AKTIVITAS ANTIDEPRESAN MINYAK ATSIRI DAUN MINT (MENTHA SPICATA L) TERHADAP MENCIT(MUS MUSCULUS) DENGAN METODE EVASI AROMATERAPI
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH FIRGIANA NOVI ARIANTI NIM 12.012
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2015
AKTIVITAS ANTIDEPRESAN MINYAK ATSIRI DAUN MINT (MENTHA SPICATA L) TERHADAP MENCIT(MUS MUSCULUS) DENGAN METODE EVASI AROMATERAPI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program D-3 bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH FIRGIANA NOVI ARIANTI NIM 12.012
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2015
ABSTRAK
Novi, Firgiana A. 2015. Aktivitas Antidepresan Minyak Atsiri Daun Mint (MenthaSpicata L) Terhadap Mencit (Mus Musculus) Dengan Metode Evasi Aromaterapi. KaryaTulisIlmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing: Dra. WahyuWuryandari, M. Pd. Kata Kunci : Antidepresan, Minyak Atsiri, Evasi Aromaterapi, Daun Mentha Spicata, gcms. Daun mint jenis mentha spicata mengandung minyak atsiri yang dapat berperan sebagai antidepresan. Kandungan minyak atsiri dari daun mentha spicata atau Spearmint Oil yang memiliki aktivitas antidepresan adalah 1,8 cineole. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antidepresan minyak atsiri dari daun Mentha spicata berdasarkan kegiatan motorik mencit dengan menggunakan metode evasi aromaterapi. Minyak atsiri yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan gcms untuk mengetahui keberadaan 1,8 cineole pada daun menthe spicata. Penelitian ini menggunakan hewan uji mencit jantan sebanyak 10 ekor, hewan uji dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit, yaitu kelompok kontrol negative dan kelompok uji. Pada kelompok kontrol negative hewan uji tidak diberi perlakuan aromaterapi dan kelompok uji diberi aromaterapi sperarmint oil dengan konsentrasi 1%. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Independent T-Test. Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya aktivitas antidepresan minyak atsiri Mentha spicata terhadap motorik mencit.
i
KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yeng telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Aktivitas Antidepresan Minyak Atsiri daun mint (MenthaSpicata L) Terhadap Mencit (Mus Musculus) Dengan Metode Evasi Aromaterapi ini tepat pada waktunya. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai persayratan untuk menyelesaikan program D-3 di Akademi Anlais Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan
dengan
terselesaikannya
karyatulis
ilmiah
ini,
saya
mengucapkan terimakasih kepadapihak-pihak berikut. 1. Ibu Dra. Wigang Solandjari selaku Direktur Akademi Analais Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 2. Ibu Dra. Wahyu Wuryandari, M. Pd selaku dosen pembimbing. 3. Ibu Endang S., M.Farm-klin, Apt selaku dosen penguji. 4. Ibu Mardhiyah, S. Farm, Apt selaku dosen penguji. 5. Bapak dan Ibu Dosen Akadedemi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 6. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan secara spiritual materil, serta restunya dalam menuntut ilmu. 7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung/tidak langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis.
ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan laporan ini di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Malang, Juli 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI ABSTRAK ...........................................................................................................i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.4
Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
1.5
Asumsi Penelitian .................................................................................. 4
1.6
Ruang Lingkup dan Ketebatasan penelitian ............................................ 5
1.7
Definisi Istilah ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7 2.1 Tinjauan tentang Daun Mentha spicata........................................................ 7 2.2 Depresi ..................................................................................................... 10 2.3 Minyak Atsiri ........................................................................................... 13 2.4 Aromaterapi .............................................................................................. 13 2.5 Penyulingan Minyak Atsiri ....................................................................... 14 2.6 Pengujian Aktivitas Antidepresan ............................................................. 16 2.7 Hewan Uji ................................................................................................ 19 2.8 Defenisi Gas Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS) ......................... 20 2.9 Kerangka Teori ......................................................................................... 21 2.10 Hipotesis ................................................................................................. 22 2.11 Kerangka Operasional ............................................................................. 23 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 24 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................ 24 3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................. 24 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 24 3.4 Definisi Operasional ................................................................................. 24 3.5 Pengumpulan Data .................................................................................... 26 3.6 Prosedur Kerja .......................................................................................... 27
iv
3.7 Analisis Data ............................................................................................ 28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 29 4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 29 BAB V PENUTUP............................................................................................ 35 5.1 Kesimpulan............................................................................................... 35 5.2 Saran ........................................................................................................ 36 DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 36 LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ketatnya persaingan dalam dunia kerja membuat seseorang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah diperoleh. Semua orang menginginkan segala sesuatu yang terbaik untuk dirinya, seperti misalnya dalam suatu pekerjaan setiap orang ingin memiliki pangkat atau jabatan setinggi mungkin untuk dirinya. Untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan tidaklah mudah, seseorang harus bisa menunjukkan kemampuan dalam segala hal, seperti menyelesaikan semua tugas tepat waktu, menambah tugas. Hal ini menyebabkan seseorang bekerja terus-menerus mengejar target agar bisa sesegera mungkin naik jabatan, sehingga seseorang harus menggunakan otak untuk berpikir keras. Ketika seseorang menggunakan otaknya untuk berpikir keras setiap harinya, maka dapat mengakibatkan tertekan, stress, kehilangan mood dan depresi. Depresi merupakan keadaan dimana seseorang dalam kondisi sedih yang parah atau dalam kondisi lelah karena kesibukan yang padat. Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sindrom gangguan keseimbangan mood atau suasana perasaan yang sangat umum terjadi. Akibat dari depresi salah satunya adalah gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan. Menurut World Health Organization (WHO) depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi (Amir, 2005).
1
2
Ketika seseorang mengalami depresi tidak sedikit orang yang meminum obat sintetis, hingga ada yang nekat mengkonsumsi narkoba. Antidepresan merupakan obat untuk mengurangi depresi. Zat-zat atau obat yang sering disalah gunakan adalah kokain, amfetamin, halusinogen, dan PCP yang biasanya untuk depresi mania (Amir.2005). Konsumsi antidepresan yang berlebihan sangat tidak baik untuk kesehatan dan psikologi pengkonsumsi. Ketidak amanan penggunaan obatobat penenang maka perlu dicari alternatif lain yang lebih aman, tidak membahayakan
pengguna,
tidak
menyebabkan
ketergantungan
yang
menyebabkan sakau. Alternatif
yang dapat digunakan untuk mengatasi depresi salah satunya
adalah aromaterapi. Aromaterapi dapat digunakan untuk mengatasi gangguan mood akibat kondisi medik umum, dan gangguan penyesuaian dengan mood yang disebabkan stressor. Aromaterapi merupakan pengobatan alternatif
yang
menggunakan bahan cairan tanaman disekitar yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk memengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang mengurangi stress, dan dapat membuat relax. Aromaterapi untuk antidepresan lebih tepat diberikan melalui pernafasan atau aromaterapi inhalasi dengan cara menghirup minyak esensial atau minyak atsiri dari tanaman tertentu yang memiliki potensi sebagai anti depresi. Senyawa kimia yang terkandung dalam minyak atsiri yang dapat digunakan untuk aromaterapi adalah linalol(monoterpen) dan sesquiterpen. Senyawa monoterpen dan sesquiterpen yang memiliki aktivitas antidepresan pada minyak atsiri beberapa adalah 1,8-cineole, 4-terpeniol, α-terpeniol dan metil eugenol (Muchtaridi,2003).
3
Salah satu contoh minyak atsiri yang sudah di akui efek antidepresannya yaitu minyak atsiri daun nilam (patchouli oil). Pada penelitian yang dilakukan Betharani menunjukkan bahwa minyak atsiri daun nilam dengan konsentrasi 1% sudah memberikan dampak yang bermakna meningkatkan aktivitas motorik mencit yang telah diinduksi oleh gelombang ultrasonik dan diduga dapat menghilangkan atau mengurangi rasa murung (Betharani, 2007). Selain minyak atsiri daun nilam, daun mentha spicata diduga dapat digunakan untuk antidepresi, daun mentha spicata mengandung 1,8 cineole (Pribadi,2010). Penelitian dilakukan dengan metode evasi yaitu perpindahan hewan melalui pembatas dengan menggunakan alat Evasion Box.
Parameter menggunakan
waktu dan berapa kali mencit berjalan menaiki dan menuruni papan. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode Independent T-Test.
4
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana aktivitas minyak atsiri daun mentha spicata terhadap motorik mencit dengan metode evasi?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui aktivitas aromaterapi daun mentha spicata terhadap motorik mencit dengan menggunakan metode evasi.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti Mengetahui tentang manfaat daun mentha spicata dapat digunakan sebagai antidepresan. 2. Manfaat bagi masyarakat Mengetahui manfaat daun mentha spicata yang dapat digunakan untuk aromaterapi sebagai antidepresan. 3. Manfaat bagi institusi Sebagai refrensi untuk institusi dan peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut tentang penggunaan minyak atsiri daun mentha spicata sebagai anti depresan
1.5 Asumsi Penelitian 1. Minyak atsiri dari daun mentha spicata mengandung senyawa Eugenol dan 1,8 cineole yang berperan sebagai antidepresan.
5
2. Metode evasi dapat digunakan untuk menguji aktivitas antidepresan.
1.6 Ruang Lingkup dan Ketebatasan penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan dengan membuat ekstrak dari daun mentha spicata dan untuk membuktikan khasiat dari daun mentha spicata sebagai antidepresan. 2. Keterbatasan Masalah Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak dilakukannya uji bobot jenis karena minyak yang dihasilkan tidak banyak.
1.7 Definisi Istilah 1. Minyak atsiri atau minyak esensial adalah cairan pekat mengandung aroma yang dihasilkan dari proses ekstraksi. 2. Depresi adalah gangguan keseimbangan mood yang sangat umum terjadi biasanya ditandai dengan sikap murung, sedih, dan iritabilitas. 3. Mood adalah suasana hati. 4. Uji aktivitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat keaktifan hewan uji, uji ini dilakukan tanpa menggunakan kontrol positif dan digunakkan kontrol negatif. 5. Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan aroma dari senyawa minyak atsiri yang dapat digunakan untuk menaikkan mood seseorang dan dapat mencegah depresi, penggunaan aromaterapi adalah dengan cara inhalasi atau dihirup.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Daun Mentha spicata
Gambar 2.1 Daun Mentha spicata Spearmint atau mentha spicata adalah rhizomatous, tanaman yang tumbuh 30-100 cm. Tanaman ini memiliki bau yang kuat, menyenangkan, minty. Mentha spicata berasal dari eropa, banyak tumbuh di eropa dan india. Spearmint (Mentha spicata) merupakan salah satu spesies dari daun mint (Mentha spp). Di China, spearmint juga dikenal dengan nama greent mint. Spearmint pertama kali diperkenalkan di China pada tahun 1950an yang dibawa oleh Jepang dari Eropa (Lawrence, 2007). 2.1.1 Klasifikasi tanaman Kingdom
: Plantase
Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
:Lamiales
6
7
Famili
: Lamilaceae
Genius
: Mentha
Spesies
: Mentha spicatha L.
Nama Daerah : Spearmint, mint (Inggris), daun poko (Indonesia), poko (Jawa).
2.1.2 Morfologi tanaman Mentha spicata merupakan tanaman perdu atau pohon kecil, biasanya tumbuh di sekitar semak. Tinggi tanaman ini pada umumnya berkisar 30-100 cm. Batangnya lunak, berbulu, kadang tidak berbulu, membentuk stolon di bawah tanah dan berwarna ungu. Daun spearmint atau poko berdaun tunggal, bulat telur, berseling, ujungnya runcing, tepi bergerigi, pangkal membulat, pertulangannya menyirip, memiliki panjang berkisar 5-9 cm dan lebar 15-30 mm berwarna hijau. Bunga spearmint berbentuk bulir, majemuk, memilki panjang berkisar 2,5-3 mm dan berwarna putih atau merah muda. Buahnya berbentuk buni, berwarna coklat tua, dan akarnya berbentuk tunggal dan, berwarna putih.
2.1.3 Kandungan Kimia Mentha spicata mengandung bahan aktif antara lain betakaroten, betasitosterol, borneol, kalsium, ethanol, eugenol, geraniol, menthol, methionine, niasin, thiamin, beberapa vitamin dan mineral lainnya dan karvone yang merupakan bahan aktif utama sebagai penandan spearmint(Pribadi,2010). Berikut merupakan kandungan kimia minyak atsiri daun mentha spicata atau spearmint yang telah diteliti oleh M. Zinini, dkk yang ditunjukkan pada table 2.1
8
Tabel 2.1. Kandungan kimia minyak atsiri daun mentha spicata Components Oct-1-en-3-ol Sabinene β-Pinene Octan-3-ol Myrcene 1.8 Cineol Limonene Ocimene-β-Z Ocimene-β-E Nonanal Linalool 1-Oct-3-enyl acetate Octan-3-ol acetate Camphre Borneol Carvone-dihydro-E dihydro-Carveol trans-Carveol Carvone Bornyl acetate Dihydroedulan (1290(DB5) Carvacrol Carvyl-dihydro-acetate-iso Carvyl-dihydro-acetate-neoiso Carvyl-acetate-Z Carvyl-acetate-E Jasmone-E β-Bourbonene trans-Caryophyllene Farnesene-E-β α-Humulene Germacrene-D Bicyclogermacrene δ-Cadinene Caryophyllene oxide epi-Cubenol Caryophylla-4(14).8(15)dien-5α-ol τ-Cadinol α-Cadinol Phyol-E (Znini, et all, 2011)
% 0.20 0.10 0.30 2.60 2.60 7.30 7.30 0.40 0.10 0.30 0.40 0.50 1.10 1.00 0.20 0.50 4.50 14.00 29.00 0.20 0.80 3.20 0.60 0.70 6.70 0.60 0.20 2.90 3.20 0.60 0.50 3.90 0.90 0.40 0.90 0.20 1.00 0.30 0.40 1.20
9
2.2 Depresi 2.2.1 Definisi Depresi Depresi adalah salah satu sindrom gangguan keseimbangan mood (suasana perasaan) yang sangat umum terjadi. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif, seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun, pesimis dan putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan tidur atau terbangun dini hari, nafsu makan berkurang, begitu pula dengan gairah seksual (Amir, 2005) 2.2.2 Ciri-ciri Umum Depresi Ciri-ciri umum dari depresi adalah : 1. Perubahan pada kondisi emosional Perubahan pada kondisi mood (periode terus menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram). Penuh dengan air mata atau menangis serta meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan atau kehilangan kesadaran. 2. Perubahan dalam motivasi Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. Menurunya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas yang menyenangkan. Menurunya minat pada seks serta gagal untuk berespon pada pujian atau reward.
10
3. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik Gejala-gejala motorik yang dominan dan penting dalam depresi adalah retardasi motor yakni tingkah laku motorik yang berkurang atau lambat, bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan dari biasanya. Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk tidur kembali). Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit). Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan). Beraktivitas kurang efektif atau energik dari pada biasanya, orang-orang yang menderita depresi sering duduk dengan sikap yang terkulai dan tatapan yang kosong tanpa ekspresi. 4. Perubahan kognitif Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih. Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan. Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan dimasa lalu. Kurangnya self-esteem atau merasa tidak adekuat. Berpikir kematian atau bunuh diri. (Nevid dkk, 2003) 2.2.3 Penyebab Depresi Depresi umumnya disebabkan karena faktor tekanan psikologi yang berat dimana seseorang merasa putus asa dan tidak lagi mampu mengatasinya, pengalaman buruk dalam hidup seseorang seperti kasus-kasus perkosaan, kekerasan fisik, problem perkawinan dengan raca curiga dan kecemburuan yang berkepanjangan, problem pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya (Lucia, 2010). 2.2.4 Klasifikasi Depresi Menurut World Health Organization (WHO) depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu
11
dalam kehidupannya pernah mengalami depresi (Amir, 2005). Depresi diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : 1. Major depressive disorder (gangguan depresi berat) Major depressive disorder karakteristik dari gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang mengganggu seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati kegiatan yang seharusnya menyenangkan. Depresi berat merupakan ketikdakmampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Depresi berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup seseorang, tetapi adakalanya hal itu terjadi berulang kali dalam hidup seseorang yang lain. 2. Dysthymic disorder (dysthymia) Dysthymic disorder ditandai dengan waktu yang lama (dua tahun atau lebih) tidak terdapat gejala-gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat mengganggu fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang dengan dysthymia mungkin juga mengalami sekali atau lebih peristiwa depresi berat selama hidupnya. Beberapa bentuk gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan karakteristik dari yang digambarkan di atas, atau mungkin saja beberapa gangguan depresi berkembang dalam keadaan yang unik. Tidak semua ilmuwan setuju dalam hal menggolongkan dan mendefinisikan bentuk-bentuk dari depresi. 3. Moderate Depression Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus dan invidu mengalami simtom fisik juga walaupunberbeda-beda tiap tiap individu. Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk mengatasinya.
12
2.3 Minyak Atsiri Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan & Mulyani, 2004).
2.4 Aromaterapi Aromaterapi merupakan pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman disekitar yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk memengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang. Aromaterapi didefinisikan dalam dua kata yaitu aroma yang berarti wewangian dan therapy yang berarti perlakuan pengobatan, jadi aromaterapi diartikan sebagai wangi-wangian yang memiliki pengaruh terhadap fungsi tubuh manusia. Mekasnisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis yakni sirkulasi tubuh dan inhalasi atau penciuman. Bila diminum atau dioleskan pada permukaan kulit, minyak esensial akan diserap tubuh, yang selanjutnyaakan dibawa melalui sirkulasi baik sirkulasi darah maupun sirkulasi limfatik melalui proses dan penyerapan kulit oleh pembuluh-pembuluh kapiler. Selanjutnya pembuluh-pembuluh kapiler mengantarkannya ke susunan saraf pusat dan oleh
13
otak akan dikirim berupa pesan ke organ tubuh yang mengalami gangguan atau ketidakseimbangan, sedangkan aromaterapi melalui pernafasan akan masuk kerongga hidung melalui penghirupan sehingga akan direkam oleh otak sebagai proses penciuman. Proses penciuman terbagi menjadi tingkatan, dimulai dengan penerimaan molekul bau tersebut pada olfactory epithelium, yang merupakan suatu reseptor yang berisi 20 juta saraf. Selanjutnya bau akan ditansmisikan sebagai suatu pesan ke pusat penciuman yang terletak pada bagian belakang hidung. Pusat penciuman ini hanya sebesar biji buah delima pada pangkal otak. Pada tempat ini berbagai sel neuron mengintreretasikan bau tersebut dan mengantarnya ke sistim limbik yang selanjutnya akan dikirim kehipotalamus untuk diolah. Melalui pengantaran respon yang dilakukan oleh hipotalamus seluruh unsur pada minyak esensial tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi dan agen kimia kepada organ tubuh yang membutuhkan. Secara fisiologis, kandungan unsur-unsur terapeutik dari bahan aromatik tersebut akan memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi didalam sistem tubuh. Secara psikologis, berdasarkan penelitian di Universitas Warwick di Inggris, bau yang dihasilkan akan berikatan dengan gugus steroid di dalam kelenjar keringat, yang disebut osmon, yang mempunyai potensi sebagai penenang kimia alami (Primadiati,2002).
2.5 Penyulingan Minyak Atsiri Penyulingan
merupakan
proses
yang
amat
menentukan
untuk
mendapatkan minyak atsiri. Ada beberapa cara penyulingan yang dapat dilakukan untuk menghasilkan minyak atsiri. Cara-cara tersebut sangat tergantung pada
14
volume serta ketersediaan alat-alat pendukung di lokasi penyulingan. Alat penyuling minyak atsiri sebaiknya terbuat dari bahan stainless steel. Jika proses penyulingan minyak atsiri dilakukan dengan dengan alat penyuling yang bukan berasal dari stainless steel atau bahan lain, minyak yang dihasilkan akan tampak keruh. Proses penyulingan minyak atsiri yang terdapat dalam suatu bahan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu penyulingan dengan air (direbus), penyulingan air dengan uap (dikukus), dan penyulingan dengan uap (diuapkan) (Andrianto, 2009), dari ketiga macam penyulingan tersebut yang paling sering digunakan adalah penyulingan dengan uap atau yang sering dikenal dengan destilasi uap, karenahasil yang diperoleh berkualitas baik. 2.5.1 Penyulingan dengan air Teknik penyulingan dengan air (direbus) adalah teknik yang paling pertama dilakukan dan masih digunakan sampai saat ini oleh petani tradisional. Dalam teknik ini, ketel penyulingan diisi air sampai sampai volumenya hampir separuh dari volume ketel, lalu dipanaskan. Sebelum air mendidih, bahan baku dimasukkan dalam ketel penyulingan. Dengan demikian, penguapan air dan minyak terjadi secara bersamaan, sehingga disebut teknik penyulingan langsung (direct distilation). Uap air yang keluar dialirkan melalui kondensor (alat pendingin) agar menjadi cair (terkondensasi). Selanjutnya, cairan tersebut (campuran minyak dengan air) ditampung dan dibiarkan beberapa saat sampai cairan terpisah menjadi bagian air dan minyak. Bahan yang berat jenisnya lebih besar akan berada di bawah. Lalu, dengan membuka keran pada alat penampung, minyak dan air dapat dipisahkan. Teknik ini adalah yang paling sederhana dan tidak memerlukan banyak modal, namun teknik ini lebih cocok terhadap bahan
15
yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Ada beberapa kelemahan dari teknik ini, yaitu kualitas minyak yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyak sedikit, dan produk minyak bercampur dengan hasil sampingan. 2.5.2 Penyulingan dengan air dan uap (dikukus) Teknik penyulingan ini menghasilkan kualitas dan produksi minyak esensial yang lebih baik dibandingkan dengan teknik direbus. Prinsip kerjanya adalah ketel penyulingan diisi air sampai batas saringan. Bahan baku diletakkan di atas saringan sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi nantinya akan berhubungan dengan uap air. Oleh karena itulah, teknik ini disebut penyulingan tidak langsung (indirect distilation). Pada teknik ini, air yang menguap akan membawa partikel-partikel minyak dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercampur minyak akan mencair kembali. Selanjutnya, campuran ini dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak dari air dengan membuka keran pada tabung pemisah. Teknik ini cocok untuk penyulingan bahan yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan teknik merebus. 2.5.3 Penyulingan dengan Uap (Destilasi uap) Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan caramengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah. Teknik ini tergolong untuk penyulingan dalam skala perusahaan besar dan memerlukan biaya yang cukup besar karena memakai dua buah ketel dan sebagian besar peralatan memakai bahan stainless steel (SS) dan mild steel (MS). Biaya besar untuk pengadaan alat-alat sepadan
16
dengan hasil minyak esensial yang diperoleh, dimana kualitas minyak jauh lebih sempurna dibandingkan dengan kedua teknik lainnya. Prinsip kerja teknik ini sebenarnya hampir sama dengan teknik dikukus, namun antara ketel uap dan ketel penyulingan harus dipisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan sampai pada tanda batas penyaringan. Bahab baku diletakkan diatas saringan sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air itulah sebabnya penyulingan ini disebut penyulingan tidak langsung (indirect distilation), namun ketel uap dan ketel penyulingan harus terpisah. Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap me lalui pipia dan dialirkan ke alat pendingin. Didalam alat pendingin terjadi proses pengembunan sehingga terjadi proses uap air yang bercampur minyak akan mengembun dan mencair kembali. Selanjutnya, campuran ini dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dari air. Konkritnya, bahan bahan diletakkan dalam ketel suling dan mengalirkan uap air dari ketel uap dibagian bawah ketel suling. Prinsip kerjanya sama dengan cara penyulingan lainnya. Mengalirkan uap ke bahan, uap yang dihasilkan (didalam pipa) dialirkan melalui air (pendingin) sehingga terjadi proses kondensasi, cairan hasil kondensasi terdiri atas campuran minyak denganair ditampung dalam suatu tabung. Didalam tabung tersebut minyak akan berada dibagian paling atas rena bobot jenisanya lebih ringan dari air. Selanjutnya, dengan membuka keran pada tabung pemisah, air yang ada dalam tabung dapat dikeluarkan dan yang tertinggal dalam tabung hanya minyak hasil penyulingan (Andrianto, 2009).
17
2.6 Pengujian Aktivitas Antidepresan 2.6.1 Metode Pengujian Antidepresi Pengujian antidepresi dilakukan dengan berbagai metode, antara lain : 2.6.1.1 Metode elevated cross maze Metode elevated cross maze menggunakan dua lengan horizontal tertutup sedangkan yang lain dibuka. Secara normal, tikus lebih sering berada di lengan tertutup dan menghindari lengan terbuka karena aku aau mungkin jatuh. Obat anxioliik dapat meningkatkan waktu untuk membuka lengannya dan juga meningkatkan mobilitasnya yang ditandai dengan frekwensi melintasi pembatas, konsep uji ini diaplikasikan pada metode evasi dan traksi. 2.6.1.2 Metode rodaputar celup (water wheel) Pada eksperimen ini alat yang digunakan adalah roda putar atau water wheel modifikasi, alat berbentuk kotak transparan yang diisi air hingga volumenya ¾ sebagai media hewan untuk berenang. 2.6.1.3 Metode papan berlubang (whole board) Konsep berlubang atau hole board pada eksperimen ini adalah suatu area yang terdapat lubanglubang dengan diameter 10-20cm. jarak antar lubang diatur sedemikian rupa sehingga hewan dapat berlalulalang dengan leluasa. Alat diberi pembatas kaca, sehingga perilaku hewan dapat diamati, serta hewan tidak keluar dari area pengujian.
18
2.6.1.4 Metode papan datar (platform) Platform merupakan papan datar dengan ketinggian tertentu. Pada ketinggian dan komunitasnya, hewan akan merasa terasingg dan mengalami depresi. Seperti telah disebutkan bahwa mencit yang depresi akan diam, tidak aktiv dan berdiam diri disuatu tempat. Dalam hal ini terjadi penurunan aktivitas motorik. Aktivitas antidepresan akan meningkatkan mood, rasa takut hilang dan menikmati suasana lingkungan. 2.6.1.5 Meode Evasi Evasi adalah proses perpindahan hewan melalui suatu pembatas. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Evasion Box Digital Counter, yang merupakan kotak terbuat dari bahan acrlic transparan, berwarna hitam, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 29 cm x 15cm x 15cm. Bagian dasar kotak merupakan bidang miring berwarna hitam dan bagian tengahnya diberi garis pembatas putih, merupakan tempat mencit melakukan evasi. aktivitas motorik hewan merupakan mobilitas perpindahan dari bidang kiri ke bidang kanan atau sebaliknya, dengan melintasi garis pembatas putih tersebut. Satu kali lintasan atau satu kali hewan berpindah melalui tanda pembatas dihitung sebagai satu satuan data. Dengan demikian jumlah lintasan dalam rentang waktu tertentu dijadikan parameter uji pada eksperimen metode evasi ini. 2.6.1.6 Metode saringan partikel Alat yang digunakan pada metode ini adalah tabung penyaring yang berisi partikel dengan ukuran tertentu dan sebaiknya homogeny. Partikel dalam
19
hal ini dapat digunakan bola-bola silica atau pasir yang telah diayak agar ukurannya sama (Lucia, 2010). 2.7 Hewan Uji 2.7.1 Mencit Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. 2.7.2 Karakteristik Mencit No.
Karakteristik
Mencit (MusMusculus)
1.
Pubertas / dewasa
35 hari
2.
Masa beranak
Sepanjang tahun
3.
Hamil
19-20 hari
4.
Lama hidup
2-3 tahun
5.
Masa Laktasi
21 hari
6.
Suhu tubuh
37,8039,2oC
7.
Kecepatan respirasi
136-216 per menit
2.7.2 Klasifikasi Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Mus
20
Spesies
: Mus Musculus
2.8 Defenisi Gas Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS) GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit. Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas. Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam. Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan keduanya
dapat
menghasilkan data yang lebih
akurat dalam
pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya. Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua proses memisahkan
komponen dari
campuran terutama
berdasarkan
pada
perbedaan titik didih (atau tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dari campuran pada skala
21
besar, sedangkan GC dapat digunakan padanskala yang lebih kecil (mikro) (Pavia, 2006).
2.9 Kerangka Teori Depresi merupakan kondisi dimana seseorang yang kondisi psikologisnya terganggu. Depresi disebabkan oleh banyak hal, salah satunya banyaknya tekanan yang diterima, trauma dimasa lalu. Pengujian antidepresan dilakukan dengan hewan uji mencit jantan dengan menggunakan metode evasi aromaterapi, mencit didepresikan kemudian pada kelompok uji mencit diberi perlakuan aromaterapi minyak atsiri daun mint jenis mentha spicata yang diberikan secara inhalasi. Pada mencit yang berada dalam kondisi yang depresi, mencit akan menjadi murung dan berdiam diri begitu sebaliknya jika mencit tidak depresi mencit akan bergerak aktif menaiki dan menuruni papan evasi. Daun mentha spicata memiliki potensi untuk dijadikan antidepresan karena pada daun mentha spicata mengandung 1,8 cineole. Senyawa tersebut terbukti berpotensi sebagai antidepresan. Proses pengambilan minyak atsiri daun mentha spicata dilakukan dengan metode destilasi uap. Digunakan destilasi uap karena lebih efektif dan efisien. 2.10 Hipotesis Minyak atsiri daun mentha spicata memiliki aktivitas antidepresan terhadap motorik mencit.
22
2.11 Kerangka Operasional
Preparasi alat dan bahan
Persiapan hewan uji
Penyulingan minyak atsiri
Identifikasi minyak atsiri
Perlakuan hewan uji
Pengujian aktivitas antidepresan dengan metode evasi
Analisis dengan metode independent T-Test
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian 3.1.1 Tahap Persiapan Jenis penilitian yang dilakukan berupa eksperimen. Segala sesuatu disiapkan, pertama-tama menentukan objek penelitian, persiapan alat dan bahan , penentuan prosedur. Tahapan ke dua meliputi penyulingan minyak atsiri daun mentha spicata, identifikasi minyak atsiri, pengujian efek antidepresan dan tahap akhir dilakukan analisis menggunakan SPSS dengan metode Independent T-Test. 3.1.2 Tahap Pelaksanaan 3.1.2.1 Determinasi Sampel Determinasi sampel dilakukan MMB (Materia Medika Batu) 3.1.2.2 Pembuatan Ekstrak Ekstrak daun mentha spicata diisolasi menggunakan alat destilasi uap. 3.1.2.3 Perlakuan 10 ekor mencit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok uji dengan konsentrasi 1%, dan kelompok kontrol negatif. Pada kelompok kontrol negatif mencit tidak diberi apa-apa, sedangkan pada kelompok uji mencit diberi minyak atsiri daun mentha spicata dengan konsentrasi 1%.
3.1.2.4 Jumlah Hewan Uji Dalam satu kelompok terdiri dari lima ekor mencit, jika menggunakan dua kelompok uji maka mencit yang digunakan ada sepuluh mencit.
23
24
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah minyak atsiri daun mentha spicata yang berumur antara 6-7 bulan. Hasil dari destilasi uap, simplisia daun mentha spicata diperoleh dari Rafina Green Bandung.. 3.2.2 Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak atsiri mentha spicata dengan konsentrasi 1%.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian bertempat di Laboratorium Farmakognosi, Mikrobiologi Putra Indonesia Malang dan Laboratorium Central Universitas Negeri Malang. 3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian tahap awal dan akhir akan dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2015.
3.4 Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Bebas Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun mentha spicata 1%.
25
3.4.2 Variabel Terikat Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah efek antidepresan, terhadap aktifitas mencit.
Tabel 3.1 Devinisi Operasional Variabel Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Alat Ukur
Variabel
Aktivitas yang
Jumlah
Seperangkat
terikat :
ditunjukan kegiatan
pergerakan
alat
Aktivitas
motorik mencit
mencit
modifikasi
antidepresan
setelah pemberian
menaiki dan
evasi
aromaterapi
menuruni
aromaterapi
papan selama 1530 menit Variable
Minyak atsiri dari
Kandungan
bebas :
daun mentha jenis
1,8 cineole
Minyak atsiri
spicata yang dapat
mentha
digunakan untuk
spicata 1%
antidepresan.
Gcms
26
3.5 Pengumpulan Data 3.5.1 Instrumen Penelitian
6. Klem
3.5.1.1 Alat
7. Alat Evasi
1. Seperangkat alat destilasi UAP
8. Tabung
2. Penangas
3.5.1.2 Bahan
3. Timbangan Analitik
1. Daun mentha spicata
4. Erlenmeyer
2. Aquades
5. Statif
3. MgSO4.5H2O
3.6 Prosedur Kerja 3.6.1 Penyulingan Minyak Atsiri 1. Dirangkai alat destilasi uap 2. Diletakkan erlenmeyer diujung kondensor 3. Disiapkan air mendidih dan dimasukkan kedalam tangki uap destilasi 4. Dimasukkan daun mentha spicata kedalam tabung destilasi uap 5. Dibuka kran pada kondensor 6. Ditunggu hingga minyak atsiri tidak lagi menetes kurang lebih 6 jam. 7. Hasil penyulingan berupa air dan minyak, ditampung. 8. Dipindahkan ke corong pisah, didiamkan. 9. Dibuka kran pada corong pisah, lapisan bawah (air) dikeluarkan. 10. Ditambahkan MgSO4 anhidrat ke minyak, untuk mengangkat air yang kemungkinan masih tertinggal.
27
11. Dipisahkan ulang dengan corong pisah, hasil yang diperoleh di masukkan ke dalam gelas ukur, dan dicatat volume minyak atsiri yang diperoleh. 12. Disimpan minyak atsiri kedalam botol gelap, tertutup rapat. 3.6.2
Prosedur Identifikasi Minyak Atsiri Uji minyak atsiri dilakukan dengan perhitungan renddemen, mengamati
organoleptis minyak, dan GCMS. 3.6.2.1 Perhitungan rendemen 1. Ditimbang botol kosong, catat hasil penimbangan (W1). 2. Ditimbang botol berisi minyak atsiri, catat hasil. (W2). 3. Dihitung rendemen dengan rumus (W2-W1) : Berat penimbangan daun x 100% 3.6.2.2 Organoleptis 1. Disiapkan sampel 2. Diamati bentuk, bau, warna, dan rasa 3. Catat hasil. 3.6.2.3 GCMS Pengujian GCMS dilakukan di Universitas Negeri malang. Dengan keterangan yang terlampir ili lampiran 4 3.6.3 Perlakuan Hewan uji 3.6.2.1 Perlakuan hewan uji 1. Mencit dikandangkan masing-masing 5 ekor, kelompok uji masing-masing 5 dalam 2 kandang. 2. Dikondisikan selama 1 minggu pada lingkungan percobaan dengan suhu kamar dan kelembaban yang relatif konstan
28
3. Pemberian makanan dan minuman teteap dilakukan dan tidak terjadi penurunan berat badan >10 %
3.6.2.2 Metode Evasi 1. Mencit dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok 5 mencit. 2. Mencit dibiarkan selama 30’-1 jam 3. Mencit dimasukkan ke dalam bak berisi air, selama 10 menit. 4. Mencit dimasukkan ke dalam kotak evasi dan ditutup selama 70 detik, untuk beradaptasi. 5. Kotak dibuka, mencit dibiarkan dalam kotak selama 15-30 menit. 6. Pergerakan mencit melewati garis pembatas papan merupakan aktivitas motorik. 7. Untuk kelompok uji pada menit ke dua dan seterusnya, pengujian berjarak kurang lebih setengah hari. 8. Dicatat jumlah pergerakan mencit melewati garis pembatas tengah papan dan dianalisis menggunakan Inependent T-Test.
3.7 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan metode statistik Independent TTest.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Determinasi sample Determinasi sample dilakukan oleh Materia Medika Batu yang terlampir pada lampiran 1. 4.1.2. Perhitungan rendemen Berat minyak atsiri yang dhasilkan adalah 1.1619 g, dan rendemen yang didapatkan adalah 0.11619%. Perhitungan rendemen minyak dapat dilihat di lampiran 3. 4.1.3. Uji Organoleptis Minyak Atsiri -
Bentuk
: Minyak
-
Bau
: Bau mint, pedas
-
Warna
: Putih kekuningan
-
Rasa
: Pedas
4.1.4. Analisis GCMS Tabel 4.4 Hasil analisa GCMS
29
30
Pengujian GCMS dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia yang ada mentha spicatha . Dari hasil GCMS yang telah dilakukan dapat dilihat pada table 4.4 menunjukkan bahwa minyak atsiri mentha spicatha positif mengandung 1,8 cineole yang ditunjukkan pada line 4 dengan runtime 5.725 yang ditunjukkan di hit ke 3.
4.1.5. Hasil Evasi Hasil pengujian evasi yang didapat dapat dilihat di table 4.1
31
Tabel 4.1 Hasil pengamatan evasi Replikasi 1 2 3 4 5
Pengamatan Pergerakan Kontrol Negatif Kelompok uji 0 31x 0 26x 0 30x 0 32x 0 28x
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan hewan uji mencit. Hewan uji mencit diadaptasikan selama seminggu, alat yang digunakan dimodifikasi tanpa diberi sensor infra merah, dan box tidak terbuat dari acrylic hitam karena pengamatan yang dilakukan secara visual. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode evasi aromaterapi dengan alat yang sudah dimodifikasi, dimana dilakukan dua perlakuan antara kelompok kontrol dengan kelompok uji, pada kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan aromaterapi pada mencit, sedangkan pada kelompok uji diberi aromaterapi minyak spearmint yang diberikan secara inhalasi kepada mencit. Pada kelompok kontrol negatif setelah mencit di adaptasi dan diinduksi, mencit dimasukkan kedalam box evasi, terlihat mencit yang depresi, beberapa mencit hanya diam disudut kotak dan tidak ada pergerakan yang dilakukan mencit, dan sebagian mencit mau bergerak tetapi tidak sampai melewati garis batas, mencit hanya bergerak di dalam garis, hal ini terjadi karena mencit dalam kondisi depresi, takut dengan ketinggian dan karena papan miring yang digunakan terbuat dari kaca bukan dari acrylic jadi ketika mencit dimasukkan kakinya agak basah dan mencit yang buang air sehingga papan menjadi licin, oleh karena itu mencit menjadi pasif, takut dan tidak mau bergerak kemana-mana dan tidak ada usaha
32
untuk bergerak melewwati garis batas, sedangkan kelompok uji yang diberi minyak spearmint, ketika dimasukkan kedalam box evasi, pada mencit pertama, mencit pada menit ke 2 bergerak aktif, berpindah dari samping ke samping, pada mencit kedua ketika dimasukkan box, awalnya cenderung diam, setelah ditunggu selama kurang lebih 5 menit, mencit kedua mulai bergerak berpindah tempat melewati garis samping dan bergerak menaik turuni papan, hal ini dikarenakan aromaterapi belum meresap sempurna, pada mencit ketiga mencit aktif menaiki dan menuruni papan miring, pada mencit ke empat mencit hanya bergerak kesamping melewati batas tengah, dan pada mencit ke lima mencit aktif bergerak menaiki dan menuruni papan untuk pengujian pada kelompok uji diberi selisih waktu pengujian, antar pengujian diberi jarak kurang lebih setengah hari, hal ini dilakukan agar aromaterapi yang terdapat pada box menghilang terlebih dulu. Hasil pergerakan mencit dapat dilihat ditabel 4.1 Gambar pergerakan mencit dapat dilihat dilampiran 5. 4.1.6. Analisis Data Analisa data dilakukan dengan metode Independent T-Test dapat dilihat di table 4.2 dan 4.3
33
Tabel 4.3 Non Parametric Test
Tabel 4.3 Independent T-test
Data yang diperoleh diolah dengan analisis statistic menggunakan SPSS dengan menggunakan metode Uji Independent T-Test. Sebelum dilakukan uji T-
34
Test dilakukan uji normalitas, hasil ditunjukan pada table 4.2 yang menunjukkan test distribusi normal.
Untuk menguji apakah sampel penelitian berdistribusi
normal, maka digunakan pengujian Kolmogorov Smirnov Test terhadap masingmasing variabel dengan α = 5%. Hipotesis pengujian yaitu: H0 : Data menyebar normal H1 : Data tidak menyebar normal Hasil pengujian asumsi normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat ditabel 4.2. Hasil pengujian tersebut menunjukkan probabilitas hitung pada pergerakan kelompok kontrol negative dan kelompok uji = 1.039 > level of significance (=5%). Hal ini berarti data berdistribusi normal. Dengan demikian asumsi normalitas terpenuhi. Sehingga dapat dilakukannya parametric-test dan data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Setelah dilakukan uji normalitas, dilakukan uji kehomogenan ragam 2 sampel. Pengujian digunakan untuk mengetahui kehomogenan 2 sampel tersebut homogen atau tidak. Untuk melihat uji homogenitas ragam dapat dilihat pada table 4.3 pada kolom Levene’s Test for Euquality of Variances. Jika nilai sig lebih besar dari 0,05 maka ragam kedua kelompok tersebut adalah homogen. Hasil menyatakan ragam tidak homogen dengan hasil 0,034 kurang dari 0,05. Untuk hasil uji dilihat pada nilai sig (2 tailed) jika nilai sig lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat aktivitas mencit pada kelompok kelompok uji, hasil yang didapat yakni 0,02 yang menunjukkan adanya perbedaan antara kontrol negatif dan kelompok uji yang artinya ada aktivitas antidepresan terhadap motorik mencit dengan menggunakan minyak atsiri mentha spicata.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian aktivitas antidepresan minyak spearmint (Mentha Spicata L) terhadap mencit dengan menggunakan metode evasi, dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri daun mentha spicata memiliki aktivitas sebagai antidepresan.
5.2 Saran 1. Perlu dilakukan pengujian dengan metode lain, seperti water wheel, whole board, forced swim.
35
DAFTAR RUJUKAN
Andrianto, Tuhana T. 2009. Menyuling Minyak Atsiri. Yogyakarta : Citra Aji Parama. Amir, Nurmati. 2005. Depresi : Aspek Neurologi, diagnosis, dan tata lakasana. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI. Betharani, Brahmasersti., Lia Juniarti dan Morna Agustina. 2007. Uji Aromaterapi Minyak Nilam dan Minyk Kenanga Sebagai Antidepresan Terhadap Aktivitas Motorik Mencit. Anima, Indonesian Psycholical Journal, Vol. 22, No. 2, 165-177 Gunawan, D, Mulyani, S., (2004), Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta Lawrence, Brian. 2007. Mint: The genus Mentha. CRC Press, Taylor and Francis Group. Boca Raton, FL. Muchtaridi. 2003. Tinjauan Aktivitas Farmakologi Aromaterapi. Farmaka vol.1 no. 1 Nevid, J,S., Rathus, S.A., Greene, B. 2003 Psikologi Abnormal. Alih Bahasa: Tim Fakultas Psikologi UI. Jakarta: Erlangga Pavia, D.L., Lampman, G.M.,Kritz, G.S., and Engel, R.G.2006. Introduction to Organic Laboratory Techniques: A Microscale Approach(4 th Ed), Cengage Learning, Brooks/Cole Publishing Co., St. Paul, MN, (February 2006)pp 797-817, ISBN 978-049-5016-30-4 Primadiati, Rachmi. 2002. Aromaterapi Perawatan Alami Untuk Sehat dan Cantik. Jakarta : Gramedia. Pribadi, Ekwasia R. 2010. Peluang Pemenuhan Kebutuhan Mentha Spp. di Indonesia. Balai Peneliian Tanaman Obat dan aromatik. Wijayakusuma HMH, Dalimarta S, & Wirian AS. 1997. Tanaman berkhasiat obat di Indonesia. Jakarta. Pustaka Kartini Wuryaningsih, Lucia Endang. 2011. Eksperimen Farmakologik Orientasi Preklinik. Surabaya: Sandira.
Zinini, M. et all. 2011. Chemical Composiion and Inhibiory Effec of Menha Spicata Essential Oil on the Corrosion of Steel in Molar Hydrochloric Acid
Lampiran 1 : Determinasi Daun Mentha Spicata
Lampiran 2 : Proses Pengambilan Minyak Atsiri
LAMPIRAN 3 Perhitungan Rendemen Minyak
Penimbangan daun mint
: 1000 g (A)
Massa Botol kosong
: 16.1858 g (W1)
Massa Botol + Minyak Atsiri : 17.3477 g (W2) Rendemen minyak
:
𝑊2−𝑊1
= =
𝐴
𝑥100%
17.3477 −16.1858 1000 1.1619 1000
𝑥100%
= 0.11619%
𝑥100%
Lampiran 4 : Keterangan metode uji gcms
Lampiran 5 Hasilpengamatanevasimencit
Mencit diadaptasikan di dalam air
Mencit melewati papan evasi
Mencit melewati papan evasi
Mencit melewati papan evasi
Mencit melewati papan evasi
Mencit pasif cenderung diam disudut
Mencit pasif cenderung diam disudut
Mencit melewati papan evasi
Mencit bergerak menuju garis
Mencit bergerak menuju papan evasi
Mencit melewati papan evasi
Mencit melewati papan evasi
Mencit pasif cenderung diam disudut atas papan
Mencit pasif cenderung diam disudut atas papan