UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK STROBERI (Fragaria xananassa) TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans DENGAN METODE DIFUSI CAKRAM
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH SELI KOSWANA NIM 08.028
AKADEMI ANALIS FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2011
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK STROBERI (Fragaria xananassa) TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans DENGAN METODE DIFUSI CAKRAM
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program D III bidang Analis
OLEH SELI KOSWANA NIM 08.028
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2011
Lembar persembahan
Maha besar Allah yang telah menciptakan Aku sebagai manusia yang telah menganugerahkan dunia beserta isinya… Bapak&Ibu tercinta terima kasih banyak ats segala yg telah kalian berikan kpd Ku. Tak cukup hanya sebuah ucapan terimakasih untuk menebus semuanya. Ini bukanlah akhir tapi ini adalah pintu gerbang untuk Ku menuju impian Ku untuk bisa mandiri… Adikku nia, canda tawa mu menjadi semangat mb’elly selama ini. Suamiku tercinta, do’a&segalanya yg kau brikan untukKu sgt berarti buatKu… Kawand2 Kap_9 (veni,imas,ema,anggi,erna,b.wati) trimakasih sangat atas kebersamaan kalian dlm suka maupun duka. Temand2 sepermainan (riastin,mbk ocha, & semuanya yg tk bisa Ku sebut 1-1) kenangan bersama kalian selama menempuh belajar 3 thun ini tak bisa Ku hapus bgtu saja.. Kawand2 Akafarma-akfar 2008 tak kan mungkin Ku lupakan& bakal kangen kalian semua. Jgn lupa ama temandnya klo udah jadi bos yach…. Love u All……
Karya Tulis Ilmiah Oleh Seli Koswana Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Pada tanggal 19 Agustus 2011
Malang, 19 Agustus 2011 Dosen Pembimbing
( Dra. Wigang Solandjari)
Karya Tulis Ilmiah Oleh SELI KOSWANA Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal sembilan belas Agustus Dua ribu sebelas
Dewan Penguji
Dra. Wigang Solandjari
Penguji I
Erna Susanti.S.Si.,Apt.
penguji II
Puji A.S.Si.,Apt
penguji III
Mengetahui,
Mengesahkan,
Pembantu Direktur bidang
Akademik Direktur
AKAFARMA
AKAFARMA
Hendyk Krisna D.S.Si
Drs. Sentot Joko Raharjo, S.Si
ABSTRAK Koswana, Seli. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Stroberi (Fragaria xananassa)Terhadap Bakteri Streptococcus mutans dengan Metode Difusi Cakram. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang, Pembimbing Dra. Wigang Solandjari Kata Kunci : Aktivitas Antibakteri, Ekstrak stroberi, Streptococcus mutans. Stroberi (Fragaria xananasse) merupakan salah satu buah yang sangat digemari banyak orang karena warna dan bentuknya yang sangat mengesankan. Stroberi telah lama dikenal sebagai buah herba yang memiliki berbagai khasiatbagi kesehatan, karena didalam stroberi mengandung xilitol yang bersifat antibakteri. Xilitol dalam stroberi dipercaya mampu mengurangi pembentukan plak pada gigi dengan cara menghambat bakteri Streptococcus mutans dan menghambat aktivitas enzim glikosiltransferase dari bakteri tersebut. Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi plak pada gigi atau yang lebih dikenal dengan karies gigi yaitu dengan ekstrak stroberi hal tersebut dilakukan karena ekstrak stroberi mampu mengurangi pertumbuhan Streptococcus mutans penyebab plak gigi. Maka dari itu, dilakukan pengujian secara invitro terhadap bakteri Streptococcos mutans dengan menggunakan metode difusi cakram kertas dari konsentrasi ekstrak stroberi sebesar 20%, 40%, 60% dan juga 80%. Setelah itu diamati pertumbuhan luas zona hambat atau zona bening disekitar area kertas cakam selama 2 x 24 jam pada suhu 370C. analisis data hasil penelitian menggunakan standar deviasi dan koefisien variasi, koefisien variasi harus kurang dari 2%. Dari hasil penelitian didapat jumlah rata-rata dari masing-masing konsentrasi menunjukkan perbedaan luas zona hambat bila diurutkan dari terkecil adalah pada konsentrasi 20% menunjukkan 0mm, konsentrasi 40% menunjukkan 6,00mm, konsentrasi 60% menunjukkan 7,89mm, dan konsentrasi 80% menunjukkan 8,15mm. Selanjutnya nilai koefisien variasi pada konsentrasi 40% adalah 1,2007%, kosentrasi 60% adalah 1,0289%, dan konsentrasi 80% adalah 0,9489%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk peneliti selanjutnya dapat disarankan untuk melakukan isolasi terhadap senyawa xilitol agar mendapatkan hasil yang maksimal, disarankan juga supaya dilakukan pengujian tentang kadar xilitol serta pembuatan formulasi obat kumur dari ekstrak stroberi, dan diadakan lebih lanjut tentang aktivitas antibakteri dari ekstrak stroberi terhadap bakteri pathogen yang lain.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Uji Akitivitas Antibakteri Ekstrak Stroberi ((Fragaria spp) Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans Dengan Metode Difusi Cakram Kertas” tepat pada waktunya. Adapun tujusn penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Diploma III di Akademi Anali Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan dengan terselesainya penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs.Sentot Joko Raharjo, S.Si selaku direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan “ Putra Indonesia Malang”. 2. Ibu Dra. Wigang Solanjari selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan tulus ikhlas serta penuh kasih saying dalam memberikan bimbingan selama penyelesaian karya tulis ilmiah ini. 3. Ibu Erna Susanti.S.Si.,Apt. selaku dosen penguji I.
4. Puji A.S.Si.,Apt selaku penguji II. 5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan serta semua staff yang turut membantu selama penyelesaian karya tulis ilmiah ini. 6. Kedua orang tua, adik, suami, dan keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, do’a dan semangat setiap saat.
7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan serta arahan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat.
Malang, 19 Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………
iv
DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………
v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………....
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………..
4
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………
4
1.4 Kegunaan Penelitian ………………………………………...... 4 1.5 Asumsi Penelitian …………………………………………...
5
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ………………..
5
1.7 Definisi Istilah ……………………………………………….
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stroberi …………………………………….……………..
7
2.2 Definisi xilitol ………………………..………………….
12
2.3 Karies gigi ………………………………………………
14
2.4 Streptococcus Mutans ..………………………..…………
16
2.5 Ekstrak …………………………………………………..
18
2.6 Metode ekstraksi ………….………………………………
19
2.7 Pertumbuhan bakteri ……………………………………
20
2.8 Senyawa antibakteri ……………………………………
23
2.9 Metode difusi ……………………………………………
25
2.10 Metode dilusi …………………………………………..
30
2.11 Kerangka teori …………………………………………
30
2.12 Hipotesis ……………………………………………….
32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ………………………………………… 33 3.2 Populasi dan Sampel …………………………………………. 35 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………… 36
3.4 Instrumen penelitian ………………………………………….. 36 3.5 Definisi oprasional …………………………………………..
38
3.6 Pengumpulan data…………………………………..…….
39
3.7 Analisis data …………….………………………………..
42
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil penelitian ………………………………………………... 43 4.2 Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak stroberi (Fragaria
xananasse) terhadap Bakteri Streptococcus mutans..…………... 46 4.3 Analisis data ……………………………………..……….
47
BAB V PEMBAHASAN ………………………………………………..
50
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 53 6.2 Saran ……………………………………………………………. 53 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 54 LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………. 56
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel ...............................................
38
Tabel 3.2
Rancangan penelitian..............................................................
43
Tabel 4.1
Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak stroberi …………..
41
Tabel 4.2
Diameter zona hambatan (mm) ekstrak stroberi 20%, 40%, 60%,
80% terhadap bakteri Streptococcus mutans pada media BHI …………….
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema perlakuan sampel.............................................................. ..........................................................................................................................
56
Lampiran 2.Cara perhitungan konsentrasi ekstrak stroberi …………………
57
Lampiran 3. Analisis data dengan SD dan KV……………………………….. 58
Lampiran 4. . Foto Praktek.................................................................................
61
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagian orang pernah merasakan nyeri pada gigi dan merasa tidak nyaman dikarenakan mahkota gigi sudah keropos atau gigi berlubang. Gigi yang berlubang disebabkan karena adanya karies gigi yang timbul akibat adanya bakteri yang dapat memfermentasi glukosa, sukrosa, dan fruktosa menjadi asam laktat. Asam yang diproduksi tersebut memengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Ketika mengkonsumsi makanan manis, maka kandungan gula pada makanan itu akan menempel pada kerak gigi dan akan menimbulkan plak yang berisi bakteri dan produk-produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak adalah bakteri yang mampu membentuk polisakarida ekstra seluler, yaitu dari genus streptococcus dan juga aktivitas enzim glikosiltransferase. . Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans (Roeslan, 1996). Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan. Asam yang diproduksi dalam
plak akan terus merusak lapisan email gigi. Kemudian bakteri akan mengikuti jalan yang sudah dibuat oleh asam dan menginfeksi lapisan berikutnya, yaitu dentin. Pengobatan yang memanfaatkan tanaman dari alam biasa disebut tanaman obat. Apabila seseorang mengkonsumsi salah satu tanaman obat tertentu untuk pengobatan, maka tanaman obat tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit. Hal ini dikarenakan tanaman obat tersebut tidak hanya mengandung satu zat aktif yang berkhasiat obat. Misalnya tanaman yang digunakan untuk pengobatan karies pada gigi dapat juga digunakan sebagai analgesik, antioksidan, dan mencegah kanker. Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk menghilangkan karies gigi adalah buah stroberi. Stroberi adalah buah merah yang sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat. Rasa yang manis dan sedikit masam membuat banyak digemari. Stroberi juga dapat digunakan sebagai obat tradisional dalam beberapa penyakit seperti mencegah kanker saluran pencernaan, menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), menurunkan kolesterol, memperlancar aliran darah di dalam tubuh, menjaga stamina tubuh, memutihkan gigi dan mengurangi pembentukan plak gigi. Untuk mengetahui aktifitas ekstrak stroberi terhadap bakteri Stretococcus mutans penyebab karies gigi, stroberi harus diekstraksi terlebih dahulu dengan cara infundasi, yaitu sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 200 sampai 250C selama 5 menit. Cairan penyari yang digunakan yaitu air. Hal ini dikarenakan zat aktif xylitol pada stroberi dapat mencegah karies gigi hanya dapat larut dengan air.
Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat dalam simplisia tersebut terdapat dalam kadar yang tinggi. Hal ini memudahkan dalam hal pengaturan dosisnya (Van Duin, 1954 : 186). Ada dua metode untuk menguji kepekaan terhadap antimikroba invitro yaitu dengan metode pengenceran (Dillution Method) dan metode penyebaran (Difusion Method). (tim mikrobiologi Universitas Brawijya, 2003:122) Dalam penelitian ini menggunakan metode difusi cakram, dan cakram yang digunakan adalah kertas whattman karena metode difusi ini lebih praktis, ekonomis, dan lebih mudah dilakukan. Meode difusi cakram kertas ini yang digunakan untuk mengukur zona hambat pada cakram kertas yang sudah diletakkan pada medium yang telah ditumbuhi bakteri Streptococcus mutans pada konsetrasi 20 %, 40 %, 60 %, dan 80 % ekstrak stroberi yang dihitung dengan menggunakan standar deviasi dan koefisien variasi untuk mengetahui keajegan dari data-data tersebut.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1.2.1
Apakah ekstrak stroberi mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans?
1.2.2 Pada konsentrasi berapakah ekstrak stroberi memberikan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1.3.1
Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak stroberi terhadap Streptococcus mutans.
1.3.2
Untuk
mengetahui
pada
konsentrasi
berapakah
ekstrak
stroberi
memberikan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans.
1.4 Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan penelitian ini adalah : 1.4.1
Memberi informasi masyarakat pendidikan, industri dan awam tentang efektifitas dari dosis ekstrak stroberi sebagai antibakteri sehingga masyarakat umum dapat memanfaatkan stroberi untuk terapi kesehatan gigi.
1.4.2
Meningkatkan upaya penggunaan obat tradisional (dari bahan alam) sebagai terapi penyakit khususnya stroberi sebagai antibakteri pada gigi berlubang.
1.4.3
Sebagai bahan referensi bagi karya tulis ilmiah selanjutnya yang meneliti tentang aktivitas antibakteri ekstrak stroberi dengan menggunakan bakteri lain.
1.5 Asumsi Penelitian Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1
Stroberi mengandung senyawa aktif xylitol untuk mencegah karies pada gigi.
1.5.2
Daya antibakteri ekstrak stroberi dapat ditentukan dengan metode penyebaran.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti pengaruh pemberian ekstrak stroberi dengan cara mengetahui daya hambat sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans pada karies gigi dengan berbagai dosis yaitu 20 %, 40 %, 60 %, 80 %. Adapun keterbatasan penelitian ini menggunakan bakteri Streptococcus Mutans dan dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas.
1.7 Definisi Istilah Beberapa istilah yang didefinisikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.7.1
Aktivitas adalah kemampuan suatu zat dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri.
1.7.2
Tanaman obat adalah jenis tumbuhan budidaya atau tumbuhan liar yang diakui dan diyakini memiliki khasiat jika digunakan baik dalam bentuk tunggal maupun campuran.
1.7.3
Antibakteri adalah suatu komponen kimia yang mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan atau kemampuan dalam mematikan bakteri.
1.7.4
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat atau bulat telur yang bersifat nonmotil (tidak bergerak) dan anaerob fakultatif serta dapat menimbulkan karies gigi untuk email gigi.
1.7.5
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai.
1.7.6
Uji antimikroba adalah suatu uji yang diukur respons pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien.
1.7.7
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroberi Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika rata – rata memiliki 200 biji kecil per satu buahnya. Terdapat 700 macam jenis stroberi. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. (Ir. Padmiarso, M.wijoyo. 2008:7). 2.1.1
Klasifikasi
Klasifikasi botani tanaman stroberi berdasarkan taksonomi (tata nama) sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Subkingdom :Tracheobionta Divisi
: Magnoliophyta
Super divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Family
: Rosaceae
Genus
: Fragaria
Spesies
: Fragaria xananassa.
2.1.2
Deskripsi Tanaman
Habitus
: tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.000-1.500 meter dpl. Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya stroberi terdapt didaerah Lembang dan Cianjur (Jawa Barat). Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi.
Daun
: daun tanaman stroberi tersusun atas tangkai yang berukuran agak panjang. Tangkai daun berbentuk bulat serta seluruh permukannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Helai daun bersusun tiga (trifoliata). Bagian tepi daun bergerigi, berwarna hijau, dan berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan. Kemudian, daun akan kering dan mati.
Bunga
: stroberi berbunga sempurna (hermaphrodite). Struktur bunga terdiri atas 5 kelopak (sepal), 5 daun mahkota (petal) 20-35 benang sari (stamen), dan ratusan putik (pistil). Bunga tersusun dalam malai yang berukuran panjang, terletak pada ujung tanaman. Setiap malai bercabang daun, mempunyai 4 macam bunga yaitu 1 bunga primer, 2 bunga sekunder, 4 bunga tersier, serta 8 bunga kuartener. Bunga primer adalah bunga yang pertama kali mekar pada setiap malai, kemudian disusun oleh bunga-bunga lainnya. Penyerbukan bunga di bantu oleh serangga (lebah) dan angin. Setiap malai bunga dapat menghasilkan lebih dari
satu buah. Buah
: umumnya berbentuk kerucut hingga bulat. Buah yang nampak secara visual disebut buah semu. Karena buah tersebut berasal dari dasar bunga (receptaculum) yang berubah bentuk menjadi gumpalan daging buah. Buah muda berwarna hijau, namun setelah tua (matang) berubah menjadi berwarna merah atau kuning kemerah-merahan dan mengkilap.
Biji
: biji stroberi berukuran kecil. Pada setiap buah dihasilkan banyak biji. Biji itu berukuran kecil, terletak diantara daging buah. Pada skala penelitian atau pemuliaan tanaman, biji merupakan alat perbanyakan tanaman secara generatif.
Akar
: struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar (corpus), ujung akar (apex), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar (calypta). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akar mencapai 100 cm, namun akar tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15 cm-45cm, tergantung jenis dan kesuburan tanahnya. Akar tanaman menyebar ke segala arah. Akar-akar primer tanaman dapat bertahan sampai satu tahun atau lebih, kemudian kering dan mati. Selanjutnya akar itu digantikan oleh akar-akar primer baru yang tumbuh pada ruas paling dekat dengan akar primer yang telah kering
tersebut. 2.1.2
Khasiat Stroberi dapat digunakan untuk antihipertensi, menurunkan resiko
berbagai jenis kanker, meningkatkan kekuatan otak dan menjaga penglihatan tetap jernih, sebagai obat jerawat alami, menghaluskan kulit, serta memutihkan gigi dan mencegah gigi berlubang. 2.1.3
Kandungan Kimia Stroberi Tumbuhan ini mengandung antioksidan yang tinggi. Warna merah pada
stroberi matang disebabkan karena pigmen warna antosianin dan juga mengandung serat, rendah kalori, vitamin C, asam folat, potassium, asam ellagik, asam salisilat, kuersetin, kaempferol, asam fenolat, dan kaya akan Xylitol yaitu gula alkohol antimikroba yang dapat mencegah atau mengurangi karies pada gigi. Setiap 100gram stroberi mengandung : Protein (0.8 g), Lemak (0.5 g) Karbohidrat (8.3 g), Energi (37 kal), Kalsium (28 mg), Fosfor (27 mg), zat besi (0.8 mg), magnesium (10 mg), potassium (27 mg), selenium (0.7 mg), vit A (60 mg), vit B1 (0.03 mg), vit B2 (0.07 mg), vit C (60 mg), air (89.9 g), dan asam folat (17.7 mg).
2.2 Definisi Xylitol Xylitol merupakan suatu senyawa kristal putih yang memiliki rasa serta penampakan seperti gula. Rumus kimia xylitol adalah (CHOH)3(CH2OH)2. Gula
alkohol jenis pentitol ini dapat dijumpai secara alami pada berbagai buah dan sayuran (0,3 sampai dengan 0,9 gram per 100 gram), seperti bermacam jenis buah beri, oat, sekam jagung, dan jamur. Senyawa ini dapat juga diperoleh melalui ekstraksi serat jagung, pohon birch, raspberry, plum, dan jagung. Xylitol telah digunakan sebagai pemanis makanan sejak tahun 1960-an. Xylitol telah mendapat persetujuan dari U.S. Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 1963 sebagai tambahan dalam makanan, dan telah digunakan secara luas dalam makanan selama lebih dari 40 tahun. Namun demikian, pemanfaatannya untuk perawatan gigi baru digunakan pada era tahun 1970-an. Xylitol adalah gula alkohol jenis pentitol dengan tingkat kemanisan 1,2-0,8 kali dari sukrosa, berbentuk serbuk, berwarna putih, dan tidak berbau, Kelarutan dalam air pada 20 derajat Celsius adalah 64,2 g/100 ml, dan nilai kalori rendah. Adapun kelebihan dari xylitol yaitu dapat membantu menghambat pertumbuhan karies gigi, tidak dapat difermentasi oleh bakteri dalam mulut, membantu mereduksi pembentukan plak, meningkatkan produksi air liur, dapat menggantikan posisi fluoride dalam produk pasta gigi, mempunyai rasa yang cukup nikmat tanpa menyisakan aftertaste yang tidak diinginkan dan yang lebih penting menghasilkan kalori yang lebih rendah dibandingkan dengan sukrosa atau gula pasir. 2.2.1
Sifat-sifat xylitol Walau memiliki rasa yang sama seperti gula, xylitol memiliki kalori yang
lebih rendah dan memberi rasa dingin dalam mulut sehingga terbukti berguna mengurangi aktivitas bakteri, menghilangkan plak, dan memperbaiki kerusakan
gigi. Dibandingkan dengan glukosa, xylitol mengalami absorpsi ke dalam tubuh yang lebih lambat (glikemiks indeks 11). Dengan demikian, kenaikan glukosa darah yang tiba-tiba dapat dihambat. Karena alasan inilah, xylitol pun kerap kali digunakan sebagai pengganti sukrosa bagi penderita diabetes. Xylitol memiliki tingkat kemanisan 1,2-0,8 kali dari sukrosa, berbentuk serbuk, berwarna putih, dan tidak berbau, Kelarutan dalam air pada 20 derajat Celsius adalah 64,2 g/100 ml,sukar larut dalam etanol, dan memiliki nilai kalori rendah. 2.2.2
Kegunaan xylitol Xylitol mampu menjaga kesehatan gigi dan mencegah karies (kerusakan
gigi). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan gigi. Streptococcus mutans mempunyai kemampuan mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam. Asam ini menjadi bagian yang menempel untuk selanjutnya membentuk plak gigi. Asam pada plak menyerang mineral pada lapisan gigi bagian luar. Hal ini menyebabkan erosi pada gigi yang dapat menyebabkan terbentuknya lubang kecil pada email gigi. Xylitol mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans saat mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam. Hal ini dapat dilakukan karena sifat xylitol tidak dapat difermentasikan oleh bakteri tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan Streptococcus mutans menjadi demikian terhambat. Mekanisme inilah yang sebenarnya menjadi alasan mengapa xylitol dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan pada gigi. Daya penghambatan xylitol dapat menyentuh angka 90 persen. Aktivitas xylitol akan baik jika kandungannya dalam produk melebihi angka 50 persen. Namun demikian, aktivitasnya akan terganggu bila ada pemanis lain yang terdapat dalam produk tersebut. Penggunaan xylitol
akan memicu produksi air liur yang mengandung banyak mineral penting bagi email gigi. Kondisi ini dinilai sangat menguntungkan kesehatan gigi karena akan memperbaiki lapisan gigi bagian luar.
2.3 Karies Gigi 2.3.1
Definisi Karies Gigi Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya.
Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. (Anonim, 2008) Proses kerusakan gigi diawali dengan adanya lubang gigi atau disebut dengan karies. Karies gigi (kavitasi) adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Sebuah karies dimulai sebagai bintik putih dimana bakteri melarutkan kalsium dari email. (Anonim, 2008) Hal-hal yang mendukung terjadinya karies gigi : a. Gigi, anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies, celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan. b. Bakteri, mulut mengandung sejumlah besar bakteri, namun hanya sedikit
bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacili di diantaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan
adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp, dan Streptococcus mutans. c. Karbohidrat yang difermentasi, bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila ph telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencucu mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses perlubangan. d. Waktu, tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
mempengaruhi
perkembangan
karies.
Setelah
seseorang
mengkonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolismegula menjadi asam dan menurunkan pH, pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam. (anonym, 2008)
2.4 Streptococcus Mutans 2.4.1
klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bacteria Divisio : Firmicutes Klass : Cocci Order : Lactobacilalles
Famili : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Spesies : Streptococcus mutans Streptococcus mutans pertama kali ditemukan pada tahun 1924 oleh Clarke. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif, dapat tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob. Umumnya ditemukan dalam rongga mulut manusia dan dapat terjadi pembusukan dalam gigi. (Ari widya nugraha, 2008). Streptococcus mutans dapat menghasilkan polisa ekstraseluler yang disebut mutan. Bakteri ini merupakan spesies yang mendominasi komposisi bakteri dalam plak gigi. Bakteri ini merupakan mikroflora normal dalam rongga mulut yang harus mendapat perhatian khusus karena kemampuannya membentuk plak dari sukrosa melebihi jenis bakteri lainnya. Glucosyltransferase (GTF) yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans dapat mengubah karbohidrat yang terdapat dalam rongga mulut menjadi extracellular glucan yang sangat berperan bagi keberadaan bakteri pada permukaan gigi dan pembentukan plak yang merupakan salah satu karakteristik yang disebabkan oleh Streptococcus mutans. (Ari widya nugraha, 2008). 2.4.2
Streptococcus mutans sebagai Bakteri Uji Streptococcus mutans merupakan bakteri yang mudah tumbuh dalam
medium Blood agar. Bakteri ini dapat menyebabkan pembentukan plak pada gigi. Berkaitan dengan fungsi stroberi sebagai pencegah gigi berlubang, maka bakteri Streptococcus mutans ini cocok digunakan sebagai bakteri uji.= 2.4.3
Penggunaan Dosis Formula yang digunakan sebagai antibakteri adalah menggunakan ekstrak
stroberi dengan metode infudasi yaitu sebanyak 1 ons, dicuci dan direbus dengan 200 ml air, sampai air rebusannya tinggal setengahnya. Minum seperti air teh dan habiskan dalam sehari. (Ir. Padmiarso, M.wijoyo. 2008:14,15).
2.5 Ekstrak Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental, dan cair dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai yaitu maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air yang mendidih. (Anief, 1994 : 168)
2.5.1
Pemilihan Penyari Pemilihan cairan penyari harus sesuai dengan karakteristik bahan aktifnya
agar tidak dapat merusak kandungan zat aktifnya. Untuk penyarian menurut farmakope Indonesia menetapkan bahwa yang digunakan sebagai larutan penyari adalah air, etanol, etanol-air, eter. Pemilihan pelarut ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : 1. mudah diperoleh dan murah 2. stabil secara kimia dan fisika 3. selektif, yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki 4. bereaksi netral 5. tidak mempengaruhi zat yang berkualitas 6. diperbolehkan oleh peraturan
2.5.2
Jenis-Jenis Cairan Penyari Ekstrak diperoleh dengan cara mengeksrtaksi simplisia dengan cairan
penyari, contohnya air, etanol, etanol-air yang kemudian sari yang diperoleh diuapkan 2.5.2.1 Air Keuntungan menggunakan penyari air adalah murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah mengguap, tidak beracun, alamiah. Sedangkan kerugian air adalah tidak selektif, sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam karena mudah ditumbuhi jamur dan bakteri sehingga mudah rusak dan memerlukan waktu yang lama dalam proses pemekatan.
2.5.2.2 Etanol Keuntungan menggunakan pelarut etanol adalah etanol lebih selektif, sulit ditumbuhi kapang, kuman, atau bakteri, tidak bercun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, memerlukan waktu yang lebih singkat dalam pemekatan karena etanol mudah menguap. Sedangkan kerugiannya adalah harganya mahal namun untuk meningkatkan penyarian biasa digunakan campuran antara etanol dan air.
2.6 Metode Ekstraksi 2.6.1
Infundasi Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air panas pada suhu 900C selama 15 menit. Infus merupakan proses penyarian yang ada pada umumnya di gunakan untuk menyari zat–zat kandungan
aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kapang. Oleh karena itu sari yang peroleh dengan cara ini tidak boleh disimpan dalam waktu lebih dari 24 jam.
2.7 Pertumbuhan Bakteri 2.7.1 Pengertian Pertumbuhan Pertumbuhan adalah suatu keadaan dimana meningkatnya jumlah sel konstituen (yang menyusun).
2.7.1.1 Fase Pertumbuhan Bakteri Dalam pertumbuhannya bakteri mengalami empat fase pertumbuhan yaitu fase tenggang (lag), fase logaritma (log ), fase stasioner, dan fase kematian. 1.
Fase Tenggang (lag) Adalah periode penyesuaian pada lingkungan dan lamanya dapat satu jam
hingga beberapa hari. Lama waktu ini bergantung pada macam bakteri, umur biakan, dan nutrisi yang terdapat dalam medium yang disediakan. Fase tenggang dalam pembiakan saja, karena sebenarnya sel itu sangat aktif dalam metabolisme. Inklusi dihabiskan dan ada sintesis enzim dan konstituen penting secara aktif. Pada akhir periode ini sel biasanya kehilangan semua inklusinya. 2.
Fase Logaritma (log) Adalah periode pembiakan yang cepat dan merupakan periode yang
didalamnya biasanya teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Selama fase ini waktu
generasi tetap tak berubah bagi setiap jenis, jika diubuat proyeksi logaritma jumlah organisme terhadap waktu, fase log ini muncul sebagai garis lurus. 3. Fase Stationer Adalah keadaan biakan menjadi tua dan mendekati populasi bakteri maksimum yang dapat ditunjang medium, laju pembiakan berkurang dan beberapa sel mati. Apabila laju pembiakan sama dengan laju kematian, maka jumlah keseluruhan bakteri akan tetap. Selain menyusutnya nutrisi dalam medium, produk limbah metabolisme cenderung untuk menumpuk dan mungkin menjadi racun bagi organisme. 4. Fase Kematian Adalah keadaan bila laju kematian melampaui laju pembiakan, banyaknya bakteri sebenarnya menurun. Pada fase kematian ini, biasanya pembiakan berhenti. Pada jenis-jenis tertentu, hal ini memerlukan waktu bermingguminggu, berbulan-bulan bahkan lebih lama lagi sebelum sampai pada fase ini. (Wesley, 1993). 2.7.2
Faktor Pertumbuhan Bakteri Dalam pertumbuhannya, bakteri dipengaruhi oleh faktor dalam yaitu :
nutrisi dan faktor luar meliputu suhu, atmosfer gas, keasaman atau kebasaan, dan lain-lain. 1. Faktor Dalam (Nutrisi) Nutrisi yang dibutuhkan bakteri harus larut dalam air agar dapat memasuki sel bakteri. Ada tiga nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Pertama, adalah karbon digunakan untuk sintesis protoplasmanya. Kedua, adalah
nitrogen. Ketiga, adalah ion organic. Semua organisme memerlukan fosfat, baik sebagai komponen struktur sel maupun sebagai simpanan energi. (Pelczar, 1988) 2. Faktor Luar a. Suhu Suhu merupakan factor luar yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan arena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu, maka pola pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman suhu dapat mengubah proses-proses metabolic tertentu serta morfologi sel. Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka bakteri dapat diklasifikasi sebagai : Psikrofil, yang tumbuh pada 0-30o C, Mesofil, yang tumbuh pada 25-40o C, dan Termofil, yang tumbuh pada suhu500 C atau lebih. b. Atmosfer Gas Atmosfer gas merupakan gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas, dan atas dasar ini maka dibagi menjadi empat kelompok: - Aerobik (organisme yang membutuhkan oksigen) - Anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler) - Anaerobik fakultatif (tumbuh pada keadaan aerobik dan anaerobik) - Mikroaerofilik (tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen atmosferik) c.
Keasaman atau Kebasaan
Keasaman atau kebasaan (ph). Ph optimum pertumbuhan bagi bakteri kebanyakan terletak antara 6,5-7,5. d.
Faktor Lain Faktor lain-lain untuk pertumbuhan bakteri adalah sumber pencahayaan,
karena cahaya adalah sumber energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga atau tegangan yang terhimpun ketika air berdifusi melalui suatu membran) atau tekanan hidrostatik.
2.8 Senyawa Antibakteri
2.8.1
Pengertian Antibakteri Antibakteri adalah suatu komponen kimia yang berkemampuan dalam
menghambat pertumbuhan atau kemampuan dalam mematikan bakteri. (Volk dan Wheeler, 1998) Bahan antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri. (Pelczar dan Chan, 1988). Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa antibakteri adalah suatu bahan yang merupakan racun bagi bakteri dan berkemampuan dalam menghambat dan mematikan bekteri. Penggunaan antibakteri bertujuan sebagai usaha pengendalian terhadap bakteri yaitu untuk menghambat, membasmi atau menyingkirkan bakteri. Usaha pengendalian tersebut meliputi beberapa hal yaitu, mencegah penyakit dan infeksi, membasmi bakteri pada inang yang terinfeksi dan mencegah pembusukkan dan perusakan bahan oleh bakteri. 2.8.2
Jenis Senyawa Antibakteri
Senyawa antibakteri dapat berasal dari tumbuhan atau bahan-bahan kimia. Antibakteri dapat berupa zat padat, cair, dan gas yang dicirikan oleh komposisi molekuler yang pasti dan menyebabkan terjadinya reaksi. (Pelczar dan Chan, 1988). 2.8.3
Mekanisme Kerja Antibakteri Antibakteri dalam melakukan efeknya harus mampu mempengaruhi bagian
sel yang vital, seperti membrane sitoplasma, enzim, dan protein. (Volk dan Wheeler, 1998). Cara kerja senyawa antibakteri dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut : a. Merusak dinding sel Dinding sel merupakan bagian sel yang berfungsi memberi bentuk dan kekuatan atau perlindungan sel, mengatur pertukaran zat-zat dari dan kedalam sel serta memegang peranan penting dalam pembelahan sel. Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukan atau mengubahnya setelah terbentuk. Kerusakan pada dinding sel akan berakibat terjadinaya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel. b. Perubahan permeabilitas membrane sel Membran sel berfungsi dalam memelihara integritas komponenkomponen seluler yang secara selektif mengatur keluar masuknya zat antara sel dan lingkaran luar. Dengan demikian kerusaka pada membrane sel akan memungkinkan ion organic penting, nukleotida, asam amino, dan enzim keluar dari sel.
c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat Hidupnya suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat keadaan alamiahnya. Konsentrasi tinggi beberapa
zat
kimia
dapat
mengakibatkan
denaturasi
komponenkomponen seluler yang vital ini. d. Penghambatan kerja enzim Suatu sel yang normal memiliki sejumlah enzim untuk membantu kelangsungan proses-proses metabolisme bersama protein yang lain. Penghambatan pada kerja enzim dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel. e. Penghambatan sintesa asam nukleat dan protein DNA (asam deoksiribo nukleat), RNA (asam ribo nukleat) dan protein memegang peranan penting dalam proses kehidupan sel. Gangguan yang terjadi pada proses pembentukan dan fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan sel. (Pelczar dan Chan, 1988).
2.9 Metode Difusi
Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap antibiotik adalah dengan menginokulasi plat agar dengan biakan dan mebiarkan antibiotik berdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandung antibiotik diletakkan dipermukaan plat agar yang mengandung organisme yang di uji. Konsentrasi menurun sebanding dengan luas bidang difusi pada jarak tertentu dari masing-masing cakram, antibiotik terdifusi sampai pada titik dimana antibiotik tidak lagi menghabat pertumbuhan mikroba. Efektifitas antibiotik ditunjukkan
oleh zona hambatan. Zona hambatan ini tampak sebagai area jernih atau being yang mengelilingi cakram dimana zat dengan aktifitas anti mikroba terdifusi. Diameter zona dapat dihitung dengan penggaris dan hasil dari eksperimental ini merupakan satu anti biogram. Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan cakram kertas saring yang tersedia secara komersial, kemasan yang menunjukkan konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia. Efektifitas relative dari antibiotik yang berbeda menjadi dasar dari spectrum sensitifitas suatu organisme. Informasi ini, bersama dengan berbagai pertimabangan farmakologi, digunakan dalam memilih antibiotik untuk pengobatan. Ukuran dari zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas dari media biakan, kecepatan difusi antibiotik, konsentrasi antibiotik, pada cakram filter, sensitifitas organisme terhadap antibiotik , dan interaksi antibiotik dengan media. Media cakram difusi mewakili prosedur sederhana mempunyai aktifitas antibiotik yang berguna. ( Biomed &Harminto, 2005 : 1-3 ) 2.9.1
Metode Cakram Kertas / disc diffusion (tes Kirby dan bauer) Metode ini digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba.
Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh
agen antimikroba pada pertumbuhan media agar.
2.9.2
E. test Metode
E-test
digunakan
untuk
mengestimasi
MIC
(Minimum
INHIBITORY Concentration) atau KHM (Kadar hambat Minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Pada metode ini digunakan strip plastic yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan menunjukkan
dilakukan
kadar
pada
agen
area
mikroba
jernih yang
yang
ditimbulkan
menghambat
yang
pertumbuhan
mikroorganisme pada media agar. 2.9.3
Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada
media agar yan telah ditanami dengan miroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji. 2.9.4
Ditch- plate technique Pada metode ini sample uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada
parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen antimikroba. 2.9.5
Gradient-Plate Technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara
teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji
ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua kemudian dituang diatasnya. Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan prmukaan media mengering. Mikroba uji ( maksimal 6 macam ) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjamg total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mugkin dibanding dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. Bila : X = panjamg total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin Y = panjang pertumbuhan actual C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media mg/ml atau ug/ml maka konsentrsi hambatan adalah : [(X,Y)]: C mg/ml atau ug/ml. Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang di dapat dari lingkungan padat dan cair, factor difusi agen antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat. Luas daerah penghambatan atau zona bening adalah petunjuk kepekaan dan keampuhan bahan antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri pathogen penyebab penyakit. Selain itu juga menunjukkan kecepatan difusi bahan antimikroba dalam medium. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ukuran zona penghambatan dan harus dikontrol adalah : a. Konsentrasi mikroba pada permukaan medium. Semakin tinggi konsentrasi mikroba maka zona penghambatan akan semakin kecil. b. Kedalaman medium pada cawan petri. Semakin tebal medium pada cawan
petri maka zona penghambatan akan semakin kecil. c. Nilai pH dari medium. Beberapa antibiotika bekerja dengan baik pada kondisi asam dan beberapa basa kondisi alkali/basa. d. Kondisi aerob/anaerob. Beberapa antibakterial kerja terbaiknya pada kondisi aerob dan yang lainnya pada kondisi aerob (Greenwood, 1995) Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri (Ahn dkk, 1994 dalam Greenwood, 1995) Diameter Zona terang …> 20 mm 16-20 mm 10-15 mm …<>
Respon hambatan pertumbuhan Kuat Sedang Lemah tidak ada
2.10 Metode Dilusi 2.10.1 Metode Dilusi Cair / Broth Dilution Test (Serial Dilution) Metode ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration atau kadar hambat minimum, KHM) dan MBC (minimum bactericidal concentration atau kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang dilakukan dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen mikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut, selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih. Setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM.
2.10.2 Metode Dilusi Padat / Solid Dilution Test
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair, namun penggunaan media padat (solid). Keuntunggan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk beberapa mikroba uji.
2.11 Kerangka teori Stroberi adalah buah yang sangat popular dan memliki nilai ekonomis. Secara alami stroberi selain memiliki nilai kalori dan lemak yang rendah juga mengandung serat, vitamin C, asam folat, kalium, xylitol, dan antioksidan dalam jumlah tinggi. Kandungan tersebut menjadikan stroberi sebagai alternatif yang bagus untuk meningkatkan kesehatan jantung, mengurangi resiko terserang beberapa jenis kanker, mencegah bau mulut dan gigi berlubang. Bagian dari tanaman yang digunakan untuk mencegah gigi berlubang dan sebagai antibakteri adalah buahnya. Pada bagian buah ini terdapat serat, rendah kalori, vitamin C, asam folat, potassium, asam ellagik, asam salisilat, kuersetin, kaempferol, asam fenolat, dan kaya akan Xylitol yaitu gula alkohol antimikroba. Kandungan senyawa antimikroba pada stroberi dapat mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam. Hal ini dapat dilakukan karena sifat senyawa antimikroba tersebut tidak dapat difermentasikan oleh bakteri tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan mikroorganisme menjadi terhambat. Salah satu bakteri yang menyebabkan gigi berlubang adalah Streptococcus mutans. Bakteri Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, memiliki bentuk kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu 180-400 C. Streptococcus
Mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies gigi untuk email gigi. bersifat nonmotil (tidak bergerak), dan anaerob fakultatif. Streptococcus mutans adalah bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam, asidodurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket disebut dextran. Oleh karena kemampuan ini, Stertococcus mutans bisa menyebabkan lengket dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi sehingga membentuk karies. Khasiat stroberi sebagai antibakteri dapat dilihat melalui pengujian aktivitas antibakteri dengan menggunakan cakram kertas, lalu menanam bakteri pada media agar, dan selanjutnya memasukkan cakram kertas yang sudah dicelupkan atau direndam pada ekstrak stroberi pada media agar yang sudah berisi suspense bakteri. Kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Beberapa literatur tidak mencantumkan dosis yang tepat sebagai pengobatan tradisional untuk mencegah karies gigi. Oleh karena itu, di buat berbagai konsentrasi ekstrak stroberi yaitu 20 %, 40 %, 60 %, 80 % untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada bakteri Streptococcus Mutans. Ekstrak stroberi bisa dinyatakan memiliki aktivitas antibakteri apabila ekstrak stroberi dapat menghambat bakteri Streptococcus Mutans. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya zona bening pada wilayah cakram kertas. Pengukuran zona bening tersebut dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Seberapa besar aktivitas antibakteri ekstrak stroberi pada bakteri Streptococcus Mutans dapat dilihat dengan adanya media kontrol untuk menghasilkn data yang tidak meragukan. Kontrol media tersebut dibuat hanya
dengan menggunakan dua cawan petri yaitu kontrol media yang berisi media saja untuk melihat kesterilan dari media saat bekerja dan kontrol bakteri media dan suspense bakteri untuk menguji pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
2.12 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ekstrak stroberi dengan berbagai konsentrasi dapat menghasilkan aktivitas antibakteri Streptococcus Mutans dengan di tandai adanya zona hambat pada cakram kertas.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental karena dalam penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak stroberi terhadap bakteri Streptococcus mutans dengan beberapa macam konsentrasi ekstrak stroberi. Rancangan penelitian ini meliputi tiga tahap kerja. Tahap pertama yaitu tahap persiapan meliputi sterilisasi semua alat yang akan digunakan, pembuatan ekstrak stroberi dengan berbagai konsentrasi, pembuatan media, penyiapan suspensi bakteri. Kedua, tahap pelaksanaan yaitu pengujian aktifitas antibakteri ekstrak stroberi terhadap Streptococcus mutans. Ketiga, tahap akhir penelitian yaitu melakukan pengamatan terhadap hasil pengujian dan analisis data. Percobaan dilakukan dengan 4 buah perlakuan dan 3 kali replikasi, yaitu perlakuan A untuk konsentrasi 20%, perlakuan B untuk konsentrasi 40%, perlakuan C untuk konsentrasi 60%, dan perlakuan D untuk konsentrasi 80%.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau sekumpulan individu yang memiliki karakteristik tertentu (Rofieq,2001). Populasi dalam penelitian ini adalah Stroberi yang didapat dari Agrowisata kota Batu. Buah stroberi segar diambil dan dicuci, kemudian di tiriskan untuk menghilangkan sisa air saat pencucian. Buah yang sudah bersih kemudian di potong kecil-kecil dan di ekstrak dengan cara infundasi.
3.2.2 Sampel penelitian Yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek sebenarnya dari suatu penelitian (Rofieq, 2001). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah buah stroberi yang dibuat dalam bentuk ekstrak dengan cara direbus dengan menggunakan pelarut berupa air hingga tersisa setengahnya kemudian diambil sarinya dengan beberapa konsentrasi yaitu 20 %, 40 %, 60 %, 80 %. Sedangkan bakteri uji yang akan digunakan untuk pengujian antibakteri dengan ekstrak stroberi adalah Streptococcus mutans yang diperoleh dari Laboratorium Kedokteran Universitas Brawijaya.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1
Lokasi Penelitian Penelitian aktivitas ekstrak Stroberi (Fragaria xananasse) terhadap bakteri
Streptococcus mutans dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 3.3.2
Waktu Penelitian Waktu penelitian dimulai dari proses penyusunan proposal bulan
November 2010 sampai dengan Juni 2011.
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak stroberi sebagai antibakteri digunakan metode difusi dengan menggunakan cakram kertas. 3.4.1
Alat a. Autoklaf b. Inkubator c. Bunsen d. Gelas ukur e. Cawan petri
f. Beaker glass g. Batang pengaduk h. Jangka sorong i. Kertas Whatmann no. 2 j. Aluminium foil k. Cotton bud l. Kain flannel m. Laminar Air Flow 3.4.2
Bahan a. Media BHI (Brain Heart Infusion) b. Serbuk agar c. Aquadest d. NaCl isotonik e. Biakan murni Streptococcus Mutans f.
Buah stroberi segar (Fragaria xananasse).
3.5 Definisi Operasional Variable Klasifikasi variabel pada penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis sampel ekstrak stroberi yang dapat memberikan efek antibakteri. Sedangkan variabel terikatnya adalah aktifitas antibakteri yang diketahui melalui diameter zona hambat pada suatu media. Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Variabel Variabel Ekstrak
Sub variabel Ekstrak
Definisi Operasional Sediaan kental yang
Hasil Ukur Warna
stroberi
stroberi
dibuat 20 g/100 ml, 40
Rasa
konsentrasi
g/100 ml, 60 g/100 ml,
Bau
20 %, 40 %, 80 g/100 ml dengan 60 %, 80 %.
Alat Ukur Visual
Tekstur
menyari buah stroberi
Aktifitas
dengan cara infundasi. Daya hambat bakteri daya hambat
terhadap
diketahui
Streptococcu
menggunakan metode dengan
s Mutans
difusi cakram kertas.
dengan diketahui
Nominal (jangka sorong
adanya zona
atau
terang pada
penggaris
cakram
milimeter)
kertas saring
3.6 Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui langkah kerja berikut : 3.6.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri adalah metode difusi dengan menggunakan metode kertas cakram (paper disk). Metode ini dilakukan dengan cara menanam bakteri pada media lempeng agar, kemudian diletakkan kertas cakram yang sudah di celupkan ke dalam bahan uji maupun kontrol negatif dan diinkubasi selama 1 x 24 jam. Aktifitas antibakteri dapat dilihat dengan mengukur diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri disekitar cakram yang ditunjukkan dengan adanya zona terang (clear zone) pada medium. 3.6.2 Sterilisasi Alat Strelisiasi alat yang akan digunakan sebelum semua peralatan digunakan. Cara strelisasi adalah dengan membungkus alat-alat dengan menggunakan kertas coklat kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit (sterilisasi panas basah). 3.6.3 Pembuatan Ekstrak Stroberi Adapun tahap-tahap untuk mengekstrak buah stroberi adalah sebagai berikut: 1. Dicuci bersih buah stroberi dengan air mengalir. 2. Dtimbang sebanyak 100 g buah stroberi ke dalam beker glass.
3. Dimasukkan aquades 200 ml ke dalam no. 2. 4. Dipanaskan sampai suhu 200 C yang diukur dengan termometer.
5. Pemanasan dilanjutkan sampai tersisa separuhnya. 6. No.5 di serkai menggunakan kain flanel. 7. Larutan hasil ekstraksi siap digunakan untuk uji antibakteri. 3.6.4 penyiapan kertas cakram Kertas cakram yang digunakan adalah kertas saring Whatmann no. 2 dengan diameter 5 mm yang kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri. Cawan kemudian disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 0 C. setelah disterilkan, kertas cakram dibiarkan sampai dingin dan siap digunakan. 3.6.5
Proses pembuatan media BHI (brain hearth infusion) agar
Cara pembuatan : 1. Ditimbang media BHI sebanyak 37 gram. 2. Ditimbang serbuk agar sebanyak 15 gram. 3. No 1 dan 2 dicampur dan dilarutkan dalam aquades sebanyak 1 liter. 4. Dipanaskan pada kompor listrik hingga homogen dan mendidih. 5. Tuang larutan media ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 15
ml, tutup dengan kapas dan sterilkan ke dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit.
3.6.6
Penyiapan Biakan Murni Streptococcus mutans
1. Biakan bakteri Streptococcus mutans yang telah diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 370 C, disuspensi dengan NaCl isotonic dan digoyanggoyangkan. 2. Diukur serapan bakteri dengan spektrofotometri UV pada panjang gelombang 540 nm sedemikian rupa sehingga pada jumlah tertentu diperoleh transmitan 25 % dengan teknik aseptik. 3. Sebar suspensi bakteri pada media BHI agar dengan cara mengambil 1 ml suspense bakteri kemudian dimasukkan dalam media BHI agar yang masih mencair. Media dan bakteri tersebut dihomogenkan lalu dituang dalam cawan. 3.6.7
Pelaksanaan Uji Aktivitas Antibakteri 1. Siapkan biakan murni Streptococcus mutans.
2. Siapkan media BHI agar dalam tabung masing-masing 15 ml. 3. Dipipet 1 ml suspense bakteri ke dalam masing-masing tabung, homogenkan agar suspense bakteri tersebar secara merata. 4. Tuang media yang telah berisi bakteri kedalam cawan dan diamkan agar memadat. 5. Dipipet ekstrak sampel sesuai dengan konsentrasi kemudian di encerkan dengan aquades steril.
6. kertas cakram dicelup ke dalam ekstrak stroberi dengan konsentrasi yang berbeda-beda. 7. Kemudian kertas cakram diletakkan di atas media BHI agar yang
telah berisi bakteri Streptococcus mutans. 8. Inkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam.
9. Setelah diinkubasi, keluarkan dari inkubator lalu diamati dan diukur diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri dengan menggunakan jangka sorong / penggaris millimeter.
3.7 Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data ditentukan dari uji aktivitas sebagai antibakteri pada tiap dosis dan data-data tersebut dianalisis sehingga menghasilkan rata-rata dari tiap dosis dan standar deviasi dan koevisien varian.
Keterangan : X1
= Hasil diameter zona hambat
n
= Jumlah pengamatan
SD
= Standar deviasi
KV
= Koifisien varian
X
= Rata-rata diameter zona hambat.
Hasil yang didapatkan harus ≤ 2%.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil organoleptis dari ekstrak stroberi. Setelah pengamatan organoleptis dilakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak stroberi terhadap bakteri Streptococcus mutans. Setelah dilakukan pengujian aktivitas antibakteri kemudian dilakukan analisa data menggunakan SPSS 13.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak stroberi Organoleptis
Hasil pengamatan
Bentuk
Cair
Warna
Merah
Rasa
Agak masam
Bau
Bau khas buah stroberi dan masam
4.2 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambatan Ekstrak Stroberi (Fragaria
xananasse) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Data hasil pengukuran zona hambatan diperoleh data seperti yang tertera pada tabel 4.2 : Tabel 4.2 Diameter zona hambatan (mm) ekstrak stroberi 20%, 40%, 60%, 80% terhadap bakteri Streptococcus mutans pada media BHI agar Perlakuan dosis ekstrak stroberi Replikasi 1 2 3 Total Rata-rata
A 0mm 0mm 0mm 0mm 0mm
Ket :
= perlakuan dosis ekstrak stroberi 20%
A
B 5.21mm 5.35mm 5.43mm 15.99mm 5.33mm
C 7.13mm 7.28mm 7.39mm 21.8mm 7.27mm
D 8.10mm 8.23mm 8.37mm 24.7mm 8.23mm
Perlakuan kontrol L
M
0
0
B = perlakukan dosis ekstrak stroberi 40% C
= perlakuan dosis ekstrak stroberi 60%
D = perlakuan dosis ekstrak stroberi 80% L
= perlakuan kontrol media
M
= perlakuan kontrol media + bakteri
Dari tabel hasil pengamatan terhadap berbagai konsentrasi dengan 3 kali replikasi pada masing-masing konsentrasi memiliki hasil yang berbeda. Sehingga dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata dari masing-masing konsentrasi menunjukkan perbedaan luas zona hambat bila diurutkan dari terkecil adalah 0, 6.00, 7.89, 8.15 untuk konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%. Dari nilai
rata-rata diatas dapat diketahui bahwa daya hambat ekstrak stroberi terhadap Streptococcus mutans belum terdapat pada konsentrasi 20% karena pada konsentrasi tersebut tidak menunjukkan area zona bening disekitar kertas cakram atau masih ada pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans disekitar area cakram kertas.
4.3 Analisis Data Analisa data dilakukan dengan mengukur rata-rata diameter zona hambat dari tiap konsentrasi ekstrak stroberi dan dihitung dengan menggunakan standar deviasi kemudian dihitung koevisien varian untuk mengetahui keajegan dari datadata tersebut. Dari hasil perhitungan SD dan KV, konsentrasi 40% menunjukkan nilai standar deviasinya adalah 0,064 dan koefisien variasinya adalah 1,2007%, konsentrasi 60% menunjukkan nilai standar deviasinya adalah 0,0748 dan koefisien variasinya adalah 1,0289%, dan konsentrasi 80% menunjukkan nilai standar deviasinya adalah 0,0781 dan koefisien variasinya adalah 0,9489%.
BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan buah stroberi (Fragaria spp.) yang masih segar. Stroberi merupakan tanaman herba yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri pada gigi. Kandungan kimia dari buah stroberi yang diduga sebagai antibakteri yaitu xilitol. Ekstrak stroberi (Fragaria spp.) diperoleh dengan metode infudasi yaitu dengan cara perebusan buah stroberi dengan aquades steril sampai tersisa separuhnya. Sampel yang telah direbus kemudian disaring dengan menggunakan kain flannel yang telah disterilkan sampai benar-benar tidak ada cairan yang menetes lagi. Hasil perasan merupakan ekstrak yang siap digunakan untuk pengujian antibakteri. Bakteri uji yang digunakan yaitu Streptococcus mutans karena streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif yang dapat mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui proses dan dapat tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob, menimbulkan plak pada gigi yang kemudian akan mengakibatkan gigi berlubang. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans ini menggunakan media BHI agar yang merupakan media selektif untuk pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Uji aktivitas secara invitro dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas, yaitu media yang telah diisi bakteri diberi cakram kertas berukuran kurang lebih 5 mm yang telah direndam dalam ekstrak stroberi selama kurang lebih 15 menit. Pengujian ini dilakukan 3 kali replikasi.
Daya hambat ekstrak stroberi terhadap bakteri Streptococcus mutans dapat diketahui dengan mengamati zona hambat atau zona jernih disekeliling kertas cakram yang berisi ekstrak stroberi setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 370C. Hasil pengujian aktivitas ekstrak stroberi terhadap Streptococcus mutans pada tiap konsentrasi didapatkan rata-rata luas zona hambat yaitu konsentrasi 20% menghasilkan luas zona hambat sebesar 0 mm, konsentrasi 40% menghasilkan zona hambat 6,00 mm, konsentrasi 60% menghasilkan luas zona hambat 7.89 mm, dan konsentrasi 80% menghasilkan zona hambat 8,15 mm. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak stroberi maka semakin besar aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans, karena semakin besar konsentrasi ekstrak stroberi maka kandungan xilitol semakin banyak, sebaliknya, pada dosis 20% tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans, hal ini dimungkinkan pada hasil ekstraksi terdapat kandungan xilitol yang sangat sedikit sehingga kurang mampu sebagai antibakteri. Dari hasil pengamatan pada empat konsentrasi ekstrak stroberi hanya ada tiga konsentrasi yang menujukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans selanjutnya dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui keajegan data. Dan hasil analisa data dengan standar deviasi dan koefisien variasi untuk konsentrasi 40% adalah 1,2007%, konsentrasi 60% adalah 1,0289%, dan konsentrasi 80% adalah 0,9489%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang dilakukan oleh peneliti sudah benar dan dari data hasil diameter zona hambat peneliti sudah bisa
menentukan aktivitas antibakteri ekstrak stroberi (Fragaria xananasse) terhadap bakteri uji. Akan tetapi pada konsentrasi terendah yaitu 20% tidak tampak zona bening disekitar area kertas cakram. Hal ini dikarenakan kertas cakram yang tercelup pada ekstrak tidak dapat menarik semua ekstrak (masih ada sisa ekstrak) sehingga senyawa aktif xylitol juga tidak dapat tertarik semuanya. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pengujian ini adalah hasil ekstrak yang diperoleh dengan cara infundasi kurang maksimal. Hal ini disebabkan hasil ekstrak tidak hanya menarik senyawa xilitol saja, namun juga masih tercampur oleh senyawa lain (ekstrak kasar) yang diduga dapat berfungsi sebagai antibakteri karena peneliti tidak melakukan isolasi pada senyawa xilitol yang diduga sebagai antibakteri.
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian uji aktifitas ekstrak stroberi menunjukkan efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans sebagai penyebab karies gigi diperoleh kesimpulan bahwa : 6.1.1
Ekstrak stroberi menunjukkan aktifitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans
6.1.2
Ekstrak stroberi memberikan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans dengan ditunjukkan diameter zona hambat pada konsentrasi 40%, 60%, dan 80% yaitu 6,00 mm, 7,89 mm, dan 8,15 mm.
6.2 Saran 6.2.1
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan ekstrak kasar sehingga hasil yang di dapat kurang maksimal. Maka disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan isolasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
6.2.2
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan supaya dilakukan pengujian tentang kadar xilitol serta pembuatan formulasi obat kumur dari ekstrak stroberi.
6.2.3
Perlu diadakan lebih lanjut tentang aktivitas antibakteri dari ekstrak stroberi terhadap bakteri pathogen yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Anonimus.
2010.
Manfaat
buah
stroberi
http://stroberi/Manfaat_Buah_Stroberi.html/ diakses tanggal 18 desember 2010 Anonimus. 2010. Stroberi. http://stroberi/dxyli.html/ diakses tanggal 18 desember 2010 Anonimus. 2010. Xlitol. http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/xylitol.htm diakses tanggal 15 desember 2010 Anonimus.
2010.
Xylitol
zat
anti
karies
http://lawalangy.wordpress.com/2007/12/26/xylitol-zat-anti-karies-gigi/
gigi. diakses
tanggal 15 desember 2010 BPOM. 2001. Kodeks Makanan Indonesia Candra Risma, Ayudya. 2008. Perbandingan daya hambat ekstrak the hijau2.5 % dengan
obat
kumur
merk
“X”
terhadap
bakteri
Streptococcucs
Mutansmenggunakan metode difusi agar (paper disk). Karya tulis ilmiah. Malang: Akademi analis farmasi dan makanan Putra Indonesia. Erycesar Y, Godfried. 2007. Perbandingan Efek Antibakteri Jus Stroberi (Fragaria vesca L.) Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Streptococcus mutans. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Hargono, Djoko. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Harinaldi. 2005. Prinsip – Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga Ir. Padmiarso, Wijiono. M. 2008. Rahasia budi daya dan ekonomi stroberi. Media Indonesia.
Jawets, Z.E dan Elberg. E. A. 1982. Mikrobiologi untuk Profesi Kedokteran. Jakarta: ECG Penerbit Buku. Kurnia,agus. 2005. Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. Agromedia Pustaka. Nugraha, Ari widya. 2008. Streptococcus Mutans Si Plak Dimana-mana. Yogyakarta: Fakultas Farmasi USD. Rukmana kanisius, Rahmat. 1998. Stroberi budidaya dan pasca panen. Anggota IKAPI. Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jilid II. Jakarta: Erlangga. Waluyo, lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM Press
Lampiran 1 Skema perlakuan sampel
Sampel rajangan buah stroberi
Infudasi sampai tersisa separuhnya
Disaring dengan kain flannel
Ekstrak stroberi
Pengenceran sesuai dengan konsentrasi
Pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi
Ada zona hambat pertumbuhan bakteri
Ada aktivitas antibakteri
Lampiran 2 Cara perhitungan konsentrasi ekstrak stroberi
•
Ekstrak stroberi : 100 ml
•
Konsentrasi 20%
=
•
Konsentrasi 40%
=
•
= 40%
Konsentrasi 60%
=
•
= 20%
= 60%
Konsentrasi 80%
=
= 80%
Lampiran 3 Analisis Data Uji Statistik SD dan KV Diameter Zona Hambat Ekstrak Stroberi terhadap S.Mutans
Konsentrasi B (40%)
Konsentrasi C (60%)
=
Konsentrasi D (80%)
=
Lampiran 4 Foto Praktek Direbus dgn aq. Steril pd suhu 200C
Foto praktek Gambar diameter zona hambat ekstrak stroberi terhadap bakteri Streptococcus mutans.
20 %
60%
kontrol bakteri
40%
80%
Kontrol media
Foto praktek Gambar bakteri Streptococcus mutans