Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
AIR – DUA MILYAR PENDUDUK KESULITAN MEMPEROLEHNYA
(Water-Two Billion People are Dying for It!)
T
ema Hari Lingkungan Hidup tahun ini, “Water-Two Billion People are Dying for It,” yang diterjemahkan secara bebas berarti “Air-Dua Milyar Penduduk Kesulitan Memperolehnya”, dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap ancaman kekurangan air bagi dua milyar penduduk yang mendiami berbagai kawasan di muka bumi ini. Manusia dan mahluk hidup lainnya, kini sedang dihadapkan pada persoalan semakin menurunnya persediaan dan kualitas air bersih dan sehat. Padahal air merupakan salah satu kebutuhan dasar fisik manusia, termasuk mahluk hidup lainnya. Air, berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem, untuk konsumsi AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
1
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
manusia dan mahluk hidup lainnya, serta sebagai sumber energi untuk kebutuhan industri dan komersial. Berkurangnya persediaan dan menurunnya kualitas air, berarti mengancam kelangsungan hidup manusia. Bahkan di berbagai belahan dunia, masalah air menjadi masalah serius yang mengancam kelangsungan hidup sekitar dua milyar penduduk. Begitu pentingnya air bagi kelangsungan kehidupan di bumi, mendorong PBB menyerukan setiap bangsa-bangsa di dunia untuk berupaya menyelamatkan, baik dalam kebijakan maupun aksi nyata. Pada Millennium Summit tahun 2000 dan World Summit on Sustainable Development tahun lalu di Johannesburg, para pemimpin dunia telah menyadari betapa pentingnya air bersih bagi manusia. Mereka telah memberikan komitmennya untuk mengarahkan agenda-agendanya memecahkan masalah air dan sanitasi dewasa ini dan masa mendatang. Pada Konferensi Puncak Bumi (Earth Summit) mengenai pembangunan dan lingkungan di Rio de Janeiro, Brasil, Juni 1992, disepakati suatu rencana menyongsong abad ke-21 atau Agenda 21, yang di dalamnya diusulkan perlu ditetapkan Hari Dunia untuk air. Pada Sidang Umum PBB ke-47 pada tanggal 22 Desember 1992, usulan Agenda 21 diterima dan sekaligus ditetapkan pelaksanaan Hari Air Sedunia pada setiap tanggal 22 Maret mulai tahun 1993, di setiap negara anggota PBB.
2
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Tema Hari Lingkungan Hidup tahun ini terkait dengan tema Hari Air Sedunia 2003 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2003, yaitu “Air untuk Masa Depan” (Water for Future). Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2003 sesuai dengan arahan United Nations Environment Programme (UNEP), menekankan upaya-upaya konservasi untuk keberlanjutan persediaan air guna memenuhi kebutuhan generasi mendatang, serta mengatasi bencana sebagai akibat penyimpangan pengelolaan air. Pengelolaan air yang buruk telah menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas cadangan air di bumi ini. Kerusakan hutan oleh pembabatan hutan, penebangan liar, kebakaran hutan dan lahan, konversi lahan dan buruknya tata ruang terutama di perkotaan, pencemaran air (sungai) oleh limbah domestik maupun industri, pemborosan pemakaian, sebagian penyebab lain timbulnya persoalan tersebut. Bila kecenderungan ini berlanjut, maka dua dari tiap tiga penduduk di bumi ini akan menderita karena kesulitan memperoleh air dalam dua dekade mendatang. Pada kenyataannya, penduduk di negara-negara miskinlah yang paling banyak menderita akibat kesulitan air. Mereka menghadapi kelangkaan air bersih, sehingga harus membayar mahal untuk memperoleh air. Mereka tidak memiliki sanitasi yang memadai, dan kemampuan mereka untuk mengelola air sangat rendah. Keadaan ini dapat menimbulkan krisis sosial, ekonomi, lingkungan dan politik. Bahkan kekurangan persediaan air bersih dan sehat AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
3
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
untuk konsumsi penduduk pada saat kemarau, seringkali diikuti oleh bencana banjir dan longsor pada musim hujan. Karena itu, masalah air harus menjadi prioritas utama dunia yang harus diperhatikan. Dalam kesempatan ini perlu direnungkan dan dihayati arti pentingnya air bagi kehidupan serta menyadari kemungkinan bencana yang ditimbulkannya. Seluruh lapisan masyarakat dituntut ikut bertanggungjawab menyelamatkan air melalui upaya konservasi dan pengelolaan secara berkelanjutan. Mereka yang memiliki pengalaman di bidang pengelolaan irigasi, pengairan dan banjir diharapkan dapat berbagi pengetahuan dan teknologi dengan yang lain. Masyararakat secara umum, ilmuwan, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan organisasi Internasional hendaknya menyatukan tujuannya agar dapat memberikan sumbangan yang lebih besar untuk menyelamatkan sumber daya penting ini. Di sisi lain, pelestarian hutan dan kawasan-kawasan yang menjadi resapan, tangkapan dan kantung-kantung air diperlukan dalam upaya menyelamatkan sumber air. Selain itu diperlukan upaya untuk memanfaatkan secara hemat dan benar, serta menjaga kualitas air agar tetap memenuhi baku mutu dan terhindar dari unsur-unsur pencemar. Sesungguhnya, masyarakat yang tinggal di pedesaan telah lama mengembangkan cara-cara penyelamatan air, misalnya melalui pelestarian hutan ulayat atau penanaman pohon, seperti yang dilakukan oleh para penerima 4
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Kalpataru 2003. Kepada mereka selayaknya diberi penghargaan sebagai bentuk apresiasi Pemerintah atas perannya dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup. Pemberian penghargaan Kalpataru atau insentif lainnya, diharapkan dapat mendorong peran masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Melalui peran tersebut, berarti pula ikut mengatasi permasalahan kesulitan memperoleh air yang dialami oleh dua milyar penduduk. Sekarang, saya mengajak Anda bersama-sama bekerja untuk menyelamatkan air demi kehidupan masa depan.
Jakarta, 5 Juni 2003 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
NABIEL MAKARIM, MPA, MSM
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
5
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
PENDAHULUAN
K
onferensi Stockholm tahun 1972 yang mengangkat tema “Hanya Satu Bumi” menyadarkan negara-negara di dunia bahwa masalah lingkungan hidup sudah begitu memprihatinkan dan kompleks, sehingga perlu upaya bersama semua bangsabangsa untuk menanggulanginya. Salah satu permasalahan yang serius yang saat ini menjadi perhatian dunia adalah masalah penurunan persediaan dan kualitas air yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan kehidupan. Dua milyar penduduk saat ini kesulitan memperoleh airnya. Jika tidak ada upaya nyata untuk menanggulangi masalah tersebut, kemungkinan lebih buruk akan mengancam generasi mendatang. Karena itu, sesuai dengan arahan United Nations Environment Programme (UNEP), tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2003 adalah “Water-Two Billion People are Dying for It.” Arahan United Nations Environment Programme (UNEP) ini terkait dengan hasil kesepakatan pada World Summit on Sustainable Development tahun lalu di Johannesburg. Para pemimpin dunia menyadari betapa pentingnya air bersih bagi manusia. Oleh karena itu, agenda-agenda pembangunan di masing-masing negara peserta diarahkan untuk memecahkan masalah air.
6
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Karena berkembangnya permasalahan air tersebut pada umumnya disebabkan oleh buruknya pengelolaan, terutama di negara-negara miskin. Keburukan pengelolaan tersebut antara lain ditunjukkan dengan kerusakan hutan sekitar daerah aliran sungai mulai dari hilir hingga hulu, pemanfaatannya yang tidak efisien, dan pencemaran lingkungan. Perhatian permasalahan air didasarkan pada kecenderungan meningkatnya permasalahan air dan akibat yang ditimbulkan. Banyaknya negara atau luasnya wilayah yang sedang menghadapi persoalan tersebut, serta akibat yang ditimbulkan bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lain, mengharuskan negara-negara peserta untuk melakukan aksi nyata untuk menyelamatkan air. Bahkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, Kofi Annan, dalam pesan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003, mengatakan bahwa dua milyar penduduk di berbagai belahan dunia, saat ini kesulitan memperoleh air bersih dan sehat. Jika tidak ada upaya serius untuk memperbaiki pengelolaan air, maka dua dasa warsa ke depan permasalahan ini diperkirakan akan berakibat lebih buruk pada penduduk, terutama bagi anak-anak di negara-negara miskin. Sumber daya air, merupakan sumberdaya yang ketersediaannya semakin terbatas. Air menjadi barang langka dan mahal. Hal ini terlihat dari tingkat ketersediaan air di kota-kota besar di Indonesia yang berada dalam kondisi kritis. Apabila kondisi ini terus berlangsung tanpa dilakukan upaya pengelolaan yang berkelanjutan, dikhawatirkan pada tahuntahun mendatang akan terjadi defisit sumber daya air. Untuk menghindari hal tersebut, strategi pengelolaan sumber daya air harus diarahkan untuk perlindungan dan pelestarian sumber air dan merubah kebiasaan masyarakat yang
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
7
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
menganggap air merupakan sumber daya yang tidak terbatas. Dalam pengelolaan sumberdaya air, perlu dilakukan berbagai tindakan yang meliputi perlindungan/pelestarian sumber air, efisiensi dan distribusi sumberdaya air yang memadai sesuai dengan kebutuhan. Untuk iut, dibutuhkan peran semua pihak, pemerintah, masyarakat luas dan dunia usaha. Dengan demikian, melalui peringatan Hari Lingkungan Hidup 2003 Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat dituntut untuk melakukan upaya-upaya konservasi untuk keberlanjutan persediaan air guna memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang. Penanaman pohon di berbagai lokasi yang mengalami kesulitan air dan rawan longsor yang dilakukan oleh para penerima Kalpataru, merupakan salah satu bentuk kepedulian dan peran dalam pelestarian sumber air. Selain itu, upaya-upaya konservasi yang dilakukan masyarakat melalui pengembangan hutan rakyat, penyelamatan mata air, pengembangan wana tani, dan lain-lain perlu terus dikembangkan. Pengetahuan lokal yang mendasari upaya masyarakat untuk menyelamatkan mata air, perlu dilestarikan. Untuk mendorong tumbuhnya insiatif lokal dan meningkatnya kapasitas masyarakat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan, penyebarluasan informasi lingkungan dan sosialisasi, pemberian insentif atau penghargaan lingkungan, pengembangan forum dan kader lingkungan, dan fasilitasi berbagai kegiatan yang mendorong meningkatnya peran masyarakat. Atas berbagai kepeloporan penyelamatan air dan pelestarian fungsi lingkungan yang dilakukan oleh sebagian warga masyarakat, Pemerintah memberikan penghargaan Kalpataru. Penghargaan Kalpataru diberikan kepada seseorang atau
8
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
kelompok yang dinilai berprestasi dalam melestarikan fungsi lingkungan. Selain diisi dengan penyerahan penghargaan Kalpataru, peringatan Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2003, juga diisi dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha dan pemerintah daerah. Tahun ini, upacara peringatan Hari Lingkungan Hidup secara nasional dilaksanakan di Jakarta yang disemarakkan dengan rangkaian kegiatan, seperti kegiatan penghijauan, seminar, workshop, talkshow dengan berbagai radio swasta, dialog interaktif, dan Pekan Lingkungan Hidup. Pekan Lingkungan Hidup meliputi pameran lingkungan hidup, lokakarya, dan perlombaan (terlampir daftar kegiatan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup 2003).
AIR – DUA MILYAR PENDUDUK KESULITAN MEMPEROLEHNYA
(Water-Two Billion People are Dying for It!) AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
9
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
KALPATARU Anugerah Kalpataru diberikan perorangan atau kelompok masyarakat yang telah menunjukkan kepeloporannya dalam melestarikan fungsi lingkungan. KALPATARU berarti pohon hayat, lambang kehidupan abadi, kelestarian dan keserasian lingkungan, yang diambil dari relief Candi Mendut dan Prambanan
10
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
DEWAN PERTIMBANGAN PENGHARGAAN KALPATARU 2003 Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, SH., ML. (Ketua) Prof. Dr. Didin Sastrapradja (Wakil Ketua) Ir. Arief Yuwono, MA (Sekretaris) Drs. Seman Widjojo, MSi Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri (Anggota) Ismid Hadad, MPA (Anggota) Prof. Dr. Hadi S. Alikodra (Anggota) Prof. Dr. R.E. Soeriaatmadja, M.Sc. (Anggota) Dr. Yulfita Rahardjo, MA (Anggota) Ully Hary Rusadi (Anggota) Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, MSc. (Anggota) Ir. Arie D.D. Djoekardi, MA. Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Pengembangan Peran Masyarakat (Anggota)
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
11
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
KALPATARU
P
asal 10 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, huruf i menyebutkan bahwa, “dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup pemerintah berkewajiban memberikan penghargaan kepada orang atau kelompok yang berjasa di bidang lingkungan hidup”. Penghargaan lingkungan hidup nasional yang diberikan pemerintah yang bertepatan pada hari Lingkungan Hidup Sedunia, setiap tanggal 5 Juni, antara lain terdiri dari penghargaan Kalpataru. Penghargaan Kalpataru diberikan kepada anggota atau kelompok masyarakat yang telah menunjukkan kepeloporan dan memberikan sumbangsihnya bagi upayaupaya pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penghargaan ini diberikan oleh Presiden RI setiap tahun bertepatan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang bertujuan untuk mendorong dan memotivasi peran masyarakat dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup menurut bentuk pengabdiannya
12
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
masing-masing. Penghargaan Kalpataru merupakan bentuk apresiasi Pemerintah atas peran warga atau kelompok masyarakat dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Melalui pemberian penghargaan yang lambangnya diambil dari relief Candi Mendut dan Prambanan, diharapkan dapat mengangkat kepeloporan dan ketauladanan serta mensosialisasikannya kepada masyarakat luas. Penghargaan Kalpataru terdiri dari empat kategori, yaitu kategori Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan dan Pembina Lingkungan. Kategori Perintis Lingkungan diberikan kepada seseorang bukan pegawai negeri dan bukan pula tokoh dari organisasi formal yang berhasil merintis pengembangan dan melestarikan fungsi lingkungan hidup secara menonjol luar biasa dan merupakan kegiatan baru sama sekali bagi propinsi yang bersangkutan. Penghargaan Kalpataru kategori Pengabdi lingkungan diberikan kepada petugas lapangan dan atau pegawai negeri yang mengabdikan diri dalam usaha pelestarian fungsi lingkungan hidup yang jauh melampaui tugas pokoknya (antara lain termasuk pegawai negeri sipil/TNI/Polri, guru, Petugas Lapangan Penghijauan, Petugas Penyuluh Lapangan, Petugas Lapangan Kesehatan, Jagawana, Penjaga Pintu Air). Penghargaan Kalpataru kategori Penyelamat Lingkungan diberikan kepada kelompok masyarakat yang berhasil melakukan upaya-upaya penyelamatan terhadap fungsi lingkungan hidup, seperti kelompok masyarakat desa/dusun/kampung/rukun warga, paguyuban, kelompok tani, kelompok masyarakat adat, pondok pesantren, PKK, karang taruna, lembaga swadaya masyarakat, koperasi, asosiasi profesi, organisasi kepemudaan, badan usaha, lembaga penelitian, dan lembaga pendidikan. AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
13
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Penghargaan Kalpataru kategori Pembina Lingkungan diberikan kepada pengusaha atau tokoh masyarakat yang berhasil melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mempunyai pengaruh dan prakarsa untuk membangkitkan kesadaran lingkungan dan peran masyarakat guna melestarikan fungsi lingkungan hidup atau berhasil menemukan teknologi baru yang ramah lingkungan. Contohnya, dosen, peneliti, artis, pengusaha, manager, tokoh LSM/Ornop, tokoh agama, tokoh politik dan lain-lain. Selain kriteria tersebut di atas, harus pula memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) dilakukan atas prakarsa/inisiatif sendiri; 2) usaha tersebut telah menunjukkan dampak positif terhadap lingkungan hidup; 3) mempunyai pengaruh dan membangkitkan kesadaran bagi masyarakat sekitarnya; dan 4) telah cukup lama dilakukan sehingga dapat dilihat hasilnya. Pengusulan calon penerima penghargaan Kalpataru boleh diajukan oleh siapa saja, termasuk warga masyarakat, perguruan tinggi, pers, organisasi swadaya masyarakat, pejabat pemerintah dan lain-lain. Usulan tersebut diajukan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup. Usulan yang masuk nominasi diteliti kebenarannya di lapangan oleh Dewan Pertimbangan Kalpataru atau tim peninjau lapangan yang ditugaskan untuk itu. Sejak tahun 1980 hingga 2002, jumlah penerima penghargaan Kalpataru sebanyak 183 orang/kelompok, yang terdiri dari kategori Perintis Lingkungan sebanyak 54 orang, Pengabdi Lingkungan sebanyak 47 orang, Penyelamat Lingkungan sebanyak 61 kelompok masyarakat, dan Pembina Lingkungan sebanyak 21 orang. Para penerima penghargaan Kalpataru tersebut tersebar di semua propinsi.
14
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Evaluasi dan pembinaan terhadap penerima penghargaan Kalpataru tetap dilakukan, di antaranya melalui pemberian Satyalancana Pembangunan kepada penerima Kalpataru yang sekurang-kurangnya lima tahun setelah menerima Kalpataru masih mempertahankan atau bahkan meningkatkan kepeloporannya. Sebanyak 46 orang penerima Kalpataru telah diberi penghargaan Satyalancana Pembangunan karena dinilai masih eksis mempertahankan prestasi atau kepeloporannya dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tidak diragukan bahwa semua penerima Kalpataru, telah menunjukkan komitmen dan upaya nyata dalam melestarikan fungsi lingkungan. Komitmen tersebut dicetuskan dalam Deklarasi Penerima Penghargaan Kalpataru yang disampaikan pada kegiatan Sarasehan Penerima Penghargaan Kalpataru 1980-2001 yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 23 Januari 2002. Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 5 Juni 2003, Pemerintah memberikan penghargaan Kalpataru kepada mereka, baik secara individu maupun kelompok masyarakat, yang telah menunjukkan kepeloporan dan memberikan sumbangsihnya bagi upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk calon penerima penghargaan Kalpataru tahun 2003 telah terkumpul 164 calon penerima penghargaan Kalpataru tahun 2003, terdiri dari 71 kategori Perintis Lingkungan (A); 24 orang Pengabdi Lingkungan (B); 43 kelompok Penyelamat Lingkungan (C) dan 26 orang Pembina Lingkungan (D). Para calon penerima penghargaan Kalpataru tersebut diteliti terlebih dahulu prestasinya oleh Dewan Pertimbangan Kalpataru, melalui: 1) Sidang Pertama untuk menentukan AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
15
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
nominasi yang akan ditinjau ke lapangan; 2) Peninjauan Lapangan untuk melihat secara langsung kegiatan para nominasi; serta 3) Sidang Kedua untuk menentukan Penerima Penghargaan Kalpataru 2003. Melalui Sidang Pertama Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru diputuskan 20 peserta nominasi calon penerima penghargaan Kalpataru 2003, masing-masing nominasi kategori Perintis Lingkungan sebanyak 6 orang, Pengabdi Lingkungan sebanyak 5 orang, Penyelamat Lingkungan sebanyak 5 kelompok dan Pembina Lingkungan sebanyak 4 orang. Setelah dilakukan peninjauan lapangan dan melalui Sidang Kedua Dewan Pertimbangan Kalpataru 2003, diputuskan 12 penerima penghargaan Kalpataru tahun 2003, masing-masing: a)
Kategori Perintis Lingkungan, kepada: 1) Yohanes Jamen Desa Pangkalan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Propinsi Kalimantan Barat; 2) Hamzah Desa Rantau Bujur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan; 3) Laman Desa Talang Durian Cacar, Kecamatan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau.
b)
Kategori Pengabdi Lingkungan, kepada: 1) Titik Tarwati Desa Tlogosari, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso, Propinsi Jawa Timur;
16
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
2) Aziil Anwar Desa Puttada, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Selatan; 3) Drs. Abdul Rahim Kuty Desa Surutanga, Kecamatan Wara, Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan. c)
Kategori Penyelamat Lingkungan, kepada: 1) Pondok Pesantren Al Ittifaq Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung; 2) Kelompok Marga Tondang Sibidik Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Simalungun, Propinsi Sumatera Utara;
Kabupaten
3) Masyarakat Adat Dayak Kenyah Desa Setulang Desa Setulang, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, Propinsi Kalimantan Timur. d)
Kategori Pembina Lingkungan, kepada: 1) Prof. I Made Nitis, M.Rur.Sc., Ph.D. Desa Dauh Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kabupaten Badung, Propinsi Bali; 2) Ir. Martin F. Haulussy Jalan Walter Monginsidi, Kelurahan Lateri, Kecamatan TA. Baguala, Kota Ambon, Propinsi Maluku; 3) Paris Sembiring Jalan Pijer Podi No. 26, Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
17
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
DEKLARASI PENERIMA PENGHARGAAN KALPATARU Kami para penerima penghargaan Kalpataru, dalam hal ini perintis, pengabdi, penyelamat dan pembina lingkungan, dengan ini: 1. Menyatakan kerisauan tentang kecenderungan bunuh diri ekologis; 2. Bertekad untuk mencegah meningkatnya perusakan lingkungan, dengan menuntut para pelakunya ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku, dengan memberdayakan masyarakat dalam pengawasan; 3. Bertekad tetap memelopori upaya pelestarian fungsi lingkungan, demi pembangunan berkelanjutan; 4. Mendorong agar seluruh komponen bangsa, menempatkan lingkungan sebagai isu sentral, dalam menghadapi berbagai tantangan global; 5. Membangun aliansi strategis antar para pihak yang mempunyai kepentingan dalam pengelolaan lingkungan, untuk menyatukan visi, misi dan strategi, melalui sistem informasi, pendidikan dan tindak nyata; 6. Mengusulkan pada pemerintah, agar upaya yang telah kami lakukan dalam rangka pelestarian lingkungan, menjadi agenda pada forum Internaisonal (seperti Prep-Com IV yang akan diselenggarakan bulan Mei 2002 mendatang di Jakarta); 7. Menjadikan dimensi lingkungan sebagai wahana pemersatu bangsa Indonesia. Jakarta, 24 Januari 2002 Para Penerima Penghargaan Kalpataru
18
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
PERINTIS LINGKUNGAN Penghargaan Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan diberikan kepada seseorang, bukan pejabat atau petugas pemerintah, bukan pula tokoh dari oraganisasi formal dan pengusaha, namun telah berhasil melakukan usaha luar biasa dan merupakan hal baru bagi daerahnya dalam rangka pengembangan dan pelestarian fungsi lingkungan
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
19
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Yohanes Jamen Desa Pangkalan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Propinsi Kalimantan Barat
D
i antara berbagai jenis pohon hutan Kalimantan, terdapat jenis pohon endemik yang disebut kayu belian atau kayu besi (Eusideroxylon zwageri). Kayu besi dikenal memiliki kualitas kayu yang sangat bagus dan harganya mahal. Salah satu keunggulannya adalah tidak mudah lapuk. Masyarakat setempat menggunakannya sebagai bahan bangunan, mulai dari tiang pancang hingga atap rumah, bahkan karena kekuatannya kayu ini telah digunakan selama ratusan tahun sebagai bantalan rel kereta api di Jawa. Secara turun-temurun masyarakat Bengkawan menggunakan buah belian sebagai minyak urut, dan daunnya sebagai obat sakit perut.
Karena kualitas kayu dan nilai ekonomisnya yang tinggi, kayu belian menjadi sasaran incaran berbagai pihak, baik yang dilakukan secara legal maupun illegal, baik dilakukan secara perorangan, kelompok maupun badan usaha. Oleh karena itu, tidaklah mengeherankan bila dalam kurun waktu yang relatif singkat populasi jenis kayu ini menurun tajam, bahkan terancam punah akibat penebangan secara liar. Hal ini disebabkan oleh rata-rata usia kayu besi mencapai puluhan tahun. Menyadari kelangkaan ini, pada tahun 1993 Yohanes Jamen tergerak untuk membudidayakan kayu belian di lahan miliknya. Inisiatifnya timbul ketika melakukan perjalanan ke Jawa Timur tidak menemukan satupun pohon belian. Selain itu, ia terobsesi untuk melestarikan kayu belian. Ia juga yakin bahwa 20
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
apa yang akan dilakukan dapat membantu mencegah erosi lahan di musim hujan sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga di masa datang. Kegiatan budidaya kayu besi dimulai dari lahan miliknya seluas 2,5 hektar dengan menanam 1.000 anakan kayu belian yang didapat dari hutan sekitar tempat tinggalnya. Jumlah pohon kayu besi belian yang ditanam semakin hari semakin banyak. Hingga kini jumlah yang ditanam telah mencapai 5.000 batang dengan ketinggian mencapai 3 sampai 5 meter dan diameter batang 10 sampai 15 cm. Karena kayu belian/ kayu besi baru dapat dipanen setelah berumur puluhan tahun sehingga tidak segera dapat dinikmati hasilnya, maka ia juga menanam secara tumpang sari dengan meranti dan tanaman produktif lainnya di sela-sela tegakan belian. Jenis tanaman produktif itu di antaranya adalah umbi-umbian, rempah-rempah dan tanaman palawija yang hasilnya dapat dipanen cepat. Prestasi dan hasil kerja keras Jamen lambat laun menjadi buah-bibir di tengah-tengah masyarakat, mulai dari desa hingga ke tingkat kabupaten dan propinsi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dusun ini kemudian banyak dikunjungi orang yang ingin melihat dan mempelajari cara budi daya kayu besi ala Jamen. Atas keberhasilan itu, Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat memberikan penghargaan atau apresiasi guna mendorong atau memotivasi agar tetap giat melakukan budidaya kayu belian. Bahkan Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat akan menerbitkan Peraturan Daerah guna mendorong pembudidayaan kayu belian sebagai sumber pencaharian penduduk, serta untuk kelestariannya. **
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
21
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Hamzah Desa Rantau Bujur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan
K
ondisi lingkungan tidak bersahabat dan ekonomi yang sulit di daerah asalnya di Kediri, Jawa Timur, menyebabkan ia mengikuti keluarganya bertransmigrasi ke Miawak, Kalimantan Selatan pada tahun 1973. Dengan berbekal pengetahuan yang didapat dari daerah asal dan melalui proses belajar dari orang tua, dia bercocok tanam di daerah baru. Ternyata, di daerah baru tidak didapati lahan subur, melainkan kering dan gersang serta tidak dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. Akhirnya, pada tahun 1970 ia memutuskan untuk pindah ke Desa Rantau Bujur, dan mengembangkan usaha pertanian hingga sekarang.
22
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Di tempat yang baru, ia memulai kegiatan dengan menanam berbagai jenis tanaman di sekitar rumahnya. Pekarangan rumah ditanami pohon karet, cengkeh, dan pisang. Keberhasilannya dimulai dengan kemampuannya memanfaatkan hasil pembinaan dan bimbingan berbagai pihak. Kegigihan Hamzah untuk memanfaatkan lahan di sekitarnya didorong oleh kondisi lingkungan yang mengalami erosi di musim hujan dan kekeringan serta kekurangan air pada waktu musim kemarau. Kerja kerasnya telah membuahkan hasil. Sekarang daerah tersebut tidak lagi mengalami erosi pada musim hujan dan kekurangan air serta kekeringan pada musim panas. Sumur dengan kedalaman delapan meter sudah ditemukan air. Kebun karet yang ditanam di pekarangan rumah memberikan sumber air dan kesejukan di sekitarnya, di samping meningkatkan penghasilan keluarga. Hal ini pulalah yang menambah semangat Hamzah untuk terus meningkatkan usaha penghijauannya dengan menambah areal tanaman hingga mencapai 12 ha. Lahan tersebut ditanami dengan berbagai macam tanaman kehutanan dan perkebunan, seperti karet, kopi, jati, cengkeh, durian, dan pisang. Hamzah juga menerapkan sistem konservasi tanah, seperti pembuatan terasering dan saluaran pembuangan air. Ketika Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar memperkenalkan budidaya lebah madu, Hamzah pun ikut mengembangkan dengan memanfaatkan pollen dari AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
23
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
tanaman buah-buahan, seperti mangga, rambutan, nangka, cempedak, karet dan kaliandra yang khusus ditanam untuk penambah pakan lebah. Saat ini telah dikembangkan sebanyak 50 (ima puluh) kotak dengan hasil panen perbulan rata-rata 100 liter madu. Penangkaran dan pengembangan jenis-jenis bibit tanaman unggul lokal secara swadaya pun dilakukan, dan menjadi sumber bibit bagi masyarakat sekitarnya maupun oleh program penghijauan dari pemerintah. Lahan dimanfaatkan seefektif mungkin dengan tidak membiarkan lahan yang kosong walaupun berada di bawah tegakan. Sela-sela tegakan dimanfaatkan sebagai “wanafarma” dengan tanaman seperti laos, jahe, kencur dan lain-lain. Banyaknya daerah bekas penambangan batubara tanpa izin (PETI) yang ditinggalkan dan tidak direklamasi menimbulkan kerisauan dan kegalauan baginya, karena menimbulkan lahan kritis, erosi dan kekeringan, yang merugikan kehidupan generasi penerus dimasa datang. Permasalahan dan kerisauannya, tidaklah mengurangi semangat, tekad dan obsesinya untuk terus berbuat bagi pelestarian lingkungan hidupnya. Tingkat pendidikan yang terbatas tidak menghalangi semangat dan obsesinya untuk menyebarluaskan informasi tentang pentingnya penghijauan dan budidaya tanaman. Dialog dan diskusi merupakan hal yang sering dilakukan dengan masyarakat dan dinas terkait di Kabupaten Banjar.
24
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Bersama masyarakat sekitar, Hamzah membentuk Kelompok Tani Asuhan Murni yang diketuainya yang saat ini beranggotakan 60 orang. Kelompok ini telah berhasil meningkatkan pendapatan anggota dari hasil menjual madu, sadapan getah, pisang dan pembibitan tanaman, serta melakukan penghijauan di lahan-lahan kritis. Tanpa disadari hutan rakyat telah berkembang mencapai 100 ha, dan berhasil mengurangi kegiatan perladangan berpindah. Upaya Hamzah telah menciptakan iklim yang lebih sejuk, hijau dan nyaman melalui penghijauan lahan kritis.***
Laman Desa Talang Durian Cacar, Kecamatan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau
D
i pedalaman Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, terdapat satu suku bangsa dimana warganya masih terikat kuat pada adat dan kearifan lingkungan, yaitu Talang Mamak. Jumlah orang Talang Mamak AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
25
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
diperkirakan sekitar 6.418 jiwa atau 1.341 keluarga, yang tersebar di Kecamatan Seberida, Kalayang, dan Rengat Barat. Satu lagi kelompok suku bangsa Talang Mamak berada di Dusun Simarantihan, Desa Suo-suo, Kecamatan PWK Sumai, Kabupaten Bungo Tebo, Propinsi Jambi. Mereka bermukim di dalam Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (sepanjang sungai Gangsal) dan di luar taman (di Desa Talang Lakat, Talang Jerinjing dan Talang Durian Cacar). Pencaharian orang Talang Mamak adalah berburu, meramu, berladang berotasi (berladang beringsut), dan berkebun buah-buahan secara tradisional pada lahan bekas ladang. Hampir seluruh penduduk Talang Mamak buta huruf. Salah satu penyebabnya bahwa di dalam taman nasional dan di pusat-pusat permukiman Talang Mamak belum terjangkau sarana pendidikan. Di sepanjang jalan lintas timur Sumatera, sekolah baru ada namun kurang diminati karena pendidikan dirasa tidak dapat memecahkan permasalahan mereka dari tekanan ekonomi. Bahkan di Desa Durian Cacar, menolak pendidikan karena sistem pendidikan konvensional menyebabkan keluarnya warga dari adat. Talang Mamak memiliki kepercayaan animisme yang mereka sebut agama “langkah lama” atau orang adat. Perbedaan Talang Mamak dengan Melayu adalah jika seseorang telah memeluk agama Islam maka, “liaulah mengalih jadi Melayu/Syarak.” Pola permukiman komunitas Talang Mamak khususnya di Desa Durian Cacar, terpencar dalam kawasan hutan yang luas. Ketergantungan masyarakat pada sumber daya hutan sangat tinggi menyebabkan kebe-
26
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
radaan dan kelestarian hutan penting artinya bagi kelangsungan hidup anggota kelompok ini. Pelestarian hutan adat tidak terlepas dari keteguhan warga mematuhi adat dan kearifan yang dikembangkan dan diwariskan oleh leluhur. Kepatuhan warga masyarakat terhadap adat juga tidak lepas dari besarnya pengaruh dan peran perangkat adat, seperti patih dan batin. Kedudukan patih dalam struktur kepemimpinan masyarakat Adat Talang Mamak memegang kedudukan paling tinggi. Kedudukan sebagai patih saat ini dipegang oleh Laman (78 tahun). Patih Laman memegang posisi sentral dalam setiap pengambilan keputusan dan penyelesaian berbagai persoalan di tengah-tengah masyarakat. Keistimewaan Patih Laman adalah ketegasannya melaksanakan dan menegakkan hukum adat, keteguhan menjalankan sistem kepercayaan (kepercayaan langkah lama), pengetahuan tradisional dan nilai-nilai kearifan. Setiap pelanggaran mendapat sanksi sesuai adat, sebagai contoh, tanah adat tidak boleh dijual kepada siapapun, jika dilakukan maka ia akan dikenai sanksi berupa pengusiran dari komunitasnya. Peran pengawasan dan kepatuhan warga masyarakat adat terhadap aturan adat serta kesetiaan pada pemimpin adatnya, memungkinkan hutan adat Talang Mamak seluas 11.698 ha sampai sekarang dapat terjaga dengan baik.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
27
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Berbagai upaya ditempuh Patih Laman untuk menjaga dan memelihara hutan adat Talang Mamak Durian Cacar, serta memperjuangkan hak atas hutan/tanah ulayat mereka. Upaya tersebut diantaranya: 1) penghentian perambahan hutan yang dilakukan orang lain maupun badan usaha untuk mendapatkan lahan perkebunan atau perladangan; 2) penghentian pencurian kayu (illegal logging) dengan menyita alat dan kayu hasil curian serta menjatuhkan denda kepada pelaku; 3) penggagalan izin usaha maupun operasi kegiatan perusahaan perkebunaan, PIR Trans, HPH dan HTI yang ingin menyerobot tanah/hutan adat; 4) perjuangan untuk mendapat pengakuan hukum terhadap hak atas tanah dan hutan ulayat Talang Mamak; 5) Pelestarian tumbuhan obat dan pohon madu (pohon sialang) yang berfungsi ekonomi, sosial budaya; 6) Pelestarian padi varietas lokal. Berkat dukungan berbagai pihak, upaya dan kerja keras Patih Laman kini telah membuahkan hasil, seperti: 1) terlestarikannya hutan adat seluas lebih 11.698 ha; 2) kembalinya hak-hak masyarakat adat atas tanah/hutan ulayat; 3) terlestarikannya pohon sialang, jelutung, rotan, jenang, dan padi varietas lokal; 4) tersosialisasikannya hukum adat dan kearifan lokal Talang Mamak kepada seluruh perangkat adat maupun warga komunitas Talang Mamak; 5) terbinanya warga Talang Mamak untuk tidak mau menjual tanah, sekalipun harga tanah melonjak tinggi untuk dijadikan lahan perkebunan. Dampaknya, warga masyarakat adat dapat menikmati hasil hutan, seperti kayu bakar, bahan bangunan (kayu meranti, kulim, rasak, tambusu,), obat-obatan (kayu lisau-lisau, siangin, indarung, pasak bumi, matauali), hewan buruan (kancil, napoh, kijang, rusa, babi hutan), rotan, damar, karet, buah-buahan hutan dan madu dari pohon sialang (kedundung, mengkeloang, melepari, bahalang, pelajau, ara); dapat mempertahankan pola perladangan berpindah (beringsut) dengan siklus yang benar, yaitu masa bera 4 tahun.
28
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Mengingat peran masyarakat adat dan tokoh adat yang begitu penting dan strategis dalam memberantas kegiatan illegal logging dan perambahan hutan, sudah sepantasnya mereka diberi perlindungan hukum (misalnya Peraturan Daerah untuk melindungi hutan adat), fasilitasi penguatan kapasitas masyarakat adat, dan memberi kebebasan untuk mengembangkan inisiatif lokal. Potensi sumber daya sosial, seperti hukum adat dan sistem kepercayaan tradisional dan pengetahuan kearifan lingkungan perlu dihormati dan dilindungi. Dengan demikian, masyarakat adat dan perangkat kelembagaan adatnya, mampu berinisiatif untuk mengelola lingkungannya serta mampu mengembangkan kapasitas diri untuk berperan melestarikan hutan.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
29
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
PENGABDI LINGKUNGAN Penghargaan Kalpataru kategori Pengabdi Lingkungan diberikan kepada petugas lapangan dan atau pegawai negeri yang mengabdikan diri dalam usaha pelestarian fungsi lingkungan hidup yang jauh melampaui tugas pokoknya
Titik Tarwati Desa Tlogosari, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso, Propinsi Jawa Timur
“B
ila berada di samping tanaman, hati senang tiada tara.” Satu ungkapan yang keluar dari lubuk hati seorang pengabdi lingkungan hidup yang membuat dirinya terus bersemangat untuk melakukan kegiatan reboisasi pada lahan kritis di Desa Tlogosari, Kabupaten Bondowoso, Propinsi Jawa Timur. Desa Tlogosari dahulu terkenal dengan daerah yang kritis dan hutan yang rusak akibat penebangan dan perambahan untuk lahan pertanian.
30
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Kondisi lingkungan seperti ini menggugah hati dan membangun tekad Titik Tarwati untuk melakukan aksi nyata guna memulihkan hutan yang rusak dan menyuburkan lahan yang kritis. Titik Tarwati adalah seorang tenaga honorer Dinas Kehutanan Kabupaten Bondowoso yang bertugas melakukan penyuluhan tentang penghijauan di Kecamatan Cerme sejak tahun 1989. Sejak diangkat menjadi PNS pada tahun 1994, wilayahnya kerjanya bertambah luas, mencakup Desa Tlogosari, Desa Kembang, Desa Pakisan, Desa Sulek, Desa Trotosari dan Jebunglor. Tujuan penyuluhan yang dilakukan adalah terciptanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk merehabilitasi lahan kritis menjadi lahan subur, memulihkan hutan yang rusak melalui penghijauan, dan meningkatkan pendapatan penduduk. Prakarsanya didorong oleh pertanyaan yang selalu muncul dari dirinya sendiri, di antaranya, “Bagaimana menggerakkan dan menggugah hati masyarakat agar mau melakukan penghijauan? Bagaimana caranya untuk merubah pola pertanian mereka? Siapa yang harus ditemui dan diajak bekerja sama untuk melakukan kegiatan penghijauan? Bagaimana pohon yang
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
31
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
ditanam bisa memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat sekitar? Bagaimana caranya menghidupkan kembali sumber mata air? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi tantangan dalam pelaksanaan penyuluhan. Pada 1992, Titik Tarwati memulai upaya perkenalan tanaman sengon, mindi, gamelia dan bambu dengan membagibagikan bibit kepada masyarakat secara cuma-cuma. Hasil jerih payah dari kebun pembibitan yang diupayakan secara pribadi itu ternyata tidak memperoleh respon positif dari warga masyarakat. Masyarakat tidak tertarik menanam pohon karena tidak dapat memberikan penghasilan dalam waktu singkat. Selain itu terdapat beberapa orang yang tidak mendukung kegiatan penghijauan di lahan kritis karena berbagai alasan. Melalui kegiatan “pengajian kiffayah”, Titik melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dengan menyisipkan pesan-pesan pentingnya penghijauan lahan kritis. Hasilnya, beberapa tokoh masyarakat tertarik untuk mencoba menanam bibit tanaman yang diberikan oleh Titik Tarwati di pekarangan dan lahan mereka. Secara perlahan, akhirnya masyarakat mulai tergerak untuk mengikuti himbauan Titik menanam pohon di lahan masing-masing.
32
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Jerih-payahnya kini telah mendatangkan hasil yang dapat dirasakan masyarakat desa, di antaranya: (1) meningkatnya kualitas lingkungan yang semula lahan kritis berubah menjadi subur; (2) meningkatnya penghasilan masyarakat dari hasil tanaman bambu, sengon, mahoni, mindi, gamelia, ketela pohon, kopi, terong, petai, alpokat, mangga, langsat dan rumput gajah; (3) tersedianya sumber mata air dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan PDAM untuk distribusi tiga kecamatan lainnya; (4) menurunnya laju erosi karena pengelolaan lahan dengan teras dan tanaman penguat; (5) teratasinya masalah kebakaran hutan; (6) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk melakukan pembibitan sehingga sehingga terjadi penghematan biaya; (7) berubahnya pola tanam dari monokultur (tebu) menjadi multikultur; (8) meningkatnya kesadaran dan penghargaan masyarakat kepada lingkungan yang bukan hanya dinilai secara ekonomis, tetapi penting artinya untuk menghidupkan kembali sumber mata air untuk konsumsi masyarakat.***
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
33
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Aziil Anwar Desa Puttada, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Selatan
D
ua puluh tahun silam, Aziil Anwar, meninggalkan tanah kelahirannya di Ternate untuk menjadi penyuluh lapangan di Desa Puttada. Kecintaannya kepada lingkungan sudah melebihi tugas yang seharusnya dilakukan sebagai seorang Penyuluh Kehutanan Lapangan, Dinas Kehutanan, Kabupaten majene. Rela berkorban dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk mengajarkan dan mendorong masyarakat sekitar agar menjaga lingkungan tetap lestari. Di antara kegiatan yang dilakukan adalah penghijauan pantai Baluno di sekitar tempat tinggalnya dengan pohon bakau yang dimulai sejak tahun 1990. Dampak dari penanaman bakau tersebut mulai dapat dirasakan oleh para nelayan pencari nener, kepiting, dan kerang. Namun demikian, ada juga pihak yang kurang setuju dengan pohon bakau yang tumbuh, yaitu para pemilik rumah makan yang ada di sepanjang pantai, karena khawatir pohon bakau 34
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
akan menutupi pemandangan indah alam pantai yang terhampar di depan rumah makan. Nelayan pencari ikan memiliki kebiasaan mengabaikan benurbenur yang tertangkap dibiarkan hingga mati tergeletak di pasir. Untuk itu, Aziil meminta untuk mengembalikan benur ke laut agar berkembang biak. Berbagai himbauan dan ajakan ditujukan kepada kelompok nelayan agar menjaga biota laut. Salah satunya adalah papanpapan yang dipanjangkan sepanjang pantai Beluno dengan tulisan, “Bau Keccu Tu’u Menjari Kayyang Moa’ Malai Damo Nipatei Dolo,” artinya, “Ikan kecil itu akan menjadi besar, sebaiknya jangan dibunuh dulu.” Kesungguhannya untuk menghijaukan pantai Baluno dengan bakau jenis Rhyzophora apiculata dan Rhyzophora mucronata dijalani dengan berguru selama enam bulan kepada Tayeb yang juga pernah menerima Kalpataru.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
35
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Untuk menanam bakau, ia menggerakkan kelompok-kelompok masyarakat, anak-anak sekolah, dan remaja di Desa Puttada. Hingga saat ini kurang lebih 60 ha yang sudah ditanami atau 3 km sepanjang pantai Baluno. Cara lain untuk menggugah masyarakat melalui kreasi seni lukis dengan menggambar poster, brosur dan bulletin bertemakan lingkungan. Namun kegiatan ini hanya berjalan satu tahun karena masalah dana. Selain itu, setiap Hari Lingkungan, banyak hal yang telah dilakukannya, misalnya lomba lukis tingkat sekolah dasar, lomba cipta dan baca puisi serta lagu, lomba sepeda gunung, loba penghijauan di bantaran sungai, perbukitan, dan sepanjang jalan menuju Desa Puttada, lomba menanaman bakau, lomba mancing dan diskusi kelompok pencinta lingkungan. Kelompok masyarakat binaannya tersebar di Kabupaten Majene, tepatnya di Kecamatan Sendana, Pamboang dan Malunda. Kelompok-kelompok itu terdiri dari 21 Kelompok Nelayan, dan 4 Kelompok Lingkungan. Penyuluhan yang dilakukan pada kelompok nelayan bersifat penambahan pengetahuan untuk memajukan taraf perekonomian sehingga tidak hanya menggantungkan penghasilan dari bernelayan, di antaranya pelatihan budidaya ternak itik dan pemanfaatan lahan pekarangan.
36
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Selain mengadakan pelatihan, Aziil juga mengupayakan bantuan modal dari berbagai pihak, di antaranya pembuatan kandang ternak dan mesin perahu. Pemberian bantuan dibarengi dengan ajakan untuk turut menjaga lingkungan dengan menghindari pemboman ikan, pengambilan karang-karang, pengambilan telur-telur penyu yang dilakukan oleh masyarakat nelayan. Pemberian bantuan diarahkan pada usaha–usaha pembibitan bakau serta penghijauan dengan penanaman berbagai jenis pohon. Dari sisi ekonomi, masyarakat mendapatkan bantuan modal awal untuk pengembangan usahanya seperti ternak itik, kandang ternak, penyediaan motor perahu, dan pemberian bibit sayur-sayuran secara gratis untuk ditanami di pekarangan rumah. Sisi positif lain secara ekonomi hasil penghijauan pantai dengan bakau dan bukit-bukit kritis dengan pohon gamalinam, adalah pemanfaatkan daun sebagai pakan ternak kambing dan sapi.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
37
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Seluruh kegiatan itu dilakukan selama 8 jam setiap hari tanpa mendapatkan keuntungan secara material bagi kehidupan keluarganya, kecuali gaji dan honor yang diterimanya sebagai pegawai negeri sipil. Namun demikian, ia tetap bersemangat dan ikhlas mengabdikan dirinya sebagai seorang penyuluh.
Drs. Abdul Rahim Kuty Desa Surutanga, Kecamatan Wara, Kota Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan
38
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
S
etelah menamatkan pendidikan S1 jurusan Civics dan Hukum pada tahun 1976, pria kelahiran Luwu ini bekerja sebagai guru pada SMPP Negeri Palopo pada tahun 1976. Pada tahun 1988, ia diangkat sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri Wotu di Luwu Utara hingga tahun 1990. Pada masa inilah ia memulai debutnya dalam pelestarian lingkungan hidup. Saat itu, areal SMA Negeri Wotu seluas 4 hektar tempatnya berdinas terdiri dari semak belukar dan berair. Kondisi lingkungan yang buruk dan keinginannya untuk memberikan tempat yang nyaman untuk belajar bagi murid-muridnya telah mendorongnya untuk bekerja keras mengubah lingkungan menjadi lebih baik. Untuk mewujudkan keinginannya, terlebih dahulu ia menanamkan pengertian tentang arti lingkungan kepada para guru dan murid. Setelah terjalin suatu kebersamaan, warga sekolah yang terdiri dari 30 guru dan 400 murid secara bersama mengubah lahan menjadi kebun yang kemudian ditanami jeruk. Belum sempat ia menikmati hasil jerih payahnya, dua tahun kemudian dipindahkan menjadi Kepala SMU Negeri 2
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
39
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Palopo. Di tempat baru ini nalurinya sebagai pejuang lingkungan diuji. Dengan pola kerja yang sama, ternyata juga berupaya menggerakkan 51 orang guru dan pegawai serta 700 murid untuk mengubah lahan berbatu-batu seluas 4 hektar menjadi lingkungan sekolah yang indah, bersih, nyaman, hijau dan asri. Dengan semangat tinggi, mereka mulai membongkar batu-batuan yang ada kalanya sedalam satu meter. Lubang-lubang itu diisi tanah, kemudian ditanami pohon-pohon pelindung, buah-buahan dan tanaman hias. Seluruh kegiatan dilakukan pada hari libur dan hari krida. Kegiatan ini rupanya menarik orang tua murid dan masyarakat sekitarnya. Selama mereka bekerja, ada saja orang tua murid atau warga masyarakat yang berpartisipasi membantu dalam bentuk material seperti semen dan pasir. Dalam waktu tiga tahun, Abdul Rahim Kuty bersama guru dan pegawai sekolah serta murid-muridnya berhasil mengubah lahan berbatu menjadi lingkungan sekolah yang rindang, nyaman dan asri. Pohon pelindung yang ditanam, antara lain cemara, flamboyan, palem, nangka, kenari, dan kakao. Sedangkan pohon buah yang ditanam, antara lain rambutan, lontar, dan mangga. Sedangkan taman diisi dengan berbagai tanaman hias yang didominasi soka. Satu kolam ikan berukuran 160 m2 menghiasi taman di belakang sekolah. Selain itu terdapat pula lapangan upacara yang luas dan asri lengkap dengan rumput gajahnya.
40
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Suasana belajar di kelas pun nyaman karena murid dapat memandang ke taman melalui jendela kawat dan udara segar masuk ke dalam kelas. Pada tahun 1999, ia dipindahkan menjadi Kepala Sekolah di SMU 3 Palopo yang terletak di jalan protokol, namun dengan kondisi yang sangat parah, berupa lahan seluas 4,5 ha yang terdiri dari rawa dan bekas galian yang ditinggalkan pabrik batu bata. Sebelum mulai bertugas, ia sempat tertegun dan berpikir, apakah dengan sengaja pimpinannya selalu memindahkan ke tempat yang lingkungan tidak beres. Tekanan psikologis itu bukannya membuat Abdul Rahim Kuty “stress”, namun justru ia ingin membuktikan prestasinya. Sejak saat itu ia sibuk meyakinkan guru, pegawai dan murid-muridnya tentang pentingnya lingkungan bagi kenyamanan belajar. Proposal pun disusun, dan Komite Sekolah dilobby hingga bersedia mendukung gagasannya. Kerja keras di lapangan dimulai dengan menimbun rawa dengan ratusan truk tanah yang diambil dari perbukitan. Untuk menghemat urukan, lahan bekas galian bahan batu bata dijadikan 2 buah kolam, masing-masing berukuran 200 x 160 meter dan 50 x 60 meter. Kesulitan dana karena kucuran tidak lancar diatasi dengan uang pribadinya. Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah penataan ruang untuk kelas, kantor, prasarana umum, dan kebun. Selanjutnya diikuti dengan penanaman pohon pelindung, pembuatan taman, tempat istirahat, dan penataan lingkungan
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
41
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
untuk ruang belajar, kantor, prasarana umum, lapangan olah raga (volley, basket dan tenis), dan kebun buah. Dilihat dari berbagai sudut, SMU-3 tampak sangat indah dengan berbagai jenis tanaman, di antaranya glondongan, beringin, palem, tanaman hias, bunga, mangga, rambutan, dan durian. Pekerjaan berikutnya yang dilakukan adalah penataan lingkungan, penghijauan, peternakan ikan, pembuatan taman, diikuti dengan penanaman cinta lingkungan secara dini kepada murid-murid dan memberi contoh pada murid dan masyarakat mencintai lingkungan. Manfaat dapat dirasakan dari penataan lingkungan SMU 3 Palopo ini adalah: (1) lingkungan belajar segar, indah dan nyaman sehingga semangat belajar murid meningkat; (2) menghasilkan muridmurid dan guru yang cinta lingkungan; (3) tempat santai muridmurid dan masyarakat sekitar; (4) tempat studi banding sekolah-sekolah lain bahkan dari luar kabupaten dan luar propinsi ; dan (5) ditiru oleh Rumah Sakit, Puskesmas, Kantor Bupati. Untuk menumbuhkan “rasa turut memiliki” dari murid pada lingkungannya, Abdul Rahim Kuty sedang mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pemandu yang akan memberikan informasi tentang sekolahnya kepada pengunjung. 42
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Rencana berikutnya yang akan direalisasikan adalah membuat “hutan sekolah” pada sebagian lahan yang belum tergarap. Adapun kiat yang diterapkan adalah dengan mendata tanggal lahir setiap murid dan guru, termasuk pegawai. Pada hari ulang tahunnya, mereka diminta untuk menanam paling sedikit satu pohon pada lahan yang telah disediakan untuk dijadikan hutan sekolah. Pada setiap pohon yang ditanam diberi label yang mencantumkan informasi tentang pohon itu sendiri, tanggal penanaman dan nama penanamnya. Dengan cara ini diharapkan akan menjadi ikatan batin bagi penanamnya sehingga suatu saat kelak ia akan kembali ke SMU 3 untuk melihat pohon hasil tanamannya. Keberhasilan penataan lingkungan itu menurut Abdul Rahim Kuty tidak lepas dari “kunci pas”, yaitu tekad, semangat, motivasi dan kebersamaan seluruh warga sekolah, yang muncul dari kesadaran sendiri dan dilaksanakan dengan ikhlas tanpa pamrih.***
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
43
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
44
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
PENYELAMAT LINGKUNGAN Penghargaan Kalpataru Kategori Penyelamat Lingkungan diberikan kepada kelompok masyarakat yang berhasil melakukan upaya-upaya penyelamatan terhadap fungsi lingkungan hidup.
Pondok Pesantren Al Ittifaq Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Baat
S
ejak kanak-kanak, KH Fuad Affandi telah memahami pesan-pesan dari ayahnya mengenai hubungan timbal balik (causalitas) antara makhluk hidup dengan alam. Di antara pesan-pesan itu adalah “dilarang membunuh binatang apapun kalau tidak ada maksudnya”, karena semua makhluk hidup pada prinsipnya mempunyai manfaat bagi lingkungan dan seluruh tatanan kehidupan.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
45
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Ketika dewasa, pesanpesan dan makna yang terkandung di dalamnya membekas dan tersimpan. Kemudian belajar di pondok pesantren, ternyata pesan dan makna yang pernah diterima dari ayahnya diajarkan pula oleh para Kiai di pondok tempat dia belajar. Di samping itu, ia juga menemukan pesan-pesan yang mengandung makna pengelolaan lingkungan banyak ia temukan dalam kitab suci serta hadist-hadist nabi yang ia pelajari. Ketika Fuad Affandi resmi menyandang gelar Kiai Haji dan memimpin Pondok Pesantren Al Ittifaq, ia mengembangkan model manajemen kehidupan yang seimbang antara agama, filsafat, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan keanekaragaman hayati. Filsafat hidup yang diajarkan adalah “ilmu tugntut, dunya siar”, artinya, menuntut ilmu itu penting, namun kesejahteraan ekonomi pun harus dicari. Ia mengajarkan tentang pentingnya upaya menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya. Santri yang belajar di Pondok Pesantren Al Ittifaq ini didominasi oleh mereka yang berasal dari keluarga miskin, dan mereka belajar di sini tanpa dipungut bayaran. Untuk mendukung pembiayaan, KH Fuad Affandi mengajak mereka untuk bersama-sama bertani di lahan milik pondok pesantren.
46
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Dalam menggarap lahanhingga panen, tidak menggunakan pupuk dan obat-obatan untuk memberantas hama, tetapi hanya menggunakan pupuk kandang, kompos dan pemberantas hama yang berasal dan dibuat dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitar pondok pesantren. Budi daya pertama yang dilakukan adalah bertanam buncis. Karena keberhasilannya, Pak Kiai mendapat panggilan “haji buncis”. Kegiatan pertanian Pondok Pesantren Al Ittifaq akhirnya mendapat perhatian dan bimbingan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, di antaranya akses promosi pemasaran ke pasar swalayan terkemuka di Jakarta. Pengelola pasar swalayan kemudian mengutus karyawannya untuk membimbing para santri dalam hal pengemasan produk. Kesungguhan dan kemauan belajar para santri ternyata mampu mengembangkan kemampuannya memasok berbagai macam komoditi sayuran lainnya seperti tomat, wortel, kubis, daun bawang dan lain-lainya. Sistem pertanian yang diterapkan di pondok pesantren ini memang hanya bergantung pada produk alami, dengan utamanya menghemat biaya produksi sekaligus memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Hal ini berdasar pada prinsip budaya bersih, yaitu tidak boleh ada selembar pun sampah yang berserakan sehingga harus dimanfaatkan untuk bahan pupuk, dan budaya ekonomi, yaitu tidak boleh ada lahan yang meganggur. Menurutnya, yang penting mengerjakan, walaupun ia tidak mengerti istilah apa yang tepat untuk
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
47
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
sistem itu. Belakangan diketahuinya bahwa para ahli menyebutnya sistem pertanian terpadu (integrated farming system). Luas lahan pertanian sekitar 18 hektar. Lokasinya berada di sekitar Pondok Pesantren dengan ketinggian antara 1.000–1.300 meter dpl. Topografinya berupa dataran tinggi, berbukit, dengan kondisi tanah subur dan air tersedia sepanjang tahun. Keunikan dari pertanian tersebut dilakukan secara bersama oleh para santri yang berjumlah 366 orang. Tugas masing-masing diatur secara bergiliran, mulai dari bagian dapur, bagian perawatan tanaman, bagian pemanenan, bagian pengemasan dan bagian pemasaran. Sistem bergilir ini diterapkan agar setiap santri mengalami dan memahaminya, sehingga dapat digunakan sebagai bekal di kemudian hari setelah meninggalkan pondok. Pestisida dan insektisida yang digunakan terbuat dari bahan dasar alami yang memiliki sifat mengusir hama tanpa membuat hama mati, sehingga tidak menimbulkan merusak dan memusnahkan keanekaragaman, serta tidak berpengaruh pada kesehatan manusia yang mengkonsumsi hasilnya. Hal ini bertolak dari kesadaran bahwa hama memang mengganggu tanaman pertanian, akan tetapi mungkin mempunyai manfaat dan fungsi lain dalam mata rantai kehidupan. Jenis pestisida dan insektisida yang berhasil diciptakan dan dikembangkan di Pondok Pesantren Al Ittifaq, yaitu: (1) Innabat (insektisida nabati), dengan bahan dasar antara lain, kacang babi, gula merah, bawang putih, bawang merah, cabe rawit, temu lawak, MFA (Microorganisme Fermentasi Alami) dan air; (2) Ciknabat (cikur nabati), dengan bahan dasar antara lain, cikur atau kencur dalam bahasa Sunda dan bawang putih; (3) Sinabat (Sirsak nabati), dengan bahan campuran antara biji sirsak dan Innabat; (4) Betapur, dengan bahan dasar antara lain, betadin dan kapur; (5) Daconil, dengan bahan dasar antara lain, belerang, minyak tanah dan detergen. Sedangkan pupuk tanaman yang digunakan berasal dari kotoran hewan dari peternakan sapi, kelinci dan angsa. Kotoran hewan dan air seninya ditampung untuk bahan pupuk kandang setelah dicampur dengan sampah dan kulit-kulit 48
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
sayuran yang sudah tidak berguna. Sisa sayuran dan kulit-kulitnya yang masih agak baik digunakan untuk makanan ternak. Sementara itu, ludah dan air bekas kumur-kumur subuh para santri ditampung digunakan untuk mempercepat proses pembusukan dan penguraian pupuk secara organik. Jadi dalam hal ini tidak ada unsur materi dan energi yang terbuang secara percuma. Di samping kegiatan pertanian, dilakukan pula kegiatan peternakan, yaitu penggemukan sapi, pemeliharaan kelinci, pemeliharaan angsa yang dimaksudkan sebagai pendukung integrated farming system. Kegiatan lain dalam pemeliharaan dan penyelamatan lingkungan adalah perbaikan hutan di kawasan hulu yang menjadi daerah penyangga dan tangkapan air. Pada areal tersebut secara bertahap ditanam bibit aren. Pengelolaan lahan dengan teknologi perdesaan yang ramah lingkungan ternyata mampu mengatasi degradasi tanah dari pencemaran dan pengerasan akibat akumulasi pupuk kimia dan pestisida kimia, memulihkan struktur dan tekstur tanah untuk kembali subur, menciptakan kondisi habitat mikro organisme pengurai yang menyuburkan tanah, dan mampu memasok kebutuhan sayuran bebas pestisida buatan yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan.***
Kelompok Marga Tondang Sibidik Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
49
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
M
arga Tondang, adalah salah satu marga pada suku bangsa Simalungun. Wilayah asal persebaran meliputi wilayah Desa Hinalang dan Huta Tano, di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Dalam perkembangannya, generasi bermarga Tondang kemudian tersebar di berbagai tempat, seperti Desa Sihalpe, Nagori, Nagori Purba, Sukadame, Tanjung Beringin Dairi, dan sebagian ada yang merantau ke luar Sumatera. Diperkirakan jumlah warga bermarga Tondang mencapai 3.000 jiwa. Untuk mengenang daerah asal persebaran marga ini, di Desa Huta Tano tepatnya di tanah adat/ulayat milik marga Tondang, dibangun satu tugu Marga Tondang yang dinamakan Tugu Raja Bara. Salah satu kelompok marga Tondang yang dulunya membentuk satu komunitas kecil adalah Kelompok Marga Tondang Sibidik. Pada awalnya kelompok ini mendiami Dusun Sibidik. Dusun Sibidik berada di Desa Sihalpe, yang berada di pesisir Danau Toba dan berbatasan langsung dengan wilayah Desa Hinalang. Generasi kelompok ini saat ini sering menyebut dirinya marga Tondang Sibidik yang membedakannya dengan kelompok lain berdasarkan daerah asal. Salah satu leluhur kelompok ini yang hingga saat ini selalu dikenang oleh generasi penerusnya adalah Oppu Hilang Parhabonaron Tondang, yang 50
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
memiliki kharisma tersendiri bagi marga Tondang. Keturunan dari kelompok marga ini tersebar di Desa Hinalang, Sihalpe, Sukadame, Dairi, Batu Onom, Pematang Siantar. Untuk mempertahankan simbol-simbol keberadaan kelompok Tondang Sibidik, para penerus marga ini menjaga kelestarian hutan warisan leluhur yang dianggap keramat, yaitu Harangan Sibadar, dan Pulo-Pulo. Artiaman Tondang dan Loen Tondang sebagai generasi penerus marga ini yang saat ini masingmasing bermukim di Desa Hinalang dan Sihalpe dipercaya oleh kelompoknya untuk menjaga dan memelihara kelestarian hutan Harangan Sibadar dan Harangan Pulo-Pulo. Pesan leluhurnya adalah hutan selalu dijaga, tidak dirusak, tidak dimiliki oleh keluarga dan tidak diperjualbelikan kepada siapapun. Apabila pesan ini dilanggar maka kepada si pelanggar dipercaya akan mendapat bencana. Hutan marga Tondang terletak di sebelah timur Danau Toba, membentang ke atas pegunungan, mulai dari Desa Sihalpe sampai Hinalang. Luas hutan Harangan Sibadar 40 ha terletak di atas Danau Toba. Tanahnya berbukit dan banyak ditumbuhi ilalang, dengan kemiringan tanah berkisar antara 30 – 40 derajat. Sedangkan luas hutan Harangan Pulo-Pulo 20 ha, terletak di sekitar Danau Toba. Kawasan hutan marga tersebut terdiri dari kawasan hutan dan kawasan budidaya pertanian yang ditanami dengan padi, kol, cabai dan tomat.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
51
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Dalam menjaga dan memelihara hutan warisan marga tersebut berbagai jenis kegiatan telah dilakukan, seperti: (1) pelestarian hutan Harangan Sibadar dan Harangan Pulo-Pulo; (2) penyelamatan sumber mata air yang terletak dalam Gua Begu yang merupakan juga merupakan gua kars; (3) penyelamatan satwa dan tanaman langka yang berguna bagi kesehatan (obat-obatan); (4) pemanfaatan lahan tidur untuk budidaya pertanian; dan (5) penyuluhan lingkungan. Artiaman Tondang dan Loen Tondang melakukan pengawasan hutan setiap hari, bersamaan dengan pengambilan air enau di kawasan hutan. Selain pengawasan rutin, penyuluhan tentang perlunya menjaga kawasan hutan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan juga dilakukan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah sosialisasi mitologi bahwa hutan tersebut keramat dan dipercaya dihuni roh leluhur sehingga tidak boleh diganggu serta harus dijaga keutuhannya. Untuk menyelamatkan lahan kritis di sekitar hutan dilakukan penanaman pinus, magga, enau dan jati mas. Penanaman pinus cukup 52
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
berhasil, namun pohon jati mas yang ditanam tahun lalu sebagian besar hangus akibat kebakaran lahan. Sampai saat ini upaya tersebut belum dilanjutkan karena terbatasnya dana yang dimiliki. Untuk menopang dana guna menyelamatkan hutan, ia mengusahakan tumpang sari di sela-sela tanaman keras dengan kol, cabai, tomat, jagung dan padi. Di dalam hutan tersebut terdapat sumber mata air yang terletak di Gua Begu dan menghubungkan Harangan Sibadar dengan Harangan Pulo-Pulo. Sumber mata air ini merupakan sumber air bagi penduduk di kampung Sibidik dan Sihalpe. Air tersebut digunakan masyarkat sebagai air minum, mandi, cuci, dan pengairan sawah. Manfaat yang terpenting adalah sebagai sumber air untuk Danau Toba. Kondisi kawasan gua ini masih alami dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata. Kelestarian hutan berdampak pada kelestarian sejumlah satwa, antara lain kera, ular, dan beruang. Namun, jumlah masing-masing satwa tidak dapat diketahui secara pasti. Satwa tersebut dipercaya oleh masyarakat dapat melindungi hutan dari gangguan manusia yang akan merusaknya hutan, seperti pemburu dan pencuri kayu. Dengan terjaganya kawasan hutan tersebut, berarti melestarikan berbagai jenis tanaman obat-obatan yang hidup dalam hutan tersebut. Adapun jenis tanaman tersebut antara lain sanduduk hasian, yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Terjaga dan terlestarinya kawasan hutan marga secara keseluruhan tersebut memberikan manfaat bukan hanya kepada penduduk di bagian atas (Hinalang) tetapi juga penduduk di bagian bawah (Sihalpe dan Sibidik), karena kawasan hutan tersebut merupakan sumber mata air, dan dapat menahan longsor. Pola pengelolaan hutan marga sebagaimana dikembangkan kelompok Marga Tondang Sibidik dapat dijadikan contoh pengelolaan hutan sekitar Danau Toba. Sebagaimana diketahui bahwa tanah sekitar Danau Toba umumnya dikuasai secara komunal oleh marga dalam bentuk tanah marga. Tanah marga yang meliputi areal keliling pesisir Danau Toba dapat dihijaukan dengan mengajak warga masing-masing kelompok marga untuk menghutankan tanah
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
53
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
margannya. Jika pola seperti ini dapat diterapkan, akan dapat memulihkan kerusakan hutan di sekitar Danau Toba, dan sekaligus melestarikan Danau Toba itu sendiri. ***
Masyarakat Adat Dayak Kenyah Desa Setulang
54
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Desa Setulang, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Timur
D
esa Setulang terletak di pedalaman Kalimantan Timur. Untuk mencapai lokasi diperlukan satu jam perjalanan dengan speed-boat dan tiga jam perjalan dengan perahu ketinting. Desa ini baru terbentuk tahun 1968. Wilayah Desa Setulang diliputi hutan tropis dataran rendah dengan kondisi hutan masih asli. Secara etnis, masyarakat Desa Setulang adalah suku bangsa Dayak Kenyah, atau biasa disebut Kenyah, yang berasal dari pedalaman Sungai Sa’an di Apo Kayan, yang melakukan migrasi secara bertahap dalam 5 gelombang, masing-masing pada tahun 1968, 1969, 1972, 1974, dan 1978. Saat ini Desa Setulang berpenduduk 855 jiwa dengan 208 Kepala Keluarga. Bentuk mata pencaharian pokok bertani padi, jagung, umbi-umbian dan palawija lain. Pentingnya menjaga keutuhan dan kelestarian hutan sangat penting bagi Suku Kenyah Uma’Lung, karena hutan dianggap sebagai sumber makanan, air bersih (minum, mencuci dan mandi), obat-obatan, tempat berlindung, tempat aktualisasi diri, tempat mengembangkan keturunan, dan tempat berlangsungnya kesetiakawanan di antara mereka. Hukum adat yang mengatur pengelolaan lingkungan hidup dituangkan dalam satu buku Hukum Adat Desa Setulang. Mana kala terjadi AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
55
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
suatu masalah atau pelanggaran oleh warga masyarakat desa, secara bermusyawarah mereka menyelesaikan dengan panduan aturan dalam buku Hukum Adat tersebut. Desa Setulang menyimpan kekayaan hutan seluas 5300 hektar yang secara bersama-sama disepakati sebagai tane olen (tanah yang dilindungi), membentang di sepanjang Sungai Setulang hingga ke hulu perbatasan Desa Setaban dan Paking. Menurut hukum adat, jual beli tanah dianggap sebagai pelanggaran adat, dan sanksi yang dijatuhkan nilainya lebih tinggi dari nilai komersial kayu yang itu sendiri. Penebangan pohon diperbolehkan hanya sebatas untuk keperluan bahan bangunan. Hasil hutan nonkayu yang dimanfaatkan seperti rotan, berburu babi hutan, obat-obatan tradisional, menangkap ikan, mengambil daun palem untuk membuat topi sampai kegiatan berladang. Berkaitan dengan fungsi perlindungan, hutan juga bermanfaat sebagai tempat mengaktualisasikan diri. Sifat eksklusivitas atau kemandirian di dalam hutan akan memberi kebebasan bagi suku ini untuk mengak-
56
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
tifkan seluruh identitas dirinya. Misalnya, dengan mengenakan cawat, mereka dapat leluasa berburu dan meramu tanpa ada persaingan tidak sehat, apalagi perebutan sumber daya. Hasil produksi senantiasa ditujukan untuk kepentingan bersama guna memenuhi kebutuhan subsisten. Hasil buruan akan dibagi merata ke seluruh warga komunitas. Mereka cukup membuat pondok atau lumbung penyimpanan padi dengan konstruksi sederhana. Kenyamanan untuk mengaktifkan seluruh identitas diri maupun kelompok ini terwujud karena tidak ada gangguan pihak lain di luar komunitasnya. Suku bangsa Kenyah dikenal sebagai peladang yang handal. Keahlian berladang merupakan warisan yang diberikan secara turun temurun dari para leluhur. Setiap tahun, hasil padi selalu berlimpah, sehingga tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi dapat dipasarkan ke Malinau. Dari perdagangan hasil kebun dan ladang, secara ekonomis warga Setulang berkecukupan, oleh karena itu kayu bukanlah menjadi sumber pendapatan utama mereka. Ketika terjadi penebangan kayu oleh satu perusahaan di Desa Setarap yang berbatasan langsung dengan Desa Setulang pada tahun 1980-an, mereka menghadapi masalah lingkungan di Tane Olen. Air menjadi keruh dan aliran sungai menjadi dangkal. Berdasarkan kesepakatan, masyarakat mengirimkan 113 wakil desanya untuk berembug dengan perusahaan meminta ganti kerugian. Dengan perantara Pemda Malinau, perusahaan tersebut diwajibkan membayar kompensasi atas kerusakan lingkungan sebesar Rp 100.000.000,- (Seratus juta rupiah).
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
57
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Desa Situlang cukup memiliki kewibawaan dengan mempertahankan adat-istiadat dan nilai-nilai kearifan yang mereka kembangkan. Mengapa masyarakat Desa Setulang begitu kuat mempertahankan nilai-nilai kearifan dan adat istiadat dalam pengelolaan lingkungannya? Jawabannya, karena mereka memiliki kesadaran bahwa kerugian yang ditimbulkan dari pelanggaran akan lebih besar bagi generasi yang akan datang. Hal ini menunjukkan adanya pandangan jauh ke depan untuk menjaga keseimbangan alam dengan tatanan hidup masyarakat. Sosok Kepala Desa, Charles Kole Kajang, merupakan pimpinan yang sangat berperan menentukan kebijakan bagi desanya. Dengan kedudukannya, ia memberikan arahan untuk mempertahankan nilai-nilai adat istiadat. Kebiasaan melakukan urun rembug dalam memecahkan suatu masalah dalam masyarakat desa, merupakan cerminan demokrasi yang berkembang dalam masyarakat Desa Setulang. Cemoohan yang semula sering dilontarkan oleh masyarakat luar desa tersebut, ternyata berbuah kebanggaan bagi masyarakat Desa Setulang, dan menjadi contoh bagi desa atau daerah lain.
58
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
PEMBINA LINGKUNGAN Penghargaan Kalpataru Kategori Pembina Lingkungan diberikan kepada tokoh masyarakat atau pengusaha yang berhasil melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mempunyai pengaruh dan prakarsa untuk membangkitkan kesadaran lingkungan dan peran masyarakat guna melestarikan fungsi lingkungan hidup atau berhasil menemukan teknologi baru yang ramah lingkungan.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
59
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Prof. I Made Nitis, M.Rur.Sc., PhD Desa Dauh Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kabupaten Badung, Propinsi Bali
I
Made Nitis yang akrab disapa “Pak Nitis” seorang anak petani yang dilahirkan di Karangasem 66 tahun yang lalu. Setelah menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas, ia menyelesaikan studi mulai dari jenjang S-1 hingga S3, dengan memperoleh gelar PhD di bidang pedesaan (rural) pada tahun 1974 dari University of New England, Australia. Sebagai penganut agama Hindu yang taat ia sangat konsisten melaksanakan Tri Hita Karana, yaitu keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, keselarasan antara manusia dengan sesama, dan keselarasan manusia dengan lingkungannya”, sekaligus mengamalkan dan mengembangkan ilmu di Universitas Udayana sebagai Dosen pada Fakultas Peternakan. Keahlian yang diperoleh tentang pedesaan sangat cocok dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya masyarakat pedesaan Bali. Pulau Bali memiliki curah hujan relatif pendek (4 bulan), sehingga pada sebagian wilayah sulit dikembangkan daerah pertanian beririgasi. Oleh karena itu, Pak Nitis mengembangkan Pertanian lahan kering dengan Sistem Tiga Strata (STS). Konsep STS adalah cara penanaman dengan 60
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
tanaman inti, yang kemudian diikuti dengan penanaman rumput sebagai selimut, dilanjutkan dengan tanaman semak dan pohon keras. Pemangkasan pohon juga dilakukan dalam 3 strata, yaitu pada rumput, semak, dan tanaman keras. Dengan waktu pemangkasan 2 kali pada 4 bulan musim penghujan dan 2 kali pada 8 bulan musim kemarau/kering, maka tanaman tetap hijau sepanjang tahun (hijau abadi). Sementara itu pakan ternak dapat diperoleh sepanjang tahun. Berdasarkan observasi selama 1994-2002, STS terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan kelestaian lingkungan pertanian lahan kering. Dampak fisik yang dirasakan adalah erosi tanah 57% lebih rendah, kesuburan tanah 127% lebih tinggi, karbon organik tanah 126% lebih tinggi, total nitrogen tanah 37% lebih tinggi. Pagar STS yang membentuk lorong hijau-sejuk menjadi media untuk kehidupan bekicot yang bermanfat sebagai makanan bebek, dan tempat sarang lebah penghasil madu. ***
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
61
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Ir. Martin F. Haullusy Jalan Wolter Monginsidi, Desa Lateri, Kecamatan Baguala, Kabupaten Ambon, Propinsi Maluku
M
artin Haulussy lahir di Desa Ihamahu, Maluku Tengah, pada tanggal 29 Februari 1948. Kepedulian Martin Haulussy diwujudkan dengan melakukan konservasi dan penanaman kembali hutan mangrove di Teluk Ambon. Prakarsanya timbul dari kepedulian, bahwa bila hutan 62
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
mangrove yang ada tidak dilestarikan, maka akan terjadi abrasi yang luar biasa akibat pusaran arus teluk Ambon. Di kasawan ini, ia dan kelompoknya melakukan penanam kembali mangrove di atas 30 hektar lahan, dan konservasi terhadap 200 hektar hutan mangrove. Kegiatan ini diwadahi di dalam Yayasan Arman yang dipimpinnya. Kegiatan, baik pada tahap pembibitan maupun penanaman tidak hanya dilakukan oleh staf yayasan, tetapi mengikutsertakan masyarakat secara masohi (gotong royong). Karena ternyata berhasil dan dianggap menguntungkan, maka tidak mengherankan bila kemudian telah menarik minat kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini bertikai untuk bersama-sama melakukan masohi. Sekarang, di kawasan mangrove ini sedang dibangun jembatan kayu dengan maksud agar keindahan kawasan kawasan mangrove dapat dinikmati masyarakat, namun tanpa merusak hutan itu sendiri. Panjang jembatan kayu itu kini telah mencapai 600 meter, dan akan terus dilanjutkan hingga mencapai 1 kilometer. Martin juga mengembangkan kelembagaan adat dengan memberikan peranan penting kepada “kewang” sebagai penjaga kelestarian lingkungan degan menegakkan sistem “Sasi”. Sasi mengandung aturan adat tentang pengelolaan lingkungan. Aturan adat tersebut juga mengatur sanksi adat, tetapi juga sanksi yang dapat dikenakan di tingkat gereja dan masjid. Untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan kemampuan, para “kewang”, telah dilakukan berbagai pelatihan oleh Yayasan Arman. Saat ini ada kelompok 50 kewang, dan 20 kewang di antaranya hidup menyatu dengan hutan bakau yang dijaganya. Selain melakukan penanaman kembali mangrove dan pendampingan masyarakat, yayasan ini juga telah menyusun berbagai bahan dan informasi tentang
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
63
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
pelestarian lingkungan hidup yang sewaktu-waktu dapat digunakan sosialisasi kepada publik. Selain mengelola Yayasan Arman, ia juga sebagai koordinator sebuah lembaga internasional di bidang pertanian untuk wilayah Maluku. Kegiatan lembaga ini berbasis pada pertanian organik, misalnya pelatihan pembuatan pupuk bokhasi dengan memanfaatkan ampas tahu dan berbagai sampah organik. Tanaman yang dikembangkan di wilayah binaan umumnya jenis sayuran seperti, sawi, kacang panjang, kacang tanah, pare, mentimun, jagung, terong, terong, kangkung dan beberapa lagi jenis sayuran. Secara keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Arman adalah: (1) reboisasi mangrove; (2) penghijauan lahan kritis; (3) penyuluhan dan pelatihan kader lokal pelestari lingkungan; (4). pendidikan kader muda petani di bidang pertanian organik; (5) pemberdayaan kelompok swadaya masyarakat di sektor pertanian organik; (6) pembangunan pusat pengkajian dan pengembangan hutan mangove sekaligus wisata lingkungan; (7) pemberdayaan kelompok swadaya masyarakat di sektor perikanan dengan alat tangkap berbasis lingkungan. Kerja keras Martin bukannya tanpa hambatan. Ia sudah empat kali berpindah kantor, karena tiga kantor sebelumnya telah terbakar habis akibat amuk masa. Namun tidak sedikit pun menyurutkan niat untuk melakukan konservasi hutan bakau di teluk Ambon.
64
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
65
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Paris Sembiring Jalan Pijer Podi No. 26, Kelurahan Beringin, Kecamatan Selayang Baru, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara
S
aat lajang, Paris Sembiring sudah menjadi wiraswasta. Ia sering berteduh di bawah pohon rindang untuk menghindari teriknya matahari sambil menunggu penumpang becak yang didayungnya. Pengalaman dari perjalanan hidup pada masa mudanya mendorong keinginannya untuk melestarikan berbagai jenis tanaman. Sambil berteduh, ia kumpulkan biji yang jatuh dan ditanam di pekarangan rumahnya. Hal ini dilakukan karena pesan orang tuanya agar menyemaikan berbagai biji tanaman, karena mungkin kelak akan berguna.
66
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Kegiatannya lebih ditekuni setelah Pemerintah Kotamadya Medan melarang beroperasinya beca dayung pada tahun 1981. Paris Sembiring kemudian beralih membuka kedai kopi. Karena beban kehidupannya bertambah sejak ia mengakhiri masa lajangnya pada tahun 1983, ia pun kemudian berusaha menambah penghasilan dengan bertani di atas lahan pekarangan kedai kopinya. Perjalanan hidup tersebut dan dukungan keluarga semakin mendorong semangatnya untuk berusaha lebih keras lagi mengembangkan penangkaran bibit tanaman mulai tahun 1988. Jenis tanaman yang ditangkar mulai dari tanaman penghijauan, tanaman buah-buahan, hingga tanaman langka dan obat-obatan tradisional. Kegiatan itu dilakukan hingga sekarang. Tanaman langka yang telah dibudidayakan mencapai 32 jenis, di antaranya adalah matoa (Pemetra pannita), sawo duren (Chrysophilum cainato), srikaya (Annona squamosa) dan aren (Arenga pinnata). Sedangkan jenis tanaman obat mencapai 58 jenis, di antaranya daun mutiara/galangsa (Bixsa orella), kemiri (Aleuritas mueloccana), dan Tapak dara (Shlaginella plana). Selain itu, terdapat koleksi tanaman obat tradisional sebagai hasil penjelajahannya di hutan Tanah Karo sebanyak 16 jenis. Di AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
67
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
antaranya gagaten harimau, cepcepan, dan pedem-pedem. Setelah berkonsultasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian setempat, gagaten harimau kemudian diberi nama latin Ampelocissus thyrsiflorae. Seluruh koleksi bibit ditempatkan di dua kebun pembibitan, masing-masing di kebun “Sapo Rukun” terletak di Desa Lango Sprang Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dan di kebun “Sapo Rindu Berkat Tuhan” yang terletak di Desa Baru, Jalan Jamin Ginting Km 15.5 Medan– Berastagi, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang. Sejak tada tahun 1994 hingga saat ini, ia telah berhasil menangkar jutaan polybag bibit berbagai jenis tanaman serta menyumbang sejumlah bibit secara gratis kepada pemerintah dan masyarakat di sekitar Kota Binjai, Medan, Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Karo. Kegiatan lain yang diikutinya adalah mendukung berbagai kegiatan pengembangan pembibitan tanaman buah-buahan, perkebunan, kehutanan dan tanaman langka untuk melestarikan Kawasan Ekosistem Leuser dalam kapasitasnya membantu Unit Manajemen Leuser yang merupakan proyek kerjasama Pemerintah Republik Indonesia dengan Uni Eropa. Dirinya juga membantu kegiatan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat di kawasan tersebut. Kegiatan yang dilakukannya juga memberikan manfaat besar di bidang ekonomi dan sosial budaya terutama yang menyangkut pelestarian plasma nutfah, seperti: 1) tumbuhnya gerakan penghijauan di tengah-tengah 68
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
masyarakat; 2) tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menanam tanaman obat di halaman rumah masing-masing; 3) membantu memecahkan masalah ketenagakerjaan dengan memberikan lapangan kerja kepada masyarakat. Prestasi Paris Sembiring sebagai penangkar bibit tanaman semakin meningkat dengan adanya pengakuan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih setempat, dan posisinya sebagai Ketua Umum Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA) Propinsi Sumatera Utara periode 2002–2005. Meskipun begitu, kegiatan yang dilakukannya juga menemui beberapa kendala seperti penebangan liar di sejumlah kawasan hutan, dan belum adanya peraturan daerah yang melindungi tanaman langka dan obat-obatan. Apa yang dilakukan oleh Paris Sembiring dengan nyata memberi sumbangan yang besar bagi pelestarian tanaman langka dan obatobatan serta pemulihan kondisi hutan yang sudah dalam keadaan rusak. Jutaan polybag bibit tanaman telah dihasilkan dan telah tertanam di berbagai lokasi di Sumatera Utara
Gambar 44. Tanaman obat AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
69
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
atau bahkan ke luar Sumatera Utara. “Tiada hari tanpa menabur”, motto yang ia pedomani selama ini, tidak sematamata sebagai slogan belaka, akan tetapi telah ia buktikan dengan menghasilkan karya besar khususnya dalam menyediakan jutaan bibit tanaman dan menggugah kepedulian masyarakat untuk mau menanam pohon. ***
LAMPIRAN 1 SALINAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 58 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN KALPATARU TAHUN 2003 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang
70
: a.
bahwa untuk mendorong peningkatan upaya pelestarian lingkungan hidup guna menunjang pembangunan yang berkesinambungan,
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
pemerintah memandang perlu memberikan penghargaan kepada setiap orang atau kelompok yang dinilai sangat berjasa dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup;
Mengingat
Memperhatikan:
b.
bahwa salah satu bentuk pemberian penghargaan yang diberikan pemerintah kepada setiap orang atau kelompok yang dinilai berjasa dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup berupa pemberian penghargaan Kalpataru;
c.
bahwa sehubungan dengan hal seperti tersebut di atas, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Pemberian Penghargaan Kalpataru Tahun 2003;
: 1.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
2.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong;
3.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003;
4.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1995 tentang Pemberian Penghargaan Kalpataru;
5.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup;
6.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun 2003 tentang Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru Masa Bakti 2003; Surat Keputusan Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru Masa Bakti 2003 tentang Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup Nasional Kalpataru 2003; MEMUTUSKAN:
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
71
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN KALPATARU TAHUN 2003
PERTAMA
Memberikan penghargaan KALPATARU,
:
a)
b)
Kategori Perintis Lingkungan, kepada: 1)
Yohanes Jamen Desa Pangkalan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Propinsi Kalimantan Barat;
2)
Hamzah Desa Rantau Bujur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan;
3)
Laman Desa Talang Durian Cacar; Kecamatan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau.
Kategori Pengabdi Lingkungan, kepada: 1)
c)
Kabupaten
2)
Aziil Anwar Desa Puttada, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Selatan;
3)
Drs. Abdul Rahim Kuty Desa Surutanga, Kecamatan Wara, Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan.
Kategori Penyelamat Lingkungan, kepada: 1)
72
Titik Tarwati Desa Tlogosari, Kecamatan Tlogosari, Bondowoso, Propinsi Jawa Timur;
Pondok Pesantren Al Ittifaq Desa Alamendah, Kecamatan Bandung;
Rancabali,
Kabupaten
2)
Kelompok Marga Tondang Sibidik Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara;
3)
Masyarakat Adat Dayak Kenyah Desa Setulang
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Desa Setulang, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, Propinsi Kalimantan Timur. d)
KEDUA
Kategori Pembina Lingkungan, kepada: 4)
Prof. I Made Nitis, M.Rur.Sc., Ph.D. Desa Dauh Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kabupaten Badung, Propinsi Bali;
5)
Ir. Martin F. Haulussy Jalan Walter Monginsidi, Kelurahan Lateri, Kecamatan TA. Baguala, Kota Ambon, Propinsi Maluku
6)
Paris Sembiring Jalan Pijer Podi No. 26, Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara.
: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal
: Jakarta : 7 Mei 2003
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd.
NABIEL MAKARIM, MPA., MSM.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
73
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
LAMPIRAN -2
BIODATA DEWAN PERTIMBANGAN KALPATARU 2003 Prof. Dr. H. Koesnadi Hardjasoemantri, S.H., ML Komplek APMD, Jalan Genesha III N0. 39, Timoho, Yogyakarta Ketua Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru yang telah aktif 18 tahun ini lahir di Manonjaya-Tasikmalaya 9 Desember 1926. Pada tahun 1969-1974 beliau menjabat Kepala Direktorat Pendidikan Tinggi pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 1974-1980 menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar RI di Den Haag-Nederland. Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1980-1986, beliau menjadi Sekretaris Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Jabatannya di pemerintahan
74
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
ditinggalkan karena beliau terpilih sebagai Rektor Universitas Gajah Mada untuk periode 19861990. Sejak 2002, beliau masih aktif sebagai Ketua Majelis Wali Amanah UGM.
Prof. Dr. Didin Sastrapradja Jl. Sela Kopi I No. 7 Sidang Barang, BOGOR
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru yang lahir pada 24 April 1933 ini meraih gelar BSc pada bidang pertanian pada tahun 1958. Tahun 1965, beliau meraih gelar Ph.D di University of Hawai. Puncak kariernya antara lain menjadi Sekretaris Umum LIPI pada tahun 1967-1978, dan pada tahun 1978-1986 diangkat menjadi Deputi Ketua LIPI bidang IPA. Kariernya semakin menanjak dengan menjadi Wakil Ketua pada tahun 1986-1992. Sementara itu, pada tahun 19811986 beliau menjadi Asisten Menteri Negara Riset dan Teknologi. Di bidang legislatif, beliau pernah menjadi anggota DPR/MPR-RI periode 1992-1997 dan 1997-1999.
Prof. Dr. R.E. Soeriaatmadja, MSc. Jl. Progo. No. 29 Bandung
Profesor yang akrab dengan panggilan Pak Aat ini lahir di Bandung 27 Juli 1936. Kariernya yang menonjol di antaranya Dosen Ekologi di Jurusan Biologi ITB. Karena konsep-konsep yang dikembangkannya, beliau sempat memperoleh kepercayaan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup, sebagai Asisten Menteri dan sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan Global. Tidak hanya berhenti di situ, hingga sekarang beliau masih aktif menyumbangkan pemikirannya untuk kemajuan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Selain itu beliau juga masih aktif sebagai widyaswara di Lemhanas. Sederet riwayat pendidikan dialaminya, di antaranya adalah Sarjana Biologi yang diraih dari ITB, dilanjutkan dengan program Master di bidang Ecology pada Oregon State Unviersity, sementara itu Gelar Ph.D bidang Ecology diraih di tempat yang sama. Pengalaman lain yang diperolehnya adalah Training on Environmetal Management pada MIT-USA. Sedangkan di bidang pendidikan penjenjangan, beliau pernah mengikuti kursus LEMHANAS.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
75
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Drs. Seman Widjojo, MSi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri Jl. Raya Makam Pahlawan No. 20, Kalibata, Jakarta Selatan
Lahir di Sragen 19 Desember 1948. Tahun 1999-2002 menjabat Kepala Badan Diklat Departemen Dalam Negeri. Selanjutnya pada tahun 2001 memimpin Direktorat Jenderal BPM, hingga diangkat menjadi Direktur Jenderal Bina Bangda pada tahun 2002 hingga sekarang. Yang bersangkutan menyelesaikan pendidikan jenjang S1 pada tahun 1976 di STIA Negeri Jakarta, dilanjutkan dengan pendidikan Pascasarjana bidang Pemerintahaan di Universitas Indonesia.
Ismid Hadad, MPA Cipinang Muara, Komplek PWI, Jalan Majalah 2 A, Jakarta Timur
Ismid Hadad lahir di Surabaya pada 29 April 1940 Anggota Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru ini sarat dengan berbagai profesi. Di antaranya adalah sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kami pada tahun 1967-1971. Pada tahun 1972-1980 beliau menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Prisma, sementara itu pada saat yang hampir bersamaan (19751980) merangkap sebagai Direktur LP3ES yang ketika itu (1980) lembaga ini meraih penghargaan Kalpataru yang pertama. Dalam kurun waktu 1994-1999, beliau melakukan dua profesi sekaligus, yakni sebagai Direktur PT Indoculsult dan Presiden Direktur PT Redecon (Resource Development Consultant). Akhirnya pada tahun 1999 hingga sekarang dipercaya sebagai Direktur Eksekutif pada Yayasan Kehati (Keanekaragaman Hayati). Pendidikan yang telah diselesaikan adalah S-1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Jakarta pada tahun 1966, dilanjutkan dengan pendidikan di Institute of International Journalism di Berlin pada tahun 1969. Pada tahun 1980 mengikuti Parvin Fellow di University of Princeton – USA. Gelar MPA-nya diraih di Harvard University, Amerika Serikat pada tahun 1982.
Ully Hary Rusady Yayasan Garuda Nusantara (Gabungan Rumpun Pemuda Nusantara) Jl. Dharmawangsa X No. 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
76
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Anggota Dewan yang lebih populer di dunia showbiz in lahir di Garut pada 4 Januari 1952 sangat aktif dan kaya dengan pengalaman di bidangnya. Selain berkiprah di dunia musik dan hiburan, beliau juga mendirikan Yayasan Garuda Nusantara dan Yayasan Sindang Kahuripan yang keduanya bergerak di bidang pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Selain sebagai instruktur gitar, guru musik, dan pencipta lagu, ia juga memimpin dua perusahaan yang bergerak di bidang film dan video production. Beberapa penghargaan yang diperoleh antar lain Satyalancana Pembangunan dari Presiden RI pada tahun 1996, Satya Nugraha dari Menteri Kehutanan (2000), Bintang Jawa Pratama dari Presiden RI tahun 2000 dan Kalpataru 2001 dari Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pada tingkat internasional, Ully menerima penghartaan Global 500 dari UNEP (United Nation Environment Programme) pada tahun 1987. Selain itu ia dipercaya sebagai konsultan dan duta keliling UNEP.
Prof. Dr. Hadi S. Alikodra Jl. Kampus Dalam 28, Dermaga, Bogor
Lahir pada tanggal 5 Februari 1948. Menyelesaikan pendidikan S-1 di bidang kehutanan, sedangkan jenjang untuk S-2 dan S-3 beliau memilih bidang Lingkungan. Menjadi Dosen pada Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak 1974 hingga sekarang. Pada tahun 1990-1992 menjadi Pembantu Asisten Menteri I MNLH. Selanjutnya menjadi Kepala Biro Umum Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1992-1996. Tahun 1997-1998 diangkat menjadi Asisten Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Staf Ahli Menteri pada tahun 1998-1999. Pada periode 1999-2000 Prof. Dr. Hadi S. Alikodra menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
Ir. Arie Djunardi Djuhana Djoekardi, MA Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang pengembangan Peran Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup Jl. D.I. Panjaitan – Kebun Nanas Jakarta Timur 13410
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
77
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Anggota Dewan Pertimbangan Kalpataru ini lahir di Bandung 21 April 1955. Gelar S-1 nya diperoleh dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1980 jurusan Planologi. Sedangkan Program Pascasarjana Jurusan School of Community and Regional Planning pada University of British Columbia diselesaikan pada tahun 1990 di Vancouver-Canada. Sebelum menjadi Deputi Menteri Lingkungan Hidup bidang Pengembangan Peran Masyarakat sejak 2002, pernah menjadi Pembantu Asisten Menteri Negara Lingkungan Hidup sejak 1990, di antaranya untuk urusan Tata Ruang Wilayah, Penataan dan Pemanfaatan Lingkungan dan Sumber Daya Ruang Daratan.
Dr. Yulfita Rahardjo, MA. Komplek LIPI, Widya Chandra X No. 11A, Jakarta Selatan.
Dr. Yulfita Rahardjo, MA lahir 16 Februari 1940. Beliau adalah peneliti di Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menekuti bidang kependudukan. Yulfita Rahardjo menyelesaikan jenjang pendidikan S1 di bidang Antropologi di Universitas Indonesia (UI), sedangkan gelar Master yang diperolehnya di bidang Demography. Sesuai dengan bidang pendidikan S1-nya, gelar doktornya diperoleh di bidang Anthropology pada The Australian National University.
Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, MSc Jalan Sumantri Brojonegoro No. 26, bandarlampung 35145
Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, MSc lahir di Pringsewu, 16 Juli 1950. Saat ini menjabat sebagai guru besar dan Rektor Universitas Lampung (UNILA). Menyelesaikan pendidikan S1 bidang Ilmu Tanah dari Universitas Lampung tahun 1978. Gelar master (MSc) diperolehnya tahun 1983 di Univertsity of Kentucky, USA, pada bidang Ilmu Pengelolaan Tanah dan lingkungan. Di universitas dan bidang yang sama, pada tahun 1986, memperoleh gelar Doktor (Ph.D). Sesuai dengan latar belakang disiplin yang diikutinya ia dikenal memiliki bidang kepakaran pengelolaan lahan kering berkelanjutan. Semenjak menyelesaikan pendidikan, berbagai jabatan di Universitas Lampung dipercayakan kepadanya, di antaranya sebagai Kepala Laboratorium Fak. Pertanian UNILA (1989-1990), Kepala Balai Penelitian UNILA (1990—1993), Ketua Lembaga Penelitian UNILA (1993-1997), Dekan Fakultas Teknik UNILA (1997-1999), Direktur Politeknik Pertanian UNILA (1999), dan Rektor UNILA (1998-sekarang).
78
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Ir. Arief Yuwono, MA Kementerian Lingkungan Hidup, Jalan D.I. Panjaitan, Kebun Nanas, Jakarta Timur 13410
Lahir di Purwokerto tanggal 3 Januari 1957. Beliau merupakan anggota merangkap Sekretaris Dewan Pertimbangan Kalpataru. Saat ini, beliau menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Sosial Budaya. Sejak tahun 2002, beliau juga dipercaya sebagai pejabat pelaksana tugas Sekretaris Menteri Negara Lingkungan Hidup. Sebelumnya, pada tahun 2000, dipercaya untuk menjabat Deputi I Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Ir Arief Yuwono MA menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan Ekonomi Pengusahaan Hutan, di Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada pada tahun 1981. Selanjutnya pada tahun 1993, menyelesaikan pendidikan di Faculty of Geography in Collaboration with the Institute for Environmental Studies, University of Toronto, Kanada.
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
79
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
LAMPIRAN 3 KEGIATAN DALAM RANGKA HARI LINGKUNGAN HIDUP 2003 No
Kegiatan
1.
Peluncuran Laporan Status Lingkungan Indonesia 2002 Peluncuran Website Baru KLH (memperingati Hari Bumi) Konferensi Nasional Produksi Bersih 2003
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
Seminar “Keanekaragaman Hayati dan Pengentasan Kemiskinan” Peluncuran Perpustakaan KLH Pelatihan ISO 14000
10.
Lomba Emisi Kendaraan Operasional Kantor se Jakarta Penilaian Kinerja 17 Pemda Kabupaten/Kota Ekowisata
11. 12.
9.
80
Seminar “Peranan Taxonomi dalam Keanekaragaman Hayati” Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati
Pelaksanaan Tanggal Tempat 22 April 2003 KLH
Asdep 3/VII LH
22 April 2003
KLH
Asdep 3/VII LH
29-30 April 2003
Bandung
20 Mei 2003
KLH
KLH kerja sama dengan Dana Mitra Lingkungan Deputi VI
22 Mei 2003
Millenium Hotel
Deputi VI
22 Mei 2003 30-31 Mei 2003 Mei 2003
KLH Makasar
Asdep 3/VII LH Yayasan Hijau Lestari Indonesia Asdep 3/V LH
Jakarta
Mei 2003
Keterangan
Deputi VI LH
2-3 Juni 2003
Biotrop Bojong Tanjung Bandung Pesantren Al Attifaq
Bazar
3 Juni 2003
KLH
Seminar “Peran wanita dalam
3 Juni 2003
KLH
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Dharma Wanita Kabinet Gotong Royong, Dharma wanita KLH, Depdiknas Dharma Wanita KLH Dharma Wanita
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
13.
14. 15. 16. 17. 18.
19. 20.
21. 22.
23.
24.
meningkatkan kualitas LH” Forum Danau Se-Indonesia dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Ramah Tamah Penerima Kalpataru dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup Pengobatan gratis bagi warga sekitar KLH Sidang Internasional ISO/207 Penandatanganan MoU antara Deputi VII dengan 7 (tujuh) Kepala Bapedalda dan 14 Bupati/Walikota/ Kepala Bapedalda Tk.II Pemberitahuan NKLD Penghijauan
Lomba Lukis Anak-anak Pekan Lingkungan Indonesia • Pameran • Lokakarya • Lomba National Workshop “Implementation of ISO 14000 and Business/Trade Reguirement” Pameran HLH 2003 (1. Visualisasi Pengambilan sampel Kualitas Udara Ambien, 2. Visualisasi Pengambilan Sampel Limbah Cair Industri, 3. Leaflet diklat, 4. Leaflet sarana diklat (asrama/dormitori)
KLH 4-5 Juni 2003
-
KLH (Deputi VI)
5 Juni 2003
Taman MONAS
KLH (Sesmen)
Kediaman Meneg LH
KLH (Sesmen)
5 Juni 2003 6 Juni 2003
Poliklinik KLH
KLH (Sesmen)
Bali
KLH (Deputi VII)
5 Juni 2003
KLH
Asdep 3/VII LH
5 Juni 2003 8 Juni 2003
KLH Sekitar jalan tol Bandara Sukarno Hatta Cengkareng, Biotop Bojong Tanjung Bandung Pesantren Al Attifag Sekitar jalan tol Bandara Sukarno Hatta Cengkareng
Asdp 3/VII LH
JHCC
• •
Juni 2003
8 Juni 2003
19-22 Juni 2003 30 Juni s/d 1 Juli 2003
Dharma Wanita
Dharma Wanita KLH (Sesmen) Antheus
Bali
KLH Kerja sama dengan KADIN
Jakarta
Asdep 2/VII LH
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
81
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
25. 26. 27.
Training of Air Pollution Control for Industry Indonesia Summit on Sustainable Development Indonesia – Singapore Program: River Clean-Up
Agustus 2003
Bandung
KLH dan ITB
September 2003 2003
Bali
KLH (Sesmen)
Jakarta dan Riau
KLH
LAMPIRAN 4 82
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
JUARA LOMBA MENULIS SAJAK LINGKUNGAN
Nama : Talula Zuhra Soenharjo Umumur : 9 tahun Sekolah : SD Al Izhar, Jakarta Selatan Juara : Pertama
TARIAN HUJAN Rintikanmu bagai tarian di mataku Bayangkan jika tak ada hujan Tanaman kering, sawah kering Jika petani tak dapat makanan Jika rumputnya kering Sapi bagaimana makannya Rintikanmu bagai lagu di hatiku Engkau adalah hiburan bagi seluruh dunia Engkau adalah benda berharga di muka bumi Bagaimana jika air habis manusia tak minum dong Hujan, hujan… berapa lama tarianmu akan bertahan Jika bumi ini terlalu kotor, hujan tak akan menari Terima kasih Allah untuk hiburan berharga ini Tarianmu bagai impian hatiku***
Nama Umur
: Alyssa Maharani : 10 tahun
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
83
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Sekolah : Kelas IV SD Juara : Juara Kedua
Tetesan Kehidupan Air, tanpamu aku tak bisa hidup Karena… engkaulah tetesan berharga yang membawa kehidupan Tanpa air mungkin ibu takkan lahir mungkin ayah takkan lahir mungkin aku takkan lahir Mengaliri hutan, gunung, sawah, sungai, lautan tanpa henti….memberi kehidupan di setiap tetes yang jatuh.***
84
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Nama : Niken Rarasati Umur : 12 thn, Sekolah : SD Bina Insani, Bogor Juara : Ketiga
CILIWUNG I Bau busuk menyengat Sampah-sampah berserak Aku berjalan mendekat Hanya warna coklat yang tampak Orang-orang membuang sampahnya ke sana Pabrik-pabrik menyalurkan limbahnya kesana Ciliwungku tak bisa berkata Ciliwungku tak berdaya Pintu Air Manggarai menjadi saksi akan kelalaian manusia Akankah Ciliwungku menjadi bersih? Ataukah ini hanya mimpi?
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!
85
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2003
Nama : Siti Nur Fitriana Sekolah : Kelas V SD Al Muhajirin, Depok Juara : Harapan
HARAPAN SEHATKU Suatu hari di musim kemarau Kutatap pohon manggaku Ooo… tersentak kumelihatnya Kering daunnya, kurus dahannya Sayup kudengar… tolonglah aku wahai manusia Segera kuambil selang air Tapi ooo… kran airnya mati Tersadar aku, mandi pun air diirit Betapa sedih hatiku, hampir mati pohon manggaku Teringat kata mama, aku harus makan buah agar sehat Tapi… Cuma sedikit buah yang kusuka Mangga termasuk buah kesukaanku Pohon mangga harapan sehatku Tuhan… Kau ciptakan air untuk kami Tuhan… mengapa air tidak datang untuk pohon manggaku? Oo Tuhanku, ternyata air ciptaanMu sangat besar jasanya Kalau ada air, pohon manggaku bisa subur Juga pohon lainnya ***
86
AIR-Dua milyar penduduk kesulitan memperolehnya!