NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MARKISA (Fassiplora edulis) Aas Asroriah1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Tedi Hartoyo, Ir., M.sc2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Riantin Hikmah Widi, Ir., M.si3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi pengolahan buah markisa menjadi sirup, mengetahui nilai tambah serta keuntungan perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada Agroindusti Markisa Santri Wirausaha (SWARA) di Desa Tanjungmekar Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa deskripsi pengolahan buah markisa menjadi sirup di Industri Rumah Tangga menyangkut beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan pemetikan atau pemanenan buah secara sortasi, pencucian, pengupasan, pemerasan dan penyaringan, perebusan, pencampuran, pendinginan, pengemasan serta pelabelan. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan markisa menjadi sirup adalah sebesar Rp 12.717,5/kg. Keuntungan yang diperoleh pengusaha dari pengolahan markisa menjadi sirup adalah sebesar Rp 11.317,30/kg dengan tingkat keuntungan 88,92 persen. Keuntungan balas jasa terhadap manajemen perusahaan adalah sebesar 44,52 persen. Kata Kunci :Sirup Markisa, Nilai Tambah, Keuntungan
1
ABSTRACT This study aims to determine the processing of marquise into syrup, the value added, and profits of entrepreneur. The method used is case study on Marquise Agroindustry Santri Wirausaha (SWARA) in the Tanjungmekar Village Tanjungkerta Subdistrict Sumedang regency. The results and Discussion indicate that : Description The processing of marquises into syrup in Agroindustry marquise by step the stars picking of marquises by sortasion, washing of fruits, peeling of fruits, distillation, boiling of extract, incorporation of other materials, packing and labeling of syrup. Value added obtained from the processing of Marquises into Syrup Marquise is Rp 12.717,50/kg. Profit that gains by the entrepreneur from the processing of marquises into Syrup marquise is Rp 11.317,30/kg and with the profit level is 88,92 persen. Fringe benefits to the companys management is 44,52 percent. Keyword :Marquise Syrup, Added Value, Profit PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki potensi besar dalam hal perkembangan pertanian. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah hortikultura. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan dalam hal produksi (Henning Pury Asanti, 2011). Sektor pertanian juga merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional. Selain memberikan sumbangan yang besar dalam perekonomian nasional, sektor pertanian juga berperan secara signifikan dalam penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan nasional. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Dari keempat subsektor tersebut, hortikultura merupakan salah satu subsektor yang mempunyai peran penting dalam sektor pertanian. Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mana perkembangannya masih didominasi oleh pertanian, khususnya tanaman pangan padi. Selain padi, produk unggulan lainnya adalah jagung, pisang, kacang gondolo, kencur, dan jeruk. Kondisi tanahnya yang berbukit-bukit bisa dimanfaatkan menjadi lahan tanaman
2
obat-obatan sekaligus wisata kesehatan. Akan tetapi, di Kabupaten Sumedang ini belum banyak terdapat budidaya tanaman markisa karena masyarakat belum memahami manfaat buah markisa bagi kesehatan. Tanaman markisa itu sendiri berasal dari daerah tropis Amerika selatan. Termasuk di Indonesia, daerah produsen markisa masih terpusat di beberapa Kabupaten, antara lain Kabupaten Gowa, Polewali-Mamasa, Enrekang, dan Tana Toraja (Sulawesi Selatan), serta Kabupaten Karo (Sumatra Utara). Markisa merupakan tumbuhan semak atau pohon yang hidup menahun (parennial) dan bersifat merambat atau menjalar hingga sepanjang 20 m atau lebih. Batang tanaman berkayu tipis, bersulur, dan memiliki banyak percabangan yang kadang-kadang tumbuh tumpang tindih (H. Rahmat Rukmana, 2003). Buah markisa sudah banyak dibudidayakan di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Manfaat buah markisa sudah tidak diragukan lagi dan inilah yang menjadikan buah markisa memiliki nilai komersial yang tinggi. Markisa memang sangat banyak memiliki manfaat dan khasiat untuk kesehatan karena kandungan nutrisinya dan manfaat buah markisa yang berkhasiat sebagai pereda nyeri, anti-kejang, dan anti radang. Gangguan seperti sembelit (susah buang air bersih), disentri, insomnia (susah tidur), batuk, mencegah dan mengobati hipertensi (darah tinggi), melancarkan asi, menurunkan kolestrol, melancarkan peredaran darah dan menjaga kebugaran tubuh (Syafiuddin, 2013). Buah markisa biasanya kurang banyak disukai masyarakat bila dikonsumsi dalam keadaan segar. Disamping rasa buahnya yang masam, juga masyarakat kurang berminat dalam membudidayakan buah markisa, karena belum banyak mengetahui khasiat serta manfaat buah markisa itu sendiri. Padahal buah markisa bila dikonsumsi dalam keadaan segar, sangat cocok bagi yang membutuhkan asupan vitamin C yang tinggi, terutama bagi penderita sariawan, dan flu (Jauharulali, 2012). Permintaan terhadap produk olahan buah pada saat ini mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan perubahan perilaku masyarakat modern yang menyukai mengkonsumsi masa kadaluarsa yang lebih lama dari buah segar. Kecenderungan masyarakat mengkonsumsi buah dalam keadaan praktis menjadikan buah perlu pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk olahan seperti buah dalam kaleng, minuman sari buah, manisan
3
buah, selai, kripik, dodol, dan produk olahan buah lainnya. Salah satunya adalah mengolah buah markisa menjadi sirup buah. Pengolahan lebih lanjut ini meningkatkan nilai tambah buah markisa itu sendiri yaitu untuk meningkatkan keawetan buah markisa itu sehingga layak dikonsumsi dan memanfatkan buah markisa agar memperoleh nilai jual yang tinggi dipasaran (Henning Pury Asanti, 2011). Nilai jual sirup markisa yang cukup tinggi di pasaran, dapat menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh petani produsen menjadi semakin tinggi. Terdapat industri kecil pengolahan markisa menjadi sirup di Desa Tanjungmekar, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang. Industri ini didirikan pada bulan September 2012 dengan nama industri pengolahan Santri Wirausaha (SWARA). Pengolahan sirup markisa dimulai dengan memproduksi sendiri tanaman buah markisa, pengelohan serta pengemasan sirup hingga memasarkan sirup markisa tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai deskripsi pengolahan dan berapa besar nilai tambah serta berapa besar keuntungan yang diperoleh pengusaha dari pengolahan markisa menjadi sirup di industri kecil SWARA (Santri Wirausaha) Kabupaten Sumedang. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada Industri Kecil Pengolah Buah Markisa SWARA (Santri Wirausaha) di Desa Tanjungmekar, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang. Objek penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa UKM tersebut merupakan salah satu UKM yang mengembangkan usaha pengolahan markisa secara kontinyu di Kabupaten Sumedang. Jenis dan teknik pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini, terdiri dari: data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi.
4
Cara perhitungan menggunakan nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami adalah sebagai berikut : Tabel 1. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami. Variabel
Nilai
I.Output, Input dan Harga 1.Output (kg) 2.Input (kg) 3.Tenaga Kerja (JKO) 4.Faktor Konversi 5.Koefisien Tenaga Kerja (JKO/kg) 6.Harga output (Rp/kg) 7.Upah Tenaga Kerja (Rp/kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
II.Penerimaan dan Keuntungan 8.Harga bahan baku (Rp/kg) 9.Sumbangan input lain (Rp/kg) 10.Nilai Output (Rp/kg) 11.a.Nilai Tambah (Rp/kg) b.Rasio Nilai Tambah (%) 12.a.Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) b.Pangsa Tenaga Kerja (%) 13.a.Keuntungan (Rp/kg) b.Tingkat Keuntungan (%)
(8) (9) (10) = (4)x(6) (11a) = (10)-(9)-(8) (11b) = (11a/10) x 100% (12a) = (5)x(7) (12b) = (12a /11a) x100% (13a) = (11a) - (12a) (13b) = (13a/11a) x 100%
III.Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14.Marjin (Rp/kg) a.Pendapatan tenaga kerja (%) b.Sumbangan Input Lain (%) c.Keuntungan perusahaan (%)
(14) = (10) – (8) (14a) = (12a/14) x 100% (14b) = (9/14) x 100% (14c) = (13a/14) x 100%
= (1)/(2) = (3)/(2)
Sumber: Armand Sudiyono (2004)
HASIL DAN PEMBAHASAN Petani yang dijadikan sebagai responden adalah petani yang membudidayakan buah markisa menjadi sirup halabhab yang sedang laktasi atau sedang mengolah sirup secara kontinyu, serta sebagai produsen baik dalam pengolahan sirup maupun membudidayakan sendiri buah markisa tersebut. Indikator yang digunakan dalam mengidentifikasi responden adalah umur, pendidikan, pengalaman usaha, dan tanggungan keluarga. Umur responden pemilik agroindustri markisa adalah 38 tahun. Usia responden ini sesuai dengan pendapat Said Rusli (1995), bahwa penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 sampai 64 tahun. Pada usia ini petani masih memungkinkan untuk dapat
5
menerima inovasi baru yang akan membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan petani. Tingkat pendidikan formal petani responden tentunya mempengaruhi keadaan perilaku yang terdiri dari pengetahuan, sikap serta keterampilan petani dalam mengelola usahanya termasuk pada usaha pengolahan buah markisa menjadi sirup. Perilaku berusaha petani responden banyak berasal dari pengalaman petani itu sendiri. Tingkat pendidikan formal yang dicapai oleh petani responden adalah sedang melanjutkan S-2 jurusan Bahasa Arab di Universitas Indonesia Negeri (UIN) Jakarta. Pengalaman responden dalam usaha buah markisa menjadi sirup halabhab yang didirikan pada bulan September 2012. Jika dilihat dari pengalaman selama satu tahun ini, menjadikan petani banyak hal atau pengalaman yang didapat. Tingkat pengalaman berusaha seseorang (petani) merupakan faktor yang sangat penting. Semakin banyaknya tanggungan keluarga berarti semakin banyak atau semakin besar yang harus ditanggung keluarga. Jumlah tanggungan keluarga adalah beban bagi responden sebagai kepala rumah tangga. Tanggungan keluarga berkaitan dengan besarnya pengeluaran per bulan yang harus disediakan. Namun responden disini belum memiliki istri ataupun anak (lajang). Responden disini bertindak sebagai manager pemasaran dan administrasi keuangan sekaligus manager produksi. Proses Pengolahan Agroindustri Sirup Markisa Santri Wirausaha (SWARA) merupakan salah satu Agroindustri yang mengolah buah markisa menjadi minuman yaitu sirup halabhab. Pengolahan itu sendiri merupakan suatu proses mengubah bahan mentah menjadi bentuk lain untuk dikonsumsi baik makanan ataupun minuman, yang diproduksi oleh industri pengolahan tersebut. Pengolahan markisa yang dibudidayakan sendiri oleh petani sebagai produsen, yang mana mengolah buah markisa menjadi sirup, dimulai dengan memanen buah markisa sebanyak 20 kg dalam satu kali proses produksi.
6
Adapun Langkah-langkah Pengolahan buah markisa menjadi sirup dapat dilihat pada gambar berikut ini : Pemetikan buah secara sortasi
Pencucian
Perebusan Pengelupasan biji Pemerasan dan Penyaringan Pencampuran Pendinginan Pengemasan Pelabelan
Gambar 1. Tahapan Pengolahan Buah Markisa Menjadi Sirup
Nilai Tambah Agroindustri Sirup Markisa Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang terdapat pada buah markisa yang diolah menjadi sirup. Dalam penelitian ini, peneliti mengkonversikan output yang dihasilkan menjadi satuan kilogram, untuk memudahkan dalam proses perhitungan akhir yang disesuaikan dengan alat analisis yang dipakai. Besarnya nilai tambah untuk satu kali proses produksi, dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
7
Tabel 2. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sirup Markisa Variabel I.Output, Input dan Harga 1.Output (kg) 2.Input (kg) 3.Tenaga Kerja (JKO) 4.Faktor Konversi 5.Koefisien Tenaga Kerja (JKO/kg) 6.Harga output (Rp/kg) 7.Upah Tenaga Kerja (Rp/kg) II.Penerimaan dan Keuntungan 8.Harga bahan baku (Rp/kg) 9.Sumbangan input lain (Rp/kg) 10.Nilai Output (Rp/kg) 11.a.Nilai Tambah (Rp/kg) b.Rasio Nilai Tambah (%) 12.a.Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) b.Pangsa Tenaga Kerja (%) 13.a.Keuntungan (Rp/kg) b.Tingkat Keuntungan (%) III.Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14.Marjin (Rp/kg) a.Pendapatan tenaga kerja (%) b.Sumbangan Input Lain (%) c.Keuntungan perusahaan (%)
Nilai 18,57 20,00 16,00 0,93 0,80 29.750,00 1.750,13 2.250,00 12.700,00 27.667,50 12.717,50 45,97 1.400,10 11,01 11.317,30 88,99 25.417,50 5,51 49,97 44,52
Sumber : Data Primer diolah, 2013
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel diatas, dengan rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4, menunjukan bahwa penggunaan bahan baku berupa buah markis dalam proses pembuatan sirup markisa pada agroindustri SWARA (Santri Wirausaha) ialah sebanyak 20 kg per proses produksi menghasilkan sirup sebanyak 18,57 kg. Nilai faktor konversi yaitu perbandingan antara output dengan input menunjukan bahwa setiap penggunaan satu kilogram buah markisa mampu menghasilkan 0,93 kg sirup markisa. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan markisa menjadi sirup sebesar Rp 12.717,50/kg. Perhitungan balas jasa bagi pemilik faktor produksi (marjin) dari pengolahan sirup markisa diperoleh sebesar Rp 25.417,50/kg, yang terbagi pada 3 komponen yaitu
8
pendapatan tenaga kerja sebesar 5,51 persen, sumbangan input lain sebesar 49,97 persen dan keuntungan sebesar 44,52 persen. Keuntungan Pengusaha Keuntungan yang diperoleh pengusaha dari pengolahan markisa menjadi sirup sebesar Rp 11.317,30/kg dengan tingkat keuntungan 88,92 persen. Keuntungan balas jasa terhadap manajemen perusahaan adalah sebesar 44,52 persen. Keuntungan tersebut dihasilkan dari penggunaan input/ bahan baku buah markisa sebanyak 20 kg. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Deskripsi cara pengolahan buah markisa menjadi sirup halabhab di Agroindustri markisa menyangkut beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan pemetikan atau pemanenan
buah secara sortasi,
pencucian,
pengupasan,
pemerasan
dan
penyaringan, perebusan, pencampuran, pedinginan, pengemasan serta pelabelan. 2) Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan markisa menjadi sirup adalah sebesar Rp 12.717,5/kg. 3) Keuntungan yang diperoleh pengusaha dari pengolahan markisa menjadi sirup sebesar Rp 11.317,30/kg dengan tingkat keuntungan 88,92 persen. Keuntungan balas jasa terhadap manajemen perusahaan adalah sebesar 44,52 persen. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disarankan untuk agroindustri Santri Wirausaha (SWARA) sebagai berikut : 1) Industri pengolahan sirup markisa oleh petani responden di agroindustri SWARA ini, sebaiknya dilakukan promosi ke tempat-tempat yang sudah umum didatangi oleh konsumen yang sudah mempunyai pemasaran yang lebih maju, agar sirup ini dapat bersaing dengan merk sirup yang lain dengan memperluas pemasarannya. Serta sebaiknya sirup markisa ini dapat lebih memperluas lagi skala usahanya.
9
2) Sebaiknya agroindustri pengolahan buah markisa menjadi sirup ini dalam memproduksi sirup markisa agar memperbanyak input/bahan baku supaya dapat mengolah diversifikasi produk olahan makanan atau minuman lainnya, diantaranya seperti diolah menjadi selai markisa, dodol markisa dan lain-lain. 3) Pemeritah khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, sebagai bahan referensi pengembangan usaha agar dapat dikembangkan di Kabupaten Sumedang karena usaha ini mampu memberikan keuntungan bagi pengelola atau perusahaan Industri Rumah Tangga pengolahan sirup markisa. DAFTAR PUSTAKA Armand Sudiyono. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. H. Rahmat Rukmana. 2003. Usahatani Markisa. Penerbit Kartesius. Yogyakarta. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, dan Masdjidin S. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A prospectif From A Sunda Village. Bogor. Henning Pury Asanti. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Buah. Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi. Tidak dipublikasikan. I
Gusti Udayana. 2011. Peran Agroindustri dalam Pembangunan Pertanian. http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/SHD/article/download/18/20. Diakses 28 Juni 2013.
Jauharulali. 2012. Menikmati Segarnya Buah Markisa. http:// epetani.deptan.go.id budidaya-markisa-yang-dapat-menguntungkan-3545. Diakses 11 Juni 2013. Moehar Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Bumi Aksara. Jakarta. Muslimin Nasution. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri. IPB Press. Bogor. Philip Kotler. 2001. Manajemen Pemasaran. PT Prehallindo. Jakarta. Profil Desa Tanjungmekar. 2013. Kabupaten Sumedang. Renie Connie. 2008. Analisis Pendapatan dan Titik Impas Usahatani Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Trisno Insan Mandiri Mushroom Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Tidak dipublikasikan. 10
Said Rusli. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Syafiuddin. 2013. Khasiat Markisa. http://syafiuddinppq.blogspot.com/. Diakses 05 Juni 2013. T. Riyan Hidayat. 2009. Analisis Nilai Tambah Pisang Awak dan Distribusinya pada Perusahaan “Na Raseuki” dan “Berkah” di Kabupaten Bireun Pemerintahan Aceh. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Zulkifli. 2012. Pendapatan dan Analisis Nilai Tambah pada Agroindustri Keripik Ubi di Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara. Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh. Skripsi. Dipublikasikan.
11