EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L) SEBAGAI ANTIDEPRESAN TERHADAP MENCIT JANTAN PUTIH (Mus musculus)
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh RISA LISNAWATI NIM 12.037
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2015
EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L) SEBAGAI ANTIDEPRESAN TERHADAP MENCIT JANTAN PUTIH (Mus musculus)
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program D 3 bidangAnalis Farmasi dan Makanan
OLEH RISA LISNAWATI NIM 12.037
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2015
ABSTRAK Lisnawati, Risa. 2015. Efektivitas Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia L) Sebagai Antidepresan Terhadap Mencit Jantan Putih (Mus musculus). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang.Pembimbing : Dyah Ratna Wulan, M.Si. Kata Kunci : Efektivitas, ekstrak buah pare, antidepresan, Momordica Charantia L. Tumbuhan Pare (Momordica Charantia L) merupakan salah satu tumbuhan yang buahnya sering digunakan sebagai sayuran. Buah pare memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan penyakit. Secara ilmiah daun pare dapat digunakan sebagai antidepresan karena mengandung senyawa aktif terpenoid. Dalam buah pare juga terdapat senyawa terpenoid. Disamping itu, yang sering dikonsumsi masyarakat adalah buahnya daripada daunnya. Akan sangat menarik untuk mengetahui efektivitas ekstrak buah pare sebagai antidepresan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Akademi Analis Dan Makanan Putra Indonesia Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode uji renang paksa (forced swim test) dengan variasi konsentrasi ekstrak 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB dengan pembanding kontrol negatif aquades dan kontrol positif amitriptilin yang merupakan obat antidepresan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak buah pare dengan konsentrasi 2700 mg/KgBB memiliki efek antidepresan mendekati kontrol positif (amitriptilin). Kesimpulan dari penelitian ini ekstrak buah pare memiliki efektivitas sebagai antidepresan dengan konsentrasi 2700 mg/KgBB.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia L) Sebagai Antidepresan Terhadap Mencit Jantan Putih (Mus musculus)” ini tepat pada waktunya. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai persyaratan untuk mnyelesaikan program D-3 di Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubung dengan terselesainya karya tulis ilmiah ini, saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak sebagai berikut : 1. Dra. Wigang Solandjari selaku Direktur Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang. 2. Ibu Dyah Ratna Wulan, M.Si.selaku dosen pembimbing. 3. Ibu Endang S., S.Si., M.Farm-klin., Apt. selaku dosen penguji. 4. Ibu Ayu Ristamaya Yusuf, A. Md, ST. selaku dosen penguji. 5. Bapak dan Ibu dosen Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang beserta staf. 6. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan secara spiritual materil serta restunya dalam menuntut ilmu.
ii
7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung/ tak langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis. Penulis menyadari bahka Karya Tulis Ilmih ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, saran-saran akan sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.
Malang, Juli 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN 1.1
LatarBelakang ....................................................................... 1
1.2
RumusanMasalah .................................................................. 3
1.3
TujuanPenelitian ................................................................... 3
1.4
Kegunaan Penelitian............................................................. 3
1.5
AsumsiPenelitian .................................................................. 4
1.6
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ........................ 4
1.7
DefinisiIstilah ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Tentang Tanaman Pare .......................................... 7
2.2
Tinjauan Tentang Simplisia .................................................. 10
2.3
Metode Ekstraksi ................................................................... 12
2.4
Terpenoid .............................................................................. 13
2.5
Depresi .................................................................................. 17
2.6
Obat Antidepresan ................................................................. 18
2.7
Pemilihan Hewan Uji ............................................................ 19
2.8
Metode Uji Antidepresan ...................................................... 22
2.9
Uji Antidepresan ................................................................... 26 iv
2.10
Pemberian Obat ..................................................................... 27
2.11
Kerangka Teori...................................................................... 27
2.12
Hipotesis................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian ............................................................ 30
3.2
Populasi Dan Sampel penelitian............................................ 31
3.3
Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................... 31
3.4
Definisi Operasional Variabel ............................................... 32
3.5
Pengumpulan Data ................................................................ 33
3.6
Analisis Data ......................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Buah Pare ............. 38
4.2
Hasil Pengamatan Uji Identifikasi Terpenoid, Alkaloid dan Flavonoid ........................................................................ 40
4.3
Hasil Pengamatan Efektivitas Ekstrak Buah Pare ................. 41
4.4
Hasil Analisis Anova ............................................................ 43
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan ........................................................................... 46
5.2
Saran ...................................................................................... 46
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 47 LAMPIRAN .................................................................................................. 50
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Mencit ..................................................................... 21 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ...................................................... 32 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Buah Pare ................. 38 Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Uji Identifikasi Ekstrak Buah Pare ............. 40 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Efektivitas Ekstrak Buah Pare .................... 41 Tabel 4.4 Hasil Analisa Anova ...................................................................... 43 Tabel 4.5 Post Hoct Test Multiple Comparison .......................................... 44
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Buah Pare .................................................................................. 9 Gambar 2.2 Struktur Triterpenoid .............................................................. 16 Gambar 2.3 Stuktur Steroid ......................................................................... 16
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Konversi Konsentrasi .................................................... 50 Lampiran 2 Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Buah Pare ....................... 51 Lampiran 3 Pembuatan Simplisia Buah Pare ............................................. 54 Lampiran 4 Proses Pembuatan Ekstrak ...................................................... 55 Lampiran 5 Identifikasi Triterpenoid, Flavonoid, Alkaloid ...................... 56 Lampiran 6 Uji Efektivitas Ekstrak Buah Pare ......................................... 57
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia semakin kompleks dengan bermunculnya masalahmasalah baru. Masalah yang tidak dapat terpecahkan menjadi tekanan pikiran. Semakin meningkatnya tekanan dalam hidup semakin banyak orang yang menunjukkan gejala depresi (Radityo, 2008). Penyebab depresi bersifat kompleks karena dapat dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis dan sosial. Depresi juga dapat dialami oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua (Jiwo, 2012). Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan suasana hati (mood) yang berlebihan. Ganguan depresi ringan menyebabkan perubahan perilaku, penurunan energi, perubahan nafsu makan, gangguan tidur, dan perubahan bobot badan. Depresi sedang terdapat gejala yang ekstrim seperti mania atau elasi (rangsangan kuat), penderita depresi seringkali merasa sedih dan tidak bahagia yang berkepanjangan. Penderita dikatakan mengalami depresi berat apabila gangguan psikomotor berupa keadaan murung masih tetap bertahan setelah 2-3 minggu atau bahkan memburuk (Jiwo, 2012). Depresi merupakan gangguan neurobiologi pada otak dengan gejala atau fenomena yang komplek serta etiologi yang hingga sekarang masih belum jelas (Lucia, 2011). Depresi dapat ditangani atau diobati menggunakan obat antidepresan. Antidepresan adalah obat-obat dengan efek positif memperbaiki mood umumnya
1
2
memiliki efek samping yang serius. Efek samping dari penggunaan obat sintetik antidepresan yaitu ketergantugan karena obat antidepresan yang beredar di masyarakat termasuk golongan obat prikotropika. Maka dari itu diperlukan obat antidepresan yang aman digunakan. Alternatif obat antidepresan dapat diperoleh dari bahan alam yang mudah ditemukan (Lucia, 2011). Telah banyak digali alternatif herbal antidepresan dari 52 jenis tanaman (Ganeshan, 2008), salah satunya adalah pare. Pare merupakan tanaman yang tumbuh subur tanpa memerlukan banyak sinar matahari. Disamping itu, pada umumnya masyarakat banyak mengkonsumsi buah pare. Menurut penelitian Ganesan dkk menyebutkan bahwa ekstrak metanol daun pare dengan konsentrasi 300 mg/KgBB mempunyai aktivitas sebagai antidepresan, namun belum dijelaskan metabolit sekunder yang berperan dalam aktifitas ini. Penelitian aktifitas antidepresi pada tanaman pegagan disebabkan oleh kandungan terpenoid (Subhan, 2009). Daun pare juga memiliki kandungan triterpenoid, sehingga kemungkinan besar terpenoid inilah yang berpengaruh terhadap aktifitas antidepresi. Terpenoid terdapat didalam tanaman yang khas memiliki rasa pahit salah satunya dari famili Cucurbitaceae (Dalimartha, 2011). Terpenoid juga ditemukan pada buah pare. Kandungan triterpenoid buah pare golongan pentasiklik,
glikosida,
momordicin,
dan
cucurbitacin
(Katzung,
2002).
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin menguji efektivitas buah pare sebagai antidepresan. Pembuktian khasiat antidepresan dari buah pare digunakan variasi konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB, dan 2700 mg/KgBB. Dalam penelitian ini akan dilakukan penyarian senyawa triterpenoid dari simplisia buah pare dengan metode
3
maserasi. Ekstrak pekat buah pare diberikan secara peroral terhadap mencit kemudian diamati menggunakan metode forced swim test. Melihat efektivitas variasi konsentrasi yang digunakan maka mencit diberenangkan paksa didalam tabung transparan yang berisi air kemudian diamati aktivitas motorik mencit dibandingkan dengan obat antidepresan amitriptilin.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Berapakah konsentrasi ekstrak buah pare (Momordica charantia L) yang efektif sebagai antidepresan pada mencit jantan putih (Mus musculus) dibandingkan dengan amitriptilin?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Mengetahui konsentrasi ekstrak yang efektif sebagai antidepresan pada mencit jantan putih (Mus musculus) jika dibandingkan dengan amitriptilin.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Peneliti mengetahui efetivitas dari ekstrak buah pare (Momordica charantia L) mengguakan variasi dosis 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB, 2700 mg/KgBB sebagai antidepresan.
4
1.4.2
Mengetahui dosis mana yang efektif sebagai antidepresan pada mencit jantan putih.
1.4.3 Memberikan informasi pada masyarakat mengenai manfaat buah pare (Momordicacaratia L) sebagai antidepresan. 1.4.4
Menambah sumber referensi sumber belajar di perpustakaan Putra Indonesia Malang.
1.5 Asumsi Penelitian Asumsi dalam penelitian ini yaitu ; 1. Metode maserasi dapat digunakan untuk mengekstrak kandungan triterpenoid pada buah pare (Momordica charantia L). 2. Efektivitas ekstrak buah pare sebagai antidepresan dapat ditentukan menggunakan metode forced swim test. 3. Buah pare memiliki kandungan terpenoid yang sama dengan terpenoid dalam daun pare.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1.6.1 Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pembuatan simplisia buah pare (Momordica charantia L.). 2. Ekstraksi zat aktif simplisia buah pare (Momordica charantia L.) menggunakan metode maserasi.
5
3. Perhitungan variasi konsentrasi dosis yang digunakan pada pengujian antidepresan. 4. Parameter uji antidepresan pada mencit dengan menggunakan alat modifikasi forced swim test untuk mengetahui efektivitas ekstrak pada variasi konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB.
1.6.2
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tidak dilakukan isolasi senyawa aktif pada pada buah pare (Momordica charatia L). 2. Dalam mengidentifikasi terpenoid, alkaloid dan flavonoid yang terdapat dalam buah pare peneliti hanya menguji secara kualitatif.
1.7 Definisi Istilah 1. Pare adalah tanaman yang merambat, buahnya meyerupai timun akan tetapi memiliki kulit yang keriput dan rasa yang khas pahit. 2. Triterpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena. 3. Depresi merupakan gangguan neurobiologi pada otak dengan gejala atau fenomena yang kompleks yang dipicu oleh ketidakseimbangan serotonin dan norepinefrin.. 4. Antidepresan adalah obat yang dapat memperbaiki mood dengan jalan merangsang otak.
6
5. Neurotransmitter adalah bahan kimia endogen yang mengirimkan sinyal dari neuron ke sel target sinaps di otak. 6. Serotonin adalah hormon atau senyawa kimia di otak yang berfungsi sebagai peningkat mood yang memiliki efek pada rasa sakit, senang, gelisah, panik dan pola tidur. 7. Norepinefrin adalah suatu neurotrasnmitter dalam sisitem limbik di otak mengontrol emosi seperti depresi dan menaikkan aktivitas motorik. 8. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif senyawa simplisia menggunakan pelarut tertentu yang sesuai dengan sifat zat aktif tersebut. 9. Aktivitas
antidepresan
adalah
kemampuan
suatu
komponen
kimia/ekstrak/metabolit sekunder untuk mengurangi depresi. 10. Efektivitas adalah kemampuan konsentrasi ekstrak terkecil yang menghasilkan aktivitas antidepresan terbesar. 11. Maserasi merupakan proses penyarian dengan cara merendam serbuk simplisia buah pare dalam metanol. 12. Metode forced swim test adalah metode yang menghubungkan keadaan depresi dengan perilaku dan aktivitas motorik hewan coba. 13. Waktu diam atau immobility time adalah aktivitas motorik yang pasif diukur dalam satuan detik.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjuan Tentang Tanaman Pare 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Pare Tanaman pare (Momordica charantia L.) dalam sistematika tumbuhan adalah : Kingdom
: Plantae
Divisi
:Magnoliophyta
Kelas
:Magnoliopsida
Ordo
:Cucurbitales
Famili
: Cucurbitaceae
Genus
: Momordica
Spesies
: Momordica charantia L.
Sinonim
:Momordica balsamina Blanco, M. balsamina Descourt, M. cylindrica Blanco, M. jagorana C. Koch, M. operculata Vell., Cucumis africanus Lindl.
7
8
Nama Daerah
: Sumatra : prieu, foria, pepare, kambeh, paria, Jawa : paria pare, pare pahit, papareh, Nusa Tenggara : paya, paria, truwuk, paita, belenggede, palia,
7
Maluku :
8
papariane, papari, kakariano, taparipong, papariano, popare, pepare. Nama Asing
: ku gua (C), bitter melon, balsam pear, kerala, cerasea, african cucumber, bitter cucumber, bitter gourd (I), maidens blush, karvel, springkomkomer.
Nama Simplisia
: Fructus Momordicae Charantiae (buah pare).
2.1.2 Mofologi Tanaman Pare Pare banyak terdapat di daerah tropis. Tumbuhan baik di dataran rendah dan dapat di temukan tumbuh liar di tanah telantar, tegalan, atau di budidayakan dan ditanam
di
pekarangan
dengan
dirambatkan
di
pagar
untuk
diambil
buahnya.Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung (Dalimartha, 2011). Terna setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit (sulur) berbentuk spiral, bercabang banyak, dan berbau tidak enak. Batang berusuk lima, panjang 2-5 m dan yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuk bulat panjang, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 2,5-6 cm, berwarna hijau tua. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, dan berwarna kuning. Buah bulat memanjang dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm, rasa pahit, berwarna hijau, menjadi jingga yang pecah dengan tiga katup jika masak. Biji banyak, cokelat kekuningan,
bentuk
pipih
memanjang,
keras
(Dalimartha,
2011).
9
Ada tiga jenis tanaman pare yaitu pare gajih , pare kodok, dan pare hutan. Pare gajih berdaging tebal, berwarna hijau muda atau keputihan, bentuk besar dan panjang, rasa tidak begitu pahit. Buah pare kodok bulat pendek dan rasa pahit. Pare hutan merupakan pare yang tumbuh liar, buah kecil-kecil dan berasa pahit. Untuk memperoleh buah yang panjang dan lurus, pada ujung buah yang masih kecil biasanya digantungkan batu. Daun pare yang tumbuh liar dinamakan daun tundung. Daun ini lebih berkhasiat jika digunakan untuk pengobatan.Daun dan buah yang masih muda dimakan sebagai lalap mentah atau dikukus dahulu, dimasak sebagai sayuran, ditumis, dibuat sambal goreng, dan gado-gado.Tanaman ini juga dapat digunakan untuk membunuh serangga.Perbanyakan dengan biji (Dalimartha, 2011).
Gambar 2.1 Buah Pare (Dalimartha, 2011) 2.1.3 Kandungan Kimia Tanaman Pare Buah pare mengandung albuminoid, karbohidrat, zat warna, karantin, hydroxytryptamine, vitamin A, B dan C. Per 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung 29 kilo kalori; 1,1 gram protein; 0,3 gram lemak; 6,6 gram karbohidrat; 45 mg kalsium; 64 mg fosfor; 1,4 gram besi; 180 s.l. nilai vitamin A;
10
0,08 mg vitamin B1; 52 mg vitamin C dan 91,2 gram air. Selain itu buah pare juga
mengandung
saponin,
flavonoid,
polifenol,
alkaloid,
triterpenoid,
momordisin, glikosida cucurbitacin, charantin, asam biurat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearat (Cahyadi, 2009). Daun pare mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, asam trikosanik, asam resinat, saponin, vitamin A dan C serta minyak lemak yang terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan L. oleostearat. Biji pare mengandung saponin, alkaloid, triterpenoid, asam momordial dan momordisin. Sedangkan akar pare mengandung asam momordial dan asam oleanolat (Cahyadi, 2009). 2.1.4 Khasiat Tanaman Pare Rasa pahit, sifat dingin, masuk meridian jantung, hati, paru.Berkhasiat antiradang. Buah pare yang belum masak berkhasiat meluruhkan dahak, membersihkan darah, menambah nafsu makan, menurukan panas, meyegarkan badan, dan menurunkan kadar glukosa darah. Buah masak berkhasiat tonik pada lambung dan peluruh haid.Bunga berkhasiat memacu pengeluaran enzim pencernaan.Daun berkhasiat meluruhkan haid, pencahar, merangsang muntah, dan panas (Dalimartha, 2011).
2.2 Tinjauan Tentang Simplisia Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
11
berupa bahan yang telah di keringkan .berdasarkan hal itu maka simplisia di bagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Gunawan dan Sri, 2004 ). Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antar ketiganya.Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, atau zat-zat berguna yang di hasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (Gunawan dan Sri, 2004). Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penyimpanan. 1) Pengumpulan bahan baku sangat menetukan kualitas bahan baku. Faktor yang berperan dalam tahap ini adalah masa panen. 2) Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman maih segar. Sortasi di lakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanman lain dan bagian tanaman yang rusak. 3) Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanahdan juga bahan-bahan yang tercemar peptisida. 4) Pengubah bentuk bertujuan untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan cepat kering.
12
5) Proses pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air, menghilankan aktivitas enzim yang dapat menguraikan lebih lanjut zat aktif, memudahkan dalam hal pengelolaan proses. 6) Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringa. 7) Pengepakan dan penyimpanan bertujuan untuk menyimpan simplisia kering dari pengaruh dari luar atau kontaminan (Gunawan dan Sri, 2004 ).
2.3 Metode Ekstraksi Ekstraksi atau penyarian adalah proses pemisahan zat yang terdapat dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas.Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut oleh cairan penyari (Anonim, 1986). Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ektraksi dingin dengan cara maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan yang diluar sel maka larutan terpekat didesak keluar. Peristiwa antar larutan diluar sel dan didalam sel (Depkes, 1986 ).
13
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stiarak dan lain-lain.Cairan yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut air.Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian (Depkes, 1986). Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang sempurna. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok dimasukkan kedalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambilberulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas.Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian.Bejana ditutup dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari, kemudian endapan dipisahkan (Depkes, 1986).
2.4 Terpenoid 2.4.1 Pengertian Terpenoid Terpenoid adalah senyawa alam yang terbentuk dengan proses biosintesis, terdistribusi luas dalam dunia tumbuhan dan hewan. Terpenoid ditemukan tidak saja pada tumbuhan tingkat tinggi namun juga pada terumbu karang dan
14
mikroba.Struktur terpenoid dibangun oleh molekul isoprena. CH2=C(CH3)-CHCH2, kerangka terpenoid terbentuk dari dua atau lebih banyak satuan unit isoprena (C5). Terpenoid yang disebut juga isoprenoid, diklasifikasikan atas jumlah unit isoprena yang membangunnya, dengan demikian ada yang terdiri atas dua (C10), tiga (C15), empat (C20), enam (C30), atau delapan (C40) isoprena. Terpenoid dapat juga di kelompokkan menjadi monoterpen, seskuiterpen, diterpen, triterpen, dan tetraterpen (Sirait, 2007). Senyawa terpenoid berkisar dari senyawa yang volatil, yakni komponen minyak atsiri, yang merupakan mono dan seskuiterpen (C10 dan C15), senyawa yang kurang volatil, yakni diterpen (C20), sampai senyawa yang nonvolatil seperti triterpenoid dan sterol (C30) serta pigmen karotenoid (Sirait, 2007). 2.4.2 Sifat Kelarutan Terpenoid Terpenoid memiliki struktur siklik dengan satu atau lebih gugus fungsional (hidroksi, karbonil,dll). Senyawa metabilot sekunder terpenoid dapat di ekstraksi menggunakan pelarut metanol. Metanol memiliki log P -0,53, sedangkan terpenoid turunan triterpenoid senyawa cucurbitacin memiliki log P -0,23. Dilihat dari log P tersebut antara metanol dan cucurbitacin memiliki kepolaran yang sama sehinga dapat digunakan sebagai pelarut. Metanol memiliki rantai karbon yang tidak terlalu panjang sehingga sifat kepolarannya cenderung semi polar, semakin panjang rantai karbon semakin cenderung bersifat nonpolar. (Ganellin dan David J. Triggel, 2011).
15
2.4.3 Identifikasi Terpenoid Identifikasi senyawa terpenoid dapat dilakukan dengan cara uji kualitatif menggunakan reaksi tabung dan secara kromatografi lapis tipis. Metode identifikasi terpenoid dengan reaksi tabung dilakukan dengan menggunakan pereaksi Liebermann Bauchard (asam asetat anhidrat : asam sulfat pekat). Apabila terdapat warna merah kecoklatan maka menandakan adanya terpenoid dan apabila warna biru hijau sebagian besar meupakan senyawa triterpen dan sterol (Sirait, 2007). 2.4.5 Turunan Terpenoid Golongan Triterpenoid Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari 6 unit isopren dan dibuat secara biosintesis dari skualen, suatu C30 hIdrokarbon asiklik.Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang realtif kompleks, kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Senyawa tersebut tidak berwarna , kristalin, sering mempunyai titik lebur tinggi, umumnya sulit untuk dikarakterisasi karena secara kimia tidak reaktif (Sirait, 2007). Triterpenoid terdiri atas 4 kelompok senyawa, yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.Kedua kelopok terakhir disebut triterpen esensial atau steroid yang umumnya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida.Banyak triterpen telah diketahui dari tumbuhan dan sesuatu yang baru ditemukan dan dikarakterisasi.Beberapa triterpen dikenal dengan rasa, terutama rasa pahit. Kelompok yang merupakan triterpen pahit adalah kukurbitasin yang terutama terdapat pada biji berbagai Cucurbitaceae (Sirait,2007).
16
Gambar 2.2 Struktur Triterpenoid Steroid adalah triterpen yang strukturnya berdasarkan sistem cincin siklopentana perhodro fenatren.Senyawa-senyawa steroid yang umum terdapat dalam tumbuhan sebagai bentuk bebas dan dalam bentuk glikosida. Saponin adalah glikosida dari triterpen dan sterol, yang telah di deteksi pada lebih dari 20 famili tumbuhan.Senyawa ini mempunyai sifat aktif permukaan dengan dengan sifat seperti sabun dan dapat di deteksi karena kemampuannya membentuk busa dan untuk menghemolisis sel darah. Glikosida jantung atau kardenolid mempunyai banyak senyawa berupa campuran yang kompleks yang terdapat bersama-sam pada tumbuhan yang sama. Tipe glikosida jantung adalah oleandrin, toksin dari daun oleander, Nerium oleander, apocynaceae.Kebanyakan glikosida jantung adalah toksik dan banyak yang mempunyai aktivitas farmakologis, khususnya namanya sendiri berimplikasi pada jantung (Sirait, 2007).
Gambar 2.3 Struktur Steroid Triterpenoid dalam buah pare sangat banyak dan memiliki golongan tertentu. Triterpenoid dalam buah pare termasuk golongan triterpenoid pentasiklik yang
17
dinamai momordicin. Triterpenoid dalam buah pare juga terdapat sejumlah saponin triterpenoid jenis oleanan dan glikosida triterpenoid jenis kukurbitan (Achmad, 2009).
2.5 Depresi Depresi merupakan gangguan neurologi pada otak dengan gejala atau fenomena yang komplek serta etiologi yang hingga sekarang masih belum jelas. Depresi dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat. Dalam depresi ringan individu merasa adanya ketidakberesan seperti jantung berdegup, keluar keringan dingin, muka pucat, leher tegang dan dalam fase ini sebagai pertanda orang mengalami depresi. Dalam depresi sedang tubuh mengalami disfungsi karena terjadi perlawanan depresi. Depresi berat merupakan depresi yang berbahaya karena tubuh tidak mampu melakukan perlawanan sehingga menurunkan aktivitas motorik dan dapat menyebabkan suatu penyakit (Jiwo, 2012). Pada kondisi kecemasan atau ketakutan yang luar biasa maka hewan secara normal akan memberikan respon berupa perilaku yang defentif, reflek otonomik berupa
gigitan,
stamina
meningkat
dan
waspada,
terjadi
sekresi
kortikosteroid,emosi negatif (Lucia, 2011). Strategi pengobatan yang di lakukan adalah dengan meningkatkan impuls neurotransmisi dengan menggunakan obat-obat yang menyebabkan pelepasan simpanan neurotransmitter dari terminal prasinaptik, prekusor neurotransmitter yang di ambil ke dalam neuron prasinaptik dan di metabolis menjadi molekul
18
neurotransmitter aktif, obat-obatan yang menghambat enzim penghancur neurotransmitter (Lucia, 2011). Korteks limbik yang berhubungan dengan otak bagian tengah berfungsi dalam pengaturan sistem otonomik, produksi hormon serta siklus bangun tidur. Neuron simpatik merupakan inervasi pada sistem otonom dan merilis berbagai mediator atau neurotransmitter seperti norepinefrin, dopamin dan serotonin. Serotonin memiliki reseptor 5-HT dan merupakan neurotransmitter yang berasal dari prekusor triptofan. Pada penderita depresi terdeteksi bahwa kadar serotonin dan tritofan cenderung menurun. Kasus-kasus depresi berat seringkali terjadi penurunan jumlah reseptor 5-HT1A dan 5-HT2A, sedangkan penderita depresi agresif atau yang cenderung bunuh diri di jumpai kadar serotonin yang rendah. Serotonin terdiri dari 14 diversi reseptor yang tersebar di berbagai lokasi pada susunan saraf sentral dengan demikian efek fisiologik serotonin sangat kompleks (Lucia, 2011).
2.6 Obat Antidepresan Antidepresan adalah obat-obat dengan efek positif memperbaiki mood akan tetapi umumnya memiliki efek samping yang serius karena tergolong obat psikotropik. Induksi depresi atau behavioral despair pada hewan dapat digunakan antara lain : amitriptilin dengan dosis 5 mg/KgBB; 10 mg/KgBB atau 20 mg/KgBB. Amitriptilin merupakan derivat dibenzazepin merupakan obat antidepresan trisiklik yang pertama kali ada. Obat ini paling banyak digunakan untuk terapi depresi. Derivat dibenzazepin telah dibuktikan dapat mengurangi
19
keadaan depresi, terutama depresi endogen. Amitriptilin bekerja dengan menghambat ambilan neurotransmitter (serotonin dan norepinefrin) neuron masuk ke terminal saraf prisinaptik, sehingga akan meningkatkan konsentrasi monoamine dalam celah sinaptik dan akan menimbulkan efek antidepresan. Contoh obat antidepresan : 1. Golongan Benzodiazepin : Alprazolam (Xanax), oral : 0.25, 0.5, 1.2 mg tablet Chlordiazepoxide, oral : 5, 10, 25 mg tablet dan kapsul, parenteral : 100 mg powder injection. Midazolam, parenteral : 1.5 mg/ml in 1,2,5,10 ml vials for injection., dll 2. Golongan Barbiturat Amobarbital, parenteral : powder in 250, 500 mg vials for injection. Imipramin HCl, oral : 15, 16, 30, 60, 100 mg table, 16 mg kapsul. Mephobarbital, oral : 32, 50, 10 mg tablet (katzung, 2002).
2.7 Pemilihan Hewan Uji Pemilihan hewan percobaan yang tepat secara garis besar didasarkan pada kepekaaan hewan terhadap metode uji yang akan dilakukan dan berkaitan erat dengan faktor internal biologis pda masing-masing spesies. Peneliti menggunakan mencit sebagai hewan coba dalam penelitian ini karena mencit merupakan hewan coba yang mudah berkembang biak, dan tersedia dalam banyak galur. Karakteristik mencit dalam laboratorium mudah ditangani, mencit bersifat penakut, fotofobic, senderung berkumpul sesamanya, mempunyai
20
kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari.Suhu tubuh normal 37,40C dan laju respirasi normal 163 tiap menit.Klasifikasi mencit menurut Departemen Kesehatan. Dunia
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub filum
: Vertebrata
Kelas
: Mammalia
Subkelas
: Theria
Ordo
: Rodentia
Sub ordo
: Myomorpha
Famili
: Muridae
Sub famili
: Murinae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus-musculus
21
2.7.1 Karakteristik Mencit Tabel 2.1 Karakteristik Mencit Karateristik
Mencit (M. Musculus) jantan Galur Balb C
Pubertas
35 hari
Masa beranak
Sepanjang tahun
Hamil
19-20 hari
Jumlah sekali lahir
4-12 (biasanya 6-8)
Lama hidup
2-3 tahun
Masa laktasi
21 hari
Frekuensi kelahiran/tahun
4
Suhu rectal rata-rata
370 C
Berat badan dewasa
20-40 gram dan 18-35 gram
Volume darah
7,5 % BB
Tekanan darah
147/106 S/D
Kecepatan respirasi
136-216/mencit
2.7.2 Sifat Mencit Mencit merupakan hewan yang jinak, lemah , mudah ditangani, takut cahaya dan aktif pada malam hari, mecit yang dipelihara sendiri makannya lebih sedikit dan bobotnya lebih ringan dibanding yang dipelihara bersama dalam satu kandang yang lebih bersifat kanibal.
22
2.7.3 Lingkungan Hidup Temperatur ruangan untuk pemeliharaan mencit berkisar antara 20-250 C. Mencit dapat dipelihara dengan baik pada temperatur 20-300 C. Kelembapan ruang tersebut berkisar 45-55%. 2.7.4 Perlakuan pada Mencit Langkah pertama adalah adaptasi 25 mencit di kandang dalam laboratorium dan memberikan nutrisi dan minum pada mencit setiap hari. Setelah seminggu proses adaptasi mencit ditimbang satu-persatu, diberikan kode pada tiap-tiap mencit dan dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok I sebagai control negatif, kelompok II sebagai control positif diberikan imipramin, kelompok III sebagai perlakuan dengan diberikan ekstrak buah pare dengan konsentasi 300 mg/kg, kelompok IV sebagai perlakuan dengan diberikan ekstrak buah pare dengan konsentrasi 900 mg/kg dan kelompok V sebagai perlakuan dengan diberikan ekstrak buah pare dengan konsentrasi 2700 mg/kg.
2.8 Metode Uji Antidepresan 2.8.1 Metode Berenang Paksa (Forced Swim Test) Forced swim test adalah salah satu metode yang biasa digunakan untuk mengukur efek suatu obat antidepresan pada hewan uji menggunakan tabung transparan. Metode forced swim test digunakan untuk depresi berat yang memiliki retardasi motor pasif. Khasiat dari suatu obat antidepresan diukur melalui lama immobility time yang lebih singkat dibandingkan dengan kelompok uji yang tidak diberikan obat antidepresan atau ekstrak yang berfungsi sebagai antidepresan.
23
Prinsip metode forced swim test adalah membuat hewan coba depresi dalam lingkungan yang bukan habitatnya yaitu air. Alat untuk menguji hewan coba menggunakan metode ini sangat sederhana yaitu tabung transparan dengan diameter 15 cm dan tinggi 12 cm (Emmamghoreishi,2009). 2.8.2 Metode Roda Putar Celup (Water Wheel) Water wheel adalah salah satu metode yang biasa digunakan untuk mengukur efek suatu obat antidepresan pada hewan uji menggunakan kotak transparan yang dilengkapi roda putar.Khasiat dari suatu obat antidepresan diukur melalui lama immobility time.Prinsip metode water wheel adalah membuat hewan coba depresi dalam lingkungan yang bukan habitatnya yaitu air. Alat untuk menguji hewan coba menggunakan alat berbentuk transparan yang akan diisi air hingga ¾ volumenya dilengkapi dengan roda putar (Lucia, 2011). 2.8.3 Metode Ultrasound Metode ultrasound adalah metode penginduksi depresi dengan suara. Suara dapat digunakan sebagai penginduksi karena nada tinggi suara yang dibangkitkan secara terus-menerus akan menyebabkan stres , mual atau pusing tergantung dari frekuensi yang dibangkitkan. Pada pengamatan suara dengn frekuensi 11 KHz secara teru-menerus berakibat terjadi rasa pusing, memekakkan telinga bahkan mungkin mematikan. Cara kerja dari gelombang ultrasonik ini adalah mengacaukan syaraf pendengaran sehingga hewan coba akan terganggu. Gelombang suara ultrasonik akan menekan saraf sentral, sehingga menyebabkan gangguan pada sistem limbik. Hal ini menyebabkan terhambatnya pengeluaran neurotransmitter serotonin dan norepinefrin.
24
2.8.4 Metode Roda Berputar (Rotarod) Rotarod adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur efek suatu obat antidepresan pada hewan uji menggunakan roda berputar.Khasiat dari suatu obat antidepresan diukur menggunkan aktivitas motorik.Prinsip metode rotarod adalah hewan coba mengalami depresi dengan memutar roda dengan kecepatan 10-20 rpm.Alat untuk menguji hewan coba menggunakan suatu area yang dilengkapi dengan roda putar (Haq, 2009). 2.8.5 Metode Papan Berlubang (Hole Board) Hole board adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur efek suatu obat antidepresan pada hewan uji menggunakan papan berlubang. Khasiat dari suatu obat antidepresan diukur menggunakan aktivitas motorik. Prinsip metode hole board adalah membuat hewan coba mengalami depresi sebab alat merupakan media asing yang dapat menstimulasi depresi. Alat untuk menguji hewan coba menggunakan suatu area yang terdapat lubang-lubang dengan diameter 10-20 cm. jarak antar lubang diatur sedemikian rupa, sehingga hewan dapat berlalu-lalang dengan leluasa.Alat diberi pembatas kaca, sehingga perilaku hewan mudah diamati. Lubang-lubang yang terdapat pada alat merupakan stimulasi terhadap rasa ingin tahu hewan, dengan demikian akan merangsang terjadinya aktivitas motorik (Lucia,2011). 2.8.6 Metode Papan Datar (Platform) Platform merupakan papan datar dengan ketinggian tertentu. Pada ketinggian dan tanpa komunitasnya, hewan akan merasa terasingkan dan mengalami depresi. Dalam hal ini terjadi penurunan kativitas motorik hewan coba. Prinsip
25
pelaksanaan uji metode platform pada dasarnya sama dengan metode hole board. Efek depresi mencit diakibatkan oleh tempat asing.Rasa keingintahuan hewan coba dapat meningkatkan aktivitas motorik mencit (Lucia, 2011). 2.8.7 Metode Evasi Evasi adalah proses perpindahan hewan melalui suatu pembatas. Alat yang digunakan adalah evation box digital counter, yang merupakan kotak terbuat dari bahan acrylic transparan, berwarna hitam, berbentuk pesegi panjang dengan ukuran 29cm x 15cm x 15cm. Bagian dasar kotak merupakan bidang miring kasar berwarna hitam dan bagian tengahnya diberi garis pembatas putih, merupakan tempat hewan coba melakukan evasi. Aktivitas motorik hewan merupakan mobilitas perpindahan dari bidang kiri ke bidang kanan atau sebaliknya, dengan melintasi garis putih (Lucia, 2011). 2.8.8 Metode Traksi Traksi adalah suatu metode regangan atau tarikan otot.Pada mtode ini dilakukannya peregangan otot anggota gerak hewan coba. Alat traksi merupakan jembatan kawat dimana hewan uji akan tergelantung, dengan demikian terjadi peregangan otot. Kekuatan daya peregangan otot merupakan manifestasi dari aktivitas motorik (Lucia, 2011). 2.8.9 Metode Penyaringan Partikel Alat yang digunakan dalam metode ini adalah tabung penyaring, yang berisi partikel dengan ukuran tertentu dan sebaiknya homogen.Partikel yang digunakan dapat berupa bola-bola silica atau pasir yang telah diayak.Dibagian bawah tabung
26
penyaring diletakkan gelas piala untuk menampung partikel yang berjatuhan saat hewan coba melakukan aktivitas motorik.Suasana yang baru dikenal dan penuh dengan partikel merupakan penginduksi depresi bagi mencit.Semakin besar partikel aktivitas motorik hewan coba maka semakin banyak partikel yang tersaring (Lucia, 2011).
2.9 Uji Antidepresan Pada eksperimen ini cara membuat mencit depresi dengan menggunakan metode forced swim test. Metode ini dimaksudkan untuk mengamati aktivitas motorik hewan uji lebih mudah dan lebih lama. Alat yang digunakan yaitu tabung transparan dengan tinggi 22 cm dan diameter 12 cm yang akan diisi oleh airsetinggi 15 cm. Hewan uji di masukkan kedalam alat forced swim test kemudian diamati aktivitas motorik mencit. Hewan uji yang depresi aktivitas motoriknya menurun sehingga cenderung diam disuatu tempat dan tidak bergerak. Apabila hewan uji diberi obat dengan aksi antidepresan maka aktivitas motoriknya akan meningkat dan hewan uji mempunyai keberanian dan cenderung lebih aktif. Tujuan eksperimen ini adalah untuk mengetahui gejala depresi dalam lingkungan yang bukan habitatnya dan mengamati respon immobilitas atau aktivitas motorik hewan uji terhadap obat antidepresan pada alat forced swim test (Emmamghoreishi,2009).
27
2.10 Pemberian Obat Pada penelitian ini, mencit putih jantan diberikan obat secara per oral.Pemberian obat-obatan dalam bentuk suspensi, larutan atau emulsi, kepada mencit dilakukan dengan pertolongan jarum suntik dengan ujung tumpul.Jarum suntik dimasukkan ke dalam mulut sampai ke lambung mencit. Sebelum pemberian sampel uji terhadap mencit terlebih dahulu harus mengetahui cara penanganan atau perlakuan terhadap mencit. Caranya yaitu pertama-tama mencit diangkat dari kandangnya dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan lalu diletakkan di atas permukaan kasar untuk mengurangi gerak mencit.Setelah itu lipatan kulit tengkuk dipegang diantara jari telunjuk dan ibu jari. Mencit dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri.
2.11 Kerangka Teori Buah pare merupakan buah dari tanaman pare yang biasa dimakan oleh masyarakat sebagai sayuran. Buah pare memiliki beberapa kandungan senyawa kimia. Salah satu zat aktif dalam buah pare yang berkhasiat sebagai herbal antidepresan diduga efek farmakologis dari terpenoid. Terpenoid yang terkandung dalam buah pare termasuk golongan triterpenoid pentasiklik, glikosida, momordicin dan cucurbitacin. Menurut penelitian sebelumnya ekstrak daun pare dengan konsentrasi 300 mg/KgBB memiliki aktivitas antidepresan, namun belum diketahui mekanisme kerjanya. Dari konsentrasi daun pare tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan variasi konsentrasi ekstrak buah pare sebagai antidepresan. Variasi konsentrasi ekstrak buah pare akan diuji ke hewan coba
28
mencit dengan variasi konsentrasi 300 mg.kg/BB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB dengan mengamati aktivitas motorik mencit. Ekstrak daun pare sebagai antidepresan pada penelitian Ganeshan diperoleh dengan menggunakan metode maserasi pelarut metanol. Dengan menggunakan pendekatan yang sama, untuk mengekstrak triterpenoid, dilakukan ekstraksi maserasi buah pare. Metode maserasi dipilih karena prosesnya mudah dan praktis, dan tidak ada pengaruh pemanasan sehingga tidak merusak metabolit sekunder yang akan diekstraksi. Pemilihan pelarut metanol untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi karena metanol merupakan pelarut yang bersifat semipolar sehingga dapat melarutkan metabolit sekunder seperti terpenoid, alkaloid dan flavonoid. Ekstrak yang didapat dari proses maserasi dihilangkan pelarutnya menggunakan vacum rotary evaporator dengan suhu 50oC sampai metanol tidak menetes lagi. Menurut penelitian Rajput tahun 2011 mengatakan bahwa tanaman pare dapat digunakan sebagai antidepresan tetapi belum diketahui mekanisme kerjanya. Dalam penelitian Subhan tahun 2009 mengatakan bahwa senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antidepresan. Berdasarkan data diatas maka dilakukan penelitian efektivitas antidepresan buah pare pada mencit jantan putih. Menurut penelitian Ganeshan dkk ektrak daun pare dengan konsentrasi 300 mg/KgBB sudah memiliki aktivitas sebagai antidepresan. Penelitian Ganeshan dkk dapat dijadikan acuan untuk menentukan variasi konsentrasi ekstrak buah pare yang diberikan yaitu 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB. Untuk pemberian konsentrasi ekstrak buah pare
29
setiap hewan percobaanya perlu menimbang ulang berat badan mencit dan perlu dilakukan perhitungan ulang untuk pemberian konsentrasi ekstrak, hal ini dilakukan agar hasil pengukuran yang didapatkan akurat atau meminimalkan kesalahan dalam penelitian. Metode yang digunakan untuk menginduksi depresi pada mencit menggunakan forced swim test.
2.12 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak buah pare memiliki efektivitas sebagai herbal antidepresan.
30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan semua proses dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu penelitian yang melakukan kegiatan percobaan efek antidepressan dari esktrak buah pare. Penggujian menggunakan mencit sebagai hewan coba, terdiri dari 5 kelompok perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol negatif tanpa di beri ekstrak buah pare hanya pelarut berupa aquades, kelompok II sebagai kelompok uji dengan di ekstrak 300 mg/KgBB, kelompok III sebagai kelompok uji dengan diberi ekstrak 900 mg/KgBB, kelompok IV sebagai kelompok uji dengan diberi ekstrak 2700 mg/KgBB dan kelompok V sebagai kontrol positif dengan diberi obat amitriptilin. Tahap persiapan yang dilakukan meliputi determinasi buah pare, pembuatan simplisia, penentuan lokasi dan waktu penelitian serta persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan. Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan yang meliputi pembuatan ekstrak buah pare dan identifikasi metabolit sekunder. Menghitung konsentrasi buah pare dengan variasi konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB dan diencerkan dengan menggunakan pelarut aquades. Ekstrak dengan konsentrasi yang berbeda disondekan ke mencit untuk mengetahui efek antidepresannya.
30
31
Tahap akhir meliputi pengolahan data uji efektivitas antidepresan menggunakan metode statistik One-way Anova dilanjutkan menggunakan post hoct test tukey.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ekstrak buah pare (Momordica carantia L.), famili Cucurbitaceae sebanyak 4000 mg. 3.2.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ekstrak buah pare dengan konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Putra Indonesia Malang. 3.3.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian yang di butuhkan mulai tahap pembuatan proposal, penelitian dan analisis data dimulai dari bulan November 2014 – Juli 2015.
32
3.4 Definisi Operasioal Variabel Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak buah pare dengan variasi konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB. Variabel terikatnya adalah efektivitas antidepresan. Definisi operasional variabel dapat dilihat pada
tabel 3.1 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi Variabel
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Efektivitas
Efektivitas ekstrak Tabung
Banyaknya
antidepresan
dalam
transparan
waktu diam
mengembalikan
dengan
mencit dari
aktivitas mencit,
motorik ketinggian 22 menit ke 2 sehingga cm
dan sampai
mencit
aktif diameter
12 6.
kembali
yang cm yang diisi
diukur
air setinggi 15
menggunakan
cm.
metode
forced
swim test.
32
ke
Nominal
33
3.5 Pengumpulan Data 3.5.1 Pembuatan Simplisia 1. Disiapkan buah pare sebanyak 5 kg. 2. Disortasi basah dengan cara mencuci buah pare menggunakan air mengalir. 3. Dirajang buah pare untuk memperluas permukaan sehingga cepat kering. 4. Dioven buah pare yang sudah dirajang dengan suhu 60oC sampai kering. 5. Disortasi kering untuk menghilangkan benda asing yang ikut dalam simplisia. 6. Diblender simplisia buah pare untuk mendapatkan serbuk simplisia. 3.5.2 Pembuatan Ekstrak Buah Pare 1. Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 200 gram. 2. Dimasukkan serbuk simplisia kedalam botol coklat. 3. Dituang pelarut metanol sebanyak 1,5 liter. 4. Diaduk-aduk sebentar dan ditutup. 5. Didiamkan 72 jam ditempat kering dan terhindar dari sinar matahari. 6. Disaring ekstrak yang didapat menggunakan kertas saring untuk mengambil filtrat. 7. Diuapkan filtrat menggunakan evaporator pada suhu 45OC sampai pekat atau tidak mengandung metanol lagi. 8. Ditimbang hasil ekstrak pekat . 33
34
9. Dilakukan identifikasi terpenoid, alkaloid dan flavonoid. 10. Dilakukan preparasi ekstrak dengan konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB. 11. Dilakukan uji efektivitas esktrak menggunkan metode forced swim test. 3.5.3 Identifikasi Senyawa Terpenoid, Alkaloid dan Flavonoid 3.5.3.1 Identifikasi Senyawa Terpenoid. 1. Diambil 1 ml larutan ekstrak dan diuapkan sampai kering. 2. Ditambah pereaksi Liebermann-Burchard. 3. Diamati perubahan warna ungu yang menunjukkan Triterpenoid dan hijau untuk steroid. 3.5.3.2 Identifikasi Senyawa Alkaloid. 1. Diambil 3 ml larutan ekstrak. 2. Ditambahkan 1 ml HCl 2N dan 6 ml aquades. 3. Dipanaskan ekstrak, kemudian didinginkan dan disaring. 4. Diambil filtrat dan di tambah pereaksi mayer. 5. Diamati endapan putih yang terbentuk menandakan adanya alkaloid. 3.5.3.3 Identifikasi Senyawa Flavonoid. 1. Diambil 3 ml larutan ekstrak. 2. Ditambah sedikit serbuk seng atau magnesium dan 2 ml HCL 2N. 34
35
3. Diamati perubahan warna jingga sampai merah yang menandakan adanya flavonoid. 3.5.4 Preparasi Ekstrak Buah Pare 1. Ditimbang ekstrak buah pare dengan konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB. 2. Diencerkan dengan pelarut akuades. 3. Diberikan ektrak buah pare ke hewan uji dengan cara disondekan sampai ke lambung sebanyak 0,5 ml- 1 ml. 3.5.6 Uji Efektivitas Antidepresan Ekstrak Buah Pare 1. Diadaptasikan mencit sebanyak 25 ekor selama 7 hari dengan diberi pakan standar. 2. Dikelompokkan mencit dalam 5 kelompok untuk diberi perlakuan yang berbeda. 3. Dihari pertama dilakukan pretest sebagai induksi depresi terhadap mencit selama 2 hari dengan cara menyondekan aquades, ekstrak dan obat, kemudian diberenangkan selama 15 menit. 3. Dihari ketiga dilakukan posttest sebagai hasil uji antidepresan dengan cara dipuasakan mencit selama 6-8 jam sebelum diberi perlakuan. 4. Disondekan akuades, ekstrak buah pare dan obat ke mencit secara oral sampai mencapai lambung mencit.
35
36
5. Didiamkan mencit selama satu jam untuk mengetahui kerja obat. 6. Diletakkan mencit kedalam tabung tansparan berisi air dengan suhu 20oC selama 6 menit kemudian dihitung waktu diam mencit dimenit ke 2 sampai menit ke 6.
3.6 Analisis Data Pada hasil uji efektivitas antidepresan terhadap mencit dilakukan analisa menggunakan metode Analisis Varian (ANOVA) dengan program SPSS (Statistika Program and Searvice Solution) 15.0 for windows Evaluation Version. Analisis ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas variasi konsentrasi dari ekstrak buah pare (Momordica charantia L) dengan tingkat kepercayaan 95 %. Mengetahui perbedaan yang signifikan dari variasi konsentrasi tersebut, maka dapat dilakukan uji lanjutan menggunakan post hock test tukey. Rumusan hipotesis : H0 : tidak ada perbedaan efektivitas antara variasi konsentrasi ekstrak buah pare terhadap efektivitas antidepresan terhadap mencit jantan putih. Ha : ada perbedaan efektivitas antara
variasi konsentrasi ekstrak buah pare
terhadap efektivitas antidepresan pada terhadap mencit jantan putih. Dasar pengambilan keputusan : Jika F hitung < F tabel atau jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau jika probabilitas <0,05 maka H0 ditolak.
36
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji antidepresan ekstak buah pare dilakukan melalui metode renang paksa (Forced Swim Test) dengan hewan coba mencit jatan putih (Mus musculus). Kontrol positif yang digunakan adalah amitriptilin (Lucia, 2011). Bagian dari tanaman pare yang digunakan adalah buah pare. Hal ini dikarenakan buah pare sering dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran serta mudah didapatkan. Buah pare yang didapat dibuat simplisia untuk mengurangi kadar air dalam sampel, mencegah terjadinya reaksi enzimatis dan mencegah tumbuhnya jamur sehingga dapat disimpan lebih lama serta mempertahankan komposisi komponen kimia yang terkandung dalam sampel tidak mengalami perubahan. Simplisia yang didapat diserbukkan dengan cara diblender dengan tujuan memperkecil ukuran sampel, maka luas permukaan semakin banyak dan proses ekstraksi akan berlangsung lebih efektif karena interaksi antara pelarut dengan komponen kimia dalam sampel semakin besar. Ekstrak buah pare didapat dengan menggunakan metode maserasi karena kandungan zat aktif terpenoid bersifat semipolar sehingga dapat diekstraksi dengan pelarut metanol tanpa memerlukan pemanasan. Esktrak pekat yang diperoleh diencerkan dengan pelarut aquades, selain itu aquades tidak bersifat toksik bagi tubuh mencit.Amitriptilin 25 mg/KgBB digunakan sebagai kontrol positif karena memiliki efek antidepresan dan memiliki efek samping yang tidak berbahaya (Lucia, 2011). 37
38
Data yang diperoleh di analisis menggunakan program SPSS 15.0 metode statistik parametrik yang digunakan adalah analisis varian satu arah (ANOVA).Syarat uji ANOVA adalah data terdistribusi normal atau homogen. Oleh karena itu sebelum digunakan uji post hoct test tukey maka perlu dilakukan uji normalitas atau homogenity data. Kemudian dilakukan uji analisis varian (ANOVA) satu araf dengan taraf kepercayaan 95%. Dilanjutkan uji post hoct test tukey untuk mengetahui perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak dengan kontrol positif.
4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Buah Pare Pemeriksaan organoleptis ekstrak buah pare dilakukan untuk mengetahui bentuk, warna dan bau ekstrak sebelum dilakukan uji efektivitas tehadap hewan coba mencit. Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis ekstrak buah pare diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Buah Pare Bentuk
Cairan kental
Warna
Hijau kecoklatan
Bau
Bau karamel
Hasil pengamatan yang ditunjukkan pada tabel 4.1 meliputi bentuk, warna dan bau. Uji organoleptis ini dilakukan untuk mendeskripsikan tentang ciri-ciri dari ekstrak buah pare. Hasil yang didapat dari uji organoleptis adalah bentuk cairan
39
kental, berwarna hijau kecoklatan dan memiliki bau karamel.Warna hijau kecoklatan dari ekstrak, kemungkinan dikarenakan kandungan air dalam simplisia yang menyebabkan timbulnya warna kecoklatan dalam ekstrak. Hasil ini didukung dengan penelitian Fitriyani tahun 2011 yang menyatakan bahwa kandungan kadar air lebih dari 10% mempengaruhi warna ekstrak. Sedangkan, hasil pengamatan organoleptis bau ekstrak buah pare yang memiliki bau karamel disebabkan karena adanya kandungan karbohidrat gikosida. Glikosida termasuk golongan karbohidrat monosakarida. Golongan monosakarida apabila terkena pemanasan akan menghasilkan bau karamel(Winarno, 1989). Ekstrak pekat yang diperoleh dari proses maserasi 202 gram simplisia di larutkan dengan 1500 ml metanol sebanyak 38,5930 gram, sehingga rendemen ekstrak pekat yang telah didapat dari hasil maserasi selama tiga hari sebasar 19,11 % b/v terhadap simplisianya. Hasil rendemen ekstra pada penelitian ini tidak jauh berbeda (antara 9% - 20%) dengan penelitia Bawa tahun 2009 ekstrak metanol buah pare yang dimaserasi selama satu hari memiliki rendemen 9,04 %. Perbedaan waktu maserasi mempengaruhi hasil rendemen, hal ini sesuai dengan penelitian Khamdi dkk tahun 2011.
40
4.2 Hasil Pengamatan Uji Identifikasi Terpenoid, Alkaloid dan Flavonoid. Hasil uji identifikasi terpenoid, alkaloid dan flavonoid ditunjukkan oleh tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Uji Identifikasi Ekstrak Buah Pare Uji Identifikasi
Hasil
Keterangan
Terpenoid steroid
Positif
Warna hijau
Alkaloid
Negatif
Warna Orange
Flavonoid
Positif
Warna merah
Dari tabel 4.2 hasil positif terpenoid golongan steroid ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna hijau sesuai dengan pernyataaan Harboune tahun 1987.Pereaksi Liebermann Burchard asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat bereaksi dan menghasilkan warna hijau. Reaksi yang terjadi antara steroid dengan asam asetan anhidrat adalah reaksi asetilasi gugus –OH pada steroid yang akan menghasilkan kompleks asetil steroid. Penambahan asam sulfat pekat bertujuan untuk mendestruksi kompleks asetil steroid. Hasil yang didapatkan sesuai dengan penelitian Bawa tahun 2009 bahwa ekstak buah pare positif mengandung steroid. Hasil negatif alkaloid ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan putih ketika direaksikan menggunakan reagen meyer (HgCl2 + KI). Tidak terbentuknya endapan putih dikarenakan buah pare tidak mengandung kompleks kalium alkaloid. Buah pare tidak memiliki atom nitrogen pada alkaloid sehingga ion
41
logam K+ dari pereaksi meyer tidak akan berekasi dengan elektron bebas. Tidak adanya reaksi antara ion logam K+dengan elektron bebas menyebabkan identifikasi alkaloid negatif. Hasil yang didapat sesuai dengan penelitian Yuda tahun 2013 bahwa ekstrak buah pare tidak mengandung alkaloid. Hasil positif flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah. Uji golongan flavonoid dilakukan dengan cara ekstrak dilarutkan kemudian ditambahkan dengan serbuk Mg dan asam kloridat pekat. Tujuan dari penambahan serbuk Mg dan asam klorida pekat adalah untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam struktur flavonoid. Jika dalam ekstrak mengandung flavonoid maka akan terbentuk garam flavilium berwarna merah atau jingga. Hasil yang didapat sesuai dengan penelitian Yuda tahun 2013 bahwa ekstrak buah pare positif mengandung flavonoid.
4.3 Hasil Pengamatan Efektivitas Ekstrak Buah Pare Hasil pengamatan efektivitas ekstrak buah pare ditunjukkan oleh tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Efektivitas Ekstrak Buah Pare
kontrol negatif (aquades)
300 mg/KgBB
kelompok uji 1 2 3 4 5 1 2
immobility time (detik) 63,6 64,5 63,8 64,9 63,5 62,2 61,5
42
900 mg/KgBB
2700 mg/KgBB
kontrol positif (amitriptilin)
3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
59,9 61,8 59,4 35,9 36,7 35,7 36,8 36,2 7,9 8,2 8,4 7,9 8,8 6,8 6,5 6,9 7,3 6,4
Dari hasil uji efektivitas pada tabel 4.3 dapat diketahui perbedaan waktu diam (immobility time) dari masing-masing perlakuan yaitu kontrol negatif (aquades), variasi konsentrasi ekstrak buah pare 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB dan 2700 mg/KgBB dan kontrol positif (amitriptilin). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kontol positif (amitriptilin 20 mg/KgBB) memberikan waktu diam mencit yang lebih lama jika dibandingkan dengan kontrol negatif (aquades) dan ekstrak buah pare dengan konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB. Pada konsentrasi 300 mg/KgBB dan 900 mg/KgBB waktu diam mencit dipermukaan air lebih banyak dibandingkan dengan kontrol positif, namun konsentrasi 2700 mg/KgBB menunjukkan waktu diam hampir sama dengan kontrol positif. Hal ini dikarenakan pemberian amitriptilin (2,53 mg/KgBB) lebih kecil dari dosis lazim. Dosis lazim amitriptilin untuk mencit antara 4,3 mg/KgBB sampai 8,7 mg/30 kgBB mencit.
43
Hasil pengamatan uji berenang paksa (Forced Swim Test) dari ekstrak buah pare memperlihatkan semakin meningkat konsentrasi maka semakin sedikit mencit mengalami waktu diam (Immobility Time). Waktu diam yang sedikit menunjukkan
bahwa
mencit
semakin
aktif.
Keaktifan
mencit
tersebut
menunjukkan bahwa mencit tidak mengalami depresi. Keaktifan pada mencit terjadi
karena
perangsangan
pelepasan
neurotransmitter
dopamin
dan
norepinefrin, sehingga dapat meningkatkan aktivitas formasio retikularis yang akan merangsang korteks motoris pengatur terhadap otot rangka juga otot jantung sehingga mencit bergerak aktif (Darmono, 2011).
4.4 Hasil Analisis Anova Hasil pengamatan hasil analisis one way ANOVA ditunjukkan oleh tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Analisa Anova Sum of Squares Between 15160,60 Groups 4 Within Groups 9,596 Total 15170,20 0
Mean Square
Df 4
3790,151
20
,480
F 7899,43 9
Sig. ,000
24
Berdasarkan analisis data ANOVA pada tabel dapat dilihat nilai probabilitasnya atau Sig. (0,000) lebih kecil daripada 0,05 maka Ho di tolak dan
44
dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan variasi konsentrasi ekstrak buah pareterhadap aktivitas antidepressan pada mencit jantan putih. Untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif maka dilakukan uji Post Hoc Tests tukey yaitu dengan membandingkan antara ekstrak buah pare konsentrasi 300 mg/KgBB, 900 mg/KgBB. 2700 mg/KgBB, kontrol positif dan kontrol negatif.. Adapun hasil dari pengolahan post hoct test tukey HSD dapat dilihat pada tabel 4.4b sebagai berikut :
Tabel 4.5 Post Hoct Test Multiple Comparisons (I) Variasi_Konsentrasi
kontrol negatif
300 mg/KgBB
Tukey HSD 900 mg/KgBB
2700 mg/KgBB
kontrol positif
(J) Variasi_Konsentrasi
300 mg/KgBB 900 mg/KgBB 2700 mg/KgBB kontrol positif kontrol negatif 900 mg/KgBB 2700 mg/KgBB kontrol positif kontrol negatif 300 mg/KgBB 2700 mg/KgBB kontrol positif kontrol negatif 300 mg/KgBB 900 mg/KgBB kontrol positif kontrol negatif 300 mg/KgBB 900 mg/KgBB 2700 mg/KgBB 2700 mg/KgBB
Mean Difference (I-J) Lower Bound 3,1000(*) 27,8000(*) 55,8200(*) 57,2800(*) -3,1000(*) 24,7000(*) 52,7200(*) 54,1800(*) -27,8000(*) -24,7000(*) 28,0200(*) 29,4800(*) -55,8200(*) -52,7200(*) -28,0200(*) 1,4600(*) -57,2800(*) -54,1800(*) -29,4800(*) -1,4600(*) -1,4600(*)
45
Keterangan :
*
terdapat perbedaan rata-rata signifikan dengan tingkat
kepercayaan 95%. -
Dan + menunjukkan variasi konsentrasi I dikurangi variasi
konsentrasi J.
Hasil uji Post Hoc Tests menunjukkan bahwa ekstrak buah pare konsentrasi 2700 mg/KgBB paling efektif daripada ekstrak buah pare dengan konsentrasi konsentrasi 300mg/KgBB dan 900 mg/KgBB. Semakin tinggi konsentasi ekstrak yang diberikan maka semakin banyak metabolit sekunder yang terkandung didalamnya.Kemungkinan metabolit sekunder terpenoid dalam ekstrak yang mempengaruhi aktivitas motorik. Menurut penelitian Subhan tahun 2009 menyatakan bahwa metabolit sekunder golongan terpenoid memiliki aktivitas antidepresan.
46
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji antidepresan dengan metode renang paksa (Forced Swim Test) dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah pare (Momordica charantia L) yang efektif sebagai antidepresan adalah konsentrasi 2700 mg/KgBB.
5.2 Saran Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan uji efektivitas isolat terpenoid untuk mengetahui jenis metabolisme yang bertanggung jawab sebagai antidepresan.
46
DAFTAR RUJUKAN
Achmad, Sjamsul Arifin. 2009. Tumbuh-Tumbuhan Obat Indonesia. Bandung : ITB Subhan, Rizki. 2009. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Terhadap Efek Sedasi Pada Mencit Balb /C. Semarang : Universitas Diponegoro Bawa, Gede. 2009. Isolasi Dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik Dari Daging Buah Pare (Momordica Charantia L). Bukit Jimbaran : Universitas Udayana. Cahyadi, Robby. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Semarang : Universitas Diponegoro Dalimartha, Setiawan.2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5.Jakarta : Pustaka Bunda. Darmono, Syamsudin. 2011. Farmakologi Eksperimental. Jakarta : Universitas Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan. Emmamghoreishi dan Talebianpour. 2009. Antidepresant Effect Of Melissa Officinalis In The Forced Swin Test. Iran : University Of Medical Sciences.
47
48
Fitriyani, Rizkina. 2011. Teknologi Olah Minimal Sari Buah.Pekalongan : Universitas Pekalongan. Ganelin, C.R. dan David J. Triggle. 2011. Dictionary of Pharmacological Agents.London : Chapman and Halls Ganesan, Arunachalam. 2008. Anxiolytic Antidepressant And Anti-Inflamatory 51 Activities
Of Metanol Extract Of Momordica Charantia Linn Leaves
(Cucurbitaceae). India : International Journal of Pharmaceutical Frontier Research. Gunawan, Didik., dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.Jakarta : Penebar Swadaya. Harbone.J.B. 1987.Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Jiwo, Tirto. 2012. Depresi Panduan Bagi 52 Pasien Keluarga Dan Teman Dekat. Purworejo : Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita Gangguan Jiwa. Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik.Jakarta : Salemba Medika. Khamdi, Soleh, dkk. 2011. Pengaruh Waktu Maserasi Menggunakan Pelarut Heksana Terhadap Rendemen Dan Sifat Kimia Minyak Kasar Ampas Biji Kamandrah (Croton tiglium L.). Palangka Raya : Universitas Palangka Raya. Radityo, Wyn Eko. 2008. Depresi Dan Gangguan Tidur. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Rajput, Mithun Singh, dkk. 2011. Herbal Antidepressant. India : International Journal of Pharmaceutical Frontier Research
49
Rajput, Mithun Singh, dkk. 2011. Herbal Antidepressant. India : International Journal of Pharmaceutical Frontier Research. Sirait, Midian. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Subhan,
Fazal.
2009.
Terpenoid
Content
Of
Valeriana
Extract
And
Antidepressant-Like Response Profile. Inggris : Cardiff University. W, Lucia E. 2011. Eksperimen Farmakologik. Surabaya : Sandira Winarno, F.G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta : Gramedia. Yuda, I Ketut Angga, dkk.2013. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica Charantia) Dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Yang Diinduksi Aloksan.Bali : Universitas Udayana.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel konversi konsentrasi Spesies
Mencit 20
Mencit
Tikus
Marmod
Kelinci
Kucing
Kera
Anjing
Manusia
20 g
200 g
400 g
1.5 kg
2 kg
4 kg
12 kg
70 kg
1
7
12,25
27,8
29,7
64,1
124,2
387,9
0,14
1
1,74
3,9
4,2
9,2
17,8
56
0,08
0,57
1
2,25
2,4
5,2
10,2
31,5
0,04
0,25
0,44
1
1,08
2,4
4,5
14,2
0,03
0,23
0,41
0,92
1
2,2
4,1
13
0,016
0,11
0,19
0,42
0,45
1
1,9
6,1
0,008
0,06
0,1
0,22
0,24
0,52
1
3,1
0,0026
0,018
0,031
0,07
0,076
0,16
0,32
1
g Tikus 200 g Marmod 400 g Kelinci 1.5 kg Kucing 2 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg
(Sumber : Lucia, 2011)
50
51
Lampiran 2 Perhitungan konsentrasi ekstrak buah pare 1. a. Buah pare segar
= 5 kilogram
b. Simplisia buah pare
= 500 gram
c. Serbuk simplisia buah pare
= 202 gram
d. Aktivitas sebagai antidepresan
= 300 mg/KgBB
(Ganeshan dkk,
2011). e. Berat badan mencit
= 20 gram
f. Volume lambung mencit
= ±0,5 mililiter
2. Perhitungan Konsentrasi yang digunakan = Konsentrasi ekstrak buah pare 300 mg/KgBB Konsentrasi ekstrak buah pare 900 mg/KgBB Konsentrasi ekstrak buah pare 2700 mg/KgBB
a. Konsentrasi 300 mg/KgBB 25
= 1000 x 300 mg = 7,5 mg/ mencit 25 gram. b. Konsentrasi 900 mg/KgBB 25
= 1000 x 900 mg = 22, 5 mg/ mencit 25 gram. c. Konsentrasi 2700 mg/KgBB 25
= 1000 x 2700 mg = 67,5 mg/ mencit 25 gram.
Konsentrasi 2700 mg/KgBB = 67,5 mg/mencit 20 gram/ 0,5 ml (1 kali sonde).
52
Ditimbang ekstrak buah pare 67,5 mg
Ekstrak + 0,05 ml aquades
Konsentrasi 2700 mg/KgBB
3. Perhitungan amitriptilin a. Berat badan mencit
= 30 gram
b. Berat amitriptilin 1 tablet
= 0,2064 gram
c. Berat amitriptilin 1 tablet tanpa salut
= 0,1974 gram
d. Perhitungan amitriptilin praktikum 30 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000 𝑘𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚
x 20 miligram
= 0,6 miligram x 5 (mencit) = 3 miligram = 0,003 gram
e. Perhitungan amtriptilin yang 0,2064 gram
͂
25 mg amitriptilin
0,1974 gram
͂
25 mg amitriptilin
0,003 gram
͂
0,38 mg amitriptilin
Keterangan -
0,38 miligram amitriptilin untuk 5 ekor mencit yang berbobot 30 gram. 0,38 𝑔𝑟𝑎𝑚 150 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡
= 0,00253 x 1000 = 2,53 mg/KgBB mencit
53
Dosis lazim manusia amitriptilin 50 – 100 mg/hari -
Konversi dosis ke mencit = 50 mg x 0,0026 = 0,13 mg 0,13 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,03 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 -
𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡
= 4,3 mg/KgBB
Konversi dosis ke mencit = 100 mgx 0,0026 = 0,26 mg 0,26 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,03 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟 𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 = 8, 7 mg/KgBB f. Volume lambung mencit
= ±0,5 mililiter
Amitriptilin 25 miligram = 0,38 mg/ mencit 30 gram/ 0,5 ml (1 kali sonde)
54
Lampiran 3 Pembuatan simplisia buah pare
Buah pare segar
Rajangan buah pare segar
Pengeringan rajangan pare
simplisia buah pare
Proses penyerbukan
Serbuk simplisia
55
Lampiran 4. Proses Pembuatan Ekstrak
Penimbangan serbuk simplisia
Proses maserasi
persiapan maserasi
pemisahan filtrat dan residu
Proses evavorasi
pemekatan ekstrak
Ekstrak pekat
56
Lampiran 5. Identifikasi Triterpenoid, Flavonoid dan alkaloid
Triterpenoid steroid
flavonoid
Alkaloid
57
Lampiran 6. Uji efektivitas ekstrak buah pare
Pengenceran ekstrak
pnyondean mencit
Uji forced swim test