NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KRIPIK PISANG DI KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS Altri Mulyani1), Dindy Darmawati Putri2), Ratna Satriani3) Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Jl. Dr. Soeparno Kampus Karangwangkal Purwokerto Utara, Jawa Tengah 53121 Telp : 0281-638791. E-mail:
[email protected] ABSTRACT The food endurance more decided by social economy condition rather than agroclimate and access to get the food rather than production. One of the ways to increase the farmer’s access to get food with income increasement, especially with diversification. Diversification make the sell price higher because there are added value to this product. Agroindustry have the role to make added value, the added value optimalization can be realized trough industry that integrated with the family’s agribusiness effort and agribusiness corporate directly. Agroindustry not only to increase the product at the market but also can increse the farmer’s income. The banana chips is the one of the trade on agroindustry product in Banyumas Regency. The aims of this research are (1) To know the added value of banana chips agroindustry in Cilongok Region, Banyumas Regency; (2) To know the distribution of added value banana chips agroindustry in Cilongok Region, Banyumas Regency. The location decided by purposive random sampling, and to decide the sampling of banana chips’s worker by simple random sampling that totaly 33 person. The methode that used to measure the added value is Hayami method. The results of this research show that the banana chips added value is Rp1.473,41 per kilos with added value ratio is 43,87%, this value can be increased by the right marketting strategy formulation. The largest processing distribution margin on worker profit, that is 53,82%; on input 26,26% and direct labour 19,92%. Key words: banana chips, added value, marketing strategy PENDAHULUAN Ketahanan pangan lebih banyak ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi daripada agroklimat dan pada akses terhadap pangan daripada produksi atau ketersediaan pangan (FAO, 2003). Salah satu upaya untuk meningkatkan akses petani terhadap pangan adalah dengan meningkatkan pendapatan petani. Selama 1
ini petani memperoleh pendapatan dari hasil usahataninya. Usahatani yang dilakukan oleh petani kebanyakan bersifat on farm sehingga pendapatan yang diperolehnya masih rendah. Jarang sekali petani yang melakukan kegiatan off farm dalam usahataninya misalnya adalah dengan melakukan diversifikasi produk dengan cara mengolah produk pertanian menjadi produk olahan sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Nilai jual yang lebih tinggi tersebut timbul karena adanya nilai tambah (added value) dari produk primer. Salah satu kegiatan diversifikasi adalah pengolahan bahan pangan atau sering dikenal dengan istilah agroindustri. Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari sektor pertanian yang mempunyai kontribusi penting dalam proses industrialisasi terutama di wilayah pedesaan. Agroindustri berperan menciptakan nilai tambah, optimalisasi nilai tambah dicapai pada pola industri yang berintegrasi langsung dengan usahatani keluarga dan perusahaan pertanian. Pengembangan agroindustri tidak saja ditujukan dalam rangka peningkatan jumlah pangan yang tersedia di pasar tetapi bisa meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat melalui peningkatan produksi bahan baku dan nilai tambah sekaligus meningkatkan ekonomi daerah. Salah satu sumberdaya lokal yang ada di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas adalah buah pisang. Buah pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional yang diprioritaskan untuk pengembangan secara agribisnis yang selanjutnya akan berkembang menjadi suatu usaha agroindustri dengan menerapkan konsep-konsep agroindustri secara tepat demi peningkatan nilai ekonomis serta perolehan keuntungan agroindustri tersebut. Tanaman pisang yang ada di Kecamatan Cilongok selama ini hanya berfungsi sebagai pengingat batas lahan (patok) atau tanaman yang tidak sengaja tumbuh di belakang rumah, sehingga penduduk belum melakukan budidaya pisang secara intensif, padahal apabila dibudidayakan dengan baik tanaman pisang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam tanaman pisang dapat meningkatkan pendapatan petani, mengingat tanaman pisang tidak membutuhkan perawatan yang intensif. Luas pekarangan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cilongok adalah 1.180 ha dan berada pada urutan kedua 2
untuk daerah kecamatan yang memiliki luas pekarangan terbesar yang ada di Kabupaten Banyumas (BPS Kabupaten Banyumas, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan Cilongok memiliki potensi untuk pengembangan budidaya tanaman pisang. Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan nilai tambah komoditas pisang adalah mendorong upaya diversifikasi produk. Dengan upaya diversifikasi produk pisang maka akan tercipta aneka produk olahan lain yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Keripik pisang merupakan salah satu produk olahan pisang yang banyak diusahakan oleh masyarakat di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Jenis pisang yang banyak diolah menjadi keripik pisang adalah pisang ambon nangka. Proses pembuatan keripik pisang tidak terlalu sulit sehingga usaha tanpa memerlukan keahlian khusus, selain itu ketersediaan bahan baku yaitu buah pisang cukup melimpah baik di wilayah Kecamatan Cilongok maupun wilayah Kabupaten Banyumas sehingga pasokan bahan baku dapat dicukupi. Data produksi buah pisang di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Produksi pisang di Kabupaten Banyumas periode 2001-2007 Tahun
Luas Panen (pohon)
Produksi (kuintal)
2001
1.254.892
253.105
2002
1.625.066
360.845
2003
273.914
54.542
2004
1.055.662
189.318
2005
1.179.332
190.988
2006
740.442
111.153
2007
266.192
119.327
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, 2008 Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui nilai tambah agroindustri keripik pisang di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas; (2) Mengetahui distribusi nilai tambah agroindustri keripik pisang di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas
3
METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), yaitu metode yang bersifat tidak acak dan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan lokasi adalah karena di daerah tersebut merupakan sentra produksi keripik pisang. Pengambilan responden dilakukan pada perajin keripik pisang di Desa Jatisaba, Desa Karangtengah, Desa Cikidang, dan Panusupan Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Metode yang digunakan untuk mengukur nilai tambah pada agroindustri keripik pisang adalah metode Hayami. Metode ini merupakan salah satu analisis nilai tambah yang sering digunakan. Hayami menerapkan analisis ini pada subsistem pengolahan (produksi sekunder). Produksi sekunder adalah kegiatan produksi yang mengubah bentuk produk primer. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis nilai tambah menurut metode ini adalah : (1) Membuat arus komoditi yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditi, lokasi, dan berbagai perlakuan yang pernah diberikan terhadap komoditi yang bersangkutan. (2) Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan finansial. (3) Memilih dasar perhitungan, dalam penelitian nilai tambah perajin didasarkan per satuan output.
4
Tabel 3. Perhitungan Nilai Tambah dari Kegiatan Pengolahan/Agroindustri No. I.
Output, Input, dan Harga Hasil Produksi Bahan Baku Tenaga Kerja Faktor Konversi Koefesien Tenaga Kerja Harga Produk Upah per Hari Kerja
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
II. 8. 9. 10. 11. aa. b. 12. aa. b. III. 13.
Uraian
a. b. c.
Pendapatan dan Keuntungan Nilai bahan baku Nilai input tambahan Nilai produk Nilai tambah Rasio nilai tambah Imbalan tenaga kerja Bagian tenaga kerja Keuntungan perusahaan Tingkat keuntungan perusahaan Imbalan Faktor Produksi Marjin Pengolahan Pendapatan Tenaga Kerja Input tambahan Keuntungan Perusahaan
Satuan
Perhitungan
Unit Unit Hari Kerja
A B C A/B = M C/B = N D E
Rp/Unit prod Rp/HK Rp/unit prod Rp/unit prod Rp/unit prod Rp/unit prod % Rp/unit prod % Rp/unit prod %
MxD= H–F–G= (K / H) x 100 = NxE= (P / K) x 100 = K–P= (R / K) x 100 =
Rp/unit prod % % %
H–F= S (P / S) x 100 = T (G / S) x 100 = U (R / S) x 100 = V
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Agroindustri Keripik Pisang di Kecamatan Cilongok Agroindustri keripik pisang di Kecamatan Cilongok, sebagian besar termasuk dalam skala rumah tangga. Agroindustri ini mempunyai peranan penting, antara lain sebagai salah satu mata pencaharian dan sumber pendapatan masyarakat sekaligus dapat menampung tenaga kerja dan memberikan kesempatan berusaha. Agroindustri keripik pisang di Kecamatan Cilongok mempunyai potensi yang cukup besar untuk menggerakkan perekonomian terutama di daerah pedesaan. Agroindustri keripik pisang pada umumnya merupakan pekerjaan pokok dengan bentuk unit usaha perseorangan, sehingga sumber modal berasal dari 5
F G H K L P Q R O
kemampuan perajin sendiri. Proses produksi keripik pisang memerlukan bahan baku utama pisang raja nangka yang diperoleh dari pasar buah Ajibarang dengan bahan penolongnya adalah minyak goreng, kayu dan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak. Pisang di pasar buah Ajibarang merupakan pisang hasil produksi dari banyak daerah di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Pedagang pengepul dari beberapa daerah mengirimkan pisang ke pasar buah Ajibarang yang didistribusikan ke Kabupaten Banyumas. Perajin pada umumnya membeli pisang dalam jumlah yang sesuai dengan tingkat produksi sehari-hari, namun bagi perajin yang mempunyai modal besar membeli dalam jumlah besar pula, sesuai kebutuhan bahan baku untuk tiap minggunya. Pengusaha keripik pisang di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas tidak menggunakan modal dari luar atau modal pinjaman disebabkan karena mereka tidak memenuhi syarat-syarat yang telah diajukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk memperoleh modal pinjaman misalnya untuk memperoleh pinjaman pengusaha tersebut harus bebas hutang dari pihak lain selain itu perlu ada jaminan untuk dapat melunasi hutang tersebut. Alasan lain mengapa pengusaha tidak menggunakan modal yang berasal dari luar karena pengusaha mempunyai modal sendiri yang cukup digunakan untuk menjalankan proses produksi sehingga tidak perlu mencari modal dari luar. Bagi perajin yang tidak mempunyai modal cukup, pisang dapat diperoleh dengan cara kredit di beberapa pedagang dan pembayaran dilakukan jika keripik pisang sudah habis dijual. Harga pisang pada saat penelitian berkisar antara Rp1.200,00 sampai Rp1.400,00 per kg dan rata-rata Rp1.300,00 per kg. Harga minyak goreng adalah Rp9.000,00 per kg, harga plastik adalah Rp30.000,00 per roll, harga minyak tanah Rp8.000,00 per liter dan harga bahan bakar kayu Rp100.000,00 per m3. Perajin keripik pisang di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dalam pemasaran keripik pisang pada umumnya dilakukan sendiri, dan biasanya melayani konsumen akhir maupun pedagang pengecer dengan harga rata-rata Rp12.000,00 per kilogram. Ditinjau dari jangkauan pemasarannya, para perajin tidak hanya memasarkan pisangnya di daerah Kecamatan Cilongok melainkan juga di pasar-pasar Purwokerto, dan daerah lain seperti Ajibarang, 6
Wangon, Patikraja, Sokaraja, dan ada yang memasarkannya di daerah Kabupaten Brebes, Cirebon, Tegal, Jogja dan Purbalingga. B. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas, karena komoditas itu telah mengalami
proses pengolahan, pengangkutan dan
penyimpanan dalam suatu proses produksi. Perhitungan nilai tambah metode Hayami pada kegiatan produksi keripik pisang dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah diperoleh dari proses pengolahan pisang menjadi keripik pisang.
Perhitungan tersebut juga memberikan informasi mengenai besarnya
pendapatan tenaga kerja langsung dan keuntungan yang diperoleh agroindustri keripik pisang dari pengolahan setiap kilogram pisang. Hasil perhitungan nilai tambah untuk pengolahan secara lengkap tersaji pada Tabel 2, sedangkan untuk rincian perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 2 menjelaskan bahwa dengan menggunakan bahan baku yang berupa pisang raja nangka rata-rata sebanyak 5.424,00 kilogram per bulan dapat menghasilkan keripik pisang rata-rata sebanyak 1.479,00 kilogram per bulan dengan harga rata-rata sebesar Rp12.321,00. Perbandingan antara besaran output dan input bahan baku utama diperoleh faktor konversi. Nilai faktor konversi menggambarkan banyaknya keripik pisang yang dapat dihasilkan dari setiap kilogram pisang yang diolah.
Nilai faktor konversi yang didapat dari hasil
perhitungan yaitu 0,27. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan satu kilogram pisang, rata-rata akan dihasilkan 0,27 kilogram keripik pisang.
7
Tabel 2. Hasil analisis nilai tambah Metode Hayami (per bulan) BIAYA, PRODUKSI dan HARGA Hasil produksi(kg/bln) Bahan Baku(kg/bln) Tenaga Kerja Langsung(HOK) Faktor Konversi Koefisien Tenaga Kerja Langsung Harga Produk(Rp/kg) Upah Tenaga kerja Langsung(Rp/HOK) PENDAPATAN, KEUNTUNGAN 8. Harga Bahan Baku(Rp/kg) 9. Sumbangan Input Lain(Rp/kg) 10. Nilai Produk(Rp/kg) a. Nilai Tambah(Rp/kg) b. Rasio Nilai Tambah(%) 11. a. Imbalan Tenaga kerja Langsung(Rp/kg) b. Bagian Tenaga kerja Langsung(%) 12. a. Keuntungan(Rp/kg) b. Tingkat Keuntungan(%) IMBALAN FAKTOR PRODUKSI 13. Marjin(Rp/kg) 14. a. Sumbangan Input Lain(Rp) b. Imbalan Tenaga kerja Langsung(Rp) c. Keuntungan Perajin(Rp) Sumber: Data primer diolah, 2011 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1.478,79 5.424,24 231,82 0,27 0,04 12.320,70 9.312,42 1.360,89 524,64 3.358,94 1.473,41 43,87 397,99 27,01 1.075,42 72,99 1.998,04 524,64 397,99 1.075,42
Rata-rata jumlah dan upah tenaga kerja langsung yang digunakan untuk proses pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah 8 orang yang terdiri dari 4 orang pada bagian pengupasan pisang dengan rata-rata upah Rp821.818,00 per bulan, 3 orang pada bagian penggorengan dengan upah rata-rata Rp1.189.091,00 per bulan, 1 orang pada bagian pembungkusan dengan upah rata-rata Rp147.879,00 per bulan. Dalam satu bulan setiap tenaga kerja bekerja selama 30 hari, maka rata-rata jumlah hari kerja selama satu bulan yaitu 231,82 HOK dengan upah rata-rata tenaga kerja langsung pada kegiatan produksi keripik pisang adalah sebesar Rp9.312,00 per HOK. Nilai tersebut diperoleh dengan membagi total upah tenaga kerja langsung yaitu Rp2.158.787,00 dengan jumlah Hari Orang Kerja (HOK) selama periode analisis yaitu 231,82 HOK. Koefisien tenaga kerja merupakan nilai yang dihasilkan dari pembagian antara jumlah hari orang kerja (HOK) dengan banyaknya bahan baku utama yang 8
diperlukan dalam proses pengolahan. Nilai tersebut menggambarkan produktivitas dari tenaga kerja langsung, yaitu tingkat efisiensi untuk penggunaan tenaga kerja langsung pada kegiatan produksi. Berdasarkan nilai HOK maka diperoleh ratarata koefisien tenaga kerja langsung sebesar 0,04. Nilai ini menunjukkan bahwa pada proses produksi keripik pisang rata-rata jumlah hari orang kerja (HOK) yang dibutuhkan untuk mengolah setiap kilogram bahan baku utama pisang adalah 0,04 HOK atau setara dengan 0,32 jam kerja dengan asumsi adalah 8 jam kerja yaitu dimulai dari jam 08.00 sampai pukul 16.00 WIB. Nilai produk merupakan hasil perkalian antara faktor konversi bahan baku utama dengan harga produk. Rata-rata nilai produk yang diperoleh pada kegiatan pengolahan keripik pisang adalah Rp3.359,00, nilai ini menunjukkan jumlah ratarata penerimaan kotor yang dihasilkan dari pengolahan setiap 1 kilogram bahan baku utama pisang. Nilai tersebut dialokasikan untuk bahan baku utama berupa pisang dan sumbangan input lain masing-masing rata-ratanya sebesar Rp1.361,00 per kilogram dan Rp525,00 per kilogram bahan baku. Nilai sumbangan input lain merupakan nilai dari semua korbanan selain bahan baku utama dan tenaga kerja langsung yang terjadi selama proses produksi berlangsung, diperoleh dengan membagi total sumbangan input lain dengan jumlah bahan baku utama yang digunakan. Sumbangan input lain tersebut terdiri dari biaya bahan baku penolong (minyak goreng) serta pembebanan biaya pada sumbangan input lain yang meliputi biaya-biaya penyusutan, biaya kayu bakar, minyak tanah, korek api, plastik, tali raffia, biaya telepon, biaya transportasi, dan biaya sales penjualan. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan pisang menjadi keripik pisang merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku utama dan sumbangan input lain yaitu rata-rata sebesar Rp1.473,00 per kilogram bahan baku utama pisang. Rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 43,87 persen, ini menunjukkan persentase nilai tambah terhadap nilai produk. Persentase tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap Rp100,00 dari nilai produk mendapatkan nilai tambah rata-rata sebesar Rp43,87. Nilai tersebut merupakan nilai yang tercipta dari pengolahan setiap kilogram bahan baku utama pisang menjadi keripik pisang. 9
Nilai tambah yang dihasilkan merupakan nilai tambah kotor karena nilai tambah tersebut masih mengandung bagian untuk pendapatan tenaga kerja langsung. Rata-rata pendapatan tenaga kerja langsung yang diperoleh pada pengolahan keripik pisang adalah sebesar Rp398,00 per kilogram bahan baku utama, menunjukkan jumlah pendapatan yang diterima tenaga kerja langsung untuk kegiatan pengolahan setiap kilogram pisang. Pendapatan tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara rata-rata koefisien tenaga kerja langsung dengan upah ratarata tenaga kerja langsung per Hari Orang Kerja (HOK). Bagian tenaga kerja merupakan besarnya bagian pendapatan tenaga kerja langsung terhadap nilai tambah, dan dinyatakan dalam persentase sebesar 27,01 persen dari besarnya nilai tambah. Nilai 27,01 tersebut menunjukkan bahwa untuk rata-rata setiap Rp100,00 dari nilai tambah, besarnya bagian untuk tenaga kerja langsung adalah Rp27,01. Keuntungan yang diterima oleh rata-rata perajin keripik pisang di Kecamatan Cilongok pada pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah Rp1.075,00, menunjukkan jumlah keuntungan bersih yang diterima oleh perajin keripik pisang dari pengolahan setiap kilogram pisang.
Keuntungan tersebut
merupakan selisih antara nilai tambah dengan pendapatan tenaga kerja langsung. Rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh perajin keripik pisang yaitu 72,99 persen dari nilai produk, menunjukkan bahwa untuk setiap Rp100,00 dari nilai produk maka perajin akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp72,99. Marjin menunjukkan kontribusi faktor-faktor produksi selain bahan baku utama dalam menghasilkan produk. Besarnya margin diperoleh dari selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku utama. Rata-rata balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi yang dilihat dari besarnya marjin yaitu Rp1.998,00. Nilai ini kemudian didistribusikan untuk sumbangan input lain sebesar Rp525,00 atau 26,26 persen, untuk pendapatan tenaga kerja langsung sebesar Rp398,00 atau 19,92 persen, dan untuk keuntungan perajin keripik pisang sebesar Rp1.075,00 atau 53,82 persen dari keseluruhan nilai marjin. Distribusi marjin yang terbesar adalah untuk keuntungan perajin. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pengolahan pisang menjadi keripik pisang yang dilakukan dapat mencapai tingkat keuntungan yang tinggi bagi perajin keripik pisang. Namun nilai ini masih sangat 10
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian serupa di Kabupaten Karanganyar. Nilai tambah keripik pisang di Kecamatan Cilongok dapat ditingkatkan dengan penentuan strategi pemasaran yang tepat, sehingga rasio nilai tambah yang dihasilkan akan lebih besar. Kendala yang dihadapi oleh perajin adalah keterbatasan bahan baku lokal sehingga perajin harus membeli dari luar daerah dengan harga yang lebih mahal. Selain itu nilai jual yang masih rendah yang diakibatkan keterbatasan teknologi dalam proses produksi maupun pengemasan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan keripik pisang mencapai Rp1.473,41 per kilogram dengan rasio nilai tambah 43,87%, nilai ini dapat ditingkatkan dengan penentuan strategi pemasaran yang tepat. 2. Distribusi margin pengolahan terbesar ada pada keuntungan perajin sebesar 53,82%; sumbangan input lain 26,26%; dan Imbalan tenaga kerja langsung 19,92%. B. Saran-saran 1. Perlunya pelatihan bagi perajin mengenai peningkatan teknologi pembuatan kripik pisang 2. Perlunya pembentukan kelompok usaha bersama untuk mempermudah akses pemasaran. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Banyumas. 2010. Banyumas dalam Angka. BPS Kabupaten Banyumas. Diniarti, F. Analisis Agrobisnis Keripik Pisang di Kabupaten Karanganyar. UNS. Surakarta. Hayami, Y., Toshihiko, K., Yoshinori, m., masdjidin, S., 1987. Agricultural Marketing and Processing in upland java, A prospective from Sunda Village. CGPRT. Bogor.
11
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Universitas Jenderal Soedirman yang telah mendanai penelitian ini, (Nomor Kontrak : 1583.01/H23.9/PN/2011 tanggal 31 Maret 2011) 2. Responden yang sudah mau bekerja sama dengan baik sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
12