Indonesia Woodworking Magazine
No.
40
Februari 2014
communication and educational media
AirForce System: no glue line. The ultimate Biesse Edgebanding Technology.
ekamant solution
Proses Pengamplasan Profile Manual
Design & designer
Butuh Personal Branding dan Kontinuitas
PROFILE
Kriya Nusantara: “Motif yang Menjadi Kekuatan”
Magazine for Ekamant’s Premier Customer
ANCHORSEAL
®
PREVENTING DEGRADE AND LOSSES IN VALUABLE HARDWOOD LOGS AND LUMBER
ANCHORSEAL® wax emulsion end sealer – easy to apply with brush or sprayer
Global Wood Protection Specialists www.uccoatings.com +1-716-833-9366
[email protected]
Content
of WOODMAG 40 PROFILE: Abdul Sobur,
26
CEO Kriya Nusantara
“Kriya Nusantara: Motif yang Menjadi Kekuatan”
46 DESIGN & DESIGNER:
34
2
“2014 - Sebuah Perspektif tentang Pasar Hardwood di Tahun 2014” 43
nti
“We Take it Very Seriously” 22
FORUM
riya
EVENT
“Kunjungan Delegasi Lingkungan Hidup Swedia” 36 “Pameran VietnamWood, Saigon 18 hingga 24 September” 36 “Lantai Oak bersertifikasi PEFC untuk Galeries Lafayette di Jakarta” 37 “IDE Studio: Brand Karpenter dan Pasar Lokal” 38 “NHLA: Pergi Lebih Jauh di Texas” 39 “Eksplorasi Kayu Kelapa Untuk Pembuatan Mebel” 40 “Norman Murray CEO UC Coatings, pemvicara utama di ISCHP 2013” 41 “More Muar Furniture Producers to Exhibit at MIFF 2014” 42
nd
“Seminar Kayu Solid & Veneer 2013” 12 “Technical Workshop Sistem Grading Kayu Amerika” 16
BIZNEWS 36-44
“Proses Pengamplasan Profile Manual”
He
“Menjelma Menjadi One Stop Shopping” 6 “Biesse Meluncurkan Solusi Edgebanding Inovatif ke Pasar” 10 “Industri Furnitur Indonesia yang Terus Menggeliat” 20 “Wood-Mizer Releases the New High-tech WM4000 Sawmill” 32
EKAMANT SOLUTION:
ek Ati to:
ADVERTORIAL
SPECIAL REPORT
Ombak Public Seating, by Joshua Simandjuntak
Pho
“Butuh Personal Branding dan Kontinuitas”
WALNUT & MAPLE
Veneer
EKAMANT NEWS
“Pelatihan di Lingkungan PT Interkraft” 45 “Pelatihan Internal pengamplasan di PT Integra Indocabinet” 45 “Pelatihan di Lingkungan PT Skyline Jaya” 45 “Pelatihan di PT Domusindo Perdana” 45 “Pelatihan Internal di Pendidikan Kayu Atas (PIKA): Bagus dan Seru” 48
PRODUCTS & TECHNOLOGY Ekamant 51
showing the beauty of wood
PT. ABADI INDORONA Intercon Plaza Blok E 8-9, Taman Kebon Jeruk Jl. Meruya Ilir Kel.Srengseng Kec Kembangan, Jakarta 11630 Phone: 021-5857433 / 5851973 / 5306612 / 5845500 / 5845539 Fax: 021-5872904
www.veneerabadi.com www.veneerindonesia.com
Catatan Editor
Managing Director Jodi H. Susanto EDITOR IN CHIEF Arief Odon
[email protected] Editor Emir Wiraatmadja
[email protected] Technical Editor Tandiono
[email protected] circulation Dewi Rubiane
[email protected] ADVERTISING Reza Muhammad Arief
[email protected] Contributor Michael Buckley Michael Hermens GRAPHIC DESIGN Zevanya Audrey
[email protected] Publish by Pose Media Indokreasi, for PT. Ekamant Indonesia alamat redaksi Puri Cinere Blok C3 No. 8 Depok 16513 - Indonesia
Total Abrasives Solution
40 Februari 2014
S
elamat merayakan Natal 2013 dan Tahun Baru 2014. Tahun baru ini harus ada resolusi baru, apalagi tahun 2014 merupakan tahun politik nasional karena rangkaian pemilihan umum dan pemilihan presiden sepanjang tahun. Di sisi lain, tahun 2014 belum juga memperlihatkan adanya perbaikan perekonomian dunia yang dimotori Amerika Serikat dan Eropa. Tahun ini, direncanakan WoodMag akan muncul sebanyak tiga kali dalam setahun. Penurunan dalam kuantitas tidak berarti penurunan dalam kualitas. Ini yang kami jaga. Apalagi setiap bulan Maret, WoodMag selalu mengikuti pameran MIFF di Kuala Lumpur. Kualitas lah yang membawa WoodMag untuk menapaki gelanggang regional dan internasional. Tak lagi terbatas pada teritori nasional. Edisi ke empat puluh merupakan edisi pertama yang tidak menampilkan tokoh industri woodworking. Kali ini mesin produksi menjadi cover dari majalah ini. Kami memang selalu mencoba untuk menampilkan sesuatu yang berbeda, sesuai dengan semangat zaman. Kami mencoba berevolusi dalam pemikiran dan penampilan. Rubrik Profile edisi ini menampilkan PT Kriya Nusantara. Industri Kriya ini memang unik karena sangat fokus pada desain dan pengembangan produk. Desain dan kreativitas menjadi kunci sekaligus kekuatan bagi perusahaan ini. Tak heran jika mereka memiliki database khusus untuk itu. Produknya berkembang tidak hanya meliputi kotak parfum dalam berbagai dimensi. Tapi juga berkembang ke radio art dalam berapa tahun terakhir. Simak pula paparan Head of Technical Support PT Ekamant Indonesia Andri Franniko, ST., dalam rubrik Ekamant Solution. Kali ini membahas ketersediaan perangkat untuk pengamplasan ukiran dan profil. Kesemuanya merupakan produk baru yang akan diluncurkan oleh PT Ekamant Indonesia dalam waktu dekat. Selamat membaca......
- Arief Odon -
Advertorial / Mauson Indonesia Wood Industry
P
PT. Mauson Indonesia Woodworking Industry:
“
Menjelma Menjadi
One Stop Shopping
erusahaan transnasional asal Taiwan ini tidak hanya menyediakan kayu gergajian seperti kayu karet, walnut, cherry, alder, white oak, ash, hard maple, treated southern yellow pine hingga thermowood asal Finlandia. Tersedia juga Moisture Resistant Panel, Medium Density Fiberboard (MDF), Particle Board (PB), Hard Board (HB), Medium Density Particle Board (MDP), Plywood dan Veneer. Ketersediaan ini, seperti yang pernah dikatakan oleh Pemilik sekaligus Direktur PT Mauson Indonesia Wood Industry Hsu Chi Pen, berawal dari pemikiran diperlukannya pengenalan dan ketersediaan kayu impor yang akan sangat dibutuhkan di sini dalam waktu ke depan. Prediksi itu ternyata tidak meleset, karena sejak awal tahun ini beech eks Eropa secara bertahap banyak diserap pasar domestik. Tak berhenti sampai di situ. Perusahaan ini sejak Agustus lalu sudah mulai mendatangkan mesin-mesin guna memproduksi finger joint laminated board. “Line production pertamanya sudah mulai beroperasi secara komersial sejak September lalu,” jelasnya. Juga bisa diproduksi papan serupa dengan ukuran yang customized atau sesuai permintaan pelanggan. Bahkan “Kami juga bisa menyediakan papan yang sama dengan panjang hingga 6 meter,” jelas Hsu. Untuk ketebalan papan juga customized alias bergantung pada keinginan pelanggan. Ini berarti pelanggan seperti kontraktor bangunan dan interior sangat diuntungkan dengan kehadiran fasilitas produksi yang sudah ada. Mereka cukup menyerahkan order pada Mauson Indonesia guna memenuhi komponen finger joint laminated board
yang dibutuhkan dalam setiap proyeknya. Tak perlu repot untuk mendatangkan, mengoperasikan, merawat hingga mencari pelanggan baru guna mengutilisasikan mesin-mesin serupa di workshop masing-masing. ini tak hanya menghemat waktu dan biaya, tapi juga membantu untuk lebih efisien. Tak cukup hanya satu line production yang akan dibangun untuk keperluan ini, Mauson direncanakan untuk menambah fasilitas baru untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka dan memperluas jangkauan layanan mereka. Pembangunan line production tambahan ini ternyata tidak hanya untuk mengantisipasi perkembangan pasar properti yang bertumbuh pesat di Indonesia dalam dua hingga tiga tahun terakhir ini. Menurut Hsu, Jakarta Raya merupakan kawasan yang memiliki tingkat pertumbuhan pro-
perti terpesat dan akan menjadi pasar utama bagi produk papan laminasinya. Selain itu, Semarang dan Surabaya diperkirakan akan mampu menyerap produk ini. Tak heran bila pihaknya seperti diakui Hsu sedang mempersiapkan fasilitas pergudangan di Semarang guna mengantisipasi pertumbuhan permintaan di masa depan ini. Tak hanya pasar domestik yang akan menjadi target perusahaan di masa depan. Kelebihan produksi di Indonesia akan segera dipasarkan ke berbagai pasar ekspor, seperti negara-negara di Eropa, China, Korea dan Jepang. Jika terjadi kekurangan stok, maka Mauson Indonesia akan mendatangkannya dari fasilitas produksi yang ada di Vietnam. Hal ini bukanlah sesuatu yang luar biasa bagi perusahaan transnasional. Apalagi fasilitas produksi serupa di sana memiliki
“Lem Berstandar E1”
Setelah beroperasi secara komersial pada awal tahun ini, PT Mauson Indonesia Wood Industry tak hanya berhenti pada penyediaan dan pasokan material yang dibutuhkan kalangan industri kayu olahan
Demikian pula dengan lem yang digunakan pun bisa disesuaikan dengan permintaan dari pelanggan. Namun untuk produk regular, Mauson Indonesia biasanya menggunakan lem dengan karakteristik E1. Jenis lem ini bebas dari bau yang menyengat. Jenis lem ini adalah lem yang sangat direkomendasikan untuk pasar ekspor yang standar kesehatannya super ketat seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Bisa juga dimintakan lem yang tahan air, hanya saja memang “Harganya relatif lebih mahal,” jelas Hsu.
7
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
kapasitas produksi yang jauh di atas fasilitas produksi serupa di sini. Jadi tidak akan ada persoalan kehabisan stok yang berakibat pada melesetnya jadwal produksi. Karena diproduksi dalam satu kelompok, jelas tidak akan ada kesalahan dalam spesies dan grade kayu yang akan digunakan. Juga tidak ada kesalahan dalam dimensi atau ukuran seperti yang dimintakan oleh pelanggan Keunggulan lainnya adalah adanya stok kayu impor di perusahaan ini sehingga tidak sulit jika ada permintaan akan panel laminasi yang menggunakan jenis kayu itu. Lagi pula Mauson Indonesia yang merupakan bagian dari Mauson International telah berpengalaman memproduksi papan laminasi, dengan menggunakan kayu impor sehingga tidak akan kesulitan karena kurang mengenal dan memahami spesies yang akan digunakan. Dengan stok kayu yang ada di Mauson Indonesia, akan sangat memudahkan kontraktor bangunan dan interior dalam memenuhi kebutuhan komponen yang
8
akan digunakan. Pelanggan tidak perlu membeli kayu di lain tempat, kemudian harus repot-repot membawa dan memprosesnya ke lain tempat. Idea akan One Stop Shopping sudah menjelma di Mauson Indonesia. cukup datang ke sini untuk membeli jenis material yang dibutuhkan, lantas serahkan pada mereka untuk memprosesnya hingga menjadi komponen yang dibutuhkan. Mudah bukan? Mauson Indonesia juga meyediakan jasa pemrosesan, jika pelanggan sudah terlebih dulu memiliki stok di tempatnya atau sudah membeli dari lain tempat. Tinggal bawa ke Mauson Indonesia di cikupa dan mintakan untuk diproses hingga menjadi papan laminasi atau komponen yang customized. “Hanya saja memang akan lebih efisien jika kayu yang akan digunakan berasal dari Mauson Indonesia,” kata Hsu sekali lagi.
panel
PRO ASIA
VISIT US AT:
Hall D042 - D037 Jakarta International Expo
11 - 14 Maret 2014
Advertorial / Biesse
Biesse Meluncurkan Solusi Edgebanding Inovatif ke Pasar Stream B1
S
elama lebih dari 20 tahun, Biesse Indonesia telah menjadi pemimpin dalam menyediakan mesin dan sistim mutakhir dalam Pasar Produk Perkayuan di Indonesia. Kami memberikan produk berkualitas tinggi, selain juga bantuan purna-jual yang khusus kepada klien kami yang menjamin dukungan yang yang terbaik. Sebagai tambahan, penelitian pasar yang terus menerus memungkinkan kami untuk dapat terus memberikan produk inovatif untuk industri. Biesse Group didirikan di tahun 1969 di Pesaro, Itali, dan menawarkan solusi moduler dari disain pabrik turnkey untuk produsen furnitur sampai pada mesin otomatis tersendiri dan work station untuk perusahaan kecil dan menengah, disamping komponen-komponen berteknologi tinggi. Kantor Biesse di Indonesia berada di BSD Tangerang, Jakarta yang terdiri dari tim beranggotakan 22 orang dan sebuah Technical Centre. Pelanggan kami undang ke fasilitas kami untuk demonstrasi mesin dimana mereka dapat melihat sendiri filsafat “Made In Biesse”, dimana standar kualitas yang tinggi dan karyawan yang berdedikasi bersatu bersama untuk memberikan pengalaman “Total Care”. Kami juga memiliki tim sales & service professional dedicated yang berlokasi tetap di
Roxyl 6.0
Surabaya. Biesse tidak hentinya melakukan investasi yang signifikan dalam penelitian dan pengembangan dan telah meluncurkan teknologi produk perkayuan yang secara khusus untuk usaha kecil dan menengah, permintaan penerapan yang spesifik dan pemprosesan beragam material. Sebagai contoh, untuk menjawab kebutuhan pelanggan yang memerlukan panel untuk diolah dan lapis sisi tebal, Biesse memperkenal Seri Rover BG Edge. Work center edgebanding BARU ini adalah hasil dari permintaan yang kami terima di pasar, yang makin memerlukan pelapisan sisi tebal yang tidak hanya dilakukan untuk panel lurus namun juga untuk yang berbentuk, khususnya untuk bagian furnitur yang dimaksudkan untuk kamar anak-anak, furnitur perkantoran dan elemen disain yang melengkung secara umum. Sekarang, dengan Rover BG Edge, pelanggan memiliki kemampuan untuk melakukan semua kebutuhan permesinan untuk panel termasuk, routing, drilling dan edgebanding, semua dengan satu mesin! Cakupan produk Biesse yang luas, beragam untuk operasional dan teknologi membuat mesin-mesin kami menjadi pilihan yang cocok untuk semua perusahaan produsen:
pengrajin, departemen menengah dan besar atau produksi prototip. Rover BG Edge memenuhi tuntutan perusahaan yang membutuhkan fleksibilitas dan produktivitas tinggi dengan menggabungkan tiga fungsi ke dalam sebuah sistim tunggal: Pembentukan panel, edge milling dan edge banding. Diantara inovasi mutakhir untuk edge banding adalah AirForce System yang revolutioner yang dikembangkan oleh Biesse yang memungkinkan perusahaan segala ukuran mendapatkan akses kualitas garis lem yang tak terlihat yang tercapai berkat tepian laser tanpa menggunakan sistim laser yang rumit dan mahal. Sebagai pemenang “Visionary Award” untuk inovasi produk di pameran AWFS tahun 2013, AirForce System mengeluarkan udara compressed yang sangat panas, sangat kuat melalui nosel celah secara langsung ke lapisan reaktif yang pada umumnya tersedia untuk laser banding. Hal ini akan mengaktifasi lapisan tersebut dan mengikat banding kepada substrat yang memberikan bagian kualitas yang sangat baik dimana juga tahan air dan kelambaban. Unit ini dapat diinstalasi pada beragam mesin kami dari yang kecil hingga yang besar dan membuatnya dapat dipakai oleh semua orang.
Rover BG Edge
AirForce System >>
zero-joint, no glue line, perfect color match.
AirForce System is the new Biesse technology for applying edgebanding. Thanks to our new hot air solution, the edgebanding is perfectly bonded to the panel. This guarantees a superior product which is highly resistant to heat and humidity with an excellent finish quality that will last for years. This solution is less expensive than laser technology, but with higher qualitative standard: zero-joint, no glue line, perfect color match. AirForce System is available on the entire range of Biesse edgbanding solutions.
Biesse Asia Pte Ltd 5 Woodlands Terrace - #02-01 Zagro Global Hub - Singapore 738430 Tel.+65 6368 2632 - Fax. +65 6368 1969 - Service Hotline. +65 6753 1081
[email protected] - www.biesse.com Biesse Malaysia Sdn Bhd (Subsidiary Office) 19-3, Jalan PJU 5/18 - Dataran Sunway - Kota Damansara 47810 Petaling Jaya Selangor Darul Ehsan Malaysia - Tel.+603 6140 1556 - Fax. +603 6140 2556 PT Biesse Indonesia (Subsidiary Office) CBD Bidex Block B23 - Jalan Pahlawan Seribu BSD City - Tangerang Banten 15321 Indonesia Tel.+62 21 5315 0568 - Fax. +62 21 5315 0572 - www.biesse.com Biesse Korea LLC (Subsidiary Office) Registered Company No 34820 Room 309 Sangdong Acrotel - 402-1 Sangdong, Wonmigu Bucheon Ciry, Gyunggido - Korea Tel.+82 32 3298780 www.biesse.com
Special Report / Seminar kayu solid dan veneer 2013
Seminar Kayu Solid & Veneer 2013
All Speakers and Sponsors Solidwood & Veneer Seminar 2013
Inilah perhelatan akbar tentang material, produksi dan finishing industri kayu olahan. Seminar yang diselenggarakan hanya di Surabaya dan Semarang ini bertujuan untuk mengupdate teknologi dan pengetahuan terbaru dalam
S
eminar Solid Wood and Veneer 2013 digelar oleh PT Ekamant Indonesia, bekerja sama dengan Sirca S.p.A., Steinert Technology, Heesemann, French Timber, Burkle dan Saint Loubert Veneer. Seminar sehari penuh yang digelar di Sheraton Hotel Surabaya pada tanggal 3 September 2013 dan Crowne Plaza Semarang pada tanggal 5 September 2013 berikutnya; cukup mendapatkan perhatian dari kalangan industri kayu olahan di kedua kota ini. Di Surabaya misalnya, terdapat peserta yang datang jauh-jauh dari kota Lumajang di Jawa Timur. Kota ini berjarak tempuh sekitar tiga jam dari Surabaya dengan menggunakan kendaraan darat. Sementara pada seminar yang sama di Semarang dihadiri oleh peserta asal Klaten, Jawa Tengah. Kota ini terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Antusiasme peserta dikarenakan beragamnya nara sumber dalam seminar sehari ini. Sebagian peserta mengharapkan bisa memperoleh lebih banyak masukan. Harapan tersebut tampaknya tidak terlalu meleset, apalagi setiap pembicara mempresentasikan hal yang terbaru dari
12
produksi kayu olahan. masing-masing perusahaannya. Tandiono, ST., dari PT Ekamant Indonesia, mempresentasikan teknik sekaligus produk terbaru dari PT Ekamant Indonesia. Menurut satu dari segelintir ahli pengamplasan di Indonesia, sebenarnya mesin canggih pengamplasan atau sander tak bisa menyelesaikan semua permasalahan yang ada. Diakuinya mesin canggih berharga mahal itu memang memberikan harapan besar dalam upaya memecahkan persoalan. Namun, ia mengingatkan tak semua masalah pengamplasan yang dihadapi dibanyak pabrik di sini bisa dipecahkan dengan membeli mesin-mesin itu. Ia mengembalikannya pada pemahaman akan dasar-dasar pengamplasan yang harus dikuasai oleh operator pengamplasan. Dengan pemahaman yang baik dan benar, diharapkan bisa menciptakan pemecahan masalah secara benar dan efisien. Menurutnya, bila sebuah industri belum bisa membeli Wide Belt sander (WBS) maka direkomendasikan untuk memanfaatkan stroke sander secara optimal. Menggunakan mesin-mesin hand sander ataupun melakukan pengamplasan secara manual dengan bantuan peralatan sederhana juga akan sangat mem-
bantu optimalisasi hasil pengamplasan. Ia merujuk pada sering ditemukannya pengamplasan dengan tangan telanjang di sejumlah pabrikan di sini. Sebenarnya PT Ekamant Indonesia sebagai produsen amplas justru merekomendasikan pengamplasan yang menggunakan alat bantu. Untuk kalibrasi dengan tangan, ia menyarankan menggunakan sepotong kayu sebesar genggaman tangan yang dililitkan amplas. Sementara untuk pengamplasan intermediate bisa ditambahkan pemasangan felt atau pelt di atas permukaan potongan kayu itu. Untuk pengamplasan finishing maka tinggal mengganti lapisan pelt itu dengan sponge yang lembut. Untuk profil, bisa digunakan mold. Alat bantu ini bisa menyerupai batangan kayu bulat yang dililitkan amplas disekitarnya untuk mengamplas profil ukiran. Sedangkan untuk tepi, bisa digunakan mold yang bentuknya mirip kapi. Alat bantu semacam ini cukup sederhana dan tidak memakan banyak biaya. Namun jika ingin mengefisiensikan penggunaan waktu kerja maka PT Ekamant Indonesia menyediakan produk flower disk yang lebih cocok untuk megamplas ukir-ukiran. Di samping produk star disk yang lebih se-
suai dengan produk berulir. Cara-cara yang sederhana namun efektif dalam memecahkan persoalan yang dihadapi sehari-hari oleh operator pengamplasan. Sirca S.p.A., perusahaan coating asal Italia dalam presentasi yang dilakukan oleh Federico Fabris. Doktor dalam kimia industri ini menyajikan sejumlah informasi yang cukup menarik. Ia menceritakan bahwa pihaknya telah menyajikan produk inovasi berupa sealer dari Polyester yang memiliki cycle VOC yang rendah. Keuntungannya adalah produk ini jauh lebih sehat, ramah terhadap lingkungan, namun menghasilkan secara optimal dengan tingkat elastisitas yang tinggi, serta tidak mudah menguning atau no yellowing properties. Fabris juga menginformasikan bahwa pihaknya selama tahun ini dan mendatang akan memfokuskan pengembangan long life cycles untuk keperluan eksterior. Pihaknya juga sedang berupaya meraih sertifikasi LEED atau Leadership in Energy and Enviromentally Design. Sertifikasi ini berasal dari United States Green Bulding Commission. Ini untuk kategori bangunan sekolah dan hunian. Ia juga menyebutkan pihaknya juga memfokuskan diri untuk meraih label kualitas Emicode. Label ini dikeluarkan oleh Association for the Control of Emmission in Products for Floor Instalations, Adhesives and Building Materials. Asosiasi internasional ini mengeluarkan penghargaan bagi emisi rendah flooring underlays dan produk-produk konstruksi dengan menerbitkan quality mark Emicode. “Coating kayu mirip seperti fashion,”
kata Fabris. “Coating bisa meningkatkan kualitas kayu atau material seperti MDF,” sambungnya. Namun maraknya tuntutan akan rendahnya emisi dan kandungan racun (toxic) akibat penggunaan terhadap konsumen akhir, lingkungan hidup dan lingkungan kerja di pabrik telah menjadi titik perhatian pihaknya. Peningkatan kecepatan kerja juga menjadi perhatian sehingga Sirca menciptakan produk coating yang mampu kering dengan lebih cepat. “Sekitar 45 menit sehingga produk akhirnya langsung bisa distacking. Tapi ia mengingatkan bahwa waktu pengeringan itu sangat bergantung pada sistem ventilasi yang ada. “Benahi dulu sistem ini agar bisa memperoleh waktu pengeringan paling pendek dan hasil yang optimal,” jelasnya. Yang juga menarik adalah presentasi dari Thomas Erhardt. Ia mewakili Steinert Technology Group Indonesia menyebutkan sistem coating dan curving yang berbeda akan berpengaruh dalam waktu pengeringan. Efisiensi waktu ini sangat penting karena memungkinkan produk bisa ditumpuk alias stacking dan kualitasnya tetap tinggi. Problem yang timbul adalah adanya kandungan minyak yang cukup tinggi dalam coating yang digunakan, penggunaan spesies kayu tertentu. Ini ditambah dengan temperatur dan tingkat kelembaban di Indonesia yang cukup tinggi. Ini membuat proses berjalan lebih lamban dan waktu pengeringan menjadi lebih lama. Problem ini bisa dipecahkan oleh munculnya teknologi pencahayaan menggunakan lampu Ultra Violet atau Light
Emitting Diode (LED) sebenarnya merupakan solusi tidak saja bisa menurunkan konsumsi energi secara signifikan, tapi juga mengurangi biaya tenaga kerja. Memang diakuinya bila total investasi mesin dengan lampu konvensional masih lebih rendah dibanding dengan mesin yang sama namun menggunakan lampu LED. Namun dengan mesin LED akan tampak dengan nyata terjadinya penurunan konsumsi energi dan heat load, namun dibarengi dengan peningkatan life time equipment serta munculnya peluang pemasaran green product. Selanjutnya ia menyebutkan bahwa produk hijau bukanlah sesuatu yang popular dan sedang hit di sini. Namun untuk pasar ekspor baik di Amerika maupun Eropa, produk itu bisa jadi favourable untuk pasar dan konsumen di sana. Erhardt mencontohkan bila sebuah perusahaan multinasional yang memasarkan furnitur meraih profit terbesarnya saat ini karena memasarkan produk-produk hijau. Untuk bisa mencapai efisiensi maka ia pun menganjurkan untuk membenahi proses pembahanan secara baik dan benar. Prosedur yang tepat di bagian ini akan dapat menurunkan biaya dalam tahapan produksi selanjutnya. Ia juga mengingatkan bahwa penghematan itu bukan sesuatu yang besar. “Penghematan itu jumlahnya kecil-kecil sehingga mirip dengan uang receh. Namun dengan mampu menghasilkan produk hijau, maka akan ada keuntungan besar yang bisa diraih oleh sebuah perusahaan. Pembicara selanjutnya yang menarik adalah Melissa. Putri dari pendiri Saint
13
Loubert Veneer yang bermarkas di Perancis berhasil memukau peserta seminar dengan produk veneer asapnya. Sekalipun ia sempat kebingungan karena bagasinya sempat hilang karena kesalahan operator penerbangan, namun akhirnya ia tampil memukau dan menggelitik keinginan tahu peserta seminar. Produk veneer yang mulai disadari oleh kalangan industri furnitur dan kayu olahan di Indonesia sebagai material masa depan, ternyata dengan teknik pengolahan yang diterapkan perusahaan ini menjadi lebih beragam. Salah satu produk yang dilirik secara serius adalah veneer yang diasapi. Veneer ini benar-benar tampil berbeda dari yang tidak diasapi. Warnanya cenderung gelap namun terkesan eksotis, dan memiliki tingkat kandungan kelembaban yang jauh lebih rendah karena proses pengasapannya. Sedemikian menariknya salah satu peserta di sesi Semarang sempat berulang kali mendatangi meja panitia untuk bisa memperoleh sample yang jumlahnya sangat terbatas. Heesemann yang menampilkan pem-
Vito Gaspari Technical Support Sirca
Melissa SIAB Saint Loubert Veneer
14
bicara Managing Director untuk kawasan Asia Ralf Sundmaker dalam presentasi singkatnya justru sempat mengejutkan peserta. Heesemann yang dikenal sebagai produsen mesin pengamplasan papan atas karena menerapkan teknologi advance justru memberikan penawaran sangat menarik. Dengan menggandeng Steinert Technology muncullah Steinert Edition. Wide belt sander dengan dua head. Mesin yang disebutnya “Impression Steinert Technology” merupakan yang dikhususkan untuk pengguna baru teknologi pengamplasan yang mengaplikasikan teknik high-gloss. Sekaligus untuk pengamplasan veneer dan lacquered. Paket ini meliputi set-up dan instalasi oleh tekniksi asal Jerman, sekaligus satu kali kunjungan terutama untuk pelayanan tambahan ataupun dukungan. Wide belt sander ini menurutnya cocok untuk berbagai aplikasi seperti pengamplasan halus permukaan kayu solid dan veneer, pengamplasan kalibrasi dan halus semua permukaan panel, pengamplasan lacquer, pengamplasan high gloss, serta
Federico Sirca
pengamplasan halus bagi panel dekorasi berlaminasi dengan permukaan datar. Paket ini ditujukan bagi mereka yang sejak lama mengidamkan penggunaan mesin-mesin Heesemann. Mesin berkualitas high end ini dianggap mampu memberikan solusi terhadap tantangan kerja yang ada, dan memberikan hasil kerja yang sesuai dengan ekspetasi. Namun angan-angan itu terhenti ketika berhadapan dengan harga jualnya yang memang sangat tinggi. Seperti kata pepatah “Ada rupa, ada harga”. Menyiasati inilah, kerja sama Heeseman dan Steinert Technology Group mencoba menawarkan solusi yang mengubah angan-angan menjadi kenyataan. Dengan harga dibawah mesin-mesin keluaran Heesemann umumnya. Ia menjamin bahwa pelanggan akan tetap memperoleh wide belt sander dari Heeseman yang berkualitas high end. Sayangnya penawaran tersebut terbatas hingga akhir tahun lalu.
Ralf Sundmaker Heesemann
Tandiono, ST. Ekamant Indonesia
Thibaud Le Moign Frenchtimber
Ingo Kracke Steinert Technology
SOUTHEAST ASIA’S
NO.1
FURNITURE FAIR
Special Report / Technical Workshop Sistem Grading Kayu Amerika
Technical Workshop Sistem Grading Kayu Amerika
S
etelah berhenti selama kurang lebih dua tahun, American Hardwood Export Council (AHEC) menggulirkan kembali pengenalan sistem grading pada kayu keras asal Amerika Serikat. Hal ini diakui oleh Regional Director AHEC John Chan. Namun menurutnya, itu bukan berarti pihaknya tidak mengabaikan begitu saja pasar dan konsumennya di Indonesia. Bagi John Chan, Indonesia merupakan salah satu pasar penting di kawasan Asia Tenggara. Indonesia merupakan pelanggan nomor dua setelah Vietnam. Menurutnya, personil AHEC tetap rajin bertandang ke Indonesia, dan menyambangi pelanggannya sekalipun bukan dalam rangka berjualan. “Tugas AHEC memang bukan berjualan tapi mempromosikannya,” jelasnya dalam pidato pembukaan Technical Workshop American Hardwood Grading System di Ballroom Crowne Plaza Semarang. Chan juga menambahkan bahwa terdapat tren yang cukup mengesankan dalam penjualan kayu Amerika Serikat. Sekalipun perekonomian dunia mengalami keterpurukan sejak tahun 2008, namun ekspor kayu Amerika ke seluruh dunia justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Namun ia dengan diplomatis menambahkan bahwa kayu Amerika lebih berperan sebagai pelengkap alias complementary bagi kayu lokal yang dikonsumsi oleh industri pengolahan kayu domestik. Apa yang dikatakan oleh Chan memang masih bisa diperdebatkan. Namun yang pasti persoalan sertifikasi legal kayu lokal di Indonesia bisa menjadi faktor perubah bagi kenyataan itu. Saat ini Sistem Verifikasi Legal Kayu Indonesia masih belum ada kepastian, karena menunggu selesainya proses ratifikasi dari seluruh anggota Uni Eropa yang jumlahnya mencapai dua puluh tujuh negara. Besarnya derajat ketidak pastian inilah yang justru meningkatkan peluang pemasaran kayu-kayu impor, termasuk kayu Amerika. Peningkatan konsumsi kayu impor di Indonesia mulai terasa sejak awal tahun ini. Itu sebabnya untuk bisa memanfaatkan secara maksimal, apalagi dalam kondisi Rupiah terpuruk seperti saat ini maka diperlukan transfer pengetahuan dan pengenalan karakter kayu-kayu impor itu. ini menjadikan technical workshop semacam ini menjadi penting. Paling tidak
16
John Chan opening address at grading seminar in Semarang, Java Sep 2013 Technical workshop by Dana
acara semacam ini memberikan pengetahuan mendasar akan grading dan karakter kayu impor asal Amerika. Technical workshop yang merupakan kerja sama antara AHEC dan Pose Media Indokreasi yang merupakan penerbit majalah WoodMag. Acara ini didukung oleh PT Ekamant Indonesia diselenggarakan di Ballroom Crowne Plaza Semarang pada tanggal 17 September, dan Ballroom Sheraton Surabaya pada tanggal 19 September 2013 lalu. Peserta yang datang tidak terlalu banyak dalam kedua acara, namun justru berlangsung interaktif terutama ketika sesi Semarang digelar. Sesi di Surabaya juga berlangsung interaktif namun setelah dipancing terlebih dahulu oleh Chief Inspector National Hardwood Lumber Association (NHLA) Dana Spessert yang menjadi instruktur tunggal dalam kedua acara ini. Dana Spessert menyebutkan bahwa NHLA sudah berdiri sejak tahun 1898. Regulasi yang diterbitkan organisasi ini bertujuan untuk menentukan nilai (to value) sebilah papan kayu. Ini akan memudahkan penaksiran akan harga jual sesungguhnya. Karena itu ia mengingatkan bahwa grading bertujuan untuk mencari sisi terbaik dari sebilah papan. Bukan justru sebaliknya, yaitu mencari seberapa banyak cacat yang ada. Menurut Spessert, yang lupa membawa lumber inspector ‘magic’ sticknya, re-
“Lebih Cocok untuk Indoor” Sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik dari seorang peserta adalah apakah kayu keras Amerika bisa digunakan baik untuk keperluan indoor maupun outdoor. Hal ini langsung dijawab secara gamblang oleh Spessert. Bagi Inspektur Kepala NHLA ini, nyaris semua kayu keras Amerika sangat sesuai untuk keperluan indoor alias dalam ruang. Untuk keperluan outdoor atau konstruksi, ia menyarankan untuk menggunakan thermowood. Ini seperti yang dikatakan John Chan dalam sambutan pembukaannya bahwa kayu Amerika merupakan pelengkap. Artinya untuk keperluan struktur dan luar ruang, perana kayu tropis lokal masih tidak akan tergantikan dan tidak akan tergusur di masa depan. Namun ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan moratorium penebangan terhadap kayu tropis alamnya bila akan digunakan untuk keperluan dalam ruang.
gulasi NHLA banyak mengalami perubahan sejak diterbitkan pertama kali. Perubahan ataupun penyederhanaan, seperti grade FAS atau First and Second. Awalnya grade ini terdiri dari dua grade, yaitu First and Second. Grade First merupakan grade premium. Bersamaan dengan perkembangan menjadikan kayu grade ini langka. Kelangkaan inilah yang kemudian memicu penyatuaan dengan grade di bawahnya, sehingga menjadi grade FAS. Bagian tersulit dari workshop ini adalah pengkonversian satuan ukuran yang digunakan di Amerika dengan satuan ukuran yang digunakan di Indonesia. Apalagi angka yang menjadi patokan juga tidak bulat, tapi menggunakan pecahan. Angka patokan minimal untuk bisa dimasukan grade FAS misalnya adalah 88 1/3% clear cut. Ini cukup menimbulkan kesulitan tersendiri bagi para peserta pelatihan. Untungnya kekacauan itu hanya terjadi sesaat karena peserta segera bisa merubah mindsetnya secara cepat. Untuk dapat dikategorikan dalam grade ini, Spessert menekankan perlunya perolehan clear cut dengan minimal sebesar 83 1/3% pada salah satu sisi papan kayu. “Atau lebih besar dari itu, jadi tidak boleh lebih rendah dari itu,” jelas Spessert. Grade Number 1 comm, clear cut minimal yang diijinkan adalah 66 2/3% dari total permukaan di salah satu sisi papan kayu gergajian. Demikian juga persyaratan untuk memperoleh grade No. 2A, 2B dan 3
Left to right: John Chan, Dana Spessert, Sharon Shek
comm menggunakan angka persentase yang tak bulat. Untuk bisa memperoleh grade kayu secara cermat, maka peserta diharuskan untuk memperhatikan mana saja yang dikategorikan sebagai cacat (deffect) atau bukan cacat seperti yang diterapkan dalam regulasi NHLA. Bekas patokan paruh burung, lubang yang disebabkan oleh cacing, retakan hingga belahan; misalnya bisa dikategorikan sebagai cacat. Sementara sticker stain tidak dianggap sebagai cacat. “Secara pribadi saya tidak menyukai penggunaan istilah deffect atau cacat,” jelas Spessert. “Saya lebih menyukai penggunaan istilah sound dan unsound untuk
penggantinya,” lanjutnya. Spessert juga mengingatkan bahwa regulasi tentang deffect itu juga tidak berlaku menyeluruh. Artinya ada spesies tertentu yang mengabaikan cacat tertentu, seperti tidak berlakunya cacat karena patukan burung atau bird peck pada kayu black walnut. Demikian juga untuk spesies hickory. Untuk bisa memperoleh grading yang tepat, Spessert mengurangi luas permukaan dengan besaran cacat yang ada. Cacat yang ada biasanya dihitung persis pada bagian terluarnya, dan selalu dalam berbentuk persegi. Ini untuk memudahkan dalam perhitungan selanjutnya.
17
Ulangi pengukuran yang sama pada sisi lain dari bilah papan yang sama. Jika sisi lainnya justru memperoleh grade yang lebih tinggi dibanding sisi pertamanya, maka gradenya mengikuti hasil yang lebih baik. Dalam workshop baik di Semarang maupun Surabaya, para peserta diajak untuk melakukan pengukuran dan penentuan grading secara langsung. Peserta di Semarang harus diakui lebih antusias. Mereka sejak awal pelatihan memang sudah mulai terlibat, dan aktif untuk bertanya. Ketika Spessert mengundang untuk melakukan penghitungan dan pengkategorian grade, tanpa perlu diulang sebagian peserta segera bangkit dari bangkunya dan langsung bergegas ke depan ruangan. Sementara peserta pelatihan di Surabaya, sedikit lebih malu-malu sehingga perlu diundang berkali-kali oleh Spessert. Namun akhirnya, seluruh peserta yang hadir di ballroom Sheraton Hotel Surabaya pun berkumpul di sekitar papan yang hendak diobservasi. Tanpa terkendala perbedaan bahasa dan satuan ukur, mereka langsung melakukan perhitungan seperti yang diajarkan oleh Spessert. Tersedia sejumlah papan kayu yang dipinjamkan oleh APP Timber dan Madero Internasional sebagai material peraga sekaligus bahan percobaan pengukurannya. Yang menarik ternyata ada spesies black walnut dan red alder, yang dikecualikan dalam pengukuran dan pengkategorian grade. Nyaris tidak terlihat adanya perbedaan persepsi antara instruktur dengan peserta. Ini menjadikan perhitungan dan pengkategorian yang dilakukan cukup lancar. Sekalipun waktu yang dibutuhkan memang masih lebih lama dibanding jika dilakukan oleh inspektur kayu yang profesional. “Inspektur kayu biasanya melakukan itu sambil berjalan, dan ia hanya punya waktu sangat singkat untuk menilai dua sisi dari kayu yang sama,” jelas Spessert. “Ini karena jumlah kayu yang harus digrading mencapai ribuan,” lanjutnya. Peserta pelatihan memang tidak diharapkan untuk menjadi inspektur kayu profesional. Paling tidak, para peserta bisa memperoleh pengetahuan mendasar bagaimana menentukan kualitas grading kayu Amerika. Ini diharapkan bisa membekali peserta jika harus melakukan pengecekan ulang secara mandiri. Sehingga tidak terjadi kebingungan bila ada persoalan nantinya. Inilah yang membawa pemahaman baru bahwa berbeda dengan kebiasaan di sini yang mengharuskan pembeli untuk membayar sama rata untuk kayu yang diordernya, apapun kondisinya. Namun untuk kayu Amerika, pembayarannya ber-
18
gantung pada kualitas grading yang diordernya. Menurut pengakuan salah satu peserta yang hadir, kayu impor memiliki recovery yang lebih tinggi dibanding kayu lokal. Kualitas grade inilah yang membedakan keduanya. Peserta lain mempertanyakan persoalan perbedaan warna antara sapwood dan heartwood. Ini terkait dengan kebiasaan pabrikan di sini yang cenderung membuang bagian sapwood, untuk memberikan warna tunggal. Untuk mengatasi persoalan ini, Spessert merekomendasikan pelanggan di sini untuk berbicara langsung dengan suppliernya. Namun itu sangat bergantung pada spesies kayu yang hendak digunakan. Kayu ash misalnya memiliki bagian sapwood dan heartwood yang amat berbeda warnanya. Di Amerika sana, menurut Spessert justru banyak pabrikan yang menginginkan bagian sapwood. Sementara kayu red oak, justru bagian terbesarnya adalah heartwood. Bagian inilah yang banyak diminati untuk digunakan dalam berbagai produk. Spessert juga menambahkan bahwa kayu Amerika biasanya sudah tersedia dalam bentuk sudah dikeringkan melalui Kiln & Dry. “Moisture Content-nya berkisar antara enam hingga sembilan persen. Menanggapi permintaan MC yang lebih tinggi, ia mengungkapkan bahwa perlunya komunikasi langsung antara pelanggan di Indonesia dengan suplairnya di Amerika Serikat. Sedangkan ketika ditanya mengenai besaran penyusutan setelah proses K&D, ia menyebutkan rata-rata mencapai antara tujuh hingga sembilan persen. Ada juga perserta yang mempertanyakan perbandingan istilah antara kayu Eropa dan Amerika. Spessert menjelaskan bahwa FAS dalam terminologi NHLA dan AHEC setara dengan grade Prime yang digunakan untuk kayu asal Eropa. Sedangkan Nomor 1 Common pada kayu Amerika setara dengan grade Comsel yang biasa dipakai pada kayu Eropa.
“Komunikasi Lebih InteNsif” Dalam sesi Surabaya, Michael Buckley dari World of Hardwood juga menjadi pembicara. Ia menjelaskan jika kayu jati alias teak alias tectona grandis hanya terdiri dari satu spesies. “Ini berbeda dengan spesies oak,” katanya. Spesies yang dikenal dengan sebutan eik saat jaman Kolonial Belanda, ternyata memiliki banyak sub spesies dan varian. Ini bisa dilihat dari beragam warna dan pola serat hingga densitasnya. Itu sebabnya, ia menyarankan pelanggan di sini untuk berbicara secara intensif dan lebih detil dengan suppliernya jika hendak mengorder spesies ini. “Jangan sampai ada nantinya barang yang datang justru berbeda dari yang dimaksudkan,” jelasnya. Mengenai tulipwood atau yellow poplar, menurut Buckley merupakan spesies yang sama. Nama yellow poplar merupakan nama domestik di Amerika Serikat. Perubahan nama menjadi Tulipwood karena di Eropa sana, kayu poplar itu merupakan kayu lunak alias softwood dan tidak bisa digunakan untuk pembuatan mebel dan jointing. Itu sebabnya nama komersialnya diubah Tulipwood agar menghapus persepsi negatif pelanggan Eropa. Bagian sap Tulipwood ini mirip dengan kayu ramin dan berwarna terang. Sementara bagain heartwoodnya cenderung lebih gelap dengan tingkat kegelapan yang beragam.
Dana spessert (rightt) teaching American hardwood grading in Surabaya
Advertorial / IFMAC
“Industri Furnitur Indonesia yang Terus Menggeliat”
www.ifmac.net
The 3rd International Woodworking & Furniture Manufacturing Components
The Furniture Industry's Premier Solutions Show for Indonesian and Global Growth
8-1014
MAY 20
S
ekalipun tingkat pertumbuhan perekonomian nasional Indonesia pada tahun lalu berada dikisaran 5,3% namun ini tidak menyurutkan peluang yang ada. Dalam keadaan sulit pun, seperti diakui oleh mantan Chairman Asmindo Ambar Tjahjono ketika diwawancarai oleh redaksi WoodMag pada bulan November 2013, industri mebel Indonesia tetap mengalami pertumbuhan sekitar lima persen di tahun lalu. Amerika yang menjadi pasar utama ekspor produk ini diyakininya sudah mulai membaik dibanding waktu sebelumnya. Diakuinya pula sejumlah negara di Eropa juga sudah mulai menunjukkan perbaikan dalam perekonomiannya. Masuknya kawasan Eropa Timur dalam pasar Uni Eropa juga membantu pemulihan ini. Ekspor produk furnitur Indonesia pun sejak berapa tahun lalu mulai menguat dalam kawasan baru ini. Pertumbuhan di kawasan Asia dan Timur Tengah juga ternyata mampu menyerap produk-produk furnitur dan kayu olahan Indonesia dalam berapa tahun terakhir. Jepang dan Korea memang masih menjadi tujuan utama ekspor produk kayu olahan negeri ini. Pasar China juga cukup menggiurkan terutama pasar kelas
20
menengah dan atasnya. Pasar di negaranegara Islam Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait juga sudah mulai dimasuki dalam berapa tahun terakhir. Bila selama ini industri mebel dan kayu panel Indonesia sudah cukup berkembang dalam sektor pasar ekspor, ternyata dalam krisis perekonomian global saat ini justru dihentakkan dengan kenyataan bahwa pada saat yang sama pasar domestiknya justru tidak terlayani. Bahkan ada kecenderungan, pasar dalam negeri yang sudah mulai menggeliat dalam berapa tahun terakhir mendapatkan pasokan dari
produsen serupa di luar negeri. “Tidak hanya di pasar primer, pasar sekunder dalam negeri pun bertumbuh dengan pesat. Perubahan life style juga menjadi “lokomotif” yang mendorong peningkatan pasar dalam negeri terhadap industri woodworking. Produsen yang semula hanya berfokus pada pasar ekspor pun mulai tertarik pada pasar dalam negeri yang menandakan bahwa terdapat potensi yang cukup besar bagi industri woodworking sekaligus menopang pertumbuhan perekonomian nasional.”ujar Ibu Rini Sumardi selaku Direktur dari WAKENI. Kesempatan inilah yang diambil oleh WAKENI dengan menghadirkan pameran IFMAC (International Woodworking and Furniture Manufacturing Components) pada tanggal 8-10 May 2014 di Jakarta International Expo. Dimana pameran IFMAC akan menampilkan permesinan dan peralatan perkayuan, bahan baku dan komponen untuk produksi furnitur , komponen pendukung seperti perekat, ampelas dan cat, fittings , kayu dan papan lapis, lampu serta aksesoris-aksesoris lainnya.
ayoran
Jakarta International Expo Kem
OUR Y K O O B W! O N E C SPA
For more information, please contact:
PT Wahana Kemalaniaga Makmur
Komplek Perkantoran Graha Kencana Blok CH-C, Jl Raya Pejuangan No 88, Kebon Jeruk, Jakarta 11530 T: +6221 53660804 F: +6221 5325890/887 E:
[email protected] W: www.ifmac.net Organized by: Exhibition & Convention
Supported by: Expert
PT.WAHANA KEMALANIAGA MAKMUR
Event
Chairman PEFC William Street, Jr.,:
“We Take It
Very Seriously” Chairman Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) International William Street Jr., mengatakan “We take it very seriously”. Ini diungkapkan dalam sambutannya di Sidang Umum ke Delapan
kan organisasi ini harus dipertimbangkan peroleh Sistim Verifikasi Legal Kayu Indo- pemilik konsensi hutan swasta justru sebagai perwujudan perencanaan mereka nesia yang bersifat mandatory dan akan cederung mengkonversikan hutan alam sendiri untuk hutan yang dikelola dengan diberlakukan pada Januari 2014. Bahkan yang ada menjadi hutan produksi dan HTI. Tak jarang di antara pemilik konsensi delegasi asal Indonesia yang hadir dalam lestari. Sekalipun di dunia, seperti yang acara ini justru terlihat ambivalen dalam justru mengkonversikannya menjadi kawasan pertambangan, atau perkebunan diklaim oleh Street, PEFC merupakan “The persoalan ini. kelapa sawit, atau kawasan largest certification in the world”. peternakan. Konversi ini Organisasi ini memiliki sekitar 35memang sangat tidak dian National Governing Body, dan harapkan karena tidak bisa dengan pendekatan bottom up ini menunjang misi utama justru tidak menarik bagi negaraPEFC yang bertujuan unnegara di kawasan ASEAN. Hal ini tuk pengelolaan hutan tercermin dari jumlah sertifikasi lestari. Bukan meniadakan yang sudah terbit hingga saat ini. hutan atau megkonservaDari delapan persen hutan di Asia sikannya sebagai kawasan Tenggara yang sudah tersertifikapenghasil karbon, seperti si, maka total sertifikat mencapai yang terjadi selama ini baik 7768. Dari jumlah itu hanya 775 di Asia maupun Amerika sertifikat yang berasal dari PEFC. Latin. Jumlahnya dua kali lipat dari sertiMalaysian Minister of Plantation Industies and Commodities, YB Datuk Amar Douglas Uggah Embas, Dalam dialog dengan fikat serupa yang dikeluarkan oleh opened PEFC AGM 2013 in KL
belas PEFC di Ballroom Hotel Istana, Kuala Lumpur, pada awal medio November lalu.
D
alam sambutan pembukaannya Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Malaysia Datuk Amar Douglas Uggah Embas menyebutkan bahwa dibawah skim PEFC-endorsed, Malaysian Timber Certification Scheme (MTCS) bisa memperoleh pengakuan internasional. “Saat ini sudah diterima di bawah kebijakan pengadaan (procurement) kayu nasional seperti di Denmark, Inggris, Jerman, Finlandia, belgia, Swiss, Perancis dan Selandia Baru. Skim yang sama juga diakui oleh berbagai sistem green building di Malaysia, Australia, Italia, Singapura, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Abu Dhabi dan Uni Emirat Arab. “Ini menandakan jika upaya-upaya yang dilakukan Malaysian Timber Certification Council (MTCC) dalam mengimplementasikan MTCS adalah langkah yang benar dalam menuju pengelolaan hutan lestari. Pada tingkat kawasan seperti ASEAN, Datuk Amar Douglas menyebutkan keterlibatan MTCC dalam kelompok kerja Pan-ASEAN Timber certification Initiative. Kelompok ini dibentuk pada tahun 2002 untuk mengembangkan kerangka kerja sertifikasi kayu untuk ASEAN. “Malaysia merupakan negara yang meleadnya, dengan MTCC sebagai lead agency,” katanya. Ia juga mengungkapkan jika Malaysia pada saat ini juga sedang memberikan bantuan teknis pada Myanmar, India dan china agar bisa mengembangkan skim seritifikasi nasional masing-masing dibawah kerangka kerja PEFC. Sektor industri hasil hutan Malaysia tampaknya harus cukup tanggap. Ini
22
(L) Ben Gunneberg listens to PEFC Chairman Bill Street address General Assembly in KL
merupakan kunci bagi masa depan karena industri ini merupakan salah satu kontributor pendapatan eskpor. Di tahun 2012, sektor ini menghasilkan hampir EUD4,6 milyar, atau hampir 2,9% dari total produk ekspor. Ketersediaan bahan baku kayu dalam jangka panjang dari hutan yang sehat merupakan salah satu kepentingan strategis negeri ini. “Dengan lebih dari 300 ribu jiwa bekerja di sektor ini, dimensi sosial dari kelestarian menjadi teramat penting dalam pembangunan daerah pedesaan di sini,” jelas Street. “MTCC sebagai sistem global sertifikasi hutan mengintergrasikan kebutuhan sosial dalam sertifkasi lacak balak alias chain of custody memberikan perlindungan bagi para pekerja sepanjang mata rantai suplai. Ini akan memainkan peranan penting dalam memajukan taraf kehidupan kelompok masyarakat ini”. Sebagai sebuah payung internasional, menurut Street, PEFC hingga hari ini tidak mengeluarkan satu pun seritifikat legal hutan. “Ini menjadi urusan dan wewenang National Governing Bodies di setiap negara,” jelasnya. Hal ini dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal PEFC Ben Gunnerberg. Menurut Street, berbeda dengan kebanyakan organisasi serupa maka PEFC justru menerapkan pendekatan bottomup. “Kami percaya bahwa pendekatan adalah melalui proses inklusif yang mengakui tidak ada cara tunggal untuk beragam jenis hutan”. Ia menambahkan “Bahkan kami percaya tidak pernah ada pendekatan terbaik untuk diaplikasikan untuk semua hutan, dibanding dengan pendekatan bottom up”.
Keterlibatan stakeholder meyuarakan pihak mana yang tidak diuntungkan untuk didengar adalah satu-satunya cara untuk maju. Semua pihak mulai dari rumah tangga, penduduk asli, pekerja, wanita, minoritas; seperti juga lima ratus perusahaan multinasional besar, tuan tanah serta pemerintah harus digaransi mendapatkan kursi di meja perundingan yang sama; yang memutuskan kebijakan tentang bagaimana mengelola hutan tertentu. Ia juga menyerukan adanya kursi bagi kaum urban yang bahkan tidak pernah menginjakan kakinya ke hutan. Hanya saja kalangan ini bukanlah mayoritas. Street dan PEFC mempercayai jika keputusan harus diambil berdasarkan dua pertiga suara pemilik kursi dengan menggunakan chamber based systems. “Ini yang kami percayai,” tegasnya. “Tidak hanya dengan satu pemikiran atau satu suara”. Ini merupakan cara kami dalam membuat keputusan dari hari ke hari. Kami mencari yang di dalam, bukan yang diluar, perdebatan. Kami mencoba mencari solusi bagi problema kompleks untuk setiap hutan yang unik dalam masing-masing National Governing Bodies dari pada “Mendiktekan one size fits all approach from a foreign Teutonic capital”. Hanya dengan cara itulah akan terjadi pendekatan pembedayaan. “Tatkala lainnya mengutuknya sebagai inkonsistensi, justru kami menghargai sebagai output dari kekayaan, keberagaman dan merupakan proses multi-kultur. “ Itu sebabnya ia mempercayai jika pembangunan ekonomi dan kultur dari sebuah bangsa atau komunitas dalam hutan yang disertifikasi-
Delegates at PEFC Stakeholder Dialogue in KL
SGEC. Sementara sertifikat terbanyak yang jumlahnya mencapai 6609 justru dikeluarkan oleh FSC. Ini memunculkan pertanyaan yang menggelitik, mengapa PEFC sangat sedikit dalam mengeluarkan sertifikat di kawasan yang banyak hutan tropisnya. Jawabannya yang diajukan Ben Gunenberg adalah PEFC justru berada di supply side, “Bukan demand side”. Bisa jadi hal ini cukup masuk akal, sekalipun tidak cukup menjelaskannya. Di Indonesia sendiri, PEFC juga tidak banyak diketahui oleh para produsen mebel dan kayu olahan. Mereka umumnya lebih akrab dengan sertifikasi dari lembaga lain. Malahan saat ini mereka juga disibukan dengan upaya untuk mem-
stake holder di hari berikutnya pada 14 November 2103, salah seorang anggota delegasi asal India mengungkapkan bagaimana pengalaman para pemilik hutan kecil di India ketika berurusan dengan para authorisator sertifikasi ini. Menurutnya para pemilik hutan kecil ini umumnya adalah peKeytnote speaker Mr Emmanuel Ze Meka, CEO of ITTO tani miskin yang hidupnya tergantung dari sepetak kecil hutan yang dikuaMemang tidak mudah apalagi untuk sainya. Lantas datanglah para autorisator meyakinkan para pemilik hutan di Asia, ini dan memerintahkan pada mereka unyang banyak dikuasai oleh perusahaan mi- tuk melakukan hal tertentu, serta jangan lik negara atau perusahaan swasta pemi- melakukan hal yang berbeda. Tentu para liki Hutan Tanaman Industri. kebanyakan pemiliki sepetak hutan ini kebingungan.
23
Moderator Michael Buckley (2nd L) with panellists Fitch, Lee & Koh - experts on panels and furniture
Dalam pikiran mereka, kenapa tiba-tiba orang-orang asing itu datang memerintahkan mereka untuk ini dan itu. Kebingungan pun bertambah ketika in the end of the day, sekumpulan orang asing itu tibatiba meminta biaya besar untuk menyuruh dan melarang apa yang mereka akan perbuat. Pernyataan ini tentu menjadi hal yang menyegarkan, namun dengan diplomatis Ben Gunenberg menjawab setiap upaya yang baik tentu beresiko akan ada biayanya. Seorang anggota delegasi asal Malaysia mempertanyakan bagaimana peran dan kontribusi masyarakat yang tinggal di pinggiran hutan. Eksistensi dari masyarakat ini nampaknya sering kali diabaikan dalam persoalan sertifikasi. Kemiskinan dan ketidak berdayaan membuat kelompok masyarakat ini terasing dari skim sertifikasi manapun. Sekalipun Street mengklaim bahwa skim sertifikasi PEFC merupakan yang terbaik di dunia pada saat ini, namun tidak berarti persoalan masyarakat terasing terpecahkan. Pengalaman justru menunjukkan skim sertifikasi yang berorientasi pada pasar, tidak bisa mengadopsi dan mengintegrasikan kelompok masyarakat yang tidak memiliki sumber daya dan posisi tawar-menawar cukup kuat dalam pusaran ekonomi pasar.
24
Dalam diskusi seharian seluruh partisipan, panelis dan pembicara mencoba untuk mencari isu penting yang berhubungan dengan mata rantai suplai produk hutan lestari di seluruh Asia. Mereka mencoba mencari faktor penyumbat alias bottle neck dalam mata rantai suplai dan langkah untuk mengatasinya. Pesan kunci yang muncul dalam sesi ini adalah munculnya kebutuhan untuk meningkatkan tuntutan akan produk bersertifikasi di pasar Timur Tengah dan Asia. Ini bersamaan dengan penurunan pasar di Eropa dan Amerika. Banyak perusahaan yang mengalihkan aktivitas bisnisnya ke kawasan ini. Sayangnya di sini hanya sedikit atau terbatas permintaan akan produk bersertifikat. “Banyak perusahaan di negara-negara Asia belum membutuhkan sertifikasi, dan umumnya merupakan konsumer baru dengan pemerintah yang tidak proaktif dalam sertifikasi,” kata Executive Director Singapore Furniture Industries Council (SFIC) Ernie Koh. “Sebagai produsen, saya yakin PEFC harus mencari cara guna mengatasinya dengan pull strategy,” lanjutnya. Tidak heran bila banyak partisipan yang setuju agar PEFC untuk meningkat pengetahuan sekaligus kebutuhan akan produk bersertifikat di pasar ini.
Sebagian peserta terutama dari Malaysia juga mendesak PEFC untuk melakukan sertifikasi terhadap spesies kayu di luar hutan, terutama kayu karet alias rubberwood yang banyak digunakan di Malaysia dan negara-negara di sekitarnya. “Kami siap, jika anda sudah siap,” kata Richard Lee dari Regent Furniture. Ini menggambarkan kesiapan industri di negeri ini untuk melakukan sertifkasi atas spesies kayu yang dipandang sebagai “upstream”. Yang juga dipersoalkan dalam sesi diskusi ini adalah persoalan legalitas. Celakanya, pembahasan akan persoalan legalitas telah menggeser fokus dari masalah kelestarian ke beragam konsep legalitas yang berbeda. Menurut Cindiy Squires dari International Wood Products Association (IPWA). Pergeseran ini menjadikan persoalan legalitas menjadi titik perhatian utama dan menjadikan persoalan kelestarian sebagai fokus berikutnya. Ng Kay Yip dari Maran Road Sawmill menyebutkan bahwa persolan legalitas telah mengacaukan bisnisnya sekaligus merupakan langkah mundur dalam membahas kelestarian. Genevieve Chua dari Spicers menggambaran persoalan kelestarian sebagai kondisi normal yang baru bagi Asia.
25
Profile
Abdul Sobur,
CEO Kriya Nusantara
“ 26
Kriya Nusantara:
“Motif yang Menjadi Kekuatan”
N
yaris tidak ada yang membayangkan kotak parfum ataupun gift box yang sangat mewah itu berasal dari Bandung, Indonesia. Tak hanya itu karena produk radio cawang art yang sangat memukau itu juga berasal dari PT Kriya Nusantara yang pabriknya berlokasi di Gedebage dan Cibiru. Perusahaan ini sejak berdirinya di kawasan Cibiru memang telah memutuskan untuk fokus pada pembuatan kriya yang berbasiskan pada seni kriya. Itu sebabnya persoalan kualitas dan kesempurnaan menjadi orientasi mendasar bagi perusahaan yang didirikan oleh Abdul Sobur. Pria lulusan S1 dan program Paska Sarjana Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung ini memang telah memutuskan untuk berkarya dalam bidang ini sejak dibangku kuliah. Pilihannya memang tidak salah. Berawal dari pabrik di Cibiru dengan luas hanya 1500 meter persegi, sejak tahun 2011 telah berkembang dengan menempati lahan dua kali lebih luas di kawasan Gedebage. Menurut Kepala Research and Development Handoko, pabrik di Cibiru masih tetap beroperasi hingga kini dan memproduksi komponen dari metal yang dibutuhkan bagi perusahaan ini. sementara untuk produksi komponen lainnya dari kayu dan perakitan dilakukan di pabrik yang ada di Gedebage. Kedua komponen ini kebanyakan dikerjakan dengan cara hand made alias manual. Mengerjakan dengan cara ini cukup sulit apalagi presisi yang dibutuhkan cukup tinggi. Mau tidak mau diperlukan craftmanship dan pengalaman yang cukup bagi setiap operatornya. Memang terdapat sejumlah mesin produksi yang terbilang canggih di pabrik ini, “Namun kesemuanya hanyalah membantu operator dalam mengerjakannya,” jelas Handoko. Ia mencontohkan komponen logam yang harus diinlay itu sering menjadi masalah. “Bisa kebesaran atau kekecilan dari
seharusnya. Perlu upaya berulang kali untuk memperbaikinya”. Untuk memperbaikinya diperlukan ketrampilan operator yang mumpuni. Ini berbeda dengan industri massal yang sudah pasti menghasilkan komponen yang presisi. Untuk mengatasinya, digunakanlah mal. Cara sederhana ini ternyata cukup efektif dalam menurunkan tingkat kesalahan. Bentuk yang tidak standar sekalipun kayu yang digunakan sama, menjadikan pihaknya sulit memesan alat bantu kerja yang memiliki bentuk sama. Jika itu dilakukan maka pengadaannya akan memakan biaya pembelian cukup besar. Ini berimbas pada harga jual. Itu sebabnya perusahaan mengandalkan sekali keah-
lian masing-masing operator. “Tak sedikit dari operator kami yang sudah bekerja di sini selama 20 tahun,” jelas Handoko. “Yang jam terbangnya baru dua tahun biasanya baru bisa membaca gambar kerja,” lanjutnya. Itu sebabnya perusahaan mengembangkan pengawasan dan penjaminan kualitas untuk setiap produknya. Pengawasan terhadap kualitas benar-benar melekat di setiap tahap produksi. Ini mulai tahap pemotongan bahan mentah yang berupa MDF dalam berbagai ketebalan dan dimensi. Petugas kontrol kualitas benar-benar jeli dalam mencari dan menemukan baik cacat alias defect sekecil apapun. “Tidak boleh ada cacat dan harus seratus persen kualitas terbaik,” jelasnya. “Itu sebabnya ada tim QC ada di setiap
mata rantai produksi,” lanjutnya. Untuk bisa menemukannya ternyata dibutuhkan pengetahuan mengenai apa yang dimaksudkan sebagai defect, dan jam terbang yang cukup panjang. Setelah itu, para pengawas ini lantas memberikan tanda dengan stiker kecil yang menunjukkan adanya kekurangan itu. Produk itu segera dipisahkan dari produk yang lolos pada proses ini, dan dikembalikan ke jalur produksi untuk mendapatkan perbaikan. “Memang sulit untuk bisa mencapai seratus persen lolos dalam tiap batch produksi, apalagi kesemua pengerjaannya dilakukan secara manual, ” jelas Handoko. Tindakan koreksional juga menyangkut pembetulan atas letak pernak-pernik “Kadang diletakannya terbalik,” ujar salah satu QC supervisor yang sedang bekerja. “Kadang pula juga harus membersihkan dari minyak jari operator sebelumnya,” lanjutnya. Detil kerja yang terlihat remeh namun justru berdampak besar pada kualitas dan keindahannya. Komponen metal baik berupa sabuk yang harus diinlay ke dalam dudukannya, ataupun komponen seperti engsel juga harus dilakukan secara teliti. Memasang engsel tidak hanya dituntut tepat posisinya, tapi juga harus mampu dibuka tutup secara halus sehingga tidak mengganjal atau malahan meleset. Kelihatanya mudah namun cukup sulit bagi yang tak terbiasa. Meletakan komponen metal ke dalam inlay juga bukan soal mudah. Peletakannya harus sangat presisi. Tidak boleh miring. Banyak sedikit cairan lem juga harus pas. Tidak terlalu sedikit atau berlebihan. Bahkan tidak boleh menimbulkan titik akibat pengentalan atau masuknya butiran debu ke dalam cairan lem. Lem yang digunakan juga tidak dibolehkan menimbulkan glue line. Kalau sudah itu terjadi mau tidak mau harus dilakukan tindakan koreksional. Ini dilakukan tidak hanya pada defect yang ada, tapi juga hingga membersihkan. Terbayang bukan bagaimana repotnya memperha-
27
tikan semua detil itu secara seksama dan berulang-ulang. Rutinitas bisa berubah faktor yang memungkinkan penurunan konsistensi kontrol kualitas, apalagi jika dipengaruhi dengan mood individual. Sikap permisif terhadap kesalahan bisa mengendurkan ketatnya kontrol kualitas, yang berakibat panjang nantinya. Persoalan inilah yang kemudian menjadi pekerjaan rumah abadi Kriya Nusantara. Untuk memperbaikinya mau tidak mau terus menerus dilakukan penyempurnaan. Ini berjalan seiring dengan inovasi yang tak kenal henti. Dalam industri
kriya memang terdapat tuntutan tinggi akan kreativitas. Ketatnya persaingan dan selera pasar yang mudah berubah mendorong tingginya tuntutan itu. Hal ini menuntut Kriya Nusantara untuk selalu kreatif. Saat kunjungan di pabriknya di Gedebage, sebagian staf yang berada dalam departemen R&D sedang mengadakan diskusi dengan pakar batik asal Jepang. Tujuannya tidak hanya untuk bertukar informasi, namun juga mendapatkan masukan mengenai perkembangan desain yang sedang digemari pasar. “Kami ingin tahu karakter
produk seperti apa yang disukai pasar ke depan,” jelas Handoko. Diakuinya juga bila untuk saat ini masih belum ada benang merah antara satu desain perusahaannya ke desain berikutnya. Namun ia menambahkan bila sudah ada semacam karakter dalam desain metal yang disebutnya “Nyaris nyambung,” lanjutnya. Saat ini, Kriya Nusantara mengembangkan desain-desainnya berdasarkan motif geometrik. Motif ini lebih dikenal dengan motif arabik atau muslim. Motif semacam ini sangat disukai oleh pasar ekspornya di Timur Tengah yang meli-
Peran Sentral R&D Inovasi dan penyempurnaan inilah yang menjadikan desain-desain keluaran Kriya Nusantara disukai oleh buyer. Keduanya bukannya hanya pada persoalan desain semata, tapi juga meluas hingga ke kemasan. Tujuannya adalah bagaimana meningkatkan nilai jualnya. Ini tentu bukan pekerjaan mudah. Untuk desain produk dalam tahun 2013 ditargetkan sebanyak 150. Kesemuanya sudah ditawarkan ke para buyer. “Tidak banyak custom design yang datang dari buyer,” jelas Handoko. Kesemua desain berawal dari sketsa. Jika sketsa itu dianggap sudah lengkap maka akan diwujudkan menjadi purwa rupa. Jika tak ada kendala dalam memproduksi untuk jumlah besar, maka akan segera diserahkan ke bagian produksi. Untuk bisa mewujudkannya, bagian R&D lah yang berperan untuk menjelaskan hingga mendetil ke para operator tentang segala sesuatunya.
28
Tidak heran bila bagian yang hanya diawaki oleh sembilan karyawan ini menjadi bagian yang cukup berperan sentral dalam melahirkan desain, produk jadinya hingga ke komponen penunjangnya. Menurut handoko, bagian yang dipimpinnya juga disemangati oleh ketatnya persaingan dari kompetitor yang berasal dari China dan India. Sekalipun secara kualitas produk serupa asal India misalnya, masih jauh dari standar kualitas yang ditetapkan perusahaannya. Namun produk copy paste (copas) atas desain priangan yang pernah dikeluarkan Kriya Nusantara menjadi peringatan serius. Paling tidak ini memberikan cambukan untuk bisa menciptakan lebih banyak desain-desain baru yang diminati oleh pasar, tanpa perlu mengorbankan kualitas yang sudah tercapai.
Indonesia International Wood & Wood Machinery Show www.indonesiawoodshow.com
NEW LOCATION
East Green Eco Park - Senayan - Jakarta - Indonesia puti Kuwait, UAE dan Arab Saudi. Kombinasi antara motif geometrik dan nusantara juga sering diaplikasikan dalam kotak hadiah (gift box) atau parfume case yang banyak diorder dari pasar tersebut. Tak jarang juga parfume case itu berbentuk seperti lemari berukuran kecil dan sedang. “Di sana parfum sudah menjadi kebutuhan primer, sehingga mereka membutuhkan kotak penyimpanan khusus,” jelasnya. Untuk warna-warnanya, ia menjelaskan warna-warni solid sangat disukai oleh pasar disini. Untuk pasar domestik, pesanan lebih banyak datang dari pemerintah daerah dalam bentuk kotak hadiah. Bentuknya juga cenderung kecil dibandingkan dengan pesanan yang datang dari pasar Timur Tengah. Desainnya biasa menggunakan motif-motif lokal yang dikembangkan dan diaplikasikan ke atas komponen metalnya. Menurut Handoko, motif sulur asal Jawa cenderung kecil dan mungil, sedang sulur asal luar Jawa cenderung berukuran lebih besar. Namun ia menambahkan bila semua motif itu masih harus mengalami penyempurnaan agar bisa diaplikasikan. “Paling tidak kami harus menyesuaikan dengan dimensi produknya. Ia mencontohkan bila motif yang berasal dari Sumatera Barat misalnya, biasanya digunakan untuk bangunan. “Ukurannya jelas sangat besar sehingga dibutuhkan modifikasi agar bisa diaplikasikan
pada produk kriya,” jelasnya. Demikian pula motif yang digunakan dalam batik seperti parang rusak, harus dimodifikasi lebih dulu agar bisa diaplikasikan di atas ruang yang tersedia. Tak mudah karena ini menyangkut banyak faktor. Menurutnya, dengan modifikasi itu perusahaannya telah sering kali membatik di atas material logam dan kayu. Sebenarnya hal yang sama juga sudah dilakukan oleh banyak perusahaan kriya serupa. Namun perbedaannya adalah desain dan motif yang digunakan sangat berbeda. Itu sebabnya ia menyebutkan “Motif itu yang kami tonjolkan dan menjadi kekuatan di sini,” ujarnya. untuk itulah unit kerja R&D yang dipimpinnya telah menghimpun banyak motif dalam data basenya. Tak heran bila untuk tahun 2013 lalu, ditargetkan sekitar 150 desain. Ini lebih banyak dari jumlah desain yang dikeluarkan setahun sebelumnya. “Seluruhnya sudah ditawarkan ke para buyer,” kata Handoko. Tak hanya inovasi dalam produk, Kriya Nusantara juga melakukan penyempurnaan atas kemasan alias packaging. Inovasi yang bisa mendongkrak nilai jual. Hingga saat ini sekitar 80-90% produk Kriya Nusantara dieskpor ke negara-negara kawasan Timur Tengah. Sementara sisanya beredar di pasar dalam negeri. Tidak hanya dalam bentuk gift box, tapi juga kotak penyimpanan Al Qur’an dan radio Cawang Art. Terakhir menurut Sobur sendiri lebih dominan pemasarannya di
pasar lokal, sejak diluncurkan pada tahun 2009. Radio yang bentuknya sangat artistik ini merupakan collection item. Radio ini merupakan hasil kerja sama Kriya Nusantara dengan Panasonic Indonesia. Selain itu, Kriya Nusantara juga sedang menyiapkan produksi music box. Produk ini sebenarnya merupakan permintaan pasar Jepang, namun lucunya salah satu lagu yang diperdengarkan merupakan lagu klasik Bengawan Solo ciptaan Almarhum Gesang. Sungguh sesuatu yang mengharukan. Menurut Handoko, pihaknya bertugas untuk memproduksi kotaknya, sementara mesin musiknya masih harus dipasok dari negeri sakura itu. Menurutnya, sekalipun terlihat sederhana mesin musik tersebut masih sulit untuk diproduksi di dalam negeri. Hal ini mungkin dikarenakan sedikitnya kuantitas yang dibutuhkan. Itu sebabnya alat itu tetap dipasok dari negeri sakura. Ke depan, selain tetap menekuni produk yang sudah dikerjakan. Perusahaan ini tampaknya akan segera membidik arah pengembangan untuk memproduksi lampu gantung dan produk panel seperti daun pintu. Kedua produk ini masih dalam tahap pengembangan dan penjajakan, sambil menunggu datangnya pesanan dengan repeat order dalam jumlah mencukupi. Sementara produk jam meja masih dalam proses pengembangan pasar. Saat ini pasarannya masih terbatas di kawasan Timur Tengah.
NEW DATE 14 - 17 March 2014
Be part of the 2nd edition Machinery Wood Products Timber Forest Products Wood & Timber Flooring Woodworking Tools Furniture Manufacturing Supplies and more ...
Join the huge potential for wood market in South East Asia growing industries Supported by
In Conjunction with
APKINDO Indonesian Furniture Industry and handicraft Association
30
Indonesia Chamber of Commerce (Permanent Committee on Forest Product)
Indonesian Sawmill and Woodworking Association
Asosiasi Panel Kayu Indonesia - Indonesian Wood Panel Producers Association
APHI Ministry of Trade Republic of Indonesia
R as u n a Of f ic e Park , U G Fl oor, U n it QO - 0 1 Jl . H . R . R as u n a S aid, Ku n in g an Jak arta 1 2 9 6 0 I n don es ia
Ministry of Industry Republic of Indonesia
State Ministry for Cooperatives Small and Medium Enterprises Republic of Indonesia
Ministry of Forestry Republic of Indonesia
Department of Foreign Affairs Republic of Indonesia
Association of Indonesian Forest Consession Holders
Taiwan Woodworking Machinery Association
Ph on e + 6 2 2 1 8 3 7 8 1 8 1 1 Fax + 6 2 2 1 2 9 3 8 6 8 1 9 E m ail in f o@ in don es iaw oods h ow. c om w w w. in don es iaw oods h ow. c om
The WoodShow is exclusively organized by
Advertorial / Woodmizer
Wood-Mizer Releases the New High-tech WM4000 Sawmill
W
ood-Mizer has announced the release of their new WM4000 thin-kerf industrial sawmill, which they are calling the ‘next generation’ in sawmills. The WM4000 combines the profitability enhancements of thin-kerf blades with productivity advances in automated sawing technology to create an ideal solution for wood producers in the again growing timber industry. Similar in overall design to WoodMizer’s industrial WM 3500 sawmill, the WM4000 features are more heavy duty and more productive in many ways.
New control station design Productivity starts with the operator. With this fact in mind, the WM4000 features a new 7.5” (19cm) HMI touch-screen which presents more information to the sawyer. Board and cant sizes are displayed along with current head height, feed position, and blade power. Amongst a host of new productivity-enhancing features, the sawyer’s favorite has been the Auto- Cut feature, which remembers the location of
the start and end of the log. Instead of the sawyer overshooting either end of the log, the sawhead knows how far to cut, and where to return to, and as a result spends more time sawing. The new deluxe joysticks provide the operator with precise control of all sawing and log handling functions, and feature proportional hydraulic speed control. They can be configured to save two different sawyers’ personal joystick preferences.
The sawing head A new servo motor controls the vertical head height, and increases the head up/down speed and positioning precision. Larger blade guide rollers provide the blade more support in the cut.
Hydraulics The hydraulic speed is adjusted proportionally to the operator’s pressure applied to the joysticks during use. The standard hydraulics features on the WM4000 are: • Two redesigned bi-directional chain turners for log positioning • Three vertical side supports (Up to 6 optional) • Powered taper rollers
Sawmill bed and material handling system
The stability and durability of the mill is increased thanks to the bed rails and frame now featuring 50% more steel. A new built-in powered board conveyor automatically turns itself off after moving a board or cant from the sawmill towards an edger or resaw, reducing daily power consumption.
New! Maintenance and troubleshooting The HMI touch-screen computer comes with a robust set of diagnostic capabilities, and troubleshooting the system can be accomplished via the onboard Ethernet connection. The WM4000 has taken the flagship position as Wood-Mizer’s most productive thin-kerf sawmill on the market, providing new opportunities for the larger profit margins that Wood-Mizer has historically offered the lumber industry. The WM4000 is designed to work as the principal breakdown saw in WoodMizer’s line of industrial wood processing equipment and is also able to be integrated into existing operations. Follow the versatility of the WM4000 on YouTube : http://youtu.be/YMrLhVWts0Y.
Wood-Mizer’s built-tough WM4000 can work as a primary, stand-alone headrig or integrate into a large operation. left: (a) The standard hydraulics features on the WM4000 includes two redesigned bi-directional chain turners for log positioning, three vertical side supports (Up to 6 optional) and powered taper rollers. (b) The stability and durability of the mill is increased thanks to the bed rails and frame now featuring 50% more steel. (c)ed board conveyor automatically turns itself off after moving a board or cant from the sawmill towards an edger or resaw, reducing daily power consumption
32
“ &
Design & Designer
Adi Santosa:
Butuh Personal Branding Kontinuitas Salah satu desain yang
memukau dalam kompetisi desain furnitur Indonesia alias Indonesia Furniture Design competition (IFDC) ke dua pada tahun 2010 lalu adalah ‘Sisir’ coffee table. Saat itu salah seorang juri bahkan menjuluki karya ini sebagai desain yang brilyan.
B
rilyan karena desainnya mampu mengoptimalisasi penggunaan material kayu. Pola trapesium terbalik yang diterapkan pada permukaan meja, mencegah terbuangnya material kayu secara percuma. Juri Michael Buckley dari World of Hardwood menyebutkan pembuatan alur guna pergeseran akan membuang sekitar 15% material kayu yang digunakan. Pola ini juga mengurangi friksi akibat gesekan antar bilah kayu. Tidak mengherankan jika desain ‘Sisir’ coffee table berhasil menyabet penghargaan the Most Inovative Winner IFDC II dalam kompetisi yang digelar oleh American Hardwood Export Council (AHEC). Menurut Adi Santosa yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen di Universitas Petra Surabaya, desain sisir coffee table terinspirasi dari desain kursi ‘two in one’ karya David Louis Arredondo. “Desain ini memenangkan kompetisi desain AHEC di Mexico tahun 2008,” jelas penyandang gelar Magister dalam bidang arsitektur dari
34
National University of Singapore. Kursi “two in one’ dapat digandakan dengan alur geser ke samping. “Saya mencoba menerapkan sistem alur geser ini pada fungsi sayap meja, namun dengan inovasi,” tuturnya. Inovasi yang dilakukan adalah pada sistem alur geser yang konvensional pada karya Arredondo, dikembangkan menjadi bentuk trapesium bolak-balik. Bentuk ini menciptakan alur yang saling mengunci sehingga sistem alur lebih praktis. Tidak perlu membuang kayu untuk lidah dan alur. Ketika sistem ini berjalan sempurna maka akan terjadi bunyi ‘klik’ ketika sayap meja dibuka penuh, akibat ruas jari-jari yang berhenti bersamaan ketika menabrak stopper. “Inilah keunikannya,” jelasnya. Ini juga menjadi indikator akan presisinya pembuatan alurnya. Bentuk trapesium bolak-balik dipandang Adi lebih estetik karena terjadi variasi batang-batang tebal-tipis pada permukaan meja. Dari setiap proses penciptaan karya baik arsitektur, interior maupun furnitur,
faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah pemecahan masalah (problem solving) dan kontekstualitas. Merancang tanpa menemukan permasalahan terlebih dulu, memungkinkan desainernya hanya akan menciptakan variasi bentuk. Jika desainer bisa menemukan permasalahan, maka memungkinkan munculnya inovasi. Permasalahan dapat ditemukan dari yang bersifat teknis hingga filosofis. Perlu pemetaan permasalahan itu dan menyusun prioritas pemecahannya. Misal ketika merancang furnitur menggunakan jenis kayu yang mudah susut, retak dan bengkok. Prioritasnya adalah pemecahan masalah untuk mengatasi sifat-sifat kayu tersebut. Setelah itu, prioritas akan difokuskan pada teknik pemotongan dan konstruksi. Fokus berikutnya adalah bagaimana memunculkan tekstur dan bentuk sebagai konsekuensi dari teknik pemotongan dan konstruksi itu. lantas berfokus bagaimana dapat memenuhi aspek fungsi dan estetika. Dalam kasus seperti ini filosofi bisa saja tidak diprioritas-
kan bahkan diabaikan. Setiap proses penciptaan desain akan terkait dengan konteks tertentu baik lingkungan maupun manusianya. Konteks lingkungan misalnya iklim lokasi karya akan ditempatkan. Ini juga menyangkut konteks manusia misalnya siapa yang akan menggunakan, bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan budayanya. “Kelihatan bersifat umum namun bila tidak kita perhitungkan dengan cermat dapat mengakibatkan kegagalan yang fatal pada desain yang kita ciptakan,” jelasnya. Lantas dimana letak dari kreativitas? Bagi Adi persoalannya adalah bukan bagaimana menciptakan sesuatu yang ‘lain daripada yang lain’. Melainkan bagaimana menyelaraskan dan mengintegrasikan seluruh aspek dari teknis, estetis hingga filosofis sesuai dengan konteksnya menjadi satu kesatuan desain yang utuh. Sekalipun Ia telah memenangkan cukup banyak kompetisi desain, namun faktanya hingga saat ini klien-kliennya mengenalnya karena hubungan pribadi. “Bukan karena lomba-lomba tersebut,” katanya. Ia menyadari perlunya melakukan secara lebih serius personal branding. Antara lain “Dengan berpameran, bergabung dengan komunitas atau organisasi profesi, berkolaborasi dengan pelaku industri kreatif lainnya untuk melakukan kegiatan bersama, dan lebih aktif melakukan publikasi di media masa,” sambungnya berpanjang lebar. Ia mengakui jika hal ini sulit dilakukan karena terkait pekerjaan utamanya sebagai dosen di Universitas Kristen Petra Surabaya. Kesibukan dunia akademik dan
melayani klien yang dikenalnya secara pribadi diakuinya sudah menyita waktu sehari-harinya. Namun ia berkilah bila itu bukanlah alasan. “Seharusnya menjadi tantangan karena ke depan harus bisa lebih baik lagi dalam mengelola waktu sehingga bisa mengembangkan karir baik di bidang akademik maupun keprofesian desainer furnitur”. Menurutnya kalangan industri furnitur tahu jika di sini banyak talenta muda yang hebat dan berprestasi. Namun hanya segelintir yang dikenal banyak orang. Menurutnya, ini bukan kesalahan media masa yang hanya memberitakan segelintir desainer itu terus-menerus. “Itu merupakan kesalahan kalangan desainer sendiri yang tidak pernah mau aktif melakukan upaya personal branding dan menjaga kontinuitasnya seperti mereka”.
“Mebel tidak pernah berdiri sendiri” “Saya memiliki latar belakang pendidikan sarjana di bidang desain interior Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan master di bidang arsitektur dari National University of Singapore, namun akhirnya lebih berminat pada bidang mebel. Sebagai desainer mebel saya tidak pernah mengabaikan aspek interior maupun arsitekturnya. Mebel tidak pernah berdiri sendiri melainkan terkait ruang dan pengguna ruang. Karya-karya saya berkutat di ketiga bidang ini. Selain yang komersial, beberapa diantaranya dibuat untuk kompetisi desain.
35
Biz News
Kunjungan Delegasi Lingkungan Hidup Swedia
Photo: Martina Huber. Government Offices, Sweden.
D
alam kunjungan ke Jakarta antara 21-24 Oktober lalu, tepat setelah Swedia dinobatkan sebagai negara paling berkelanjutan di dunia bulan Agustus lalu, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Anders Flanking didampingi Perwakilan Tinggi Pemerintah Swedia untuk Kerjasama Internasional bidang Lingkungan Hidup Mats Denninger, Duta Besar Lingkungan Hidup Annika Marcovic dan sejumlah perwakilan dari lembaga ternama dunia dan perusahaan di bidang teknologi lingkungan hidup. Kunjungan ini untuk meningkatkan ker-
jasama Swedia dan Indonesia, yang telah ditandatangani pada Mei 2013 dalam Nota Kesepakatan mengenai Pengembangan Wilayah Perkotaan Berkelanjutan (Sustainable Urban Development) melalui program SymbioCity dan Konsep Kota Hijau (Green City Concepts). Juga beberapa Letters of Intent yang satu diantaranya adalah mengenai Kerjasama dalam Bidang Lingkungan Hidup. “Kunjungan ini sangat unik karena mengacu pada sinergi antara publik Swedia dan kompetensi swasta yang datang dari lembaga pemerintah, organisasi dan perusahaan dalam upaya membuka potensi dan memanfaatkan momentum dari kunjungan tingkat tinggi antar kedua negara baru-baru ini”, kata Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Ewa Polano. Swedia telah menjadi pemimpin dunia dalam kebijakan lingkungan hidup dan teknologi semenjak Konferensi Lingkungan Hidup PBB pertama yang digelar di Stockholm tahun 1972, dan tetap menjadi yang teratas dalam global sustainability rankings. Sejak awal 90-an, konsumsi energi Swedia hanya meningkat 10%, sementara GDP meningkat dua kali lipat. Di Stockholm, congestion charging atau denda kemacetan dan program clean vehicle (kendaraan rendah polusi) memotong emisi karbon tahunan sebanyak 30,000
ton sejak 2006. Tanggal 24 September lalu pada Sidang Umum PBB di New York, Indonesia dan Swedia meluncurkan Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim dalam Iklim Ekonomi Baru (the Global Commission on the Economy and climate on the New Climate Economy) bersama lima negara lain untuk membangun kerjasama penelitian antar institusi di enam benua. Ini meyangkut bagaimana pertumbuhan ekonomi dapat didukung oleh kebijakan iklim. Selama di Jakarta, Flanking dan delegasi bertemu dengan Menteri Lingkungan Hidup Dr. Balthasar Kambuaya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr. Mari Elka Pangestu, Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk Perubahan Iklim Ir. Rachmat Witoelar dan Kepala UKP4 Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto. Flanking juga bertemu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk menindak lanjuti kerja sama antara Swedia dan Jakarta. Ini diinisiasi pertemuan Perdana Menteri Reinfeldt dan Gubernur Joko Widodo di Jakarta November 2012. Kunjungan dilanjutkan ke Semarang, Bandung dan Kalimantan Tengah untuk mendiskusikan potensi kerjasama dalam isu lingkungan hidup dan pengembangan wilayah perkotaan dengan pemerintah setempat.
Pameran VietnamWood, Saigon 18 hingga 24 September Oleh World Hardwoods Pameran VietnamWood ke-10 di kota Saigon pada bulan September lalu dibuka dengan kesibukan. Dunia perkayuan pastinya telah berubah menjadi lebih baik sejak pameran terakhir pada tahun 2011. Lebih dari 260 peserta pameran dari 19 negara berpartisipasi di mana hardwood Amerika tampil dengan kekuatan penuh, diwakili oleh sebuah paviliun yang terdiri dari 27 anggota AHEC dan beberapa perusahaan independen Amerika. Ada juga peserta pameran perusahaan material kayu dari Kanada, Prancis, Jerman dan Amerika Selatan dalam jumlah besar, serta banyak importir dan distributor lokal Vietnam. Tahun ini supplier mesin pengerjaan kayu dari Jerman, Italia dan Taiwan yang hadir secara masif diimbangi dengan baik oleh material kayu yang beranekaragam sehingga memberi pilihan yang istimewa bagi para pengunjung. Mesin disebutkan memiliki penjualan yang baik dan beberapa supplier hardwood memiliki sedikit penawaran tambahan setelah kebangkitan positif pasar domestik dan ekspor, terutama hardwood gergajian.
36
P
ara perwakilan yang membuka pameran antara lain Nn. Phan Thị Thanh Minh, Direktur Jenderal, Badan Urusan Kawasan Selatan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan dan Tn. Doktor Bùi Văn Quyền, Direktur Jenderal, Badan Urusan Kawasan Selatan Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tema yang diangkat oleh mereka adalah kemajuan industri pengolahan kayu melalui peningkatan perdagangan dan kemajuan teknologi. Ekspor produk kayu pada tahun 2012 bernilai US$ 3,4
miliar, naik 18% dari tahun 2011 dan diperkirakan akan meningkat 4% lagi pada tahun 2013, di mana US$ 2,5 miliar telah dibukukan hingga saat ini. ”Kemajuan ilmu pengetahuan dan kapabilitas komputer kini menjadi penggerak industri,” kata keduanya. Acara pembukaan juga dihadiri oleh banyak pemimpin industri termasuk Tn. Nguyễn Quốc Khanh, Ketua Asosiasi Kerajinan & Industri Kayu HCMC (HAWA) yang telah menjadi penggerak di balik pengembangan dan promosi industri furnitur Vietnam. Dari luar negeri Tn. Michael Ward, Atase Pertanian AS, Layanan Pertanian Luar Negeri (FAS) dari Kedubes AS di Hanoi dan Tn. John Chan Direktur Regional Dewan Ekspor Hardwood Amerika (AHEC) juga hadir. Para pemimpin industri pengerjaan kayu yang hadir antara lain Tn. Gianni Ghizzoni, Federasi Pabrikan Mesin Pengerjaan Kayu Eropa (EUMABOIS), Tn. Ingo Bette, Asosiasi Mesin Pengerjaan Kayu Jerman (VDMA), Dr Carlo Albert, Asosiasi Mesin Pengerjaan Kayu Italia (ACIMALL) dan Tn. Joe Chan, Asosiasi Pabrikan Mesin Pengerjaan Kayu Taiwan (TWMA). Kelompok suplai kayu terbesar datang dari AS dengan 30 peserta pameran yang menawarkan terutama hardwood dan beberapa softwood, di mana tim AHEC Hongkong dan kantor Softwood Amerika di Shanghai mengkoordinasikan promosi untuk industrinya masing-masing. Jelas VietnamWood 2013 memiliki peserta yang cukup banyak dan sepanjang pameran terdapat aliran konstan pengunjung yang didominasi oleh pengunjung lokal dari semua sektor manufaktur dan perdagangan serta sejumlah besar dari AS dan Cina. “Kami sudah merangkak naik dari bagian dasar pasar dalam hal pembelian mesin,” kata salah seorang peserta pameran. Beberapa peserta pameran mengungkapkan pandangannya bahwa mereka ingin melihat lebih banyak pembeli lokal, namun yang lainnya membantah hal ini dengan mengatakan bahwa janji pertemuan dengan beberapa distributor baru membuat perjalanan dari luar negeri sepadan. Norm Steffy, Direktur Cummings Lumber Company melihat pameran ini “diorganisir dengan baik, dan meskipun lebih lamban dari beberapa pameran lainnya, berhasil menyediakan beberapa kontak yang baik dan berpameran di sini sangat sepadan.”
Lantai Oak bersertifikasi PEFC untuk Galeries Lafayette di Jakarta Galeries Lafayette, peritel Prancis yang prestisius untuk toko-toko besar di Paris dan juga tempat-tempat lainnya, telah membuka department store baru seluas 12.500 M2 di Jakarta Pusat – yang pertama di Asia Tenggara. Kontraktor spesialis Armany Parquet, yang berbasis di Indonesia, telah memasang lantai kayu oak Eropa padat bersertifikasi PEFC seluas 5.000 M2. Karena telah disertifikasi oleh Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC), itu artinya material hardwood untuk lantai diambil dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan.
S
pesifikasi oaknya adalah 4 mm muka dan 6 mm belakang dalam berbagai pola - tulang ikan herring dan susunan lurus dengan panjang berbeda - dengan polesan akhir minyak dan minyak asap sesuai dengan bagian-bagian yang berbeda toko empat lantai ini, yang terletak di Pacific Place di Jakarta Pusat. Material profil lantai memiliki ujung persegi, sambungan tumpul tanpa pasak persegi yang membutuhkan pekerjaan pemasangan yang sangat akurat oleh personil spesialis Armany. Pemasangannya membutuhkan waktu tiga bulan dan dikoordinasikan oleh Armany dengan penempatan marmer yang digunakan oleh para desainer yang dikombinasikan dengan Oak. Armany Parquet adalah perusahaan pemasok dan pemasang lantai kayu berbasis di Jakarta, yang dimiliki dan dijalankan oleh Roberto Hidajat. Armany aktif dalam mempromosikan lantai kayu hardwood padat dan rekayasa untuk segmen atas pasar lantai Indonesia, terutama di dan di sekitar Jakarta dan Bali di mana pasar konstruksi perumahan telah sangat aktif dalam beberapa tahun terakhir ini. Namun demikian ini adalah pemasangan besar pertama bagi Armany yang menggunakan hardwood bersertifikasi di bawah sertifikasi Rantai Pengawasan.
37
Biz News
IDE Studio:
Brand Karpenter dan Pasar Lokal “Desain dinning table kami telah terpilih sebagai salah satu desain terbaik dalam Design ID 2013,” kata Hugues Revuelta dengan bersemangat. Desain itu terpilih bersama tiga karya lainnya dan memenangkan penghargaan sebagai the best design untuk kategori furnitur.
K
eberhasilan inilah yang membuat pria yang akrab disapa Hugo sangat bersemangat dalam menceritakan kesuksesan itu. Menurutnya, Design ID biasanya memilih tiga atau empat desain di dalam satu kategori. Tak hanya furnitur yang dipilih tapi juga ada desain untuk villa, residensial, komersial, dan industri hospitality. Keberhasilan ini dipandangnya sangat bagus untuk mempromosikan karya-karya IDE Studio dalam usahanya memasuki pasar lokal, “Ini kami sudah jadwal untuk tahun 2014 ini,” tuturnya.
Kini pihaknya sedang mempersiapkan kesemuanya mulai dari renovasi, pembuatan showroom baru dan website baru. “Kami sedang bekerja untuk itu semua”. Menurutnya, sejauh ini hanya fokus ke pasar ekspor namun sekarang ini secara tiba-tiba muncul peluang di pasar lokal. “Ada perubahan dari tren desain klasik ke desain-desain lebih modern dan minimalis. Jadi sekarang ada market baru di sini,” jelasnya. Ia memandang publikasi melalui media sangatlah menolong untuk memperkenalkan pada publik lokal. Ia juga berencana untuk merambah ke segmen industri hospitality, seperti hotel
“Prefer Menggunakan Recycle Teak” “Dengan recycle teakwood, kami bisa meraih sertifikat FSC. Ini terjadi jauh sebelum kayu jati. Di sini bisa meraih sertifikat serupa. Harus diakui jika suplainya saat ini lebih sulit dari sebelumnya. Setelah kayu jati di sini memperoleh sertifikat FSC akan dipertimbangkan menggunakannya untuk menggantikan recycle teakwood. Sebelum itu terjadi, kami memiliki kebijakan untuk tidak menyentuh kayu jati yang tak bersertifikat itu. “Kami hanya mau menggunakan recycle teakwood karena telah mengantongi sertifikasi itu. Jadi ada aturan etika sejak awal. Pertama, karena teak indonesia merupakan kayu terbaik di dunia. Kedua, kami mencintai kayu ini karena kayu tua memiliki warna dan grain yang bagus dibanding dengan kayu jati yang baru. “Untuk kualitas serupa, anda harus mengambil grade A dan B dengan harga
38
yang lumayan mahal. Dengan recycle teakwood, kami bisa memproduksi mebel yang sangat bagus tapi dengan harga lebih murah dan sangat kompetitif. Dibanding dengan memproduksi barang serupa dengan kayu jati grade B yang baru. Persoalannya terletak pada logistiknya. Anda harus mengorganisasikan logistik dan suplai dengan lebih cermat. “Kami memiliki hunting team untuk mencari kayu jati recycle, yang umumnya berada di Jawa. Policy perusahaan adalah tidak membeli kayu yang berasal dari pendopo atau joglo. Pertimbangannya karena keduanya warisan atau heritage, dan “Too nice to be knock down so we don’t touch these”. Saat ini ada juga recycle oak yang berasal dari Inggris dan Russia.
“Karpenter dan Tiga sub-Segmentasi” Sejak Maret 2009, IDE Studio telah meluncurkan brand name Karpenter untuk keseluruhan produk buatannya. Saat ini, menurut Hugo, brand name ini memiliki tiga section, yaitu Karpenter sendiri. Brand Karpenter lebih ke arah high-end market. Materialnya dari kayu solid seperti jati terutama recycle teak, American black walnut dan oak asal Eropa. Yang kedua adalah Karpenter in-motion yang mengarah ke generasi berusia lebih muda, “dengan harga relatif lebih murah,” katanya. “Di koleksi ini banyak digunakan kayu recycle seperti jati dan pinus,” lanjutnya. Koleksinya lebih mengarah pada desain-desain modern. Kalangan ini dianggapnya spend less namun terobsesi pada koleksi-koleksi Karpenter. “Esok mereka meningkat menjadi pengguna Karpenter karena terbiasa dengan desain-desain kami. Yang terakhir adalah Karpenter Bath. Semua item koleksinya memang didesain dan diproduksi untuk keperluan kamar mandi. Koleksi ini dikembangkan dan di produksi bekerja sama dengan mitra asal Italia. Trennya adalah minimalis dengan material yang lebih ecofriendly. Menurutnya, pihaknya akan bekerja sama dengan distributor yang mendukung branding Karpenter. Ini mensyaratkan kesamaan pandangan dalam desain yang sedang dikembangkan di sini, termasuk material dan produkproduk yang ecofriendly. “Kami butuh berdialog karena mereka tidak hanya sekedar menjual tapi juga harus memberi pemahaman pada pelanggannya tentang recycle products dan recycle materials”.
dan restoran. Ia mengakui tidak tahu berapa targetnya untuk pasar lokal, namun ia fokus untuk promosi dan mempublikasikan pada publik tentang “Siapa kami? Apa itu brand karpenter dan apa saja karya-karyanya,” jelasnya. “Juga soal apa yang kami lakukan dan dengan material apa. Kami juga harus menjelaskan telah memiliki serttifikat FSC dan karenanya menghasilkan produkproduk yang ecofriendly,” lanjutnya. Ia mengakui secara perlahan pihaknya diyakini akan mulai menyerap order dari domestik market. “Saya perkirakan ini berlangsung selama 1-2 tahun,” katanya. Saat ini IDE Studio yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta, sedang fokus pada pembuatan koleksi baru ini. Diakuinya, untuk pameran pihaknya tetap memilih Singapore karena “Ini yang terbaik di Asia hingga saat ini. Semua desain mebel baru akan hadir dalam pameran di sini,” katanya memberikan alasan. Ia memastikan akan tidak adanya segregasi antara item untuk pasar eskpor dan pasar lokal. “Saat ini kami sedang fokus untuk menghasilkan produk baru yang akan diluncurkan pada tahun 2014”.
“Oak, Jati dan Walnut” “Saat ini kami gunakan hanya recycle teak, American black walnut dan european oak. Sebelumnya kami gunakan American oak, sebelum beralih ke European oak yang berasal dari Rumania. Grainnya is much more tiddy and nicer, dan warnanya lebih terang. Bahkan bila dibanding dengan oak Amerika. “Karpenter menggunakan kayu impor oak dan walnut baru tahun 2012. Sebelumnya hanya menggunakan recycle teak. Ada perbedaan antara ketiganya mulai dari tekstur, densitas, grain, warna, kecerahannya hingga kekuatanya. Dari segi warna oak paling terang, teak ditengah dan walnut paling gelap. Oak dengan light color dan cen-
derung putih, teak dengan medium brown-nya, walnut dengan dark brown-nya. “Walnut digunakan untuk keperluan bathroom, dan dilanjutkan dengan koleksi indoor. Koleksi black walnut disukai pasar Amerika. Kami yang berasal dari Eropa tumbuh dengan furnitur dan peralatan kayu dari oak. Di Asia, teak wood justru menjadi pilihan utama. Sebagian orang Eropa menyukainya dan menganggap sebagai kayu yang bagus. Sayangnya kayu sebagus ini justru terdegradasi dengan kualitas kayu jati kampung yang banyak disuplai saat ini. Jati kampung tidak terlihat sebagai teak wood anymore.
NHLA: “Pergi Lebih Jauh di Texas” Asosiasi Kayu Hardwood Nasional (NHLA) bertemu untuk pertama kalinya di Fort Worth, Texas yang dihadiri oleh 751 hadirin terdaftar. Seusai resepsi pembukaan, pertemuan bisnis dimulai dengan beberapa pembaruan terbaru dan berita tentang kegiatan NHLA saat ini dan yang akan datang. Direktur Eksekutif Mark Barford menyambut para anggota dan tamu yang hadir di pertemuan internasional industri, termasuk hadirin dari Cina, Meksiko dan Eropa.
S
elama sesi acara, para hadirin bertemu dengan juru bicara terbaru industri hardwood, tokoh TV Tommy MacDonald, dan mengetahui secara langsung tentang apa yang sedang terjadi saat ini di Washington DC dari Nn. Dana Lee Cole, Direktur Eksekutif Hardwood Federation. Pemain bola yang juga selebriti Roger Staubach menyampai-
kan pidato utama dan berbicara tentang pentingnya keberhasilan yang berasal dari kerja keras. Sebagaimana yang dikatakan olehnya, “there never is a traffic jam on the extra mile,” (tidak pernah ada hambatan jika Anda berusaha lebih keras), saat ia mengingatkan para pendengar tentang kerja keras di depan agar bisa berhasil di pasar global. Para hadirin selanjutnya bebas menghadiri pameran dagang yang diselenggarakan bersamaan dengan pertemuan tersebut di mana lebih dari 70 peserta pameran memenuhi ruangan, yang melimpah hingga ke area lobi. Para peserta pameran mencakup penyedia mesin dan jasa untuk industri kayu hardwood, serta beberapa perusahaan perdagangan kayu. Sesi pendidikan sore hari meliputi presentasi tentang perubahan peraturan dan persyaratan asuransi, yang disampaikan oleh supplier utama di industri - Lumberman’s Underwriting Alliance. Selanjutnya terdapat sesi terbuka tentang Aturan NHLA di mana ketujuh tenaga lapangan NHLA hadir. Inspektur Utama, Dana Spessert mengkaji hasil-hasil proses kajian saat ini dan merinci usulan perubahan pada Aturan. Karena Aturan tersebut sudah berusia lebih dari 100 tahun, dan hanya dapat diubah setiap 4 tahun sekali, proses ini diawasi dengan ketat dan menerima masukan secara terbuka dari semua ang-
gota. Jumat paginya diawali dengan serangkaian kegiatan pendidikan, dan pertemuan beberapa kelompok afiliasi. Direktur Eksekutif Asosiasi Lantai Kayu Nasional (NWFA) Michael Martin memberitahu Biro Hardwood Kanada tentang tren dan pertumbuhan positif di industri lantai kayu hardwood dan berbagi kekhawatiran tentang suplai masa depan. Para hadirin memberikan perhatian khusus pada Panel Pembeli Internasional, yang dipimpin oleh Direktur Eksekutif Dewan Ekspor Hardwood Amerika, Michael Snow. Para pembicara pada panel tersebut meliputi Fernando Ruiz dari Meksiko, Chad Cole dari Italia, Nhut Van Nguyen dari Vietnam dan Grove Zhu dari China. Tn. Snow menyediakan banyak waktu untuk pertanyaan dari para hadirin, di mana sebagian besar diskusi berkisar tentang pasar yang tumbuh dan suplai yang tetap konstan selama setidaknya jangka pendek. Pada sore hari, hadirin mengikuti presentasi yang disampaikan arsitek terkenal Mark Williams, diikuti dengan tur ke salah satu proyek terkenalnya, stadion baru yang dibangun untuk tim bola Dallas Cowboys yang menarik 85.000 orang. Pertemuan ini diakhiri dengan tradisi lama Texas ‘hoedown’ di mana para hadirin dapat rileks dan bergabung dalam suasana pesta.
39
Biz News
Eksplorasi Kayu Kelapa Untuk Pembuatan Mebel Oleh: Adi Santosa
K
Kepala Laboratorium Mebel Universitas Kristen Petra Surabaya
ayu kelapa merupakan material lokal yang banyak terdapat di seluruh kepulauan Nusantara. Selama ini kayu kelapa banyak dimanfaatkan sebagai material bangunan, khususnya untuk rangka atap sebagai pengganti kayu. Keterbatasan pemanfaatan kayu ini disebabkan karena kelemahan-kelemahannya antara lain berat jenis yang dua kali lipat rata-rata kayu, serat yang keras, diameter yang terbatas, penyusutan yang besar, mudah melengkung, mudah pecah serat dan mudah lapuk oleh panas matahari dan air. Ini mengakibatkan nilai jualnya rendah. Bertolak dari itu, Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Petra, Surabaya mencoba mengatasinya dengan mengembangkan pemanfaatan ini agar tidak hanya digunakan sebagai material bangunan murah. Memanfaatkan kayu ini sebagai material mebel merupakan tantangan besar agar melalui inovasi desain kelemahan-kelemahan itu bisa diatasi. Untuk mengatasi berat jenis misalnya, desain perlu dibuat lebih ramping. Serat yang keras perlu diatasi dengan penggunaan mesin yang bermata baja. Diameter yang terbatas dapat diatasi dengan laminasi. Penyusutan yang besar dapat diatasi dengan permainan nat. Sifat mudah melengkung diatasi dengan kombinasi arah serat. Mudah pecah serat diatasi dengan meminimalkan lebar papan. Sifat mudah lapuk oleh panas matahari dan air diatasi dengan teknik finishing. Mengkombinasi kayu kelapa dengan material lain, maupun menambahkan asesoris atau hardwares juga dapat dilakukan. Namun tetap dengan prinsip yang sama yaitu untuk mengatasi kelemahan kayu ini sebagai pertimbangan utamanya. Setelah itu faktor lainnya dapat ditambahkan, seperti pertimbangan estetika. Di Indonesia, pemanfaatan kayu ini sebagai bahan pembuatan mebel sebenarnya sudah cukup banyak dilakukan. Pengrajin mebel kayu kelapa sebenarnya juga sudah banyak yang tahu kelemahannya. Ini cenderung membuat mereka takut berinovasi. Akibatnya desain mebel dari
40
Presentasi karya dari 110 prototipe pengembangan desain mebel berbahan kayu kelapa oleh mahasiswa interior UK Petra.
kayu ini cenderung monoton. Kalangan desainer justru sebaliknya. Mereka terlalu berani berinovasi dengan menciptakan bentuk yang atraktif, namun karena kurang memahami kendala teknis dari sifat bahan maka desain-desainnya sering berakhir dengan kegagalan teknis. Jadi kreativitas merancang mebel berbahan kayu kelapa bukanlah menciptakan konsep-konsep filosofis yang muluk dengan ide bentuk yang aneh. Melainkan pada bagaimana mengkomposisikan bentuk yang fungsional, sekaligus dapat mengatasi kendala-kendala teknis yang menjadi kelemahan utamanya. Inovasi hendaklah tetap berpijak pada batasan teknis ini. Di sini lah tantangan terbesar dari pengembangan desain berbahan kayu kelapa.
K
Norman Murray CEO U-C Coatings, pembicara utama di ISCHP 2013
onferensi Ilmiah Internasional tentang Pengolahan Hardwood (ISCHP) ke-4 telah diselenggarakan pada bulan Oktober 2013 di Florence, Italia. Berhasil menarik sekelompok ilmuwan dan perwakilan industri hardwood terpilih dari seluruh dunia, ISCHP 2013 menyajikan temuan terbaru, penelitian dan praktek terbaik kepada para hadirin. Topik-topik yang dikupas antara lain Praktek Kehutanan Hardwood dan Kualitas Kayu, Pengolahan & Optimasi Hardwood, Pengembangan Produk Hardwood, serta Pasar & Keberlanjutan Hardwood. Empat orang pembicara kuncinya adalah: Kenneth MacDicken dari Departemen Kehutanan FAO, badan internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mempromosikan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, menjadi pembicara pertama. Pembicaraannya berfokus pada perlunya memahami tekanan yang ditempatkan pada hutan-hutan dunia akibat pertumbuhan penduduk, dan meningkatnya permintaan makanan serta produkproduk dan jasa-jasa lainnya yang diambil dari alam. Memahami tekanan ini sangat diperlukan untuk membuat keputusan di masa depan dalam menyediakan sumberdaya bagi populasi manusia yang terus tumbuh serta menjaga keanekaragaman hutan dan mencegah hilangnya kawasan hutan. Federico Giudiceandrea, CEO Microtec, berbicara tentang topik teknologi tinggi, pemindai CAT berkecepatan tinggi untuk menentukan sifat (termasuk bagian dalam) kayu bulat jauh sebelum produksi. Dengan menggunakan simulasi komputer, pengguna dapat mengidentifikasi strategi produksi yang menyediakan nilai tertinggi produk penggunaan akhir. Jan-Willem Van De Kuilen, Profesor Struktur Kayu & Teknologi Kayu, Delft University of Technology, menyampaikan topik Struktur Kayu Rekayasa dengan Hardwood Tropis. Hardwood tropis merupakan spesies penting untuk aplikasi struktural kelas atas, di mana ketahanan mekanis dan ketahanan alami yang tinggi diperlukan. Aplikasi-aplikasi ini memungkinkan negara-negara berkembang untuk menggunakan hutan tropis secara bijak untuk keuntungan mereka, sembari menjaga kelanjutan kelangsungan lahan hutan tropis di masa depan. Ed Pepke, Analis senior perdagangan dan kebijakan, Institut Hutan Eropa (EFI) berbicara tentang Peraturan Kayu Uni Eropa dan dampaknya pada Pasar Hardwood Global. Di antara dampak-dampak positifnya adalah kesadaran yang lebih besar tentang pembalakan liar dan semakin banyak eksportir kayu tropis yang mendokumentasikan legalitas ekspor
kayu mereka. Sebagai presenter utama, Norman Murray berbicara tentang praktek terbaik industri hardwood dalam “Meningkatkan Hasil Produksi Hardwood dan Melestarikan Sumberdaya dengan Penutupan Ujung yang Benar”. Kerugian selama produksi hardwood akibat retak ujung (retak & pecah ujung yang disebabkan oleh pengeringan yang terlalu cepat) dapat mencapai 5%-20%, tergantung pada sifat tahan panas spesies tersebut. Kehilangan hasil ini secara ekonomi penting bagi para produsen hardwood, dan menimbulkan kekhawatiran lingkungan akibat limbah sumberdaya hutan. Solusi mudah, hemat biayanya adalah menutup ujung kayu bulat dan papan yang baru ditebang secara benar dengan penutup ujung lilin-emulsi. Penutup ujung lilin-emulsi yang dibuat secara komersial dapat disemprotkan atau digosokkan. Penutup ujung adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk mengurang kerugian akibat retak ujung, sehingga meningkatkan hasil produksi dan melestarikan sumberdaya hutan di seluruh dunia. Di antara 45 makalah ilmiah yang disajikan adalah: “Industri Pengolahan Tanaman Hardwood di Laos”, oleh Douangta Bouaphavong, Lathsamy Boupha, Fakultas Kehutanan - Universitas Nasional Laos, Adam Redman, Henri Bailleres, Queensland Government Departemen Pertanian, dan Barbara Ozarska, Universitas Melbourne. Penelitian ini menerangkan proyek untuk memperbaiki mata pencaharian petani hutan tanaman industri dan pekerja pengolahan serta daya saing internasional industri kayu Laos. Proyek ini memperoleh pendanaan dari 14 organisasi mitra dari Laos dan Australia. Praktek pengolahan kayu utama saat ini telah diteliti dan dinilai berdasarkan survei perwakilan perusahaan pengolahan utama. Secara umum kebanyakan pabrik penggergajian memiliki ketidakefisienan produksi, yang dapat diatasi dengan pelatihan, perawatan mesin dan optimalisasi tata letak produksi. Fasilitas pengeringan tidak dapat mengendalikan kondisi pengeringan dengan baik, dan metode serta peralatan yang lebih baik diperlukan untuk memfasilitasi hasil pengeringan berkualitas tinggi. Tahapan proyek selanjutnya adalah membantu perusahaan melakukan perubahan yang disarankan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai produk mereka. “Pengolahan Vinir Perkebunan Akasia dan Kayu Putih di Vietnam” oleh Nguyen Quang Trung, Nguyen Thanh Tung, Akademi Ilmu Kehutanan VIetnam, Trinh Hein Mai, Universitas Kehutanan
Vietnam, Adam Redman, Henri Bailleres, Departemen Pertanian Pemerintah Queensland dan Barbara Ozarska, Universitas Melbourne. Makalah ini menyajikan usaha bersama organisasi dari Vietnam dan Australia, untuk mempromosikan penggunaan tanaman Akasia dan Kayu Putih Vietnam yang bernilai lebih tinggi. Saat ini kebanyakan hutan tanaman di Vietnam digunakan untuk kayu & bubur kertas atau material konstruksi kayu padat. Sumberdaya tanaman perkebunan yang digunakan untuk produk bernilai tambah seperti vinir dan produk-produk berbasis vinir dan furnitur sangat diinginkan. Optimalisasi produksi vinir akan menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi bagi petani kecil. Kedua proyek penelitian telah menerima dukungan dari Pusat Penelitian Pertanian Internasional Australia (ACIAR) ISCHP mempromosikan penggunaan material penyerap karbon, terbarukan, dan berkelanjutan terkemuka di dunia. Edisi ISCHP berikutnya akan diselenggarakan di Quebec City, Canada, in 2015. 7-9 OCTOBER 2013 | FLORENCE - ITALY
Losses From End Checking during hardwood production can be from 5%- 20% depending on the refractory nature of the individual species
Bagan yang menampilkan kerugian hardwood yang lazim akibat cacat pengeringan
Norman Murray membahas cacat pengeringan dengan peserta konferensi
Kiri ke kanan: Nguyen Quang Trung, Deputi Direktur, Akademi Ilmu Kehutanan Vietnam, Douangta Bouaphavong, Deputi Kepala, Proyek VALTIP II, Nguyen Thanh Tung, Akademi Ilmu Kehutanan Vietnam, Norman Murray, CEO, U-C Coatings Corporation
41
MIFF from before. Muar has 700 furniture manufacturing companies and accounted for 45 per cent of Malaysia’s RM8 billion worth of furniture exports last year. Biz News Ms Karen Goi, General Manager of MIFF, said: “We are delighted to welcome more exhibitors from Muar. This is a very positive outcome from our strategic alliance with MFA and it will also benefit our trade visitors directly because they will have more buying choices, value and get more business contacts. MIFF will PRESS RELEASE continue to work hard to ensure that all our exhibitors and buyers will gain as much return as possible from the fair.”
2014 – Sebuah Perspektif tentang Pasar Hardwood di Tahun 2014
More Muar Furniture Producers to Exhibit at MIFF 2014
MORE MUAR FURNITURE PRODUCERS TO EXHIBIT AT MIFF 2014 Mr Neo Chee Kiat, President of MFA, said: “We are very happy with our
partnership with a global organiser like UBM. During MIFF 2013, our exhibitors KUALA LUMPUR, 4:countries More furniture producers by from Muar,from the small furniture city were able to sell toOct more and approached buyers emerging th anniversary of the Malaysian ofmarkets Malaysia, exhibit at the 20 for whowill were willing to pay quality products. We would International like to have a Furniture Fair (MIFF) Lumpur from 4 to 8due next bigger hall next year in to Kuala accommodate moreMarch exhibitors to year. good response.” The Muar Furniture Association one of the strongest industry groups in MIFF 2014 will again be held at(MFA), the downtown Putra World Trade Centre (PWTC) the a and 30 per cent increase its participation the andcountry, Matradeexpects Exhibition Convention Centrein(MECC), covering afollowing total of 80,000 successful debut of the MFA Hall with 80 companies at MIFF 2013. square metres.
MFA entered high into of a strategic alliancethis with the up organiser, UBM Asia, to Saleshad hit another US$854 million year, US$24 million from 2012. participate exclusively in MIFF. This has resulted in significant market The fair drew 6,054 international buyers from 140 countries with a good turnout of advantages for from both emerging and further strengthened MIFF’smarkets positionofasAustralia, the leading quality buyers regions and traditional United industry trade show in Southeast Asia and a global top 10 event. States and Japan. The launch of the MFA Hall had nearly doubled the presence of Muar exhibitors at MIFF from before. Muar has 700 furniture manufacturing companies and accounted for 45 per cent of Malaysia’s RM8 billion worth of furniture exports last year. Ms Karen Goi, General Manager of MIFF, said: “We are delighted to welcome more exhibitors from Muar. This is a very positive outcome from our strategic alliance with MFA and it will also benefit our trade visitors directly because they will have more buying choices, value and get more business contacts. MIFF will continue KUALA to work hardOct to4:ensure that all our andmanufacturing buyers will gain much more exhibitors due year toas accommodate Muarexhibitors has 700 furniture LUMPUR, More furniture return producers as possible from the thefurniture fair.” city companies and accounted for 45 per cent to good response.” from Muar, MIFF 2014 will again be held at the of Malaysia, will exhibit at the 20th an- of Malaysia’s RM8 billion worth of furniture downtown exports last year. niversary of the Malaysian International Mr Neo Chee Kiat, President of MFA, said: “We are very happy with Putra our World Trade Centre (PWTC) and Matrade Ms Karen Goi, General Manager of Furniture Fair (MIFF) in Kuala Lumpur from partnership with a global organiser like UBM. During MIFF 2013, our exhibitors Exhibition and ConMIFF, said: “We are delighted to welcome vention Centre (MECC), covering a total of March 4 to 8 next year. were ableThetoMuar sellFurniture to more countries and approached by buyers from small emerging Association (MFA), more exhibitors from Muar. This is a very 80,000 square metres. markets were willing to pay quality products. We would to have a high of US$854 milhit another outcome from our strategic alli- like Sales one who of the strongest industry groups in thefor positive biggercountry, hall next year more exhibitors due goodourresponse.” lion this year, up US$24 million from 2012. with MFA and it will alsotobenefit expects a 30to peraccommodate cent increase in ance its participation following the successful trade visitors directly because they will The fair drew 6,054 international buyers from 140 countries with a good turnout of have more buying choices, value and getCentre debut ofwill the MFA Hall be withheld 80 companies MIFF 2014 again at the downtown Putra World Trade (PWTC) quality buyers from emerging regions and more business contacts. MIFF will conat MIFF 2013. and Matrade Exhibition and Convention Centre (MECC), covering a total of 80,000 MFA had entered into a strategic al- tinue to work hard to ensure that all our traditional markets of Australia, United square metres. liance with the organiser, UBM Asia, to exhibitors and buyers will gain as much States and Japan.  participate exclusively in MIFF. This has return as possible from the fair.” Sales resulted hit another highmarket of US$854 year, upPresident US$24 million from Buyers2012. can now sign up for MIFF 2014 Mr this Neo Chee Kiat, of MFA, in significant advantagesmillion The fair 6,054 buyers countries a good of for online registration with turnout free admission said:from “We are140 very happy with ourwith partnerfor drew both and furtherinternational strengthened MIFF’s by Jan 31,United 2014. withtraditional a global organiser like UBM. as from the leading industryregions trade ship qualityposition buyers emerging and markets ofDurAustralia, For more information including special Southeast Asia and a global top ing MIFF 2013, our exhibitors were able to Statesshow andinJapan. sell to more countries and approached by rates by MIFF hotel partners, please visit 10 event. The launch of the MFA Hall had nearly buyers from small emerging markets who www.miff.com.my doubled the presence of Muar exhibitors were willing to pay for quality products. We would like to have a bigger hall next at MIFF from before.
42
Forum
Oleh Michael Buckley, World Hardwoods Dibutuhkan seorang peramal yang berani untuk memprediksi ramalan ekonomi global untuk industri kayu. AS, sebagai kekuatan ekonomi nomor satu di dunia, mempengaruhi semuanya. Demikian pula dengan kekuatan ekonomi kedua, di Cina, yang tidak boleh dipandang sebelah mata, karena bagi banyak bisnis Asia, Cina adalah sangat penting. Eropa, setelah krisis Euro, kemungkinan akan terseok-seok sambil secara bertahap menuntaskan masalahnya, namun kedua raksasa ekonomilah yang akan menjadi fokus ramalan ini, meskipun konstruksi merupakan faktor kunci bagi industri produk kayu di semua tempat.
Bagan: diambil dari Hardwood Market Report©
D
i AS kenaikan permintaan bahan bangunan termasuk kayu papan, panel dan sambungan terus meningkat tajam dan masih belum jelas apakah hal ini akan terus berlanjut atau keyakinan investor dan kosumen telah hancur akibat ditutupnya pemerintahan. Tentu saja pada tahun 2013 orang Amerika telah kembali membangun dan membeli sebagaimana yang ditunjukkan oleh jumlah proyek pembangunan rumah baru. Sebaliknya angka-angka di Eropa menunjukkan bahwa badai masih belum berlalu, karena ramalan ‘Euroconstruct’ menunjukkan penurunan jumlah pembangunan rumah untuk tahun 2013 dan 2014 sebelum kemungkinan akan mengalami peningkatan pada tahun 2015: Pada sisi positifnya, People’s Daily Online di China baru-baru ini menerbitkan sebuah ramalan: “Permintaan properti baru akan meningkat tajam. Penduduk perkotaan China kemungkinan akan
meningkat hampir 200 juta orang pada dekade ini, menurut Perserikatan BangsaBangsa. Ada juga permintaan cukup besar yang belum dapat dipenuhi dari gelom-
bang awal pendatang, banyak dari mereka yang masih tinggal di asrama dan akomodasi tempat kerja yang sempit. Lalu ada banyak bangunan perumahan tua yang per-
43
Ekamant News
Gambar dari Hardwood Market Report©
lu segera diganti: Dari semuanya itu, kota kecil dan kota besar di Cina kemungkinan akan membutuhkan sekitar 10 juta properti perumahan baru setiap tahun selama satu dekade ke depan untuk memenuhi kenaikan permintaan struktural. Ini setara dengan membangun seluruh stok perumahan di Inggris, Jerman dan Prancis secara bersama-sama, atau dua pertiga stok perumahan AS dalam 10 tahun. Kembali ke AS, yang menyuplai 25% hardwood dunia dari kurang dari 10% hutan hardwood dunia, keberlanjutan bukan menjadi persoalan. Tegakan kayu hardwoodnya meningkat hampir dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini produksi pabrik gergajian berkurang hampir separuhnya akibat berkurangnya permintaan domestik yang disebabkan oleh berbagai krisis finansial dan pasar. Produksi merosot tajam dari lebih dari 12 juta kaki papan (pada tahun 2005) menjadi kurang dari 7 juta kaki papan dalam 8 tahun saja. Industri ini hampir seluruhnya terdiri dari perusahaan kecil keluarga yang sulit mendapatkan dana investasi, sehingga membatasi kenaikan produksi ketika pasar meningkat, sebagaimana yang terjadi pada tahun 2013. Hal ini bisa menyebabkan harga yang lebih kuat dan suplai yang lebih ketat di Asia jika permintaan dari konstruksi dan furnitur terus meningkat. Sementara itu Eropa memiliki beberapa species hardwood yang serupa namun umumnya dengan kelemahan penentuan kelas yang tidak konsisten (diban-
44
ding dengan Aturan NHLA), kurangnya kapasitas pengeringan dengan tanur dan biaya yang meningkat tajam. Hal ini membatasi kemampuan eksportir Eropa untuk menawarkan alternatif terhadap hardwood AS. UE juga tidak memiliki sejumlah spesies seperti tulipwood, hard maple, black cherry dan black walnut yang hanya ada di Amerika Utara. Rusia dapat dan telah menyuplai beberapa alternatif oak dan ash, terutama ke Cina, namun timbul pertanyaan tentang keberlanjutan dan legalitas sumber yang bisa menjadi masalah jika produk jadi yang dibuat dengannya di Cina diekspor ulang ke UE. Jika dilihat lebih dekat di China, di mana furnitur dan produksi kayu lapis sedang mengalami restrukturisasi, 2014 bisa menjadi tahun yang penuh tantangan bagi ekspor produk kayu China. Namun fundamental pasar domestik Cina terlihat baik, terutama dilihat dari data ekonomi baru tentang manufaktur Cina secara umum (non-kayu)*. Dilihat dari sudut pandang Asia Tenggara, Vietnam menargetkan ekspor produk kayu yang lebih tinggi. Pada pameran VietnamWood baru-baru ini di Saigon, juru bicara kementerian mengatakan ekspor produk kayu pada tahun 2012 bernilai US$ 3,4 miliar, naik 18% dari tahun 2011 dan diperkirakan akan terus meningkat 4% pada tahun 2013, di mana US$ 2,5 miliar sudah dibukukan hingga saat ini. Namun tanpa suplai kayu domestik yang aman Vietnam sangat tergantung pada impor dan dapat menerima pengawasan yang
lebih ketat mengenai sumbernya dalam beberapa tahun ke depan. Malaysia memiliki situasi yang lebih baik dengan meningkatnya perkebunan dan sertifikasi hutan alamnya di wilayah semenanjung, dan industri kayu lapis yang lebih sehat. Namun demikian untuk memenuhi target ekspor furniturnya, Malaysia tahu harus mengamankan suplai dari luar negeri untuk saat ini. Indonesia dapat menjadi pihak yang diuntungkan dari tindakan perdagangan yang mempengaruhi ekspor kayu lapis Cina dan potensi produksi furniturnya. Performa ekspor produk kayu Indonesia dapat tergantung pada penerimaan perizinan barunya, SVLK, oleh UE, dan juga AS, untuk menjamin legalitas material produk kayu yang tumbuh di dalam negeri. Berlawanan dengan keyakinan umum, VPA Indonesia dengan UE telah ditandatangani namun belum dilaksanakan. Terakhir, Thailand terus menjadi pemain kecil namun penting di Asia Tenggara dengan ekspor yang kuat ke Jepang yang telah menjadi spesialisasinya selama bertahun-tahun dan berhasil melewati penurunan pasar di sana. Jadi, sebagai kesimpulan, permintaan pada tahun 2014 akan bervariasi dari satu benua ke benua lainnya, namun suplai beberapa hardwood utama kemungkinan akan menjadi ketat dari beberapa sumber, yang menimbulkan kesan bahwa permintaan akan menjadi lebih banyak dari yang sebenarnya.
*Laporan terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan pada periode Juli-September, kenaikan pertama dalam tiga triwulan, dan ekonomi tumbuh 7,8% dari tahun sebelumnya, naik dari ekspansi 7,5% pada triwulan sebelumnya. Output pabrik meningkat 10,2% pada bulan September, dari tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan ritel meningkat 13,3% dan investasi aktiva tetap meroket 20,2% selama bulan tersebut dari tingkat tahun sebelumnya. Angka-angka resmi juga menunjukkan pertumbuhan output industri, penjualan ritel dan investasi aktiva tetap. Setelah tahun-tahun pertumbuhan yang sangat cepat, laju ekspansi China mulai melambat belakangan ini dan ada ketakutan pertumbuhan dapat terus melambat. Sehingga China menetapkan target pertumbuhan 7,5% untuk tahun tersebut.
Pelatihan di Lingkungan PT Interkraft
I
n house training atau pelatihan yang dilakukan di PT. Intercraft bukanlah yang pertama kalinya. Perusahaan yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur ini tergabung dalam Inter Group. Sekalipun sudah sering menyelenggarakan pelatihan, namun pesertanya kali ini adalah para karyawan yang belum pernah mendapatkan pelatihan dari PT Ekamant Indonesia. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 15 September 2013, pada siang hari usai pelatihan di PT Integra Indocabinet dilakukan. Peserta yang hadir dalam pelatihan mencapai lima belas orang. Pelatihan berlangsung interaktif karena banyaknya pertanyaan yang muncul selama pelatihan berlangsung. Pelatihan diakhiri dengan tes untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi pelatihan. Materi yang dibahas berkaitan dengan dasar dan aplikasi pengamplasan baik dengan maupun pengamplasan manual serta berprofil. Penyimpanan amplas dibahas sebelum memasuki sesi tanya jawab.
Pelatihan Internal pengamplasan di PT Intergra Indocabinet
P
elatihan internal pengamplasan di lingkungan PT. Intergra Indocabinet merupakan pelatihan kesekian kalinya. Pelatihan ini diikuti oleh sebagian besar peserta yang belum pernah mendapatkan pelatihan dari PT Ekamant Indonesia. Bertindak sebagai instruktur pelatihan dari PT Ekamant Indonesia adalah Technical Support Head Andri Franniko, ST. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 15 September 2013, mulai dari jam 09.00 hingga tengah hari. Pelatihan ini berlangsung di ruang training dalam kawasan pabrik yang terletak di Sidoarjo, Jawa Timur. Jumlah pesertanya mencapai duapuluh satu orang. Materinya membahas tentang dasar dan aplikasi pengamplasan. Pelatihan berlangsung sangat interaktif, dan diikuti dengan tes berupa pengerjaan soal sebelum dan sesudah kegiatan pelatihan. Ini dilakukan untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi pelatihan, sekaligus banyaknya pertanyaan terkait aplikasi pengamplasan serta permasalahannya. Beberapa hal yang dibahas seperti cara menentukan kombinasi grit yang ideal dan stock removal. Ini dilakukan mulai dari pembahanan hingga finishing sesuai jenis kayu. Dibahas juga aplikasi pengamplasan dengan mengunakan mesin Wide Belt Sander (WBS) dan penyimpanan amplasnya. Tujuannya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan efisien.
Pelatihan di lingkungan PT Skyline Jaya
P
T Skyline Jaya adalah perusahaan yang memproduksi furniture. Perusahaan ini berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Pelatihan yang berlangsung pada tanggal 19 September 2013 ini merupakan yang pertama kalinya dilaksanakan di sini. Jumlah pesertanya pun mencapai dua puluh tiga orang. Sebagai pelatihan perdana maka materi pelatihan memfokuskan pada dasar dan aplikasi pengamplasan. Suasana pelatihan berlangsung interaktif dengan banyaknya pertanyaan-pertanyaan dan diskusi. Dalam pelatihan dengan instruktur Andri Franniko dibahas antara lain penentuan kombinasi grit yang ideal dan stock removal. Ini mulai dari proses pembahanan hingga finishing sesuai jenis kayunya. Dibahas juga aplikasi pengamplasan dengan menggunakan mesin Wide Belt Sander, penyimpanan amplas, pengamplasan mengunakan orbital sander, dan diskusi pemecahan berbagai masalah pengamplasan sehingga diperoleh hasil lebih baik dan efisien.
Pelatihan di PT Domusindo Perdana
P
elatihan di lingkungan PT Domusindo Perdana dilaksanakan pada 17 September 2013. Pelatihan ini merupakan kedua kalinya karena pelatihan sebelumnya telah dilaksanakan pada 18 Juni 2013. Jumlah pesertanya mencapai empat belas orang, dan sebagian besar di antaranya belum pernah mendapatkan pelatihan dari PT Ekamant Indonesia. Materi pelatihan di perusahaan yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur, membahas antara lain teknik dasar pengamplasan baik yang manual maupun yang menggunakan mesin. Kegiatan pelatihan berjalan cukup serius dan interaktif. Banyaknya pertanyaan yang disampaikan mulai dari proses pengamplasan yang ideal, proses pengamplasan, dan solusi atas permasalahan yang dihadapi sehari-hari.
45
Ekamant Solution amplas. Non woven digunakan 1 sampai dengan 4 lapisan sesuai kebutuhan. Proses pengamplasan ini biasanya digunakan untuk panel profil yang sudah ada lapisan coating. Non woven disc juga diaplikasikan dengan mengunakan mesin Die grinder dengan kecepatan putaran yang bisa diatur. Contoh aplikasi proses pengamplasan profil dengan menggunakan Non woven disc, lihat gambar 4.
Proses Pengamplasan Profil Manual
Pengamplasan profil dengan Nylon brush abrasives
S
aat ini, untuk melakukan proses pengamplasan bidang dengan permukaan rata, banyak proses pengamplasan yang bisa diaplikasikan. Untuk panel dengan banyak profil dan lekukan sangat susah untuk melakukan pengamplasan. Biasanya proses pengamplasannya dilakukan hand sanding atau pengamplasan dengan tangan. Cara ini bisa dilakukan tapi memakan waktu. Solusinya, rubrik Ekamant Solution kali ini akan membahas beberapa proses pengamplasan profil manual tersebut.
Pengamplasan profil dengan Star disc Untuk melakukan pengamplasannya bisa dilakukan menggunakan amplas Star disc dengan tipe amplas Ekamant RKJFO yang berbahan backing JF cloth. Jenis pasirnya adalah aluminium oxide. Gritnya bisa disesuaikan dengan kehalusan panel yang akan diamplas. Amplas yang digunakan untuk star disc ini harus amplas yang sudah dislash sehingga bisa mempermudah amplas masuk ke celah pada profil yang di amplas. Untuk mempercepat proses pengamplasan, star disc diaplikasikan dengan menggunakan mesin Die grinder dengan kecepatan putaran yang bisa diatur sesuai kebutuhan. (gambar 1) Contoh aplikasi proses pengamplasan profil dengan menggunakan star disc, lihat gambar 2.
Star disc satuan sebelum dipasang tiang.
130AS
DIE GRINDER
Star disc setelah dipasang tiang dan disusun beberapa susunan sesuai kebutuhan
Star disc tampak atas setelah dipasang tiang
Gambar 1
Speed 23.000 RPM Air Cons. 430 L/min Air pressure 0.4 - 0.6 MPa Orbit DIA. 1/4” Dimension W 40, H 40, L 164 Noise Level 87 dBA Air Inlet Rc 1/4” Weight 0.56 kg
Proses pengamplasan dengan mengunakan Nylon brush hampir sama dengan beberapa proses pengamplasan diatas. Nylon brush merupakan sikat nilon memiliki butiran abrasives dengan jenis pasir aluminium oxide, sehingga bisa mengikis dan masuk ke celah profil. Pengunaan Nylon brush biasanya digunakan pada pengamplasan dasar atau sebelum dicoating atau pada profil yang lebih rumit dengan sudut sempit. Nylon brush abrasives juga diaplikasikan dengan menggunakan mesin Die grinder dengan kecepatan putaran yang diatur sesuai kebutuhan. Contoh aplikasi proses pengamplasan profil dengan menggunakan Nylon brush, lihat gambar 5. Dari keempat jenis pengamplasan profil diatas, proses pengamplasannya akan lebih mudah dan cepat. Sehingga menambah efisiensi waktu dalam berkerja.
Gambar 4: Contoh aplikasi proses pengamplasan profil dengan menggunakan non woven disc.
Gambar 5: Contoh aplikasi proses pengamplasan profil dengan menggunakan nylon brush. Gambar 6
Satu set perlengkapan pengamplasan profil yang akan segera dipasarkan oleh PT. Ekamant Indonesia dalam waktu dekat. Lihat gambar 6.
Gambar 2: Contoh aplikasi proses pengamplasan profil dengan menggunakan star disc
Pengamplasan profil dengan Flower disc Proses pengamplasan dengan mengunakan flower disc hampir sama dengan star disc. Flower disc mengunakan amplas Ekamant RKJFO berbahan backing JF cloth. Jenis pasirnya aluminium oxide. Gritnya bisa disesuaikan kehalusan panel yang akan diamplas. Amplas yang digunakan untuk Star disc dibentuk sedemikian rupa sehingga mempermudah pengamplasan pada profil yang diamplas. Untuk mempercepat proses pengamplasan, sama dengan star disc, flower diaplikasikan dengan mesin Die grinder. Kecepatan putarannya bisa diatur sesuai kebutuhan. Contoh aplikasi proses pengamplasan profil dengan mengunakan Flower disc, lihat gambar 3.
PEFC: YOUR SOURCE FOR CERTIFIED TIMBER
Pengamplasan profil dengan Non woven disc Proses pengamplasan dengan mengunakan Non Woven disc hampir sama dengan Star disc dan Flower disc. Non woven disc tidak menggunakan amplas tapi menggunakan non woven sheet yang dibuat menjadi disc 4’. Untuk grit, saat ini tesedia dalam tiga pilihan yaitu Maroon (400), Grey (600) dan Grey (1000). Penggunaannya disesuaikan dengan kehalusan panel yang akan di-
46
Gambar 3: Contoh aplikasi proses pengamplasan profil dengan menggunakan flower disc
More and more customers are requiring timber and timber products to be certified. PEFC, the world’s largest forest certification system, offers you the largest supply of certified material. PEFC - Programme for the Endorsement for Forest Certification
Get PEFC-certified to source and sell certified, sustainable material. www.pefc.org/getcertified
Ekamant News
Pelatihan Internal di Pendidikan Kayu Atas (PIKA):
“Bagus dan Seru”
D
i Pendidikan Kayu Atas pelatihan internal yang digelar oleh PT Ekamant Indonesia justru berlangsung seru. Canda dan serius muncul bergantian menyemarakan pelatihan untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan dan akademi-akademi PIKA. Pelatihan ini sebenarnya sudah dilakukan secara rutin setiap tahunnya, dan merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial PT Ekamant Indonesia terhadap dunia pendidikan. Menurut Tandiono, ST., National Business Manager untuk Industri di PT Ekamant Indonesia, pelatihan ini sudah berlangsung rutin selama empat tahun terakhir. “Ini kehormatan untuk bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman pengamplasan untuk anak didik yang memang nantinya berkecimpung dalam industri woodworking,” jelasnya. Seperti yang sudah diketahui PIKA merupakan salah satu dari sedikit sekali lembaga pendidikan vokasional di Indonesia dalam bidang perkayuan. Alumninya juga tak sedikit yang berperan penting dalam banyak industri kayu olahan serta industri pendukungnya. Pelatihannya sendiri berlangsung selama dua hari. Hari pertama merupakan pelatihan khusus untuk siswa SMK Pika kelas
48
XII. Jumlahnya pun hanya tigapuluh tujuh siswa. Awalnya, pelatihan berlangsung secara serius, murid SMK cenderung menjadi pendengar setia dalam pelatihan dengan instruktur Andri Franniko, ST., Senior Tehnical Support PT Ekamant Indonesia. Interaksi mulai terjadi ketika seorang siswa bertanya soal perbedaan backing, dan perbedaan jenis sambungan amplas. Jawaban dari instruktur Andri ternyata cukup memuaskan peserta pelatihan. Pembahasan dilanjutkan dengan problema antara ketidak utuhan graphite dan dampaknya atas pergesekan dengan sambungan tap. Menurutnya, graphite harus dipantau keutuhannya. Graphite yang sudah habis akan menyebabkan tap mengalami gesekan berlebihan sehingga menjadi hangus dan menyebabkan terlepasnya sambungan amplas. Pertanyaan lain yang muncul adalah arah pemasangan juga ditentukan dari jenis sambungan amplas. Jika jenis sambungan itu overlap maka perputarannya hanya searah. Ini untuk menghindari sodokan benda kerja yang bisa mengakibatkan robeknya sambungan amplas, jika dipasang terbalik. Sedangkan untuk sambungan menggunakan tap, arah perputaran amplas bisa dua arah.
Stock removal dan lompatan grit juga menjadi pembahasan yang cukup serius. Ini dikarenakan keduanya saling berkaitan langsung. Setiap grit memiliki kemampuan mengikis yang berbeda. Semakin rendah nomornya, semakin besar pengikisan yang dilakukan. Dampak dari salahnya penerapan kombinasi pengamplasan akan terlihat justru pada saat benda kerja selesai dicoating. “Biasanya telihat adanya scratch di permukaan benda kerja,” jelas Andri. Jika ini terjadi mau tidak mau akan harus dilakukan penaikan ulang secara menyeluruh mulai dari pengelupasan coating dan pengamplasan. Dibahas juga persoalan amplas basah, kelembaban udara dan penyimpanan. Tiga hal ini saling terkait. Tingginya kelembaban di Indonesia bisa menyebabkan robeknya amplas saat digunakan. Menurutnya, hal ini sering kali terjadi di banyak pabrikan kayu. Amplas yang basah cenderung mengalami flapping jika dijalankan untuk pertama kalinya. Hal ini sangat jelas bila dilakukan pada mesin Wide Belt Sander (WBS). Namun hal ini tidak akan berlangsung lama. “Butuh pemanasan yang cukup sebelum amplas itu siap digunakan,” lanjut Andri. Kelembaban yang tinggi di sini juga
membuat perlunya pengadaan lemari penyimpanan amplas yang di dalamnya terdapat lampu pemanas. Atas pertanyaan seorang siswa kenapa lampu pemanas harus dipasang di bawah. Instruktur Andri menyebutkan hal itu sesuai dengan prinsip aliran udara lembab. Udara lembab yang terkena pemanasan akan mengalir dari bawah ke atas. Ia juga menyarankan agar amplas yang masih belum akan digunakan tidak dikeluarkan lebih dulu dari kardus simpannya. Ini agar kekeringan amplas tetap terjaga. Ia juga menyarankan agar amplas tidak diletakkan langsung diatas lantai agar tidak menyerap kelembaban yang ada. “Gunakan kayu palet sebagai dasar untuk meletakannya,” jelasnya. Lemari pengamplasan juga berfungsi sebagai tempat pelemasan alias flexing. Ini terlihat saat Ia dan Tandiono mencontohkan bagaimana sulitnya mengembangkan bentuk amplas yang baru saja dikeluarkan dari kotak kardusnya. “Dibutuhkan paling tidak dua orang untuk mengeluarkan dan membentuk amplas yang baru keluar dari kardusnya,” kata Andri. Ketidak fleksibelan amplas yang baru dikeluarkan dari pembungkusnya direkomendasikan dilemaskan dengan digantungkan pada lemari pemanas. “Lakukan ini semalam sebelumnya agar bisa digunakan esoknya,” jelas Andri. Menjelang makan siang, tim Ekamant menyelenggarakan quiz berhadiah. Selain kuesinoer tertulis yang harus dijawab semua peserta, ada juga quiz yang pertanyaannya dilontarkan instruktur Andri. Empat siswa yang menjadi pemenang kuiz adalah Rio, Hansen, Alim dan Hezkia. Keempat pemenang ini sebelum meneriam hadiah ‘dikerjai’ oleh rekan-rekannya dan tim Ekamant Indonesia. Keempatnya dimintai berjoged ala Cesar yang sedang populer. Iringannya memang lagu yang berasal dari smartphone salah satu siswa, dan meledaklah tawa seisi ruangan. Spontanitas Rio yang tanpa malu-malu segera berjoged menjadikan semua yang ada diruangan tertawa lepas. Suasana pun segera mencair. Ini diikuti dengan pemba-
gian bingkisan ke pada keempat siswa ini. Usai makan siang, pelatihan berlanjut dengan clinic coaching di ruang praktik dan ruang mesin. Seluruh siswa yang ada dipecah menjadi empat regu guna mendapatkan praktik lapangan langsung dari tim Ekamant. Satu regu mendapatkan pelatihan hand sanding dengan menggunakan mold, regu lainnya mendapatkan pelatihan hand sanding dengan menggunakan mesin rotary sander. Dua regu lainnya berkonsentrasi pada pengamplasan di mesin stroke sander dan WBS. Esok harinya pelatihan internal serupa digelar untuk mahasiswa-mahasiswi Akademi Teknik dan Akademi Desainer Interior. Kali ini pelatihan dihadiri oleh dua puluh satu mahasiswa dan mahasiswi. Berbeda dengan siswa SMK yang masih polos, mahasiswa Akademi Teknik Produksi umumnya memiliki pengalaman kerja minimal dua tahun sebelum kembali ke bangku kuliah. Pengalaman inilah yang dibawa ke dalam pelatihan dan menjadi topik bagus saat diskusi dilakukan. Materi pelatihan memang tidak jauh berbeda dengan materi yang disampaikan sehari sebelumnya. Namun pertanyaan dari peserta lebih cepat bermunculan. Kebanyakan pertanyaan berasal dari pengalaman peserta pelatihan. Misalnya pertanyaan mengenai beda antara amplas free dust dan anti statec. Menurut instruktur Andri, kedua produk ini sangat berbeda. Amplas free dust merupakan produk yang hanya memiliki setengah dari kemampuan amplas anti statec. “Amplas anti statec menggunakan seratus persen stearate, sehingga bisa mencegah penempelan debu pengamplasan,” jelasnya. Namun berdasarkan pengalaman, ia juga mengemukakan bahwa produk di luar Ekamant sering mengklaim jika produknya anti statec padahal sebenarnya hanya free dust. Pertanyaan lainnya adalah persoalan keutuhan graphite dan kondisi pad. Menurutnya, kebanyakan operator dan teknisi mesin WBS berkeberatan untuk membuka, membersihkan sekaligus memantau
kondisi barang ini secara berkala setiap hari. Hal ini dianggap merepotkan. Padahal pembersihan ini sangat dianjurkan karena akan menjadi kontrol harian, sekaligus bisa mencegah putusnya sambungan amplas saat sedang beroperasi. Sinkronisasi pengamplasan juga sangat dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Untuk itu mengikuti skim pengamplasan bertahap mulai dari kalibrasi, intermediate hingga finishing menjadi sebuah keharusan. Untuk itu, peserta juga diminta mengetahui dan mengenali jenis pasir amplas yang menjadi standar bagi tiap tahapan. Misalnya untuk kalibrasi yang menggunakan grit mulai dari 24 hingga 80 selalu memakai jenis pasir Alumunium Oxide. Pasir yang sama digunakan untuk tahapan intermediate, dengan grit mulai dari 60 hingga 220. Untuk tahap finishing yang dimulai dengan grit 240 hingga 2000 menggunakan pasir Silicon Carbide. Selain itu diperlukan pemahaman akan stock removal dan skim lompatan grit, agar bisa mencapai sinkronisasi secara optimal. Salah satu hal yang sulit dalam pengamplasan adalah pengamplasan menggunakan air. Seperti yang dikatakan oleh Andri, pengamplasan ini masih banyak ditemukan pada pengamplasan lacquer. Tujuannya adalah untuk menghasilkan permukaan benda kerja dengan coating yang mengkilap. Tingkat kekilapannya bisa mencari seratus persen. Namun pengamplasan dengan air ini sering menimbulkan persoalan di kemudian hari. Klaim pelanggan akan muncul ketika air yang terperangkap dalam lapisan coating berikutnya mencoba mencari jalan keluar. Perbedaan tingkat kelembaban ini mengakibatkan terciptanya pulau-pulau alias gelembung di bawah permukaan coating. Ini tentu bukan sesuatu yang diharapkan untuk terjadi. Menghadapi persoalan itu, pihak Ekamant Indonesia sejak lama sudah menganjurkan pengaplikasian dry sanding system. Ini bukan hanya untuk glossy furnishing baik untuk produk mebel mau-
49
Products & Technology / Ekamant
EKAFLEX EKAFLEX adalah amplas ber backing kain ekstra fleksibel yang sangat lentur dan mudah beradaptasi untuk pengamplasan tangan. Amplas ini sangat cocok untuk pengamplasan berbagai jenis kayu dan berbahan kayu.
De s c r i p t ion
pun instrumen musik seperti piano, organ dan gitar. Namun juga untuk pengecatan ulang body pada industri automotif. Menurut Andri, fungsi air sebenarnya lebih untuk membersihkan debu hasil pengamplasan yang menempel pada permukaan amplas. Sehingga ketajaman pasir amplas bisa terjaga, dan kerja pengamplasan bisa berlanjut. Namun yang terjadi adalah praktek salah kaprah akibat salah persepsi. Alih-alih amplas sekedar dibasahi justru amplas direndam semalaman sebelum digunakan esok harinya. Padahal menurut Andri, amplas tidaklah dirancang bangun untuk diperlakukan seperti itu karena justru mengakibatkan kerontokan pasir amplas saat digunakan. jadi ada masalah tambahan selain persoalan bercak-bercak air yang merepotkan di kemudian hari. Dry sanding system yang disarankan tidak menggunakan air atau bahkan bersentuhan dengan lingkungan basah. Tapi justru menggunakan amplas dengan stearate seratus persen guna menggantikan peran amplas waterproof. Hasilnya jelas jauh lebih baik karena ketajaman pasir tetap terjaga sekaligus menghindari timbulnya bercak air. Namun semua itu
50
diakuinya sangatlah berhadapan dengan mispersepsi yang sudah terbentuk di benak operator amplas di kedua industri. Terhadap pertanyaan mengamplas dengan menggunakan tangan telanjang, baik Andri maupun Tandiono sangat tidak menyarankan. Pengamplasan dengan cara ini bukan hanya tidak efektif dan boros tapi juga akan menghasilkan hasil pengamplasan yang tidak merata. “Tekanan pengamplasan hanya terjadi pada telapak tangan pengamplas, dan itu sangat tergantung pada lelah tidaknya,” jelas Andri. Pengamplasan cara ini juga boros karena tidak seluruh amplas habis. Ini karena hanya mengikuti tekanan tangan pengamplas. Selain itu, tangan pengamplasnya pun menjadi lebih panas akibat proses pengamplasan. Itu sebabnya, disarankan menggunakan mold dalam melakukannya. Mold itu bisa berbentuk batangan kayu polos untuk tahapan kalibrasi, atau dilapisi pel untuk pengamplasan intermediate dan sponge lunak untuk finishing. Bisa juga menggunakan kapi yang dilapisi amplas untuk mengamplas sudut, atau batangan kayu bulat untuk mengamplas profil ukiran. Sebuah cara yang sebenarnya sederhana tapi bisa diterapkan tanpa
memerlukan biaya besar, namun memberi optimalisasi pengamplasan. Atas pertanyaan amplas yang sedang digunakan, Andri menyarankan agar tetap disimpan di dalam lemari penyimpanan amplas. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyerapan kelembaban. Jika tidak sempat dicopot dari mesinnya maka sangat dianjurkan untuk dilakukan pemanasan sebelum digunakan keesokan hari. Di penghujung sesi kelas, tim Ekamant Indonesia juga menggelar quiz. Serunya pemenang quiz ini didominasi oleh mahasiswi. Dari empat kali quiz, tiga diantaranya dijawab dengan benar oleh Danish, Grace dan Septa. Sementara hanya Dimas yang mewakili kaum pria bisa menjawab pertanyaan quiz yang diajukan instruktur Andi. Usai makan siang, kelas pun turun untuk melakukan praktik pengamplasan di ruang praktik dan mesin. Peserta yang berjumlah dua puluhan itu dibagi ke dalam empat kelompok. Satu kelompok melakukan kerja pengamplasan dengan tangan yang dibantu dengan mold. Satu kelompok melakukan praktik pengamplasan dengan double action sander. Kelompok lainnya melakukan praktik dengan mesin stroke sander. Kelompok terakhir berpraktik menggunakan mesin WBS. Di sela-sela praktik, tawa dan canda serta pengambilan foto mewarnai keceriaan anak-anak muda dalam mengikuti pelatihan ini. Salah satu peserta menyebutkan bahwa pelatihan ini memberikan pengetahuan yang belum diperoleh sebelumnya. Informasinya pun cukup berharga karena membekali mereka dengan pengetahuan praktis dan memperluas cakrawala pandang mereka. “Bagus dan cukup seru,” jelasnya.
Backing
flexible J weight cotton cloth
Bonding
resin over resin
Grit
aluminium oxide
Coating
semi-open
Grit range
P60-P240, P320, P400
Characteristics Removal rate
medium
Lifetime
long
Stability
low-flexible
Finish
good
Uses Backing kain amplas yang sangat fleksibel untuk pengamplasan tangan Sangat cocok untuk pengamplasan kayu yang berbentuk Juga cocok untuk pengamplasan mesin yang ringan Aplikasi lainnya termasuk polishing dan pengamplasan metal ringan
Ava i l a b l e F o r m s
51
EKA 1000 F
EKA 1000 E
EKA 1000 F adalah amplas serbaguna cocok untuk berbagai aplikasi pengamplasan dan materi yang diamplas. Pasir aluminium oxide yg tahan lama dan efisien dilengkapi dengan backing kertas yang kuat memungkinkan tingkat pengikisan dan finishing yang halus atas kayu keras maupun kayu lunak di semua gritnya. Backing kertas antistatik dengan ‘open coat’ grit nya, mampu mengurangi dampak ‘clogging’ hingga batas minimal, meningkatkan daya tahan amplas dan mengurangi dampak debu yang disebabkan pengamplasan.
Kemampuan pengikisan pasir aluminium oxide memungkinkan pengoperasian pengamplasan yang efisien dengan meminimalkan serat yang timbul dan penyerapan cat yang lebih optimal. Manfaat backing antistatik kertas mengurangi masalah penumpukan debu di permukaan amplas serta meningkatkan masa pakai produk. Hal ini juga berkontribusi pada permukaan yang bersih dan penggunaan lacquer yang lebih sedikit.
De s c r i p t ion
DESCRIPTION
Backing
antistatic F weight paper
Bonding
resin over resin
Grit
aluminium oxide
Coating
open
Grit range
P40-P240
Backing:
antistatic E weight paper
Bonding:
resin over resin
Grit:
aluminium oxide
Coating:
semi-open
Grit range:
P240-320, P400-P600
Characteristics Removal rate
very high
Lifetime
long
Stability
high
Clogging
low
Finish
rough - good
Characteristics Removal rate
medium
Lifetime
long
Stability
medium - high
Clogging
low
Finish
good
Uses Bahan pengamplasan serbaguna untuk berbagai aplikasi kayu. Tingkat pengikisan yang tinggi dalam ukuran grit kasar saat pengamplasan kayu lunak dan kayu keras. Cocok untuk pengamplasan stainless steel dan aluminium lembaran dan gulungan. Masa pakai amplas belt yang awet dan permukaan yang sangat baik untuk pengamplasan kulit.
Uses Cocok untuk melamin foil dan poliester lacquer Terutama cocok untuk pengamplasan stainless steel dan aluminium lembaran dan gulungan. Menghasilkan finishing yang sempurna permukaan kulit
Ava i l a b l e F o r m s
Ava i l a b l e F o r m s
52
53
EKA 3001 E EKA 3001 E sangat cocok untuk pengamplasan lacquer keras. Penerapan pasir Silikon carbide grit pada backing kertas E memberikan pengamplasan lacquer yang lebih efisien dan finishing terbaik dengan minimum timbulnya serta fiber, goresan pengamplasan yang sangat halus serta permukaan yang lebih bersinar. Sistim pengeleman antistatik memberikan efek pengurangan ‘clogging’ dan debu pengamplasan, yang pada gilirannya menghasilkan permukaan hasil yang lebih baik. EKA 3001 E juga tersedia sebagai EKA 3011 E dengan lapisan stearate.
EKA 3001 N EKA 3011 E dirancang untuk aplikasi di mana kualitas permukaan adalah penting dan lebih penting daripada tingkat pengikisan. Silikon carbide grit pada backing kertas E memberikan pengamplasan lacquer yang lebih efisien dan finishing terbaik dengan minimum timbulnya serta fiber, goresan pengamplasan yang sangat halus serta permukaan yang lebih bersinar Sistim pengeleman antistatik memberikan efek pengurangan ‘clogging’ dan debu pengamplasan, yang pada gilirannya menghasilkan permukaan hasil yang lebih baik. EKA 3011 E selanjutnya diproduksi dengan lapisan stearate baru yang secara efektif mengurangi masalah ‘clogging’ dan memberikan kontribusi untuk peningkatan kualitas permukaan.
De s c r i p t ion Backing
E weight paper
Bonding
resin over resin, antistatic
Grit
siilicon carbide
Coating
semi-open
Grit range
P240-P600
Characteristics
De s c r i p t ion Backing
E weight paper
Bonding
resin over resin, antistatic
Grit
silicon carbide
Coating
semi-open
Grit range
P240-P1000
Special coating
stearate
Characteristics
Removal rate
medium
Lifetime
long
Removal rate
low
Stability
medium
Lifetime
very long
Clogging
low
Stability
medium
Finish
good
Clogging
low
Finish
very good
Uses Finishing yang sempurna dari pengamplasan lacquer Terutama cocok untuk lacquer yang keras.
Uses Cocok untuk sistem pelapisan lacquer berbahan air dan permukaan bernoda. Sangat baik untuk finishing kulit dan tekstil.
Ava i l a b l e F o r m s
Sangat cocok pengamplasan pada lembaran karet untuk pencetakan selimut.
Ava i l a b l e F o r m s
54
55
EKA SILVER
RKEO
EKASILVER dirancang dengan pasir silikon pada jenis kertas yang cukup lentur dan mampu mengamplas permukaan menjadi sangat halus, konsisten pola goresannya dan tidak banyak menimbulkan serat. EKASILVER dilapisi dengan bahan “stearate” yang bersama-sama dengan ‘open-coat grain’ yang secara efektif mengurangi dampak ‘clogging’. Produk ini sangat cocok untuk pengamplasan tangan serta untuk mesin portabel pengamplasan.
RKEO dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi dan bahan. Pasir aluminium oxide yang efisien dan tahan lama dan dilengkapi backing kertas yang kuat memungkinkan tingkat pengikisan material yang tinggi dan finishing yang halus pada kayu keras dan kayu lunak di semua rentang grit.
De s c r i p t ion De s c r i p t ion Backing
A weight paper
Bonding
resin over resin
Grit
silicon carbide
Coating
semi-open
Grit range
P120-P320, P400
Characteristics Removal rate
low
Lifetime
long
Stability
low
Clogging
low
Finish
very good
Uses Bahan pengamplasan serbaguna untuk berbagai macam bahan. Penggunaan khusus untuk pengamplasan tangan dengan lembaran dan gulungan. Dapat digunakan untuk ‘stroke-sanding’ utk pengamplasan profil.
Backing
E weight paper
Bonding
resin over resin
Grit
alumunium oxide
Coating
semi-open
Grit range
P40, P60-P240
Characteristics Removal rate
high
Lifetime
very long
Stability
high - medium
Clogging
low
Finish
rough - medium
Uses Bahan pengamplasan serbaguna untuk berbagai macam aplikasi Mampu mengikis dengan kemampuan tinggi Sangat baik untuk pengamplasan stainless steel dan material2 aluminium. Awet dan tanpa menimbulkan goresan khususnya pada pengamplasan material kulit.
Ava i l a b l e F o r m s
Ava i l a b l e F o r m s
56
57
RKJFO
RKJFON
RKJFO adalah backing berbahan kain ekstra flesibel J yang sangat lentur dan mudah beradaptasi dengan kontur, kurva dan profil dan sangat cocok untuk pengamplasan profil dari kayu dan bahan kayu. RKJFO juga tersedia sebagai RKJFON dengan stearate.
RKJFON adalah J kain ekstra berat fleksibel didukung abrasif yang sangat mudah beradaptasi dengan kontur, kurva dan profil. Sangat cocok untuk pengamplasan profil dari kayu dan permukaan yang di vernis. Sangat baik untuk pengamplasan profil dan permukaan dengan lacquer. Lapisan stearate baru yang dikembangkan terbukti meningkatkan kualitas finishing pengamplasan dan membuat amplas lebih awet.
De s c r i p t ion Backing
flexible J weight cotton cloth
Bonding
resin over resin
Grit
aluminium oxide
Coating
open
Grit range
P60-P320, P400
Characteristics
De s c r i p t ion Backing
flexible J weight cotton cloth
Bonding
resin over resin
Grit
aluminium oxide
Coating
open
Removal rate
medium
Grit range
P80, P180-P320, P400-P600
Lifetime
very long
Special coating
stearate
Stability
low
Clogging
low
Finish
good
Characteristics
Uses Backing kain amplas yang sangat fleksibel Sangat baik untuk pengamplasan kontur, kurva dan profil. Cocok untuk pengamplasan kayu dan material kayu. Aplikasi lain termasuk polishing dan grinding aluminium
Ava i l a b l e F o r m s
Removal rate
medium
Lifetime
very long
Stability
low
Clogging
very low
Finish
good
Uses Backing kain amplas yang sangat fleksibel Cocok untuk pengamplasan kayu dan permukaan yang di varnis. Aplikasi lain termasuk polishing bagian-bagian aluminium yang berpola. Memberikan hasil pengamplasan kualitas tinggi.
Ava i l a b l e F o r m s
58
59
RKXO
Swedish Quality Coated Abrasives
RKXO adalah backing amplas berbahan X kuat dan kokoh sangat cocok pengamplasan yang berat utk permukaan yang lebar dan kecil.
De s c r i p t ion Backing
flexible J weight cotton cloth
Bonding
resin over resin
Grit
aluminium oxide
Coating
open
Grit range
P60-P320, P400
Characteristics Removal rate
medium
Lifetime
very long
Stability
low
Clogging
low
Finish
good
Uses Cocok untuk pengamplasan kalibrasi semua jenis kayu dan material kayu. Juga cocok untuk pengamplasan material stainless steel atau aluminium lembaran dan gulungan.
Ava i l a b l e F o r m s
The Best Abrasives for
Woodworking & Furniture
60
www.ekamantindonesia.com
Dress up your projects with sustainable beauty
WHITE OAK BEECH MAPLE/SYCAMORE ASH WALNUT EUROPEAN CHERRY SPRUCE/FIR DOUGLAS PINE
F R A N C E I S T H E L E A D I N G S U P P L I E R O F H A R DWO O D P RO D U CT S I N E U RO P E Promoting French Lumber and Wood Products 6, rue François 1er - 75008 Paris - France Tél. : +33 (0)1 56 69 35 92 • Fax : +33 (0)1 42 56 32 70 E-mail :
[email protected]
www.FrenchTimber.com