PENGARUH SERAT SELULOSA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI PENURUN BERAT BADAN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus)
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH PAULINA IFID YUSTINA SARI NIM 08.023
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN “PUTRA INDONESIA” MALANG AGUSTUS 2011
1
PENGARUH SERAT SELULOSA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI PENURUN BERAT BADAN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus)
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program D III bidang Analis Farmasi Dan Makanan
OLEH PAULINA IFID YUSTINA SARI NIM 08.023
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN “PUTRA INDONESIA” MALANG AGUSTUS 2011
2
” Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang – orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. ” ( 1Timotius 4 : 12 )
“ Kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan “
( Rm 5 : 3 – 4 )
Karya tulis ilmiah ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan berkat dan Roh Kudus untuk kedua orang tuaku yang penuh kasih sayang dan doa untuk adikku yang selalu memberi semangat untuk teman – teman keluarga besar AKAFARMA 2008 untuk teman – teman baikku yang selalu memotivasi untuk semuanya yang tak sempat disebutkan namanya satu per satu terima kasih sedalam – dalamnya
3
Karya Tulis Ilmiah Oleh Paulina Ifid Yustina Sari telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
Pembimbing,
Fandi Satria, S.Farm.,Apt
4
Karya Tulis Ilmiah Oleh PAULINA IFID YUSTINA SARI Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal sembilan belas Agustus dua ribu sebelas
Dewan Penguji,
Fandi Satria, S.Farm.,Apt
Penguji I
Endang. S. M. Farm-klin, Apt
Penguji II
Puji. A, S.Si.,Apt
Penguji III
Mengetahui,
Mengesahkan,
Pembantu Direktur Bidang Akademik
Direktur
Akademi Analis Farmasi
Akademi Analis Farmasi
dan Makanan
dan Makanan
Hendyk Krisna Dani, S.Si
Drs. Sentot Joko Raharjo, S.Si
5
ABSTRAK Ifid, Paulina Y. S. 2011. Pengaruh Serat Selulosa pada Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) sebagai Penurun Berat Badan pada Mencit Jantan (Mus musculus). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang, Pembimbing Fandi Satria, S.Farm., Apt Kata Kunci : serat selulosa, jamur tiram putih, penurun berat badan, mencit jantan Bagi banyak orang, perjalanan menuju berat badan yang ideal seringkali menemui berbagai rintangan. Maraknya makanan siap saji dan makanan yang kurang serat menyebabkan seseorang memiliki berat badan yang tidak seimbang sehingga banyak di antara mereka yang mengkonsumsi obat penurun berat badan demi memiliki berat badan yang seimbang. Bahan baku utama obat tersebut adalah jamur tiram putih. Jamur tiram putih akan diekstraksi serat selulosanya dan kemudian ekstrak tersebut akan diatur dosisnya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan khasiat dari jamur tiram putih sebagai penurun berat badan dan untuk mengetahui berapa jumlah dosis efektif jamur tiram putih yang digunakan untuk menurunkan berat badan Jamur tiram putih merupakan salah satu anggota Pleurotus dan salah satu jamur yang sering dikonsumsi karena rasanya mirip daging ayam. Nama jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) diberikan karena bentuk tudung jamur ini agak membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang tiram. Sekujur tubuh buah berwarna putih. Kandungan gizi yang terdapat di dalam jamur tiram putih tersebut antara lain mengandung 19-35% protein, 9 jenis asam amino, 72% lemak tak jenuh, serat 1,56%, abu 1,14%, 0,15mg vitamin B1, 0,75mg vitamin B2, niasin dan biotin. Penelitian ini dlakukan dengan cara ekstraksi serat selulosa dengan menggunakan alat relux. Waktu untuk penelitian ini dimulai pada bulan April sampai Juni. Pengujian pengaruh penurunan berat badan pada mencit dilakukan dengan beberapa variasi dosis yaitu 0,00598 gram, 0,00299 gram, 0,00897 gram. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi jamur tiram kemudian diberikan pada mencit dengan cara pemberian secara peroral menggunakan alat sonde. Pemberian sampel jamur tiram dilakukan setiap sehari sekali selama tujuh hari dan kemudian diamati penurunan berat badan mencit dengan cara ditimbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jamur tiram putih dapat diketahui berdasarkan tabel ANAVA, bahwa H0 diterima dan Ha ditolak sehingga tidak ada perbedaan antar masing – masing perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan beberapa dosis lain agar penurunan berat badan mencit dapat lebih maksimal, di samping itu diperlukan adanya metode lain dengan cara isolasi serat untuk mendapatkan serat selulosa yang lebih baik.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan berkat dan kasih – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Pengaruh Serat Selulosa pada Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) sebagai Penurun Berat Badan pada Mencit Jantan” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program D III di Akademi Analis Farmasi Dan Makanan ”Putra Indonesia” Malang. Sehubungan dengan terselesainya penulisan karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih kepada pihak – pihak, yaitu : 1. Bapak Drs. Sentot Joko Raharjo, S.Si selaku Direktur Akademi Analis Farmasi Dan Makanan ”Putera Indonesia” Malang 2. Bapak Fandi Satria, S.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing 3. Ibu Endang. S. M. Farm-klin, Apt selaku dosen penguji 4. Ibu Puji. A, S.Si.,Apt selaku dosen penguji 5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi Dan Makanan serta semua staf 6. Kedua orang tua dan adikku yang memberikan doa serta motivasi 7. Rekan – rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung maupun tak langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis.
7
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Malang, Agustus 2011
Penulis
8
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………….
vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………
4
1.3 Tujuan ……………………………………………………..
4
1.4 Manfaat ……………………………………………………
4
1.5 Asumsi Penelitian …………………………………………
4
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah ………………
5
1.7 Definisi Istilah …………………………………………….
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jamur ………………………………………………………
7
2.2 Jamur Tiram Putih ……………………………………….
8
2.3 Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih ………………………
10
2.4 Selulosa ......................................................................
11
....
2.5 Serat Makanan …………………………………………..
9
12
2.6 Penurun Berat Badan ……………………………………....
14
2.7 Mencit .................................................................................
15
2.8 Tabel konversi dosis ...........................................................
17
2.9 Pemberian obat pada mencit ..............................................
18
210 Ekstraksi ............................................................................
20
2.11 Pelarut ..............................................................................
26
2.12 Kerangka Teori ................................................................
28
2.13 Hipotesis ..........................................................................
29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……………………………………...
30
3.2 Populasi dan Sampel …………………………………….
31
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………
31
3.4 Definisi Operasional Variabel ..……………………………
32
3.5 Pengumpulan Data …………………………………………
33
3.6 Penentuan Obyek …………………………………………..
34
3.7 Jumlah Bahan yang Dibutuhkan …………………………...
34
3.8 Rancangan Dosis …………………………………………...
35
3.9 Prosedur Kerja ……………………………………………...
36
3.10 Cara Pemberian Obat Per-Oral pada Mencit ……………...
37
3.11 Perlakuan pada Hewan Uji ………………………………..
38
3.12 Analisa Data ………………………………………………
39
10
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Uji Organoleptis …………………………………………..
42
4.2 Determinasi Sampel……………………………………….
42
4.3 Ekstraksi Jamur Tiram Putih………………………………
42
4.4 Rata-rata Berat Badan Hewan Uji Setelah Diberi Ekstrak..
43
4.5 Hasil Penimbangan…………………………………………
43
4.6 Analisa Data………………………………………………..
43
BAB V PEMBAHASAN ……………………………………………..
47
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ………………………………………………...
49
6.2 Saran ……………………………………………………….
49
DAFTAR RUJUKAN ………………………………………………...
51
LAMPIRAN – LAMPIRAN …………………………………………
53
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.7
Karakterisik Mencit ……………………………………
16
Tabel 2.8
Konversi Dosis …………………………………………
17
Tabel 3.4
Definisi Operasional Variabel .........................................
32
Tabel 3.12
Rancangan Penelitian ............................................... ......
39
Tabel 3.13
Anava Satu Arah ………………………………………..
41
Tabel 4.6
Rekapitulasi Penurunan Berat Badan Mencit …………..
43
Tabel 4.7
Analisa Ragam ………………………………………….
46
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Determinasi Jamur Tiram Putih ................................ ...
53
Lampiran 2.
Prosentase Berat Badan Mencit…………………….....
54
Lampiran 3.
Penurunan Berat Badan Mencit pada Kontrol Positif ...
59
Lampiran 4.
Penurunan Berat Badan Mencit pada Kontrol Negatif ...
61
Lampiran 5.
Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Hewan ..............
63
Lampiran 6.
Preparasi Bahan ........................................................ ......
64
Lampiran 7.
Perlakuan Terhadap Hewan Uji .................................
65
Lampiran 8.
Tabel Nilai Distribusi F ....................................................
66
13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bagi banyak orang, perjalanan menuju berat badan yang ideal seringkali menemui berbagai rintangan. Para ahli gizi menyarankan bahwa pola makan yang sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan memenuhi syarat gizi seimbang, namun pada kenyataannya tidak sedikit orang yang mengeluh karena berat badan yang tidak ideal khususnya para kaum wanita yang hanya terfokus pada cara bagaimana menuju tubuh yang ramping dan menarik. Banyak sekali produk yang menjanjikan tubuh menjadi langsing dalam waktu yang singkat. Godaan iklan yang beramai – ramai menawarkan minuman penurun berat badan, suplemen penurun berat badan bahkan pil yang berisi makanan pelengkap yang dibawakan oleh artis bertubuh langsing. Maraknya makanan siap saji dan makanan yang kurang serat menyebabkan seseorang memiliki berat badan yang tidak seimbang sehingga banyak di antara mereka yang mengkonsumsi obat penurun berat badan demi memiliki berat badan yang seimbang. Keberadaan obat penurun berat badan saat ini belum tentu aman karena masih banyak beredar obat – obat penurun berat badan sintetis yang dapat mengganggu kesehatan, dan dapat berdampak negatif bagi tubuh manusia. Maka, perlu suatu obat alternatif yang aman untuk dikonsumsi. Obat tersebut dibuat dari bahan yang aman untuk digunakan dan berasal dari alam. Bahan baku utama obat tersebut adalah jamur tiram putih.
14
Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur yang paling banyak dikonsumsi karena rasanya yang lezat seperti rasa daging ayam. Keberadaan jamur tiram ini sangat melimpah dan sangat mudah untuk ditemui karena jamur tiram putih merupakan tanaman heterotrofik yaitu tanaman yang kehidupannya tergantung pada organisme lain dan dapat hidup di wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Orang tidak menyadari jika jamur tiram putih mempunyai kandungan gizi yang besar, salah satunya adalah kandungan serat selulosa. Kandungan serat selulosa pada jamur tiram putih sangat baik untuk sistem pencernaan pada manusia karena serat memiliki kemampuan menyerap, mengikat, dan membentuk gumpalan dalam bentuk cair dan kental, hal ini menjadikan serat makanan memiliki kemampuan untuk menghalangi penyerapan cairan berbahaya dalam saluran pencernaan. Benda – benda berbahaya tersebut dapat berupa zat – zat yang dapat memberikan dampak negative bagi kesehatan. Semua zat itu akan diserap dan diikat sedemikian rupa oleh serat makanan dan secepatnya akan dibuang ke luar tubuh. Ruang awal yang dituju serat dalam makanan setelah berada di dalam mulut adalah lambung. Serat makanan yang masuk ke dalam lambung memiliki manfaat dan peran yang besar yaitu memperlama proses cerna makanan di dalam lambung, menghambat
tumbuh
kembang
mikroorganisme,
memperpanjang
waktu
penyerapan dan pengikatan cairan berbahaya, memberikan rasa kenyang yang lebih lama, dan memperpanjang waktu sel – sel lambung menyerap sari makanan yang berguna bagi tubuh. Salah satu manfaat terbesar serat pada jamur tiram putih adalah memberikan efek rasa kenyang yang lebih lama. Serat pangan akan
15
membuat cepat kenyang, akibat cairan lambung yang lebih banyak dan serat akan tertahan lebih lama di dalam lambung sehingga mempercepat waktu transit residu makanan dalam usus besar. Rasa kenyang yang dapat ditekan maka dapat menghindarkan seseorang mempunyai berat badan berlebih. Jamur tiram putih akan dibuat dalam bentuk ekstrak. Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat pada jamur tiram putih dapat diatur dengan mudah dosisnya. Dengan demikian, obat penurun berat badan yang berbahan baku utama dari jamur tiram putih akan memiliki nilai jual yang tinggi dan dapat menambah khasanah perbendaharaan obat herbal. Jika telah berhasil melalui proses penelitian, maka hasil tersebut dapat dipatenkan menjadi produk asli buatan Indonesia.
16
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengaruh dosis jamur tiram putih terhadap berat badan mencit jantan?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh dosis jamur tiram putih terhadap berat badan mencit jantan
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat untuk pendidikan Memberikan informasi dan pengetahuan tentang nilai gizi, bentuk sediaan dan manfaat jamur tiram putih kepada pelaku pendidikan dan dapat memberikan khasanah perbendaharaan obat herbal 1.4.2
Manfaat untuk penelitian Jamur tiram putih dapat dieksplor kandungannya mulai dari nilai gizi
sampai senyawa aktifnya yang dapat digunakan sebagai obat penurun berat badan dan digunakan sebagai acuan pada penelitian kandungan jamur – jamur yang lain. 1.4.3 Manfaat untuk industri OT Memberikan informasi dan inovasi baru tentang khasiat jamur tiram putih yang berguna sebagai penurun berat badan dan dapat dikembangkan menjadi sediaan obat herbal.
1.5
Asumsi Penelitian
1.5.1 Jamur tiram putih memiliki kandungan serat kasar berupa serat selulosa.
17
1.5.2 Serat selulosa memiliki manfaat pada proses pencernaaan tubuh sebagai pemberi rasa kenyang pada lambung.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah 1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan khasiat dari jamur tiram putih sebagai penurun berat badan 1.6.2 Keterbatasan Masalah - Sampel yang digunakan tidak ditentukan umurnya pada saat setelah ditanam sampai dipanen - Tempat pengambilan sampel tidak dtentukan - Ruangan laboratorium dianggap sesuai dengan suhu lingkungan normal - Berat mencit tidak ditentukan karena tiap – tiap mencit mempunyai berat badan yang berbeda – beda
1.7
Definisi Istilah
1.7.1 Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai 1.7.2 Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani dengan cara yang sesuai. 1.7.3 Kandungan jamur tiram putih terdiri dari karbohidrat, protein, vitamin dan serat. 1.7.4 Serat adalah komponen karbohidrat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat dicerna oleh mikro bakteri pencernaan
18
1.7.5 Tanaman heterotrofik adalah tanaman yang kehidupannya tergantung pada organisme lain karena tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. 1.7.6 Selulosa adalah serat pangan yang tak larut dalam air dan terdapat pada bagian dinding sel tanaman. 1.7.7 Obat herbal adalah obat yang bahan utamanya berasal dari seluruh bagian tanaman atau hewan tanpa ada penambahan zat kimia berbahaya. 1.7.8 Refluks adalah alat yang digunakan untuk melakukan reaksi kimia dalam larutan yang memerlukan suhu tinggi di atas suhu kamar dan pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap.
19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat – zat makanan seperti selulosa, glikosa, lignin, protein, dan senyawa pati dari organisme lain. Dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa ( bagian jamur yang bentuknya seperti benang halus, panjang, dan kadang bercabang ), bahan makanan tersebut diuraikan menjadi senyawa yang dapat diserap untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik, yaitu tanaman yang kehidupannya tergantung pada organisme lain. Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Dari ribuan jenis tersebut ada jamur yang merugikan dan ada pula yang menguntungkan. Jamur merugikan adalah berbagai jenis jenis jamur ( fungi ) penyebab penyakit pada manusiadan tanaman, misalnya menyebabkan keracunan saat dikonsumsi, menjadi sumber penyakit kulit atau jamur yang menyebabkan kayu cepat lapuk. Jamur menguntungkan adalah berbagai jenis jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya untuk menghancurkan sampah organik, menghasilkan antibiotik untuk obat, atau jamur yang digunakan untuk konsumsi sehari – hari. Jamur konsumsi yaitu jamur yang dapat dimakan tanpa
20
menimbulkan efek racun. Jenisnya antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, dan jamur shiitake. ( Andoko, 2007 )
2.2 Jamur Tiram Putih ( Pleurotus ostreatus ) Jamur tiram putih merupakan salah satu anggota Pleurotus dan salah satu jamur yang sering dikonsumsi karena rasanya mirip daging ayam. Jamur tiram putih tergolong mudah menyerap zat sehingga bila diberi bumbu, maka rasanya pun mengikuti. ( Trubus, 2010 ). 2.2.1 Klasifikasi Jamur Tiram Putih a.
b.
Taksonomi Super Kingdom
: Eukaryota
Kingdom
: Myceteae
Divisio
: Amastigomycota
Sub Divisio
: Basidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Familia
: Agaricaeae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: Pleurotus ostreatus
Morfologi
Nama jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) diberikan karena bentuk tudung jamur ini agak membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang tiram. Sekujur tubuh buah berwarna putih berwarna putih karena sporanya tidak berwarna. Permukaan tudung licin dan agak berminyak. Pada kondisi lembap tepiannya bergelombang, diameternya mencapai 3 – 15 cm.
21
Batang atau tangkai jamur tiram putih tidak tepat berada di tengah tudung, tetapi agak ke pinggir. Tubuh buah membentuk rumpun yang memiliki banyak percabangan dan menyatu dalam satu media. Jika sudah tua, daging buahnya akan menjadi liat dan keras. Jamur tiram memiliki inti plasma dan spora yang berbentuk sel – sel lepas atau bersambungan membentuk hifa dan miselium. Pada titik – titik pertemuan percabangan miselium akan terbentuk bintik kecil yang disebut dengan pin head atau calon tubuh buah jamur yang akan berkembang menjadi tubuh buah jamur yang baru. c.
Lingkungan Tumbuh
Jamur tiram putih dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut di lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60% dan derajat keasaman atau pH 6 – 7. Jika tempat tumbuhnya terlalu kering atau kadar airnya kurang dari 60%, miselium jamur ini tidak bisa menyerap sari makanan dengan baik sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya, jika kadar air di lokasi tumbuhnya terlalu tinggi, jamur ini akan terserang penyakit busuk akar. Secara alami jamur tiram putih banyak ditemukan tumbuh di batang – batang kayu lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk, atau sengon yang tergeletak di lokasi yang sangat lembap dan terlindung dari cahaya matahari. Pada fase pembentukan miselium, jamur tiram memerlukan suhu 22 – 280C dan kelembapan 60 – 80%. Pada fase pembentukan tbuh buah memerlukan suhu 16 – 220C dan kelembapan 80 – 90% dengan kadar oksigen cukup dan cahaya matahari sekitar 10%. ( Andoko, 2007 )
22
2.3
Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih Khasiat jamur tiram putih sudah tidak terbantahkan lagi. Hasil penelitian
menyatakan di dalam jamur tiram putih banyak mengandung berbagai kandungan zat asam amino essensial yang sangat penting bagi tubuh manusia, seperti lemak, mineral dan beberapa vitamin serta zat penting lainnya yang sangat berpengaruh terhadap aspek kesehatan tubuh manusia. Adapun kandungan gizi yang terdapat di dalam jamur tiram putih tersebut antara lain mengandung 19-35% protein, 9 jenis asam amino, 72% lemak tak jenuh, serat 1,56%, abu 1,14%, 0,15mg vitamin B1, 0,75mg vitamin B2, niasin dan biotin. Selain itu jamur tiram putih banyak mengandung berbagai jenis mineral, diantaranya K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu dengan kandungan nilai serat mulai 7,4% - 24,6% yang sangat bermanfaat bagi sistem pencernaan. Jamur tiram putih bernutrisi tinggi dengan kandungan rendah kalori, rendah karbon dan rendah lemak (0,17%). Dengan nilai kandungan inilah jamur tiram putih sangat bagus dan bermanfaat untuk kesehatan, seperti baik untuk liver, penderita diabetes mellitus, anti kanker dan tak kalah pentingnya kandungan nilai folic acidnya cukup tinggi sehingga mampu menyembuhkan anemia. Beberapa kabar gembira bagi seseorang yang sedang melakukan program diet, jamur tiram putih yang 100% sayuran sangat bermanfaat atau menjadi solusi makanan yang tepat bagi siapa saja dalam program menurunkan berat badan, serta baik bagi para ibu yang sedang hamil maupun menyusui.
23
2.4
Selulosa Selulosa (C6H10O5)n ialah karbohidrat utama yang disintesis oleh tanaman
dan menempati hampir 50% komponen penyusun struktur tanaman yang merupakan penyusun utama dari dinding sel. Selulosa menyebabkan tubuh tumbuhan kaku yang disebabkan adanya ikatan hidrogen dalam penyusunanannya. Selulosa hampir ditemui di seluruh bagian tumbuhan karena merupakan penyusun utama dari dinding sel tumbuhan. Selulosa dibentuk oleh tanaman dengan menghubungkan banyak glukosa bersama-sama
dan akhirnya membentuk
molekul panjang yang digunakan untuk membangun dinding sel tanaman. Dengan adanya ikatan hidrogen, hampir tidak mungkin selulosa dirubah menjadi bentuk yang lebih sederhana, namun hal itu dapat dilakukan melalui proses selulolisis yang dibantu oleh enzim selulase. Selulosa merupakan komponen yang mendominasi karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan hampir mencapai 50%, karena selulosa merupakan unsur struktural dan komponen utama bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan β-1,4 poli glukosa, dengan berat molekul sangat besar. Unit ulangan dari polimer selulosa terikat melalui ikatan glikosida yang mengakibatkan struktur selulosa linier. Keteraturan struktur tersebut juga menimbulkan ikatan hidrogen secara intra dan intermolekul. Beberapa molekul selulosa akan membentuk mikrofibril dengan diameter 2-20 nm dan panjang 100-40000 nm yang sebagian berupa daerah teratur (kristalin) dan diselingi daerah amorf yang kurang teratur. Beberapa mikrofibril membentuk fibril yang akhirnya menjadi serat selulosa. Selulosa memiliki
24
kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan pelarut. Hal ini berkaitan dengan struktur serat dan kuatnya ikatan hidrogen.
2.5
Serat Makanan Serat makanan adalah komponen karbohidrat kompleks yang tidak dapat
dicerna oleh enzim pencernaan, tetapi dapat dicerna oleh mikro bakteri pencernaan. Serat makanan merupakan wadah berbiak yang baik bagi mikroflora usus. Serat makanan menurut jenisnya dibedakan menjadi serat larut dan serat tak larut dalam air. Serat larut tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia tetapi larut dalam air panas sedangkan serat tak larut tidak dapat dicerna dan juga tidak larut dalam air panas. Pektin dan getah tanaman adalah zat – zat yang termasuk dalam serat makanan larut sedangkan lignin, selulosa dan hemiselulosa tergolong ke dalam kelompok serat tak larut ( Lubis, 2009 ) 2.5.1 Serat Larut Serat larut mempunyai kemampuan meresap masuk menuju pembuluh darah melewati sel – sel dinding saluran pencernaan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh. Ini bisa dilakukan karena adanya aktivitas serapan yang dilakukan oleh sel – sel yang menyebar di sepanjang permukaan saluran pencernaan ketika sedang menyerap zat gizi, selain itu juga disebabkan oleh kondisi serat larut yang memiliki sifat larut dalam air. Serat larut yang masuk ke dalam pembuluh darah akan terbawa bergerak mengikuti aliran darah ke seluruh bagian tubuh dan seluruh bagian organ – organ yang dilaluinya. Beberapa contoh makanan yang merupakan sumber serat larut adalah rumput laut, agar – agar, apel, pisang, jeruk, wortel, bekatul, kacang merah dan buncis.
25
2.5.2 Serat Tak Larut Serat tak larut mempunyai kemampuan menyerap dan mengikat secara luar biasa terhadap air atau cairan yang berada di sekitarnya. Sifat yang yang tidak dapat dicerna yang dimiliki serat tak larut merangsang lambung bekerja lebih lama untuk melakukan proses penghancuran terhadap serat, tekstur licin yang dimiliki serat juga semakin menyulitkan lambung untuk penghancuran serat dalam waktu yang singkat. Keadaan ini berdampak pada semakin lamanya keberadaan serat di lambung sehingga pengosongan lambung juga akan lebih lama. Kondisi ini diduga sebagai penyebab timbulnya perasaan kenyang yang terasa lebih lama. Serat makanan tak larut lebih banyak mendominasi ketika makanan ada dalam usus besar. Kemampuan luar biasa yang dimiliki dalam menyerap dan mengikat cairan mendominasi serat tak larut untuk membentuk gumpalan – gumpalan. Serat tak larut memaksa sisa – sisa makanan bersama membentuk gumpalan – gumpalan yang lebih besar dan lebih besar lagi, kemudian dengan cepat mengeluarkannya keluar tubuh sebagai tinja sehingga buang air besar ( BAB ) menjadi lancar. 2.5.3 Kerugian yang terjadi akibat kekurangan serat makanan 1. Tekstur dan struktur tinja menjadi keras dan padat 2. Susah buang air besar atau konstipasi 3. Dinding usus menjadi mudah luka dan mudah terinfeksi 4. Meningkatkan gerak peristaltik usus secara berlebihan 5. Mendatangkan beragam jenis penyakit seperti kanker kolon, penyakit gula darah, infeksi difertikula, jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi, dan penyempitan pembuluh darah.
26
2.5.4 Kerugian yang terjadi akibat kelebihan serat 1.
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh akibat diserap oleh serat dan kurang minum
2. Terjadi peningkatan jumlah gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme berbahaya dalam usus besar 3. Menurunkan kemampuan sel usus dalam menyerap vitamin larut lemak ( ADEK ) dan vitamin larut air, sehingga jumlah vitamin tersebut dalam tubuh menjadi berkurang 4. Menghambat ketersediaan asam empedu dan beberapa enzim yang dibutuhkan dalam proses pencernaan, sehingga dapat mengganggu kesehatan lemak dan protein 5. Menurunkan ketersediaan mineral karena serat dapat menghambat proses penyerapan. Sebagai satu langkah penyelesaian awal yang dapat dilakukan apabila terjadi gangguan akibat kelebihan serat adalah dengan minum air yang cukup ( 8 – 10 liter per hari ). Untungnya kasus kelebihan serat makanan ini hanya menimpa pada mereka yang berlebihan dalam mengkonsumsi suplemen serat dan tidak pernah dijumpai pada pengkonsumsi serat makanan yang berasal dari sumber bahan alami.
2.6
Penurun Berat Badan Istilah penurun berat badan seringkali disamakan dengan diet.
Keduanya memiliki arti yang hampir sama tetapi ada perbedaan pada tujuannya. Orang yang melakukan program diet berarti menjaga kondisi tubuh dengan cara
27
tetap mengkonsumsi makanan secara teratur dan dijaga porsi makannya tanpa menghiraukan berat badan yang bertujuan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat tetapi jika orang tersebut melakukan program penurunan berat badan berarti melakukan cara memilih makanan yang tidak membuat kegemukan dan memilih makanan yang kaya serat sehingga mampu membuat nafsu makan berkurang dengan tujuan berat badan turun.
2.7
Mencit
2.7.1 Pengertian Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan. 2.7.2 Asal dan habitat Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga.
28
2.7.3 Tabel 2.7 Karakterisik Mencit No
Karakteristik
Mencit ( Mus musculus )
1
Pubertas / dewasa
35 hari
2
Masa beranak
Sepanjang tahun
3
Hamil
19 – 20 hari
4
Jumlah sekali lahir
4 – 12 ( biasanya 6 – 8 )
5
Lama hidup
2 – 3 tahun
6
Masa laktasi
21 hari
7
Frekuensi kelahiran per tahun
4
8
Suhu tubuh
37,8 – 39,20 C
9
Kecepatan respirasi
136 – 216 per menit
10
Tekanan darah
147/146 S/D
11
Volume darah
7,5 % BB
2.7.4 Klasifikasi mencit Klasifikasi mencit menurut Departemen Kesehatan adalah : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub filum
: Vertebrata
Kelas
: Mammalia
Sub Kelas
: Theria
Ordo
: Rodentia
Sub Ordo
: Myormopha
Famili
: Muridae
29
Sub Famili
: Murinae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus musculus
Pada laboratorium mencit mudah ditangani, ia bersifat penakut, fotofobie, cenderung berkumpul dengan sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari. Kehadiran manusia akan menghambat perilaku mencit. Suhu tubuh normal 37,40C. Laju respirasi normal 163 tiap menit.
2.8
Tabel konversi dosis 20 g
200 g
400 g
1,5 g
mencit
tikus
1,0
7,0
12,29
27,8
0,14
1,0
1,74
0,08
0,57
0,04
2,0 g
4,0 g
12,0
70,0
kera
anjing
manusia
29,7
64,1
124,2
387,9
3,0
4,2
9,2
17,8
56,0
1,0
2,25
2,4
5,2
10,2
31,5
0,25
0,44
1,0
1,06
2,4
4,5
14,2
0,03
0,23
0,41
0,92
1,0
2,2
4,1
13,0
0,016
0,11
0,19
0,42
0,45
1,0
1,9
6,1
Dicari marmot kelinci kucing
20 g mencit 200 g tikus 400 g marmot 1,5 g kelinci 2,0 g kucing 4,0 g kera
30
12,0 0,008
0,06
0,10
0,22
0,24
0,52
1,0
3,1
0,0026
0,018
0,031
0,07
0,013
0,16
0,32
1,0
anjing 70,0 manusia
2.9
Pemberian Obat Pada Mencit Pemberian obat pada mencit dapat menggunakan beberapa metode,
diantaranya menggunakan metode injeksi dan meode sonde.
2.9.1 Subkutan atau dibawah kulit (s.c.) yaitu disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknyadan masuk ke dalam jaringan bawah kulit, volume yang diberikan tidak lebih dari 1 ml. Injeksi subkutan mempunyai perbandingan aksi onset (kerja obat) lambat dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan i.v atau i.m. 2.9.2 Intramuskular (i.m.) yaitu disuntikkan ke dalam jaringan otot, umumnya di otot pantat atau paha. Volume injeksi tidak lebih dari 4 ml. Kecepatan aksi onset (kerja obat) sedikit lebih normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan. 2.9.3 Intravena (i.v.), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah, umumnya dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat bercampur dengan air. Volume untuk injeksi sebesar 1 ml sampai 10 ml. 2.9.4 Intradermal, yaitu obat – obat tertentu diberikan di bawah epidermis biasanya disuntikkan pada bagian dalam lengan bawah. Obat yang disuntikan umumnya hanya 0,1 ml dan seringkali untuk penentuan diagnosis atau desensetisasi ( alergi ) atau untuk imunisasi.
31
2.9.5 Intra arterial, yaitu disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh. Volume injeksi antara 1 ml sampai 10 ml. 2.9.6 Intrakardial, yaitu disuntikkan langsung ke dalam jantung dan digunakan ketika kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung. 2.9.7 Intraserebral, yaitu injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia. 2.9.8 Intraspinal, yaitu injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia. 2.9.9 Intraperitoneal dan intrapleural, yaitu rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal. 2.9.10 Intra artikular yaitu, injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahanbahan seperti obat antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi. ( Anief, 1997 ) 2.9.11 Metode Sonde
Tabung dan jarum suntik harus steril jika akan digunakan pada kelinci, marmot dan anjing. Tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih untuk tikus dan mencit. Setelah penyuntikan, cuci tabung dan jarum suntik tersebut, semprotkan cairan ke dalam beker glass, dan jarum suntik dipegang erat – erat. Ulangi cara ini tiga kali. Pemberian obat – obatan dalam bentuk suspensi, larutan atau emulsi kepada tikus dan mencit
32
dilakukan dengan pertolongan jarum suntik yang ujungnya tumpul (bentuk bola atau kanulla). Kannula ini dimasukan ke dalam mulut, kemudian perlahan – lahan dimasukkan melalui tepi langit – langit ke belakang esofagus.
2.10
Ektraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
2.10.1 Prinsip Ekstraksi 2.10.1.1
Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan
33
dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
2.9.1.2 Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan
2.9.1.3 Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
34
2.9.1.4 Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
2.9.2 Jenis Ekstraksi
2.9.2.1 Ekstraksi secara dingin
Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
35
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut : 1. Modifikasi maserasi melingkar 2. Modifikasi maserasi digesti 3. Modifikasi maserasi melingkar bertingkat 4. Modifikasi remaserasi 5. Modifikasi dengan mesin pengaduk
Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon
Keuntungan metode ini adalah :
1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. 2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit 3. Pemanasannya dapat diatur
36
Kerugian dari metode ini :
1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. 2. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. 3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
37
ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
2.9.2.2 Ekstraksi secara panas
Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
38
2.10 Pelarut ( solven ) 2.10.1 Asam Sulfat ( H2SO4 )
Asam sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak leih dari 98,0% b/b H2SO4. Pemerian : cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat tajam dan korosif. Bobot jenis lebih kurang 1,84 Kelarutan : bercampur dengan air dan dengan etanol dengan menimbulkan panas. 2.10.2 Natrium Hidroksida ( NaOH )
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali jumlah, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%. Pemerian : putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara, akan cepat menyerap karbondioksida dan lembap
39
Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol 2.10.3 Aqua Purificata ( Air Murni )
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan ir minum. Tidak mengandung zat tambahan lain Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau 2.10.4 Kalium Sulfat ( K2SO4 )
Kalium sulfat P K2SO4 ; BM 174,25 ; murni pereaksi 2.10.5 Aethanolum ( Etanol )
40
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari 93,8% b/b setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v, C2H5OH pada suhu 15,560. Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 780. Mudah terbakar. Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik. ( Farmakope Indonesia edisi IV )
2.11 Kerangka Teori Berat badan yang tidak ideal dianggap sebagai musuh yang paling menakutkan bagi sebagian orang khususnya kaum wanita. Beredarnya makanan siap saji menjadi alasan utama seseorang mempunyai berat badan yang tidak ideal. Semakin banyak orang yang tidak puas dengan berat badannya maka semakin marak obat – obat penurun berat badan sintetis beredar di pasaran, padahal obat – obat tersebut masih perlu dikaji lebih ulang tentang keamanannya dan khasiatnya jika dikonsumsi. Masalah seperti ini dapat diatasi dengan penemuan suatu obat penurun berat badan yang berasal dari ekstrak jamur tiram putih. Pembuatan ekstrak jamur tiram putih menggunakan pelarut asam sulfat dan natrium hidroksida untuk merusak dan memisahkan berbagai komponen senyawa kimia yang ada pada jamur tiram melalui proses pemanasan selama 30 menit. Tahap selanjutnya adalah mencuci ekstrak tersebut dengan menggunakan larutan kalium sulfat yang berfungsi untuk mengambil dan memisahkan serat selulosa dari komponen senyawa kimia lainnya. Pada tahap akhir, ekstrak tersebut diberikan pada hewan coba untuk mengetahui khasiat serat selulosa sebagai penurun berat badan.
41
2.12
Hipotesis
Berdasarkan pada landasan teori yang ada, dapat diajukan hipotesis bahwa ekstrak jamur tiram putih dapat menurunkan berat badan pada mencit.
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
3.1.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti harus menyiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan selama proses penelitian. Tahap persiapan ini meliputi persiapan alat, persiapan bahan, prosedur yang digunakan, cara perhitungan dosis dan persiapan mencit yang akan digunakan sebagai hewan uji. 3.1.2 Tahap Pelaksanaan 3.1.2.1 Determinasi Sampel Nama jamur tiram putih diberikan karena bentuk tudung jamur ini agak membulat, lonjong dan melengkung meyerupai cangkang tiram. Determinasi sampel jamur tiram putih adalah sebagai berikut : - Super Kingdom
: Eukaryota
- Kingdom
: Myceteae ( fungi )
- Divisio
: Amastigomycota
- Sub divisio
: Basidiomycotae
- Kelas
: Basidiomycetes
- Ordo
: Agaricales
- Familia
: Agaricaeae
- Genus
: Pleurotus
- Spesies
: Pleurotus ostreatus
43
3.1.2.2 Pembuatan Ekstrak Ekstrak jamur tiram putih didapat dengan menggunakan alat reflux, menggunakan pelarut aquades, H2SO4(e), NaOH(e), etanol 95%, dan K2SO4 sampai didapat bobot kering yang konstan. 3.1.2.3 Perlakuan Dua puluh lima ekor mencit jantan yang diberikan ekstrak sampel jamur tiram putih secara per-oral sesuai dengan dosis. Dua puluh lima mencit tersebut diberikan ekstrak jamur tiram putih dengan menggunakan alat sonde. 3.1.2.4 Jumlah hewan uji Dalam satu kali percobaan dengan satu dosis menggunakan lima ekor mencit. Jika menggunakan lima dosis maka mencit yang digunakan = 5 x 3 = 15 mencit. Mencit yang digunakan untuk kontrol positif dan kontrol negatif sebanyak 10 mencit. Jadi jumlah hewan uji yang digunakan adalah 25 mencit.
3.2
Populasi dan Sampel Populasi dan sampel yang digunakan sama yaitu jamur tiram putih.
3.3
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian ini bertempat di Laboratorium Farmakognosi Putra Indonesia Malang 3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan April 2011 sampai bulan Juni 2011.
44
3.4
Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Variabel bebas Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis jamur tiram putih. 3.4.2 Variabel terikat Variabel terikat yang digunakan dalam peneltian ini adalah efek penurunan berat badan akibat dari rasa kenyang yang lebih lama saat berada di dalam lambung yang nantinya akan diujikan pada hewan uji terlebih dahulu. 3.4.3 Tabel 3.4 Definisi Operasional Variabel Variabel
Definisi
Hasil Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Dosis efektif Dosis
yang Adanya
penurunan Timbangan Nominal
ekstrak jamur memberikan
berat badan sesudah analitik
tiram putih
diberi ekstrak jamur
penurunan berat
badan tiram putih selama
paling
seminggu
signifikan Penurunan berat
Proses
Adanya
penurunan Timbangan Nominal
badan turunnya berat berat badan sesudah analitik
pada mencit
badan mencit
pada diberi ekstrak jamur tiram putih selama seminggu
45
3.5
Pengumpulan Data
3.5.1 Instrumen Penelitian - Alat 1. Pendingin balik ( reflux ) 2. Penangas 3. Oven 4. Timbangan analitik 5. Spatula 6. Kurst porselen 7. Corong gelas 8. Cawan penguap 9. Erlenmeyer 10. Krus 11.Kertas saring 12. Kertas lakmus 13. Ayakan diameter 1 mm - Bahan : 1. Jamur tiram putih 2. Aquades 3. H2SO4 pekat 4. Etanol 95 % 5. NaOH 6. K2SO4
46
3.6
Penentuan Obyek Obyek penelitian ini menggunakan mencit jantan yang berumur 3 – 4
bulan dan berat antara 20 – 30 gram.
3.7
Jumlah bahan yang dibutuhkan Untuk menentukan jumlah bahan yang dibutuhkan dengan cara menaikkan
lima kali dosis yang akan diberikan pada mencit. Dosis pertama = 2,3 gram x 0,0026 = 0,00598 gram 0,00598 gram x 5 = 0,0299 gram = 29,9 mg Dosis kedua
= ½ x 0,00598
= 0,00299 gram
0,00299 gram x 5 = 0,01495 gram = 14,95 mg Dosis ketiga
= 1 ½ x 0,00598
= 0,00897 gram
0,00897 gram x 5 = 0,04485 gram = 44,85 mg Total
= 0,0299 gram + 0,01495 gram + 0,04485 gram = 0,0897 gram
Bahan yang dibutuhkan Bahan yang dibutuhkan
Total bahan =
Jumlah serat
X
100 gram
X
100 gram
0,0897 gram = =
2,3 gram 3,9 gram
= 4 gram
4 gram X
2
= 8 gram
Jadi total bahan ( jamur tiram putih ) yang dibutuhkan sebanyak 8 gram.
47
3.8
Rancangan Dosis
Jumlah serat yang harus dikonsumsi oleh orang dewasa setiap hari adalah 2,3 gram/100 gram bahan. Sampel 2,3 gram untuk berat badan manusia pada umumnya adalah 70 kg Berat badan mencit pada umumnya adalah 20 gram Konversi dosis manusia ke mencit adalah 0,0026 Dosis untuk mencit = 2,3 gram x 0,0026 = 0,00598 gram Untuk dua dosis selanjutnya dikalikan ½ dan 1 ½ dari dosis awal ½ x 0,00598 = 0,00299 gram 1 ½ x 0,00598 = 0,00897 gram Dosis menurut berat badan mencit x
x 0,00598
= z gram
x 0,00299
= z gram
x 0,00897
= z gram
y x y x y Keterangan : x = berat badan mencit setelah diberi pakan keju y = berat badan mencit pada umumnya mencit memiliki berat badan adalah 20 gram z = jumlah serbuk dari ekstrak jamur tiram putih sebagai perlakuan pada mencit.
48
3.9
Prosedur Kerja
3.9.1 Penentuan serat kasar ( Sudarmadji, 1997 ) Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau pertanian setelah diperlakuan dengan asam atau alkali mendidih dan terdiri dari selulosa, dengan sedikit ligin dan pentosan. 1.
Haluskan bahan sehingga dapat melalui ayakan diameter 1 mm dan
campurlah baik – baik. Kalau bahan tidak dapat dihaluskan, hancurkan sebaik mungkin. 2.
Timbang 2 gram bahan kering dan ekstraksi lemaknya dengan soxhlet.
Kalau bahan sedikit mengandung lemak, misalnya sayur – sayuran gunakan 10 gram bahan, tidak perlu dikeringkan dan diekstraksi lemaknya. 3.
Pindahkan bahan ke dalam erlenmeyer 600 ml. Kalau ada tambahkan 0,5
gram asbes yang telah dipijarkan dan 3 tetes zat anti buih (antifoam agent). 4.
Tambahkan 200 ml larutan H2SO4 mendidih ( 1,25 gram H2SO4 pekat/100
ml = 0,255 N H2SO4 ) dan tutuplah dengan pendingin balik, didihkan selama 30 menit dengan kadangkala digoyang – goyangkan. 5.
Saring suspensi dengan kertas saring dan residu yang tertinggal dalam
erlenmeyer dicuci dengan aquades mendidih. Cucilah residu dalam kertas saring sampai air cucian tidak bersifat asam lagi ( uji dengan kertas lakmus ) 6.
Pindahkan secara kuantitatif residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer
kembali dengan spatula, dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH mendidih ( 1,25 gram NaOH/100 ml = 0,313 N NaOH ) sebanyak 200 ml sampai semua residu
49
masuk ke dalam erlenmeyer. Didihkan dengan pendingin balik sambil kadangkala digoyang – goyangkan selam 30 menit. 7.
Saringlah melalui kertas saring kering yang diketahui beratnya atau krus
Gooch yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya, sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10%. Cuci lagi residu dengan aquades mendidih dan kemudian cuci dengan lebih kurang 15 ml alkohol 95%. Keringkan kertas saring atau krus dengan isinya pada 1100C sampai berat
8.
konstan ( 1 – 2 jam ), dinginkan dalam deksikator dan timbang. Jangan lupa mengurangkan berat asbes, kalau digunakan.
3.10
Cara pemberian obat secara per-oral pada mencit
1.
Alat suntik
a. Tabung dan jarum suntik harus steril jika akan digunakan pada kelinci, marmot dan anjing. Tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih untuk tikus dan mencit. b. Setelah penyuntikan, cuci tabung dan jarum suntik tersebut, semprotkan cairan ke dalam beker glass, dan jarum suntik dipegang erat – erat. Ulangi cara ini tiga kali.
2.
Pemberian obat secara per-oral.
Pemberian obat – obatan dalam bentuk suspensi, larutan atau emulsi kepada tikus dan mencit dilakukan dengan pertolongan jarum suntik yang ujungnya tumpul ( bentuk bola atau kanulla ). Kannula ini dimasukan ke dalam
50
mulut, kemudian perlahan – lahan dimasukkan melalui tepi langit – langit ke belakang esofagus.
3.11
Perlakuan pada hewan uji ( mencit )
1. Mengambil 15 ekor mencit. Masing – masing mencit diuji dengan menggunakan replikasi 3 kali dengan dosis yang berbeda. 2. Berat badan awal mencit ditimbang. 3. Mencit diberikan makanan lemak berlebih berupa keju. 4. Masing – masing mencit diberi keju sebanyak 15 gram. 5. Mencit diberi pakan keju selama satu hari dan diamati kenaikan berat badannya. 6. Setelah satu hari, mencit diberi ekstrak jamur tiram putih. 7. Untuk jumlah sampel pada masing – masing mencit berbeda karena berat badannya berbeda maka jumlah sampel harus dikonversikan sesuai dengan berat badan mencit. 8. Mencit diberikan ekstrak jamur tiram putih sesuai berat badan masing – masing mencit secara per-oral dengan menggunakan sonde. 9. Ditimbang berat badannya selama 2 hari pertama sampai 7 hari. 10. Diamati penurunan berat badan mencit.
51
3.12
Analisa Data
- Metode pengambilan sampel ini menggunakan metode Analisis Of Varian (ANOVA) satu arah. Alasan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (tiga kelompok) karena pada metode ini akan membandingkan khasiat atau efek obat yang terbuat dari ekstrak jamur tiram putih kepada masing – masing hewan uji. Setelah terbagi menjadi lima kelompok percobaan, maka ditentukan kelompok mana mendapat dosis I, dosis II dan dosis III.
- Rancangan penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.12 Rancangan Penelitian ANOVA Satu Arah
Replikasi Perlakuan (gram) 0,00598 gram 0,00299 gram 0,00897 gram Kontrol positif Kontrol negatif
A
B
C
D
E
A1 A2 A3
B1 B2 B3
C1 C2 C3
D1 D2 D3
E1 E2 E3
Total
Ratarata
SD
Langkah-langkah yang dilakukan dalam ANOVA adalah sebagai berikut : 1. Rumusan Hipotesis : Ho : µ1 = µ2 =……….µp , yaitu tidak ada pengaruh penurunan berat badan pada masing-masing perlakuan. Ha = ada perbedaan antara masing-masing perlakuan terhadap penurunan berat badan
52
2. Perhitungan Analisa Varian
a. FK (Faktor Koreksi) =
=
b. JKT (Jumlah Kuadrat Total ) = Jumlah Kuadrat semua pengamatan – Faktor Koreksi = X2A2 + XA22 + ………… + XAP2 - FK c. JKP (Jumlah Kuadarat Perlakuan) =
=
- FK
∑
p 2 t −1 1
T
n
=
T12 + .............. + T p2 n
− FK
d. JKG (Jumlah Kuadarat Galat) = JKT – JKP e. Derajat Kebebasan db perlakuan (kolom) = jumlah perlakuan - 1 = p - 1 db total = jumlah total pengamatan 1 = np – 1 db galat = jumlah perlakuan (jumlah replikasi -1) = p(n-1) f. Kuadarat Tengah (KT) Kuadarat Tengah Perlakuan (KTP)
=
JKP P −1
Kuadarat Tengah Galat (KTG)
=
JKG P(n − 1)
g. Harga Statistik F hitung antar Perlakuan
=
53
Tabel 3.13 Anava Satu Arah
3. Penyimpulan - Jika F hitung ³ F tabel 5%, perbedaan pada nilai tengah dikatakan nyata dan diberi tanda (*) pada F hitung. - Jika F hitung < F tabel 5% maka perbedaan nilai tengah perlakuan disebut tidak nyata maka nilai F hitung ditandai dengan tn (tidak nyata). 4. Pengujian Hipotesa Jika
Ho
ditolak
maka
diperlukan
pengujian
selanjutnya
dengan
menggunakan uji SNK 0,05 yang dirumuskan sebagai berikut : Sx =
KTG r
W = q α (p.Fe) Sx Harga t 0,05 dapat dicari pada tabel, kemudian dibandingkan dengan nilai beda mean dari SNK 0,05 sebab dianggap uji rentangan yang paling akurat, jika : (x1-x2) ³ SNK 0,05 berarti berbeda nyata. (x1-x2) < SNK 0,05 berarti berbeda tidak nyata.
54
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
4.2
Uji Organoleptis Jamur Tiram Putih - Rasa
: Tidak berasa
- Bau
: Tidak Berbau
- Warna
: Putih tulang
- Tekstur
: Kenyal
Determinasi Sampel Determinasi sampel dilakukan di UPT Materia Medika – Batu, dengan
data terlampir.
4.3
Ekstraksi Jamur Tiram Putih - Bobot jamur tiram putih sebelum di ekstrak = 10,2567 gram - Bobot jamur tiram putih sesudah di ekstrak = 10,1977 gram - Warna sampel
= putih tulang
- Bau
= tidak berbau
- Rasa
= tidak berasa
- Tekstur
= kenyal
55
4.4
4.5
Rata – rata Berat Badan pada Hewan Uji Setelah diberi Ekstrak
-
Dosis 1 ( 0,00598 gram ) = 2,4 gram
-
Dosis 2 ( 0,00299 gram ) = 3,2 gram
-
Dosis 3 ( 0,00897 gram ) = 4,9 gram
Hasil Penimbangan Berat Badan Mencit Penimbangan berat badan mencit selama tujuh hari, dengan data terlampir.
4.6
Analisa Data Ho : Tidak ada perbedaan yang bermakna pada masing-masing perlakuan. Ha : Ada perbedaan yang bermakna pada masing-masing perlakuan. (terdapat penurunan berat badan yang signifikan).
Tabel 4.6.1 Rekapitulasi Berat Badan Mencit Sebelum Diberi Ekstrak Replikasi Perlakuan (gram) 0,00598 gram 0,00299 gram 0,00897 gram Kontrol positif Kontrol negatif
A
B
C
D
E
23.7 21.7 22.7 22.7 22.3
21 22.1 23.0 22.5 22.4
21.7 24.8 24.7 21.4 21.7
21.8 22.4 23.1 23.8 23.1
24.5 22.5 24.5 21.6 22.5
56
Tabel 4.6.2 Rekapitulasi Berat Badan Mencit Sesudah Diberi Ekstrak
Replikasi Perlakuan (gram) 0,00598 gram 0,00299 gram 0,00897 gram Kontrol positif Kontrol negatif
A
B
C
D
E
19.8 19.8 19.8 19.9 24.1
18.7 20.8 18.2 18.4 24.9
20.1 18.1 18.7 19.3 24.2
21.7 20.4 18.2 20 24.5
20.4 18.4 18.6 19.3 25.3
Tabel 4.6.3 Rekapitulasi Selisih Penurunan Berat Badan Mencit
Replikasi Perlakuan (gram) 0,00598 gram 0,00299 gram 0,00897 gram Kontrol Positif Kontrol Negatif
a)
A
B
C
D
E
3.9 1.9 2.9 2.8 1.8
2.3 1.3 4.8 4.1 2.5
1.6 6.7 6.0 2.1 2.5
0.1 2.0 4.9 3.8 1.4
4.1 4.1 5.9 2.3 2.8
FK (Faktor Koreksi) = =
= 78.6 2 = 247.1184 25
b)
JKT (Jumlah Kuadrat Total )
= Jumlah Kuadrat semua pengamatan – Faktor Koreksi = X2A2 + XA22 + ………… + XAP2 – FK = 311.48 – 247.1184 = 64.3616
57
Total
Ratarata
SD
12 16 24.5 15.1 11
2.4 3.2 4.9 3.1 2.2
1.7 2.2 1.2 0.9 0.6
JKP (Jumlah Kuadarat Perlakuan)
c) =
=
- FK
∑
p 2 t −1 1
T
n
=
T12 + .............. + T p2 n
− FK
= 269.852 – 247.1184 = 22.7336
d)
JKG (Jumlah Kuadarat Galat)
= JKT – JKP = 64.3616 – 22.7336 = 41.628
e)
Derajat Kebebasan
db perlakuan (kolom) = jumlah perlakuan - 1 = p – 1= 5 - 1 = 4 db total = jumlah total pengamatan - 1 = np – 1 = (5 x 5) – 1 = 24 db galat = dbt – dbp = 24 – 4 = 20
f)
Kuadarat Tengah (KT) Kuadarat Tengah Perlakuan (KTP)
=
JKP P −1
= 22.7336 = 5.6834 4
Kuadarat Tengah Galat (KTG)
=
JKG P(n − 1)
= 41.628 = 2.0814 20 58
g) Harga Statistik F hitung antar Perlakuan
= = 5.6834 2.0814
= 2.73
4.7 Tabel Analisa Ragam Sumber
db
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
F
Kuadrat
Tengah
Hitung
5%
1%
2.73
2.87
4.43
Perlakuan
4
22.7336
5.6834
Galat
20
41.628
2.0814
Total
24
64.3616
F Total
Berdasarkan tabel ANOVA diatas, harga F hitung < F tabel 5 % < F tabel 1 %, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antar masing – masing perlakuan.
59
BAB V PEMBAHASAN
Jamur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), alasan penggunaan tanaman jamur tiram putih karena keberadaan jamur tiram putih sangat melimpah dan mudah untuk ditemui karena banyak yang membudidayakan jamur tiram putih. Bentuk tudung jamur ini agak membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang tiram. Sekujur tubuh buah berwarna putih berwarna putih karena sporanya tidak berwarna. Adapun kandungan gizi yang terdapat di dalam jamur tiram putih tersebut antara lain mengandung protein, asam amino, lemak tak jenuh, serat, abu, vitamin B1, vitamin B2, niasin dan biotin. Selain itu jamur tiram putih banyak mengandung berbagai jenis mineral, diantaranya K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu dengan kandungan nilai serat mulai 7,4% - 24,6% yang sangat bermanfaat bagi sistem pencernaan. Untuk membuktikan apakah jamur tiram putih benar mempunyai efek sebagai penurun berat badan maka dilakukan pengujian pengaruh serat selulosa pada jamur tiram putih sebagai penurun berta badan pada mencit jantan. Penelitian ekstraksi serat selulosa pada jamur tiram putih sebagai penurun berat badan pada mencit jantan pada dasarnya dipengaruhi oleh dosis pada ekstrak jamur yang diberikan pada mencit. Dosis untuk 70 kg berat badan manusia dikonversikan untuk 20 gram berat badan mencit. Pengujian pengaruh penurunan berat badan pada mencit dilakukan dengan beberapa variasi dosis yaitu 0,00598 gram, 0,00299 gram, 0,00897 gram. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi jamur tiram kemudian diberikan pada mencit dengan cara pemberian secara
60
peroral menggunakan alat sonde. Pemberian sampel jamur tiram dilakukan setiap sehari sekali selama tujuh hari dan kemudian diamati penurunan berat badan mencit dengan cara ditimbang. Pada hasil penelitian dapat diketahui bahwa penurunan berat badan mencit berbeda antara satu dengan lainnya pada masing – masing kelompok. Pada mencit normal yang tanpa diberi sampel (kontrol negatif) memiliki rata – rata penurunan sebesar 2,2 gram. Mencit yang diberi kontrol positif memiliki rata – rata penurunan sebesar 3,1 gram. Mencit yang diberi sampel ekstrak jamur tiram putih pada perlakuan I, II, III dengan diberikan dosis yang berbeda memiliki rata – rata penurunan sebesar 2,4 gram, 3,2 gram dan 4,9 gram. Hasil rata-rata berat badan pada mencit jantan yang dihasilkan dari dosis pertama hingga ketiga mengalami penurunan. Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis semakin tinggi pula penurunan berat badan pada mencit jantan. Data yang diperoleh dilanjutkan dengan uji statistik menggunakan Analisa Varian dalam rancangan acak lengkap (RAL). Alasan peneliti memilih ANAVA karena dosis yang diteliti lebih dari dua dan juga untuk memudahkan peneliti dalam penentuan dosis paling efektif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antar masing – masing perlakuan.
61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengaruh serat selulosa jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus) sebagai penurun berat badan pada mencit jantan dapat disimpulkan bahwa : -
Ekstrak serat selulosa pada jamur tiram putih belum memiliki pengaruh yang optimal dalam menurunkan berat badan pada mencit jantan.
-
Dari dosis ekstrak jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) 0,00598 gram, 0,00299 gram, 0,00897 gram yang dapat menurunkan berat badan mencit paling besar adalah pada dosis 0,00897 gram.
6.2
Saran Berdasarkan kesimpulan atas hasil penelitian tentang Pengaruh Serat
Selulosa pada Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) sebagai Penurun Berat Badan pada Mencit Jantan (Mus musculus), saran yang dapat diajukan peneliti adalah sebagai berikut : 1.
Pada penelitian ini menggunakan tiga dosis yang hasilnya belum optimal dalam menurunkan berat badan mencit, oleh karena itu dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan beberapa dosis lain untuk lebih memaksimalkan penurunan berat badan mencit.
62
2.
Penelitian ini dilakukan sebatas pada proses ekstraksi serat selulosa, untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain atau menggunakan cara isolasi serat untuk mendapatkan serat selulosa yang lebih baik.
3.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
63
DAFTAR RUJUKAN
Kotzman, Anna. 2007. Diet Makanan Terapis. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya Widodo, Nanang. 2007. Terkandung
Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid yang dalam
Jamur
Tiram
Putih
.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01c9/c22fb09f. dir/doc.pdf. diakses pada 24 Oktober 2010 Anonym, 2010. Jamur Tiram. http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram. diakses pada 22 desember 2010 Sitorus, Roland . 2009 . Makanan Sehat dan Bergizi . Bandung : CV. Yrama Widya Sirait, Midian . 2007 . Penuntun Fitokimia dalam Farmasi . Bandung : ITB Amirta, Yolanda . 2007 . Diet Sehat . Yogyakarta : Kreasi Wacana Yogyakarta Andoko, Agus . 2007 . Budidaya Jamur . Jakarta : Agro Media Pustaka Trubus . 2010 . Jamur Tiram Dua Alam . Jakarta : PT. Trubus Swadaya Sudarmaji, Slamet . 2003 . Analisa Bahan Makanan dan Pertanian . Yogyakarta : Liberty Yogyakarta Sudarmaji, Slamet . 1996 . Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian . Yogyakarta : Liberty Yogyakarta Lubis, Zulhaida . 2009 . Hidup Sehat dengan Makanan Kaya Serat . Bogor : IPB Press Indonesia, Farmakope edisi IV . 1995 . Departemen Kesehatan Republik Indonesia
64
Tensiska
.
2008
.
Serat
Makanan
.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/serat_makanan_1.pdf
.
diakses
pada
30
Desember 2010 Kusnandar, Feri . 2010 . Mengenal Serat Pangan . http://itp.fateta.ipb.ac.id/id . diakses pada 30 Desember 2010 Suparjo
.
2010
.
Analisis
Bahan
Pangan
Secara
Kimiawi
http://jajo66.files.wordpress.com/2010/10/analisis-kimiawi2010.pdf
. .
diakses pada 14 November 2010 Anonim
.
2010
.
Manfaat
Serat
Makanan
Tidak
Larut
.
http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/MANFAAT%20SERAT%20 MAKANAN%20TIDAK%20LARUT.pdf . diakses pada 2 November 2010
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Determinasi Jamur Tiram Putih
DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TIMUR UPT MATERIA MEDICA Jalan Lahor No.87 Telp. (0341) 593396 Batu (65313) KOTA BATU Nomor Sifat Perihal
Nama NIM Fakultas 1.
2.
: 077 / 05 / 101.8 / 2011 : Biasa : Determinasi Tanaman Jamur Tiram Putih
:
Memenuhi permintaan saudara : : PAULINA IFID. Y. S : 08.023 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN “PUTRA INDONESIA”
Perihal determinasi tanaman Jamur Tiram Putih Divisi : Amastigomycota Sub divisi : Basidiomycotae Kelas : Basidiomycetes Bangsa : Agaricales Suku : Agaricaeae Marga : Pleurotus Jenis : Pleurotus ostreatus Sinonim : Oyster mushroom Kunci Determinasi : 1a - 2a – 3a – 4a – 6 a – 7a – 9a – 10 a – 11a – 12 a – 13 a – 14a – 15a – 108b – 111b – 112b – 113a – 116 b – 119a – 120a – 125b – 126a – 198 a – 177 a – 178b Nama simplisia : Pleurotus ostreatus, Jamur Tiram Putih
3.
Kandungan kimia : Jamur Tiram Putih mengandung protein, karbohidrat, serat, lemak, abu, kalori, kalsium, zat besi, fosfor, Vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, provitamin D2, Mineral (Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium)
4.
Penggunaan
5.
Daftar Pustaka : - Anonim, http/ www.tanamanobatdanpangan.com / jamur ` tiram. Diakses tanggal 9 Januari 2009 Steenis, CGGJ Van Dr , FLORA, 2008 , Pradnya Paramita, Jakarta. Syamsuhidayat, Sri Sugiati, Hutapea, Johny Ria.1991 , Inventaris Tanaman Obat Indonesia I , Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan
: Penelitian
Demikian determinasi ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
66
Lampiran 2. Prosentase Berat Badan Mencit
Mencit
Berat Badan Sebelum
Berat Badan Sesudah
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
20 20.8 20.8 20.1 20.5 20.5 20.2 21.2 21.8 21.4 21 20.7 20 21 20.8
23.7 21 21.7 21.8 24.5 21.7 22.1 24.8 22.4 22.5 22.7 23 24.7 23.1 24.5 Rata - rata
15.6% 1.0% 4.1% 7.8% 16.3% 5.5% 8.6% 14.5% 2.7% 4.9% 7.5% 10.0% 19.0% 9.1% 15.1% 9.5%
67
SETELAH DIBERI EKSTRAK HARI 1
Mencit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berat Badan Sebelum 23.7 21 21.7 21.8 24.5 21.7 22.1 24.8 22.4 22.5 22.7 23 24.7 23.1 24.5
Berat Badan Sesudah 22.7 20.8 20.3 20.6 23.5 20.6 21.2 23.2 21.8 21.8 21 22.7 23 22 23 Rata - rata
Berat Badan Sebelum 22.7 20.8 20.3 20.6 23.5 20.6 21.2 23.2 21.8 21.8 21 22.7 23 22 23
Berat Badan Sesudah 21.7 20.6 23.8 22.2 20.7 20.6 22 21.8 22.1 20 22.2 22.8 23.3 22.7 24.2 Rata - rata
% 4.2% 1.0% 6.5% 5.5% 4.1% 5.1% 4.1% 6.5% 2.7% 3.1% 7.5% 1.3% 6.9% 4.8% 6.1% 4.6%
HARI 2
Mencit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
68
% 4.4% 1.0% 14.7% 7.2% 11.9% 0.0% 3.6% 6.0% 1.4% 8.3% 5.4% 0.4% 1.3% 3.1% 5.0% 4.9%
HARI 3
Mencit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berat Badan Sebelum 21.7 20.6 23.8 22.2 20.7 20.6 22 21.8 22.1 20 22.2 22.8 23.3 22.7 24.2
Berat Badan Sesudah 22.3 21.8 24.2 23.4 22.2 21.5 23.2 22.4 23.3 21.8 23.2 23.2 24 23.3 24.9 Rata - rata
% 2.7% 5.5% 1.7% 5.1% 6.8% 4.2% 5.2% 2.7% 5.2% 8.3% 4.3% 1.7% 2.9% 2.6% 2.8% 4.1%
HARI 4
Mencit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berat Badan Sebelum 22.3 21.8 24.2 23.4 22.2 21.5 23.2 22.4 23.3 21.8 23.2 23.2 24 23.3 24.9
Berat Badan Sesudah 21.8 21.4 23.9 22.6 22 21.5 22.8 22 23 20.9 22.7 22.4 23.3 22.6 23
2.2% 1.8% 1.2% 3.4% 0.9% 0.0% 1.7% 1.8% 1.3% 4.1% 2.2% 3.4% 2.9% 3.0% 7.6%
Rata - rata
2.5%
69
%
HARI 5
Mencit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berat Badan Sebelum 21.8 21.4 23.9 22.6 22 21.5 22.8 22 23 20.9 22.7 22.4 23.3 22.6 23
Berat Badan Sesudah 20.4 20.3 23.9 22.7 22 20.8 23 21.9 23.4 20 21.6 22.1 23 22 22.5
6.4% 5.1% 0.0% 0.4% 0.0% 3.3% 0.9% 0.5% 1.7% 4.3% 4.8% 1.3% 1.3% 2.7% 2.2%
Rata - rata
2.3%
%
HARI 6
Mencit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berat Badan Sebelum 20.4 20.3 23.9 22.7 22 20.8 23 21.9 23.4 20 21.6 22.1 23 22 22.5
Berat Badan Sesudah 20.4 20.2 22 22.4 21.6 20.4 22.6 20 21.2 19.8 20.1 21.4 21.8 20 20.4
0.0% 0.5% 7.9% 1.3% 1.8% 1.9% 1.7% 8.7% 9.4% 1.0% 6.9% 3.2% 5.2% 9.1% 9.3%
Rata - rata
4.5%
70
%
HARI 7
Mencit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berat Badan Sebelum 20.4 20.2 22 22.4 21.6 20.4 22.6 20 21.2 19.8 20.1 21.4 21.8 20 20.4
Berat Badan Sesudah 19.8 18.7 20.1 21.7 20.4 19.8 20.8 18.1 20.4 18.4 19.8 18.2 18.7 18.2 18.6
2.9% 7.4% 8.6% 3.1% 5.6% 2.9% 8.0% 9.5% 3.8% 7.1% 1.5% 15.0% 14.2% 9.0% 8.8%
Rata - rata
7.2%
71
%
Lampiran 3. Penurunan Berat Badan Mencit pada Kontrol Positif Mencit
BB Awal
BB Makan Keju
%
1 2 3 4 5
20.2 20.8 20.1 20 20.5
22.7 22.5 21.4 23.8 21.6
11.0% 7.6% 6.1% 16.0% 5.1%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
22.7 22.5 21.4 23.8 21.6
22.2 21 20.9 22.5 21.3
2.2% 6.7% 2.3% 5.5% 1.4%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
22.2 21 20.9 22.5 21.3
22.1 20 20.8 22 21
0.5% 4.8% 0.5% 2.2% 1.4%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
22.1 20 20.8 22 21
22 20 20.5 21.9 20.9
0.5% 0.0% 1.4% 0.5% 0.5%
HARI 1
HARI 2
HARI 3
72
HARI 4
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
22 20 20.5 21.9 20.9
21.5 19.8 20.3 21.6 20.8
2.3% 1.0% 1.0% 1.4% 0.5%
HARI 5
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
21.5 19.8 20.3 21.6 20.8
21.3 19.7 19.8 21.4 20.7
0.9% 0.5% 2.5% 0.9% 0.5%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
21.3 19.7 19.8 21.4 20.7
20.5 19.6 19.5 21.2 20
3.8% 0.5% 1.5% 0.9% 3.4%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
20.5 19.6 19.5 21.2 20
19.9 18.4 19.3 20 19.3
2.9% 6.1% 1.0% 5.7% 3.5%
HARI 6
HARI 7
73
Lampiran 4. Penurunan Berat Badan Mencit pada Kontrol Negatif Mencit
BB Awal
BB Makan Keju
%
1 2 3 4 5
20.2 20.8 20.1 20 20.5
22.7 22.5 21.4 23.8 21.6
11.0% 7.6% 6.1% 16.0% 5.1%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
22.7 22.5 21.4 23.8 21.6
22.2 21 20.9 22.5 21.3
2.2% 6.7% 2.3% 5.5% 1.4%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
22.2 21 20.9 22.5 21.3
22.1 20 20.8 22 21
0.5% 4.8% 0.5% 2.2% 1.4%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
22.1 20 20.8 22 21
22 20 20.5 21.9 20.9
0.5% 0.0% 1.4% 0.5% 0.5%
HARI 1
HARI 2
HARI 3
74
HARI 4
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
22 20 20.5 21.9 20.9
21.5 19.8 20.3 21.6 20.8
2.3% 1.0% 1.0% 1.4% 0.5%
HARI 5
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
21.5 19.8 20.3 21.6 20.8
21.3 19.7 19.8 21.4 20.7
0.9% 0.5% 2.5% 0.9% 0.5%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
21.3 19.7 19.8 21.4 20.7
20.5 19.6 19.5 21.2 20
3.8% 0.5% 1.5% 0.9% 3.4%
Mencit
BB Sebelum
BB Sesudah
%
1 2 3 4 5
20.5 19.6 19.5 21.2 20
19.9 18.4 19.3 20 19.3
2.9% 6.1% 1.0% 5.7% 3.5%
HARI 6
HARI 7
75
Lampiran 5. Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Hewan
76
Lampiran 6. Preparasi Bahan
Sampel ditimbang
Tambah H2SO4
Lakukan reflux
Cek sampai pH netral
Saring
Tunggu mendidih
Lakukan reflux dengan pelarut NaOH
Tunggu mendidih
Simpan pada wadah tertutup
Tambah etanol
Saring
Tambah K2SO4
77
Lampiran 7. Perlakuan terhadap Hewan Uji
Siapkan keju Timbang sebanyak 25 keju
Mencit di beri perlakuan secara per oral
Mencit di timbang
Mencit di kelompokkan
Sisa keju di di timbang
78
Timbang seberat 15 gram keju
Siapkan ekstrak jamur
Lampiran 8. Tabel Nilai Distribusi F