DARI REDAKSI
Salam hangat para pembaca Geospasial Edisi April 2016, Pada edisi ini majalah geopasial akan membahas gerhana matahari dan pemberdayaan masyarakat. Edisi April 2016 juga membahas mengenai geografi ekonomi dan kota. Peran serta dosen geografi yang melakukan pemberdayaan masyarakat mengenai pertanian perkotaan di Kota Depok. Pemanfaatan ruang perkotaan menjadi perhatian khusus untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Akhir kata selamat membaca, dan sukses selalu dalam pekerjaan dan berkarya membangun bangsa dan negara. Salam Redaksi
TIM REDAKSI Penasehat - Dr. Rokhmatuloh, M.Eng Redaksi - Adi Wibowo, Iqbal Putut Ash Shidiq, Laju Gandharum, Ratri Candra, Weling Suseno, Rendy P, Ardiansyah Staf Ahli - Astrid Damayanti, Sugeng Wicahyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang Alamat Redaksi - Departemen Geografi FMIPA UI, Kampus UI Depok Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi Geografi Universitas Indonesia
Redaksi menerima artikel/opini/pendapat dan saran dari pembaca, utamanya berkaitan dengan masalah keruangan.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
DAFTAR ISI Dari Redaksi Daftar Isi - 01
Maret,
Bulannya
Gerhana - 24 Vertikultur: Inovasi Pertanian di Kawasan Urban - 02 Runtuhnya Ilmu Ekonomi Tradisional - 08
Bincang-Bincang Bersama Dr. Djoko Harmantyo, M. S. - 26 Kereta Api Cepat Dalam Perspektif Ilmu Geografi - 13
The 13th International Asian Urbanization Conference: Rapid Urbanization and Sustainable Development in Asia - 28
Menggapai Keberlanjutan Kota: Suatu Ulasan - 16
Southeast Asia Geographer Association (SEAGA): Wadah Geograf di tingkat ASEAN - 29 Volume 14 / No. 1 / April 2016
GEOGRAFIANA
Oleh: M.H. Dewi Susilowati (
[email protected]), Tuty Handayani (
[email protected]), dan Ratna Saraswati (
[email protected])
Latar Belakang
ringan sehingga tidak akan terlalu
juga masih kurang. Belum ada
Pada saat ini, lahan di perkotaan
membebani media tanam
kelompok masyarakat yang
sudah mulai terbatas, sehingga
vertikultur pada pertumbuhan
memanfaatkan lahan dan hasil
masyarakat di perkotaan mulai
tanaman tersebut (Manurung,
usaha dari lahan sekitar rumah.
kekurangan ruang untuk
Yesica Lenaria, 2014).
Selain itu jaringan untuk
bersentuhan dengan budidaya
memasarkan hasil usaha lahan
pertanian. Maka dengan
Kelurahan Beji ini merupakan salah
sekitar rumah juga belum
perkembangan ilmu pengetahuan
satu kelurahan di Kecamatan Beji
terbentuk.
yang semakin meningkat,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
diciptakan sistem inovasi pertanian
Kelurahan Beji merupakan daerah
Peningkatan produktifitas dan
baru dengan pola tanam ke atas
padat penduduk dengan luas
pengembangan produk ditentukan
yaitu vertikultur. Sistem budidaya
wilayah 216,710 Ha. Kelurahan Beji
oleh penguasaan, perbaikan dan
pertanian secara vertikal atau
terbagi ke dalam 102 RT dan 16 RW.
inovasi teknologi. Perbaikan dan
bertingkat ini merupakan konsep
Sebagian besar penduduknya
modernisasi teknologi merupakan
penghijauan yang cocok untuk
berasal dari suku Jawa, Sunda dan
isu yang sangat krusial yang harus
daerah dengan lahan terbatas.
Betawi. Sebagian daerahnya
diupayakan secara sungguh-
Misalnya, lahan 1 meter mungkin
(sebagai contoh daerah RW 04 dan
sungguh untuk mendorong proses
hanya bisa untuk menanam 5
RW 17) sekitar rumah terdapat
peningkatan kesehatan dan
batang tanaman, dengan sistem
tumpukan sampah plastik, kardus,
pendapatan. Agar usaha
vertikal bisa untuk 20 batang
serta barang bekas rumah tangga.
meningkatkan kebersihan dan
tanaman. Sementara itu,
Kondisi saluran air atau drainase
pendapatan berjalan secara
vertikultur organik adalah budidaya
juga kurang baik, banyak sampah
kesinambungan, maka diperlukan
tanaman secara vertikal dengan
yang menyumbat saluran drainase.
kemitraan usaha dengan pihak lain.
menggunakan sarana media
(Antholt, 2001; Barton, Hugh dan
tanam, pupuk, dan pestisida yang
Hingga saat ini, warga di Kelurahan
Catrherine, 2000; Susilowati dkk.,
berasal dari bahan organik non
Beji khususnya RW 04 dan RW 17
2009, Susilowati dkk., 2013).
kimiawi. Tanaman organik yang
belum memanfaatkan tanaman
dapat dibudidayakan dan sesuai
sekitar rumah secara tepat baik
Mitra dalam kegiatan ini adalah ibu
dengan sistem vertikultur adalah
untuk menghasilkan produk
-ibu PKK di Kelurahan Beji yang
jenis tanaman sayur-sayuran dan
ekonomi maupun untuk
sebagian besar belum
tanaman obat-obatan yang
menunjang kebersihan lingkungan.
memanfaatkan lahan sekitar rumah
memiliki perakaran yang dangkal
Kemampuan penduduk dalam
dengan baik.
dan memiliki berat yang relatif
pemanfaatan lahan sekitar rumah Volume 14 / No. 1 / April 2016
Mitra ini dipilih, karena merupakan ibu rumah tangga yang mempunyai waktu untuk mengelola lahan sekitar rumah. Oleh karena itu, mitra yang dipilih dari anggota PKK dinilai tepat untuk mengembangkan program ini melalui teknologi pertanian vertikultur di sekitar
vertikultur, untuk jenis tanaman yang cocok; 2) Metode ceramah untuk menjelaskan pembuatan dan pengembangan vertikultur yang cocok untuk lingkungan perumahan; 3) Metode Diskusi Kelompok; setiap kelompok
rumah, dengan tujuan untuk kebersihan dan
berdiskusi bagaimana cara pembuatan dan
meningkatkan pendapatan keluarga.
pengembangan vertikultur; 4) Praktik; masing-masing peserta mempraktikkan
Tujuan Kegiatan
bagaimana cara pembuatan vertikultur.
Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah pembuatan dan pengembangan vertikultur pada
Evaluasi terhadap keberhasilan program dengan cara
lingkungan perumahan di Kelurahan Beji, Kecamatan
menilai kemampuan peserta pelatihan dilakukan
Beji, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, meliputi
meliputi:
kegiatan:
1) Evaluasi pertama (pre-test): dilakukan wawancara
1) Memberikan bimbingan/pelatihan cara membuat vertikultur pada ruang sekitar rumah; 2) Membentuk kelompok kerja agar kerjasama usaha bisa berkembang; 3) Menjalin kemitraan usaha dengan pihak lain,
lisan terhadap peserta sebelum pelatihan (sebelum diberikan materi pelatihan), yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman peserta sebelum diberikan materi tentang teknologi pembuatan
seperti pemerintah lokal (Dinas Pertanian, Aparat
vertikultur sekitar rumah. Materi pertanyaan
kelurahan, Aparat RW), PKK Kelurahan dan
mengenai budidaya tanaman semusim mulai dari
Kelompok Depok Berkebun agar usaha dapat
persiapan peralatan, persiapan benih dan bibit,
dikembangkan dan berkelanjutan.
pembuatan wadah tanaman media tanam, pembibitan, penanaman, pemupukan,
Manfaat Kegiatan Manfaat yang diperoleh peserta setelah selesai
pemeliharaan dan pemanenan. 2) Evaluasi kedua (post-test): dilakukan setelah
Pelatihan, antara lain:
diberikan materi dengan ceramah, diskusi maupun
1) Peserta mampu membuat vertikultur pada lahan
praktik, bertujuan untuk melihat seberapa jauh
sekitar rumah, sehingga lingkungan menjadi
peningkatan pengetahuan, pemahaman dan
bersih dan hasilnya dapat dikonsumsi oleh
ketrampilan peserta terhadap teknologi
keluarga;
pembuatan vertikultur sekitar rumah. Penilaian
2) Peserta mampu membentuk kelompok kerja,
keterampilan dilakukan dengan menilai proses
sehingga vertikultur dapat berkembang dan
pratek dan hasil praktik. Pertanyaan post-test dibu-
berkelanjutan;
at sama dengan pre-test agar diketahui sejauh ma-
3) Peserta mampu bekerjasama dengan pemerintah
na peningkatan pengetahuan dan pemahaman
lokal, (Dinas Pertanian, Aparat kelurahan, Aparat
diukur dengan ukuran yang sama. Penilaian
RW), PKK Kelurahan dan Kelompok Depok
ketrampilan dilakukan dengan menilai proses
Berkebun, sehingga vertikultur dapat
pratek dan hasil praktik.
dikembangkan dan berkelanjutan. Peningkatan kemampuan peserta dinilai dari hasil preMetode Kegiatan
test dan post-test dan diuji dengan metode statistik,
Untuk meningkatkan ketrampilan dalam usahanya,
menggunakan uji ― A Paired comparisons t Test‖.
maka diperlukan bimbingan dan pelatihan kegiatan
Proses perhitungan besarnya t digunakan program
cara pembuatan dan pengembangan vertikultur
SPSS (Statistical Product and Service Solotions) dan
maupun manajemen pengembangan usaha dengan
dapat diinterpretasikan dari output yang diperoleh.
kemitraan. Metode kegiatan pelatihan ini adalah: 1) Metode Focus Group Discussion (FGD); FGD mengenai teknik pembuatan dan pengembangan
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Rumus yang digunakan, adalah
pelatihan untuk ceramah
ditampilkan contoh-contoh
sebagai berikut (Earickson R & John
bertempat di kelurahan Beji, untuk
tanaman vertikultur; (3) Pada
Harlin, 1994):
kegiatan praktik dilakukan di
tanggal 22 Agustus 2015; kegiatan
halaman rumah ketua RT 03 (RW
praktik di RW 17 yang dipandu oleh
04) dan ketua RW 17.
narasumber dan tim pengabdi dimulai pada jam 09.00 WIB. Kegiatan
dimana,
Praktik pembuatan vertikultur
yang dilakukan meliputi cara pem-
dilakukan setelah peserta
buatan wadah, media tanam, pem-
mendapatkan materi ceramah dari
benihan, pemindahan bibit, pena-
narasumber yang berasal dari Dinas
naman hingga
Pertanian maupun anggota
pemeliharaan. (4) Pada tanggal 25
kelompok Depok Berkebun.
Agustus 2015; kegiatan praktik di
Kegiatan FGD dan pelatihan
RW 04 yang dipandu oleh
dilakukan dalam 4 hari, dengan
narasumber dan tim pengabdi
Pelaksanaan Pelatihan dan
rincian kegiatan sebagai berikut: (1)
dimulai pada jam 08.30 WIB.
Bimbingan
Pada tanggal 3 Agustus 2015; FGD
Kegiatan yang dilakukan meliputi
Sebelum pelaksanaan pelatihan
dengan ibu-ibu PKK di Kelurahan
cara pembuatan wadah, media
dimulai, diadakan FGD pada
Beji: materi FGD meliputi
tanam, pembenihan, pemindahan
tanggal 3 Agustus 2015 untuk
pelaksanaan pelatihan, jenis
bibit, penanaman hingga
menentukan tanaman yang akan
tanaman yang diinginkan, teknik
pemeliharaan.
dikembangkan di Kelurahan Beji.
penanaman. Pembentukan
Dari hasil FGD disepakati tanaman
kelompok kerja/usaha dipandu
Pendampingan Agustus –
semusim yang berupa sayuran.
oleh tim pengabdi dan dibantu
November 2015; kegiatan
Pelaksanaan pelatihan dilakukan
oleh pengurus PKK. Jumlah
pendampingan di RW 17 maupun
selama 3 hari yaitu pada tanggal
kelompok ada 8, terdiri dari 4
RW 04 dipandu oleh tim pengabdi.
12 , 22, dan 25 Agustus 2015.
kelompok di RW 04 dan 4
Kegiatan yang dilakukan meliputi
kelompok di RW 17. Ketua
cara pembenihan, pemindahan
Kegiatan pelatihan dengan metode
kelompok dipilih yang bersedia
bibit, penanaman, pemeliharaan,
pembelajaran kelompok, yang
ditempatkan contoh vertikultur; (2)
pemanenan dan pengembangan.
dipandu oleh narasumber maupun
Pada tanggal 12 Agustus 2015; ce-
Pendampingan telah dilakukan
tim pengabdi. Pelaksanaan
ramah dan diskusi yang
sejak bulan awal Agustus hingga
disampaikan oleh narasumber dari
akhir November 2015 dengan
Dinas Pertanian dan Depok
kegiatan pengembangan dari
Berkebun. Materi yang dijelaskan
penyediaan benih, penyiapan
dari kelomok Depok Berkebun
media tanam, pembibitan,
pada sesi pertama jam 10.00 WIB
penanaman, pemeliharaan dan
hingga 11.30 WIB mengenai
pemanenan. Pada RW 04 terdapat
pembuatan dan pengembangan
satu kelompok yang belum dapat
vertikultur. Dilanjutkan pada sesi
mengembangan dengan baik,
kedua jam 11.30 WIB hingga 13.00
namun tiga kelompok yang lain
WIB oleh narasumber dari Dinas
dapat mengembangkan dengan
Pertanian menjelahkan program
baik. Pada RW 17, semua kelompok
pemanfaatan lahan pekarangan di
relatif dapat mengembangkan,
Kota Depok dan contoh-contoh
namun tedapat satu kelompok
vertikultur yang direncanakan
yang pengembangannya relatif
untuk dikembangkan. Kemudian
lambat dibanding dengan ketiga
sesi terakhir dilanjutkan dengan
kelompok yang lain.
,
, dan
“Sistem budidaya pertanian secara vertikal ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan lahan terbatas”
diskusi dan tanya jawab, sekaligus
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Kemitraan Usaha Untuk menjalin kemitraan usaha antara ibu-ibu PKK dengan pemerintah lokal, maka diperlukan koordinasi dengan dinas terkait seperti Dinas Pertanian. Peran Dinas Pertanian ini akan memberikan penjelasan program yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan pekarangan dan program pengembangan vertikultur, serta menjadi narasumber dalam kegiatan pengembangan tersebut. Peserta Pelatihan
Menjalin kemitraan antara ibu-ibu PKK dengan kelompok masyarakat Depok berkebun agar usaha pembuatan dan pengembangan vertikultur dapat berkelanjutan. Anggota masyarakat berkebun ini memberikan bimbingan dalam pengembangan vertikultur. Dalam menjalin kemitraan usaha pengembangan vertikultur agar berkelanjutan, harus ada keterlibatan Lurah Beji. Lurah dapat membantu dalam pemeliharaan kelompok kerja maupun pengembangan vertikultur. Membantu anggota PKK dalam koordinasi dengan Praktik Vertikultur
Dinas Pertanian maupun kelompok masyarakat Depok berkebun. Diharapkan pengurus PKK Kelurahan dapat
Kelompok Usaha
menggerakkan dan memelihara kelompok kerja yang
Kelompok usaha yang telah terbentuk diharapkan
sudah ada, agar usaha pengembangan vertikultur
dapat bersaing untuk mengembangkan usaha tanaman
dapat berkelanjutan, serta koordinasi dengan kelompok
yang dikelolanya, namun dalam pelaksanaan tidak
masayrakat Depok berkebun.
terjadi persaingan, tetapi dikerjakan secara bersama, sehingga hasilnya juga dirasakan bersama. Sampai saat
Kemampuan Peserta Pelatihan
ini hasil yang diperoleh masih pada taraf dikonsumsi
Hasil analisis dari nilai wawancara dengan wawancara
sendiri oleh penduduk setempat.
(pre-test) dan penilaian setelah kegiatan pelatihan maupun bimbingan (post test), dapat diketahui bahwa
Sebelum pelatihan pembuatan dan pengembangan
secara umum, pelatihan ini telah mampu memberikan
vertikultur dimulai, maka dilakukan terlebih dahulu
kontribusi positif kepada ibu-ibu PKK yaitu dengan
pembentukan kelompok kerja. Rencana peserta
meningkatnya pengetahuan, pemahaman maupun
pelatihan 40 ibu-ibu PKK, namun dalam pelaksanaan
ketrampilan dalam pembuatan dan pengembangan
lebih dari 50 orang.
vertikultur sekitar rumah.
Dalam pemeliharaan dan pengembangan tanaman
Apabila dibandingkan antara nilai hasil pelaksanaan pre
ditetapkan 40 orang yang komitmen dalam kerjasama.
-test dan post-test maka diperoleh gambaran
Pembagian kelompok tetap seperti rencana semula,
peningkatan pengetahuan, pemahaman dan
dipandu oleh tim pengabdi dan pengurus PKK.. Tugas
keterampilan peserta di RW 17. Peningkatan terlihat
kelompok adalah pemeliharaan dan pengembangan
dari kenaikan nilai peserta dan hasil tanaman yang
vertikultur. Peserta yang terpilih berjumlah 40 orang,
diperoleh, seperti penilaian antar kelompok di RW 17,
dibagi menjadi 8 kelompok, yang terdiri dari 4
maka kelompok I, II, IV lebih baik dibandingkan
kelompok ibu-ibu PKK RW 04 dan 4 kelompok ibu-ibu
kelompok III, terlihat dari proses persiapan wadah dan
RW 17.
media tanaman, persiapan benih dan bibit, penanaman, peliharaan dan pemanenan. Volume 14 / No. 1 / April 2016
mendapatkan nilai < 55. Kemudian
ditolak, atau kemampuan sebelum
peserta yang mendapatkan nilai
dan sesudah bimbingan relatif
antara 65 – 74, mengalami
berbeda. Dengan kata lain,
kenaikan dari 3 orang (15%)
pelatihan dan bimbingan tersebut
menjadi 7 orang (35%). Selanjutnya
efektif dalam menaikan
peserta yang mendapatkan nilai
kemampuan pembuatan dan
antara 75 – 84, juga mengalami
pengembangan vertikultur secara
kenaikan dari 3 orang (15 %)
nyata.
menjadi 9 orang (45 %). Demikian pula peserta pada saat pre test
Dilakukan hal yang sama untuk RW
tidak ada yang mendapatkan nilai ≥
04 dengan membandingkan antara
85, setelah mengikuti pelatihan dan
nilai hasil pre-test dan post-test
bimbingan nilai post-tes terlihat
maka diperoleh gambaran
meningkat menjadi 4 orang (20 %)
peningkatan pengetahuan,
yang memperoleh nilai ≥85.
pemahaman dan keterampilan peserta. Peningkatan terlihat dari
Peningkatan kemampuan peserta
kenaikan nilai peserta dan hasil
juga diuji dengan metode statistik,
tanaman yang diperoleh, seperti
menggunakan uji ― A Paired com-
penilaian antar kelompok di RW 04,
parisons t Test‖. Hasil analisis dari
maka kelompok I, III, IV lebih baik
nilai wawancara (pre-test) dan
dibandingkan kelompok II, terlihat
penilaian setelah kegiatan
dari proses persiapan wadah dan
pelatihan maupun bimbingan (post
media tanaman, persiapan benih
test), dapat diketahui bahwa secara
dan bibit, penanaman, peliharaan
umum, pelatihan ini telah mampu
dan pemanenan.
memberikan kontribusi positif kepada ibu-ibu PKK Kelurahan Beji.
Untuk penilaian antar individu di
Yaitu peningkatan pengetahuan,
RW 04 terlihat bahwa pada saat pre
pemahaman maupun ketrampilan
-test, terdapat 9 orang (45 %)
dalam pembuatan dan
mendapat nilai < 55, namun setelah
pengembangan vertikultur sekitar
mengikuti pelattihan dan
rumah atau dapat dikatakan
bimbingan tidak ada yang
pelatihan meningkatkan kualitas
mendapatkan nilai < 55. Kemudian
peserta dalam memanfaatkan
peserta yang mendapatkan nilai
teknlogi pertanian vertikultur.
antara 65 – 74, mengalami
Untuk penilaian antar individu di
Berdasarkan output paired sample
kenaikan dari 4 orang (20%)
RW 17 terlihat bahwa pada saat pre
test untuk kelompok pemanfaatan
menjadi 9 orang (45%). Selanjutnya
-test, terdapat 12 orang (60 %)
lahan pekarangan, terlihat bahwa t
peserta yang mendapatkan nilai
mendapat nilai < 55, namun setelah
hitung sebesar 7,739 dengan
antara 75 – 84, juga mengalami
mengikuti pelattihan dan
probabilitas 0.000, karena
kenaikan dari 3 orang (15%)
bimbingan tidak ada yang
probabilitas < 0,05, maka Ho
menjadi orang (35%).
Tabel 1. Paired Samples Test RW 17 Paired Differences
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Pair 1
PostT-PreT
26.450
15.285
3.418
19.296
t
Sig. (2 –tailed)
Df
Upper 33.604
7.739
Volume 14 / No. 1 / April 2016
19
0.000
Demikian pula peserta pada saat pre test terdapat 1 orang (5%) yang mendapatkan nilai ≥ 85, setelah mengikuti pelatihan dan bimbingan nilai post-tes terlihat meningkat menjadi 4 orang (20 %) yang memperoleh nilai ≥85. Peningkatan kemampuan peserta juga diuji dengan metode statistik, menggunakan uji ― A Paired comparisons t Test‖. Hasil analisis dari nilai wawancara dengan kuisioner (pre-test) dan penilaian setelah kegiatan pelatihan maupun bimbingan (post test), dapat diketahui bahwa secara umum, pelatihan ini telah mampu memberikan kontribusi positif kepada ibu-ibu PKK Kelurahan Beji. yaitu peningkatan pengetahuan,
DAFTAR PUSTAKA Antholt, C.H. 2001. Agricultural Extension in the Twenty-First Century. In Eicher and Staatz International Agricultural Development. Third Edition. Johns Hopkins. Antholt, C.H. 2001. Agricultural Extension in the Twenty-First Century. In Eicher and Staatz International Agricultural Development. Third Edition. Johns Hopkins. Achi 2014 Sistem Tanam Vertikultur bagi Tanaman Organik. Kategori: Berita Terkini 3.902. Sumber: Yesica Lenaria Manurung, Institut Pertanian Bogor Melalui http:// green.kompasiana.com/penghijauan/2014/05/08/sistem-tanam-vertikultur-bagitanaman-organik-654915.html. Apriyanti, Rosy Nur. 2016. Hidroponik Perkotaan. Jakarta: Trubus Swadaya. Barton. Hugh & Catrherine Tsourou 2000. Healthy Urban Planning. London and New York: Spon Press. CERD, (2004). Community Empowerment for Rural Development, http:// www.cerd.or.id. De Nooy, w, MrVar, and Batagelj, V, 2005. Exploratory Social Network Analysis With Pajek. Cambridge University Press. Danoesastro, Haryono. 1978. Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan Ketahanan Rakat Pedesaan‖. Agro – Ekonomi. Delivery, 2004a. Pemberdayaan Masyarakat, http://www.deliveri.org/guidelines/ policy/ pg_3/pg_3_summary.htm. Delivery, 2004b, Pemberdayaan Masyarakat dalam Praktek, p1, http:// www.deliveri.org/ guidelines/how/hm_7/hm_7_summaryi.htm. Earickson R & John Harlin, 1994. Geographic Measurement and Quantitative Analysis. Macmillan College Publishing Company, New York. Fitriana,Nur 2014. Kembali Melirik Vertikultur untuk Budidaya Sayuran . Hak Cipta © 20112014 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan. Glanz. Karen, Barbara K. Rimer, K. Viswanath 2008 . Health Behavior and Health Education. Theory, Reasearch, and Practice. USA: Jossey-Bass. Gruber, Denis, 2008. Interduction in social Network analysis. Theoretical Approaches and Empirical Analysis with computer-assisted progammes. State University of St. Petersburg. Faculty of Sociology. DAAD. Opi, Nofiandi & Tinton DP. 2015. Urban Farming Ala Indonesia Berkebun. Jakarta: Agromedia Pustaka. Prasetyo Bambang. 2013. Budi Daya Sayuran Organik di Pot. Yogyakarta: Lily Publisher. Paeru R.H & Trias Qurnia Dewi. 2015. Panduan Praktis Bertanam sayuran di Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya. Rustiadi, E. & R. Wafda. 2008. Urgensi pengembangan lahan pertanian pangan abadi dalam perspektif ketahanan pangan. Dalam Penyelamatan tanah, air dan lingkungan. Yayasan Obor Indonesia. Redaksi Agromedia, 2010. Bertanam Tanaman Buah dan Sayuran. PT Agromedia Pustaka. Subejo dan Iwamoto, Noriaki, 2003. Labor Institutions in Rural Java: A Case Study in Yogyakarta Province, Working Paper Series No. 03-H-01, Department of Agriculture and Resource Economics, The University of Tokyo. Subejo, (2004). Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian UGM Sukotjo, W, 1996. Kemitraan Usaha; Suatu Telaah Konsep. Media Pengkajian Perkoperasian dan Pengusaha Kecil. INFOKOP No. 15 Tahun XII 1995/1996. Sumarto, Sudarno, Asep Suryahadi, and Wenefrida Widyanti, 2002. Designs and Implementation of the Indonesian Social Safety Net Programs‘ [Desain dan Implementasi Program Jaring Perlindungan Sosial di Indonesia] dalam Developing Economics. Susilowati MH.Dewi, Tuty H, Ratna S, D. Susiloningyas, 2009. Model Kemitraan Pemerintah Lokal, Pengusaha, LSM Dalam Rangka Pemberdayaan Pedagang Sayur dan Buah pada Masyarakat Miskin di Kelurahan Jatinegara dan Pulogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Hibah PHKI, Universitas Indonesia. Susilowati MH.Dewi, Tuty H, Ratna S, D. Susiloningtyas, 2010. Pemberdayaan Pedagang Sayur dan Buah pada Masyarakat Miskin di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur Melalui Pengelolaan Sisa Dangangan. Hibah PHKI, Universitas Indonesia. Susilowati MH.Dewi, Tuty H, Ratna S, D Susiloningtyas, 2010. Pemberdayaa Masyarakat Desa Ngargorejo. Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Hibah PHKI, Universitas Indonesia. Susilowati MHD, Tuty Handayani, Ratna Saraswati 2012. Pemetaan Kantong Kemiskinan dan Potensi Wilayah Untuk Pemberdayaan Keluarga Miskin di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Hibah Stranas, Universitas Indonesia.
pemahaman maupun ketrampilan dalam pembuatan dan pengembangan vertikultur sekitar rumah atau dapat dikatakan pelatihan meningkatkan kualitas peserta dalam memanfaatkan teknlogi pertanian.Berdasarkan output paired
sample test untuk kelompok pemanfaatan lahan pekarangan, terlihat bahwa t hitung sebesar 6,543 dengan probabilitas 0.000, karena probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak, atau kemampuan sebelum dan sesudah bimbingan relatif berbeda. Dengan kata lain, pelatihan dan bimbingan tersebut efektif dalam menaikan kemampuan pembuatan dan pengembangan vertikultur secara nyata. Kesimpulan 1) Telah dilakukan pelatihan maupun bimbingan terhadap ibu-ibu PKK, sehingga ruang sekitar rumah telah dimanfaatkan dengan tanaman bertingkat. Pengembangan vertikultur telah dilakukan oleh beberapa kelompok; 2)
3)
Telah terbentuk kelompok usaha pembuatan dan pengembangan vertikultur, walaupun belum semua peserta dapat mengembangkan dengan baik; Telah terbentuk kerjasama antar kelompok usaha dan pemerintah lokal, maupun kelompok Depok berkebun agar usaha dapat berkembang dan lestari;
4)
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan dalam pembuatan dan pengembangan vertikultur dari sebelum dan sesudah pelatihan maupun pendampingan.
Saran 1)
2)
Perlu pendampingan secara terus menerus, sehingga pemanfaatan ruang sekitar rumah dapat berkembang secara luas dan lestari; Perlu adanya teknologi pertanian alternatif (hidroponik) untuk lahan sekitar rumah yg lebih luas.
Tabel 2. Paired Samples Test RW 04 Paired Differences
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Pair 1
Post-Pre 20.000 13.669 Volume 14 / No. 1 / April 2016
3.056
13.603
t
Sig. (2 –tailed)
Df
Upper 26.397
6.543
19
0.000
ULASAN
Oleh: Sari Dwika Ratri (
[email protected]) dan Raldi Hendro Koestoer (
[email protected])
Pendahuluan
lokasi, bentuk, dan ukuran. Konsep ruang sangat berkaitan
Suatu wilayah muka bumi memiliki kerjasama dan pengaruh dari berbagai faktor yang memperlihatkan suatu
erat dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan dengan segala kekayaannya membutuhkan pengaturan ruang dan
individualitas atau homogenitas tersendiri, dan jelas dapat
waktu. Unsur-unsur tersebut di atas secara bersama-sama
dibedakan dari daerah sekitarnya. Dalam hal tersebut
menyusun unit tataruang yang disebut wilayah.
berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang terdapat di suatu wilayah, dimana setiap wilayah memiliki
Dalam ruang terdapat unsur jarak, dimana konsep jarak
pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda sesuai dengan
mempunyai dua pengetian: yaitu jarak absolut dan jarak
keadaan geografis sehingga sumber daya alam yang
relatif yang mempengaruhi konsep ruang. Konsep jarak
dihasilkan dari keadaan geografis mempengaruhi kegiatan ekonomi dan pendapatannya.
dan ruang relatif ini berkaitan dengan hubungan fungsional diantara fenomena. Dalam struktur tata ruang, jarak relatif merupakan fungsi dari pandangan atau
Ekonomi di suatu wilayah dipusatkan pada pengaruh
persepsi terhadap jarak. Dalam konsep ruang absolut jarak
perbedaan karateristik ruang terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu region akan lebih
diukur secara fisik, sedangkan dalam konsep ruang relatif jarak diukur secara fungsional berdasarkan unit
banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang
waktu, ongkos, dan usaha.
dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi umumnya berbeda di setiap wilayah. Pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan
Sukirno (2006) menyatakan bahwa di dalam praktik, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah
lokasi suatu wilayah menyebabkan ilmu tersebut menjadi
maka pengertian wilayah administrasi merupakan
dasar pada program studi perencanaan wilayah dan kota,
pengertian yang paling banyak digunakan. Lebih
juga dalam ekonomi pembangunan. Ruang dalam kegiatan ekonomi merupakan hal yang penting karena
populernya penggunaan pengertian tersebut disebabkan dua faktor yaitu dalam kebijaksanaan dan rencana
secara nyata mempengaruhi kegiatan sosial ekonomi.
pembangunan wilayah, diperlukan tindakan-tindakan dari
Melalui aspek ruang, analisa terhadap ekonomi dapat
berbagai badan pemerintah. Dengan demikian lebih
membantu dalam memberikan keputusan terhadap kegiatan ekonomi.
praktis apabila pembangunan wilayah ekonomi didasarkan pada suatu wilayah administrasi yang telah ada. Selanjutnya wilayah yang batasnya ditentukan atas suatu
Tidak dapat dipungkiri, bahwa ruang adalah kondisi yang
administrasi pemerintah lebih mudah dianalisis, karena
nyata dan berlaku di semua negara. Terlebih untuk negara yang memiliki luas daerah yang cukup luas dan sangat
sejak lama pengumpulan data di berbagai bagian wilayah berdasarkan pada suatu wilayah administrasi tersebut.
bervariasi geografisnya. Dalam pengambilan keputusan
Adanya kelemahan dari ilmu ekonomi tradisional yang
ekonomi perlu mempertimbangkan keuntungan lokasi
pada umumnya mengabaikan dimensi lokasi dan ruang
dan pengaruh ruang ini juga eksplisit agar keputusan yang diambil realistis dan tidak salah. Ruang (region) merupakan
(space) dalam analisisnya. Selain itu ilmu ekonomi mengangap bahwa struktur ekonomi wilayah adalah sama
hal yang sangat penting dalam pembangunan wilayah.
dengan struktur ekonomi nasional yang dalam kenyatan
Konsep ruang mempunyai beberapa unsur yaitu jarak,
sukar dapat diterima. Volume 14 / No. 1 / April 2016
“Ruang dalam kegiatan ekonomi merupakan hal yang penting, karena secara nyata mempengaruhi kegiatan sosial ekonomi”
Akibatnya, analisis ilmu ekonomi
terpisah seperti yang dilakukan oleh
tradisional cenderung menjadi kurang realistis karena
Professor Walter Isard (1956). Di sini pembahasan cenderung dilakukan
bagaimanapun adanya unsur lokasi
dengan ruang lingkup yang lebih
dan ruang adalah jelas dan nyatanya
luas dengan memasukkan ilmu
memengaruhi kegiatan sosialekonomi. Tulisan ini berupaya
seperti geografi, ilmu ekonomi, ilmu lingkungan hidup, transportasi dan
mengeksplorasi terobosan ilmu
ilmu sosial. Karena pendekatan ini,
regional dan ikutannya dalam
kelompok ini cenderung menamakan
mengubah ilmu sektor menjadi ‗ilmu region‘; dengan kata lain, uraian ini
dirinya dengan ilmu regional yang bersifat multidisipliner. Penyusunan
mencoba menjabarkan persamaan
ilmu ekonomi berdasarkan
dan perbedaan sektor dalam ruang.
sekelompok permasalahan spesifik
Gebrakan Ekonomi Regional
dalam bidang ekonomi yang akan dipecahkan. Dalam hal ini ilmu
Untuk menghasilkan analisa ekonomi
ekonomi wilayah didefenisikan
di suatu wilayah yang kongkrit dan
sebagai suatu ilmu yang membahas
terukur, unsur ruang dapat ditampilkan dalam variabel ongkos
semua persoalan yang dihadapi oleh suatu wilayah dan kota tertentu dari
satu cabang yang baru dari ilmu ekonomi. Cabang ilmu ekonomi lain
angkut yang sangat dipengaruhi oleh
sudut pandang ilmu ekonomi.
yang terakhir berkembang adalah
jarak yang ditempuh, sedangkan
Setelah mencoba menyusun ilmu
ilmu ekonomi lingkungan sebagai
jarak dianalisis umumnya dari lokasi bahan baku ke lokasi pabrik dan
ekonomi wilayah secara lebih komprehensif menuju pembentukan
pecahan dari ilmu ekonomi regional dimana pemikiran ke arah ekonomi
selanjutnya ke pasar, maupun dari
teori keseimbangan umum ruang.
regional secara sepotong-potong.
daerah pemukiman ke pasar atau
Dalam hal ini ilmu ekonomi wilayah
Namun secara umum Walter Isard
tempat kerja. Sehingga biaya yang dikeluarkan akan memengaruhi
diartikan sebagai cabang ilmu ekonomi yang menekankan
adalah orang pertama yang dianggap dapat memberi wujud
penentuan produksi optimal maupun
analisisnya pada aspek wilayah.
(landasan yang kompak) atas ilmu
daya saing produk di pasar. Sebagai
Pengertian dari ekonomi regional
ekonomi regional, setelah
wilayah yang memperhatikan koherensi atas kesatuan keputusan-
adalah suatu daerah yang pada umumnya memperlihatkan suatu
diterbitkannya disertasi (1956).
keputusan ekonomi, wilayah
keseragaman daripada hasil kerja
Penjabaran Geografi Ekonomi
perencanaan dapat dilihat sebagai
segolongan penduduk di daerah itu
Nursid (1988) mendefinisikan
wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadi perubahan–
dalam mengambil manfaat dari sumber-sumber alam yang ada
geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang
perubahan penting dalam
dengan membedakan daerah itu
studinya struktur aktivitas keruangan
penyebaran penduduk dan
dengan apa yang ada di daerah
ekonomi sehingga titik berat studi-
kesempatan kerja, namum cukup kecil untuk memungkinkan persoalan
orang lain.
nya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang di dalamnya
-persoalan perencanaannya dapat
Ekonomi Regional adalah cabang dari
bidang pertanian, industri,
dipandang sebagai satu/kesatuan.
ilmu ekonomi yang memasukkan
perdagangan, komunikasi,
Oleh sebab itu, diperlukan adanya ilmu yang mempelajari tentang
unsur lokasi dalam pembahasannya. Ilmu ini juga menerapkan prinsip-
transportasi, dan lain sebagainya. Geografi sebagai studi variasi
kebutuhan ruang dalam ekonomi
prinsip ekonomi yang terkait dengan
keruangan di permukaan bumi di
maupun ekonomi dalam suatu
wilayah, sehingga lebih tepat untuk
mana manusia melakukan aktivitas
wilayah seperti dalam ilmu ekonomi regional dan ilmu geografi ekonomi.
diaplikasikan dalam berbagai kebijakan pembangunan wilayah.
yang berhubungan dengan produksi, pertukaran, dan pemakaian sumber
Dengan demikian, ilmu ini sangat
daya demi kesejahteraannya
Ilmu ekonomi regional dengan
diperlukan dalam mengatur berbagai
(Alexander,1963).
melihat kemungkinan untuk melakukan suatu disiplin ilmu yang
kebijakan ekonomi wilayah. Ilmu ekonomi regional termasuk salah
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Dengan demikian perbincangan pokok Geografi Ekonomi
yang berbeda. Masalah yang pelik adalah bahwa para
adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia antara lain termasuk di dalamnya bidang pertanian dalam arti
pemikir pertama tentang ekonomi dan lokasi seperti Von Thünen (1826), Weber (1909), dan Lösch (1954) dianggap
luas seperti pertambangan, industri, perdagangan,
sebagai pemberi landasan teori, baik bagi ilmu bumi
pelayanan, transportasi, dan komunikasi.
ekonomi maupun bagi ilmu ekonomi regional. Walaupun
Dalam geografi ekonomi terdapat pembahasan mengenai
begitu, keduanya masih bisa dibedakan, yaitu yang satu melihatnya dari segi kegiatan individual sedangkan yang
―Problem of making a living‖ yang mengutamakan
lain melihatnya dari segi wilayah. Kalaupun ada perincian
pembahasan aktivitas ekonomi penduduk, maka sektor
lebih lanjut hanya sebatas sektor dan bukan kegiatan
manusia menjadi titik pusat pembahasan. Manusia sebagai pusat yang memproduksi, memindahkan, mengkonsumsi,
individual. Unit analisis ekonomi regional adalah sektor dan bukan kegiatan individual. Penentuan lokasi dan
menghancurkan, atupun manusia sebagai man power.
distribusi kegiatan ekonomi seperti yang diungkapkan
Menurut Weber, tiga faktor utama penentu lokasi adalah
dalam teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
material dan konsumsi, kemudian tenaga kerja. Semua itu ditimbang dengan biaya transportasi, dengan
menyelidiki tataruang (Spatial Order) kegiatan ekonomi atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi
menggunakan beberapa asumsi demikian: (a) hanya
secara geografis dari sumberdaya yang langka, serta
tersedia satu jenis alat transportasi, (b) tempat berproduksi
hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai
(lokasi pabrik) hanya pada satu tempat, (c) jika ada beberapa bahan mentah, asalnya itu dari beberapa
macam usaha atau kegiatan lain. Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa
tempat. Dengan menggunakan tiga asumsi diatas, maka
faktor seperti; bahan baku lokal (Local Input), permintaan
biaya transport akan tergantung dari dua hal, yaitu bobot
lokal (Local Demand), bahan baku yang dapat
barang dan jarak pengangkutan. Jika yang menjadi dasar penentuan itu bukan bobot, melainkan volume, maka
dipindahkan (Transferred Input), dan permintaan luar (Outside Demand; Hoover dan Giarratani, 2007).
yang menentukan biaya pengangkutan adalah volume barang dan jarak pengangkutan (Daldjoeni, 1992).
Weber (1909) menganalisis tentang lokasi kegiatan
Diskusi Inti
industri. Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya. Menurut Weber
Ilmu Ekonomi Regional atau ilmu ekonomi wilayah adalah
ada tiga faktor yang memengaruhi lokasi industri, yaitu
suatu cabang dari ilmu ekonomi yang dalam
biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan
pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi satu wilayah dengan wilayah lain. Sebetulnya sangat sulit
aglomerasi atau de-aglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber
meletakkan posisi ilmu ekonomi regional dalam kaitannya
menggunakan konsep segitiga lokasi atau (Locational
dengan ilmu lain, terutama dengan ilmu geografi ekonomi
Triangle) untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk
(economic geography). Hal-hal yang dibahas dalam geografi ekonomi, antara lain mengenai teori lokasi. Dalam
menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan
geografi ekonomi menggarap kegiatan secara individual,
indeks material, sedangkan biaya tenaga kerja sebagai
yaitu mempelajari dampak satu atau sekelompok kegiatan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi
di satu lokasi terhadap kegiatan lain di lokasi lain, atau bagaimana kinerja kegiatan di lokasi itu sebagai akibat
industri dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (Closed Curve) berupa lingkaran yang
dekat atau jauhnya lokasi itu dari lokasi kegiatan lain,
dinamakan isodapan.
tetapi lokasi tersebut saling berhubungan atau berinteraksi. Ilmu ekonomi regional tidak membahas kegiatan individual melainkan menganalisis suatu wilayah
Munculnya ilmu ekonomi regional didahului dengan Teori Christaller (1933) yang menjelaskan bagaimana susunan
(atau bagian wilayah) secara keseluruhan atau melihat
dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam
berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam dan
satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem
bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah.
geometri, dimana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti dan model ini disebut
Memang baik geografi ekonomi maupun ilmu ekonomi
sistem K=3. Model Christaller menjelaskan model area
regional mengenal dan mempergunakan beberapa istilah
perdagangan heksagonal dengan menggunakan
yang sama, misalnya wilayah nodal, wilayah homogen, kota, dan wilayah belakangnya, tetapi dengan pendekatan
jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan Range dan Threshold. Volume 14 / No. 1 / April 2016
Selain Christaller, Von Thünen (1826) mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thünen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thünen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa
Gambar 1. Segi Enam Christaller
diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thünen adalah selain harga
lokasi perekonomian Krugman
lahan tinggi di pusat kota dan akan
mencoba menjelaskan mengapa
makin menurun apabila makin jauh
terjadi konsentrasi spasial di kota-
dari pusat kota.
kota besar di negara sedang berkembang membuka misteri
Penentuan lokasi perekonomian
eksternalitas ekonomis dan secara
berdasarkan teori Lokasi dari August
eksplisit memasukkan dimensi spasial
Lösch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar), berbeda dengan-
dan semangat ―proses kumulatif‖ dalam deskripsi pembangunan
Weber yang melihat persoalan dari
perkotaan dan regional (Krugman,
sisi penawaran (produksi). Lösch-
1996). Meskipun dengan perspektif
mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah
yang berbeda, Michael Porter menekankan pentingnya peranan
konsumen yang dapat digarapnya.
teknologi, strategi/organisasi, dan
Makin jauh dari tempat penjual, kon-
geografi ekonomi dalam proses
memang cenderung mengabaikan
sumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk
inovasi dan upaya menjaga keunggulan kompetitif perusahaan
dimensi ―ruang‖ atau ―spasial‖. Ini terlihat dari inti analisis ekonomi
mendatangi tempat penjual semakin
secara berkelanjutan (Porter & Solvell,
konvensional yang cenderung
mahal. Lösch cenderung
1998). Porter berpendapat bahwa
menjawab pertanyaan ekonomi
menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau didekat pasar.
derajat pengelompokan industri secara geografis dalam suatu negara
seputar what to produce (aktivitas konsumsi), how to produce (aktivitas
memainkan peranan penting dalam
produksi), dan for whom to produce
Tumbuhnya kesadaran mengenai
menentukan sektor manakah yang
(aktivitas distribusi). Aspek-aspek
terbatasnya daya penjelas teori-teori lokasi yang tradisional dalam
memiliki keunggulan kompetitif pada skala internasional (Porter, 1990).
spasial tetap merupakan blind spot bagi mayoritas ekonom karena
menganalisis geografi ekonomi telah
Dengan demikian, paradigma yang
ketidakmampuan para ekonom
mendorong munculnya paradigma
muncul dalam analis spasial adalah
untuk menciptakan model yang
baru yang disebut geografi ekonomi baru (new economic geography atau
mengkombinasikan pendekatan ilmu ekonomi dan geografi, atau disebut
menjelaskan berbagai macam aspek lokasi industri (Krugman, 1995: 31-7).
geographical economics; Fujita &
geografi ekonomi. Ilmu ekonomi arus
Thisse, 1996). Dalam penentuan
utama (mainstream economics)
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Gambar 2. Isolasi Von Thünen
Sementara geografi merupakan studi mengenai pola
Jelaslah bahwa ilmu ekonomi regional timbul untuk
spasial di atas permukaan bumi, yang menjawab pertanyaan where (di mana aktivitas manusia berada) dan
memecahkan masalah khusus pada sektor ekonomi; sementara geografi ekonomi selanjutnya dapat
why (mengapa lokasi berada di situ). Aspek ―spasial‖
memberikan jawaban untuk lokasi persebaran kegiatan
menjadi pusat perhatian karena ilmu ekonomi arus utama
ekonomi yang berhubungan antara aktivitas ekonomi
cenderung aspasial (spaceless). Perspektif geografi secara eksplisit menjadi pusat perhatian utama dengan
dengan ruang yang ada baik secara fisik maupun sosial. Jadi, ilmu ekonomi regional memiliki kekhususan yang
digunakannya Sistem Informasi Geografi dan menjawab
tidak dibahas oleh ilmu ekonomi tradisional dan memiliki
pertanyaan sentral dalam ekonomi regional, yaitu ―di ma-
prinsip yang mampu menjelaskan bidang tersebut secara
na‖ (where) lokasi industri berada dan ―mengapa‖ (why) terjadi konsentrasi geografis industri manufaktur
menyeluruh sehingga dapat dianggap berdiri sendiri.
berorientasi ekspor.
Daftar Pustaka
Ilmu ekonomi regional, baru menunjukkan wujudnya setelah diterbitkannya disertasi Walter Isard di Universitas Harvard yang berjudul Location and Space Economics
Bagja Waluya. 2001. Perkembangan Ilmu Geografi. Bandung. FPIPS UPI. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/ JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA/ GEOGRAFI_EKONOMI/Pendekatan_Geoekonomi.pdf. Diakses pada 10 September 2015.
(1956). Penulis terdahulu hanya membicarakan bagian-
Daldjoeni. 1992. Geografi: Kesejarahan II Indonesia. Sala Tiga. IKAPI.
bagian tertentu saja dan bersifat sepotong-sepotong serta tidak memberikan kerangka landasan yang dapat
Emilia Imelia. 2006. Modul Ekonomi Regional. Jambi. Universitas
dijadikan pedoman untuk menetapkan apakah yang dibahas itu termasuk ekonomi regional atau tidak. Penulis terdahulu membicarakan hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi regional, tetapi pada saat itu dipandang dari sudut disiplin lain. Isard adalah orang yang pertama memberi kerangka landasan tentang apa saja yang dapat dikategorikan ke dalam regional science, yang pada dasarnya adalah penerapan prinsip-prinsip ekonomi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi antara wilayah yang memiliki
Jambi. https://iespfeunja.files.wordpress.com/2008/09/ekonomiregional.pdf. Diakses Pada 11 September 2015. Fujita, Masahisa & Jacquez-Francois Thisse. 1996. The Economics of Agglomeration. Journal of Japanese and International Economics, 10: 339-78. Hoover. M dan Giarratani. 1984. An Introduction to Regional Economics. Isard, Walter. 1956. Location and Space Economy. Cambridge: MIT Press. John W. Alexander. 1963. Economic geography. Englewood Cliffs : Prentice-Hall. Koestoer, Raldi Hendro. 1997. Perspektif Lingkungan Desa-Kota Teori dan Kasus. Jakarta: UI Press.
potensi yang berbeda.
Krugman, Paul. 1995. Development, Geography, and Economic Theory. Cambridge and London: The MIT Press.
Ahli ekonomi menganggap hasil karya Walter Isard masuk
Krugman, Paul. 1996. Urban Concentration: The Role of Increasing Returns and Transport Costs. International Regional Science
kategori ilmu ekonomi regional. Ilmu ekonomi regional baru masuk ke Indonesia pada awal tahun 1970-an, karena pemerintah menyadari pentingnya pembangunan ekonomi daerah sebagai bagian dari cara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Artinya, pemerintah mulai menyadari bahwa kebijakan ekonomi tidaklah boleh dibuat seragam untuk semua daerah, padahal kondisi dan potensi daerah itu tidak sama antara yang satu dengan lainnya.
Review, 19(1&2): 5-30. Oswald Sitanggang. 2014. Metode dan Pendekata7n Geografi Ekonomi. Pendidikan Geografi UNIMED Sejarah dan Cakupan Ilmu Ekonomi Regional. https://lookforscience.wordpress.com/ category/ekonomi-regional/. Diakses pada tanggal 12 September 2015. Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: The Free Press. Porter, Micahel E. & Orjan Solvell. 1998. The Role of Geography in the Process of Innovation and the Sustainable Competitive
Titik Temu dalam Gagasan
Advantage of Firms.In Alfred D. Chandler, Jr., Peter Hagstrom, & Orjan Solvell, editors, The Dynamic Firm: The Role of Technology,
Hubungan antardaerah yang cukup menarik dan
Strategy, Organization, and Regions. Oxford: Oxford University
memunculkan implikasi kebijakan yang lebih mempercepat tercapainya tujuan ekonomi nasional. Jadi secara ringkas, persoalan utama yang dibahas dalam
Press. Sadono Sukirno, 2006, Ekonomi Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta. Kencana.
ekonomi regional adalah menjawab pertanyaan dimana
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Geografi pembangunan. Jakarta : P2LPTK.
sektor ekonomi yang kuat dari berbagai pilihan multi-
Weber, A. 1909. Theory of the Location of Industries . Chicago:
sektor yang ada? Pertanyaan tersebut tidak mudah dijawab oleh ilmu ekonomi tradisional.
University of Chicago Press.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
OPINI
Oleh: Nuzul Achjar
S
eperti dapat kita amati berita di berbagai media
Menurut Vickerman (2015), pada awalnya konsep HSR
selama beberapa bulan terakhir sejak awal tahun
pada esensinya adalah untuk melayani angkutan kota
2016, isu mengenai rencana pembangunan
ke kota yang umumnya adalah kota metropolitan pada
kereta api cepat atau high speed rail (HSR) antara
jarak 400-600 km dengan kecepatan di atas 250 km per
Jakarta-Bandung sepanjang kurang lebih 140 km
jam. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan dari pusat
semakin mengemuka. Dalam rangka merealisasikan
kota ke pusat kota lainnya dapat menempuh waktu
proyek HSR tersebut telah dibentuk perusahaan Kereta
yang secara keseluruhan lebih cepat dibandingkan
Cepat Indonesia Cina (KCIC) yang melibatkan
melalui angkutan udara. Waktu tempuh dari pusat kota
pendanaan dari BUMN dan perusahaan dari Cina
ke Bandar udara (bandara) seringkali menjadi lebih
(Tiongkok).
lama lama karena kemacetan yang akut.
Prasarana angkutan udara, laut darat termasuk kereta
Sebagai perbandingkan, dewasa ini kereta api (KA)
api telah menjadi perhatian para geografer. Arus barang
paling cepat di Indonesia yang melayani rute Jakarta ke
dan manusia melalui berbagai sarana dan prasarana
Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya misalnya,
telah membentuk pola spasial yang terus berubah
kecepatannya rata-rata 100km per jam. Jika kecepatan
sehingga geografi transportasi menjadi bagian penting
HSR rata-rata adalah 250 km per jam maka jarak tempuh
dalam pengembangan ilmu geografi secara
Jakarta-Bandung akan kurang dari 1 jam.
keseluruhan. Perubahan pola spasial tersebut bukan hanya karena keberadaan infrastruktur HSR itu sendiri
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Vickerman,
tetapi terkait juga dengan pengembangan perkotaan
Ryder (2012), seorang geografer dari Inggris
dan real estates.
menunjukkan bahwa negara yang mempunyai prasarana dan sarana HSR, lokasi hotel dan perkantoran
Dalam kaitan sebagaimana disinggung sebelumnya,
mereka umumnya terkonsentrasi di pusat kota, bukan
dapat dimaklumi jika sendainya HSR Jakarta Bandung
di daerah pinggiran. Jika mereka bepergian ke kota
dapat direalisasikan maka akan terjadi perubahan pola
jarak menengah, mereka memerlukan waktu yang
spasial urban dan flow dari arus barang dan manusia
cukup panjang menuju bandara. Jadi kalau bicara dari
serta perubahan lanskap muka bumi lainnya.
pusat kota ke pusat kota tujuan, KA adalah salah satu alternatif ditambah lagi menuju bandara yang semakin
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membahas
macet dan kongesti di bandara yang boleh jadi sering
persoalan HSR secara komprehensif untuk kasus
menimbulkan delay.
Indonesia namun lebih dimaksudkan untuk melihat sebagian kecil dari gambaran mengenai isu-isu yang
Proyek HSR ini telah menimbulkan pro dan kontra.
terkait dengan HSR terah dijalankan di beberapa
Masing-masing pihak memberikan argumennya
Negara berikut review singkat terhadap analisis atau
khususya dilihat dari aspek finansial, ekonomi dan
pandangan ahli geografi (transportasi).
lingkungan termasuk dampaknya terhadap pertumbuhan daerah yang dilewati HSR.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
―HSR pada esensinya adalah untuk melayani angkutan kota ke kota yang umumnya adalah kota metropolitan pada jarak 400600 km dengan kecepatan di atas 250 km per jam (Vickerman, 2015)‖
transparan. Intinya, infrastruktur
Untuk memberikan sedikit
HSR belum saatnya dibangun saat
gambaran tentang cakupan
ini karena infrastruktur yang ada
geografi transportasi, Jean-Paul
sudah cukup memadai. Walaupun
Rodrigue memberikan pengertian
tidak dibiayai oleh APBN,
mengenai Geografi Transportasi1:
pembangunannya akan
Transport geography is a subdiscipline of geography concerned about the mobility of people, freight and information. It seeks to understand the spatial organization of mobility by considering its attributes and constraints as they relate to the origin, destination, extent, nature and purpose of movements.
membutuhkan biaya besar yang berisiko tidak akan menutup biaya investasi yang pada gilirannya akan berdampak pada berkurangnya aset BUMN yang terlibat dalam proyek tersebut karena didanai melalui utang korporasi. Di luar kontroversi mengenai apakah HSR ini perlu mendapat prioritas atau tidak, barangkali kita
Jika kita amati, banyak sekali
coba lihat bagaimanakah kira-kira
pergeseran dalam pendekatan
Pihak yang pro berpendapat
gambaran atau pandangan para
yang dilakukan dalam analisis
bahwa pembangunan infrastruktur
ahli khususnya geografer dalam
geografi transportasi dari masa ke
ini akan mendorong
menganalisis berbagai aspek yang
masa. Hal ini tidak terlepas dari
perkembangan ekonomi di
terkait dengan HSR ini di Journal of
perkembangan teknologi
sepanjang koridor Jakarta-Bandung
Transport Geography (JTG), sebuah
transportasi yang juga merubah
serta mempercepat jarak tempuh
jurnal akademik geografi
pola pergerakan menurut moda
kedua daerah, mengatasi
terkemuka.
angkutan.
potensi penyerapan tenaga kerja
Sebagaimana halnya dengan ilmu
Dengan mengambil contoh HSR di
salama proyek berlangsung.
pengetahuan yang terus
Eropa dan Asia, menurut
Pengembalian investasi memang
berkembang dinamis, demikian
pengamatan Perl (2015), terdapat
tidak seluruhnya berasal dari tiket
juga halnya dengan geografi
tiga jenis model pengembangan
namun melalui apa yang disebut
transportasi. Ada benang merah
koridor HSR yaitu: a) koridor
sebagai value creation di daerah
yang dapat ditarik bahwa sejak
eksklusif (exclusive corridors)
yang dilewati termasuk
lama bahwa geografi transportasi
seperti di Jepang; b) Jaringan
pengembangan kota baru. Value
memberi perhatian terhadap arus
creation yang dimaksud antara lain
(flow) manusia dan barang melalui
hybrid nasional seperti di Prancis dan Jerman; jaringan hybrid
adalah naiknya harga tanah di
berbagai prasarana seperti bandar
internasional seperti di Uni Eropa;
sekitar stasiun pemberhentian.
udara, pelabuhan laut, stasiun
dan c) Jaringan komprehensif
berikut sarananya. Goetz dan L.
nasional (comprehensive national
Pihak yang kontra berpendapat
Budd (2014) misalnya menulis buku
networks) seperti China and
bahwa pembangunan infrasruktur
yang membahas dampak
Spanyol. Koridor HSR Jakarta Ban-
HSR terlalu dipaksakan, belum
transportasi udara terhadap
dung mungkin kurang lebih seperti
diperkuat dengan kajian analisis
masyarakat, lingkungan, geopolitik
jalur eksklusif Shinkansen di Jepang
dampak lingkungan. Analisis
ekonomi dan sosial. Sebelumnya
atau mungkin juga jalur
finansial yang dibuat oleh
aspek maritim telah sejak lama
komprehensif nasional.
konsultan untuk kepentingan
menjadi perhatian ahli geografi.
kemacetan, ditambah lagi dengan
proyek ini tidak dibuka secara 1https://people.hofstra.edu/geotrans/eng/ch1en/conc1en/ch1c1en.html
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Catatan menarik lainnya adalah tulisan dari Wu et al
Keempat, budaya berkereta api sudah sangat tinggi di
(2014) mengenai evaluasi terhadap HSR yang ada.
Jepang dan Eropa. Tidak terlalu sulit bagi masyarakat di
Sejauh ini belum ada pembuktian bahwa HSR di Cina
Negara tersebut berpindah dari KA biasa ke HSR.
secara ekonomi menguntungkan. Pembangunan HSR Beijing-Shanghai menimbulkan kontroversi karena
Harapan kita adalah agar review singkat terhadap
solusi permasalahan meningkatnya volume angkutan
beberapa artikel dalam jurnal geografi transportasi ini
manusia dan barang bukan dengan HSR. Biaya
akan membuka pandangan kita bahwa HSR punya
pembangunan HSR jauh lebih tinggi dibandingkan KA
kaitan erat dengan isu pola spatial yang menjadi
konvensional. Akibatnya utang pemerintah menjadi
perhatian para ahli geografi. Ada isu tentang value
membengkak untuk pembangunan infrastrktur ini.
creation, pembangunan kota baru, perubahan landuse,
Value time masyarakat Cina sebenarnya masih rendah
pergeseran tenaga kerja secara spasial, masalah
dibandingkan dengan masyarakat di Eropa, apalagi
lingkungan dan banyak lainnya.
melihat kenyataan bahwa penduduk China masih banyak yang miskin.
Lebih luas dari isu HSR, materi pelajaran Geografi Tranportasi perlu terus di update dengan
Bagi pengguna HSR untuk jarak jauh di Cina. Motivasi
perkembangan yang ada. Paling tidak, pelajaran
mereka menggunakan sarana ini umumnya tidak
geografi transportasi diharapkan memberi arah yang
dimotivasi agar cepat sampai di tempat tujuan, namun
lebih tegas untuk pencapaian kompetensi lulusan geo-
lebih pada kesempatan untuk tidur di KA sampai di
grafi khususnya yang tertarik dibidang ini.
tempat tujuan. Pada akhirnya kita harapkan akan muncul generasi Pembangunan infrastruktur besar-besaran di China
muda ahli geografi transportasi yang mumpuni
memang terlihat memberikan dampak besar bagi
sehingga dapat memberikan kontribusi pemikirannya
perekonomian antara lain munculnya aglomerasi baru.
untuk kebijakan, tidak hanya untuk angkutan KA atau
Pertanyaannya apakah munculnya aglomerasi baru itu
HSR tetapi juga moda angkutan lainnya. Hal seperti ini
karena disebabkan oleh HSR?
perlu dibahas oleh organisasi profesi seperti IGI sehingga geograf Indonesia mempunyai kompetensi
Sejauh ini pelajaran apa yang dapat kita tarik dari
dan minat khusus tertentu di bidang geografi
kontroversi rencana pembangunan HSR Jakarta
transportasi.
Bandung dilihat dari best practice yang ada. Pertama, biaya investasi HSR sangat besar sehingga dari aspek financial pembangunan HSR mempunyai resiko tinggi. Best practice di banyak Negara, pembangunan HSR dibiayai atau ditangung negara, sementara HSR Jakarta-Bandung justru didorong oleh pihak swasta. Kedua, dari sekian banyak jalur HSR dunia, di antaranya tercatat dua jalur yang dianggap menguntungkan yaitu: Lyon – Paris dan Tokyo – Osaka. Ketiga, pembangunan HSR Jakarta Bandung tidak seluruhnya dibuat dalam rangka mengatasi persoalan kemacetan koridor Jakarta Bandung, tetapi lebih pada penguasaan lahan tertentu untuk pengembang. Dapat pula dimengerti jika isu pertanahan akan semakin menjadi persoalan krusial tidak hanya karena persoalan perubahan lahan tetapi tersingkirnya pemilik lahan skala kecil yang perlu dicarikan solusinya.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
DAFTAR PUSTAKA Goetz, Andrew R, dan Lucy Budd. (2014). Air Transport Revolution: Socio-economic Impact and Open Questions: The Geographies of Air Transport . Ashgate, UK. Perl, Anthony D., dan A.R. Goetz. (2015). Corridors, hybrids and networks: three global development strategies for high speed rail. Journal of Transport Geography 42: 134–144. Ryder, Andrew. (2012). High speed rail. Journal of Transport Geography 22 : 303–305. Vickerman, Roger. (2015). High-speed rail and regional development: the case of intermediate stations. Journal of Transport Geography 42:157–165. Wu, Jianhong; Chris Nash, dan Dong Wang. (2014). Is high speed rail an appropriate solution to China‘s rail capacity problems? Journal of Transport Geography 40: 100–111.
ULASAN
MENGGAPAI KEBERLANJUTAN KOTA: SUATU ULASAN Oleh: Dimas Hokka Pratama Soebekti dan Raldi Hendro Koestoer
Judul Asli:
Makalah Childers, et al. (2014) merupakan sebuah usaha
Advancing Urban Sustainability Theory and Action: Challenge and Opportunities
untuk menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan berikut dengan masalah yang muncul dalam ekologi
Oleh Daniel L. Childers, Steward T. A. Pickett, J. Morgan Grove, Laura Ogden, dan Alison Whitmer
perkotaan dalam menjembatani teori keberlanjutan
Journal of Landscape and Urban Planning, 2014 doi:10.1016/j.landurbplan.2014.01.022
perkotaan dengan praktek di lapangan. Hal tersebut, dilakukan melalui sebuah kerangka kerja yang memperhatikan teori-teori yang ada untuk menciptakan
Pendahuluan
solusi dengan dua kriteria sebagai berikut: mampu
Makalah yang ditulis oleh Daniel L. Childers, Steward T.A.
memodifikasi sistem yang berlaku sebagai bentuk
Pickett, J Morgan Grove, Laura Ogden, dan Allison Whitmer (2014) berjudul: ―Advancing Urban Sustainability Theory
adaptasi, atau transformasi sistem perkotaan yang bahkan memerlukan pembentukan sistem baru. Ulasan ini
and Action : Challenges and Opportunities‖ diterbitkan oleh Elsevier, dalam Jurnal Landscape and Urban Planning.
dimaksudkan utk mengeksplorasi konsep tersebut dan
Beranjak dari pemahaman dasar tentang konsep Pembangunan berkelanjutan. Konsep tersebut dipahami
berkelanjutan, dengan melihat realita tantangan seperti ledakan penduduk, keterbatasan infrastruktur, distorsi
sebagai konsep pembangunan yang memenuhi
ekonomi dan lingkungan yang kemudian dicoba-
kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan
analogikan dalam konteks Indonesia.
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Tantangan pembangunan berkelanjutan
Pemahaman Umum
adalah menemukan cara untuk meningkatkan
Dengan pengarusutamaan prinsip pembangunan
kesejahteraan sambil menggunakan sumberdaya alam
berkelanjutan, dunia mengalami proses perubahan wajah
secara arif, sehingga sumber daya alam terbarukan dapat dilindungi dan penggunaan sumber alam yang dapat
pembangunan yang semula dikenal mekanis, menjadi suatu proses yang holistik. Pembangunan berkelanjutan
habis (tidak terbarukan) pada tingkat dimana kebutuhan
sebagai sebuah prinsip, pertama kali dikemukakan dalam
generasi mendatang tetap akan terpenuhi.
sebuah laporan yang berjudul ―Our Common
transisi perkotaan dari kota industri menjadi kota yang
Future‖ (Brundtland, 1987) yang didefinisikan sebagai Konsep pembangunan berkelanjutan muncul ketika terjadi
sebuah proses pembangunan yang memenuhi kebutuhan
‗kegagalan‘ pembangunan, dimana proses yang terjadi
manusia, tanpa mengurangi kemampuan generasi
bersifat top-down (arus informasi yang terjadi hanya satu
berikutnya untuk memenuhi kebutuhan yang sama.
arah dari atas ke bawah) dan jika ditinjau dari sisi lingkungan, sosial, dan ekonomi proses pembangunan
Prinsip inilah yang kini menjadi ‗nyawa‘ pembangunan dan kemudian hendak diterapkan di Indonesia. Ulasan ini
yang terjadi ternyata tidak berkelanjutan. Pelaksanaan
didasarkan untuk melihat kerangka kerja pembangunan
konsep ini diperkuat lagi dengan kesepakatan para
berkelanjutan pada posisi transisi kota industri ke model
pemimpin bangsa yang dinyatakan dalam hasil-hasil negosiasi internasional, antara lain Deklarasi Rio pada KTT
kota berkelanjutan, dengan merujuk berbagai masalah sosial penduduk, ekonomi dan lingkungan yang pernah
Bumi tahun 1992, Deklarasi Milenium PBB tahun 2000, dan
dikemukakan oleh Birch dan Wachter (2008); Naess (2011);
Deklarasi Johannesburg pada KTT Bumi tahun 2002.
dan Register (2006).
Konsep inilah yang kini menjadi satu jargon yang terus didengungkan sebagai konsep untuk perbaikan kualitas hidup manusia di dunia.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Gambar 1. Konsep Transisi Ekosistem Perkotaan Sumber: (Childers, et al. 2014)
“Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai sebuah proses pembangunan yang memenuhi kebutuhan manusia, tanpa mengurangi kemampuan generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan yang sama” (Brundtland, 1987)
Dalam pelaksanaan konsep tersebut,
tersendiri dan memiliki potensi
Childers et al. (2014) berargumentasi bahwa model pengamatan dan
sumberdaya yang produktif. Diperkirakan Indonesia juga memiliki
penyelesaian masalah perlu
90 tipe ekosistem, baik di daratan
difokuskan kepada perbandingan
maupun perairan dan terdapat 15
antar kota, dan penggunaan inersia perkotaan dalam institusi,
formasi hutan alam yang tersebar dari ujung barat di Sabang sampai
lingkungan yang cukup rumit.
infrastruktur dan komponen sosial
ujung Timur di Merauke yang
Permasalahan tersebut disebabkan
dalam. Pandangan ini kemudian
merupakan habitat utama banyak
oleh kesalahan pengelolaan
secara konsisten dan menarik ditunjukkan dalam pembangunan
spesies tumbuhan dan hewan (Tuheteru dan Mafhudz, 2012).
lingkungan dan penataan kota yang tidak disesuaikan dengan kaidah
sebuah kerangka kerja yang
sistem ekologis di Indonesia. Hal ini
membandingkan sistem perkotaan
Namun, seiring dengan laju
menunjukkan bahwa perkotaan di
yang diharapkan dapat menjadi pembanding permasalahan
pertambahan penduduk dan dinamika pembangunan regional
Indonesia memiliki permasalahan spesifik karena ekosistem yang
perkotaan melalui tiga tahapan yaitu:
yang tidak taat asas kelestarian
menjadi pondasi pembangunan di
kota tidak sehat, sehat, dan berlanjut,
lingkungan hidup, tipe hutan
Indonesia merupakan satu ekosistem
dengan faktor perubahan endogen berupa inersia dan faktor eksogen
tersebut akhir-akhir ini mulai mengalami kerusakan yang berarti.
yang sangat unik.
berupa bencana. Childers et al.,
Data menunjukkan bahwa luas
Secara umum, ekosistem Indonesia
2014).
vegetasi pantai dari tahun ke tahun
merupakan ekosistem hutan hujan
Ekologi Perkotaan Indonesia
cenderung menurun, jika pada tahun 1996 luas vegetasi pantai mencapai
tropis dengan karakteristik yang sangat berbeda dengan hutan hujan
Indonesia merupakan salah satu
180.000 hektar sampai tahun 2004
tropis di daerah lain. Hutan alam
negara yang kaya akan biodiversitas
hanya tersisa 78.000 hektar
tropis yang masih utuh di Indonesia
dengan tipe hutan yang bervariasi, sehingga Indonesia dikenal sebagai
(Kementrian Kehutanan, 2012), apabila proses pembangunan terus
mempunyai jumlah spesies tumbuhan yang sangat banyak, dan
negara ‖mega biodiversity‖ ketiga
diabaikan, hutan Indonesia
cenderung mencapai keseimbangan
setelah Brazil dan Zaire.
dikhawatirkan akan terus mengalami
pada ekosistem dengan
Keanekaragaman yang tinggi ini didukung oleh wilayah yang luas
kerusakan dan mengakibatkan bencana ekologis bagi kehidupan
keanekaragaman yang tinggi. Hutan di Kalimantan mempunyai lebih dari
dengan banyak kepulauan dan
dan hajat hidup rakyat Indonesia.
40.000 spesies tumbuhan, dan
berada di daerah tropis yang
merupakan hutan yang paling kaya
memiliki pedoagroklimat yang sesuai. Indonesia memiliki sekitar
Permasalahan lingkungan perkotaan Indonesia dapat digolongkan
spesiesnya di dunia. Di antara 40.000 spesies tumbuhan tersebut, terdapat
17.508 pulau dengan panjang pantai
menjadi suatu permasalahan yang
lebih dari 4.000 spesies tumbuhan
sekitar 81.000 km, dan masing-
sangat kompleks dengan banyak
yang termasuk golongan pepohonan
masing mempunyai ciri khas
lapisan dan subsistem permasalahan
besar dan penting.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Di dalam setiap hektar hutan tropis seperti tersebut
mengalami kerusakan maka hutan juga akan menjadi
mengandung sedikitnya 320 pohon yang berukuran garis tengah lebih dari 10 cm (Soerianegara dan Indrawan,
sumber peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) dengan menyuplai emisi karbon. Secara kimiawi, vegetasi hutan
1988). Namun demikian, dalam kurun waktu 1993-2001,
akan menyerap gas karbon (CO2) melalui proses
telah terjadi penyusutan luas hutan di Indonesia sebesar
fotosintesis. Jika hutan terganggu maka siklus CO2 dan O2
tujuh juta Ha, di antaranya disebabkan oleh desakan perkembangan kota (Kementrian Lingkungan Hidup,
(udara bersih) di atmosfer akan terganggu. Tidak terkendalinya gas CO2 di atmosfer, bersama-sama dengan
2004), contohnya pada hutan Kalimantan sebagaimana
uap air, gas CFC, metana dan gas-gas rumah kaca lainnya,
digambarkan oleh Ahlenius dan Radday (2005).
berpotensi meningkatkan menimbulkan perubahan iklim.
Ahlenius dan Radday (2005), melihat dalam proyeksi hutan
Perubahan iklim adalah proses terjadinya perubahan
Kalimantan di tahun 2020, kerusakan hutan di Kalimantan
kondisi rata-rata parameter iklim seperti rata-rata suhu
dalam skala yang sangat besar, memberikan tekanan yang
udara, curah hujan, kelembaban udara, dimana perubahan
sangat besar terhadap keanekaragaman hayati dan spesises seperti orangutan yang ditemukan di Kalimantan.
tidak terjadi dalam suhu atmosfir bumi yang dapat waktu yang singkat. Kedua, yaitu peran sektor kehutanan tidak
Dalam dekade terakhir habitat orangutan sudah sangat
hanya menyumbang devisa dan pendapatan negara tetapi
menyusut sedang perkotaan terus berkembang
sektor ini juga berperan dalam pengembangan pusat-
bersamaan dengan perkebunan kelapa sawit, di mana secara ekosistem, perkebunan kelapa sawit hanya mampu
pusat pertumbahan ekonomi regional, khususnya daerah pedalaman dan terpencil yang tercermin dari sumbangan
mendukung 20% dari kemampuan lahan sebelum lahan
terhadap infrastruktur di daerah, antara lain sarana
tersebut dikonversi. Kerusakan dan pembangunan yang
transportasi jalan trans sepanjang 46.000 km dengan biaya
terjadi bukan lagi terjadi akibat inersia, sebagaimana dipostulasikan oleh Childers, et al. (2014) namun sudah
Rp. 1,9 trilyun, pembangunan sarana pendidikan sekolah sebanyak 6.750 buah serta rumah ibadah dan balai desa
terjadi pada tingkat kerusakan hutan secara sistemik yang
masing-masing kurang lebih 1.800 buah.
membuktikan bahwa dalam konteks Indonesia, ekosistem hutan hujan yang menjadi basis pembangunan sangat sensitif terhadap perubahan fungsi lahannya.
Di samping itu, Hutan Rakyat di Jawa berpotensi memasok bahan baku kayu sampai 40% dari kebutuhan nasional yang kini mencapai 43 juta meter kubik per tahun. Dengan
Penggundulan hutan dan kerusakan ekosistem hutan
potensi produksi sampai 16 juta meter kubik per tahun,
secara langsung merusak manfaat dan jasa lingkungan yang dinikmati oleh manusia, sebagaimana diidentifikasi
kontribusi hutan rakyat di Jawa yang luasnya mencapai 2.799.181 ha cukup signifikan terhadap kebutuhan kayu
Mahfudz (2012) melalui dua indikator. Pertama, adalah
nasional (Antara news, 2010), di samping juga merupakan
dalam konteks perubahan iklim, di mana Hutan berperan
penyangga pertanian dengan fungsi pengendalian hama
penting dalam menjaga kestabilan iklim global. Proses pencegahan perubahan iklim hutan dikenal melalui peran
dan penyuburan tanaman melalui penyerbukan yang vital bagi baik daerah pertanian maupun daerah perkotaan
hutan sebagai penyerap dan penyimpan kelebihan karbon
tempat pemasaran hasil bumi. Dengan fungsi ekologis
atmosfer dalam bentuk biomassa dan jika hutan
yang sangat rumit seperti ini, jelas ekosistem Indonesia dengan berbagai macam varian hutan menjadi sangat kompleks dan memainkan peranan yang sangat unik dalam kehidupan ekologis perkotaan Indonesia. Secara umum, praktik konversi lahan di Indonesia memiliki kecenderungan untuk pembangunan kawasan yang cenderung ekspansif dan menyebar (sprawling), serta mengkonversi ruang ruang alami yang memilki fungsi ekologis seperti hutan, situ, daerah aliran sungai, ekosistem mangrove (Mukaryanti et al. 2006). Di lain kelangsungan fungsi ekologis pada ruang alami tersebut membentuk sistem makro lingkungan yang bisa
Gambar 2. Laju Penggundulan hutan di Kalimantan (Sumber: Ahlenius dan Radday, 2005)
menyebabkan reaksi berantai manakala sistem ekologis di satu unit ekologis akan merambah ke daerah lain. Volume 14 / No. 1 / April 2016
“Perubahan iklim adalah proses terjadinya perubahan kondisi rata-rata parameter iklim seperti rata-rata suhu udara, curah hujan, kelembaban udara”
Sebagai contoh, Nurrizqi dan Suyono
pemodelan Childers et al. (2014) hal
(2010) menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di
ini disimplifikasikan sedemikian rupa, sehingga faktor unit ekologi dalam
hulu sungai Brantas menyebabkan
konteks Indonesia, perlu dilakukan
adanya perubahan kondisi debit
penyesuaian. Hal ini dikarenakan
banjir DAS di Batu. Akibat adanya alih fungsi lahan, air hujan yang jatuh
karena paradigma Childers et al. yang cenderung melihat ekosistem
lebih berpotensi menjadi aliran
perkotaan sebagai satu sistem dan
permukaan daripada terserap oleh
bukan sebagai satu subsistem dalam
permukaan tanah. Dalam kurun waktu 4 tahun (2003 - 2007)
sebuah unit ekologi. Hal ini juga dinyatakan oleh Pickett et al. (2001)
penggunaan lahan di Sub DAS
yang menyatakan bahwa mosaik
Brantas hulu mengalami penurunan
spasial beragam daerah metropolitan
luas hutan sebesar 6% dan sawah sebesar 6% dari tahun 2003 ke tahun
dapat ditelisik guna melihat interaksi antar berbagai kasus ekologis untuk
2007. Peningkatan secara signifikan
struktur ekologis dan dinamikanya
pada luas lahan adalah permukiman
dalam lingkungan perkotaan dengan
penduduk manusia, dan hubungan
sebesar 9% dari 29,18 menjadi 31,81 km2 dan perkebunan sebesar
daerah penyangganya. Sebagai contoh, beberapa kondisi di kota-
yang lebih kuat daripada sekedar korelasi dengan luas kota (Klotz,
7% dari 13,80 km2 menjadi 14,82 km2.
kota analog dengan prediksi
1990). Kota-kota kecil memiliki 530-
perubahan iklim global. Peningkatan
560 spesies , sementara kota-kota
Curah hujan pada tahun 2003 dan tahun 2007 tidak memiliki
suhu, perubahan pola curah hujan, dan pengeringan tanah
yang memiliki 100.000 hingga 200.000 penduduk memiliki atas
perbedaan, sedangkan debit puncak
mengantisipasi tren diproyeksikan
1000 spesies (Sukopp, 1998). Usia
banjir terjadi perbedaan secara
untuk beberapa tanah yang telah
kota ini juga mempengaruhi
signifikan ditahun 2007 dibandingkan tahun 2003.
terbuka. Pemeriksaan pada daerah urban dapat menunjukkan
kekayaan spesies; kota tua memiliki spesies tanaman lebih dari besar
Perubahan penggunaan lahan pada
hubungan antar komponen
kota, lebih muda (Sukopp, 1998; Ko-
tahun 2003-2007 mempunyai
ekosistem. Sehingga lahan perkotaan
warik, 1990). Kumpulan tanaman ini
dampak yaitu berubahnya respon DAS terhadap hujan yaitu debit
hanya dapat dikatakan sebagai satu komponen dalam ekosistem
merupakan karakteristik yang khas di seluruh Eropa, dengan 15 % dari
puncak banjir tahun 2003 dengan
perkotaan, dengan kompleksitasnya
spesies dibagi di antara kota-kota
rata-rata debit puncak banjir sebesar
sendiri. Meneliti suksesi di
(Sukopp, 1998). Mengingat
96,79 menjadi 189,19 pada tahun 2007. Penelitian Nurrizqi
penggunaan tanah kosong dapat menginformasikan manajemen
kompleksitas ekosistem Indonesia, mungkin jabaran teori di atas perlu
dan Suyono, beserta dengan
vegetasi praktis dan dapat digunakan
dikembangkan lebih lanjut untuk
fenomena banjir Jakarta yang
dalam penyusunan strategi untuk
menjawab kompleksitas kombinasi
disebabkan oleh perubahan lahan di hulu (Gunung Gede Pangrango dan
mengubah penggunaan tanah sebagaimana kepadatan manusia
sistem ekosistem makro dan mikro di Indonesia, khususnya dengan variasi
Cibogo) yang menyebabkan efek
dan bangunan menurun di beberapa
biodivesitas ekosistem yang terdapat
domino mulai dari peningkatan
km2
m3/dtk
m3/dtk
pusat kota.
di Indonesia, bahkan mencakup
kekeruhan air sungai, yang menyebabkan perikanan sungai
Ekologi seluruh kota sebagai suatu
perbedaan ekosistem dalam satu wilayah unit ekologis yang sama.
rusak, banjir, dan ekosistem terumbu
sistem diwakili oleh penelitian yang
Sifat spesifik ekosistem Indonesia
karang di teluk Jakarta.
berkaitan kekayaan spesies dengan
inilah yang membuat kerangka kerja
Sehingga kerusakan ekosistem
karakteristik kota. Misalnya, jumlah spesies tumbuhan di daerah
Childers et al. (2014) menjadi terlalu sederhana dalam menggambarkan
perkotaan Indonesia adalah sistem
perkotaan berkorelasi dengan ukuran
kompleksitas sistem perkotaan
kompleks yang saling bertumpuk
populasi manusia. Jumlah spesies
Indonesia.
satu sama lain, dalam konteks
meningkat dengan jumlah log
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Pembangunan Berkelanjutan di Perkotaan Indonesia
memiliki hutan yang luas namun sekaligus menghadapi
Dalam ―Our Common Future‖, (Brundtland, 1987) disebutkan bahwa pada pergantian abad ke 21, hampir
ancaman kerusakan hutan, rentan terhadap bencana alam dan cuaca ekstrim, memiliki tingkat pencemaran yang
setengah dunia akan tinggal di daerah perkotaan, dari kota
tinggi di daerah urban, memiliki ekosistem yang rapuh
-kota kecil ke besar kota-kota besar, sistem ekonomi dunia
seperti area pegununan dan lahan gambut, melakukan
semakin satu urban, dengan tumpang tindih jaringan komunikasi, produksi, dan perdagang. sistem, dengan arus
kegiatan ekonomi yang sangat tergantung pada bahan bakar fosil dan produk hutan, serta memiliki kesulitan
informasi, energi, modal, perdagangan, dan orang-orang,
untuk alih bahan bakar ke bahan bakar alternatif.
menyediakan tulang punggung bagi pembangunan nasional. Prospek sebuah kota sangat bergantung pada lokasinya dalam sistem perkotaan, nasional dan
Hal ini kemudian dipastikan melalui data bencana yang dikeluarkan oleh Bappenas dan Bakornas Penanggulangan
internasional. Demikian pula dengan posisi hinterland
Bencana (2006) di mana, dalam rentang pengamatan 2003
pedalaman dengan pertaniannya; kehutanan, dan
-2005 terjadi 1429 bencana, dan sekitar 53% memiliki
pertambangan, di mana sistem perkotaan bergantung. Sehingga pembangunan kawasan perkotaan sangat perlu
sebab hidrometeorologis dengan dominasi banjir sebagai bencana yang paling sering terjadi (34%), diikuti oleh
ditinjau kembali agar dapat bersinergi secara optimum
longsor (16%). Perubahan iklim juga akan menimbulkan
dengan lingkungan dan dengan demikian mampu
kekeringan dan curah hujan ekstrim, yang pada gilirannya
menciptakan ekosistem perkotaan berlanjut.
akan menimbulkan resiko bencana iklim yang lebih besar (2007; Indonesia Country Report, 2007). Laporan United
Brundtland (1987) menyatakan bahwa konsep
Nations Office of Coordination of Humanitarian Affairs
pembangunan berkelanjutan menyiratkan batas-batas,
mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan salah satu
yang bersifat tidak mutlak namun keterbatasan tersebut ditetapkan oleh kondisi sekarang teknologi dan organisasi
negara yang rentan terhadap bencana terkait dengan iklim (OCHA, 2011). Dengan demikian dapat dilihat dengan jelas
sosial pada lingkungan dan sumber daya oleh kemampuan
bahwa dengan kerentanan ekosistem harus diperhatikan
biosfer untuk menyerap efek dari aktivitas manusia.
demi kelangsungan proses perkembangan berkelanjutan
Namun demikian, teknologi dan organisasi sosial dapat dikelola dan ditingkatkan untuk membuat jalan bagi era
di Indonesia.
baru pertumbuhan ekonomi. Dalam laporan Brundtland,
Diskusi
dipercayai bahwa kemiskinan yang meluas tidak dapat
Dalam paradigma Childers et al. (2014), inersia digunakan
dihindari. Kemiskinan tidak hanya merupakan kejahatan dalam dirinya sendiri, tetapi juga pembangunan
untuk menjelaskan berbagai macam fenomena inersia atau keengganan struktural dalam menerima perubahan
berkelanjutan memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar
paradgma pembangunan. Cara pandang ini
dari semua serta untuk semua kesempatan guna
mengakibatkan pembangunan perkotaan yang
memenuhi aspirasi mereka untuk kehidupan yang lebih baik. Sebuah dunia di mana kemiskinan endemik akan
berkelanjutan adalah sebuah proses yang bertumpu pada proses nilai uang menggambarkan preferensi masyarakat,
selalu rentan terhadap bencana ekologi dan lainnya.
dengan resiliensi perkotaan sebagai nilai utamanya.
Dalam konteks Indonesia, argumentasi Brundtland dapat
Namun, rekayasa dalam resiliensi secara inheren bersifat
diartikan bahwa batas pembangunan Indonesia, khususnya dengan keunikan alam Indonesia sebagaimana
kaku dan terfokus dalam stabilitas yang statis; sementara resiliensi sistem perkotaan yang baik bergantung pada
telah dibahas di depan, adalah fakta bahwa teknologi yang
sistem yang dinamis dan adaptif yang beroperasi dalam
muncul sekarang dalam rangka pembangunan ekonomi,
komponen sosial (sebagaimana dipostulasikan oleh Yohe
maupun perkotaan dan pedesaan beserta kawasan lain sebagai living space, tidak cukup untuk memitigasi efek
dan Tol, 2002) dan Biofisik (Gunderson dan Pritchard, 2002; Walker et al. 2004) serta pada keadaan dan distribusi
dari dampak lingkungan akibat ulah manusia. Hal ini
spasial dari kerentanan. Tidak lepas dari hal tersebut,
ditunjukkan oleh Hilman (2010) melalui identifikasi
strategi pembangunan ekologis perkotaan versi Childers et
permasalahan terkait perubahan iklim di Indonesia karena karakteristik geografis dan geologisnya yang sangat rentan
al. masih sangat terbatas mengulas sisi adaptasi ekosistem
terhadap perubahan iklim, yaitu sebagai negara kepulauan
merupakan salah satu strategi yang harus
(memiliki 17.500 pulau kecil), memiliki garis pantai yang
dipertimbangkan, mengingat posisinya sebagai negara
panjang (81.000 km), memiliki daerah pantai yang luas dan besarnya jumlah penduduk yang tinggal di daerah pesisir,
kepulauan.
perkotaan. Padahal dalam konteks Indonesia, adaptasi
Volume 14 / No. 1 / April 2016
lingkungan setempat kemajuan dalam mempertahankan ekosistem sekitar ; ii ) memahami bagaimana adaptasi berperan dalam pembangunan berkelanjutan; dan iii) bagaimana biaya bersifat dan keadilannya terhadap kaum miskin. Ini adalah tantangan besar karena adaptasi dalam rencana dan kebijakan yang sekarang muncul ―masih dalam tahap awal dan relatif belum teruji" (Spearman & McGray 2011). Gambar 3. Skema Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan (Sumber: Van Leeuwen et al. 2013)
Paradigma tersebut sangat masuk Mempertimbangkan bahaya bencana
apabila seseorang ingin benar-benar
akal, dan memang kota harus
yang terjadi di Indonesia, strategi
memupuk resiliensi masyarakat.
dibangun agar bersesuaian dengan
resiliensi perlu juga dibarengi dengan adaptasi yang berorientasi
Laros, (2013) menyatakan bahwa pemahaman yang didasarkan pada
sifat ekologis untuk memungkinkan adaptasi dan resiliensi serta mitigasi
pada sistem yang memperhatikan
analisis biaya dan manfaat dan trade-
terhadap efek perubahan iklim.
dinamika lingkungan.
off antara pilihan-pilihan adaptasi
Namun, pembangunan
Kepentingan pembangunan menurut
yang berbeda sangat penting bagi para pembuat keputusan. Saat ini
berkelanjutan harus tetap dapat dijadikan pegangan yang rasional
ekosistem yang berlaku ditunjukkan
pemerintah, khususnya dalam hal ini
dalam pembentukan kebijakan,
oleh Van Leeuwen et al. (2013) di
pemerintah Indonesia memiliki
khususnya dalam pengaturan
mana bencana yang terjadi di perkotaan Indonesia terjadi sebagai
informasi yang sangat sedikit guna mendasarkan keputusan mereka
kawasan perkotaan. Sehingga para pengambil kebijakan tidak
akibat dari jasa ekosistem yang
dalam pembangunan, dan tidak
mengambil kebijakan yang ekstrim
diabaikan dan degradasi lingkungan,
benar-benar menilai analisis biaya
dalam rangka pembangunan
serta memahami saling ketergantungan yang erat antara tata
dan manfaat serta trade-off yang menjelaskan mengapa tindakan
berkelanjutan. Lomborg (2012) menjabarkan mengenai suatu
guna lahan dan ekosistem.
pembangunan berbasis ekosistem
fenomena environmental alarmism di
Kesejahteraan manusia dan pola
yang sering diabaikan. Biaya rendah
mana menurut Lomborg, fenomena
risiko, merupakan inti dari resiliensi. Dalam hal ini, langkah-langkah untuk
dan/atau strategi adaptasi hemat biaya dan langkah-langkah yang
Environmental alarmism menarik
memperbaiki tata guna tanah dan
dapat mencegah banyak potensi
mengarah ke solusi cerdas untuk
mempertahankan kesehatan
kerugian dapat diterapkan, apabila
masalah nyata, sesuatu yang
ekosistem di tingkat lansekap memberikan landasan bagi praktik
pemerintah menerapkan sistem pembangunan berbasis ekosistem,
membutuhkan pertimbangan tenang serta analisis biaya dan manfaat dari
pengurangan risiko di mana
tetapi itupun hanya jika pemerintah
berbagai tindakan.
ditanamkan pendekatan yang lebih
paham menerapkan bagaimana
bersifat lokal. Tidak mempertimbangkan pendekatan
langkah-langkah ini diterapkan. Mengingat ancaman terhadap
lansekap umumnya akan cenderung
ekosistem di satu sisi beberapa
mengarah pada perbaikan jangka
manfaat bagi masyarakat karena jasa
pendek dan menghambat tercapainya hasil jangka panjang
ekosistem di sisi lain, dan pentingnya adaptasi terhadap perubahan ling-
yang memiliki nilai berkelanjutan.
kungan, maka diperlukan adanya
Karena alasan inilah, untuk
kapasitas kritis untuk: i ) tren laporan
mengatasi permasalahan lingkungan dari risiko bencana, wajib dilakukan
dalam kuantitas dan kualitas jasa ekosistem, dan sesuai dengan
Volume 14 / No. 1 / April 2016
banyak perhatian, tapi jarang
“Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana terkait dengan iklim” (OCHA, 2011)
Dengan menyiratkan bahwa masalah wajah dunia yang
Implementasi kebijakan dalam level praktis di Indonesia
begitu besar dan begitu mendesak sehingga maslaah masalah ini hanya dapat ditangani oleh intervensi
dijabarkan oleh Mukaryanti et al. (2006) melalui kajian penerapan konsep penataan ruang berbasis keberlanjutan
langsung yang biasanya bersifat besar dan pengorbanan
ekologis, khususnya dalam kawasan perkotaan. Mukaryanti
yang biasanya secara politik tidak mungkin dan karenanya
(2006) kemudian berarguentasi bahwa dengan adanya
tidak pernah dipraktekkan dalam kebijakan. Fenomena alarmism memberikan suatu ilusi rasionalitas dalam
batas ekologis berupa kelangkaan sumber daya alam dan degradasi lingkungan. Sehingga, pemanfaatan ruang kota
pengambilan kebijakan dan mengakibatkan adanya
tidak lagi dapat dilakukan mengikuti kecenderungan
kesalahan dalam pengambilan kebijakan yang akhirnya
perkembangan kota, namun perlu dibatasi dan diarahkan
melemahkan sendiri ketiga pilar pembangunan berkelanjutan dengan memperkecil prioritas porsi
pada ruang-ruang yang memiliki kapasitas rendah untuk menunjang fungsi ekologis. Selain itu, kapasitas alamiah
pembangunan ekonomi dan sosial dalam rangka
ruang kota dalam melangsungkan fungsi fungsi ekologis
membangun yang lebih baik.
juga perlu dikenali dan dipahami, sehingga selain upaya
Hal inilah yang menjadi keterbatasan dalam paradigma
konservasi, dapat pula dilakukan upaya optimalisasi kapasitas tersebut. Namun, usaha implementasi ini juga
Childers et al. (2014) yang cenderung hanya melihat sistem
tidak bisa berhenti di sini, mengingat perkembangan kota
ekologi perkotaan dalam permasalahan inersia, dengan
yang dinamis, pemanfaatan lahan tidak boleh merubah
pembangunan argumentasi yang sangat mengacu kepada kota kota besar di negara negara maju, sehingga secara
fungsi ekosistem, dan oleh sebab itu perlu kajian yang mendetail mengenai daerah ekologis suatu ecological unit
konsep, mengidentifikasi pertumbuhan ekonomi sebagai
dalam suatu daerah dalam rangka melestarikan fungsi
masalah inti pembangunan perkotaan melalui penjelasan
ekosistem dan menerapkan prinsip efisiensi dalam
inersia dan keengganan masyarakat sebagai intitusi sosial dan bagaimana perbandingan solusi negara maju.
pembangunan.
Diagnosis tersebut, menurut Lomborg, hanya dapat
Penutup
diselesaikan oleh negara negara kaya, penduduk nyaman
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan
dalam negara yang sangat maju, yang sudah memiliki akses mudah ke kebutuhan hidup dasar. Sebaliknya, ketika
jenis flora dan fauna dengan tipe hutan yang bervariasi di dunia, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara ‖mega
seorang wanita yang sangat miskin di negara berkembang
biodiversity‖ ketiga setelah Brazil dan Zaire.
tidak bisa mendapatkan cukup makanan untuk
Keanekaragaman yang tinggi ini didukung oleh wilayah
keluarganya, alasannya adalah bukan bahwa dunia tidak dapat memproduksinya tapi dia tidak mampu
yang luas dengan banyak kepulauan dan berada di daerah tropis yang memiliki pedoagroklimat yang sesuai.
membelinya. Ketika anak seorang miskin sakit akibat
Indonesia memiliki sekitar 17.508 pulau dengan panjang
menghirup asap dari pembakaran kotoran sebagai bahan
pantai sekitar 81.000 km, dan masing-masing mempunyai
bakar, jawabannya adalah bukan sekedar untuk mereduksi kotoran dan kemudian memiliki sertifikat ramah
ciri khas tersendiri dan memiliki potensi sumberdaya yang produktif. Sehingga kerusakan ekosistem perkotaan
lingkungan, tapi juga untuk meningkatkan standar hidup
Indonesia adalah sistem kompleks yang saling bertumpuk
nya cukup untuk membeli bahan bakar bersih dan lebih
satu sama lain, dalam konteks pemodelan Childers dkk., hal
nyaman. Kemiskinan, dalam jangka pendek, adalah salah satu masalah yang terbesar dari semua pembunuh dan
ini disederhanakan sedemikian rupa, sehingga faktor unit ekologi dalam konteks Indonesia, tidak dapat diterepkan
pertumbuhan ekonomi adalah salah satu cara terbaik
secara langsung. Hal ini dikarenakan karena paradigmanya
untuk mencegahnya adalah dengan pembangunan yang
yang cenderung melihat ekosistem perkotaan sebagai satu
mengedepankan lingkungan. Tentunya ini akan dengan mudah menyembuhkan penyakit masih membunuh 15
sistem dan bukan sebagai satu subsistem dalam sebuah unit ekologi. Pada akhirnya, pengulas dapat
juta orang setiap tahun dan menyelesaikan kemiskinan
menyimpulkan bahwa makalah Childers et al. (2014) tidak
untuk menciptakan proses yang efisien. Sehingga dalam
dapat digunakan dalam konteks Indonesia, mengingat
konteks Indonesia, pembangunan berbasis ekosistem adalah suatu solusi yang memadai apabila kebijakannya
keunikan Indonesia dan ketidaksesuaian teori inersia terhadap dinamika sistem perkotaan di Indonesia.
dapat ditegakkan melalui sistem hukum yang kuat.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Adapun proses yang dipilih dalam pembangunan Indonesia baiknya harus mendasarkan diri dalam pembangunan ekosistem Indonesia dalam rasionalitas dan priotitisasi yang baik, merujuk pada Lomborg, sehingga pembangunan yang dilakukan menjauhi fenomena
Environmental alarmism yang menarik banyak perhatian, tetapi jarang mengarah ke solusi cerdas untuk masalah nyata, di mana pembangunan berkelanjutan dalam konteks Indonesia sesuatu yang membutuhkan pertimbangan tenang serta analisis biaya dan manfaat dari berbagai tindakan. Fenomena alarmism memberikan suatu ilusi rasionalitas dalam pengambilan kebijakan dan mengakibatkan adanya kesalahan dalam pengambilan kebijakan yang akhirnya melemahkan sendiri ketiga pilar pembangunan berkelanjutan dengan memperkecil prioritas porsi pembangunan ekonomi dan sosial dalam rangka membangun yang lebih baik. Pada akhirnya pembangunan perkotaan di Indonesia
Kementrian Kehutanan, 2012, Laporan Kinerja Kementerian Kehutanan Tahun 2012 Jakarta: Kementrian Kehutanan. Kementrian Lingkungan Hidup, 2004, Laporan Perkembangan Penceapaian Tujuan Pembangunan MIlenium Indonesia, Kemantrian Lingkungan Hidup: Jakarta. Klotz, S. 1990. Species/area and species/ inhabitants relations in European cities dalam Pickett (2001). Kowarik, I. 1990. Some responses of flora and vegetation to urbanization in Central Europe. dalam Pickett (2001). Laros et al. 2013. Ecosystem-based approaches to building resilience in urban areas: towards a framework for decision-making criteria ICLEI: Johannesburg. Lomborg, Bjorn (2012). Environmental Alarmism: Then and Now, Foreign Affairs Edisi Juli Agustus 2012 diakses online dari http://www.foreignaffairs.com/ articles/137681/bjorn-lomborg/environmental-alarmismthen-and-now pada 10 Mei 2014. Mukaryanti, A,M. Zain, dan N. Suwedi. 2006. Keberlanjutan Fungsi Ekologis Sebagai Basis Penataan Ruang Kota Berkelanjutan Jurnal Teknolohi Lingkungan P3TL-BPPT
ekonomi, ramah lingkungan, dan berkeadilan sosial,
halaman 7-15. Naess, P. (2001). Urban planning and sustainable
mengingat perkembangan komponen kota yang dinamis. Oleh sebab itu pemanfaatan lahan tidak boleh merubah
development. European Planning Studies, 9, 503–524. OCHA. 2011. Indonesia: natural Hazard Risks. OCHA Regional
fungsi ekosistem yang akan berdampak kepada
Office Asia Pacific: Jakarta. Nurrizqi, E.H. dan Suyono. 2010. Pengaruh Perubahan
haruslah menciptakan suatu proses yang efisien secara
indikator indikator lain, dan oleh sebab itu perlu kajian yang mendetail mengenai daerah ekologis suatu ecological unit dalam suatu daerah dalam rangka melestarikan fungsi ekosistem dan melakukan efisiensi dalam pembangunan baik secara ekonomi, lingkungan
Penggunaan Lahan Terhadap Perubahan Debit Puncak Banjir Di Sub Das Brantas Hulu, Universitas Gajah Mada: Jogjakarta. Pickett, STA. M,L. Cadenasso, J.M. Grove, C.M. Nilau, R.V.
maupun keadilan sosial.
Pouyat, W.C. Zipperer and R. Costanza. 2001. Urban Ecological Systems: Linking Terrestrial Ecological, Physical,
DAFTAR PUSTAKA
and Socioeconomic Components of Metropolitan Areas. Annual Ecology System, hal. 127-157.
Ahlenius, Hugo dan Radday, M. 2005. Extent of Deforestation in Borneo 1950-2005, Projection Toward 2020, diakses dari http://maps.grida.no/go/graphic/extent-ofdeforestation-in-borneo-1950-2005- and-projectiontowards-2020 pada 24 April 2014. Antaranews. 2010. Hutan Rakyat Jawa Suplai 40% Kebutuhan Kayu Indonesia diakses dari http://www.antaranews.com/ berita/207780/hutan-rakyat-jawa-pasok-40-kebutuhankayu pada 9 Mei 2014. Brundtland Report. 1987, Our Common Future. New York: Oxford University Press. BNPB. 2006. Bencana Alam di Indonesia. BNPB: Jakarta
Register, R. (2006). Ecocities: Rebuilding cities in balance with nature. Gabriola Island, BC: New Society Publishers. Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sukopp, H. 1998. Urban Ecology—Scientific and Practical Aspects. Dalam Pickett (2001). Tuheteru, FD dan Mahfudz. 2012. Ekologi, Manfaat & Rehabilitasi, Hutan Pantai Indonesia. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Manado, Indonesia. 178 hal. Van Leeuwen, M, R. A Jiménez, P. van Eijk, dan Vervest. M,J. 2013. Mengintegrasikan ekosistem ke dalam praktik
Birch, E. L., & Wachter, S. M. 2008, Growing greener cities: Urban sustainability in the twenty-first century.
resiliensi: Kriteria untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim Cerdas-Ekosistem Wetlands
Philadelphia: University of Pennsylvania Press. Childers, D. L., Steward T.A. Pickett, J Morgan Grove, Laura
International: Jakarta.
Ogden, dan Allison Whitmer, Advancing urban sustainability theory and action: Challenges and opportunities. Landscape Urban Plan. Elsevier.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
GEOGRAFIANA
MARET, BULANNYA GERHANA Oleh: Anggi Kusumawardhani
B
ulan Maret 2016, hampir di sebagian wilayah Indonesia terjadi dua fenomena yang cukup langka. Kedua fenomena tersebut yaitu gerhana matahari total pada tanggal 9 Maret serta gerhana bulan penumbra yang terjadi tak sampai tiga minggu kemudian, tepatnya pada tanggal 23 Maret. Menjelang gerhana matahari total, tak ayal seluruh media baik cetak maupun elektronik menjadikan peristiwa langka tersebut menjadi tajuk berita hingga hari H.
Hal ini bahkan menggenjot sektor pariwisata di mana Palembang, Belitung, Palangkaraya, Balikpapan, Sampit, Luwuk, Ternate, Tidore hingga Halmahera menjadi tujuan para pelancong dan peneliti yang akan menyaksikan fenomena langka ini. Selain kota dan pulau tersebut di atas, sebenarnya gerhana matahari masih bisa disaksikan. Hanya saja gerhana matahari yang dilihat tidak dalam fase yang sempurna tetapi gerhana matahari sebagian atau nama kerennya partial solar eclipse.
Foto: Candra Manan Mangan Volume 14 / No. 1 / April 2016
Kebetulan saya sedang tinggal di Kota Medan sehingga hanya bisa menyaksikan gerhana matahari sebagian saja. Walaupun begitu mengingat siklus gerhana matahari yang lewat di Indonesia yang terhitung jarang-jarang dalam kurun tiga dekade terakhir terakhir tentunya hal ini tidak akan bisa dilewatkan begitu saja. Lain hal dengan gerhana matahari, ketika saya mengabadikan gerhana bulan penumbra pada tanggal 23 Maret, merupakan sesuatu yang tidak disengaja. Saat itu bulan purnama terlihat paripurna. Namun ternyata jika dilihat lebih teliti, terdapat bayangan kehitaman pada permukaan bulan yang tampak. Belakangan saya ketahui kemudian jika hal tersebut merupakan kenampakan dari gerhana bulan penumbra.
Foto: Alfi Syahrin
Beberapa hasil pengambilan gambar gerhana matahari serta bulan penumbra sebagai berikut yang diambil dari Kota Medan.
Gambar 1. Gerhana Matahari Parsial
Gambar 2. Gerhana Bulan Penumbra
Volume 14 / No. 1 / April 2016
GEOGRAFIANA
BINCANG-BINCANG BERSAMA: DEPARTEMEN GEOGRAFI, FMIPA UI, 20 APRIL 2016 Oleh: Adi Wibowo
A
pril 2015 menjadi satu peristiwa penting, karena Bapak Dr. Djoko Harmantyo, M.S. yang merupakan dosen geografi pertama yang meraih gelar doktor, akan memasuki masa pensiun dari PNS. Peristiwa ini bertepatan pula dengan hari ulang tahun Pak Djoko (panggilan akrabnya) yang ke 65 tahun. Masa pengabdian yang panjang dan masih bisa terus menjadi dosen tidak tetap di Departemen Geografi, terutamanya ditingkat magister geografi. Pada kesempatan itu atas inisiatif Pak Djoko dan dibantu Senat Mahasiswa, Departemen Geografi FMIPA UI mengadakan acara ―BincangBincang dengan Pak Djoko‖.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
Acara dikemas dengan santai berisikan cerita tentang awal Pak Djoko kuliah hingga menjadi dosen, hingga pada tahun 2015 dengan menjabat sebagai Ketua Departemen Geografi. Pengalaman beliau mengelola sebuah lembaga pendidikan komputer juga bisa menjadi inspirasi kreatif dalam berkarya. Dalam acara ini pula pak Djoko menginformasikan ada buku yang sedang disusun dan akan segera diterbitkan. Di awal acara juga ada komentar perwakilan dari mahasiswa tentang Pak Djoko dan Geografi di masa kepemimpinan Pak Djoko sebagai Ketua Departemen. Terakhir acara ditutup dengan hadiah kue ulang tahun dari mahasiswa dan makan nasi tumpeng bersama.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
GEOGRAFIANA
The 13th International Asian Urbanization Conference:
AND SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN ASIA Oleh: Adi Wibowo
S
eminar International di Yogyakarta pada bulan-
Peserta yang hadir mewakili antara lain:
Januari 2016 membuat beberapa sub tema un-
The University of Akron, USA
tuk didiskusikan yaitu Rural-Urban Transfor-
University of Cologne, Germany
Utrecht University, the Netherland
Shippensburg University, USA
University of Bucharest, Romania
Banaras Hindu University, India
University of Helsinki, Finland
National University of Singapore, Singapore
University of Malaya, Malaysia
Khon Kaen University, Thailand
Western Washington University, USA
Group (AGSP), Universitas Gadjah Mada, Indonesia
University Indonesia, Indonesia
Prof. Ashok K. Dutt (Founding Members of Asian
AAG (Association of American Geographer)
Urban Research Associations, Professor Emeritus in Public Administrations and Urban Studies, Geography and Planning University of Akron) Prof Dr. Annelies Zoomers (Professor International Development Studies-Chair of LANDac, Department Human Development and Planning, Faculty Geoscience, Utrecht University, Netherlands) Prof. Dr. Frauke Krass (Professor for Human Geography, Chair-Institute of Geography, University of Cologne, Germany (Mega) Urban Research of Southeast Asia)
AGSG (The Asian Geography Specialty Group)
The Regional Development and Planning Specialty
mation, Urban Resilience, Risk and Disaster Management, Urbanization, Employment and Urban Poverty, Urban Planning and Urban Governance, Socio-economic impacts of urbanizations, Urban Future and Aspirations Natural Resources Governance and Urbanizations, Natural Resources Governance and Urbanizations, Community and the Asian City, dan Land Urban development and housing in Asia. Sebagai pembicara utama adalah:
(RDPSG)
Forum for Urban Future in Southeast Asia
Network of Southeast Asian and German Expert (Forum)
Ikatan Geograf Indonesia
Asosisasi Sekolah Perencanaan Indonesia.
Volume 14 / No. 1 / April 2016
GEOGRAFIANA
SOUTHEAST ASIA GEOGRAPHER ASSOCIATION
WADAH GEOGRAF DI TINGKAT ASEAN Oleh: Widyawati
outh East Asia Geographer Association (SEAGA) adalah asosiasi yang mewadahi kegiatan akademik para peminat bidang ilmu geografi, terutama di kawasan Asia Tenggara. Namun secara faktual, para penggiat di asosiasi ini bukan hanya peneliti dari Asia Tenggara namun juga mereka yang melakukan penelitian di kawasan ini. Banyak peneliti dari Eropa, Amerika Serikat, Australia dan juga Asia Timur, Selatan dan Barat, yang melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian mereka di berbagai jurnal, tentang Asia Tenggara. Beberapa universitas di luar Asia Tenggara memiliki program yang mengkhususkan diri dalam kajian Asia Tenggara. Karena itu, konferensi yang diadakan setiap dua tahun sekali selalu diramaikan oleh peminat bidang ilmu geografi dari berbagai penjuru dunia. Selain para geograf, konferensi ini juga dihadiri oleh para guru bidang ilmu geografi, terutama dari Singapura. Diskusi yang berkembang di antara para guru adalah yang terkait dengan metode pembelajaran pada aras pendidikan dasar dan menengah. Sementara para dosen banyak melakukan diskusi yang terkait dengan kegiatan praktikum dan kulaih lapangan. Sekretariat SEAGA yang berada di Singapore dan diketuai oleh Assoc. Prof. Dr. Chang Chew Hung, yang saat ini aktif mendorong para peneliti untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal bereputasi. Salah satu program kerjanya adalah mendorong lebih banyak makalah yang layak dipublikasikan pada jurnal bereputasi, pada konferensi SEAGA ke-13 yang akan diselenggarakan di Universitas Indonesia, pada tahun 2017. Sebagai penyelenggara konferensi pada tahun 2017, Departemen Geografi menyusun peta jalan penelitian yang kuat, agar dapat memenuhi target yang ditetapkan oleh Sekretariat di Singapura. Volume 14 / No. 1 / April 2016