PENGARUH INFORMATION EFFECT DAN COMPETITIVE EFFECT DARI INITIAL PUBLIC OFFERING TERHADAP CUMULATIVE ABNORMAL RETURN INDUSTRI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005 - 2012 Adnan Taher, Umanto Eko Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak IPO terhadap return industrinya, secara umum menunjukkan bahwa IPO memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap return industrinya, dari dampak secara umum IPO terhadap return industrinya tersebut yang tidak signifikan secara statistik, penelitian ini mencoba mengklasifikasikan IPO berdasarkan 2 dampak yang berbeda yang menyebabkan IPO tidak signifikan (secara umum) terhadap industrinya, 2 dampak ini dipisahkan menjadi 2 model efek yaitu information effect dan competitive effect, masing – masing model mengklasifikasikan IPO sesuai dengan karakter nya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan setelah IPO diklasifikasikan sesuai dengan karakternya masing – masing, IPO tetap tidak signifikan mempengaruhi return industrinya. Kata Kunci : Initial Public Offering; Abnormal Return; Intra Industry.
The Impact of Information Effect and Competitive Effect from Initial Public Offering of Industry’s Cumulative Abnormal Return in Indonesia Stock Exchange in 2005 – 2012 Abstract This Study aim to analyze the effect of IPO on their Industry’s return, generally the IPO shows that IPO has insignificant effect on the return of their own industry, from that general effect of IPO on their industry’s return that statistically insignificant, this study try to classified IPO based on two different effects that caused insignificant effect of IPO (generally) on their Industry, this effect has 2 models, Information effect and Competitive effect, each model classified IPO based on their characteristics. This result of this study shows that even after IPO classified by their characteristics, IPO still has insignificant effect on their industry’s return. Keyword : Initial Public Offering; Abnormal Return; Intra Industry.
1. Pendahuluan Corporate action yang dilakukan oleh perusahaan sangat mempengaruhi pengambilan keputusan yang akan dilakukan investor. Informasi corporate action tersebut, dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam perubahaan harga saham, volume 1 Universitas Indonesia
2
perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar lainnya. Fatmawati (2002) dalam Okta (2006). IPO merupakan suatu corporate action perusahaan yang merupakan sesuatu informasi penting untuk investor, dan beberapa investor didalam bursa akan merespon beragam akan adanya IPO ini. IPO sendiri merupakan penawaran saham perdana dimana sebuah perusahaan melepas sahamnya ke public untuk pertama kalinya. Menurut Reily dan Brown (2011) Initial Public offering melibatkan sebuah perusahaan yang menjual saham nya ke umum untuk pertama kalinya, pada saat dilakukannya IPO belum ada pasar umum untuk memperjual belikan sahamnya. Untuk melakukan IPO saham harus melibatkan berbagai orang dan lembaga. Pihak yang terlibat didalamnya adalah Emiten yaitu pemilik saham itu sendiri, investor, Underwriter atau penjamin emisi serta pasar saham atau bursa efek itu sendiri. Bagi para Investor yang ingin membeli saham IPO akan berhubungan dengan underwriter. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan IPO, pada dasarnya adalah untuk menambahkan modal, dalam hal ini perusahaan walaupun sudah memiliki modal cukup akan tetapi saat dia menerbitkan saham perdana ini sang perusahaan berusaha untuk menambah banyak modal untuk melakukan ekspansi usaha agar lebih luas lagi perusahaannya, dan untuk mengurangi beban hutang yang dimiliki perusahaan, jika saja perusahaan menambah modal didapat dari pinjaman bank bisa dibayangkn berapa beban hutang yang ditanggung perusahaan akibat bunga dari hutang bank yang bisa dibilang tergolong besar akan tetapi jika suatu perusahaan menerbitkan sahamnya untuk menambah modal ekspansi usaha perusahaan ini, saham tidak memiliki bunga untuk dibayar, jadi secara tidak langsung menghindari beban hutang lebih jika meminjam dari bank diakibatkan bunganya yang besar, ditambah lagi untuk meningkatkan liquiditas perusahaan tersebut serta membuat citra perusahaan meningkat dimata investor ataupun masyarakat. Statement tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Jay R. Ritcher dan Ivo Welch (2002) Perusahaan go public karena keinginan untuk meningkatkan modal perusahaan dan untuk menciptakan pasar publik dimana para pendiri dan pemegang saham dapat mengkonversi sebagian kekayaan mereka ke dalam kas dimasa mendatang. Pada dasarnya peluncuran IPO sangat menentukan performanya nanti di pasar sekunder, beberapa perusahaan sangat sukses harga sahamnya naik sangat tinggi seperti yang sangat terkenal adalah IPO Danone Missisipi yang harganya jika dipertahankan harganya sudah puluhan kali lipat dari harga saham perdananya, adapula contoh di Indonesia yang
Universitas Indonesia
3
harga sahamnya merosot turun saat IPO seperti contoh Garuda Indonesia walaupun performa di pasar sekundernya tidak seburuk saat IPO nya dan beberapa IPO lain yang bahkan di suspend pada hari pertama perdagangan karena mendapat return mencapai 70%. Secara keseluruhan IPO memberikan return positif kepada perusahaan yang melakukan IPO dalam hal valuasi saham. Secara umum IPO memberikan return yang besar untuk investor, pada tahun 2011 – 2014 return rata – rata dari IPO didapat sekitar 18% . Pengaruh IPO untuk perusahaannya sendiri sudah sering diteliti, namun pengaruh IPO terhadap industri atau perusahaan kompetitornya didalam satu industrinya masih belum jelas dampaknya seperti adanya perbedaan dari beberapa hasil penelitian. Akhigbe, Borde, dan Whyte (2003) Menganalisa dampak IPO terhadap perusahaan rivalnya dan menemukan tidak ada dampak signifikan didalamnya namun jika IPO dipisahkan berdasarkan beberapa IPO dikelompokkan akan lebih terlihat dampaknya. Sedangkan, Hung-Chia Hsu, Adam V. Reed, dan Jorg Rocholl menemukan bukti adanya kemerosotan yang signifikan dalam performa operasional perusahaan kompetitornya setelah IPO. Tema yang akan diteliti mulai sering diangkat akhir – akhir ini baik di dalam dunia akademis maupun professional untuk melihat dampak IPO terhadap performa, dampak IPO terhadap return , dan sebagainya akan tetapi disini peneliti mencoba meneliti dampaknya pada sektor industri IPO tersebut, dan bukan merupakan perusahaannya itu sendiri. Hal ini disebabkan karena IPO merupakan suatu event tersendiri untuk berbagai kalangan investor, ditambah lagi semenjak beberapa tahun ini di Indonesia makin banyak perusahaan yang meluncurkan saham perdananya walaupun tiap tahunnya juga ada saham yang ter delisting dari bursa efek Indonesia. Fenomena IPO ini memiliki implikasi penting untuk investor, kompetitor, dan industri itu sendiri, terutama untuk industri kompetitor yang harus mengetahui posisinya saat IPO di luncurkan dan bagaimana industri atau perusahaan kompetitor ini harus meresponnya ,Hung-Chia et al. (2010) Ritter (1991) dan Loughran dan Ritter (1995) menunjukkan performa menurun yang signifikan setelah penerbitan saham, hasil dari penelitian ini menimbulkan banyak perdebatan dalam studi performa jangka panjang saham. Jain dan Kini (1994), Mikkleson, Partch, dan Shah (1997), dan Loughran dan Ritter (1997) mendokumentasikan tidak adanya hubungan yang signifikan terhadap performa operasional perusahaan setelah diterbitkannya IPO, hasil dari penelitian ini di jelaskan lagi pada studi yang terbaru oleh Pastor, Taylor, dan Veronesi (2009).
Universitas Indonesia
4
Dalam penelitian terbaru oleh Hung-Chia et al.(2010) mengukur CAR (Cumulative Abnormal Return) perusahaan rival saat terjadinya IPO.Selain CAR Hung-Chia et al.(2010) juga mengukur performa suatu perusahaan dengan Return on Assets (ROA), Sales Growth, Asset Growth, Interest Coverage Ratio, Leverage Ratio , serta membandingkan dengan performa beberapa perusahaan kompetitor ini 3 tahun sebelum IPO industri pesaing tertentu diluncurkan dan 3 tahun setelah industri pesaing ini IPO dan mendapatkan hasil Return on Assets (ROA), Sales Growth, Asset Growth, Interest Coverage Ratio, Leverage Ratio dengan kehadirannya IPO dari kompetitor seindustrinya. Selain itu ada juga penelitian dari Akhigbe et al. (2003) yang mengukur CAR perusahaan rival pada saat IPO dilakukan dalam penelitian ini secara keseluruhan mendapatkan hasil insignifikannya dampak IPO terhadap CAR perusahaan rival nya, tapi setelah IPO dikelompokkan bahwa IPO memiliki 2 dampak terhadap rivalnya yaitu information effect dan competitive effect, dampaknya menjadi signifikan dan terbukti adanya kedua dampak tersebut pada perusahaan rival. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan IPO dengan performa perusahaan maupun perusahaan kompetitornya memiliki hasil yang berbeda bahkan bertolak belakang. Hal ini mungkin saja terjadi karena berbedanya cara penelitian dilakukan, atmosfer perusahaan serta kondisi politik di suatu Negara, perbedaan sampel dan periode waktu setiap penelitian, serta juga perbedaan karakteristik investor berbeda disetiap Negara . Dari situ peluncuran saham perdana atau IPO akan berdampak pada performa perusahaan dan perusahaan kompetitornya masih menimbulkan pertanyaan. Dari latar belakang yang telah dikemukakan dan dari penelitian yang dilakukan Hung-Chia et al.(2010) dan juga Akhigbe et al.(2003) penelitian ini mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Information Effect dan Competitive Effect IPO (Initial Public Offering) Terhadap Return Sektor Industri Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2012”. Pada penelitian ini berusaha melihat dampak satu event IPO perusahaan apakah akan signifikan mempengaruhi return industri perusahaan IPO tersebut, di Bursa Efek Indonesia sendiri memiliki 9 Sektor Industri yang tersedia , setiap sektor di Bursa Efek Industri memiliki sub – sektor, penelitian ini akan menggunakan seluruh emiten dari seluruh sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, juga sampel IPO nya yaitu seluruh perusahaan yang melakukan IPO dimulai dari 1 januari 2005 hingga 31 desember 2012.
Universitas Indonesia
5
Sebelum penelitian ini dimulai, penelitian secara menyeluruh tanpa klasifikasi efek dari IPO sudah dilakukan, penelitian secara keseluruhan atas dampak return industri pada saat terjadinya IPO didalam industri tersebut, dari penelitian ini ditemukan tidak signifikannya return Industri saat terjadinya IPO, menurut Akhigbe et al. (2003) insignifikansi ini terjadi karena adanya 2 jenis efek yang diberikan oleh IPO terhadap Industrinya yaitu Information Effect dan Competitive Effect. Dalam penelitian ini yang nantinya akan melihat dampak dari Information Effect dan Competitive Effect dari IPO terhadap return Industrinya, Abnormal return industri IPO ini nantinya akan dihitung dengan menggunakan market adjusted model ,event window yang digunakan juga merupakan replikasi dari penelitian Akhigbe et al.(2003). Ritter (1991) berpendapat bahwa perusahaan mungkin memilih untuk IPO pada saat investor “irrationally over-optimistic” tentang masa depan dari suatu industri, dan IPO ini pun diisyaratkan juga sebagai sinyal baik untuk industri secara keseluruhan yang akan menyebabkan harga saham pada perusahaan dalam industri tersebut dapat terparesiasi, atas dasar ini, Akhigbe et al.(2003) menyebutnya sebagai Information effect dari IPO. Selain itu keputusan untuk go public juga dapat menyebabkan investor mengevaluasi ulang posisi kompetitif dari suatu perusahaan terhadap rivalnya. Semenjak IPO akan menambahkan pandangan baik tentang perusahaan dan juga menambah dana yang dapat digunakan untuk ekspansi, perusahaan IPO secara tidak langsung menaikkan keunggulan kompetitifnya, perubahan seperti ini dipercaya mempengaruhi langsung terhadap perusahaan rivalnya, ini yang disebut Competitive Effect oleh Akhigbe et al.(2003). Information Effect dan Competitive Effect sendiri memiliki proxy masing – masing didalamnya. Proxy untuk Information effect diantara lain adalah Relative size of firm in Industry, Regulation in Industry, Stock Exchange of IPO, First IPO in Industry. Sedangkan untuk Competitive effect diantara lain Growth Opportunities, Degree of Concentration, Interaction of Degree of Concentration and IPO size, Use of Proceeds, Relative risk level of rival firms, Prior Performance of Rival Firms, Technology IPO, dan Degree of Similarity. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2005 – 2012, dalam periode waktu ini ditetapkan, karena disalah satu faktor dari competitive effect
akan
dimasukkan variabel TIME yang akan membedakan IPO sebelum dan saat krisis tahun 2008, dan setelah krisis. Penelitian ini pada awalnya adalah merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Hung – Chia Hsu, Adam V. Reed, dan Jorg Rocholl pada bulan April tahun 2010 lalu, yang melihat CAR perusahaan rival saat IPO begitu juga dengan performanya, akan tetapi didalam penelitian ini akan berfokus pada CAR perusahaan rival ( Universitas Indonesia
6
dalam hal ini sektor industri ), karena penelitian Hsu (2010) meneliti CAR secara general maka dari itu model yang diambil dari penelitian ini adalah model replikasi dari penelitian Akhigbe Aigbe, Stephen F. Borde, dan Ann Marie Whyte (2003), yang bertujuan sama – sama melihat dampak IPO terhadap return rivalnya. 2. Tinjauan Teoritis Berbagai cara pendanaan dimiliki oleh perusahaan, bisa merupakan pendanaan yang berasal dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan, contoh dari pendanaan internal bisa berupa retained earnings. Pendanaan eksternal perusahaan bisa mendapatkannya dengan cara penerbitan surat hutang ataupun dengan penerbitan saham. Untuk menerbitkan saham perusahaan harus go public melalui mekanisme yang disebut dengan Initial Public Offerings (IPO). Menurut Jay R. Ritcher dan Ivo Welch (2002) Perusahaan go public karena keinginan untuk meningkatkan modal perusahaan dan untuk menciptakan pasar publik dimana para pendiri dan pemegang saham dapat mengkonversi sebagian kekayaan mereka ke dalam kas dimasa mendatang. IPO sendiri adalah merupakan sebuah penjualan perdana saham umum sebuah perusahaan kepada investor, dan masyarakat umum. Sedangkan menurut Jay. R. Ritter (1998) “An initial public offering (IPO) occurs when a security is sold to the general public for the first time, with the expectation that a liquid market will developed. Although an IPO can be of any debt or equity security.” Menurut Reill dan Brown (2006) dalam Benedictus(2012) , informasi merupakan unsur penting bagi investor karena informasi menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan di masa yang akan datang. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputursan Investasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai atau suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Dalam beberapa penelitian intra – industry effect, banyak meneliti tentang intra – industry effect dari IPO ini terhadap harga saham perusahaan industrinya, dalam berbagai penelitian ada yang berhipotesis IPO memberikan sinyal negative maupun positif. Ritter (1991) berpendapat bahwa perusahaan mungkin memilih untuk IPO pada saat investor “irrationally over-optimistic” tentang masa depan dari suatu industri. Dan IPO ini
Universitas Indonesia
7
pun diisyaratkan juga sebagai sinyal baik untuk industri secara keseluruhan yang akan menyebabkan harga saham pada perusahaan dalam industri tersebut dapat terparesiasi, atas dasar ini, Akhigbe et al.(2003) menyebutnya sebagai Information effect dari IPO. Berikut adalah Proxy yang digunakan untuk Information Effect : Relative Size of Rival Firms (RELSIZE) : Merujuk pada Atiase (1985), Akhigbe et al.(2003) berhipotesa bahwa kekuatan sinyal yang dihasilkan dari IPO sangatlah berhubungan dengan ukuran relative perusahan yang IPO dengan perusahaan rivalnya didalam industri. Perusahaan kecil sangat jarang di lirik oleh para analis maka dari itu umumnya sedikit sekali informasi tentang perusahaan yang relative kecil. sehingga informasi tambahan yang disampaikan oleh IPO kemungkinan akan menyebabkan revaluasi lebih signifikan pada perusahaan pesaing yang relatif kecil. Regulation in the Industry (REGUL) : Kohers (1999) dalam Akhigbe et al. (2003) berpendapat bahwa industri yang relatif homogeneous mungkin dapat reaksi yang lebih jelas terhadap transfer informasi ini. Salah satu ukuran dari homogeneous ini adalah adanya regulasi. Sehingga mungkin saja IPO pada perusahaan yang berada di industri yang teregulasi mendapatkan information effects yang lebih kuat terhadap rivalnya. Stock Exchange of IPO (EXCH) : Bursa efek dari suatu saham pada IPO mungkin dapat merupakan determinan penting dari efek ini. Beberapa berpikir bahwa perusahaan yang berada di bursa NYSE akan memiliki institutional ownership yang lebih tinggi dan umumnya lebih aktif diperdagangkan. Di sisi lain mengakatakan kebalikan dari pendapat pertama pun mungkin bisa jadi juga benar, pernyataan ini didasarkan dari pernyataan bahwa ada tingkat asimetrisnya informasi yang lebih tinggi di perusahaan – perusahaan yang diperdagangkan di NASDAQ, yang dapat menyebabkan informasi tambahan yang didapat dari IPO akan lebih berharga. (Akhigbe, Borde, dan Whyte, 2003). Tidak dapat menggunakan proxy ini karena membutuhkan lebih dari 1 stock exchange (di Indonesia hanya memiliki 1) First IPO in the Industry (FIRST) : pada penelitian sebelumnya (Akhigbe, Madura dan Whyte,1997) memperlihatkan bahwa event pertama umumnya akan menghasilkan efek yang paling kuat. Dari atas dasar itu penelitian Akhigbe et al (2003) berekspektasi bahwa IPO pertama dalam industri dalam kurun waktu tertentu akan memiliki efek yang paling kuat. Keputusan untuk go public juga dapat menyebabkan investor mengevaluasi ulang posisi kompetitif dari suatu perusahaan terhadap rivalnya. Semenjak IPO akan menambahkan
Universitas Indonesia
8
pandangan baik tentang perusahaan dan juga menambah dana yang dapat digunakan untuk ekspansi, perusahaan IPO secara tidak langsung menaikkan keunggulan kompetitifnya, perubahan seperti ini dipercaya mempengaruhi langsung terhadap perusahaan rivalnya, ini yang disebut Competitive Effect oleh Akhigbe et al.(2003). Berikut adalah proxy yang akan digunakan untuk menguji efek ini: Growth Opportunities (GROWTH) : Tingkat peluang pertumbuhan dalam industri dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan rival untuk menanggapi ancaman kompetitif sebuah perusahaan yang baru go publik. Perusahaan dengan rasio Tobin’s q relatif tinggi cenderung memiliki peluang investasi yang lebih dibandingkan dengan yang relatif rendah rasio qnya (Lang, Stulz, dan walkling, 1991). Dalam konteks seluruh industri, rival dengan rasio q relatif rendah memiliki prospek pertumbuhan yang lebih sedikit dan tidak mungkin memiliki kemampuan untuk menanggapi ancaman kompetitif sebuah perusahaan IPO dengan sumber daya yang lebih besar. Akibatnya, mereka lebih cenderung terpengaruh oleh IPO. (Akhigbe, Borde, dan Whyte, 2003) Degree of Concentration within the Industry (HI) : Rival di industri yang tidak terkonsentrasi ( lebih kompetitif) akan merasakan efek kompetitif yang lebih parah (Lang dan Stulz, 1992). Tambahan modal yang didapat oleh perusahaan IPO mungkin lebih menjadi ancaman bagi rival dalam industri yang relative kurang terkonsentrasi. (Akhigbe, Borde, dan Whyte, 2003) Interaction of Degree of Concentration and IPO Size (HISIZE) : Akhigbe et al.(2003) berekspektasi bahwa IPO yang relatif besar dalam industri dengan tingkat konsentrasi rendah (industri yang sangat kompetitif) memiliki efek kompetitif terkuat. Semakin besar ukuran IPO, semakin banyak dana yang tersedia untuk perusahaan dan semakin besar potensi ancaman. Ancaman ini akan diperburuk dalam industri yang sudah sangat kompetitif. Use of Proceeds (USE) : Hasil yang di dapat dari IPO dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk pembayaran utang, ekspansi, dan pembiayaan akuisisi. di satu sisi, penggunaan dana IPO untuk tujuan seperti pembiayaan ekspansi bisa menghasilkan keunggulan kompetitif yang lebih kuat untuk perusahaan IPO. Atau, gunakan dari hasil untuk pembayaran utang bisa meningkatkan posisi kompetitif perusahaan karena beban utang berkurang. Dalam hal ini, saingan dapat bereaksi lebih negatif ke IPO. (Akhigbe, Borde, dan Whyte, 2003)
Universitas Indonesia
9
Relative risk level of rival firms (RELRISK) : Saingan dengan tingkat risiko yang relatif tinggi bisa terbatas dalam kemampuan mereka untuk menantang pesaing mereka atau merespon dengan tepat untuk ancaman kompetitif. Dengan demikian, jika tingkat risiko lebih tinggi dari perusahaan IPO seharusnya memiliki efek kompetitif yang kuat. (Akhigbe, Borde, dan Whyte, 2003) Prior Performance of rival firms (PRIORPERF) : Saingan yang kinerjanya kurang lebih mungkin untuk terkena dampak negatif oleh IPO yang baru, karena mereka mungkin tidak memiliki kapasitas untuk merespons dengan tepat untuk kompetisi tambahan. Atau bisa jadi, rival dengan high-performing bisa kalah karena perusahaan cenderung untuk memasuki industri dengan excess rent. Karena lebih banyak kompetisi memasuki industri, pasar mengantisipasi bahwa excess rent akan berkurang,menyebabkan saingan berkinerja tinggi untuk bereaksi negatif. (Akhigbe, Borde, dan Whyte, 2003) Technology IPO (TECH) : Secara umum industri teknologi dianggap teknologi yang sedang sangat berkembang akhir – akhir ini, industri ini berkarakter, high degree of competition, lingkungan yang sangat cepat berubah, dan ketidakpastian yang sangat tinggi menyebabkan IPO di industri teknologi diharapkan saling member dampak terhadap rivalnya. (Akhigbe, Borde, dan Whyte, 2003). Tidak dapat dilakukan dalam penelitian ini karena tidak ada perusahaan teknologi maupun industri di Indonesia yang tercatat di BEI. Degree of similarity: Lang and Stulz (1992), Firth (1996), and Erwin and Miller(1998) berpendapat bahwa tingkat kesamaan antara perusahaan dan para pesaingnya dapat mempengaruhi efek intra-industri. Dengan demikian, kita berhipotesis bahwa saingan yang returnnya relative sangat berhubungan dengan perusahaan IPO lebih cenderung terpengaruh oleh IPO. (Akhigbe, Borde, dan Whyte, 2003). Abnormal return adalah selisih dari Actual Return ( return yang sebenarnya) dan Expected Return ( Return yang diharapkan), hasil dari selisih keduanya dinamakan Abnormal Return. Dalam Brown dan Warner (1985) Expected Return sendiri dapat dihitung melalui 3 cara yaitu : Market Adjusted model pada metode ini menganggap bahwa return harapan dari suatu sekuritas adalah sama dengan return pasar tersebut , yang kedua ada Mean Adjusted model, dalam metode ini menganggap bahwa rata – rata return sebelumnya selama periode estimasi bernilai sama dengan return yang diharapkan nantinya . Model ketiga adalah market model pada model ini dilakukan dengan 2 tahap yaitu menggunakan data yang sebenarnya selama periode estimasi, dan mengestimasikan return pada event window yang ditentukan. Universitas Indonesia
10
3. Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Berdasarkan tujuan, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif merupakan tujuan penelitian yang menjelaskan sebuah fenomena sosial yang terjadi dan melakukan pengujian terhadap perkiraan teori yang ada (Neuman, 2007).Berdasarkan manfaatnya penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian murni. Penelitian murni bertujuan untuk pengembangan teori, penelitian murni ini lebih diarahkan kepada pengujian teori, dengan hanya sedikit atau tidak sama sekali menghubungkan hasil penelitiannya untuk kepentingan praktis (Sugiono, 2005). Berdasarkan dimensi waktu, peneltian ini adalah penelitian Cross Sectional. Pengambilan data penelitian ini adalah tahun 2005 - 2012. Berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini menggunakan data sekunder (existing statistic) yaitu data yang tidak langsung didapat peneliti, jadi peneliti harus melalui data orang lain maupun dokumen (Sugiono, 2005). Data statistik yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia kemudian menjadi dasar untuk diolah dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini didapatkan dari laporan keungan perusahaan. 3.2 Jenis Data Populasi dalam penelitian ini adalah merupakan semua perusahaan yang sudah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dari tanggal 1 januari 2005 hingga 31 desember 2012. tanpa ada kriteria khusus tertentu, semua perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2005 – 2012 akan menjadi sampel pada penelitian ini. Pada tahun 2005 – 2012 didapatkan 145 perusahaan yang melakukan IPO dan juga seluruh 145 perusahaan tersebut akan dijadikan sampel dalam penelitian ini. 3.3 Model Penelitian Untuk mengetahui dampak dari information effect dan competitive effect dari IPO, dalam penelitian ini menggunakan model yang di adaptasi dari model Akhigbe, Borde, dan Whyte (2003), yang menggunakan model cross – sectional sebagai berikut:
Universitas Indonesia
11
Information and Competitive Effect Model : RIVCARj = β0 + β1 RELSIZE j + β2 REGULj + β3 FIRST j + β4 GROWTHj + β5 HI j + β6 HISIZE j + β7 USEj + β8 RELRISK j + β9 PRIORPERF j + β10 CORRj + β11 TIMEj + ε j Information Effect Model : RIVCARj = β0 + β1 RELSIZE j + β2 REGULj + β3 FIRST j +ε j Competitive Effect Model : RIVCARj = β0 + β1 GROWTHj + β2 HI j + β3 HISIZE j + β4 USEj + β5 RELRISK j + β6 PRIORPERF j + β7 CORRj + ε j Dimana : -
RIVCAR = CAR 2 hari (0,+1) dari portofolio industri dalam responnya terhadap IPO.
-
RELSIZE = Ukuran relative dari mean industri terhadap perusahaan IPO.
-
REGUL = Jika perusahaan IPO berada dalam industri yang teregulasi maka 1, termasuk financial services, utility, communications, and transportation, 0 sebaliknya.
-
FIRST = 1 jika IPO merupakan IPO pertama dalam industri selama 2 tahun terakhir, 0 sebaliknya.
-
GROWTH = 1 jika Market to Book value (disini proxy dari Tobin’s q) common stock dari perusahaan pesaing dalam industri meannya diatas 1, 0 sebaliknya.
-
HI = Herfindahl Index , pengklasifikasian secara quartile (dibagi 4 sama rata) industri high concentrated hingga less concentrated.
-
HISIZE = Interaksi yang didapat dari kalkulasi pengkalian HI dengan relative size IPO
-
USE = 1 jika hasil dari IPO digunakan untuk pembayaran hutang, 0 sebaliknya.
-
RELRISK = Jika relative beta industri lebih besar dari perusahaan IPO maka 1, 0 sebaliknya.
-
PRIORPERF = CAR industri 60 hari sebelum IPO pengklasifikasian secara quartile.
-
CORR = 1 jika korelasi antara return industri dan return perusahaan IPO lebih besar dari Median, 0 sebaliknya.
-
TIME = 1 jika IPO terjadi tahun 2008 atau sebelumnya, 0 sebaliknya.
Universitas Indonesia
12
Didalam model tersebut sudah dapat digunakan untuk 3 versi model. Model yang pertama termasuk didalamnya faktor dari Information effect yaitu RELSIZE, REGUL, dan FIRST. Model yang kedua termasuk didalamnya faktor dari Competitive effect yaitu GROWTH, HI , HISIZE, USE, RELRISK, PRIORPERF, CORR, dan TIME. Model yang ketiga mencakup dari kedua model tersebut. Variabel Dependen dari model ini adalah RIVCAR yang merupakan CAR dari industri, Variabel Independennya adalah Information Effect (, REGUL, dan FIRST ) dan Competitive Effect(GROWTH, HI , HISIZE, USE, RELRISK, PRIORPERF, CORR, dan TIME). 3.4 Hipotesis Penelitian Sebelum penelitian ini dimulai, telah dilakukan penelitian mengenai dampak IPO terhadap Industri yang dilakukan secara univariat menggunakan one sample t – test dan mendapatkan hasil yang tidak signifikannya pengaruh IPO terhadap industrinya yang tidak sejalan dengan penelitian Hsu et al. (2010) akan tetapi sejalan dengan Akhigbe et al. (2003), dalam Akhigbe et al.(2003) menjelaskan ketidaksignifikansian dari IPO bisa saja terjadi karena adanya perbedaan dampak dari setiap IPO. Dampak dari IPO mungkin akan berbeda – beda tergantung dari beberapa faktor. Pertama, IPO mungkin saja memberikan informasi relevan terhadap industri secara keseluruhan yang menyebabkan revaluasi pada return industri ( Information effect), maka dari itu dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 1 : H1 : Terdapat dampak yang signifikan dari information effect IPO terhadap Industri. Hipotesis ini menggunakan model information effect yaitu Dalam penelitian Akhigbe et al (2003) dinyatakan bahwa IPO juga dapat mengubah competitive balance didalam suatu industri yang menybabkan perubahan harga terjadi dalam suatu industri. (competitive effect) dari argumen tersebut dibuat hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 2 : H1 : Terdapat dampak yang signifikan dari competitive effect IPO terhadap Industri. Hipotesis ini menggunakan model competitive effect yaitu Dari keseluruhan hipotesis diatas mengenai information effect dan competitive effect keduanya memiliki sifat yang berkebalikan menurut Akhigbe et al. (2003) information effect secara signifikan menyebabkan return industri menjadi positif dan competitive effect menyebabkan return industri menjadi negative, dengan begitu seluruh sampel IPO dapat dikategorikan sesuai dengan karakterisasinya dan model yang terbentuk dari regresi kedua
Universitas Indonesia
13
model tersebut jika disatukan akan tetap signifikan, dan atas dasar ini dibuat hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 3 : H1 : Terdapat dampak yang signifikan dari information effect dan competitive effect dari IPO terhadap Industri secara bersamaan. Hipotesis ini menggunakan gabungan model information effect dan competitive effect 3.5 Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif, uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolinearitas dan heteroskedesititas. Uji normalitas menggunakan kurtosis dan skewness dalan statistik deskriptif. Uji multikolinear dilakukan dengan cara melihat korelasi antara dua variabel independen. Jika antara dua variabel independen memiliki VIF (Variance inflating factor) bernilai lebih dari 10 maka model tersebut mengandung multikolinearitas. Selanjutnya, pengujian heteroskedastisitas pada model regresi berganda dapat dilakukan dengan metode Uji White’s General Hetereocedasticity Test atau dikenal dengan Uji White. 4. Hasil dan Pembahasan Tabel 1.1 Hasil Regresi Information dan Competitive Effect dari IPO Variabel
Information Effect
Competitive Effect
Information & Competitive Effect
C
-0.002250 (0.5768)
-0.002375 (0.7163)
-0.004702(0.5827)
FIRST
-0.010237 (0.0492)
-
-0.012311 (0.0325)*
RELSIZE
0.001416 (0.2772)
-
0.001101 (0.7366)
REGUL
0.002483 (0.4202)
-
0.004050 (0.2551)
RELRISK
-
-0.000828 (0.7786)
2.49E-05 (0.9933)
CORR
-
0.002786 (0.3655)
0.002122 (0.4908)
USE GROWTH PRIORPERF HI HISIZE TIME
-
-0.000320 (0.9190)
0.001313 (0.6854)
-
-0.003686 (0.3644)
-0.006433 (0.1392)
-
0.001433 (0.2629)
0.001653 (0.1940)
-
0.000559 (0.6964)
0.001025 (0.5693)
-
0.000437 (0.7633)
-7.82E-06 (0.9983) 0.000587 (0.8486)
Universitas Indonesia
14 Prob = 0.146637
Prob = 0.804883
Prob = 0.489500
R Squared = 0.037239
R Squared = 0.026728
R Squared = 0.073287
*Significance at 5%
Sumber : Olahan Pribadi Dari data diatas yang merupakan output regresi model Information effect dengan menggunakan program Eviews 7 , regresi yang didapat adalah Y = -0.002250 -0.010237 + 0.001416 + 0.002483 , akan tetapi hasil regresi ini tidak dapat diterapkan karena dapat dilihat bahwa nilai Prob nya adalah 0.146637, yang berarti angka ini lebih besar dari nilai tolerance 0.05 ( 0.146637 > 0.05) yang dapat disimpulkan bahwa H0 dari model ini diterima, yang berarti bahwa dampak IPO dengan menggunakan model Information Effect ini adalah tidak signifikan, hasil dari regresi ini bertentangan dengan hasil penelitian Akhigbe et al.(2003). Dari hasil output regresi model Competitive effect yang menggunakan program Eviews 7 dapat dilihat bahwa Prob yang didapat dari model diatas adalah 0.804883 yang berarti Competitive Effect dari IPO adalah tidak signifikan. Setelah meregresikan Information effect dan Competitive Effect dari IPO satu per satu dan mendapat hasil yang tidak signifikan , sekarang penelitian ini berusaha mencoba meregresikan keduanya didalam satu model yang mencakup semua variabel bebas, dengan menggabungkan seluruh variabel bebas dan menggabungkan kedua model didapatkan hasil yang sama yaitu hasil yang tidak signifikan bisa dilihat dari Prob 0.489500 > 0.05 yang berarti H0 diterima, kesimpulan dari semua model yang dipakai mulai dari Information , Competitive, serta menggabungkan keduanya, dampak IPO kepada CAR Industri tidak signifikan secara statistik. Hasil dari keseluruhan Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini benar – benar tidak sejalan dengan Hsu et al. (2010) dan juga Akhigbe et al (2003), dalam penelitian ini benar – benar tidak ditemukannya signifikansi dampak dari IPO terhadap industrinya walaupun setelah dikelompokkan menurut karakter dari IPO satu persatu. Berdasarkan hasil penelitian ini, Information Effect, dan Competitive Effect dari IPO secara statistik tidak signifikan dalam mempengaruhi Cumulative Abnormal Return Industri. Setelah IPO dikategorikan menurut sifatnya dengan proxy dari Information Effect, dan Competitive Effect , dengan hasil regresi yang tidak signifikan, model dari hasil regresi tidak dapat digunakan untuk mengestimasi kedua efek IPO ini. Walaupun secara keseluruhan model mendapat hasil yang tidak signifikan, didapatkan satu variabel didalam Information effect, yaitu variabel FIRST dimana IPO dikategorikan berdasarkan IPO pertama dalam Universitas Indonesia
15
industri dalam kurun waktu 2 tahun terakhir dan yang bukan, mendapatkan hasil signifikan secara statistik, IPO pertama dalam industri tertentu dalam kurun waktu 2 tahun terakhir secara signifikan menyebabkan CAR industrinya negatif. Hasil dari variabel first ini memang signifikan secara statisik, akan tetapi tetap bertentangan dengan hasil penelitian Akhigbe et al (2003) pada IPO pertama dalam 2 tahun terakhir seharusnya memberikan dampak positif untuk Industri karena dalam penjelasan Akhigbe et al (2003) variabel First ini termasuk salah satu Information Effect yang memberikan dampak positif bagi industrinya, sedangkan sebaliknya dalam penelitian ini mendapatkan konstanta negatif untuk IPO pertama dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, hasil dari regresi ini akan lebih cocok jika dihubungkan dengan argumen Hsu et al (2010) bahwa IPO yang sukses akan menyebabkan penurunan performa perusahaan pesaing dalam industrinya. Dari seluruh hasil analisa diatas menunjukkan bahwa adanya ketidaksejalanan hasil dengan hipotesis yang ada, juga tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hsu et al.(2010) dan Akhigbe et al. (2003). Ketidak sejalanan dari penelitian ini mungkin merujuk pada event yang dilakukan dari perusahaan hanya akan memberikan dampak valuasi pada perusahaan itu sendiri ( firm – specific), beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa event dari perusahaan tidak memiliki dampak untuk perusahaan lain ( perusahaan pesaing atau industri ) seperti pada halnya penelitian Hertzel (1991) , yang meneliti tentang pengaruh stock repurchase kepada rivalnya dan pada hasilnya Hertzel (1991) menyimpulkan bahwa event stock repurchase tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap valuasi dari rivalnya, dan efeknya bukan intra industri, efek yang disebabkan hanya akan terjadi pada perusahaan itu sendiri. Penelitian selanjutnya adalah penelitian oleh Howe dan Shen (1998) yang meneliti tentang efek intra industri dari pembagian dividen pada perusahaan, dan menemukan hasil yang tidak signifikan dari efek intra industri dari pembagian dividend dan menyimpulkan bahwa pembagian dividen hanya akan berdampak pada perusahaan itu sendiri dan tidak ada pengaruhnya pada rival atau industri. Kemungkinan lain adalah sesuai dengan argument Kohers (1999) yang berpendapat bahwa industri yang relative perusahaannya homogen akan mendapat reaksi yang lebih kuat terhadap informasi intra industri. Pembagian Industri di Bursa Efek Indonesia tidak merata dan cenderung menggabung – gabungkan industri yang seharusnya dipisah, hal ini terjadi mungkin karena jumlah perusahaan didalamnya memang masih sedikit jadi industri perusahaan – perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia cenderung campur aduk, seperti contoh Industri Infrastruktur, Utilitas, Telekomunikasi, dan Transportasi menjadi satu
Universitas Indonesia
16
Industri walaupun didalamnya adalah perusahaan dari beragam jenis usaha yang berbeda – beda, atau dalam Industri lain – lain yang menggabungkan bermacam jenis perusahaan didalamnya, juga dalam industri Trade, services, and Investment, pembagian industri seperti ini yang menyebabkan perusahaan didalamnya dapat dikatakan kurang homogen dari beberapa aspek terutama jenis usahanya. Kemungkinan selanjutnya adalah bahwa Indonesia adalah termasuk pasar efisien dalam bentuk lemah yang dimana harga belum dapat mencerminkan informasi yang masuk ke dalam pasar, yang menyebabkan efek dari IPO ini tidak dapat diterima oleh industri, Indonesia memiliki pasar efisien dalam bentuk lemah adalah hasil dari penelitian Hermawan dan Subiyantoro (2006) yang menyimpulkan bahwa pasar modal di Indonesia tidak efisien. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : -
Information Effect dari IPO secara keseluruhan model tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi CAR Industrinya,namun dari beberapa cara pengkategorian dalam Information Effect,
didapatkan satu variabel yaitu variabel FIRST yang
signifikan mempengaruhi CAR Industri, variabel FIRST ini adalah pengkategorian IPO berdasarkan IPO yang merupakan perusahan pertama atau satu – satu nya dalam industrinya yang melakukan IPO dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, dan yang bukan merupakan IPO pertama dalam industri dalam waktu 2 tahun terakhir. Hasil yang didapat dari Variabel ini adalah IPO pertama ini akan secara negatif mempengaruhi Cumulative Abnormal Return industrinya. -
Competitive Effect dari IPO tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi CAR Industrinya, sesuai dengan hasil yang didapat IPO di Indonesia tidak memiliki dampak kompetitif yang dapat membuat investor memvaluasi ulang keputusan investasinya.
5.2 Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini, sedikitnya ada saran untuk Investor, emiten, dan bagi penelitian selanjutnya : 5.2.1 Bagi Investor
Universitas Indonesia
17
Dalam penelitian ini menjelasan tentang dampak dari IPO kepada return yang akan diterima oleh Industrinya, dari hasil penelitian ini karena disimpulkan tidak signifikan secara keseluruhan sedikitnya ada 1 variabel yang berpengaruh signifikan yaitu FIRST yang menyimpulkan bahwa IPO pertama di Industri cenderung membuat Abnormal return yang negative untuk Industrinya, jadi jika investor melihat ada IPO pertama dalam industri selama 2 tahun terakhir, mungkin bisa melakukan short pada perusahaan dalam industri tersebut karena CAR dari industri tersebut akan turun jika sesuai dengan penelitian ini. 5.2.2 Bagi Perusahaan Bagi Perusahaan yang melakukan IPO maupun perusahaan pesaing dari perusahaan yang melakukan IPO bisa tahu dimana posisinya diantara perusahaan lain se industrinya saat IPO, dan perusahaan seindustri perusahaan IPO ini bisa melakukan tindakan preventif atau memilih suatu tindakan saat IPO terjadi di industri yang sama dengan perusahaannya, walaupun hasil yang didapat tidak signifikan dalam penelitian ini. 5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya karena dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini tidak ditemukan efek intra industri dari IPO, untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan metode yang berbeda dan dengan model yang berbeda untuk melihat apakah hasilnya akan tetap sejalan dengan penelitian ini atau mungkin berbeda hasilnya dan dapat menemukan dampak intra industri pada IPO.
Universitas Indonesia
18
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal dan Karya Tulis : Akhigbe, Aigbe, Steve Borde dan Ann Marie Whyte(2003). Does an Industry Effect Exist for Initial Public Offerings?". Financial Review, 38, pp. 531-551. Brown, Stephen J., dan Warner, Jerold B. (1985). Using Daily Stock Returns. Journal of Financial Economics, 14, 3 – 31. Hertzel, Michael G. (1991). The Effects of Stock Repurchase on Rival Firms. The Journal of Finance, 46, pp. 707 – 716. Hermawan, Moudy dan Heru Subiyantoro (2006). “Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah pada Pasar Modal di Indonesia : Sebuah Catatan Empiris”. Jurnal Keuangan Publik Vol 4. No. 1, April 2006. Howe, John S., dan Yang – pin Shen. (1998). Information Associated with Dividend Initiations : Firm – Specific or Industry – Wide?. Financial Management, 27, pp. 17 – 26. Hsu , Hung – Chia, Adam V Reed, dan Jorg Rocholl (2010). The New Game in Town : Competitive effect of IPOs. Journal of Finance, 65, pp. 495 – 528. Jain, Bharat A, Omesh Kini (1994). The Post-Issue Operating Performance of IPO Firms. Journal of Finance, 49 , pp. 1699 -1726. Jain, Bharat A, Omesh Kini(1995) . Venture Capitalist Participation and Post – Issue Operating Performance of IPO Firms. Managerial and Decision Economics, 16,pp. 596 – 606. Kohers, Ninon (1999). The industry-wide implications of dividend omission and initiation announcements and the determinants of information transfer. The Financial Review , 34 pp. 137 – 158. Mikkelson, Wayne H, Megan Partch and Kshitij Shah (1997). Ownership and Operating Performance of companies that go public. Financial Economics, 44, pp. 281 – 307. Neuman, William Laurance (2007). Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Approach, 6th Edition. Allyn & Bacon, USA. Ritter, Jay R , Ivo Welch (2002) . A Review of IPO Activity, Pricing, and Allocations . Journal of Finance , 57, pp. 1795 – 1828. Ritter, Jay R(1991) . The Long-Run Performance of Initial Public Offerings. Journal of Finance, 46, pp. 3 – 27. Wardani, Sinta , Rachma Fitriati (2010) . Analisis Komparasi Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penawaran Umum Perdana. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 17, pp. 90 – 100
Universitas Indonesia
19
Yuliando, Benedictus (2012). Analisis Dampak Initial Public Offering Terhadap Abnormal Return Industri. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Buku : Bodie, Z., Kane, A., dan Marcus, A.J. (2011). Investment and Portofolio Managements (ninth edition). New York : McGraw-hill. Dehoutman Saragih, Ferdinand dan Bernardus Yuliarto Nugroho. (2014). Dasar – dasar keuangan internasional. Jakarta : Rajawali Pers. Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics. Edisi ke – 4 , Edisi Internasional. Singapore : McGraw-Hill. Nachrowi D Nachrowi. (2006), Ekonometrika, untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Ross, S.A., Westerfield, R.W., Jaffe, J., dan Jordan, B.D. (2010). Corporate Finance (ninth edition). New York : McGraw-Hill Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung. Wira, Desmond. (2014), Analisis Fundamental Saham. Edisi kedua, Exceed, Jakarta.
Website : Finance.yahoo.com Finance.detik.com www.bloomberg.com www.idx.co.id www.reuters.com
Universitas Indonesia