkan produksi dan kualitas kacang kedelai di para petani sehingga para produsen tahu tidak menggunakan lagi kacang kedelai import yang harganya cukup mahal untuk para produsen tahu. DAFTAR PUSTAKA Bambang Cahyono. 2007. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai. CV Aneka Ilmu, Semarang. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda Village. Bogor : CPGRT Centre. Ken Suratiah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar swadaya. Jakarta. Said Rusli. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 11
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Doglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tony Wijaya. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta.
12