UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) terhadap Streptococcus mutans
Siti Muslichah1), Dian Anggraini1), Joko Waluyo2) 1
Fakultas Farmasi Universitas Jember 2
FKIP Universitas Jember
ABSTRACT Garcinia mangostana belong to the family Cluciaceae which is has used as phitomedicine for the treatment of diarrhea, anti-inflammatory, antiallergy, antifungal, and skin infection. The present study was aimed to investigate the antibacterial activity of etyl acetat extract from mangosteen pericarp against Streptococus mutans. Antibacterial activity was examined by determining the minimal inhibitory concentration (MIC) using agar dilution method. The inhibition values of extract against S. mutans were ranged from 10-400 ppm. The result showed that the extract was effective against S. mutans. The MIC value was 12.5 ppm that was comparable to these of tetracycline, an antibactery used as control. Keyword : mangosteen, antibacterial, agar dilution method PENDAHULUAN Sejak jaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obatobatan modern menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa secara turun temurun (Muhlisah, 2002). Pencarian obat baru dapat dimulai dari isolasi dan identifikasi kandungan utama dari bahan alam. Kulit buah manggis (G. mangostana L.) telah digunakan dalam obat tradisional untuk mengatasi gangguan pernafasan (Wahyuono et. al., 1999). Selain itu, secara tradisional kulit buah manggis selain sebagai obat diare juga digunakan sebagai obat sariawan dengan cara kulit buah ditambah air dan direbus kemudian digunakan sebagai obat kumur (Sastroamidjoyo, 2001). Senyawa golongan xanthone adalah metabolit sekunder yang terdapat dalam manggis yang dapat diisolasi dari buah, kulit batang, daun, dan kulit buah manggis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa xanthone memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, antialergi, antibakteri, antifungi, antitumor, dan antivirus (Pedraza, et al., 2008; Suksamrarn, et al., 2006).
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dulu. Karies atau penyakit gigi berlubang merupakan penyakit infeksi yang diderita oleh hampir 95% populasi dunia. Karies gigi terjadi karena adanya perusakan email gigi atau biasa disebut proses demineralisasi oleh kuman Streptococcus mutans yang ada pada plak. S. mutans merupakan bakteri komensal pada mukosa mulut, nasofaring, dan ludah manusia. S.mutans juga merupakan kuman pathogen penting penyebab infeksi bernanah dengan sifat khasnya yaitu kecenderungan yang menyebar, juga dapat menyebabkan lesi non spuratif seperti demam rematik akut dan glomerulonefritis. Kadang-kadang menyebabkan endokarditis bakterialis dan pembentukan plak pada gigi yang mengarah kepada terjadinya karies gigi dan lain-lain (Gupte, 1990). Kandungan kimia kulit buah manggis telah diteliti aktifitasnya terhadap bakteri Staphilococcus aureus, S. albus, dan Micrococcus lutus (Priya et.al., 2010). Berdasarkan hasil telaah kandungan kimia dan aktifitas antimikroba kulit buah manggis, pelarut etil asetat yang digunakan sebagai pelarut pengekstraksi lebih banyak mengambil kandungan kimia dari kulit buah manggis daripada menggunakan pelarut n-heksana pada penelitian pendahuluan. Pada penelitian, dalam ekstrak n-heksana kulit buah manggis didapatkan isolat FH1, sedangkan dari ekstrak etil asetat kulit buah manggis diperoleh isolate FB1, FCA2, dan FE2. Isolat FH1 adalah mangostin, isolat FB1 13-mangostin, isolate FCA2 mangostin, FD2 7mangostin, dan isolat FE2 diduga γ-mangostin. Semua isolat tersebut aktif terhadap bakteri uji Shigella flexneri, Salmonella typhi, dan Eschericia coli (Tambunan, 2005). Adanya sifat antiinflamasi dari mangostin yang merupakan kandungan aktif kulit buah manggis dan derivat xanthone diharapkan dapat digunakan sebagai bahan aktif obat kumur antiseptik yang dapat membunuh kuman S. mutans. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etil asetat kulit buah manggis terhadap bakteri S. mutans. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kulit buah manggis dari daerah Jember, etil asetat NSAP (UPT BPPTK LIPI), bakteri S. mutans (Laboratorium Mikrobiologi Fak MIPA UNEJ), tetrasiklin serbuk (PT Brataco), media agar Mueller Hinton
(Merck), aqua destilata, media TSA (DifcoTM), TSB (BactoTM), kapas steril, alkohol, kertas saring, Tween 80 2%. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : alat-alat gelas (Pyrex), alat-alat sterilisasi (Memmert), mikropipet (Ependorf), vortex, neraca analitik, cawan porselin, colony counter (Carolina), lampu spiritus, stopwatch dan kamera digital. Prosedur Penelitian Pembuatan ekstrak Serbuk kulit buah manggis sebanyak 1 kg ditambah etil asetat sebanyak 7,5 L.Serbuk diremaserasi dengan etil asetat sebanyak tiga kali selama 3 hari. Maserat dikumpulkan, residu dipisahkan dengan corong Buchner. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan dianginanginkan sampai ekstrak kental. Ekstrak kental dikeringkan dengan tujuan menghilangkan pelarut agar tidak mengganggu proses pengujian. Ekstrak etil asetat kulit buah manggis dibuat beberapa konsentrasi yaitu 10 ppm, 12,5 ppm, 16 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 32 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 400 ppm, dengan ditambah tween 80 2%. Pembuatan media Muller Hinton Agar Muller Hinton ditimbang sebanyaj 2 g, lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan aquadestilata 100 mL, dicampur dan diaduk lalu dipanaskan sampai mendidih da larut, kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 30 menit. Setelah dikeluarkan dari autoklaf, agar dituang sebanyak 20 mL kedalam cawan petri steril dengan cara aseptik. Penyiapan bakteri Suspensi S. mutans yang dipergunakan dibuat dengan cara mengambil 2 ose kuman dari kultur, kemudian dimasukkan ke media 5 mL TSB, selanjutnya diinkubasi disesuaikan dengan standar McFarland no 1 (3x108 CFU/mL), lalu diencerkan sampai diperoleh koloni kuman yang dapat tersebar untuk mempermudah proses penghitungan, yang dilakukan dengan mengambil 0,2 mL suspense S. mutans lalu dicampur dengan 3 mL aquades steril.
Pengenceran dilakukan sampai sepuluh kali sehingga jumlah koloni terhitung dikalikan satu per enambelas dipangkatkan sepuluh. Inokulasi kuman ke dalam media agar dilakukan dengan cara mengambil ekstrak etil asetat kulit buah manggis masing-masing konsentrasi sebanyak 0,9 mL lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu suspensi S. mutans diambil sebanyak 0,1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi ekstrak, dikocok dengan vortex dan didiamkan selama 60 detik. Setelah itu campuran diambil sebanyak 0,1 mL untuk ditanam ke media Muller Hinton, diratakan sampai campuran ekstrak dan suspensi kuman rata pada permukaan media. Inkubasi dilakukan selama 24 jam dengan suhu 37o C. Penanaman S. mutans dilakukan per seri terdiri satu seri terdiri dari 3 replikasi pada tiap konsentrasi ekstrak yang berbeda, dimana konsentrasi ekstrak yang terkecil yang memberi hambatan ditetapkan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM) terhadap pertumbuhan S. mutans. Sebagai kontrol positif digunakan tetrasiklin dalam Tween 80 2%, sedang kontrol negatif digunakan larutan Tween 80 2%. Pengamatan dan pengumpulan data Setelah diinkubasi dalam incubator selama 24 jam dengan suhu 37o C, plate dikeluarkan. Diamati sifat dan jumlah koloni yang tumbuh dan dilakukan uji katalase untuk memastikan bahwa yang didapatkan adalah benar-benar koloni dari S. mutans, kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan colony counter. Analisis data Analisis data didahului dengan uji homogenitas variansi dengan uji Kolmogorov Smirnov. Jika berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji statistik Analysis of Varians (ANOVA) satu arah dengan derajat kemaknaan 95% (p<0,05) menggunakan SPSS. Analisis dilanjutkan dengan menggunakan analisis probit untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah yang mampu menghambat pertumbuhan 50% koloni uji.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak kulit buah manggis diketahui mempunyai aktivitas bakteri spektrum luas terhadap beberapa bakteri gram positif dan gram negatif, terutama yang dikaitkan dengan
infeksi kulit, diare, TB, dan jerawat (Iinuma et al., 1996; Sundaran et al., 1983, Mahabusarakanm et al., 1986). Kandungan kimia yang terdapat di dalamnya bertanggung jawab terhadap aktivitasnya sebagai anti mikroba. Dalam penelitian terdahulu, dari beberapa derivate xanthone, α-mangostin diketahui mempunyai aktivitas antimikroba yang paling poten (Mahabusarakam et al., 1983; Iinuma et al., 1996 ). Berdasarkan penelitian Phongpaichit dkk (2008), ekstrak kulit buah manggis dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil asetat, sebab kandungan senyawa mangostin mudah larut dalam pelarut etil asetat. Ekstrak kental hasil penyarian didapatkan rendemen sebesar 6,33%. Sebelum dilakukan pengujian terhadap aktivitas antibakteri ekstrak maka dilakukan uji pendahuluan terhadap pengenceran suspensi inokulum. Dari hasil proses uji pendahuluan pada suspense inokulum ternyata inokulum yang diencerkan sesuai standar McFarland tersebut pertumbuhan koloninya pada media masih banyak sulit dihitung. Oleh karena itu, dilakukan pengenceran sampai diperoleh jumlah koloni S. mutans yang dapat dihitung. Berdasarkan pengujian, pengenceran inokulum dilakukan sebanyak 10 kali dengan perbandingan 1:16 (0,2 mL inokulum diencerkan dengan 3 mL aquades steril). Konsentrasi larutan uji yang digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kulit manggis yaitu 10 ppm, 12,5 ppm, 16 ppm, 20 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 32 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 400 ppm. Untuk control positif digunakan tetrasiklin dengan konsentrasi 5 ppm dan control negatif adalah Tween 80 dengan konsentrasi 2%. Sebelum dilakukan pengujian aktivitas ekstrak etil asetat kulit buah manggis terhadap S. mutans maka dilakukan uji pendahuluan terhadap konsentrasi terkecil yang digunakan dalam penelitian yaitu ekstrak 10 ppm untuk memastikan bahwa konsentrasi terkecil tersebut bukan merupakan KHM dari ekstrak terhadap S. mutans. KHM atau MIC (Minimum Inhibitor Concentration) bertujuan untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak mulai menunjukkan aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Secara keseluruhan aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat kulit buah manggis dapat ditunjukkan pada tabel I.
Tabel I. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Kulit Buah Manggis (G. mangostana L.) terhadap Pertumbuhan S. mutans No
Larutan Uji
Koloni Terhitung
Koloni Terhambat
% Hambatan
1
Ekstrak 400 ppm
126
172
57,8%
2
Ekstrak 200 ppm
165
133
44,6%
3
Ekstrak 100 ppm
195
103
34,6%
4
Ekstrak 50 ppm
223
74
24,9%
5
Ekstrak 32 ppm
238
60
20,1%
6
Ekstrak 25 ppm
252
46
15,5%
7
Ekstrak 20 ppm
268
30
10,1%
8
Ekstrak 16 ppm
281
17
5,7%
9
Ekstrak 12,5 ppm
290
8
2,63%
10
Ekstrak 10 ppm
302
-4
-1,6%
11
K(+)
223
75
25,2%
12
K(-)
298
0
0
K(+) : Kontrol positif tetrasiklin konsentrasi 5 ppm K(-) : Pelarut pengencer (10 mL aquadest+2% Tween 80) (-) : tidak ada hambatan terhadap pertumbuhan S. mutans Catatan : Seluruh jumlah koloni S. mutans yang diperoleh jumlahnya dikalikan dengan 1/16 10 x 107 CFU/mL Konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak etil asetat kulit buah manggis terhadap S. mutans adalah 12,5 ppm. Jika dilihat dari hasil perhitungan persen hambatan ekstrak tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diujikan pada bakteri semakin meningkat pula persen hambatannya terhadap bakteri S. mutans. Untuk memastikan nilai KHM ini peneliti juga melakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat kulit buah manggis terhadap S. mutans dengan metode sumuran. Pada hasil pengamatan permukaan media dengan metode tersebut mulai tampak adanya zona bening pada daerah sumuran yang berisi ekstrak konsentrasi 12,5 ppm, sehingga KHM dari penelitian aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis adalah 12,5 ppm. Ekstrak G. mangostana mampu menghambat Methicillin-Resistant Staphilococcus aureus (MRSA) dengan isolatnya α-mangostin pada konsentrasi 1,57-12,5µg/mL (Sakagami et al., 2005). Selain itu, juga ditunjukkan bahwa α-mangostin aktif teradap Vancomycin Resistant Enterococci (VRE) dan MRSA dengan nilai MIC 6,25 dan 6,25-12,5 µg/mL. Pada penelitian ini juga menunjukkan adanya efek sinergis antara α-mangostin dengan antibiotic
gentamisin, dan menunjukkan efek parsial sinergis dengan antibiotik ampisilin dan minoksiklin (Sakagami et al., 2005). Dalam penelitian Phongphaichit dkk (2008) dilaporkan bahwa ekstrak etil asetat kulit buah manggis dapat mengambil 70 isolat (18,6%) yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri pada beberapa mikroorganisme pathogen seperti S. aureus, C. albicans, dan Cryptococcus neoformans. Konsentrasi penghambatan dari ekstrak etil asetat G. mangostana secara berurutan 6-10%, 1-2% dan 18% dengan nilai MIC untuk S. aureus (MIC 32512µg/mL), C.albicans dan Cr. Neoformans (MIC 64-200µg/mL) dan Micosporum gypseum (MIC 2-64µg/mL). Selain itu terdapat berbagai penelitian yang membuktikan bahwa ekstrak daun dan akar tanaman manggis juga mengandung mangostin yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antijamur, dan larvasida. Pada penelitian Rungjindamai dkk (2004) di Thailand terhadap daun dan ranting beberapa tanaman genus Garcinia antara lain Garcinia atroviridis, G. dulcis, G. mangostana, G. nigrolineta, dan G. scortechinii dapat diisolasi 377 isolat dan 19% mempunyai aktivitas sebagai antimikroba terhadap 7 mikroba pathogen dalam tubuh manusia. Selain itu, 70 dari 377 isolat mempunyai aktivitas antimikroba terhadap S. aureus ATCC29523, MRSA, C. albicans, Cr. Neoformans, dan M. gypseum. Berdasarkan berbagai hasil penelitian diketahui tanaman manggis memiliki khasiat sebagai antimikroba baik sebagai antibakteri maupun antijamur. Kandungan utama daru kulit buah manggis adalah mangostin. Mangostin dan turunannya tergolong ke dalam senyawa xanthone yang merupakan pigmen fenol kuning yang reaksi warnanya dan gerakan kromatografinya serupa dengan flavonoid (Harborne, 1987). Flavon, flavonoid, dan flavonol ketiganya diketahui telah disintesis oleh tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba sehingga tidaklah mengherankan jika secara in vitro efektif terhadap sejumlah mikroorganisme. Aktivitasnya kemungkinan disebabkan oleh kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut, serta dapat mmbentuk kompleks dengan dinding sel (Pudjarwoto et. al., 1992). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengarui hasil dalam suatu penelitian. Ketidaktepatan jumlah koloni terhitung dalam penelitian dapat disebabkan karena penyiapan inokulum yang kurang tepat (Sanz et al., 1990). Hal ini terlihat pada perbedaan jumlah koloni terhitung pada perlakuan ekstrak 10 ppm yang jumlahnya ternyata lebih banyak daripada kontrol negatif sehingga dalam perhitungan persen hambatannya menjadi negatif. Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa persen hambatan ekstrak kulit buah manggis terhadap pertumbuhan S. mutans. Data yang didapatkan kemudian diolah
menggunakan Analisis Varian Satu Arah (ANOVA) untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berbeda secara signifikan atau tidak menggunakan LSD. Hasil dari analisis LSD dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Hasil Analisis LSD Konst(ppm) 10
12,5
16
20
25
32
50
100
200
400
10
TBS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
TBS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
TBS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
TBS
BS
BS
BS
BS
TBS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
12,5
TBS
16
BS
TBS
20
BS
BS
TBS
25
BS
BS
BS
BS
32
BS
BS
BS
BS
TBS
50
BS
BS
BS
BS
BS
TBS
100
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
200
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
400
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS BS
Keterangan: BS : Berbeda signifikan TBS: Tidak berbeda signifikan Setelah dilakukan analisis menggunakan Anova untuk mengetahui perbedaan secara signifikan pada berbagai konsentrasi, selanjutnya dilakukan analisis probit dan hasilnya seperti terlihat pada tabel III. Tabel III. Hasil Analisis Probit No
Replikasi
Nilai IC 50
1
Pertama
250,297 ppm
2
Kedua
223,899 ppm
3
Ketiga
242,077 ppm
Rata-rata
238,758 ppm
Analisis probit dilakukan untuk mengetahui konsentrasi hambatan ekstrak terhadap 50% pertumbuhan S. mutans (IC50). Hasil rata-rata IC50 ekstrak kulit buah manggis pada penelitian ini adalah 238,758 ppm. Artinya ekstrak etil asetat kulit buah manggis dapat menghambat pertumbuhan 50% bakteri S. mutans pada konsentrasi 238,758.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Ekstrak etil asetat kulit buah manggis (G. mangostana L.) mampu menghambat pertumbuhan S. mutans. 2. KHM ekstrak etil asetat kulit buah manggis terhadap pertumbuhan S. mutans adalah 12,5 ppm (12,5 µg/mL) 3. Nilai IC50 ekstrak etil asetat kulit buah manggis adalah 238,758 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Gupte, 1990, Mikrobiologi Dasar edisi III, diterjemahkam oleh Julius, E.S., Binarupa Aksara, Jakarta. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan , terbitan Kedua (diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang sudiro, Penerbit ITB, Bandung Iinuma,M., Tosa, H., Tanaka T., Asai, F., Kobayashi, Y., and Shimano, R., 1996, Antibacterial Activity of Xanthones from Guttiferaeous Plants Againts MethicillinResistant Staphylococcus aureus, J Phamrm Pharmacol, 48: 861-5 Mahabusarakamn, W., Wiriyachitra, P., and Phongpaichit, S., 1986, Antimicrobial Activities of Chemical Constituents from Garcinia mangostana Linn. J Sci Soc Thailand 12: 239-42 Mahabusarakamn,W., Phongpaichit S., Jansakul, C., and Wiriyachitra, P., 1983, Screening of Antibacterial Activity of Chemicals from Garcinia mangostana, J Sci Technol 5:33740 Muhlisah, F., 2002, Tanaman Obat Keluarga, Jakarta, Penebar Swadaya Pedraza, J.C., Cardenas, N.R., Orozco, M.I., and Jazmin, M.P., 2008, Medicinal Properties of Mangosteen (Garcinia mangostana L.), Journal of Food and Toxicology,3:24-27 Phongpaichit,S., Nattawut, R., Vatcharin, R., and Jariya, S., 2006, Antimocrobial Activity in Cultures of Endophytic Fungi Isolated from Garcinia sp, Blackwell Synergy, Thailand. Priya,V., Jainu, M., Mohan, S.K., Saraswathi P., Gopan, C.S., 2010, Antimicrobial Activity of Pericarp Ekstrak of Garcinia mangostana Linn. International Journal of Pharma Sciences and Research, Vol.1(8), 2010, 278-281
Pudjarwoto,T. , Simanjuntak, C.H., Nur, I.P., 1992, Daya Antimikroba Obat Tradisional Diare terhadap Beberapa Jenis Bakteri Enteropatogen, Cermin Dunia Kedokteran, no. 76. Rungjindamai, N. , Phongpaichit, S., Rukachaisirikulzand, dan Sakayaroz, J., 2004, Molecular Idenfication and Diversity Endophytic Fungi from Garcinia sp, Mangosteen Research. Departement of Microbiology and Departement of Chemistry Faculty of Science Songkhla University. Sakagami,Y., Iinuma, M., Piyasena, K.G., and Dharmaratne, H.R., 2005, Antibacterial Activity of α-Mangostin Againts Vancomycin Resistant Enterococci (VRE) and Synergisme with Antibiotics, Phytomedicine no. 12:203-8 Sanz,M., Newman, M.G., dalam Newman and Korman, 1990, Antibiotic/Antimikrobial use in Dental Practice, Quintessence Publishing C, Inc, Chicago, USA. Suksamrarn, S., Komutiban, O., Ratananukul, P., Chimnoi, N., Lartpornmatulee, N. and Suksamrarn, A. 2006, Cytotoxic prenylated xanthones from the young fruit of Garcinia mangostana. Chemical & Pharmaceutical Bulletin. 54: 301-305 Sundaram, B.M., Gopalakrisshnan, C., Subramanian, S., Shankaranarayanan, D, and Kameswaran, L., 1983, Antimicrobial Activities of Garcinia mangostana. Planta Med, 48: 59-69 Tambunan, R.M., 2005, Telaah Kandungan Kimia dan aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L., Guttiferae).Departemen Farmasi Ganesha Digital Library. http://fa.lib.itb.ac.id/login.php?id=jbptitbfa-gdl-s2-1998-rismaris-111 Wahyuono, S., Puji, A., dan Wayan, T.A., 1999, Karakterisasi Senyawa Bioaktif Alpha Mangostin dari Kulit Buah Garcinia mangostana L., Majalah Farmasi Indonesia, Vol 10. No.3, Jogjakarta