AKTIVITAS EKSTRAK DAUN BIDARA LAUT (Strychnos ligustrina BI)
TERHADAP BAKTERI Escherrichia coli
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH UMULLIANA NIM 12.044
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2015
AKTIVITASDAUN BIDARA LAUT (Strychnos ligustrina BI)
TERHADAP BAKTERI Escherrichia coli
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang Untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam menyelesaikan D-3 bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH
UMULLIANA
NIM 12.044
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2015
HALAMAN PERSEMBAHAN
Berjuta impian terbentang dalam benakku, berjuta cita dan harapan ingin ku raih dan ku persembahkan untuk mu dan orang-orang terkasih disekitarku. Hari ini langkah ku takkan indah tanpa cahaya dan ridho mu ya allah, begitu pula hidupku takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya selalu dalam dekapanmu. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangatku kasihi dan kusayangi. Mama dan Papaku sayang Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersebahkan karya kecil ini kepada mama dan papa yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih yang tiada terhingga dan tiada mungkin kubalas dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat mama dan papa bahagia karena ku sadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk mama dan papa yang selalu memotivasi, dan banyak berkorban moril dan materi demi anakmu, pengorbananmu dan kasih sayangmu tidak akan pernah ku lupakan. Untuk kakak dan adik-adikku tersayang, kalian adalah semangat dalam hidupku.Semoga kita tetap saling menyayangi dan mencintai serta menjadi anak yang bisa dan selalu membuat papa-mama bangga.
dosen pembimbing, terimakasih atas bimbingan pengarahan serta saransaran selama ini sehingga KTI saya selesai dengan baik. Untuk para dosen-dosenku di Akademi Analis Farmasi Dan Makanan, terimakasih atas bimbingan, ilmu serta kesabarannya dalam mengajari kami selama ini. Teman-teman seangkatan Terima kasih banyak untuk bantuan dan kerja samanya selama ini …. Serta semua pihak yang sudah membantu selama penyelesaian Tugas Akhir ini…
UMULLIANA
ABSTRAK
Umulliana. 2015. Aktivitas ekstrak daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) terhadap bakteri Escherrichia coli. Karya tulis Ilmiah.Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing: Dra. Wigang Solandjari. Kata kunci : Antibakteri. Ekstrak daun bidara laut, difusi, Escherrichia coli.
Bidara laut (Strychnos ligustrina BI) merupakan salah satu tumbuhan yang bagian daunnya dapat digunakan sebagai obat diare karena mengandung senyawa tanin. Salah satu penyebab diare adalah bakteri Escherrichia coli. Bakteri terbentuk gram negative yang berbentuk batang dan termasuk dalam family Enterobacteriacaee. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) terhadap Escherrichia coli dan mengetahui pengaruh ekstrak daun bidara laut dengan konsentrasi 10%,20%, 30% berdasarkan penelitian sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Mikrobiologi dan Laboratorium Farmakognosi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi dengan konsentrasi 10 %, 20 %,30 %. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis data one way anova dengan melakukan uji perbedaan konsentrasi 10%, 20%, 30% didapatkan hasil 0,078 ( 0,078 > 0,05 ) kesimpulan dari penelitian ini daun bidara laut memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherrichia coli.
i
ii
ABSTRACT
Umulliana. 2015. Activity leaf extract bidara laut (Strychnos ligustrina BI) against Escherrichia coli bacteria. Scientific paper. Academy of Food and Pharmacy Analys Putra Indonesia Malang. Supervisor by Dra. Wigang Solandjari. Keywords: Antibacterial, leaf extract bidara laut, difusi, Escherrichia coli Bidara Laut (Strychnos ligustrina BI) is one of the plants that the leaves can be used asdrugdiarrhea because it contains tannin. One cause is diarrheabacteria escherrichia coli. Bacteriaformed gram negative rod-shaped and are included infamily Enterobacteriaceae.For the purpose of this study was to determine the antibacterial activity of the leaf extract bidara laut (Strychnos ligustrina BI) to Escherrichia coli and determine the effect of leaf extract bidara laut with a concentration of 10%, 20%, 30%, based on previous research. This research was conducted at the Laboratory of Microbiology and Laboratory Analyst Farmakognosi Academy of Pharmacy and Food Putra Indonesia Malang. The method used in this study is the diffusion method with a concentration of 10%, 20%, 30%. The results using one-way ANOVA data analysis to test differences in concentrations of 10%, 20%, 30% showed 0, 078 (0, 078> 0.05) conclusions from this study leaf have antibacterial activity against Escherrichia coli.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Aktivitas antibakteri ekstrak bidara laut(Strychnos ligustrina BI) terhadap bakteri escherricia coli” ini tepat pada waktunya. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program D-3 di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan dengan terselesaikannya karya tulis ilmiah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut. 1. Ibu Dra. Wigang Solandjari selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang 2. Ibu Dra. Wigang Solandjari. Selaku Dosen Bimbingan KTI 3. Ibu Dr. Misgiati., A.Md., M.Pd Selaku Dosen Penguji 4. Ibu Ria Dewi Andriani S. Pt., M. Sc Selaku Dosen Penguji 5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang beserta staf 6. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan secara spiritual materil serta restunya dalam menuntut ilmu. 7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung/ tak langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, saran-saran akan sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.
Malang,
Penulis
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK. .................................................................................................................................... …i ABSTRACT.................................................................................................................................. …ii KATA PENGANTAR ................................................................................................................. …iii DAFTAR ISI............................................................................................................................... ….iv DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 5 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .................................................................... 6 1.6. Definisi istilah ................................................................................................................. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 7 2.1. Tumbuhan bidara laut ...................................................................................................... 7 2.2. Tinjauan kandungan kimia ............................................................................................... 8 2.3. Kegunaan dan khasiat bidara laut ..................................................................................... 8 2.4. Metode maserasi ............................................................................................................ 13
v 2.5. Tinjauan tentang simplisia ............................................................................................. 17 2.6. Tinjauan Bakteri Escherichia coli .................................................................................. 20 2.7. Tinjauan antibakteri………………………………………………………………………21 2.8. Tinjauan tentang diare ................................................................................................... 25 2.9. Tinjauan anti diare ......................................................................................................... 28 2.10. Kerangka Teori ............................................................................................................. 31 2.11. Hipotesis ...................................................................................................................... 32 BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................. 33 3.1
Rancangan Penelitian ................................................................................................... 33
3.2
Populasi dan sampel ..................................................................................................... 33
3.3
Lokasi dan waktu penelitian ......................................................................................... 34
3.4
Devinisi operasional variable ....................................................................................... 34
3.5
Instrumen penelitian ..................................................................................................... 35
3.6
Pengumpulan data ........................................................................................................ 36
3.1
Analisa data ................................................................................................................ 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 43 4.1
Hasil penelitian ............................................................................................................ 43
4.2
Karakteristik ekstrak daun bidara laut ........................................................................... 43
4.3
Skrining fitokimia ........................................................................................................ 43
4.4
Hasil uji aktivitas antibakteri ........................................................................................ 45
4.1
Pembahasan ................................................................................................................. 47
BAB V PENUTUP ........................................................................................................................... 50 5.1
Kesimpulan .................................................................................................................. 50
5.2
Saran............................................................................................................................ 50
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................................................... 51
vi LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………........................................................ .................... 55
vii DAFTAR TABEL
Tabel (3.4) definisi operasional variable ........................................................................................... 33 Tabel (4.2) hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak daun bidara laut.................................................. 42 Tabel(4.3) hasil pemeriksaan Skrining fitokimia ekstrak daun bidara laut ......................................... 42 Tabel (4.4) Pengamatan ekstrak daun bidaralaut (Strychonos ligustrina BI)....................................... 44
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman bidara laut (Strychnos ligustrina BI) ..................................................... 7 Gambar 2.2 Struktur Tanin ................................................................................................... 10 Gambar 2.3 struktur flavonoid .............................................................................................. 12 Gambar 2.6 Bakteri Escherichia coli .................................................................................... 21
ix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Deteminasi tanaman bidaralaut ...................................................................................... 55 Lampiran 2. Proses pembuatan simplisia .......................................................................................... 56 Lampiran 3. Proses pembuatan ekstrak kental ................................................................................... 56 Lampiran 4. Proses pemeriksaan fitokimia ........................................................................................ 57 Lampiran 5.Pembuatan media untuk pengujian aktivitas ekstrak bidaralaut ....................................... 58 Lampiran 6.Zona hambatan ekstrak daun bidara laut ......................................................................... 59 Lampiran 7.Perhitungan zona hambat menggunakan one way anova ................................................. 60
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masyarakat saat ini,karena mobilitas yang berkaitan dengan aktivitas hidup, semakin padat seiring dengan meningkatnya nilai kebutuhan hidup yang dijalani. Hal ini berdampak signifikan terhadap derajat kesehatan manusia itu sendiri. Aktivitas yang padat menyebabkan masyarakat sedikit melalaikan kebersihan lingkungan hidup dan kurang menjaga kesehatan terutama yang menyangkut kebersihan diri. Kebersihan merupakan cerminan bagi setiap individu dalam menjaga kesehatan yang begitu penting dalam kehidupan sehari-hari. Dan seperti yang diketahui bahwa kebersihan merupakan suatu keadaan yang bebas dari segala kotoran dan penyakit, yang dapat merugikan segala aspek,yang menyangkut setiap kegiatan dan perilaku lingkuangan masyarakat. Dan sebagai mana diketahui bahwa kehidupan manusia sendiri tidak bisa dipisahkan baik lingkungan alam maupun lingkungan social. Maka sebagai individu seharusnya menjaga segala aspek yang ada dalam masyarakat. Karena tampa lingkungan bersih individu maupun masyarakat akan mudah terserang oleh berbagai macam penyakit salah satunya penyakit diare.
1
2
Beberapa orang beranggapan bahwa diare merupakan penyakit yang tidak terlalu berbahaya dan menakutkan dibanding tumor, kanker, atau diabetes. Sebagian orang tua saat mendapati
anaknya terserang
diare terkadang
menganggap sebagai penyakit biasa. PBB khasusnya UNICEF mengungkapkan bahwa diare merupakan penyakit yang berbahaya bagi anak, walaupun tidak menyebabkan kematian, diare bisa menyebabkan infeksi berulang yang dampaknya anak. Masalah yang dapat menyebabkan terjadinya diare salah satunya adalah air yang tercemar bakteri Escherrichia coli. Menurut anggapan WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya difekasi ( buang air besar ) lebih dari biasanya/ lebih dari tiga kali sehari, desertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tampa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.Sedangkan menurut Depkes RI (2005), Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Bakteri Escherrichia coli adalah bakteri yang paling sering menjadi penyebab diare. Bakteri terbentuk batang yang termasuk dalam family Enterobacteriaceae ini adalah sebetulnya tidak membahayakan, berperan untuk menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat organik, yaitu CO2, H2O, Energi dan mineral (Ganiswarna,1995). Escherrichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada diluar usus, karena Escherrichia coli menghasilkan enterotoksin yang menjadi penyebab diare.
3
Masyarakat Indonesia sudah biasa menggunakan obat-obatan tradisional yang umumnya dari tumbuhan untuk mencegah dari serangan penyakit atau mengobati penyakit. Aplikasi dari obat-obatan ini bisa dengan cara meminum ekstrak air dari tanaman tersebut atau meletakkan simplisia yang sudah ditumbuk halus pada daerah di tubuh yang sakit atau yang terkena infeksi. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhir-akhir ini meningkat, bahkan beberapa bahan alam telah diproduksi secara fabrikasi dalam skala besar. Pengunaan obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal bahan kimia, disamping itu harganya lebih murah dan terjangkau selain itu keuntungan lain pengunaan obat tadisional adalah bahan bakunya mudah diperoleh dan hanya lebih murah. Salah satu tanaman memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional adalah tanaman bidara laut yang memiliki nama latin Strychnos ligustrina BI, merupakan flora yang banyak tumbuh di hutan dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan obat. (Waluyo dan Marlena, 1992; Itoh et al., 2006). Tanaman bidara laut hidup pada lingkungan yang beriklim agak kering. Sebarang habitat tanaman bidara laut
antara lain ada di NTB terutama di
Kabupaten Bima dan Dompu sendiri, Tanaman bidara laut banyak terdapat di kecamatan Hu’u dan kilo. (Reubens et.al., 2007). Adapun kandungan kimia dari tumbuhan daun bidara laut adalah alkaloid, tanin, steroid dan triterpenoid. Kandungan kimia daun bidara laut ini diduga mempunyai efek sebagai antibakteri adalah tanin karena kandungan zat berkhasiat
4
sebagai penghambat bakteri, tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk bahan-bahan dasar pengobatan herbal. Berdasarkan uraian diatas dan data empiris dari masyarakat, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas antibakteri daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) terhadap bakteri Escherichia coli. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan : 1. Apakah ekstrak daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) mempunyai aktifitas antibakteri terhadap Escherrichia coli 2. Bagaimana pengaruh ekstrak daun bidara laut dengan konsentrasi 10%,20%, 30% terhadap bakteri Escherrichia coli. 1.3 Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) terhadap Escherrichia coli. 2. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun bidara laut dengan konsentrasi 10%,20%, 30% terhadap bakteri Escherrichia coli. 1.4
Kegunaan penelitian
1. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian ini nantinya akan menambah wawasan ilmu bagi peneliti untuk lebih mengembangkan keilmuannya 2.
Manfaat bagi institusi
Untuk memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti berikurnya.
5
3.
Manfaat bagi masyarakat
Untuk meningkatkan penggunaan tanaman obat dan penggunaan daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) sebagai obat diare.serta memberikan informasi yang lebih jelas kepada masyarakat tentang khasiat daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) sebagai obat tradisional. 4.
Manfaat bagiindustri obat tradisional Dalam industri obat tradisional dapat menambah refisi obat herbal. Daun
bidara laut(Strychnos ligustrina BI) merupakan tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif diare. Daun bidara laut dapat dikemas dalam bentuk sediaan apapun. 1.5 Asumsi Penelitian 1. Bidara laut adalah tanaman herbal dan memiliki kandungan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat diare. 2. Metode maserasi dengan pelarut etanol dapat digunakan untuk mengambil ekstrak bidara laut. 3. Metode difusi menggunakan kertas cakram dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dalam ekstrak bidara laut. 1.6 Ruang lingkup dan Keterbatasan Peneliti 1.6.1 Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Determinasi tanaman 2. Simplisia 3. Pembuatan ekstrak
6
4. Aktivitas antibakteri terhadap Escherrichia coli 5. Metode difusi 1.6.2 Keterbatasan penelitian
: Daun bidara laut diambil dalam bentuk
Simplisia kering dari Kecamatan Kilo Nusa Tenggara Barat. 1.7 Definisi istilah 1. Ekstrak daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) adalah sediaan cair yang diperoleh melalui ekstraksi daun bidara laut dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan cara maserasi. 2. Aktivitas antibakteri Escherrichia coli yaitu kemampuan suatu zat dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri . 3. Escherrichia coli adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan diare. 4. Diare adalah suatu keadaan dimana seseorang menderita buang air besar berkali-kali yaitu lebih dari tiga kali sehari dari konsistensi tinja lebih lembek atau cair. 5. Metode difusi menggunakan kertas cakram dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dalam ekstrak bidara laut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan tentang tanaman bidara laut
2.1.1 Definisi Bidara laut (Strychnos ligustina BI) Tanaman bidara laut ini termasuk tanaman semak, tinggi lebih kurang dari 1 meter. Tanaman ini kecil, biasanya setinggi jeruk nipis. Jenis tanaman ini banyak terdapat dipulau timor, roti, wetar dan pulau-pulau disekitarnya. Tumbuh juga di pulau Jawa, Bali, Bima.Tanaman Bidara laut tumbuh baik didaerah yang kering, banyak batunya, tidak jauh dari pesisir dan juga tumbuh liar dihutan pegunungan. Semua bagian tanaman ini baik buah, kulit akar, dan bagian bawah dari tanaman bidara laut serta daun berasa pahit. (Anonim. 2007).
Gambar 2.1 Tanaman daun bidara laut
7
8
2.1.2
Klasifikasi Tanaman bidara laut (Strychnos ligustrina BI)
Kingdom
: Plantea
Sub kingdom
: Tracheobionta
Super Devision
: Spermatophyta
Devision
: Magnoliophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Sub Kelas
: Asteridae
Bangsa
: Gentianales
Suku
: Loganiaceae
Marga
: Stychnos
Jenis
:Strychnos ligustrina BI
Sinonim
:Strychnos lucida R. Br.
2.1.3 Kegunaan dan khasiat bidara laut Tanaman bidara laut sudah lama dikenal sebagai tanaman obat dan banyak tumbuh di Indonesia.Bagian dari tanaman ini sebagai obat adalah daunnya.Secara tradisional, bidara laut dipakai sebagai obat malaria, luka karena gigit ular, sebagai obat cacing, diare, penyakit lambung, pembersih darah, bisul.(Caniago dan Siebert, 1998). 2.2. Tinjauan kandungan kimia Dalam tanaman bidara laut ini terdapat kandungan zat berkhasiat alkaloida, flavonoid, tanin <1%. Steroid, dan terpenoid. Karena kandungan zat
9
berkhasiat maka tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk bahan-bahan dasar pengobatan herbal. 2.2.1 Tinjauan senyawa tanin Tanin adalah senyawa golongan polifenol yang memiliki khasiat sebagai antimikroba dan memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Tanin terdapat khusus dalam jaringan kayu. Dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, bila jaringan rusak, misalnya hewan memakannya, maka dapat terjadi reaksi penyamakan, reksi ini dapat menyebabkan protein lebih sukar di capai oleh cairan pencernaan hewan. Sebagian besar tumbuhan yang banyak mengandung tanin di dasari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya sepat, sehingga mungkin mempunyai anti sebagai pertahanan bagi tumbuhan. 2.2.2 Pengertian tanin Tanin merupakan suatu substansi yang banyak dan tersebar, sehingga sering ditemukan dalam tanaman. Tanin diketahui mempunyai beberapa khasiat, yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Istilah tanin sendiri berasal dari bahasa Perancis, yaitu “tanning”. Padamulanya senyawa tanin lebih dikenal sebagai “tanning substance” dalam proses penyamakan kulit hewan untuk dibuat sebagai kerajinan tangan.
10
Gambar 2.2 Struktur Tanin
2.2.3 Sifat-sifat tanin Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya, dapat dilihat dari sifat-sifat dari tanin itu sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain: 1. Sifat Fisika. Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan memiliki rasa asam dan sepat. Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk endapan. Tanin tidak dapat mengkristal. Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa denganprotein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik. 2. Sifat Kimia Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :
11
Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal. Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptikdan pemberi warna. (Iwan R, 2002) 3.
Khasiat senyawa tanin Sebagai senyawa metabolit sekunder, tanin memiliki banyak manfaat dan
kegunaan. Adalah sebagai berikut: 1. Sebagai Adsorbent Logam Berat 2. Sebagai Antimikroba 3. Sebagai Plywood Adhesive 2.2.4 Mekanisme kerja tanin Dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilititas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terlambat dan mati. 2.2.5. Tinjauan tentang flavonoid Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan. Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang
12
bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah. (Narasimhan, 1985).
Gambar 2.3 struktur flavonoid
2.2.5.1. Senyawa fisika dan kimia flavonoid Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol agak asam dan dapat larut dalam basa, dan kerena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti methanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida. 2.2.5.2. Mekanisme senyawa flavonoid Mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
membran sel tanpa dapat memperbaiki lagi.
2.3. Kegunaan dan khasiat bidara laut Tanaman bidara laut sudah lama dikenal sebagai tanaman dan banyak tumbuh di Indonesia. Bagian dari tanaman ini sebagai obat adalah daunnya. Secara tradisional, bidara laut dipakai sebagai obat Diare, malaria, luka karena gigit ular, sebagai obat cacing, penyakit lambung, pembersih darah, bisul.
13
2.3.1 Efek samping Dosis tinggi dapat menyebabkan seseorang penderita, menyebabkan efek kejang-kejang. 2.4. Metode maserasi Maserasi merupakan cara penyaringan yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia. Cairan penyari akan menembus dinding sel yang mengandung zat aktifakan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat di dalam sel dengan yang luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyaringan simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lainlain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang di berikan pada awal penyaringan. Keuntungan cara penyaringan dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah di usahakan.
14
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyaringannya kurang sempurna. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara:10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari sari disekai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. Pada penyaringan dengan cara maserasi, perlu di lakukan pengadukan. Pengadukan di perlukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Hasil penyaringan dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Waktu tersebut di perlukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain. Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya: 1. Digesti Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400C- 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan . 2. Maserasi dengan menggunakan mesin pengaduk
15
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam. 3. Remaserasi Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang ke dua. 4. Maserasi melingkar Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini: 1. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas 2. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan memperkecil kepekatan setempat. 3. Waktu yang diperlukan lebih pendek. 5.maserasi melingkar bertingkat Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat di laksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi bertingkat (M. M. B). 2.4.1 Skrining fitokimia Skiring fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam penelitian fitokimia. Secara umum dapat dikatakan bahwa metodenya sebagian besar merupakan reaksi pengujian warna dengan suatu pereaksi warna.
16
Metode yang digunakan pada skrining fitokimia seharusnya memenuhi beberapa kriteria berikut: a. Sederhana b. Cepat c. Khas untuk satu golongan senyawa. d. Memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar (dapat mendeteksi keberadaan senyawa meski dalam konsentrasi yang cukup kecil). Salah satu hal penting yang berperan dalam prosedur skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut untuk ekstraksi. Sering muncul kesulitan jika pemilihan pelarut hanya didasarkan pada ketentuan derajat kelarutan suatu senyawa yang diteliti secara umum. Hal itu disebabkan karena hadirnya senyawa-senyawa dari golongan lain dalam tanaman tersebut yang akan berpengaruh terhadap proses kelarutan senyawa yang diinginkan. Setiap tanaman tentunya memiliki komposisi kandungan yang berbeda-beda sehingga kelarutan suatu senyawa juga tidak bisa ditentukan secara pasti. Kesulitan lain pada proses skrining fitokimia adalah adanya false-positive result. Jadi komposisi campuran senyawa yang terkandung dalam tanaman dapat memberikan “hasil positif” meskipun senyawa yang diuji tidak terkandung dalam tanaman tersebut. Atau kemungkinan yang lain, karena campuran beberapa warna hasil reaksi dari golongan senyawa-senyawa lain dengan pereaksi yang digunakan yang pada akhirnya akan memberikan “hasil positif”. Hasil negatif (false-negative result) juga harus diwaspadai apakah benarbenar senyawa yang diteliti tidak ada dalam sampel atau hasilyang negatif itu disebabkan karena prosedur skrining yang digunakan tidak sesuai atau tidak
17
tepat.Karena alasan-alasan yang demikian inilah maka skrining fitokimia sudah ditinggalkan dalam penelitian-penelitian bahan alam yang modern, sebagai gantinya penggalian refrensi-lah yang lebih diutamakan. Skrining fitokimia ini dilakukan dengan dua macam uji, yaitu uji tabung dan uji kromatografi. Uji tabung digunakan sebagai uji
pendahuluan untuk
mengetahui macam senyawa yang terdapat dalam serbuk tumbuhan yang belum diketahui. Sedangkan uji kromatografi digunakan sebagai penegas jenis senyawa dari uji tabung yang dilakukan sebelumnya. Dalam praktikum ini uji kromatografi dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). (Buku ajar fitokimia). 2.5 Tinjauan tentang simplisia Kayu bidara laut adalah bagian kayu Strychnos lucida R.Br.,sinonim Strychnos ligustrina BI., Suka Loganiaceae. Pemerian: Warna kuning kecoklatan; tidak berbau;rasa pahit. Makroskopik: Potongan kecil, serutan atau serpihan kayu, bentuk dan besar berbeda, lurus, melengkung atau terpilih, tipis atau agak tebal, mudah dipatahkan, bekas patahan tidak rata. Makroskopik: Pada penampang melintang tampak jari-jari xylem berisi sedikit butir pati kecil, tunggal; berkas pembuluh atau trakea, dinding tebal berlignin, bernoktah dengan lubang berbentuk celah, lumen umumnya berisi zat warna kuning; serabut xylem; berkelompok, tersusun radier, terdiri dari 5 sampai 40 serabut, dinding serabut tebal berlignin, lumen jelas, di antara kelompok serabut
18
sklerenkim terdapat sel parenkim berisi Kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan minyak bewarna kuning. Serbuk: Warna kuning. Flagmen pengenal berkas serabut dengan seludang Kristal kalsium oksalat bentuk prisma, fragmen serabut sklerenkim, umumnya panjang dan lumen jelas, kristal kalsium oksalat berbentuk prisma, serabut xylem dengan jari empulur dan butir pati tunggal. Identifikasi: 1. Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna hitam 2. Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna hijau 3. Pada 2 mg serbuk kayu di tambahkan 5 tetes asam nitrat 25 % P; terjadi warna coklat 4. Pada 2 mg serbuk kayu di tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P; tidak terjadi perubahan warna. 5. Pada 2 mg serbuk kayu di tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau kebiruan. 6. Pada 2 mg serbuk kayu di tambahkan 5 tetes asam sulfat P, aduk tambahkan 2 tetes larutan kalium dikromat P; terjadi warna biru tua. 7. Pada 2 mg serbuk kayu di tambahkan 5 tetes asam sulfat P dan ammonium monovanadat P; terjadi warna biru ungu. 8. 2 g serbuk kayu dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 30 % kemudian gerus dalam mortar, tambahkn 20 ml kloroform P dan gerus kuat, saring filtrate dibagi 2 (lapisan kloroform)
19
1. Filtrat diteteskan pada kertas saring, kemudian di tetesi dengan pereaksi Dragendorft terjadi warna jingga. 2. Ektraksi filtrate dengan 10 ml asam klorida (1: 10) bagi 2 -tambahkan pereaksi Dregendorft menjadi endapan jingga. -tambahkan pereaksi mayer menjadi endapan putih. 9. Timbang 300 mg serbuk kayu, campur dengan 5 ml kloroform tambahkan 2 tetes amonia 25 % P, kocok selama 10 menit, saring, Cuma endapan dengan kloroform P hingga diperoleh 5 ml filtrat. Uapkan filtrat, larutkan sisa dengan 1 ml metanol P totolkan 20 µl larutan pada titik pertama lempeng KLT. Pada titik ke 2 totolkan 15 µl larutan pembanding striychnin (35 mg striychnin dalam 10 ml metanol P elusi dengan campuran toluene P-etil asetat P-diethylamin P (70 +20+10) dengan jarak rambat 10 cm keringkan lempeng di udara selama 1 menit, ulangi elusi dengan arah dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan pereaksi dragendorft LP. Pada kromatogram tampak bercak dengan warna dab hRx sebagai berikut: No hRx
Dengan sinar biasa
Dengan sinar UV 366 nm
Tampa
Tampa pereaksi
pereksi 1
41-47
2 3
54-58
Dengan pereaksi
pereaksi
-
Jingga
-
-
-
Jingga
-
-
-
Jingga
Floresensi biru
-
Kekuningan 59-63
Dengan
20
Catatan: hRf strychnine lebih kurang 62.
Kadar abu: tidak lebih dari 7% Kadar abu yang tidak larut dalam asam: tidak lebih dari 1% Kadar sari yang larut dalam air: tidak kurang dari 6 % Kadar sari yang larut dalam etanol: tidak kurang dari 4 % Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik Isi:Alkaloid, tannin <1%, steroid/triterpenoid. Penggunaan: Tonika diaforetik, obat eksem. Secara umum, batas keamanan 10 kali KHM digunakan untuk memastikan keberhasilan pengobatan suatu penyakit.
2.6 Tinjauan Bakteri Escherichia coli 2.6.1 Klasifikasi bakteri Escherichia coli. Domain
:Bacteria
Filum
:Proteobacteria
Kelas
:Gammaproteobacteria
Ordo
:Enterobacteriales
Famili
:Enterobacteriaceae
Genus
:Escherichia
Spesies
:Escherichia coli
2.6.2 Morfologi bakteri Escherrichia coli atau biasa disingkat E. Coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negative. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan
21
oleh Theodor Escherichia ini dapat ditemukan oleh usus besar manusia. Kebanyakan E.coli tidak berbahaya, tetapi beberapa seperti E. coli tipe O 157:H7 dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare. (Levinson, 2008). Bakteri ini berbentuk batang, berukuran 0, 4 -0,7x 1,0-3,0 𝜇m, termasuk gram negative, dapat hidup soliter maupun berkelompok, umumnya motil, tidak membentuk spora, serta falkutatif anaerob (Carter & Wise, 2004).
Gambar 2.6 Bakteri Escherichia coli
2.7 Tinjauan tentang antibakteri 2.7.1 Definisi antibakteri Antibakteri adalah suatu komponen kimia yang berkemampuan dalam menghambat pertumbuhan atau berkemampuan dalam mematikan bakteri. Bahan antibakteri diartikan sebagai bahan yang menganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri (Pelezer, dkk. 1988 :450) Berdasarkan definisi di atas dapat diartikan bahwa antibakteri adalah suatu bahan yang mempunyai kemampuan menghambat dan mematikan bakteri.
22
Penggunaan antibakteri bertujuan sebagai usaha pengendalian terhadap bakteri yaitu untuk menghambat, membasmi bakteri pada inang yang terinfeksi dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh bakteri. 2.7.2 Jenis senyawa antibakteri Senyawa antibakteri berasal dari tumbuhan atau bahan-bahan kimia. Antibakteri dapat berupa zat padat, cair dan gas yang dicirikan oleh komposisi molekuler yang pasti dan menyebabkan terjadinya reaksi (Pelezer, dkk. 1988: 504). Menyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok zat kimia yang dapat membunuh atau mengambat pertumbuhan bakteri, antara lain persenyawaan alkohol, unsure halogen, dan logam berat. Suatu bahan dikatakan memiliki daya antibakteri yang baik jika bahan tersebut memiliki sifat antara lain, tidak meracuni jaringan tubuh, tidak menyebabkan rasa sakit, dapat diminum, warna mudah dihilangkan jika mengenai pakaian dan harganya murah. Selain itu (Pelezer, dkk. 1988: 453)menyatakan bahwa semakin besar daya antibakterinya. Meskipun demikian, tidak ada satupun senyawa antibakteri yang terbaik bagi semua tujuan karena beragam kondisi, perbedaan cara kerjanya serta begitu banyaknya macam sel mikroba yang harus dimusnahkan. 2.7.3 Mekanisme kerja antibakteri antibakteri dalam melakukan efeknya terdapat mikroorganisme adalah sebagai berikut: 1.
Merusak dinding sel
23
Dinding sel merupakan sebagian yang berfungsi membentuk dan melindungi sel, mengatur pertukaran zat-zat dari dalam sel serta memegang peranan penting dalam pembelahan sel. Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukan atau mengubahnya setelah membentuk. Kerusakan pada dinding sel akan berakibat terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian. 2. Perubahan permeabilitas membran sel Membran sel berfungsi dalam memelihara integritas komponen-komponen seluler yang secara efektif mengatur keluar masuknya zat antara sel dengan lingkungan luar. Dengan demikian kerusakan pada membran sel akan memungkinkan ion organik, nukleotida, asam amino, dan enzim keluar dari sel. 3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat. Hidupnya suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Konsentarasi tinggi beberapa zat kimia dapat mengakibatkan denaturasi komponen-komponen seluler secara vital. 4. Penghambatan kerja enzim Suatu sel yang normal memiliki sejumlah enzim untuk membantu kelangsungan proses metabolism bersama protein yang lain. Penghambatan pada kerja enzim dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel. 5. Penghambatan atau sintesa asam nukleat dalam protein. AND, ARN dan protein memegang peranan penting dalam proses kehidupan sel. Gangguan yang terjadi pada proses pembentukan fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan sel (Pelezer, dkk. 1988 ).
24
2.7.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja antibakteri. Faktor yang mempengaruhi kerja antibakteri ada beberapa hal, yaitu: 1.
Konnsentrasi senyawa antibakteri Menurut (Pelezer, dkk. 1988: 453) bahwa semakin tinggi konsentrasi
senyawa antibakteri, semakin tinggi daya hambat antibakteri. 2.
Jumlah mikrobiologi Perusakan mikroorganisme oleh suatu antibakteri merupakan suatu proses
yang teratur dan semakin lama suatu bakteri berada dibawah pengaruh senyawa antibakteri, semakin lama kemungkinan matinya bakteri tersebut. 3.
Suhu Kenaikan suhu maksimal secara terus menerus dapat meningkatkan
efektivitas senyawa antibakteria. Hal ini disebabkan zat kimia merusak bakteri melalui laju dipercepat dengan kenaikan suhu (Pelezer, dkk. 1988: 454). 4. Adanya bahan organik Adanya bahan organik asing yang dapat menurunkan efektifitas suatu bakteri. Hal tersebut disebabkan adanya pengabungan antibakteri dengan bahan organik membentuk produk yang tidak bersifat antibakteri, menghasilkan suatu endapan yang mengurangi daya bakteri dan akumulasi bahan organik pada permukaan bakeri menjadi suatu pelindung yang dapat menganggu kontak antara bakteri dengan sel.
25
2.7.5 Cara penentuan aktivitas antibakteri Penentuan daya kerja suatu senyawa antibakteri tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan dalam menguji aktivitas suatu senyawa antibakteri, disebut dengan metode uji aktivitas antibakteri. 2.7.6 Metode Mengukur daya hambat 1. Metode cakram KIRBY-BAUER Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas saring yang tersedia secara komersial, kemasan yang menunjukkan konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia. Efektivitas relatifantibiotik yang berbeda menjadi dasar bagi spectrum sensivitas suatu organism. Informasi ini, bersama dengan berbagai pertimbangan farmakologi, digunakan dalam memilih antibiotik untuk pengobatan (Harmita dan Radji, M,. 2008). Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas media biakan, kecepatan difusi antibiotik dan interaksi antibiotic dengan media.Selain itu, zat yang ditemukan mempunyai efek samping signifikan tidak boleh digunakan untuk terapi karena zat ini mempui efek samping signifikan pada sistim yang mengobati. (Harmita dan Radji, M,. 2008).
2.8
Tinjauan tentang diare
2.8.1 Pengertian diare Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen (Depkes RI, 1999). Diare adalah buang
26
air besar lembek / cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (Menkes, 2008). WHO (medefinisikan diare sebagai suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsitensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari 3 kali sehari. Diare merupakan gejala dari infeksi di saluran usus,yang dapat di sebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan parasit organisme. Infeksi menyebar melalui makanan yang terkontaminasi atau air minum dan akibat lain yang di sebabkan oleh kebersihan yang buruk. Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsitensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/24 jam (Juffrie, dkk: 2010:365). Menurut Simadibrata (2006: 357) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair dan setengah cair (setengah padat) , kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Sedangkan menurut boyle (2000: 1.354), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. 2.8.2
Klasifikasi diare Secara umum diare disebabkan oleh 2 hal, yaitu gangguan pada proses
absorbs atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare: 1. pembagian diare menurut etimologi ada 2 yaitu infeksi dan non infeksi
27
2. pembagian diare menurut mekanismenya, yaitu gangguan absorbsi dan sekresi 3. pembagian diare menurut lamanya diare yaitu. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 14 hari (Subagyo, dkk: 2011). 2.8.3 Faktor penyebab diare Diare disebabkan oleh factor infeksi, melabsorpsi (gangguan penyerapan gizi), makanan dan psikologis. 2.8.4
Faktor infeksi Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada
anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagi berikut. 1.
infeksi bakteri oleh bakteri escherricia coli, salmonella,Vabrio cholera (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan.
2.
infeksi basil (disentri)
3.
Infeksi parasit oleh cacing
4.
infeksi virus enterovirus (virus family yang terutama mendiami saluran intestinal, disertai infeksi yang biasa ringan).
5.
infeksi jamur (candidiasis).
6.
infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
28
2.9
Tinjauan anti diare
2.9.1 Antidiare Peningkatan molaritas saluran pencernaan dan penurunan absorbs cairan merupakan faktor utama pada diare. Obat- obatan antidiare termasuk obat antimotilitas, adsorben, dan obat- obat yang berubah transport cairan dan elektrolit. 2.9.2 Obat-obat antimotilitas Dua obat yang dipakai secara luas untuk pengendalian diare adalah difenoksilat dan loperamid (loe per a mide). Keduanya merupakan analog meperidin dan memiliki efek seperti opioid pada usus, mengaktifkan reseptor opioid presinaptik didalam system saraf enterik untuk menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan peristaltik. Efek samping termasuk rasa ngantuk, kejang perut dan pusing. Karena obat ini menyebabkan megakolon yang toksik, maka tidak digunakan pada anak-anak atau pasien dengan colitis berat. 2.9.3 Adsorben Obat-obat adsorben seperti kolain, pectin, metilselulosa dan atapulgit yang di aktifkan, magnesium aluminium silikat, digunakan secara luas untuk mengendalikan diare, walaupun efektivitasnya belum di dokumentasikan dengan percobaan klinik yang terkontrol. Diduga obat-obatan ini bekerja dengan mengadsorbsi toksin intestinal atau mikroorganisme, atau dengan melapisi atau melindungi mukosa intestinal. Obat-obat ini kurang efektif di bandingkan dengan obat-obat antimotilitas dan dapat menganggu absorbs obat-obat lain. 2.9.4 Obat-obat yang mengubah transport cairan dan elektrolit Percobaan dan observasi klinis menyatakan bahwa antiinflamasi non steroid seperti aspirin dan indometasin efektif dalam mengendalikan diare. Efek
29
anti diare ini mungkin karena penghambatan sintesis prostaglandin. Bismud subsalisilat (PEPTO-BISMOL), digunakan untuk traveler’s diarrhea, menurunkan sekresi cairan di dalam usus; efeknya ini mungkin karena komponen salisitatnya. 2.9.5 Pencahar Pencahar seiring digunakan untuk mempercepat gerakan makanan melalui pencernaan. Obat-obat ini dapat di klasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya sebagai iritan atau stimulant usus, obat penamba volume dan pelunak fases. 2.9.6 Iritan dan stimulant Minyak kastor di ubah dalam usus halus menjadi asam risinoleat yang sangat iritatif terhadap usus dan segera meningkatkan peristaltik. Cascara, senna dan aloe mengandung emodin yang merangsang
aktifitas kolon. Awitan
aktifitasnya tertunda 6 sampai 8 jam karena emodin diekskresikan kedalam kolon setelah obat ini diabsorbsi. Emodin dapat sampai ke ASI. Fenolfalein dan bisakodil juga merupakan stimulan kolon yang kuat. Efek samping termasuk kejang perut dan kemungkinan terjadi kolon atonik pada penggunaan lama. 2.9.7 Obat penambah volume Pencahar penambah volume mencakup koloid hidrofilik (berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang tak tercernakan). Obat-obat ini membentuk jelli di dalam usus besar, menyebabkan retensi air dan distensi intestinal, dengan demikian meningkatkan aktivitas peristaltik. Efek yang sama di produksi oleh agar, metil selulosa, biji psillium dan bekatul. Garam pencahar seperti magnesium sulfat dan magnesium hidroksida merupakan yang tidak diabsorbsi yang menahan air didalam intestinal dengan osmosis, dan meragangkan usus, meningkatkan aktifitas intestinal dan menyebabkan defekasi dalam kira-kira satu jam.Larutan elektrolit
30
iso-osmostik mengandung polietilen glikon digunakan sebagai cairan pencar anema untuk persiapan prosedur radio logis atau endoskopik. Laktulosa merupakan disakarida semisintetik (fruktosa dan galaktosa) juga bekerja sebagai pencahar osmotik. 2.9.8 Pelunak fases Obat-obat aktif permukaan yang menjadi emulsi dengan membentuk fases yang lunak dan mudah di keluarkan. Obat-obat ini termasuk docusate natrium, minyak mineral dan supositoria gliserin.
31
2.10 Kerangka Teori
Diare
Tanaman daun bidara laut Strychnos Ligustrina BI
Penyebab Diare
Bakteri Escherrichia coli
Penyebab Escherrichia coli
Senyawa yang terkandung Tanin, alkaloid
Mekanisme Tanin
aktivitas antibakteri ekstrak bidara laut (Strychnos ligustrina BI)
Bidara laut adalah salah satu tanaman yang mempunyai khasiat obat. Tanaman bidara laut merupakan tanaman, pohon bercabang keras dan sering digunakan oleh
masyarakat
menyembuhkan suatu penyakit.
untuk ramuan
tradisional
gunanya
untuk
32
Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan adalah daunnya.Salah satu khasiat dari daun bidara laut sebagai pengobatan alternative penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri Escherrichia coli. Daun bidara laut diduga berkhasiat sebagai antibakteri, karena bidara laut memiliki senyawa kimia seperti, alkaloid, steroid dan tanin. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas ektrak bidara laut dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Escherrichia coli. Penggunaan bakteri ini didasarkan pada bakteri Escherrichia coli. Karena Escherrichia coli. merupakan bakteri yang menyebabkan diare. Ekstraksi daun bidara laut dilakukan dengan cara maserasi, karena proses penyaringan yang mudah, sederhana dan maserat yang dihasilkan lebih banyak. Ekstraksi daun bidara laut dilakukan dengan menggunakan etanol, karena pertimbangan terdapat beberapa zat aktif yang larut dalam etanol dan air. Maserat yang diperoleh selanjutnya diuapkan dengan evaporasi untuk memisahkan pelarut dan zat aktif. Melakukan pengujian skrining fitokimia untuk mnegetahui senyawa aktif yang terdapat pada daun bidara laut.
2.11
Hipotesis
Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah: 1. Diduga adanya aktivitas antibakteri ekstrak daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI ) terhadap Escherrichia coli. 2. Terdapat konsentrasi tertentu dari ekstrak daun bidara laut (Stychnos ligustrina BI) yang mampu menghambat Escherrichia coli.
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Rancangan penelitian Penelitian ini bersifat Eksperimental. Penelitian ini meliputi beberapa
tahap kerja. Pertama mengidentifikasi daun bidara laut secara organoleptis. Kedua penyiapan bahan ekstrak daun bidara laut dengan cara metode maserasi yang kemudian di evaporator sehingga mendapatkan ektrak kental. Ketiga pembuatan media Eosin methylene blue agar (EMB) . Ke empat, tahap pelaksanaan terhadap pengujian aktivitas ekstrak bidara laut terhadap bakteri Escherricia coli. Kelima, tahap penelitian melakukan pengamatan terhadap pengujian serta analisa data. 3.2 Populasi dan sampel 3.2.1 Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun bidara laut(Strychnos ligustrina BI) 3.2.2 Sampel sampel pada penelitian ini adalah ekstrak daun bidara laut dengan kosentrasi 10%,20%,30%.
34
3.3 Lokasi dan waktu penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian ini dilakukan di laboratorium farmakognosi dan laboratorium mikrobiologi Akademi analis farmasi dan makanan putra Indonesia malang . 3.3.2 Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober sampai mei 2015, penelitian dimulai dari proses penyusunan proposal. 3.4
Definisi operasional variabel Variabel dlam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat Variabel bebas : Ekstrak daun bidara laut pada kosentrasi 10%,20%,30%. Variabel terikat : kemampuan menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Escrrichia coli. 3.4.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi operasional
Alat
Hasil ukur
Skala ukur
Cairan kental yang
Evaporator
Warna
Variabel Bebas : didapat dari hasil
Bau
ekstraksi daun
Rasa
Ekstrak Daun Bidara Laut Bidara laut dengan cara maserasi
Visual
35 difusi:
Jangka sorong
Ditandai
Ordinal
Variabel Terikat : zona bening
dengan
disekitar kertas
adanya zona
cakram
bening
aktivitas antibakteri ekstrak daun bidara laut terhadap disekitar Escherrichia coli cakram Tabel (3.4) definisi operasional variabel
3.5
Instrumen penelitian Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.5.1 Alat Evaporator, Beaker glass, Kertas saring, Batang pengaduk, Kain kassa, timbangan kasar, timbangan analitik, blender, oven, cawan, Bunsen, Asbes , kaki tiga, Autoclave, kapas, tabung reaksi, rlenmeyer, kertas coklat, bunsen, cawan petri, inkubator, Labu ukur 10 ml, spektrofotometer, kawat nikrom, laminar air flow. 3.5.2 Bahan Daun Bidara Laut, Etanol 70 %, Pelarut kloroform, H2SO4 (pekat), pelarut mayer, pelarut dragendarff, larutan Amoniak, serbuk magenesium klorida (pekat) , asam klorida, FeCl3 (besi klorida) 0,1%, asetat anhidrat, Media Eosin methylene blue agar EMB, Bakteri Escrerrichia coli, NaCl 0,9%.
36
3.6. Tehnik kerja Tehnik kerja dalam penelitian ini dilakukan melalui langkah kerja sebagai berikut: 3.6.1. Pembuatan Simplisia 1. Dikumpulkan daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) yang akan dijadikan simplisia. 2. Disortasi daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) yang masih segar. 3. Diletakkan daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) pada nampan, kemudian keringkan angin-anginkan. 4. Dilakukan sortasi kembali pada daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) yang sudah kering. Ambil bagian yang bagus, dan buanglah yang rusak. 5. Diserbukkan daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) dengan blender kemudian diayak dan dilakukan uji organoleptis (bentuk, bau, warna dan rasa) 3.6.2. Pembuatan ekstrak bidara laut Pembuatan ekstraksi daun bidara laut (strychnos ligustrina BI) dilakukan metode masearsi dengan pelarut etanol 70% yaitu sebagai berikut: 1. Disiapkan botol coklat 2. Ditimbang serbuk simplisia daun bidara laut 3. Dimasukan kedalam botol coklat kemudian dibasahi dengan etanol 70%. 4. Disimpan selama 5 hari dan sesekali diaduk serta ditutup dengan aluminium foil. 5. Disaring dengan corong bucher
37
6. Ekstraksi yang diperoleh diuapakan mengunakn rotary evaporator pada suhu 700C 7. Dilakuakan uji organoleptis (bentuk, warna, dan rasa) 8. Dibuat 3 kosentrasi 10%, 20%, 30%.
3.6.3. Skrining Fitokimia 1. Indentifikasi golongan Alkoloid Ekstrak daun bidara laut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan 5 ml kloroform dan 5 ml larutan amoniak. Setelah itu campuran dipanaskan dikocok, dan disaring. Larutan H2SO4 2 N sebanyak 5 tetes ditambahkan di filtrate dan dikocok. Setelah itu bagian atas dari filtrate diambil da diuji dengan reagent meyer, wagner, dan Dragendorf. Jika terdapat endapan putih dengan pereaksi meyer, endapan merah jingga dengan pereaksi Dragendorff, dan endapan coklat dengan pereaksi wagner, maka positif terdapat alkaloid. (Janes. W. P dan A. D kinghorn. 2006).
2. Identifikasi golongan Flavonoid Ekstrak daun bidara laut dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan serbuk magnesium 0,2 ml
klorida (pekat), dan ditambahkan
beberapa tetes asam klorida (pekat). Larutan dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah coklat. (Depkes RI,1995).
3. Indentifikasi golongan Tannin
38
Ekstrak
daun bidara
laut
dimasukkan kedalam
tabung
reaksi,
ditambahkan air panas sebanyak 20 ml, kemudian larutan disaring. Beberapa tetes FeCl3 0,1% ditambahkan pada filtrate. Uji tanin dalam sampel positif apabila hasil menujukkan warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman. (Robinson, 1991; Jones and Kinghorn, 2006).
4. Identifikasi Steroid dan tritepenoid Ekstrak daun bidara laut dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan kloroform kemudian dikocok dan masing- masing ditambahkan asetat anhidrat dan asam sulfat (pekat) sebanyak 2 tetes pada filtrate. Steroid berwarna biru atau hijau, tritepenoid berwarna merah atau unggu. (Jones and Kinghorn, 2006; Evans, 2009).
3.6.4. Pengujian aktivitas Antibakteri ekstrak daun bidara laut 3.6.4.1. Sterilisasi alat Sebelum alat untuk pengujian antifungi digunakan harus dilakukan proses sterilisasi terlebih dahulu yaitu dengan sterilisasi panas basah dan panas kering. Sterilisasi panas basah adalah sterilisasi untuk alat-alat yang terbuat dari bahan kaca atau yaitu dengan cara dibungkus dengan kertas coklat, kemudian dimasukkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 15 menit. Contoh alatalatnya : beaker glass, gelas ukur, Erlenmeyer. Sedangkan untuk sterilisasi panas kering adalah sterilisasi untuk alat-alat yang terbuat dari logam dan porselen yaitu dengan membungkusnya dengan alumunium foil kemudian dimasukkan ke dalam
39
oven pada suhu 160 oC selama 2 jam, contohnya cawan penguap, batang pengaduk. 3.6.4.2. Pembuatan media 1. Ditimbang Eosin methylene blue agar (EMB) 7,2 gram, masukkan ke beaker glass 2. Media Eosin methylene blue agar (EMB)dilarutkan dengan aquades 200 ml 3.
Kemudian panaskan dengan api spiritus sambil diaduk secara merata hingga merata mengunakan batang pengaduk, hingga muncul gelembung – gelembung dan terlihat bening
4.
Masukkan kedalam Erlenmeyer. Tutup dengan kapas dan bungkus dengan kertas coklat
5.
Masukkan ke dalam autoklaf untuk disterilisasi.
3.6.4.3.
Peremajaan Bakteri
1. Siapkan media Eosin methylene blue agar (EMB) steril 2. Dimasukkan ke tabung reaksi sebanyak 5 mL secara aseptis dimiringkan dan dibiarkan sampai memadat. 3. Di ambil 1 ose mikroba pada stok murni, kemudian digoreskan pada media Eosin methylene blue agar (EMB). 4. Ditutup mulut tabung dengan kapas dan diikubasi dalam inkubator pada suhu 370 C selama 24 jam.
3.6.4.4. Pembuatan Suspensi 1. Diambil biakan bakteri murni
40
2. Kemudian dimasukkan kedalam tabung yang berisi NaCl 0,9% 10 ml, kemudian dihomogenkan dengan vorteks. Kekeruhan dari suspensi di ukur dengan spektrofotometer UV- VIS sehingga diperoleh suspense dengan transmitan 25% pada panjang gelombang 580 nm. 3.6.4.5. Kontrol media + bakteri 1. Dimasukkan media Eosin methylene blue agar (EMB) yang telah dicairkan dengan cara pemanasan diatas Bunsen 2. dimasukkan suspensi bakteri Escrerrichia coli sebanyak 1 ml kedalam cawan petri kemudian dituang media Eosin methylene blue agar (EMB) 10- 15 ml, diputar searah membentuk angka delapan samapai media homogen, diamkan hingga media memadat. 3. Diinkubasi media control pada suhu 370 C selama 24 – 48 jam 3.6.4.6.
Perhitungan Pengenceran 1𝑜 𝑔𝑟𝑎𝑚
1. Konsentrasi 10% = 1 mL =
=
10.000 𝑚𝑔 100 𝑚𝐿
100 𝑚𝑔 1 𝑚𝐿
10 mL =
=
100 𝑚𝐿
1.000 𝑚𝑔 10 𝑚𝐿
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 10 𝑚𝐿
2. Konsentrasi 20% =
1 mL =
20 𝑔𝑟𝑎𝑚 100 𝑚𝐿
20.000 𝑚𝑔 100 𝑚𝐿
41
=
200 𝑚𝑔 1 𝑚𝐿
10 L =
2.000 𝑚𝑔 10 𝑚𝐿
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
10 𝑚𝐿
3. Konsentrasi 30% =
1 mL =
=
100 𝑚𝐿
30.000 𝑚𝑔 100 𝑚𝐿
300 𝑚𝑔 1 𝑚𝐿
10 mL =
=
30 𝑔𝑟𝑎𝑚
3.000 𝑚𝑔 10 𝑚𝐿
3 𝑔𝑟𝑎𝑚 10 𝑚𝐿
3.6.4.6. Uji Aktivitas Antibakteri 1. Siapkan cawan petri yang telah diberi media Eosin methylene blue agar (EMB) dan suspense bakteri. Masing-masing konsentrasi dilakukan dengan cara replikasi. 2. Dipipet ekstrak daun bidara laut dengan masing-masing konsentrasi
selanjutnya
dilakukan
pengenceran
dengan
menggunakan aquadest steril sebanyak 10 ml. 3. Celupkan kertas cakram ke dalam larutan ekstrak hingga jenuh (± 15 menit ). 4. Siapkan media Eosin methylene blue agar (EMB) yang berisi biakan Escherrichia coli.
42
5. Letakkan kertas cakram yang telah mengandung tannin pada media Eosin methylene blue agar (EMB). 6. Inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam 7. Setelah diinkubasi, keluarkan dari incubator lalu diamati dan diukur diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri dengan menggunakan jangka sorong.
3.6 Analisa data Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan melihat perbedaan zoba hambat yang terbentuk dari masing-masing konsentrasi 10%, 20% dan 30% dan untuk membandingkan masing-masing konsentrasi, maka dilakukan pengolahan dengan uji One-Way Anova. Anova satu arah (one way anova) digunakan apabila yang akan dianalisis terdiri dari satu variabel terikat dan satu variabel bebas. Interaksi suatu kebersamaan antar factor dalam mempengaruhi variabel bebas, dengan sendirinya pengaruh faktor-faktor secara mandiri telah dihilangkan.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian Hasil determinasi tumbuhan dilakukan di Material Medical batu, menunjukan bahwa tumbuhan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bidara laut (Strychnos ligustrina BI) 4.2. Karakteristik ekstrak daun bidara laut Tabel (4.2) hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak daun bidara laut Organoleptis
Hasil
Bentuk
Ekstrak kental
Warna
Coklat kehijauan
Bau
Khas
Rasa
Pahit
Hasil pengujian organoleptis yang memberikan hasil yaitu bentuk ekstrak kental, warna coklat kehijauan, bau khas dan rasa pahit. 4.3.
Skrining fitokimia Golongan senyawa
Hasil
Alkoloid
(-)
Flavonoid
(-)
44 Tanin
(+)
Steroid
(+)
Terpenoid
(+)
Tabel (4.3) hasil pemeriksaan Skrining fitokimia ekstrak daun bidara laut
Keterangan
: (+) menunjukan reaksi positif (-) menunjukan reaksi negatif
Berdasarkan penelitian Hasil dari uji skrining fitokimia dilakukan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun bidara laut. Hasil uji skrining fitokimia ekstrak daun bidara laut yang diperoleh bahwa senyawa alkoloid, flavonoid, tanin, steroid dan terpenoid. Flavonoid dan tanin merupakan bagian dari senywa fenolik. Flavonoid yang memiliki gugus hidroksi berkedudukan orto akan memberikan fluoresensi kuning intensif pada UV 366, jika bereaksi dengan asam borat. Flavonoid bersifat non polar karena senyawa flavonoid tidak tahan dengan pemanasan. Tanin menunjukan dari adanya perubahan warna setelah pemambahan FeCl3 yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil pada senyawa tanin. Penambahan FeCl3 menunjukan positif yang menghasilkan warna hijau kehitaman bahwa adanya golongan senyawa tanin. Pada skrining senyawa alkoloid yaitu reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkoloid dapat mengganti ion iod dalam pereaksi dragendoff dan pereaksi mayer.
45
Pada pengujian ini tidak terdapat endapan putih setelah penambahan pereaksi mayer. Dan tidak terdapat endapan merah jingga setelah penambahan pereaksi dragendoff. Alkoloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tanaman, tetapi sering kali kadar alkoloid dalam jaringan tumbuhan kurang dari 1% hal yang dapat menyebabkan uji skrining alkoloid memberikan hasil yang negatif. Pada pengujian steroid dan triterpenoid senyawa didasarkan pada kemampuan senyawa tersebut warna dengan H2 SO4 pekat dalam pelarut asam asetat anhidrat yang diperoleh hasil positif dengan terbentuknya berwarna merah kecoklatan yang menunjukan kandungan senyawa triterpenoid dan terbentuk berwarna biru atau hijau menunjukan kandungan senyawa steroid. 4.4.
Hasil uji aktivitas antibakteri Pada aktivitas antibakteri ekstrak daun bidara laut ini menggunakan 5
cawan petri. Cawan tersebut meliputi kontrol media dan aquadest 1 cawan , kontrol media suspensi bakteri escherrichia coli 1 cawan, 3 cawan digunakan untuk sampel. Pengujian sampel dilakukan 3 kali replikasi. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun bidara laut di tunjukkan pada tabel dibawah ini. Tabel (4.4) Pengamatan ekstrak daun bidara laut(Strychonos ligustrina BI) terhadap diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri Escherrichia coli. menggunakan one way anova. Diameter Zona ( mm ) Perlakuan
Rata-rata Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
10%
10,44
10,35
10,70
10,4833
20%
10,46
10,65
10,54
10,5500
46 30%
10,55
20,28
20,55
17,1267
Untuk melihat perbedaan zoba hambat yang terbentuk dari masing-masing konsentrasi 10%, 20% dan 30% dan untuk membandingkan masing-masing konsentrasi, maka dilakukan pengolahan dengan uji One-Way Anova.
ANOVA Zona_Hambat
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 87.391 65.005 152.396
Df
Mean Square 2 43.695 6 10.834 8
F 4.033
Sig. .078
Setelah dilakukan uji Anova terhadap data hasil penelitian pada taraf α=0,05 diperoleh hasil uji yang hasilnya adalah 0,078 ( 0,078 > 0,05 ). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dari masing-masing konsentrasi tersebut dengan pertimbangan hasil yang lebih dari 0,05 dinyatakan tidak ada perbedaan dari masing-masing zona hambat dari konsentrasi tersebut. Oleh Karena Nilai probabilitas signifikasi 0,078 > 0,05 maka hipotesis di terima, yang berarti “Tidak ada perbedaan yang signifikan diameter zona hambat yang dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi tersebut”. Test of Homogeneity of Variances Zona_Hambat Levene Statistic df1 df2 Sig. 15.137
2
6
.005
47 Descriptives Zona_Hambat
Repli 1
N 3
Repli 2
3
Repli 3
3
Total
9
Std. Deviati Std. Mean on Error 10.48 .18930 .10929 33 10.55 .09539 .05508 00 17.12 5.6971 3.2892 67 6 6 12.72 4.3645 1.4548 00 7 6
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 10.0131 10.9536
Minimum 10.35
Maximum 10.70
10.3130
10.7870
10.46
10.65
2.9741
31.2792
10.55
20.55
9.3651
16.0749
10.35
20.55
Multiple Comparisons Zona_Hambat LSD (I) Perlakuan (J) Perlakuan
Repli 1
di Repli 2 me nsi on2 Repli 3
dim ensi on3 dim ensi on3 dim ensi on3
Repli 2 Repli 3
Mean Difference (IJ) Std. Error -.06667 2.68753 * -6.64333 2.68753
95% Confidence Interval Sig. Lower Bound Upper Bound .981 -6.6428 6.5095 .048 -13.2195 -.0672
Repli 1
.06667
2.68753
.981
-6.5095
6.6428
Repli 3
*
2.68753
.050
-13.1528
-.0005
6.64333* 6.57667*
2.68753 2.68753
.048 .050
.0672 .0005
13.2195 13.1528
Repli 1 Repli 2
-6.57667
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
4.5. Pembahasan Pada aktivitas antibakteri secara metode cakram digunakan ekstrak daun bidara laut Hal ini didasarkan sebagai penemuan baru dari pemanfaatan daun bidara laut sebagai obat diare. Untuk membuktikan khasiat darinya sebagai antibakteri, maka perlu dilakukan uji secara ilmiah.
48
Ekstrak daun bidara laut diperoleh dengan cara maserasi. Bagian dari maserasi adalah simplisia yang sudah menjadi serbuk sebanyak 200 gram dikarenakan agar hasil maserasi yang didapatkan cukup untuk diujikan.Maserasi simplisia daun bidara luat menggunakan etanol 70 % selama 5 hari. Hasil maserasi yang berupa maserat tersebut dimurnikan dengan melakukan evaporasi. Evaporasi ini denga tujuan untuk memisahkan pelarut dengan ekstraknya.Hasil dari evaporasi kemudian diuapkan dengan menggunakan waterbath sampai diperoleh ekstrak kental daun bidara laut (Strychonos ligustrina BI). Setelah diperoleh ekstrak daun bidara laut dilakukan pengujian golongan kandungan senyawa fitokimia yang terdapat dalam ekstrak daun bidara laut untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak tersebut. Hasil pengujian skrining fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak daun bidara laut terdapat senyawa tanin, steroid dan terpenoid. Pengujian ekstrak daun bidara laut dilakukan dengan metode difusi yaitu dengan metode cakram. Dalam metode ini sampel ekstrak daun bidara laut yang diperoleh diletakkan ke beaker glass, kemudian kertas cakram dicelupkan hingga jenuh sekitar ± 15 menit. Kemudian kertas cakram diletakkan di atas media Eosin methylene blue agar (EMB) . Hasil yang diperoleh adalah terdapat zona bening di sekitar cakram kertas di 3 cawan yang berisi media dan bakteri kemudian di masukkan kertas cakram dengan konsentrasi 10%, 20%,dan 30% . Terbentuknya zona bening dari ekstrak ini disebabkan karena senyawa antibakteri yang terdapat pada daun bidara laut adalah senyawa tannin, senyawa tannin merupakan senyawa polifenol yang berkerja dengan mengganggu fungsi membrane sitoplasma.
Pada pengamatan sampel dengan konsentrasi 10%
49
didapatkan zona bening pada replikasi pertama 10,44, replikasi kedua 10,35 dan replikasi ketiga 10,70 sehingga didapatkan nilai rata-rata sebesar 10,4833 mm, pada konsentrasi 20% didapatkan zona bening pada replikasi pertama 10,45, replikasi kedua 10,65 dan replikasi ketiga 10,54 sehingga didapatkan nilai rata-rata sebesar 10,5500 mm . Pada pengamatan sampel ketiga dengan konsentrasi 30% didapatkan zona bening pada replikasi pertama 10,55, replikasi kedua 20,28 dan replikasi ketiga 20,55 sehingga didapatkan nilai rata-rata sebesar 17,1267mm. Pengamatan sampel ketiga dilakukan replikasi pada hari kedua sehingga didapatkan hasil zona bening yang sangat berbeda dengan konsentrasi 10% dan 20%.
50
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian aktivitas antibakteri ekstrak daun bidara laut (Strychonos ligustrina BI) terhadap bakteri Escherrichia coli sebagai penyebab diare dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun bidara laut (Strychonos ligustrina BI) memilikidaya dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan Escherrichia coli sebagai salah satu bakteri penyebab diare.Daya hambat tersebut ditunjukkan dengan adanya zona bening disekitar cakram.
5.2. Saran 5.2.1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antibakteri ekstrak daun bidara laut (Strychonos ligustrina BI) terhadap bakteri lain . 5.2.2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menguji efektivitas sediaan menggunakan tamanan tersebut.
51
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 1995. Materia Medica Indonesia. Jilid VI. Depkes Republik Indonesia.
Anonim.http://www.ipteknet,go.id/bidara_laut, diakes 27 Agustus 2010.
Anonim.http://www.plantamor.
Com/
tanaman_obat/kayu
ular,
diakses
9november 2010. Backer, C.A. dan Bakhuizen Van Den Brink, R.C. 1963.Flora of Java (Spermatophytes Only). N.V.P. Noordhoff. Groningen.
Backer, C.A. dan Bakhuizen Van Den Brink, R.C. 1965.Flora of Java (Spermatophytes Only). Vol. II. N.V.P. Noordhoff. Groningen Boyley, J Timothy. 2000. Diare kronik.Jakarta: EGC.
Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Morse, S.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Salemba Medika :Jakarta. Waluyo, Lud, 2007, Mikrobiologi Umum, UMM : Malang. Caniago, I. and S.F.Siebert. 1998. Medicinal plant ecology, knowledge andconservation in Kalimantan, Indonesia. Economic Botany 52(3), hal : 229-250
52
Debbie S.Retnoningrum, 1998, Mekanisme dan deteksi molekul resistensi Antibiotik pada bakteri, Jurusan Farmasin – ITB, Bandung, h.1-5, 16-21.
Depkes RI. 19. Farmakope Indonesia. Edisi IV.Jakarta: Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. P.7, 1036-1043. Djubaedah,
Ebet
dkk.1995.Materia
Medika
Indonesia.Jilid
VI.
Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hargono, Djoko dkk.1986.Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Harmita, dkk. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: EGC.
Ines, T.,Khaled, S., and Kamel, G. 2007. Screening of antimicrobial activity of marine sponge exracted from Tunisian coast. Proc West Pharmacol Soc, 50: 152-155 (Abstrak) Iwan R, 2002, TANNIN, Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan, UniversitasSumatera Utara. Jawetz E Menick, J.L. dan Adelbeng, E.A. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Ed. 23. Ahli bahasa Eddy Mudihardi Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jones, W. P. and A. D. Kinghorn. 2006. Extraction of Plant Secondary Metabolites. In: Sarker, S. D., Latif, Z.and Gray, A. I., eds. Natural ProductsIsolation. 2nd Ed. New Jersey: HumanaPress. P.341-342.
53
Katz, F.W. 1974. Mikrobiological Diffusion Assay, Operation Studiet With CopperEquation. J. Pharm. Sci, Hal 11,36 Djubaedah, Ebet dkk.1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kristanti, A. N., N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press.Hal. 23, 47. Moh. Anief, Drs. Apoteker, 1984. Ilmu Farmasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. Murniasih, T.2003. Metabolit sekunder dari spons sebagai bahan obat- obatan. Oseana, 3:27-33 Mycek, Mary J. dkk.2001. Farmakologi Ulasan bergambar. Edisi II. Jakarta: Widya Medika Narasimhan, R., Toshihiko Osawa, Mitsuo Namiki and Shunro Kawakishi. (1988). Chemical Studies on Novel Rice Hull Antioxidants. 1. Isolation, Fractination, and Partial Characterization. J. Agric. Food. Chem (37): 732-737
Pekzer M. J. dan E. C. S. Chan,1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, Jilid 2, Terjemahan Ratna sri Hadiotomo, dkk penerbit universitas Indonesia, Jakarta
Reubens, B., J. Poesen, F. Danjon, G. Geudens and B. Muys. 2007. The role of fine and coarse roots in shallow slope stability and soil erosion control
54
with a focus on root system architecture: a review. Trees, 21, hal : 385402. Robinson, T. (1991). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung : Penerbit ITB. Hal.152-196. Stinger, Janet L. 2009.Konsep dasar farmakologi.Edisi 3. Jakarta: EGC.
Smirh – Keary P. F., 1988. Genetic Element in Escherrichia coli, Macmillan molecular biology series, London, P.1-9, 45- 54 Suharmiati, Maryani dan Herti. (2004). Daun dewa dan sambung nyawa, Jakarta:Agromedia Pustaka. Voigt. 1995. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan. Jakarta. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Dr. Soendani Noerono. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 335, 359. Waluyo
dan
marlena.
1992.
Identifikasi
dan
pemeriksaan
parameter
farmakognosi dari kayu bidara laut.Seminar pokjanas III. Dirjen POM. Jakarta.
55
Lampiran 1. Deteminasi tanaman bidara laut.
56
Lampiran 2. Proses pembuatan simplisia
Simplisia Kering
Simplisia yang di
Hasil
blender
Lampiran 3. Proses pembuatan ekstrak kental Ditimbang
Diuap
Direndam
Ekstrak kental
Disaring
57
Lampiran 4. Proses pemeriksaan fitokimia
Uji alkaloid pereaksi
Alkaloid pereaksi mayer
(dragondraff)
Flavonoid
Steroid dan tripenoid
Tanin
58
Lampiran 5. Proses pembuatan media untuk pengujian aktivitas ekstrak bidara laut.
Media EMB
Sterilisasi
Penimbangan media
Pembuatan Media
EMB
EMB
Proses Pembiakan
Suspensi bakteri
bakteri Escherrichia
Escherrichia coli
coli
59
Lampiran 6.Uji aktivitas antibakteri
10%
20%
Media aquadest
Media suspense bakteri
30%
60
Lampiran 7. Perhitungan menggunakan one way anova
ANOVA Zona_Hambat Sum of Squares 87.391 65.005 152.396
Between Groups Within Groups Total
Df
Mean Square 2 43.695 6 10.834 8
F 4.033
Sig. .078
Test of Homogeneity of Variances Zona_Hambat Levene Statistic df1 df2 Sig. 15.137
2
6
.005
Descriptives Zona_Hambat
N Repli 1
3
Repli 2
3
Repli 3
3
Total
9
Std. Deviati Mean on 10.48 33 10.55 00 17.12 67 12.72 00
95% Confidence Interval for Mean Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
.18930 .10929
10.0131
10.9536
10.35
10.70
.09539 .05508
10.3130
10.7870
10.46
10.65
5.6971 3.2892 6 6 4.3645 1.4548 7 6
2.9741
31.2792
10.55
20.55
9.3651
16.0749
10.35
20.55
61
Multiple Comparisons Zona_Hambat LSD (I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference (IJ)
Std. Error
Repli 2
-.06667
2.68753
.981
-6.6428
6.5095
Repli 3
*
2.68753
.048
-13.2195
-.0672
Repli 1
.06667
2.68753
.981
-6.5095
6.6428
Repli 3
*
2.68753
.050
-13.1528
-.0005
dim Repli 1 6.64333* 2.68753 * ensi Repli 2 6.57667 2.68753 on3 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
.048 .050
.0672 .0005
13.2195 13.1528
Repli 1
di Repli 2 me nsi on2 Repli 3
dim ensi on3 dim ensi on3
-6.64333
-6.57667
95% Confidence Interval Sig.
Lower Bound Upper Bound