NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected]
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected]
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Email
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui b esarnya nilai tambah agroindustri susu kedelai di Kota Tasikmalaya dan bagaimana dampak perubahan harga bahan baku t erhadap nilai tambah agroindustri susu kedelai di Kota Tasikmalaya. Tempat penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, pada seorang pengusaha agroindustri susu kedel ai di Kelurahan Kahuripan Kec amatan Tawang Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Agroindustri pengolahan kedelai menjadi susu kedelai mampu menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 27.600/kg. Rasio nilai tambah yang dimiliki yaitu 71 perse n. Keuntungan yang diperoleh dari pengolahan kedelai menjadi susu kedelai sebesar Rp 2 7.100/kg. (2) Dampak perubahan harga bahan baku terhadap nilai tambah agroindustri susu kedelai tidak sensiif hal ini dikarenakan harga jual output yang tinggi.
Kata Kunci : Nilai Tambah, Kedelai, Agroindustri Susu Kedelai.
1
ABSTRACT This study aims to determ ine the value added, operator income and labor absorption of soybean processing into soybean milk in Tasikmalaya City and what is the effect of the raw mat erials changing to the value added of the agroindustry of the soybean milk in the Tasikmalaya city . The research was held in Kahuripan Village of Tawang Subdistrict of Tasikmalaya City. The method used is case study, that was a businessman of the agroindustry of the soybean milk in Kahuripan Village of Tawang Subdistrict of Tasikmalaya City. The study indicate : (1) The value added obtained from the processing of soybean into soybean milk is Rp 27.600/kg. (2) The changing effect of input to the value added of soybean milk agroindustry was not sensitive. It was because the selling price was high. Key Word : Value added, Soybean, Agroindustry of soybean milk. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang memiliki karakteristik laju pertumbuhan penduduk yang pesat, jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sekitar 230 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun (Sudibyo Alimoeso, 2013). Peningkatan jumlah penduduk ini berpengaruh pada peningkatan permintaan atau kebutuhan akan pangan (Merika, 2008). Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan Indonesia yang sudah tidak asing lagi dan sangat digemari oleh mayoritas masyarakat di Indonesia. Hal ini karena selain mempunyai aroma dan rasa yang khas, kedelai juga mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. Hasil pertanian kedelai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Konsumsi kedelai di Indonesia dalam setahun mencapai 2,25 juta ton, sementara jumlah produksi nasional hanya mampu memasok kebutuhan kedelai sekitar 779 ribu ton. Kekurangan pasokan sekitar 1,4 juta ton, ditutup dengan kedelai impor (Gita Wirjawan, 2013). Hal ini disebabkan berkurangnya luas panen yang terjadi di Indonesia. Kedelai yang didatangkan secara impor banyak digunakan sebagai bahan baku utama pada usaha agroindustri olahan produk pertanian, salah satunya seperti serbuk kedelai yang berada di Kota Tasikmalaya.
2
Besarnya impor kedelai yang terjadi di Kota Tasikmalaya pada akhirnya berpengaruh terhadap faktor ekonomi dalam hal harga bahan baku. Denga
n
adanya agroindustri yang mengubah bentuk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih
tinggi dan keuntungannya lebih besar bila
dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan Berdasarkan uraian diatas sebagai berikut : (1)
maka dapat diajukan identif
Berapa nilai tambah agroindustri serbu
ikasi masalah k kedelai, (2)
bagaimana dampak perubahan harga bahan baku terhadap nilai tambah industri serbuk kedelai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) nilai tambah agroindustri susu kedelai , (2) d ampak perubahan harga bahan baku terhadap nilai tambah agroindustri susu kedelai. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada seorang pengusaha agroindustri susu kedelai di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya, dengan pertimbangan bahwa pengusaha tersebut merupakan satu -satunya pengusaha yang kedelai di Kota Tasikmalaya dan
bergerak dalam usaha susu
sampai saat ini masih melakukan usahanya
secara aktif dan kontinyu. Suharsimi Arikunto (2006) menyatakan bahwa penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan terinci dan mendalam terhadap suatu lembaga atau gejala tertentu. dilaksanakan mulai bulan April 2014 sampai September 2014.
secara intensif Penelitian ini Sedangkan data
yang dikumpulkan terdiri atas : (1) d ata primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan kuisioner dan wawancara kepada responden. (2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka, dokumen dari berbagai lembaga atau instansi terkait.
Adapun kerangka analisis yang dipakai
dalam penelitian ini yaitu : ( 1) Nilai tambah, perhitungan nilai tambah dilakuka n dengan tabel bantu Hayami, 1987 . (2) Sensitivity a nalisis, d alam penelitian ini akan dilakukan Sensitivity Analisis (Analisis Kepekaan) bila terjadi kenaikan harga kedelai sebesar 36 persen. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 3
Agroindustri ini berdiri sejak tahun 1996, dilakukan atas usaha sendiri dan sampai saat ini berhasil dalam mengembangkan usahanya, dan usahanya masih aktif serta kontinyu dalam melakukan usahanya. Pada tahun 2000 mulai dibuatkan ijin usaha secara resmi dan mendapat No PIRT 315327801162. Agroindustri susu kedelai ini berlokasi di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah keseluruhan 270 hektar. Lokasi pabrik tempat pembuatan susu kedelai ini cuk
up strategis
karena dekat dengan pusat kota dan pasar Cikurubuk, dimana tempat memperoleh sumber bahan baku yang hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit. Selain tempat yang cukup strategis, sarana transportasi menuju pabrik atau tempat produksi terjangkau, dan dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum. Responden dalam penelitian ini bernama Elisabeth A Maureen, berusia 45 tahun yang tergolong ke dalam usia produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Said Rusli (1984), menyatakan bahwa batasan menge
nai usia produktif adalah
penduduk yang berusia antara 15 sampai dengan 64 tahun. Pengusaha agroindustri susu kedelai di daerah penelitian menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku utama dalam kegiatan produksinya diperoleh dari Toko Surya di pasar
yang
Cikurubuk Kota Tasikmalaya. Hal ini
dikarenakan mutu kedelai impor lebih baik dan lebih mudah didapat dibandingkan kedelai lokal. Tenaga kerja pada agroindustri susu kedelai ini termasuk kedalam tenaga kerja terlatih dan luar keluarga, yang terdiri dari 6
orang semuanya perempuan
yang berumur berkisar antara 27 sampai 40 tahun. Tenaga kerja memiliki peranan penting dalam kegiatan agroindustri ini karena hampir keseluruhan proses pengolahan membutuhkan tenaga kerja. Pemasaran agroindustri susu kedelai ini d
ipasarkan melalui distributor,
kemudian disalurkan ke pedagang pengecer lalu kepada konsumen. Adapun lokasi pemasaran susu kedelai yang berada di daerah Tasikmalaya antara lain kebeberapa swalayan, mini market dan apotek. Semua pemasaran yang dilakukan di
dalam
Kota Tasikmalaya dilakukan secara langsung oleh responden. Selain di daerah Kota Tasikmalaya pemasaran susu kedelai ini juga mencakup ke beberapa daerah di luar Kota seperti wilayah Priangan Timur, Jawa Tengah, Palembang dan 4
Kalimantan. Sistem pembay aran yang digunakan dalam pemasaran produk agroindustri susu kedelai dilakukan secara tunai. Berikut adalah penjelasan dari proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian: a.
Pencucian
b.
Sangrai
c.
Tapis
d.
Penggilingan
e.
Pengemasan
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Tambah Agroindustri Susu Kedelai Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari pengolahan kedelai menjadi susu kedelai.
Dalam penelitian ini, peneliti
mengkonversikan output yang dihasilkan menjadi satuan kilogram, untuk memudahkan dalam proses perhitungan akhir yang disesuaikan dengan alat analisis yang dipakai. Berdasarkan hasil analisis nilai tam bah pada Tabel 1 , menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku dalam satu kali proses produksi susu kedelai adalah 512 kilogram dan
menghasilkan susu kedelai sebanyak 460 kilogram dengan
penyusutan 10 persen dari total input bahan baku. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian rata-rata harga
output per
kilogram dengan faktor konversi. Nilai output pada agroindustri susu kedelai ini yaitu s ebesar Rp 39.000 per kilogram. Nilai
output tersebut memberikan nilai
tambah sebesar Rp 27.600 per kilogram, dengan rasio nilai tambah 71 persen. Nilai ini dapat diartikan bahwa sebesar 71 persen merupakan nilai tambah dari pengolahan produk. Pendapatan te naga kerja yang merupakan perkalian dari koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja per JKO adalah sebesar Rp 500 per kilogram, dan pangsa tenaga kerja sebesar 2 persen. Hal ini menunjukkan 2 persen dari nilai tambah merupakan pendapatan yang diterim
a oleh tenaga kerja. Dari hasil
perhitungan diperoleh rata-rata upah untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp 5.000 per JKO. Bila dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) di Kota 5
Tasikmalaya sebesar Rp 6.000,00 per jam, maka upah tenaga kerja pada agroindustri susu kedelai ini dibawah UMR yang berlaku di Kota Tasikmalaya. Tabel 1 . Nilai Tambah Pengolahan Kedelai menjadi Susu Kedelai per Satu Kali Proses Produksi. No Variabel Satuan Nilai Susu Kedelai Output, Input, Harga 1 Output Kg 460 2 Input Kg 512 3 Tenaga Kerja JKO 69 4 Faktor Konversi 0,9 5 Koefisien Tenaga Kerja JKO/kg 0,1 6 Harga Output Rp/kg 43.300 7 Upah Tenaga Kerja Rp/JKO 5.000 Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku Rp/kg 8.900 9 Harga Input Lain Rp/kg 2500 10 Nilai Output Rp/kg 39.000 11a Nilai Tambah Rp/kg 27.600 11b Rasio Nilai Tambah % 71 12a Pendapatan Tenaga Kerja Rp/kg 500 12b Pangsa Tenaga Kerja % 2 13a Keuntungan Rp/kg 27.100 13b Rasio Keuntungan % 69 14 Margin Rp/kg 30.100 *Pendapatan Tk langsung % 2 *Sumbangan Input Lain % 8 *Keuntungan Pengusaha % 90 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
Dampak Perubahan Harga Bahan Baku Terhadap Nilai Tambah Agroindustri Susu Kedelai. Analisis Break Even Point atau titik impas dilakukan untuk m engetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, juga laba atau rugi. Hasil penjualan yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan sehingga perusahaan tidak memp eroleh keuntungan. Pada titik impas ini keseluruhan hasil penjualan setelah dikurangi dengan keseluruhan biaya variabel, hanya cukup untuk menutup keseluruhan biaya tetap saja, tidak terdapat sisa yang merupakan keuntungan (Merika, 2008). Pada analisis in
i BEP ( Break Even Point) atau titik impas
dilakukan untuk mengetahui BEP nilai tambah dan diasumsikan semua biaya sama kecuali biaya harga bahan baku yaitu kedelai. Jadi pada saat harga kedelai mencapai titik impas atau BEP nilai tambah yang diperoleh sebesar 0. 6
Analisis sensitivitas diperlukan untuk melihat seberapa besar dampak yang ditimbulkan apabila terjadi perubahan pada variabel tertentu pada agroindustri susu kedelai. Perubahan yang terjadi tentu akan berpengaruh pada hasil analisis nilai tambah yan g dimiliki agroindustri tersebut. Analisis Sensitivitas yang dilakukan yaitu dengan menaikan harga input kedelai sebesar 36 persen. Hal ini didasarkan pada pertimbangan di daerah penelitian pernah terjadi kenaikan harga kedelai dari Rp 7.000 per kilogram menjadi Rp 9.500 per kilogram. Kenaikan harga input kedelai sebesar 36 persen tentu berpengaruh pada besarnya Nilai tambah yang diperoleh pengusaha pada saat terjadi kenaikan harga kedelai sebesar 36 persen mengalami penurunan sebesar 11 persen yaitu dari
Rp
27.600 menjadi Rp 24.400 per kilogram, dengan rasio nilai tambah dari 71 persen menjadi 62 persen, sebagai mana dapat dilihat pada Tabel 2. Pada saat terjadi kenaikan harga kedelai menunjukkan bahwa hal ini tidak sensitif, karena masih menghasilkan nilai tambah yang besar dan keuntungan bagi pemilik perusahaan agroindustri susu kedelai. Hal ini terjadi karena nilai output yang dikeluarkan oleh perusahaan agroindustri susu kedelai tinggi, berbeda dengan pengusaha agroindustri tempe dan tahu nilai output yang dikeluarkan tidak setinggi susu kedelai walaupun berbahan baku sama. Titik impas atau BEP (Break Even Point) dari agroindustri susu kedelai ini terjadi pada saat harga bahan baku sebesar Rp 36.500 per kilogram. Pada saat harga kedelai mencapai titik impas atau BEP sebesar Rp 36.500 nilai tambah yang diperoleh adalah 0. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikkan harga bahan baku kedelai sampai berada pada harga Rp 36.500 per kilogram maka perusahaan sudah tidak layak secara finansil. Walaupun b esarnya keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh dari agroindustri susu kedelai ini namun perusahaan tidak dapat meningkatkan kapasitas produksinya, hal ini trejadi karena : a.
Kebutuhan akan susu kedelai sangat terbatas tidak seperti tempe dan tahu.
b.
Susu k edelai rata-rata dikonsumsi untuk para lanjut usia tidak semua orang mengkonsumsi susu kedelai.
c.
Adanya pesaing yang menjadi kompetitor bagi pengusaha agroindustri susu kedelai. 7
Tabel 2 . Nilai Tambah Pengolahan Kedelai menjadi Susu Kedelai dengan Kenaikan Harga Bahan Baku Sebesar 36 persen dan Harga Bahan Baku pada Titik BEP. No Variabel Satuan Kedelai naik Titik BEP 36 % Kedelai Output, Input, Harga 1 Output Kg 460 460 2 Input Kg 512 512 3 Tenaga Kerja Jko 69 69 4 Faktor Konversi 0,9 0,9 5 Koefisien Tenaga Kerja Jko/kg 0,1 0,1 6 Harga Output Rp/kg 43.300 43.300 7 Upah Tenaga Kerja Rp/Jko 5.000 5.000 Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku Rp/kg 12.100 36.500 9 Harga Input Lain Rp/kg 2.500 2.500 10 Nilai Output Rp/kg 39.000 39.000 11a Nilai Tambah Rp/kg 24.400 0 11b Rasio Nilai Tambah % 62 0 12a Pendapatan Tenaga Kerja Rp/kg 500 500 12b Pangsa Tenaga Kerja % 2 13a Keuntungan Rp/kg 23.900 -500 13b Rasio Keuntungan % 61 -1 14 Margin Rp/kg 26.900 2.500 *Pendapatan Tk langsung % 2 20 *Sumbangan Input Lain % 10 100 *Keuntungan Pengusaha % 89 -20 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Nilai tambah yang diperole h dari pengolahan kedelai menjadi susu kedelai sebesar Rp 27.600 per kilogram. 2) Dampak perubahan harga bahan baku terhadap nilai tambah agroindustri susu kedelai tidak sensiif hal ini dikarenakan harga jual output yang tinggi. SARAN Berdasarkan hasil peneli tian dan pembahasan maka dapat disarankan sebagai berikut : 1) Mengingat keuntungan usaha dari agroindustri susu kedelai tinggi serta adanya ketersediaan bahan baku di wilayah tersebut maka usaha ini harus
8
dikembangkan menjadi usaha yang lebih besar mencakup
pemasaran di
seluruh provinsi di Indonesia. 2) Melihat upah tenaga kerja belum memadai dibandingkan dengan UMR di Kota Tasikmalaya, upah yang selama ini berlaku di perusahaan maka harus dinaikkan agar sebanding dengan UMR yang berlaku dan pekerjaan yang dijalani oleh tenaga kerja. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai, maka pemerintah memberikan insentif melalui kebijakan harga ditingkat petani penetapan Harga Beli Petani (HBP).
dalam bentuk
Sehingga petani akan terdorong untuk
menanam kedelai dan produksi kedelai diharapkan akan ada peningkatan. DAFTAR PUSTAKA Gita Wirjawan. 2013. Setkab.go.id/en/artikel-10045-.html. Diakses pada : Rabu, 30 April 2014, 09.15 WIB Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, dan Masdjidin S. 1987. Agricultural Marketing an d Processing in Upland Java. A prospectif From A Sunda Village. Bogor. Merika. 2008. Analisis Nilai Tambah dan Daya Saing Serta Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Industri Tempe di Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Said Rusli. 19 84. Pengantar Ilmu Kependudukan , Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ( LP3ES). Jakarta. Sudibyo Alimoeso. 2013. M.liputan6.com/health/read/521272/bkkbn-tahun-inipenduduk-indonesia-capai-250-juta-jiwa. Diakses pada : Senin, 12 Mei 2014, 21.09 WIB. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
9