INFLUENCES OF GENERAL TECHNOLOGY PERCEPTION, TECHNOLOGY SPECIFIC PERCEPTION, INDIVIDUAL CHARACTERISTIC, AND TASK CHARACTERISTIC, TOWARDS USAGE INTENTION OF MOBILE BANKING, CASE STUDY: M-BCA Agita Nalsalia, Ulian Taurin Malik Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Depok, 16424, Indonesia
E-mail:
[email protected] Abstrak
Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intensi pengguna intenet banking untuk mau mengadopsi mobile banking yang dikeluarkan oleh bank yang sama. Bank yang dijadikan objek penelitian adalah BCA dengan layanan Klik BCA dan mBCA. Terdapat lima exogenous construct yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu: task fit, monetary value, connectivity, personal innovativeness, dan absorptive capacity. Endogenous construct yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perceived usefulness, perceived ease of use, serta usage intention Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya perceived usefulness dan perceived ease of use sangat mempengaruhi intensi nasabah pengguna Klik BCA untuk menggunakan mobile banking. Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara absorptive capacity terhadap inetensi untuk mengadopsi. Serta perceived ease of use memiliki pengaruh negatif terhadap perceived usefulness.
Abstrak
The focus of this study to understand factors that influence intention intenet banking costumer to use mobile technology that created by the same bank. The object of this research is BCA that create Klik BCA and m-BCA. To create a unified view, this study use five exogenous construct: task fit, monetary value, connectivity, personal innovativeness, and absorptive capacity. Also, three endogenous construct: perceived ease of use, perceived usefulness, and absorptive capacity. The result of this studies show that perceived ease of use and perceived usefulness influence consumer intention to adopt mobile banking. Moreover, task fit and monetary value can increase consumer’s perceived usefulness significantly. Connectivity and personal innovativeness also influence consumer’s perceived ease of use. However, absorptive capacity doesn’t influence usage intention and there is negative influence of perceived ease of use to perceived usefulness. Keywords: TAM, mobile banking, usage intention.
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Pendahuluan Mobile phone telah menjadi bagian yang sangat melekat dalam hidup masyarakat pada saat ini. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penetrasi mobile phone, dimana pada tahun 2000 yang hanya sekitar 20% dan meningkat menjadi 78% pada tahun 2011 (Euromonitor, 2012). Selain itu, konsumen saat ini mulai mengadopsi penggunaan smartphone yang memungkinkan setiap individu dapat mengakses konten intenet tanapa dibatasi lokasi dan waktu. Fenomena tersebut dijelaskan oleh Eurominitor (2013), pada tahun 2006 smartphone akan mendominasi pasar mobile phone sebesar 78%. Penggunaan smartphone ternyata menciptakan generasi digital natives (Euromonitor, 2013). Konsumen saat ini terhubung dengan peer-group atau lingkungan sosialnya setiap saat. Selain itu dengan adanya smartphone applications, setiap orang dapat melakukan berbagai aktivitas melalui genggaman tangannya seperti berbelanjan (m-commerce), fitness, hingga mengatur keuangan dengan mobile banking. Fenomena ini membuat hampir seluruh retail banking menggembangkan layanan mobile banking untuk konsumennya. Namun, ternyata pengguna mobile banking ternyata tidak sebanyak jumlah pengguna smartphone. Di negara berkembang seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris penetrasi mobile devices di atas 110%, namun pengguna mobile banking di negara – negara ini masih relatif rendah (Bain & Company, 2012). Padahal, bila dibandingkan dengan jumlah kepemilikan mobile banking masih dibawah 50% (Bain & Company, 2012). Jerman merupakan Negara maju yang memiliki jumalah pengguna mobile banking terendah, hanya 16% (Bain & Company, 2012). Padahalah Jerman, memiliki tingkat penetrasi mobile phone di atas 130%. Hal serupa juga terjadi di Korea Selatan, setiap sepuluh orang penduduk hampir sembilan diantaranya memiliki smartphone. Namun, saat dibandingkan dengan jumlah pengguna internet banking, pengguna mobile banking hanya sekitar 4% (Lee, et.al., 2012). Bila dibandingkan dengan Indonesia, ternyata kesadaran konsumen mengenai mobile banking sudah diatas 50%, namun pengguna mobile banking hanya 41,2% (MARS, 2013). Masalah serupa dihadapi oleh seluruh bank retail di dunia karena strategi mobile banking yang sukses di suatu negara tidak menjamin kesuksesan bila diaplikasikan di negara lain (Gupta,2012). Kondisi serupa juga dialami oleh Bank BCA merupakan bank di Indonesia yang mempelopori non-cash transaction sejak 2007 (Euromonitor, 2013) dan telah dua kali
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
mendapatkan the best mobile banking award (Pers BCA, 2013). Dengan demikian, sangat penting faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intensi konsumen pengguna internet banking (Klik BCA) untuk mau mengadopsi mobile banking. Tinjauan Teoritis Fred D. Davis (1989) menggembangkan framework Technology Acceptance Model (TAM) untuk menjelaskan alasan seorang user mau mengadopsi diakibatkan perceived usefulness dan perceived ease of use. Perceived usefulness menjelaskan bahwa sebuah tingkatan dimana seorang pengguna teknologi percaya bahwa melalui penggunaan teknologi tersebut, konsumen dapat meningkatkan performa dipekerjaannya (Davis, 1989). Bila sebuah sistem IT memiliki tingkat perceived usefulness yang tinggi maka si pengguna teknologi akan memiliki intensi yang positif sehingga dapat mengadopsi dengan baik. Sedangkan perceived ease of use menjelaskan penilaian user mengenai teknologi tersebut apakah memerlukan tambahan usaha (free from effort) dan mudah untuk dioperasikan (Davis, 1989). Bila sebuah sistem ternyata susah untuk dioperasikan dan dibutuh usaha yang tinggi, user akan merasa manfaat atau kegunaannya lebih kecil ketimbang usaha yang dibutuhkan. Oleh karena itu, perceived ease of use dapat langsung mempengaruhi perceived usefulness dari sebuah teknologi baru. Untuk memahami attitude individu terhadap sebuah teknologi, pemahaman mengenai hubungan environmental factor yang ternyata dapat mempengaruhi intensi individu untuk mengadopsi sebuah teknologi (Davis, 1989; Doll & Torkzadeh, 1991). Salah satu environmental factor yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah kesesuaian pekerjaan dengan fitur yang ditawarkan teknologi. Goodhue dan Thompson (1995) memperkenalkan task-technology fit untuk mengevaluasi performa seorang konsumen dalam menggunakan sebuah teknologi. Melalui teori ini, task – technology fit merupakan sebuah tingkatan dimana sebuah informasi mengenai teknologi sesuai dengan kebutuhan tugas atau aktivitas si pengguna teknologi tersebut. Absorptive capacity menjelaskan kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu yang dapat dipengaruhi oleh prior knowledge yang dimiliki dan akan digabungkan dengan informasi baru (Cohen & Levinthal, 1990). Semakin banyak prior knowledge yang dimiliki individu akan mempengaruhi keinginan mereka untuk mencoba sesuatu yang baru.
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Penggunaan mobile banking akan mengharuskan konsumen untuk membayar services charge karena menggunakan teknologi tersebut. Sehingga, perceived monetary value menjelaskan pandangan konsumen menilai biaya yang dapat ditimbulkan dengan penggunaan jasa mobile banking terhadap benefit yang diterima (Hong & Tam, 2006). Menurut Jacoby dan Olson (1997) terdapat dikotomi penilaian sebuah harga yang terjadi di dalam pengambilan keputusan konsumen, yaitu mahal atau murah. Menurut Zeithaml (1988), persepsi konsumen mengenai apa yang diterima dan apa yang harus diberikan sehingga mempengaruhi penilaian secara keseluruhan mengenai utilitas sebuah produk. Penggunaan Mobile banking dapat meningkatkan konektifitas nasabah karena dapat melakukan transaksi perbankan kapanpun dan dimanapun konsumen
membutuhkannya.
Menurut Kannan et al., (2001) penggunaan mobile technology dapat memungkinkan konsumen untuk dapat menyambungkan aktifitas konsumen tanpa batasan waktu dan tempat. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bertipe konklusif dan bersifat deskriptif karena hendak memahami faktor – faktor yang mempengaruhi intensi seseorang dalam menggunakan mobile financial services dengan memasukkan general technology perceptions, technology-specific perceptions, usher characteristic dan task usher characteristic (Lee, et. al., 2012). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik survey kuesioner kepada nasabah BCA yang pernah pengguna Klik BCA dan sudah mengetahui teknologi m-BCA di wilayah Jabodetabek dengan usia di atas 17 tahun. Model konseptual yang digunakan dalam penelitian diadaptasi oleh peneliti sebelumnya Lee, et. al. (2012) yang mengembangkan model yang menjelaskan mengenai faktor – faktor yang mendorong adaptasi seseorang terhadap mobile financial service. Berikut ini adalah hipotesis yang akan diteliti:
•
Task – Technology Fit
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa persepsi sebuah teknologi dapat meningkatkan performa pekerjanya bila fitur yang ditawarkan sesuai dengan present task yang diemban oleh penggunanya (Goodhues & Thompson, 1995; Chen, Gillenson, & Sherrell, 2002) menjelaskan bahwa fit atau kesesuaian merupakan variabel terkuat yang
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
mempengaruhi attitude konsumen terhadap virtual store. Hal serupa juga didukung dalam penelitian Venkatesh & Davis (2000) yang menjelaskan relevansi pekerjaan (mempermudah pengerjaan pekerjaan atau meningkatkan perfoma konsumen) terhadap sebuah teknologi dapat mempengaruhi keinginan adopsi orang tersebut. Oleh karena itu, terdapat implikasi perceived fit antara pekerjaan dengan teknologi dapat meningkatkan perceived usefulness teknologi tersebut. Dengan demikian, hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: H1: Task fit memilki pengaruh positif terhadap perceived usefulness mobile banking. •
Technology specific perception
Technology specific perception menjelaskan pemahaman konsumen terhadap karakteristik unik yang dimiliki oleh mobile banking. Terdapat dua variabel di bagian ini yaitu: monetary value dan connectivity (Hong & Tam, 2006). Melalui studi ini, peneliti menekankan monetary value dalam perspektif finansial, biaya yang dikeluarkan sesuai atau melebihi kegunaan yang ditawarkan (Hong & Tam, 2006). Bila semakin positif pandangan
konsumen
terhadap
monetary
value
yang
ditawarkan
maka
akan
mempengaruhi perceived usefulness sebuah teknologi. Dengan demikian, peneliti mengembangkan hipotesis sebagai berikut: H2: Monetary value memiliki pengaruh yang positif terhadap perceived usefulness mobile banking. Dikarenakan mobile banking menawarkan fitur yang dapat dibawa kemana saja dan digunakan kapan pun konsumen membutuhkannya maka mobile banking memberikan kemudahan kepada konsumen untuk menggunakan teknologi tesebut. Oleh karena itu, dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap perceived ease of use. H3: Connectivity memiliki pengaruh positif dalam perceived ease of use mobile banking. •
Individual Characteristic
Untuk melihat intensi seseorang untuk mengadopsi sebuah teknologi secara lebih detail, peneliti melihat pentingnya pemahaman mengenai karakteristik pengguna internet banking pada saat ini. Terdapat dua variabel yang digunakan yaitu personal innovativeness serta absorptive capacity.
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Personal innovativeness menjelaskan seberapa besar keinginan konsumen dalam menerima resiko yang harus dihadapi saat membeli atau menggunakan produk atau jasa yang tidak biasanya digunakan. Semakin tinggi derajatnya maka konsumen akan semakin mudah dan siap menerima sebuah teknologi (Rogers, 2003; Venkantesh & Davis, 2000). Kondisi ini mempengaruhi perceived ease of use mobile banking dimata nasabah perbankan. H4: Personal innovativeness memiliki dampak yang positif terhadap perceived ease of use mobile banking. Sedangkan absorptive capacity menjelaskan bahwa bila individu memiliki prior knowledge mengenai internet
dan mobile application, konsumen akan lebih mudah
merasa percaya diri dan lebih memiliki keinginan untuk menggunakan teknologi mobile banking. H5: Absorptive capacity memiliki hubungan yang positif terhadap usage intention mobile banking. •
General technology perception
Hong dan Tam (2006) menjelaskan general technology perception adalah kesadaran konsumen terhadap sebuah teknologi. Konstruk ini terdiri dari tiga
variabel yaitu
perceived ease of use dan perceived usefulness (Davis, 1989; Lederer et al., 2000; Venkathesh, 2000;
Venkatesh & Davis, 2000; Venkathesh et al., 2003) dan usage
intention (Fishbein & Ajzen, 1975). Kedua konstruk ini berasal dari teori TAM dimana dapat menjelaskan seberapa siap konsumen dalam mengadopsi sebuh teknologi baru (Perceived ease of use) serta apakah teknologi mobile banking dapat meningkatkan peforma, produktivitas, serta meningkatkan efektivitas nasabah perbankan (perceived usefulness). Serta pengaruh perceived usefulness atau perceived ease of use mempengaruhi usage intention kosnumen. Terdapat tiga hipotesis yang diformulasikan dalam konstruk ini, yaitu : H6: Perceived ease of use memiliki pengaruh yang positif terhadap perceived usefulness mobile banking. H7: Perceived usefulness memiliki pengaruh yang positif terhadap usage intention mobile banking
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
H8: Perceived ease of use memiliki pengaruh yang positif terhadap usage intention mobile banking.
Gambar 3 1 Model Dasar Penelitian Sumber : Lee, Park, Chung, & Balkeney, (2012)
Teknik analisis structural equation modeling (SEM) merupakan keluarga model statistik yang mencari penjelasan tentang hubungan antara beberapa variabel (Hair, Black, Babin, Anderson, & Tatham, 2009), atau teknik pengujian struktur keterkaitan antarvariabel, yang dinyatakan dalam serangkaian persamaan struktural (Malhotra, 2010). Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan Confirmatory Factor Analysis (CFA) karena peneliti telah memiliki measurment theory yang kuat.Model ini dipilih karena peneliti telah
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
mengspesifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi penelitian dan terjadinya cross-loadings (sebuah variabel memiliki hubungan dengan lebih dari satu konstruk). Pada penelitian ini digunakan metode maximum likelihood extimation (MLE). Teknik estimasi ini digunakan karena MLE dapat memberikan hasil yang konsisten terhadap estimasi yang dilakukan dan tidak terlalu dipengaruhi oleh normality assumption (Diamantopoulos & Siguaw, 2000). Hasil Penelitian Pada tahap pre-test dengan 30 responden, skala-skala yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan nilai reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha > 0.6 (Malhotra, 2010) serta nilai validitas yang baik dengan nilai factor loading > 0.5 (Malhotra, 2010). Responden yang terkumpul dalam penelitian ini berjumlah 197 orang. Berikut ini ringkasan profil responden yang terkumpul yang menjelaskan karakteristik demografis dan perilaku dalam menggunakan intenet banking: Table 1 Ringkasan Profil Responden
Kriteria
Frekuensi
Presentase
Jenis Kelamin Responden
Pria
109
55%
Wanita
88
45%
Usia Responden
17-27 Tahun
138
70%
28-37 Tahun
26
13%
38-47 Tahun
13
7%
Di atas 47 Tahun
20
10%
SMA/D3
51
26%
Bachelor degree
123
62%
Master degree
23
12%
Kurang dari Rp 2.500.000,-
65
33%
Rp 2.500.001 sampai Rp 6.000.000,-
71
36%
Rp 6.000.001 sampai Rp 10.000.000,-
24
12%
Lebih dari Rp 10.000.000,-
37
19%
<1 kali/bulan
28
14%
1 - 2 kali/bulan
30
15%
3 - 4 kali/bulan
0
0%
1 - 2 kali/minggu
60
30%
3 - 4 kali/minggu
53
27%
Tingkat Pendidikan Terakhir
Penghasilan Setiap Bulan
Frekuensi Penggunaan Intenet Banking
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Kriteria Fitur Intenet Banking Paling Sering Digunakan
Lokasi Penggunaan Intenet Banking
Provider Smartphone
Frekuensi
Presentase
13%
Cek Saldo
48
24%
Transfer uang
13
7%
Pembayaran
24
12%
Mutasi rekening
1
1%
Pembelian Pulsa
2
1%
Kombinasi
109
55%
Dimana saja dan kapan saja
89
45%
Kantor
30
15%
Rumah
35
18%
Sekolah / Universitas
5
3%
Kombinasi
38
19%
Indosat
26
13%
XL
55
28%
Telkomsel
106
54%
3
3
2%
Kombinasi
7
4%
Sumber : Output MS Excel dari Hasil Pengolahan Pengolahan Penulis
Untuk melakukan pengujian hipotesis, peneliti melakukan two step approach dalam analisis SEM, yaitu model pengukuran dan model struktural. Pada analisis model pengukuran nilai kecocokan model (model fit), peneliti hanya menggunakan sembilan indikator yaitu GFI, AGFI, RMSEA, RMSR, ! ! , NFI, NNFI, CFI, RFI, dan IFI. Menurut Hair et. al.(2009) penggunan keseluruhan model fit akan dianggap percuma dana hanya mereporkan, sehingga rule of thumb yang dapat diaplikasikan adalah minimal terdapat satu absolute fit index dan satu incremental fit index (Hair et. al., 2009). GFI dan AGFI memiliki nilai poor fit, sedangkan NFI memiliki nilai marginal fit. Walaupun begitu, kriteria model fit yang lain RMSEA, RMSR, ! ! , NNFI, CFI, RFI, dan IFI memiliki kriteria good fit. Untuk menganalisis, validitas dan reliabilitas dari model pengukuran, indikator-indikator yang digunakan adalah t-values ≥1,645 (Malhotra, 2010), standardized loading factor (SLF) ≥ 0.5 (Igbaria et. al., 1997), composite reliability ≥ 0.7 (Hair et al., 2009), average variance extract ≥0.5 (Hair et al., 2009). Personal innovativeness, absorptive capacity, perceived ease of use, task fit, monetary value, connectivity, dan usage intention memiliki nilai SLF diatas 0.5 sehingga peneliti dapat menggunakan seluruh observed variable yang terdapat dipenelitian. Untuk nilai CR dari setiap konstruk tersebut memiliki nilai di atas nilai kritikal. Dapat
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
disimpulkan, adanya intenal consistency yang menunjukkan bahwa semua skala pengukuran secara konsisten merepresentasikan konstruk laten yang sama. Nilai AVE konstruk-konstruk tersebut juga diatas nilai kritikal sehingga setiap konstruk dapat dijelaskan variasinya dengan baik oleh setiap item-item yang terdapat didalam konstruk itu. Hal ini berbeda dengan hasil uji konstruk perceived usefulness, nilai SLF untuk item ke empat memiliki nilai yang berada dibawah nilai kritikal, sehingga item tersebut tidak digunakan untuk analisis model struktural. Sedangkan CRdan AVE memiliki nilai di atas kritikal sehingga konstruk tersebut dapat digunakan untuk melakukan anlisis model struktural. Table 2 Model Pengukuran dengan Analisis CFA Konstruk
Personal Innovativ-eness
Item Pertanyaan
t-value
SLF
12.78
0.79
10.91
0.71
8.72
0.65
10.66
0.7
14.73
0.87
14.05
0.84
16.18
0.92
11.92
0.75
Saya mengetahui teknologi mobile banking
9.78
0.65
Memperbaiki pengaturan keuangan saya
14.74
0.86
Meningkatkan kemampuan mengatur keuangan saya.
16.67
0.93
12.2
0.76
5.29
0.42
9.79
0.64
15.7
0.89
11.24
0.71
15.26
0.87
Mempelajari pengoperasian M-BCA sangat mudah.
15.73
0.89
Saya merasa mudah untuk melakukan transaksi perbankan yang saya butuhkan melalui M-BCA
14.23
0.84
Jika saya mengetahui teknologi baru, saya mencari berbagai cara untuk bereksperimen dalam menggunakan teknologi tersebut. Bila saya mengetahui ada sebuah teknologi baru, saya tidak takut untuk mencobanya. Saya lebih mengetahui perkembangan teknologi baru ketimbang orang lain. Diantara semua teman – teman saya, saya biasanya menjadi orang yang pertama menggunakan teknologi tersebut. Saya suka bereksperimen dengan teknologi baru
Absorptive Capacity
Perceived Usefulness
Perceived Ease of Use
Saya memiliki kemampuan teknis untuk mengoperasikan Mobile banking. Saya memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat memahami fungsi Mobile banking. Saya memiliki pemahaman yang jelas akan fungsi serta tanggung jawab dari sebuah mobile banking.
Meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan saya. Saya dapat melakukan transaksi perbankan dengan lebih cepat* Saya merasa terbantu dalam mengatur kondisi keuangan Fitur dan cara pengoperasian M-BCA jelas dan mudah dimengerti Fitur dan cara pengoperasian M-BCA tidak membuat saya merasa frustasi Saya merasa mudah dalam menggunakan/ mengoperasikan M-BCA
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
CR
AVE
0.862
0.559
0.871
0.632
0.888
0.651
0.924
0.710
Konstruk
Task Fit
Monetary Value
Connectivity
Usage Intention
Item Pertanyaan Saya merasa pengunaan M-BCA relevan dengan pekerjaan atau aktivitas saya Saya merasa penggunaan M-BCA membantu pekerjaan atau aktivitas saya. Saya merasa penggunaan M-BCA berguna untuk pekerjaan saya. Fungsi yang ditawarkan dalam M-BCA cukup dalam membantu menyelesaikan tugas/aktifitas pembayaran saya Fungsi M-BCA cocok/sesuai dalam membantu menyelesaikan tugas/aktifitas pembayaran saya Biaya transaksi yang ditetapkan M-BCA tidak mahal. M-BCA menawarkan manfaat yang sesuai dengan biaya yang saya keluarkan Saya percaya bahwa dengan biaya charge yang diterapkan saat ini, M-BCA memberikan manfaat yang lebih dari biaya yang saya keluarkan Saya puas dengan biaya yang saya keluarkan saat mennggunkan M-BCA. Saya mengharpkan agar dapat menggunakan M-BCA kapan saja, dimana saja saya membutuhkannya. Saya mendapati bahwa M-BCA mudah diakses dan gampang dibawa. Saya mengharapkan M-BCA akan bisa diakses kapanpun saya butuhkan. Saya berniat menggunakan M-BCA kembali dalam waktu dekat. Jika saya mempunyai akses M-BCA di handphone saya, saya berniat untuk menggunakannya. Jika saya mempunyai akses M-BCA di handphone saya, mungkin saya akan menggunakannya. Saya akan menggunkan M-BCA lebih sering di masa mendatang.
t-value
SLF
13.98
0.84
14.98
0.87
12.16
0.76
10.59
0.69
9.64
0.64
14.14
0.84
15.44
0.89
14.13
0.84
14.49
0.85
13.44
0.82
12.71
0.79
13.38
0.82
14.3
0.84
14.65
0.86
14.16
0.84
13.53
0.81
CR
AVE
0.874
0.584
0.924
0.727
0.853
0.659
0.924
0.704
• Dikeluarkan dari model penelitian Sumber : Output LISREL dari Hasil Pengolahan Pengolahan Penulis
Uji kecocokan struktural harus memiliki nilai yang lebih besar ketimbang hasil uji model pengukuran agar dapat menciptakan nilai upper bound dari goodness of fit model penelitian (Malhotra, 2010). Nilai goodness of fit model struktural biasanya lebih besar akibat hubungan yang terjadi lebih sedikit path diagram yang terjadi di model pengukuran (Malhotra, 2010). Berdasarkan hasil dari atebl 3, dapat disimpulkan memiliki nilai indikator model struktural tidak memiliki perbedaan yang jauh dari model pemgukuran. Sehingga model dinyatakan sesuai dengan realitas yang ada.
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Table 3 Perbandingan Model Fit Model Struktural dan Model Pengukuran
Ukuran GOF
Structural Model
Measurement Model
Absolute Fit GFI
0.74
0.76
AGFI
0.70
0.71
Chi – Square (! ! )
2.31
0.076
RMSEA
0.08
0.044
NFI
0.92
0.93
NNFI
0.95
0.95
CFI
0.95
0.96
RFI
0.91
0.92
IFI
0.95
0.96
Incremental Fit
Sumber : Output LISREL dari Hasil Pengolahan Pengolahan Penulis
Table 4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis
Pernyataan hipotesis
Nilai-t
Jenis Hipotesis
H1
Task – fit memilki dampak positif terhadap perceived usefulness mobile banking.
4.74
Pengaruh Positif
H2
Monetary value memiliki dampak yang positif terhadap perceived usefulness mobile banking
2.06
Pengaruh Positif
H3
Connectivity memiliki dampak positif dalam perceived ease of use mobile banking.
7.60
Pengaruh Positif
2.69
Pengaruh Positif
Terdapat pengaruh positif personal innovativeness antara perceived ease of use.
-0.47
Pengaruh Negatif
Tidak terdapat pengaruh absorptive capacity terhadap usage intention
-1.92
Pengaruh Negatif
Terdapat pengaruh signifikan namun memiliki hubungan negatif
4.59
Pengaruh Positif
6.67
Pengaruh Positif
H4
H5
H6
H7 H8
Personal innovativeness memiliki dampak yang positif terhadap perceived ease of use mobile banking. Absorptive capacity memiliki hubungan yang positif terhadap usage intention mobile banking. Perceived ease of use memiliki dampak yang positif terhadap perceived usefulness mobile banking. Perceived usefulness memiliki dampak yang positif terhadap usage intention mobile banking Perceived ease of use memiliki hubungan yang positif terhadap usage intention mobile banking.
Sumber : Output LISREL dari Hasil Pengolahan Pengolahan Penulis
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Keterangan Terdapat pengaruh positif antara task fit dengan perceived usefulness mobile banking Terdapat pengaruh positif antara monetary value dengan perceived usefulness mobile banking Terdapat pengaruh positif antara connectivity dengan perceived ease of use mobile banking
Perceived usefulness memiliki pengaruh positif terhadap usage intention Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara PEOU terhadap UI
Pembahasan Hipotesis Melalui penelitian ini, dapat dilihat bahwa kostruk task fit memiliki hubungan positif terhadap Perceived Usefulness. Oleh karena itu, hipotesis empat (4) diterima dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Goodhue & Thompson (1995) yang menjelaskan bahwa bila ada kesesuaian antara fitur teknologi dengan karasteristik pekerjaan yang diemban maka seorang individu akan merasa bahwa sistem IT akan memberikan dampak positif terhadap pekerjaannya. Konsumen Bank BCA merasa bahwa ada relevansi antara pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan dengan fitur yang disediakan m-BCA. Sehingga, konsumen merasa terbantu dalam melakukan pekerjaan mereka. Secara spesifik, m-BCA juga cukup membantu dan dapat menyelesaikan aktifitas pembayaran konsumen. Melalui kesesuaian antara fitur dan pekerjaan yang dilakukan, konsumen merasa adanya manfaat lebih untuk menggunakan mobile banking. Hipotesis 2 menguji hubungan konstruk laten monetary value terhadap perceived usefulness memiliki nilai t-value sebesar 2.06. Berdasarkan nilai kritikal yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa konstruk monetary value memiliki hubungan positif terhadap perceived usefulness. Nasabah perbankan Indonesia tetap menilai biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang didapatkan masih bisa diterima dalam decision making konsumen. Meskipun melalui penggunaan m-BCA konsumen harus mengeluarkan biaya (tergantung dari jenis provider yang digunakan), manfaat yang ditawarakan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Selain itu, konsumen juga cukup puas dengan biaya yang harus mereka keluarkan. Dengan demikian, konsumen menilai m-BCA menawarkan perceived monetary value yang baik sehingga dapat mempengaruhi opini mereka terhdapa kegunaan mobile banking di mata konsumen Berdasarkan hasil penelitian,diperoleh t-value dari pengujian hipotesis 3 adalah 7.6. Oleh karena itu, dapat disimpulkan terdapat hubungan positif antara konstruk laten connectivity terhadap perceived ease of use. Konsumen mengharapkan agar bisa selalu menggunakan mBca kapan saja dan dimana saja saat dibutuhkan. Selain itu, bentuk mobile banking juga dapat dibawa ke mana-mana dan ringkas untuk dibawa. Konsumen tidak perlu lagi membawa gadget tambahan, seperti token untk dapat melakukan transaksi perbankan. Selain itu, konsumen juga berikeinginan bahwa m-BCA harus dapat diakases kapanpun saat dibutuhkan.
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Bila teknologi ini tidak reliabel maka konsumen akan merasa teknologi ini tidak dapat digunakan dengan mudah dan bisa menguras emosi. Hipotesis 4 menunjukkan terdapat hubungan positif antara konstruk laten personal innovativeness terhadap perceived ease of use. Nasabah Bank BCA memiliki krakteristik yang cukup inovatif sehingga akan merasa lebih mudah dalam menggunakan m-BCA. Namun, berdasarkan mean rata-rata jawaban responden, mereka memiliki opini yang netral mengenai dirinya dan bagiaman konsumen memandang adanya teknologi baru. Walaupun, mereka memiliki karakteristik inovatif, mereka tidak terlalu berani bereksperimen dengan teknologi baru. Oleh karena itu, bila dikaitkan dengan klasifikasi diffusion of innovation (Rogers, 2003), konsumen BCA adalah konsumen early majority atau late majority, Untuk hipotesis 5, berdasarkan nilai kritikal t-value yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1.645 maka tidak terdapat hubungan positif yang signifikan konstruk absorptive capacity terhadap usage intention. Ada kemungkinan skala – skala yang digunakan di dalam penelitian ini masih belum bisa memahami krakteristik unik dari teknologi mobile banking Untuk hipotesis 6, diperoleh t-value sebesar -1.92. Berdasarkan nilai kritikal t-value yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1.645 maka terdapat pengaruh signifikan namun tidak memiliki pengaruh positif. Perbedaan dapat terjadi diakibatkan karena karakteristik dari teknologi serta demografis penduduk Indonesia. Untuk teknologi yang berhubungan dengan uang penggunaan yang terlalu mudah tidak memberikan manfaat secara langsung Hipotesis 7 diperoleh nilai t-value sebesar 4.59. sehingga terdapat pengaruh positf antara perceived usefulness terhadap usage intention. Hal yang sama–sama dijelaskan dalam teori TAM (Davis, 1989), saat seseorang individu merasa bahwa dengan menggunakan sebuah sistem IT konsumen dapat meningkatkan performa dipekerjaannya maka konsumen akan memiliki intensi yang lebih untuk mengadopsi teknologi tersebut. Oleh karena itu, peneliti dapat menyimpulkan ketika mobile banking dapat memberikan manfaat – manfaat lebih yang dapat meningkatkan performa atau efektivitas nasabah dalam mengatur keuangan konsumen maka nasabah akan tertarik untuk mengadopsi teknologi tersebut. Untuk Hipotesis 8 nilai t-value yang diperoleh dari pengujian model struktural adalah 6.67 sehingga perceived ease of use mempengaruhi secara positif usage intention. Kondisi ini juga sesuai dengan teori dari TAM (Davis, 1989), yang menyatakan bila sistem semakin mudah digunakan maka individu akan memiliki keinginan untuk mengadopsi sistem tersebut. Setiap
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sistem tersebut ramah digunakan oleh pengguna baru serta tidak menciptakan kesulitan yang dapat membuat calon nasabah mengalami kesulitan bila ingin menggunakan mobile banking. Kesimpulan Task fit dapat mempengaruhi secara positif perceived usefulness yang dirasakan oleh nasabah pengguna Klik BCA saat menilai fitur-fitur yang terdapat di m-BCA. Dengan demikian, mBCA memiliki fitur-fitur yang good fit
karena memiliki kesesuian dengan kebutuhan
pekerjaan atau aktifitas yang dilakukan konsumen Monetary value dapat mempengaruhi perceived usefulness yang dirasakan pengguna Klik BCA saat menilai manfaat yang dapat diberikan oleh m-BCA. Saat konsumen membandingkan biaya dengan manfaat yang diterima, konsumen menilai manfaat yang diberikan melebihi biaya yang harus dikeluarkan. Connectivity memiliki pengaruh yang positif terhadap penilaian konsumen Klik BCA terhadap perceived ease of use m-BCA. Konsumen memiliki keinginan untuk dapat melakukan transaksi perbankan tanpa dibatasi lokasi dan waktu. Kemampuan ini dinilai oleh konsumen dapat diperoleh melalui penggunaan m-BCA. Personal innovativness mempengaruhi secara positif penilaian konsumen Klik BCA mengenai perceived ease of use m-BCA. Konsumen yang memiliki karakteritik innovator atau early adopter tidak terlalu takut untuk menerima kemungkinan timbulnya resiko saat menggunakan teknologi baru. Absorptive capacity tidak terbukti memiliki pengaruh positif terhadap usage intention mBCA oleh konsumen Klik BCA. Usage intention menggunakan sebuah teknologi baru seperti mobile banking tidak mengharuskan konsumen untuk memiliki prior knolwadge mengenai teknologi terkait. Percived ease of use tidak memiliki pengaruh positif terhadap perceived usefulness, tetapi memiliki pengaruh negatif terhadap perceived usefulness. Hal ini menunjukkan bahwa terlalu mudah untuk mengakses transaksi perbankan dengan menggunakan m-BCA, konsumen tidak merasakan manfaat. Kemungkinan hal ini disebabkan konsumen yang terbiasa menggunakan token BCA akan merasa janggal saat tidak harus melakukan otorisasi dengan token BCA.
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Percived usefulness memiliki pengaruh positif terhadap usage intention yang dimiliki konsumen Klik BCA terhadap m-BCA. Konsumen akan memiliki keinginan lebih untuk mengadopsi sebuah teknologi baru bila konsumen merasa manfaat lebih yang ditawarkan melalui penggunaan m-BCA. Percived ease of use memiliki pengaruh positif terhadap usage intention yang dimiliki konsumen Klik BCA terhadap m-BCA. Saran Manajerial Bank BCA dapat
menggembangkan berbagai fitur-fitur transaksi perbankan yang dapat
mengakomodasi kebutuhan individu serta organisasi. Bank BCA dapat menggembangkan fitur-fitur transaksi m-BCA yang dapat digunakan untuk keperluan transasksi sehingga semakin banyak kegiatan yang terkait dengan pekerjaan dapat dilakukan melalui mobile banking Bank BCA dapat menurunkan biaya transaksi m-BCA. Selain itu, konsumen menentukan sebuah produk mahal atau murah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi didalam diri
konsumen saat melakukan pengambilan keputusan, Bank BCA dapat memberikan
stimuli-stimuli misalnya dengan bentuk iklan bersifat emosional sehingga meningkatkan manfaat intrinsik yang dirasakan konsumen. Untuk meningkatkan pandangan mereka mengenai kemudahan yang dapat dirasakan saat mengadopsi m-BCA, terdapat dua hal yang dapat dilakukan.Pertama, mengajak innovator dan early majority untuk mencoba penggunaan mobile banking sehingga early majority atau late majority akan merasa resiko yang ditimbulkan dengan mencoba m-BCA tidak terlalu tinggi. Selain itu, Bank BCA dapat menjelaskan bahwa penggunaan m-BCA tidak berbahaya dan mudah digunakan. Untuk abortptive capacity yang memiliki hubungan tidak signifikan, Bank BCA tidak perlu menekankan penjelasan mengenai teknologi baru tersebut. Bila transaksi dapat dilakukan dengan terlalu mudah, konsumen merasa transaksi yang dilakukan melalui m-BCA tidak terlalu aman. Oleh karena itu, Bank BCA bisa membuat
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
otorisasi untuk melakukan transaksi sedikit dipersulit karena responden didalam penelitian ini telah terbiasa menggunakan Klik BCA. Untuk meningkatkan nilai kegunaan m-BCA di mata konsumen, Bank BCA harus menciptakan startegi promosi m-BCA yang menjelaskan manfaat yang dapat diperoleh dengan mengadopsi m-BCA. Bank BCA juga harus menciptakan strategi komunikasi yang mengedepankan kemudahan dalam menggunakan m-BCA Daftar Refrensi Bain & Company. (2012, Desember 4). Business Insight: Bain & Company. Accessed Juni 23, 2014, from: http://www.bain.com/publications/articles/customer-loyalty-in-retail-banking2012.aspx Chen, L., Gillenson, M.L., & Sherrell, D.L (2002). Enticing online consumers: an extended technology acceptance perspective. Information & Management, 705-19. Cohen, Wesley M. & Levinthal, Daniel A. (1981). Absorptive Capacity: a new perspective on learning and innovation. Administrative Science Quarterly, 35, 128 – 152. Davis F.D. 1989. Perceived usefulness, Perceived ease of Use, and User acceptance of information technology. MIS Q, 13 (3), 319 – 39. Diamantopoulos, A., & Siguaw, J. (2000). Introducing LISREL. London: SAGE Doll, W. J., & Torkzadeh, G. (1991). The measurment of end user computing satisfaction: theoretical and methodological issue. MIS Quaterly, 5-12 Euromonitor. (2012). Changing landscape in mobile phone. London: Euromonitor Passport. Euromonitor. (2013). Mobile cocooning: how growing reliance on smart device is influencing consumer behavior. London: Euromonitor. Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior : an introduction to theory and reserach. Reading: Addison-Welsey Goodhue DL, Thompson RL. 1995. Task technology Fit and Individual Performance. MIS Q, 19, 213 – 36.
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Gupta, S. (2013). The mobile banking and payent revolution. London: The European Financial Review. Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, E. R. (2009). Multivariate Technique Analysis. New Jersey: Perason Prentice Hall. Hong, Se-Joon & Kar Yan Tam. (2006). Understanding the adoption of multipurpose information appliances : the case of mobile data services. Information System Research, 17 (2), 162 -179 Jacoby, J., & Olson, J. C. (1977). Consumer response to price: an attitidinal, information, processing, perspective. American Marketing Association, 73-86. Kannan P.K., Chang A-M., Whinston A.B. (2001). Wireless commerce: marketing issue abd possibility. Paper was presented at 34th Hawaii International Conference System Science, Los Alamitos. Lederer, A.L., Maupin D.J., Sena M.P., Zhuang Y. 2000. The technology acceptance model and the world wide web. Decision Support System, 2000, 29, 269 – 82. Lee, et. al.. 2012. A Unified Perspective on the Factors Influencing Usage Intention Towards Mobile Financial Services. Journal of Business Research, 65, 1590 - 1599. Malhotra, Naresh K. 2010. Marketing Research an applied orientation 6
ed
. Pearson
Eduacations, Inc, New Jersey. Pers BCA. (2013, June 17). Mobile dan Internet banking BCA Raih Penghargaan dalam Banking Service Excellence Awards 2013. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia. MARS. (2013). MARS Newsletter. Jakarta: MARS. Venkatesh, V. & Davis, F.D. (2000). A theoretical extension of technology acceptanve model: four longitudinal field studies. Management Sciences 4, 186-204. Venkatesh, V., & Morris, M. G. (2000). Why Don't Men Ever Stop to Ask for Directions? Gender, Social Influence, and Their Role in. MIS Quarterly, Vol. 24(1), 115-139. Venkatesh, V., Morris, M.G., Davis, G.B., Davis, F.D. (2003). User acceptance of information technology: toward a unified view. MIS Quarterly, 27(1), 425-478.
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014
Zeithaml, V.A. (1988). Consumer perceptions of price, quality, and value: a means-end model and synthesis of evidence. Journal of Marketing, 52 (3).
Pengaruh general…, Agita Nalsalia, FE UI, 2014