ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK DAN PEMBERIAN LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP LATENSI DAN DURASI TIDUR PADA LANSIA DI UPT PSLU MAGETAN PENELITIAN QUASY-EXPERIMENTAL
Oleh: Komsiatiningsih NIM. 131311123033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK DAN PEMBERIAN LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP LATENSI DAN DURASI TIDUR PADA LANSIA DI UPT PSLU MAGETAN PENELITIAN QUASY-EXPERIMENTAL
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.) dalam Program Studi Pendidikan Ners pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR
Oleh: Komsiatiningsih NIM. 131311123033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpali bahwa skripsi ini adalab basil karya sendiri dan belum pemali dikuinpiilkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagaijenjang pendidikan perguruan tinggi manapun.
Surabaya, 14 Januari 2015 lUUt [ 1- 1^ Al]
Yang Menyatakan,
M P EL A4ADF798211524
RiaURUPtAH
Komsiatiningsih NIM: 131311123033
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... m
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
MOTTO
“Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat sulit karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba, maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah tapi katakan pada masalah aku punya Allah yang maha segalanya” (Ali bin Abu Thalib)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang telah diberikan sehingga proposal penelitian yang berjudul “PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK DAN PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP LATENSI DAN DURASI TIDUR LANSIA DI UPT PSLU MAGETAN” dapat penulis selesaikan dengan baik. Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberi dukungan, bimbingan, serta arahan baik moral maupun material. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1.
Purwaningsih, S.Kp.,M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah banyak memberikan ilmu serta dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
2.
Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si., selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan solusi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3.
Eka Mishbahatul MHas, S.Kep,Ns., M.Kep., selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan dan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4.
Retno indarwati S.Kep.,Ns, M.Kep., selaku dewan penguji yang telah bersedia menguji, memberikan saran dan bimbingan dan waktu pada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.
Drs Setyo Budi, MM., selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Pelayanan sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan yang telah memberikan izin, bantuan, fasilitas dan keleluasaan dalam pelaksanaan penelitian.
6.
Seluruh pegawai kepala Unit Pelaksana Teknis Pelayanan sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan yang sudah menemani, memberikan bimbingan dan bantuan pelaksanaan penelitian.
7.
Seluruh lansia dan responden di UPT PSLU Magetan yang telah bersedia berpartisipasi dalam proses pelaksanaan penelitian ini.
8.
Segenap dosen Fakultas Keperawatan yang telah membimbing saya selama kuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
9.
Seluruh staf Fakultas Keperawatan yang telah membantu menyelesaikan skripsi.
10. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa pada peneliti untuk menyelesaikan skripsi. 11. Anakku tersayang Affan Jazir Akhmal yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk melewati semua ini. 12. Kedua sahabat saya yang selalu memberi inspirasi, motivasi dan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi. 13. Teman-teman seperjuangan
angkatan
B16
pendidikan NERS
Fakultas
Keperawatan UNAIR, yang selalu berbagi ceria dan saling mendukung dalam suka dan duka, “ terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini” Semoga Allah SWT memberikan rahmatNya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam proses penyelesaian skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi atau cara penulisannya.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya. Surabaya, 14 Januari 2015
Penulis
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT The Influence of Routine Aerobic Exercise Program and Progressive Muscle Relaxation Training to The Latency and Sleep Duration on elderly at UPT PSLU Magetan Quasy Experiment Research By: Komsiatiningsih Sleep is human basic need which has to be fulfilled by each person. One of non-pharmacological intervention to enhance sleep was aerobic exercise and progressive muscle relaxation training, it can stimulate optimal melatonin secretion and beta-endhorphin to help sleep improvement in elderly and mechanism of progressive muscle relaxation with using principle of sympathetic and parasympathetic nervous system theory. The purpose of this study was to analyze the influence of routine aerobic exercise program and progressive muscle relaxation training to the latency and sleep duration on elderly. This study was used quasy-experiment design. Total sample was 20 elderly at UPT PSLU Magetan, devided into experiment and control group. Variable independent were routine aerobic exercise program and progressive muscle relaxation training, while variable dependent were latency and sleep duration on elderly. Data were collected by using structured interview. Data were then examine by using paired t-test and independent t-test with level of significance α <0.05. The result had showed that sleep latency and duration on elderly after intervention. The improvement of sleep latency based on paired t-test showed p=0.000 for intervention group and p=0.726 for control group and independen t-test p=0.000 for post intervention and post control. Duration of sleep based on paired ttest had p=0.000 for intervention group and p=0.591 for control group and independen t-test p=0.000 for post intervention and post control. It can be concluded that routine aerobic exercise program and progressive muscle relaxation training can be used as one of alternative intervention to enhance latency and sleep duration on elderly. Routine aerobic exercise program and progressive muscle relaxation training affect fulfillment of sleep need for elderly. Further research should involued bigger number of elderly as samples. Keyword: routine aerobic exercise program, progressive muscle relaxation, sleep latency, sleep duration, elderly.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM………..………………………………...……
ii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………………………
iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ …... iv HALAMAN PENETAPAN SKRIPSI ……………………………………….….
v
MOTTO ....................................................................................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xviii DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2
Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
1.3
Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
1.4
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
1.4.1
Tujuan umum .......................................................................................... 7
1.4.2
Tujuan khusus ......................................................................................... 7
1.5
Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8
1.5.1
Manfaat teoritis ....................................................................................... 8
1.5.2
Manfaat praktis........................................................................................ 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 10 2.1
2.1.1
Definisi lansia........................................................................................ 10
2.1.2
Batasan-batasan Lansia ......................................................................... 10
2.1.3
Teori terjadinya proses penuaan............................................................ 10
2.1.4
Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia ........................... 16
2.2
SKRIPSI
Lansia ........................................................................................................... 10
Konsep Tidur ................................................................................................ 20
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.2.1
Definisi .................................................................................................. 20
2.2.2
Peranan neurotransmiter dalam pengaturan tidur ................................. 20
2.2.3
Kualitas tidur ......................................................................................... 22
2.2.4
Kuantitas tidur ....................................................................................... 22
2.2.5
Latensi tidur .......................................................................................... 22
2.2.6
Durasi tidur ........................................................................................... 23
2.2.7
Irama Sirkadian ..................................................................................... 23
2.2.8
Pola tidur ............................................................................................... 24
2.2.9
Fisiologis tidur pada lansia.................................................................... 26
2.2.10
Gangguan pemenuhan tidur .................................................................. 27
2.2.11
Penanganan gangguan pemenuhan tidur ............................................... 28
2.3
Konsep Olahraga .......................................................................................... 29
2.3.1
Pengertian .............................................................................................. 29
2.3.2
Manfaat olahraga bagi kesehatan .......................................................... 29
2.3.3
Prinsip olahraga pada lansia .................................................................. 30
2.3.4
Olahraga yang baik bagi Lansia ............................................................ 31
2.4
HPA Axis ..................................................................................................... 33
2.4.1
Konsep HPA Axis ................................................................................. 33
2.4.2
Pengaruh olahraga terhadap HPA dan pemenuhan kebutuhan tidur ..... 34
2.4.3
Pengaruh olahraga terhadap sekresi hormon endoprin ......................... 35
2.5
Program Rutin Exercise Aerobik ................................................................. 36
2.5.1
Definisi program rutin exercise aerobik ................................................ 36
2.5.2
Metabolisme energi saat exercise aerobik............................................. 37
2.6
Senam lansia ................................................................................................. 38
2.6.1
Definisi .................................................................................................. 38
2.6.2
Manfaat Senam Lansia .......................................................................... 40
2.6.3
Pengaruh senam terhadap pemenuhan kebutuhan tidur ........................ 40
2.6.4
Prosedur senam ..................................................................................... 41
2.7
Konsep Relaksasi Otot Progresif .................................................................. 54
2.7.1
SKRIPSI
Definisi .................................................................................................. 54
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.7.2
Alasan latihan otot progresif ................................................................. 55
2.7.3
Tujuan relaksasi otot progresif .............................................................. 56
2.7.4
Cara pelaksanaan ................................................................................... 57
2.8
Konsep Comfort Kolcaba ............................................................................. 69
2.9
Keaslian Penulisan ....................................................................................... 72
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .................................................. 75 3.1
Kerangka Konseptual ................................................................................... 75
3.2
Hipotesis ....................................................................................................... 77
BAB 4 METODE PENELITIHAN ............................................................................ 78 4.1
Desain Penelitian ......................................................................................... 78
4.2
Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 79
4.2.1
Populasi ................................................................................................. 79
4.2.2
Sampel ................................................................................................... 80
4.3
Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................... 80
4.3.1
Variabel Independen (variabel bebas) ................................................... 80
4.3.2
Variabel Dependen (variabel terikat) .................................................... 81
4.4
Definisi Operasional ..................................................................................... 81
4.5
Instrumen Penelitian ..................................................................................... 83
4.6
Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 83
4.7
Uji validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 84
4.7.1
Uji Validitas .......................................................................................... 84
4.7.2
Uji Reliabilitas ...................................................................................... 85
4.7.3
Uji Coba Instrumen ............................................................................... 86
4.8
Lokasi dan Waktu Pengambilan Data .......................................................... 87
4.9
Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ........................................... 87
4.10 Kerangka kerja ............................................................................................. 90 4.11 Analisa Data ................................................................................................. 91 4.12 Etika Penelitian............................................................................................. 92 4.13 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 93
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 95 5.1
Hasil Penelitian............................................................................................. 95
5.1.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 95
5.1.2
Data umum ............................................................................................ 97
5.1.3
Data Khusus ........................................................................................ 101
5.2
Pembahasan ................................................................................................ 105
5.2.1
Latensi tidur sebelum dan sesudah program rutin exercise aerobik dan
pemberian latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT PSLU Magetan........ 105 5.2.2
Durasi tidur sebelum dan sesudah program rutin exercise aerobik dan
pemberian latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT PSLU Magetan........ 107 5.2.3
Pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan
relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan109 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 117 6.1
Kesimpulan ................................................................................................. 117
6.2
Saran ........................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 119 LAMPIRAN ............................................................................................................. 124
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1
Identifikasi Masalah Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik Dan
Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi Dan Durasi Tidur Pada Lansia Di UPT PSLU Magetan ………………... 7 Gambar 2.1
Model Healthy Aging dengan faktor-faktornya……………….…… 13
Gambar 2.3
Hubungan antara faktor resiko dengan penyakit degeneratif para lanjut usia…………………………………………………..…………
Gambar 2.3 Pemanasan 1..……………………………………………………...
14 40
Gambar 2.4 .... Pemanasan 2………........................................................................ 41 Gambar 2.5 Pemanasan 3 ......................................................................................... 41 Gambar 2.6 Pemanasan 4 ......................................................................................... 42 Gambar 2.7 Pemanasan 5......................................................................................... 42 Gambar 2.8 Pemanasan 6 ......................................................................................... 43 Gambar 2.9 Pemanasan 7 ......................................................................................... 43 Gambar 2.10 Peralihan ............................................................................................... 44 Gambar 2.11 Inti 1...………..……………………………………………………..…45 Gambar 2.12 Inti 2……………..………………………………………………….....45 Gambar 2.13 .Inti 3 .................................................................................................... 46 Gambar 2.14 Inti 4 ..................................................................................................... 46 Gambar 2.15 Inti 5 ..................................................................................................... 47 Gambar 21.6 Inti 6 ..................................................................................................... 47 Gambar 2.17 Inti 7 ..................................................................................................... 48 Gambar 2.18 Inti 8 ..................................................................................................... 48 Gambar 2.19 Inti 9 ..................................................................................................... 49 Gambar 2.20 Pendinginan 1 ...................................................................................... 49 Gambar 2.21 Pendinginan 2……….……………………………………….…….… 50 Gambar 2.22 Pendinginan 3...………….……………………………………….…. 50
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.23 Pendinginan 4 ...................................................................................... 53 Gambar 2.24 Pendinginan 5……………….……………………………..................53 Gambar 2.25 Pendinginan 6 ...................................................................................... 54 Gambar 2.26 Pendinginan 7 ...................................................................................... 54 Gambar 2.27 Pendinginan 8 ...................................................................................... 55 Gambar 2.27 Pendinginan 9 ...................................................................................... 55 Gambar 2.28 Gerakan melatih otot tangan…………………………......……...…. 59 Gambar 2.29 Gerakan melatih otot tangan bagian belakang……………........…
60
Gambar 2.30 Gerakan melatih otot-otot bisep………………………….......……
61
Gerakan 2.31 Gerakan melatih otot bahu…………………………..……….…..
62
Gambar 2.32 Gerakan mengerutkan otot dahi……………………………….…..
63
Gambar 2.33 Gerakan mengerutkan otot mata……………………………………
63
Gambar 2.34 Gerakan menegangkan otot rahang……………………….…..……
64
Gambar 2.35 Menegangkan otot di sekitar mulut………………………..…….….. 65 Gambar 2.36 Menegangkan otot leher…………………………………...…….…
66
Gambar 2.37 Gerakan melatih otot leher bagian depan…………………..……….. 67 Gerakan 2.38 Melatih otot punggung……………………………………..…….…. 67 Gambar 2.39 Gerakan melatih otot dada……………………………………..…..
68
Gambar 2.40 Gerakan melatih otot perut………………………………..……….
69
Gambar 2.41 Gerakan melatih otot kaki………………………………..…….……. 71 Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi lansia di UPT PSLU Magetan……………………….……..… 90
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Halaman
SKRIPSI
Tabel 2.1
Keaslian penulisan ................................................................
73
Tabel 4.1
Tabel Desain Penelitian.........................................................
79
Tabel 4.2
Definisi operasional ..............................................................
81
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ...................
97
Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan umur ................................
98
Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan lama tinggal dipantai ......
89
Tabel 5.4
Distribusi responden berdasarkan riwayat pekerjaan dahulu
98
Tabel 5.5
Distribusi responden berdasarkan riwayat perkawinan.........
100
Tabel 5.6
Distribusi responden berdasarkan agama ..............................
100
Tabel 5.7
Latensi tidur pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum dan sesudah melakukan program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot 101 progresif..................................................................................
Tabel 5.8
Durasi tidur pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum dan sesudah melakukan program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif.................................................................................. 103
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
SKRIPSI
Lampiran 1
Keterangan lolos etik.............................................................
124
Lampiran 2
Permohonan fasilitas pengambilan data awal .......................
125
Lampiran 3
Permohonan fasilitas pengambilan data penelitian ...............
126
Lampiran 4
Izin pengambilan data awal dari DEPSOS............................
127
Lampiran 5
Izin penelitian dari DEPSOS.................................................
128
Lampiran 6
Izin pengambilan data dari UPT PSLU Magetan ..................
129
Lampiran 7
Surat keterangan penelitian dari UPT PSLU di Magetan .....
130
Lampiran 8
Lembar penjelasan penelitian................................................
131
Lampiran 9
Lembar penjelasan menjadi responden kelompok perlakuan
133
Lampiran 10 Lembar penjelasan menjadi responden kelompok kontrol....
135
Lampiran 11 Informed Consent.................................................................
137
Lampiran 12 Lembar kuesioner pengumpulan data ...................................
138
Lampiran 13 SAK senam lansia .................................................................
141
Lampiran 14 Lembar SPO senam lansia ....................................................
145
Lampiran 15 SAK relaksasi otot progresif .................................................
147
Lampiran 16 Lembar SPO relaksasi otot progresif ....................................
153
Lampiran 16 Lembar Kuesioner .................................................................
156
Lampiran 17 Booklet latihan otot progresif ................................................
158
Lampiran 18 Tabel data demografi.............................................................
168
Lampiran 19 Tabulasi pre dan post latensi tidur kelompok perlakuan ......
169
Lampiran 20 Tabulasi pre dan post latensi tidur kelompok kontrol...........
170
Lampiran 21 Tabulasi pre dan post durasi tidur kelompok perlakuan .......
171
Lampiran 22 Tabulasi pre dan post durasi tidur kelompok kontrol ...........
172
Lampiran 23 Tabulasi skor senam lansia dan relaksasi otot progresif .......
173
Lampiran 24 Hasil uji statistik....................................................................
174
Lampiran 24 Hasil uji Instrumen ................................................................
180
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR SINGKATAN
NREM NSC PSQI REM BPS ACTH ARAS HPA Axis GH GAS TSH LH PVN WHO ATP DNM
SKRIPSI
: Non Rapid Eye Movement : Nucleus Supra Chiasmatic : Pitssburgh Sleep Quality Index : Rapid Eye Movement : Badan Pusat Statistik : Adrenocorticotropoc hormon : Ascending Reticulary Sistem : Hypotalamic Pytuitari Adrenal Axis : Growth hormon : General Adaptasi Syndrome : Thyroid Stimulating Hormon : Lutenizing Hormone : Paraventricularis Hypotalamic Hormon : World Health organization : Adenosine tripospate : Denyut Nadi Maksimum
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
BAB I
PENDAHULUAN
3.1
Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi
pertambahan jumlah lanjut usia. Abad 21 merupakan abad lanjut usia (era of population aging). Dari data BPS diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi kenaikan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan presentasi penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total jumlah penduduk sekitar 23,9 juta dan tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun 2020 atau tercatat 28,8 juta orang (Efendi, 2009). Seiring perubahan usia, tanpa disadari lanjut usia akan mengalami perubahan fisik, psikososial dan spiritual. Salah satu perubahan tersebut adalah perubahan kualitas tidur baik latensi atau durasi tidur pada lansia. Menurut National Sleep Foundation sekitar 67 % dari 1508 lansia di Amerika usia 65 tahun ke atas melaporkan mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pensiun, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan atau penyakit yang dialami. Di Indonesia, gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia adalah gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20% sampai dengan 50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Pravelensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 % (Budi, 2011).
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada bulan Oktober 2014 didapatkan jumlah lansia di UPT PSLU Magetan sebanyak 87 lansia, maka diperoleh data 44 orang mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang dialami bervariasi mulai dari kesulitan untuk memulai tidur yaitu membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tertidur, sering terbangun di malam hari hingga jumlah waktu tidur yang kurang dari 4 jam. Dari 44 Lansia yang mengalami gangguan tidur, 45% dari Lansia tersebut melaporkan membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur (latensi tidur) dan 55% lainnya mengalami durasi tidur yang kurang dari 6 jam. Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar yang penting bagi kehidupan manusia, kurang lebih dari sepertiga kehidupan dijalankan dengan aktifitas tidur. Pada kondisi tidur, individu berada dalam kondisi yang tidak sadar yakni persepsi terhadap lingkungan yang hilang atau menurun. Semakin bertambahnya usia berpengaruh terhadap penurunan dari periode tidur. Kebutuhan tidur akan berkurang dari usia bayi sampai usia lanjut. Perubahan kualitas tidur pada lansia disebabkan oleh kemampuan fisik lansia yang semakin menurun. Kemampuan fisik menurun karena kemampuan organ dalam tubuh yang menurun, seperti jantung, paru-paru, dan ginjal. Penurunan kemampuan organ mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh turut terpengaruh (Prasadja, 2009). Kemampuan tidur seseorang dipengaruhi oleh suatu sistem mekanisme khusus yang disebut sebagai irama sirkadian (circadian rhythm). Irama sirkadian merupakan pola bioritme yang selama rentang waktu 24 jam terjadi secara berulang. Pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam mempengaruhi fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon,
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kemampuan sensorik dan suasana hati (Potter & Perry, 2005). Irama sirkadian diatur oleh hipotalamus dan berfungsi untuk mengkoordinasikan siklus tidur-bangun, sekresi hormon, pengaturan suhu tubuh, suasana hati dan kemampuan performa (Kunert & Kolkhorst, 2007). Siklus tidur secara fisik dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti noradrenalin/adrenaline, asetilkolin, hipokretin, histamin, GABA (Gamma Amino Butyric Acid), galanin, adenosin, serotonin, dan hormon melatonin. Hormon ini masing – masing disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui hipotalamus pathway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter yang mempengaruhi proses tidur dan bangun seseorang dengan kadar hormon dalam tubuh berbeda – beda pada setiap orang (Prasadja, 2009). Sleep latency adalah lama waktu yang dibutuhkan lansia untuk jatuh tidur. Lansia secara normal membutuhkan waktu untuk jatuh tidur sekitar 10-15 menit. Kelatenan ini berhubungan dengan proses awal penurunan aktivitas RAS (Reticular Activating System) hingga pelepasan serotonin. Kelatenan tidur dipengaruhi oleh pengaturan suhu tubuh, sistem peredaran darah dan perubahan hormon, namun yang pada lansia, mengalami perubahan pada hormon dan kemampuan pengaturan suhu tubuh sehingga mempengaruhi lama waktu yang dibutuhkan untuk kelatenan tidur tersebut (Chayatin, 2007). Masalah lain yang sering dialami lansia adalah pemendekan durasi tidur. Durasi tidur berhubungan dengan lamanya seseorang tertidur atau masuk dalam tahapan-tahapan tidur yang dikenal dengan NREM (Non Rapid Eye Movement) dan REM (Rapid Eye Movement). Normalnya, NREM berlangsung selama 60-90 menit dalam satu siklus tidur sedangkan REM berkisar 20-25% selama tidur malam.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kualitas tidur pada lansia mengalami perubahan yaitu tidur REM mulai memendek. Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4 dan hampir tidak memiliki tahap 4. Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono &Widianti, 2010). Selama ini terdapat beberapa penanganan yang bisa diberikan pada pasien lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur, yaitu farmakologis golongan benzodiazepine dan non farmakologis (Ganong, 2002). Salah satu terapi non farmakologis yang dapat diberikan adalah olahraga secara rutin. Salah satu olahraga yang meningkatkan pemenuhan tidur adalah olah raga kardiovaskular atau olahraga aerobik yang melibatkan otot-otot besar seperti paha, yang dilakukan selama 15 menit (Saputra, 2009). Pada penelitian Rahmawati (2013) di Posyandu Lansia Harapan I dan II Kelurahan Pabuaran menyebutkan bahawa lansia yang diberi perlakuan terapi aktifitas senam ergonomis dapat memperbaiki kualitas tidur. Exercise aerobik adalah merupakan serangkaian aktivitas yang terstruktur dan berirama dengan intensitas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang dilakukan dengan cara aerobik. Olahraga aerobik merupakan olahraga yang menggunakan oksigen dalam penyediaan energi dan yang bertujuan untuk melatih efisiensi sistem jantung, pembuluh darah dan pernapasan (Kelly & Tracey, 2005). Untuk lansia disarankan tidak melakukan aktifitas fisik yang terlalu membebani tulang. Latihan aerobik dilakukan minimal 3 hari dalam satu minggu (Gunters, 2002). Relaksasi otot progresif ditujukan untuk melawan rasa tegang, cemas dan stres. Seseorang dapat menghilangkan kontraksi otot
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dan mengalami rasa rileks dengan membedakan sensasi tegang dan rileks dengan cara menegangkan atau melemaskan beberapa kelompok otot (Resti, 2014). Salah satu bentuk olahraga aerobik yang sesuai dengan lansia adalah senam secara rutin. Senam memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, menimbulkan rasa gembira dan semangat serta beban yang rendah. Salah satu senam yang cocok untuk lansia adalah senam lansia. Frekuensi latihan yang berguna untuk mempertahankan kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu minggu sekali dan sebanyak-banyaknya lima kali dalam seminggu (Maryam dkk, 2008). Senam ini merupakan olahraga yang ringan dan mudah dilakukan, dan tidak memberatkan. Aktifitas olahraga ini membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena dapat melatih tulang menjadi kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Relaksasi
mengakibatkan
renggangan
pada
arteri
akibatnya
terjadi
vasodilatasi pada arteora & vena divasilitasi oleh pusat vasomotor, ada beberapa macam vasomotor yaitu reflek baroreseptor, reflek femoreseptor, reflek brain, reflek pernafasan. Dalam hal ini yang paling kuat yaitu reflek baroreseptor yang mana relaksasi akan menurunkan aktifitas saraf simpatis dan epinefrin serta peningkatan saraf parasimpatis sehingga kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup (CO) menurun, serta terjadi vasodilatasi arteriol dan venula. Berdasarkan masalah gangguan tidur berupa latensi dan durasi pada lansia, optimalisasi kebutuhan tidur diperlukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh lansia, salah satunya yakni dengan pemberian aktifitas latihan lansia secara rutin. Pemberian aktifitas latihan diharapkan mampu percepatan tidur, jarang terbangun serta
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tercapainya tidur yang dalam. Beberapa latihan sudah diterapkan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia, namun efektifitas latihan terhadap latensi dan durasi masih belum jelas. Berdasar fenomena di atas penulis akan melakukan penelitian tentang pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan.
3.2
Identifikasi Masalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara lain : -
Penyakit stress psikologis obat nutrisi lingkungan Motivasi gaya hidup dan latihan (Saryono & Widianti, 2010)
Program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif
Dari data responden yang dilakukan pengkajian awal di UPT PSLU Magetan, pada Oktober 2014 didapatkan 44 dari 87 lansia mengalami gangguan tidur, 45% dari Lansia tersebut melaporkan membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur (latensi tidur) dan 55% lainnya mengalami durasi tidur yang kurang dari 6 jam. upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tidur yaitu dengan mengikuti senam 2 kali dalam seminggu
Pemenuhan latensi dan durasi tidur
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik Dan Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi Dan Durasi Tidur Pada Lansia Di UPT PSLU Magetan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Adanya proses aging maka akan terjadi gangguan pemenuhan tidur baik latensi atau durasi. Masalah yang menjadi faktor penyebab gangguan pemenuhan tidur yakni proses degeneratif tubuh, gangguan mental dan psikologi. Faktor penyebab gangguan tidur
antara lain antara lain penyakit, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi, gaya hidup dan latihan. Dan apabila tidak diatasi faktor-faktor tersebut akan mengakaibatkan tergangguanya kualitas dari tidur lansia.
3.3
Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik
relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan?
3.4
Tujuan Penelitian
3.4.1
Tujuan umum Menjelaskan pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik
relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan. 3.4.2
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi latensi tidur lansia sebelum dan sesudah dilakukan program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia tidur lansia di UPT PSLU Magetan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Mengidentifikasi durasi tidur lansia sebelum dan sesudah dilakukan program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia tidur lansia di UPT PSLU Magetan. 3. Menganalisis pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia tidur lansia di UPT PSLU Magetan.
3.5 3.5.1
Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Hasil penelitian ini menjelaskan program rutin exercise aerobik dan
pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia tidur lansia di UPT PSLU Magetan, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam pengembangan ilmu keperawatan gerontik yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia. 3.5.2
Manfaat praktis
1. Lansia Program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif dapat menjadi pilihan bagi lansia untuk mengatasi gangguan latensi dan durasi tidur pada lansia di di UPT PSLU Magetan. 2. Bagi perawat geriontik
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif diharapkan menjadi intervensi pilihan bagi perawat dalam menangani gangguan tidur berupa latensi dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan. 3. Panti Program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif dalam menangani gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berupa latensi dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan. 4. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 4.1.1
Lansia Definisi lansia Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Di Indonesia
istilah untuk kelompok lansia masih memiliki sebutan yang berbeda. Ada yang menyebutkan istilah usia lanjut ada pula yang menyebutkan lanjut usia (Tamber & Noorkasiani, 2009). Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak bisa bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008). 4.1.2
Batasan-batasan Lansia Menurut WHO dalam Nugroho (2008) membagi batas-batas rentang lanjut
usia : 1) Usia pertengahan (middle/young elderly) usia antara 45-59 tahun 2) Lanjut usia (elderly) usia antara 60-74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) usia antara 75-90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) berusia di atas 90 tahun. 4.1.3 1.
Teori terjadinya proses penuaan Teori biologis
Darmojo dan Martono (2010) menjelaskan teori-teori proses menua antara lain:
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1). Teori Genetic clock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies spesies tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik di yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti kita akan meninggal dunia meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit. Secara teoritis dapat memungkinkan memutar teori genetic clock meski hanya dengan beberapa waktu menggunakan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan atau tindakan tertentu. 2). Mutasi somatik (Error Catastrope) Dalam teori ini disebutkan bahwa dikatakan ada faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik, proses menua disebabkan radiasi dan zat kimia dan menghindari zat kimia yang bersifat kardiogenik dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi maupun proses translasi, kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan menyebabkan reaksi metabolisme yang salah sehingga akan mengurangi fungsional sel, maka akan terjadi kesalahan yang makin banyak sehingga terjadilah catastrop (Suhana, 1994 dalam Darmojo & Martono, 2010). 3). Rusaknya sistem imun tubuh
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Teori rusaknya autoimun mutasi adalah suatu mutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989 dalam Darmojo & Martono, 2010). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Peristiwa inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. 4). Teori menua akibat metabolisme Dalam teori ini dikatakan bahwa pengurangan asupan kalori disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Pentingnya metabolisme sebagai faktor penghambat umur panjang dikemukakan pula oleh Ballin dan Allen (1989) dikutip oleh Suhana (1994) dalam Darmojo & Martono (2010). Menurut mereka ada hubungan antara tingkat metabolism dengan panjang umur. Hewan-hewan di alam bebas dikatakan lebih panjang umurnya daripada hewan laboratorium. 5). Kerusakan akibat radikal bebas Dalam teori ini menyebutkan bahwa radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai rantai pernafasan di mitokondria. Makin lanjut usia makin banyak radikal
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bebas terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati (Oen, 1993 dalam Darmojo & Martono, 2010). Walaupun ada sistem penangkal namun sebagian radikal bebas tetap lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organela sel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati. Healthy aging akan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu endogenic dan exogenic factor (Darmojo & Martono, 2010). Endogenic factor yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus berputar. Sedangkan Exogenic factor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan (environment) dimana seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tepat disebut gaya hidup (life style). Faktor exogenic aging tadi sekarang lebih dikenal dengan sebutan faktor resiko.
Gambar.2.1. Model Healthy Aging dengan Faktor-Faktornya (Darmojo & Martono, 2010)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menuju healthy aging (menua sehat) dapat dengan jalan peningkatan mutu (promotion), pencegahan penyakt (prevention), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan
(rehabilitation),
sehingga
keadaan
patologikpun
dicoba
untuk
disembuhkan karena proses patologik akan mempercepat jalan jam waktu tadi, endogenic dan exogenic factors ini seringkali sulit untuk dipisah-pisahkan karena saling mempengaruhi dengan erat maka bila faktor tersebut tidak dapat dicegah terjadinya, maka orang tersebut akan lebih cepat meninggal. Faktor endogenic dan exogenic ini lebih dikenal dengan sebutan faktor resiko, hubungan antara faktor resiko dengan penyakit degeneratif pada para lanjut usia dapat lebih jelas dilihat pada gambar menyerupai laba-laba di bawah ini (Darmojo & Martono, 2010)
Gambar 2.2. Hubungan Antara Faktor Resiko Dengan Penyakit Degeneratif pada Para Lanjut Usia (Darmojo & Martono, 2010)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Faktor resiko dan penyakit degeneratif seringkali bersamaan sehingga memungkinkan terjadi banyak penyakit pada satu penderita (multi patologi) maka faktor resiko tadi haruslah dicegah dan dikendalikan. 2.
Teori psikososial Teori Psikososial, yang terdiri dari menurut Stanley& Barre 2007, sebagai
berikut : 1). Teori kepribadian Kepribadian ada dua yaitu introvert dan ektrovert yang mana harus ada keseimbangan di antaranya. Penuaan juga berpengaruh pada kepribadian lansia tersebut. Teori ini mengatakan untuk mengembangkan diri dapat melalui aktifitas yang dapat merefleksikan dirinya sendiri. Lansia yang sehat tidak tergantung pada jumlah aktivitas sosial seseorang tetapi tergantung dari kepuasan dari aktivitas kesehatan yang dilakukan (Stanley dan Barre, 2007). 2).Teori tugas perkembangan Tugas utama lansia harus mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Jika tidak ada pencapaian menjalani hidup dengan baik lansia akan beresiko untuk menghadapi penyesalan. Aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang sebagai tahapan spesifik dalam kehidupan. a.
Teori disengagement Proses penarikan diri dapat diprediksi, sistematis, dan penting untuk fungsi
yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Kontak dan tanggung jawab lansia
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
akan di berikan pada generasi muda supaya lansia dapat menyediakana waktu untuk dapat merefleksikan pencapaian hidup dan harapan hidup yang belum terpenuhi. b.
Teori aktifitas Jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif, penting
aktifitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan dengan pentingnya perasaan dari yang dibutuhkan orang lain. c.
Teori kontinuitas Dikenal dengan teori perkembangan yang merupakan suatu kelanjutan dari
kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat menua. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan mudah menyerahkan kendali kepada generasi muda. 4.1.4
Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia Menurut Nugroho (2008), selama proses penuaan terjadi perubahan pada
lansia, baik perubahan fisik, mental maupun psikososial. Perubahan meliputi:
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.
Perubahan Fisik 1) Sel Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati. Jumlah sel otak menurun dan otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5– 10%, lekukan otak menjadi dangkal dan lebar dan mekanisme perbaikan sel terganggu. 2) Sistem integument Kulit keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. Berkurang elastisitas kulit akibat penurunan vaskularisasi dan cairan, fungsi keringat menurun dan terjadi perubahan pada kuku. 3) Sistem Muskulo sekeletal Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. Terjadi kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis, serta terjadi atrofi serabut otot. Komposisi otot berubah, dan terjadi penurunan aliran darah keotot. 4) Sistem endokrin Pada lansia seperti penurunan reabsorbsi sodium dan air, penurunan lanjut metabolisme, penurunan respon sistem kekebalan, penurunan efisiensi dari respon stres, peningkatan jumlah gula darah 2 jam setelah makan, tidak toleransi terhadap karbohidrat dan jaringan tepi kebal terhadap insulin. Berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH dan LH dan terjadi penurunan dari
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
aldosteron dan hormon reproduksi seperti progesterone, estrogen dan testoteron. 5) Sistem Neurologis Menurunnya hubungan persyarafan, berat otak menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca indera dan kurang sensitif terhadap sentuhan, terjadi defisit memori. 6) Sistem kardiovaskuler Katup jantung menjadi tebal, elastisitas dinding aorta menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun. Hilangnya pembuluh darah dan tekanan darah meninggi. 7) Sistem pendengaran Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga, membrana timpani menjadi atrofi dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres, terjadi tinnitus dan vertigo. 8) Sistem penglihatan Hilangnya respon terhadap sinar, sfingter pupil timbul sklerosis, lensa lebih suram, kehilangan daya akomodasi dan menurunya lapang pandang. Daya membedakan warna menurun terutama warna biru atau hijau pada skala. 9) Sistem pengaturan temperature tubuh Suhu yang sering ditemukan pada lansia yaitu temperatur tubuh menurun (hipotermia) akibat metabolisme yang menurun. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktifitas otot.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10) Sistem gastrointestinal Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan timbul konstipasi, serta fungsi absorpsi melemah, hati mengecil. 11) Sistem respirasi Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. Penurunan aktifitas dari silia dan paru-paru kehilangan elastisitas. Ukuran alveoli melebar, reflek untuk batuk berkurang dan menurunnya kemampuan kemampuan pegas dada dan otot-otot pernapasan. 12) Sistem Reproduksi Pada wanita vagina terjadi kontraktur dan mengecil, ovarium mengecil dan atrofi pada uterus, vagina, dan vulva. Pada laki-laki testis masih memproduksi spermatozoa walaupun terjadi penurunan serta kehidupan seksual masih menetap. 13) Sistem genitourinaria Pada ginjal dan otot vesika urinaria mengalami kelemahan sehingga mengakibatkan frekuensi buang air seni meningkat pada lansia wanita, sedangkan vesika urinaria pada lansia laki-laki susah dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urin. Sekitar 77% pria di atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat. 2. Perubahan mental Pada lansia akan terjadi perubahan mental seperti semakin egosentris, mudah curiga bertambah pelit. Setiap lansia memiliki keinginan berumur panjang, tetap
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
diberi perana dalam masyarakat, ini tetap berwibawa dan jika meninggal ingin secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu adanya perubahan fisik (khusus organ perasa), kesehatan umum, tingkat pendidikan, hereditas (keturunan) dan lingkungan. 3. Perubahan Psikososial Jika seseorang pensiun, akan mengalami kehilangan, antara lain kehilangan finansial, kehilangan status, hilangnya teman atau relasi, kehilangan pekerjaan atau kegiatan. Perubahan dalam cara hidup, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri, menderita penyakit kronis gangguan syaraf panca indra serta terjadi gangguan gizi.
4.2 4.2.1
Konsep Tidur Definisi Menurut Asmadi (2008), tidur adalah keadaan tidak sadar di mana persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Kebutuhan tidur muncul secara otomatis jika tubuh merasa lelah yang diawali oleh respon mengantuk, dan menjadi isyarat tubuh untuk mendapatkan istirahat secara fisik dan mental. 4.2.2
Peranan neurotransmiter dalam pengaturan tidur Menurut Japardi (2002) mengatakan bahwa sistem tidur sangat dipengaruhi
oleh sistem ARAS (Ascending Reticulary Activity System):
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. Sistem seretonergik Serotonergik dipengaruhi oleh hasil metabolime asam amino tryptophan, bertambah tryptophan maka jumlah serotonin yang dihasilkan meningkat sehingga bisa menyebabkan rasa kantuk dan sebaliknya apabila jumlah tryptophan yang dihasilkan berkurang atau terhambat akan membuat seseorang susah tidur. 2. Sistem Andrenergik Neuron-neuron yang mengandung norepineprin terletak di badan sel nucleus cerelus di batang otak. Kerusakan cerelus dibatang otak akan mempengaruhi penurunan dan hilangnya fungsi REM. 3. Sistem Kholinergik Stimulasi jalur kholinergik ini mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik central yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada pasien yang menggunakan obat anti kholionergik akan didapatkan gangguan pada fase awal dan penurunan REM. 4. Sistem histaminergik Sistem histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur 5. Sistem Hormon Hormon yang mempengaruhi sistem tidur yaitu ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon-hormon ini di sekresi oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus pathway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmister norepineprin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.2.3
Kualitas tidur Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tertidur dan mendapatkan
jumlah tidur REM dan NREM yang tepat (Kozier, dkk, 2004). Kualitas tidur yang baik dapat dinilai dari tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan merasa semangat untuk melakukan aktivitas. Busyee, dkk (1989) pertama kali melakukan penelitiannya tentang pengukuran kualitas dan pola tidur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yang membedakan antara tidur yang baik dan buruk melalui pemeriksaan 7 komponen yaitu latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan gangguan fungsi tubuh di siang hari (Kunnert, 2007). Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. 4.2.4
Kuantitas tidur Kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur seorang idnividu (Kozier, dkk
2004). Jumlah waktu tidur yang dibutuhkan setiap orang itu berbeda-beda menyesuaikan dengan tahap perkembangan, dari bayi hingga lansia. Namun, seseorang dengan kuantitas tidur yang tergolong normal (pada usia dewasa tengah 6-7 jam) belum menjamin ia untuk mendapatkan tidur yang berkualitas. 4.2.5
Latensi tidur Sleep latency adalah lama waktu yang dibutuhkan responden untuk jatuh
tidur. Lansia secara normal membutuhkan waktu untuk jatuh tidur sekitar 10-15 menit. Kebiasaan lansia yang minum kopi dan merokok, hal ini dapat mempengaruhi lansia untuk jatuh tertidur. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia adalah kondisi lingkungan dan kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
minum, merokok, mengonsumsi alkohol akan mengganggu tidur seseorang yang bisa berdampak pada meningkatnya latensi tidur pada lansia (Chayatin, 2007). 4.2.6
Durasi tidur Kebutuhan dan pola tidur normal pada lansia adalah tidur sekitar 6-7 jam
sehari. Lansia mengalami tidur 6-7 jam sehari karena adanya penurunan fase NREM 1 dan 2, stadium 3 dan 4 aktivitas gelombang delta menurun atau hilang, hal ini membuat tidur lansia menjadi lebih singkat atau berkurang dibandingkan dengan orang dewasa yang rata-rata 8 jam sehari. Lansia yang tidurnya lebih dari 7 jam, hal ini dimungkinkan lansia mampu beradaptasi dengan perubahan seiring dengan proses penuaan pada dirinya (Potter & Perry, 2005). 4.2.7
Irama Sirkadian
Irama sirkadian merupakan pola bioritme yang selama rentang waktu 24 jam terjadi secara berulang. Pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam mempengaruhi fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati (Potter & Perry, 2005). Irama sirkadian diatur oleh hipotalaus dan berfungsi untuk mengkoordinasikan siklus tidur-bangun, sekresi hormon, pengaturan suhu tubuh, suasana hati dan kemampuan performa (Kunert & Kolkhorst, 2007). Pola tidur-bangun yang muncul dapat menyebabkan dan disebabkan oleh adanya pelepasan hormon tertentu. Melatonin yang disintesis di kelenjar pineal dikala gelao, yang saat siang hari kelenjar pineal tidak aktif tetapi saat hari mulai gelap, maka pineal mulai memproduksi melatonin yang dilepaskan ke dalam darah. Selain dipengaruhi oleh hormon, siklus tidur-bangun seseorang juga dipengaruhi oleh rutinitas sehari-hari, kegiatan sosial, kebisingan dan alarm jam.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.2.8
Pola tidur Siklus tidur dan terjaga manusia dikontrol dalam otak dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan (DeLaune & Ladner, 2002). Secara fisiologis, proses tidur yang normal diawali oleh respon mengantuk. Pada kondisi ini, terjadi penurunan kesadaran tubuh akan rangsangan dari luar, namun rangsangan tersebut masih dapat diterima dengan mudah dan membuat individu kembali tersadar. Proses berikutnya kesadaran individu semakin menurun dan masuk ke dalam tahapan tidur NREM. Pada tahapan ini, rangsangan dari luar masih dapat diterima (sayup-sayup) namun tidak mengganggu kesadaran. Tahapan NREM berganti menjadi tahap akhir yakni tahap tidur REM (Lanywati, 2001). Pola tidur dapat diklasifikasi berdasarkan tanda-tanda pergerakan mata menjadi fase Non REM dan REM. Persentase durasi tidur normal manusia yakni 75-80% fase Non REM dan 20-25% fase REM (Darmojo & Martono, 2010). Kualitas tidur pada lansia mengalami perubahan yaitu tidur REM mulai memendek. Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4 dan hampir tidak memiliki tahap 4. Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono &Widianti, 2010). Perubahan kualitas tidur pada lansia 1. Tidur Non REM (Non Rapid Eye Movement) Fase NREM merupakan fase awal tidur manusia. Disebut Non REM karena tidak terdapat pergerakanan bola mata yang intensif dan cepat. Pada tahap ini, individu mendapatkan tidur yang nyaman dan dalam tanda-tanda tidur NREM yakni: sebagian besar organ tubuh secara berangsur-angsur menjadi kurang aktif, pernafasan teratur, kecepatan denyut jantung berkurang, otot mulai berelaksasi, mata dan muka
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
diam tanpa gerak (Lanywati, 2001). Berdasarkan kedalaman tidurnya, fase NREM digolongkan menjadi 4 fase, antara lain: 1) Tingkat 1 Tingkat pertama ini merupakan tahap transisi individu dari kondisi sadar menuju kondisi tidur. Ciri-ciri dari tingkat 1 yakni seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan kanan, kecepatan jantung dan pernafasan menurun secara jelas (Asmadi, 2008). Kualitas tidur pada tingkat ini masih rendah, dengan artian individu masih dapat terbangun dengan mudah (deLaune & Ladner, 2002). Pada orang normal, fase ini berkisar 5-10% bagian dari total waktu tidur. Jika dilihat melalui EEG, terjadi penurunan gelombang alfa dan muncul gelombang yang lebih lambat yakni beta dan teta. 2) Tingkat 2 Merupakan masih tahap tidur ringan namun proses tubuh terus menurun dari tingkat pertama. Karakteristik dari tingkat 2 yakni kedua bola mata berhenti, bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan menurun. Tahap 2 memiliki waktu 10-15 menit dan muncul gelombang beta dengan frekuensi 14-18 siklus/detik (Asmadi, 2008). 3) Tingkat 3 Pada tingkat ini individu mendapatkan tidur yang cukup dalam sehingga lebih sulit untuk dibangunkan. Durasi dari tingkat 3 membutuhkan waktu 30-45 menit. Individu berada pada kondisi rileks, jarang bergerak, dan kondisi medium deep sleep. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh semakin menurun akibat dominasi
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sistem parasimpatis. Pada monitor EEG diketahui terdapat gelombang lambat (slow wave) delta dan teta mencapai 50%. 4) Tingkat 4 Pada tingkat 4, individu berada pada kondisi yang lelap dan paling sulit untuk dibangunkan. Karakteristik tingkat ini yakni jarang bergerak, fisik lemah dan lunglai, napas serta denyut jantung menurun sekitar 20-30%, dan individu berada pada tahap deep sleep. Pada EEG, terlihat hanya gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2 siklus per detik (Asmadi, 2008). 2. Tidur REM (Rapid Eye Movement) Disebut fase REM karena pada waktu ini individu mengalami pergerakan bola mata yang lebih tinggi dari tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini kondisi individu berbeda dari tidur Non REM, yakni merupakan tahap tidur yang sangat aktif. Karakteristik dari tidur REM yakni napas dan denyut jantung tak teratur, terdapat mimpi, lebih sulit dibangunkan, dan pergerakan otot irreguler. Status kerja otak bekerja aktif ketika tahap REM dan metabolisme otak meningkat hingga 20% (Guyton, 2006). Dengan kata lain, tidur jenis REM merupakan tidur paradoks, yakni meskipun individu tertidur namun otak masih bekerja sama seperti ketika bangun. 4.2.9
Fisiologis tidur pada lansia Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan pertambahan usia. Akan tetapi,
kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan usia lanjut. Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa lansia tidak memiliki tahap 4 atau tidur dalam. Seorang lansia yang terbangun lebih sering pada malam hari, dan membutuhkan banyak waktu
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
untuk jatuh tidur. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara lain penyakit, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi, gaya hidup dan latihan (Saryono & Widianti, 2010). Tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah mempertahankan tidur REM (Perry & Potter, 2005). Peningkatan melatonin dimulai pukul 9 malam dan terus meningkat sepanjang malam dan hilang pada jam 9 pagi (Martono & Darmojo, 2010). 4.2.10 Gangguan pemenuhan tidur 1. Gangguan tidur karena pernapasan Gangguan tidur ini ditandai dengan mengorok pada tidur dan mengantuk hebat pada siang hari. Terdapat tiga jenis gangguan tidur karena pernapasan yaitu berupa sindrom tahanan saluran atas (Upper Airway Resisten Sindroma/UARS), henti napas karena obstruksi (Obtruktive Sleep Apnue/OSA) dan sindroma hiperventilasi karena obesitas (Obesity Hypoventilation Syndrome) (Martono & Pranarka, 2009) 2. Sindroma kaki kurang tenang (Restless Legs Syndrome) dan gangguan gerakan tungkai yang periodik ( Periodic Limb Disorder) Suatu sindroma ditandai dengan kaki kurang tenang berupa rasa sakit yang berlebihan terutama di malam hari pada waktu istirahat. Disebut akathisia berupa perasaan seperti dirayapi semut atau hewan lain, sehingga mendorong seseorang untuk menggerakkan kakinya atau bangun dan berjalan untuk menghilangkan rasa sakit (Martono & Pranarka, 2009).
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Gangguan perilaku REM Sering muncul pada lansia, disebabkan karena adanya disinhibisi transmister aktifitas motorik saat bermimpi. Pasien sering bermimpi dan jatuh dari tempat tidur sehingga terjadi resiko perlukaan (Martono & Pranarka, 2009). 4. Insomnia Insomnia adalah suatu keadaan tidak mampu untuk tidur walaupun ada keinginan untuk tidur. Terdiri dari 3 jenis insomnia yaitu jangka pendek, sementara dan kronik (Stanley, 2007) 5. Hipersomnia Suatu keadaan tidur yang di tandai pasien tidur lebih dari 8 atau 9 jam per periode 24 jam dengan keluhan tidur berlebihan (Stanley, 2007) 4.2.11 Penanganan gangguan pemenuhan tidur Ada dua cara untuk menangani gangguan tidur yaitu dengan cara farmakologis dan non farmalogi 1. Tindakan farmakologis Terapi diberikan pada penyebab terjadinya gangguan tidur dan gangguan tidur yang terjadi. Obat tidur dapat membantu klien mengatasi gejala insomnia. Benzodiasepin paling sering digunakan mengatasi insomnia 2. Tindakan Nonfarmakologi Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur 1) Memulai tidur dan usahakan pada waktu yang sama tiap hari 2) Makan dan minum dalam jumlah yang banyak sebelum tidur
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3) Menghindari nikotin, kafein dan minuman berakhohol 4) Olah raga secara teratur 5) Membuat kamar tidur dingin, gelap, tenang dan nyaman 6) Tidur lebih awal, tidur siang mungkin bisa mengganti waktu tidur malam 7) Menggunakan alas tidur dan bantal yang nyaman 8) Melakukan rutinitas sebelum tidur 9) Tidur ketika merasa lelah
4.3 4.3.1
Konsep Olahraga Pengertian Menurut Menpora (2010) olahraga adalah proses sistematis yang berupa
segala kegiatan yang dapat mendorong, mengembangkan, membina potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperolah rekreasi, kemenangan, dan pretasi puncak dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya yang berdasar pada Pancasila. 4.3.2
Manfaat olahraga bagi kesehatan
1. Sebagai pencegahan Olahraga pada lansia bersifat endurance atau ketahanan tubuh sangat baik untuk mengatasi degenerasi tubuh. Olahraga tersebut misalnya jalan kaki, berenang dan bersepeda.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Sebagai pengobatan Penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan dengan olahraga adalah kelemahan sirkulasi darah, insufisiensi koroner, diabetes mellitus, kelainan infark jantung, kelainanpembuluh darah (depkes RI, 1989). Olahraga dapat meningkatkan kebutuhan tidur sehingga membantu mengatasi insomnia (Saputra, 2006) 3. Sebagai rehabilitasi Untuk menambah kebugaran pada kondisi cacat tubuh, dengan latihan fisik tertentu dapat membantu latihan penggunaan otot dan memperkuat organ lain. 4.3.3
Prinsip olahraga pada lansia
Menurut Maryam dkk (2008) prinsip olahraga bagi lansia dapat meliputi hal-hal sebagai berikut: 1)
Latihan yang diberikan merupakan kegiatan yang digemari, bervariasi serta disesuaikan denan kondisi kesehatan peserta.
2)
Latihan fisik harusnya bersifat aerobik, yaitu berlangsung lama dengan ritmik yang berulang-ulang
3)
Latihan fisik berlangsung lama dan berulang. Durasi berkisar 15-45 menit secara kontinu dilakukan rutin 3-4 kali per minggu. Intensitas latihan sebesar 60-80% denyut nadi maksimal (Denyut Nadi Maksimal: 220 – usia)
4)
Setiap latihan diawali pemanasan, peregangan dan latihan inti. Pada akhir olahraga sebaiknya diakhiri dengan pendinginan dan peregangan.
5)
Komponen yang diperhatikan dalam melatih kesegaran jasmani meliputi ketahanan kardio-pulmonal, kelenturan, kekuatan otot, komposisi tubuh, keseimbangan dan kelincahan gerak.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6) Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan dan tipis serta jangan
memakai pakaian yang tebal 4.3.4
Olahraga yang baik bagi Lansia Pada lansia terjadi banyak penurunan fungsi seiring dengan proses degenerasi,
kebutuhan dan kemampuan olahraga bagi lansia tidak sama dengan dewasa umumnya. Aktifitas fisik yang sesuai dengan lansia antara lain: 1. Pekerjaan rumah dan berkebun Kegiatan harian yang dilakukan di rumah dapat memberikan latihan fisik yang dibutuhkan untuk menjaga kebugaran tubuh. Untuk hasil yang optimal, harus dikerjakan secara tepat agar napas dan denyut jantung sedikit lebih cepat, dan otot menjadi lelah sehingga tubuh mengeluarkan keringat (Maryam dkk, 2008). Kegiatan yang disukai lansia dapat menjadi olahraga rutin sehingga motivasi menjaga kebugaran meningkat. 2. Berjalan Berjalan kaki merupakan olahraga yang sangat baik untuk mergangkan otototot kaki dan jika temponya semakin cepat bermanfaat untuk daya tahan tubuh (Maryam dkk, 2008). Selain itu, kelenturan tubuh terlatih karena olahraga berjalan membutuhkan koordinasi gerak ekstremitas. Jalan kaki, jika dilakukan dengan tempo yang sedikit lebih cepat merupakan latihan yang berguna untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran jasmani. Olahraga ini merupakan latihan yang aman, murah dan menyenangkan bagi lansia.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Jalan cepat Jalan cepat adalah olah raga lari yang bukan untuk perlombaan dan dilakukan dengan kecepatan dibawah 11 km/jam atau di bawah 5,5 menit/km. Jalan cepat berguna untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani. 4. Senam kebugaran lansia Jenis olahraga ini membantu tubuh tetap bugar dan segar. Senam dapat menjaga tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh. Selain meningkatkan fungsi organ tubuh, senam juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Sumedi dkk, 2010). 5. Yoga Yoga adalah dapat memberikan keuntungan fisik dan mental. Bentuk lain dari yoga adalah senam tera dan aerobik yang ideal bagi lansia. 6. Bersepeda Bersepeda sangat baik bagi arthritis karena tidak menyentuh lantai yang menyebabkan sakit pada sendi-sendinya, bersepeda juga baik untuk meningkatkan keregangan tapi tidak menambah kelenturan. 2.3.1 Olahraga yang membahayakan Lansia Menurut Maryam (2008) ada beberapa gerakan yang membayakan untuk dilakukan oleh lansia yaitu antara lain: 1. Sit up dengan kaki lurus Sit up dengan kaki lurus mengakibatkan tekanan yang cukup besar pada vertebrata. Sit up dengan cara ini menyebabkan otot ilopsoasl fleksor pada punggung
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang melekat pada columna vertebrate dan femur menanggung beban. Latihan seperti ini punggung akan naik keatas secara permanaen dan lengkung lordosis menjadi lebih banayak yang berakibat nyeri pada pinggang. 2. Meraih ibu jari kaki Latihan seperti ini kurang baik dan mengakibatakan cidera. Latihan ini biasanya dilakukan ditujukan untuk menguatkan punggung bagian bawah. 3. Mengangkat kaki Melatih dengan mengangkat kaki dan menahannya untuk beberapa saat. Latihan ini kurang baik karena dapat mengakibatkan nyeri pungung bagian bawah dan menyebabkan kejadian lordosis. 4. Melengkugkan punggung Pada lansia olahraga ini tidak boleh dilakukan karena pada lansia hal ini tidak mengencangkan perut tapi menguatkan punggung bawah. Jika terjadi hiperextensi dari punggung maka bisa melampaui lengkungan dari punggung itu sendiri.
4.4 4.4.1
HPA Axis Konsep HPA Axis Hipotalamus pituitary adrenal (HPA Axis) yaitu kesatuan komplek yang
memiliki pengaruh langsung dan merupakan interaksi umpan balik antara hipotalamus, kelenjar pituaitary dan kelenjar adrenal. HPA Axis adalah bagian utama dari neuroendokrin sistem yang mengontrol reaksi stress dan regulasi beberapa proses di tubuh termasuk pencernaaan, sistem imum dan tubuh, seksualitas dan gudang
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penyimpanan energy di tubuh. HPA Axis merupakan mekanisme umum sebagai interaksi antara kelenjar-kelenjar, hormone-hormon dan bagian dari batang otak yang mempengaruhi General Adaptasi Sindrom (GAS). Komponen dari HPA Axis adalah paraventrikuler nucleus pada nucleus yang terdiri dari neuro-neuron endokrin yang yang mensekresi vasoperin dan CRH atau CRF, vasoperin dan CRH atau CRF berfungsi sebagai: 1. Kelenjar pituitary di lobus anterior 2. Korteks adrenal yang memproduksi hormon glucorcortitoid dalam merespon stimulasi ACTH. Menurut Mc Cance dalam putra (2005) di sebutkan bahwa pengaruh respon stress terhadap fungsi sistem imun terjadi melalui peptide hipotalamuas pituitary yaitu CRF dan ACTH. CRF merupakan faktor substansi utama yang merambatkan sinyal stressor ke sistem imun. CRF mengakibatkan HPA Axis menjadi aktif, berupa peningkatan ACTH yang merangsang kortex adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol. Sinyal stress yang dirasakan individu baik dari dalam atau dari luar akan mengaktifkan HPA axis. Beberapa dari monoamine neurotransmtter dibutuhkan dalam pengaturan HPA Axis seperti dopamine, serotonin dan non adrenalin. 4.4.2
Pengaruh olahraga terhadap HPA dan pemenuhan kebutuhan tidur Perubahan bahan humoral akibat aktifitas fisik serta pengaruh saraf pusat
yang lebih atas meningkatkan aktivitas hypothalamus. Nucleus paraventrikularhypotalamus (PVN) sangat dipengaruhi oleh stress baik fisik maupun psikis. CRH dan AVP adalah hormone yang di sekresi akibat aktivitas fisik yang meningkat. CRH
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
akan merangsang pituitary anterior, selanjutnya pituitary anterior akan merangsang sekresi CTH sehingga terjadi peningkan kortisol. Ada 4 hormon yang dihasilkan sebagai akibat peningkatan HPA Axis yaitu hormon CRH, AVP, ACTH, dan kortisol. Selain itu terjadi peningkatan ketokolamin akibat peningkatan fisik merangsang HPA Axis sedangkan kortisol melakukan hambatan timbal-balik (negative feedback mechanism) terhadap HPA Axis. Kemudian kondisi tersebut dapat meningkatkan produksi hormon endoprin dan serotonin.
Hormon-hormon
tersebut
mempengaruhi
peningkatan
pemenuhan
kebutuhn tidur pada lansia. Sekresi melatonin yang optimal dapat mempengaruhi beta endorphin dan enkephalin membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia (Rahayu, 2008). 4.4.3 Pengaruh olahraga terhadap sekresi hormon endoprin Endoprin adalah hormon penting dalam kehidupan untuk menciptakan rasa nyaman. Endoprin menyebabkan seseorang menjadi senang dan bahagia, serta memicu aktifitas gerak lebih banyak. Menurut Lousin Taylor dalam rahayu (2008) endoprin tidak datang secara tiba-tiba dalam tubuh kita, tapi manusia harus melakukan usaha untuk mendatangkan hormon endoprin. Karena hormon endorprin baru muncul kalau cadangan glukosa dalam tubuh mulai habis. Otot tubuh membutuhkan glukosa yang cukup untuk membakar glukosa menjadi adenosine tripospate (ATP) yang dapat di ubah menjadi energi yang dibutuhkan oleh sel kita. Ketika glukosa habis lemak baru dibakar. Ketika glukosa sudah habis terbakar endoprine mulai muncul. Inilah pentingnya melakukan aktifitas fisik yang teratur baik aerobik ataupun anaerobik yang bertujuan untuk membakar
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
glukosa yang menghasilkan ATP sehingga endorphin akan muncul yang akan membawa rasa nyaman, senang dan bahagia. Sehingga setiap selesai olahraga tubuh menjadi bugar walaupun olahraga telah menggunakan tenaga dari tubuh kita. 4.5
Program Rutin Exercise Aerobik
4.5.1
Definisi program rutin exercise aerobik Exercise adalah merupakan serangkaian aktivitas yang terstruktur dan
berirama dengan intensitas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Afriadi, 2011). Olahraga aerobik merupakan olah raga yang menggunakan oksigen dalam penyediaan energi dan yang bertujuan untuk melatih efisiensi sistem jantung, pembuluh darah dan pernapasan (Kelly & Tracey, 2005). Kata aerobik sering dipahami sebagai senam intruktur. Sebenarnya semua bentuk latihan atau aktivitas yang membuat anda menghirup oksigen dalam jumlah besar serta memompa jantung secara teratur, dapat disebut aerobik (Poniman, Nugroho, & Azzaini, 2007). Sebagai contoh olahraga aerobik adalah gerak jalan cepat, jogging, lari, senam, renang dan bersepeda. Latihan aerobik adalah latihan yang dilakukan guna memelihara kesehatan jantung dan paru. Jantung dan paru bekerja lebih keras untuk meningkatkan kebutuhan oksigen, latihan ini bisa berupa gerakan gerakan tubuh secara umum seperti berjalan kaki. Bisa disesuaikan dengan kemampuan lansia. Umumnya dimulai dengan berjalan kaki sekitar 5-10 menit. Untuk lansia disarankan tidak melakukan aktifitas fisik yang terlalu membebani tulang. Latihan aerobik dilakukan minimal 3 hari dalam satu minggu (Gunters, 2002).
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Aerobik adalah latihan kebugaran yang dapat meningkatkan detak jantung. Dengan bantuan oksigen, aerobik membakar lemak, meningkatkan system kekebalan tubuh, dan memacu jantung (Kelly & Tracey, 2005). Salah satu olahraga yang dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur adalah dengan senam lansia. Frekwensi yang latihan yang berguna untuk mempertahankan dan memperbaiki kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu minggu sekali dan sebanyaknya banyaknya lima kali dalam satu minggu dengan lamanya 15 menit (Maryam at al, 2008) 4.5.2
Metabolisme energi saat exercise aerobik Proses metabolisme dalam tubuh adalah proses pembakaran molekul
Adenosin trifosfat/ATP, yang prosesnya dapat berupa aerobik dan anaerobik. Pada saat olah raga terdapat tiga jalur metabolisme untuk menghasilakan ATP yaitu hidrolisis phospatcreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran karbohidrat, lemak dan protein. Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP tiga simpanan energi digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa, glikogen), lemak dan juga protein. Di dalam sel tubuh, sebagai tahapan awal dari metabolisme energi secara aerobik, glukosa yang berasal dari glukosa darah ataupun dari glikogen otot mengalami proses glikolisis yang dapat menghasilkan molekul ATP serta menghasilkan asam piruvat. Proses ini, sebanyak 2 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila sumber glukosa berasal dari glukosa darah dan sebanyak 3 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila glukosa
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
berasal dari glikogen otot. Setelah melalui proses glikolisis, asam piruvat yang dihasilkan kemudian diubah menjadi Asetil-KoA di dalam mitokondria. Saat latihan aerobik metabolisme berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dengan melipatkan oksigen yang diperoleh memlaui pernapasan untuk menghasikan ATP. Didalam tubuh metabolisme energy secara aerob glukosa berasal dari glukosa darah dan glikogen otot akan mengalami glikolisis yang dapat menghasilkan molekul ATP serta asam piruvat, melalui glikolisis asam piruvat di ubah menjadi Asetil – KoA yang akan berjalan jika ada oksigen serta menghasilkan produk sampinga berupa NAOH dengan menghasilkan 32 ATP. Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang bersih karena selain menghasilkan energi, proses tersebut hanya menghasilkan produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
4.6 4.6.1
Senam lansia Definisi Senam adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yang merupakan
representasi dari ciri kehidupan. Senam merupakan suatu bentuk latihan fisik yang dikemas secara sistimatis yang tersusun dalam suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesegaran tubuh. Memberikan pengaruh baik (positif) terhadap kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau secara fisiologis, psikologis dan sosial (Nugroho, 2008). Salah satu bentuk olahraga aerobik yang sesuai dengan lansia
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
adalah senam secara rutin. Senam memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, menimbulkan rasa gembira dan semangat serta beban yang rendah. Salah satu senam yang cocok untuk lansia adalah senam lansia. Frekuensi latihan yang berguna untuk mempertahankan kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu minggu sekali dan sebanyak-banyaknya lima kali dalam seminggu (Maryam dkk, 2008). Macam senam aerobik menurut harber and scoot (2009) adalah senam high impacts, low impacts, discorobic, rockrobic dan aerobic sports. Senam lansia adalah masuk dalam jenis senam aerobik low impacts karena kaki selalu menapak di lantai setiap waktu, terdiri dari tiga unsur gerakan yanga divariasikan yaitu berupa gerakan langkah tunggal, langkah ganda, langkah segitiga, berjalan dengan cara maju mundur dan gerakan langkah ganda. Senam lansia adalah senam yang cocok bagi lansia karena gerakan di dalamnya menghindari gerakan-gerakan loncat-loncat (low impact), melompat, kaki menyilang, maju mundur namun masih dalam memacu kerja jantung paru dengan intensitas ringan sedang, bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagaian besar otot tubuh, serasi dengan gerakan sehari-hari dan mengandung gerakan –gerakan yang melawan beban badan dengan pemberian beban antara yang kanan dan yang kiri secara berimbang. Gerakan-gerakan ini diharapkan mampu meningkatkan komponen kebugaran kardio-respirasi, kekuatan dan ketahanan otot, kelenturan dan komposisi badan yang seimbang (Suhardo, 2004).
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.6.2
Manfaat Senam Lansia
1.
Sebagai pencegahan Pada usia 40 tahun keatas senam sangat baik untuk mengatasi proses-proses
degenerasi tubuh. Setelah umur 40 tahun ternyata olahraga yang bersifat endurance sangat baik untuk mengatasi proses degenerasi tubuh, sehingga orang kelihatan lebih muda. Kekurangan gerak juga menyebabkan otot dan tulang tidak tumbuh dengan baik, otot yang lemah akan menyebabkan kelainan posisi badan yang nantinya akan menjadi kelainan tulang. 2.
Sebagai pengobatan (kuratif) Penyakit yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan senam lansia adalah
kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM, kelainan infark jantung, kelainan insufisiensi koroner, kelainan pembuluh darah tepi, thromboplebitis dan osteoporosis. Sebagai rehabilisasi
3.
Dengan senam yang baik dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan usia, mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan, fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam bertambahnya tuntutan (sakit). 4.6.3
Pengaruh senam terhadap pemenuhan kebutuhan tidur Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilaksanakan dan tidak
memberatkan, yang dapat di laksanakan pada lansia. Kegiatan senam membuat lansia tetap segar dan bugar, karena senam lansia melatih tulang tetap kuat, mendorong
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
jantung bekerja optimal dan membantu radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh (Widianti & Proverawati, 2010). Senam lansia mampu mengembalikan posisi dan kelenturan sistem syaraf dan aliran darah. Senam mampu memaksimalakn aliran oksigen ke otak, menjaga kesegaran tubuh dan membuang energi negatif dari tubuh. Senam lansia merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernapasan. Teknik pernapasan dilakukan dengan sadar dan menggunakan otot diafragma sehingga abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut bisa memberikan pijatan pada jantung sehingga bisa memperlancar aliran darah ke jantung dan ke seluruh tubuh. Senam lansia merangsang penurunan aktifitas syaraf para simpatis sehingga mengakibatkan penurunan hormon adrenalin, noreprineprin dan ketokolamin serta vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan transport oksigen ke otak dan seluruh tubuh menjadi lancar, kondisi ini akan menyebabkan peningkatan relaksasi pada lansia, sekresi hormon melatonin yang maksimal dan pengaruh beta endorphin akan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia (Rahayu, 2008). 4.6.4
Prosedur senam
1. Gerakan Pemanasan Tujuan: untuk menghilangkan kekakuan pada otot dan persendian serta menaikkan denyut jantung secara perlahan. 1) Sikap permulaan dan pemanasan, sikap berdiri tegak, menghadap kedepan dengan sikap seperti gambar dibawah ini:
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.3 Pemanasan 1 (Suroto, 2004) 2) Latihan 1, Jalan di tempat dengan hitungan 4x8 hitungan
Gambar 2.4 Pemanasan 2 (Suroto, 2004) 3) Latihan 2, Jalan maju mundur, gerakan kepala menengok ke samping, miringkan kepala, menundukkan kepala 8X8 hitungan.
Gambar 2.4 Pemanasan 3 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4) Latihan 3, melangkah satu langkah ke samping dengan menggerakkan bahu 8x8 gerakan
Gambar 2.5 Pemanasan 4 (Suroto, 2004) 5) Latihan 4 Dorong tumit kanan depan bergantian dengan tumit kiri, angkat kaki, tekuk lengan dengan hitungan 8x8
Gambar 2.6 Pemanasan 5 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6) Latihan 5 Peregangan dinamis dengan jalan ditempat hitungan 8x8
Gambar 2.7 Pemanasan 6 (Soroto, 2004) 7) Latihan 7 Gerakan peregangan dinamis dan statis
Gambar 2.7 Pemanasan 7 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. 1)
Gerakan inti Gerakan peralihan
Gerakan dimulai dengan jalan tepuk dan goyang tangan 2 x 8 hitungan
Gambar 2.8 Gerakan Peralihan (Suroto, 2004)
2) Jalan maju mundur melatih koordinasi lengan dan tungkai 2x8 hitungan
Gambar 2.9 Inti 1 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3) Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke depan, menguatkan otot lengan 2x8 hitungan
Gambar 2.10 Inti 2 (Suroto, 2004)
4)
Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke samping menguatkan lengan otot dan bawah, 2x8 hitungan.
Gambar 2.11 Inti 3 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5)
Gerakan peralihan mendorong kaki ke belakang dengan lengan ke belakang 2x8 hitungan
Gambar 2.12 Inti 4 (Suroto, 2004)
6)
Gerakan peralihan : gerakan mendorong ke samping dengan lengan mendorong ke atas, 2x8 hitungan
Gambar 2.13 Inti 5 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7)
Gerakan mengangkat mengangkat lutut ke depan dengan tangan lurus keatas, koordinasi otot tungkai, 2x8 hitungan
Gambar 2.15 Inti 6 (Suroto, 2004)
8)
Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan
Gambar 2.16 Inti 7 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9)
Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan
Gambar 2.17 Inti 8 (Suroto, 2004)
10)
Gerakan mambo 1x8 hitungan, melangkah ke samping 2 langkah tekanan tangan diayun ke samping 1x8 hitungan, gerakan sebaliknya juga sama 2x8 hitungan
Gambar 2.18 Inti 9 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Gerakan pendinginan 1) Peregangan dinamis dengan mengangkat lengan 2x8 hitungan
Gambar 2.19 Pendinginan 1 (Suroto, 2004)
2) Peregangan dinamis mengangkat lengan keduanya 2x8 hitungan
Gambar 2.20 Pendinginan 2 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3) Buka kaki, tekuk iutut sambil mengangkat tangan ke kanan atas, tangan kiri ke samping 2x8 hitungan
Gambar 2.21 Pendinginan 3 (Suroto, 2004)
4) Kaki terbuka, tekuk lutut kanan sambil mengangkat tangan kanan ke atas melalui samping, tangan kiri disamping badan 2x8 hitungan
Gambar 2.22 Pendinginan 4 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5) Peregangan dinamis dan statis dengan memutar badan dan memindahkan kedua ujung kaki hitungan ke kanan, dan kiri dengan hitungan 4x8
Gambar 2.23 Pendinginan 5 (Suroto, 2004) 6) Gerakan pernapasan dengan membuka kaki selebar bahu mendorong ke samping dan ke kanan dan ke kiri hitungan 2x8
Gambar 2.24 Pendinginan 6 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7) Gerakan pernapasan dengan lutut ditekuk tangan mendorong ke bawah 2x8 hitungan
Gambar 2.25 Pendinginan 7 (Suroto, 2004)
8) Gerakan pernapasan dengan lutut di tekuk dan tangan mendorong ke depan 2x8 hitungan
Gambar 2.26 Pendinginan 8 (Suroto, 2004)
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9) Gerakan pernapasan kaki terbuka lebar selebar bahu diangkat ke atas membentuk huruf V 2x8 hitungan
Gambar 2.27 Pendingin 9 (Suroto, 2004)
4.7 4.7.1
Konsep Relaksasi Otot Progresif Definisi Relaksasi otot progresif dipelopori oleh seorang ahli fisiologis dan psikologis
bernama Edmund Jacobson pada tahun 1930-an. Metode relaksasi ini merupakan cara untuk mengurangi kecemasan yang efektif. Menurut Jacobson, relaksasi otot progresif digunakan untuk mengurangi atau mengatasi ketegangan serta memberikan rasa nyaman tanpa harus tergantung kepada hal atau subjek dari luar diri seseorang. Metode relaksasi ini merupakan suatu ketrampilan yang dapat dengan mudah untuk dipelajari (Vitahealth, 2004).
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menurut Herodes (2010) dalam Setyoadi dan Kushariadi (2011) teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu teknik otot yang dalam penggunaannya tidak memerlukan ketekunan, imajinasi, dan sugesti. Relaksasi otot progresif ditujukan untuk melawan rasa tegang, cemas dan stres. Seseorang dapat menghilangkan kontraksi otot dan mengalami rasa rileks dengan membedakan sensasi tegang dan rileks dengan cara menegangkan atau melemaskan beberapa kelompok otot (Resti, 2014). 4.7.2
Alasan latihan otot progresif Latihan relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi yang membantu
lansia dalam mengatasi gangguan tidur. Selain itu dengan latihan otot progresif lansia dapat meningkatkan ekspresi perasaan negatif menjadi positif sehingga membantu lansia mengubah pola hidup yang dapat mengganggu kualitas dan kuantitas tidur pada lansia (Sani, 2003). Secara fisiologis latihan otot progresif dapat mengurangi aktifitas syaraf simpatisyang dapat mengembalikan tubuh dalam keadaan seimbang dari pupil, pendengaran, tekanan darah. Denyut jantung kembali normal dan otot-otot menjadi rilaks. Latihan relaksasi otot dapat menurunkan stress dan dapat berpengaruh pada peningkatan imun.
Latihan ini
meningkatkan
endorphin
dan menurunkan
ketokolamin. Endorphin berinteraksi dengan HPA Axis yang berada di hipotalamus mengubah stimulus cemas akibat stressor menjadi tenang, senang dan nyaman (Davis, 1995). Latihan relaksasi otot progresif yang dikombinasikan dengan teknik diafragma, mengakibatkan abdomen terangkat berlahan dan dada mengembang
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penuh. Teknik pernapasan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pijatan pada jantung sehingga membuka sumbatan-sumbatan dan membuka aliran darah kejantung serta meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh. Aliran darah yang meningkat juga dapat meningatkan nutrient dan oksigen dalam darah. Oksigen didalam otak merangsang peningkatan sekresi serotonin sehingga membuat tubuh menjadi tenang dan mudah untuk tidur (Purwanto, 2007). Pada saat bernapas dalam, disebelah atas, ketika udara di hembuskan keluar secara berlahan-lahan, pernapasan itu mendorong dan menekan paru-paru. Dengan demikian membebaskan dari sumbatan-sumbatan yang ada. Sedangkan disebelah bawah pada saat menarik napas, merangsang dan membersihkan gerak peristaltik dari usus, sehingga merangsang usus untuk lebih membersihkan sisa peristaltik, serta membersihkan lemak, gas, cairan yang berlebihan bagi tubuh. 4.7.3
Tujuan relaksasi otot progresif Tujuan teknik relaksasi otot progresif menurut Herodes (2010), Potter (2005),
dalam Setyoadi & Kushaiyadi (2011) adalah: 1. Menurunkan ansietas, ketegangan pada otot, hipertensi, nyeri leher dan punggung, laju metabolik, serta frekuensi jantung 2. Mengurangi disritmia dan memenuhi kebutuhan oksigen 3. Dapat meningkatkan gelombang alpha otak yang terjadi pada saat seseorang sadar dan tidak berkonsentrasi secara rileks 4. Meningkatkan konsentrasi dan kebugaran tubuh 5. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi stres yang menimpanya
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. Mampu mengatasi kelelahan, ketegangan pada otot, fobia ringan, insomnia, gagap ringan, dan kondisi depresi 7. Metode relaksasi ini efektif dalam membangun emosi yang positif dari emosi negatif. 4.7.4
Cara pelaksanaan Cara terbaik untuk melakukan relaksasi otot progresif adalah dengan
mengencangkan dan merelaksasikan setiap kelompok otot didalam tubuh, secara bergantian. Fase ketegangan cukup singkat, hanya sekitar 5-10 detik. Jika dibandingkan fase relaksasi cukup lama yaitu sekitar 45 detik. Perlu dingat hanya satu otot yang kontraksi yang lain relaksasi. Latihan relaksasi otot progresif dilakukan 2030 menit, satu kali sehari sebelum tidur malam sangat efektif dalam menurunkan insomnia (Davis, 1995). Untuk menghindari kemungkinan tertidur pada saat santai, tunggu sekurangkurangnya satu jam setelah makan untuk melakukan latihan ini (McKay& Dinkmeyer, 2005). Cara pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif menurut Setyoadi & Kushaiyadi (2011) adalah sebagai berikut: 1.
Persiapan Persiapan alat dan lingkungan adalah bantal, kursi atau kasur, lingkungan yang hening dan tenang
2.
Persiapan klien Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan pasien yaitu: 1)
Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi kepada klien
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2)
Posisikan klien senyaman mungkin dengan berbaring atau duduk di sandaran kursi, dengan mata tertutup. Hindari posisi berdiri. Apabila posisi klien berbaring, gunakan bantal di bawah kepala dan lutut. Kepala klien ditopang apabila menggunakan posisi duduk.
3)
Asesoris seperti jam, kacamata, dan sepatu dilepaskan dari klien
4)
Longgarkan hal-hal yang bersifat mengikat ketat, seperti dasi, dan ikat pinggang.
3.
Prosedur 1)
Gerakan 1 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan
Gambar 2.28 Gerakan Melatih Otot Tangan (1) Genggam tangan kanan dan buat suatu kepalan (2) Buat kepalan menjadi semakin kuat sambil rasakan sensasi ketegangan yang terjadi (3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien diminta selama 10 detik merasakan rileks
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(4) Lakukan gerakan pada tangan kanan tersebut sebanyak dua kali agar klien dapat merasakan perbedaan antara ketegangan yang terjadi pada otot dan kondisi rileks yang dialami. (5) Lakukan hal serupa pada tangan kiri 2)
Gerakan 2 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan bagian belakang
Gambar 2.29 Gerakan Melatih Otot Tangan Bagian Belakang
(1) Tekuk kedua lengan ke arah belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bagian bawah menegang (2) Jari-jari klien keatas menghadap langit-langit, tahan dan pelajari ketegangan yang terjadi, kemudian lemaskan dan selama 10 detik pelajari perbedaan ketegangan yang terjadi pada otot dan kondisi rileks yang dialami. (3) Lakukan gerakan tersebut sebanyak dua kali
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gerakan 3 gerakan ini ditujukan untuk melatih otot-otot bisep
Otot bisep Gambar 2.30 Gerakan Melatih Otot-Otot Bisep
(1) Genggam kedua tangan sehingga terbentuk suatu kepalan (2) Arahkan kedua kepalan tersebut ke pundak sehingga otot biseps akan menegang (3) Rasakan ketegangan yang terjadi pada otot-otot bisep dan kemudian rilekskan kembali selama 10 detik, perhatikan perbedaaan antara kondisi rileks dengan ketegangan otot (4) Lakukan gerakan tersebut sebanyak dua kali 3)
Gerakan 4 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot bahu agar mengendur
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gerakan 2.31 Gerakan Melatih Otot Bahu
(1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seolah akan menyentuh kedua telinga (2) Pusatkan perhatian gerakan pada perbedaan ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher (3) Rasakan ketegangan otot-otot tersebut selama 10 detik dan selanjutnya secara pelan-pelan relaksasikan (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4)
Gerakan 5 dan 6 : gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot-otot wajah
Gambar 2.32 Gerakan Mengerutkan Otot Dahi
Gambar 2.33 Gerakan Mengerutkan Otot Mata
(1) Kerutkan dahi dan alis hingga otot dahi terasa dan kulitnya menjadi keriput (2) Tutup mata dengan keras sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan mata
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(3) Rasakan ketegangan otot-otot tersebut selama 10 detik dan selanjutnya secara pelan-pelan relaksasikan (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi. 5)
Gerakan 7 : gerakan ini bertujuan untuk mengendalikan ketegangan di otot-otot rahang
Gambar 2.34 Gerakan Menegangkan Otot Rahang (1) Katupkan rahang dan gigit gigi-gigi selama 5 detik sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang (2) Lemaskan rahang dengan posisi bibir sedikit terbuka. Selama 10 detik rasakan perbedaan antara otot yang tegang dan dengan kondisi rileks (3) Ulangi gerakan ini sekali lagi
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6) Gerakan 8 : gerakan ini bertujuan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut
Gambar 2.35 Menegangkan otot di sekitar mulut (1) Moncongkan dan tekan kedua bibirnya dengan kencang dan tahan selama 5 detik sehingga terjadi ketegangan di sekitar mulut (2) Rilekskan kembali dan lemaskan otot-otot di sekitar mulut, pipi beristirahat dengan nyaman (3) Ulangi gerakan ini sekali lagi.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7) Gerakan 9: gerakan ini ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun bagian belakang
Gambar 2.36 Menegangkan Otot Leher (1) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang dan kemudian otot leher bagian depan (2) Letakkan kepala di atas bantal sehingga dapat beristirahat (3) Tekan kepala pada permukaan bantal sedemikian rupa selama 5 detik sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas. Secara perlahan-lahan rilekskan kembali. (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi 8) Gerakan 10 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.37 Gerakan Melatih Otot Leher bagian Depan (1) Arahkan kepala ke depan (2)
Benamkan dagu ke dada dan tahan selama 5 detik sehingga ketegangan di daerah leher bagian depan dapat dirasakan
(3) Secara perlahan lepaskan dan nikmati serta rasakan perbedaan antara otot yang tegang dan yang dalam kondisi rileks selama 10 detik. (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi 9)
Gerakan 11 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot punggung
Gerakan 2.38 Melatih otot punggung
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(1) Duduk dengan santai (2) Punggung dilengkungkan (3) Busungkan dada dan selama 10 detik tahan kondisi tegang kemudian rilekskan (4) Saat rileks, biarkan otot-otot menjadi lemas dan letakkan tubuh kembali ke kursi (5) Ulangi gerakan ini sekali lagi 10)
Gerakan 12 : gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot dada
Gambar 2.39 Gerakan Melatih Otot Dada
(1) Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyakbanyaknya (2) Tahan selama beberapa waktu, sambil merasakan ketegangan yang terjadi pada bagian dada sampai turun ke perut, kemudian lepaskan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(3) Lakukan nafas normal dengan lega saat ketegangan dilepas (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi sampai dapat merasakan perbedaan antara keadaan tegang dan rileks 11)
Gerakan 13 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot perut
Gambar 2.40 Gerakan Melatih Otot Perut
(1) Tarik perut dengan kuat ke dalam (2) Tahan hingga menjadi kencang dan keras selama 10 detik, kemudian rilekskan (3) Ulangi gerakan ini sekali lagi 12)
SKRIPSI
Gerakan 14-15 : Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot-otot kaki
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.41 Gerakan melatih otot kaki (1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha menjadi tegang (2) Kunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan berpindah ke otot betis (3) Tahan posisi ini selama 10 detik kemudian rilekskan (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi.
4.8
Konsep Comfort Kolcaba Teori keperawatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Comfort
yang dikemukakan oleh Kolcaba. Menurut Kolcaba kebutuhan keperawatan kesehatan adalah kebutuhan tentang kenyamanan dan peningkatan dari kondisi penuh tekanan dalam situasi perawat kesehatan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan kebutuhan lingkungan yang memfasilitasinya. Menurut Kolcaba dalam Tomey dan Alligood (2006), untuk memberikan kenyamanan pasien setidaknya memerlukan tiga jenis intervensi kenyamanan, yaitu:
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1) Teknik mengukur kenyamanan (technical comfort measures) adalah intervensi yang didesain untuk mempertahankan homeostasis dan manajemen nyeri, seperti monitor tanda-tanda vital dan hasil kimia darah darah. 2) Pembinaan (coaching), termasuk intervensi yang didesain untuk membebaskan rasa nyeri dan menyediakan penenteraman hati dan informasi, membangkitkan harapan, mendengar, dan membantu perencanaan yang realistis untuk pemulihan, integrasi, atau meninggal sesuai budayanya. 3) ”Comfort Food” untuk jiwa, meliputi intervensi yang tidak dibutuhkan pasien saat ini tetapi sangat berguna bagi pasien. Sugesti kenyamanan ini dapat diberikan dalam bentuk pijatan, lingkungan yang adaptif yang menciptakan kedamaian dan ketenangan, guided imagery, terapi musik, mengenang masa lalu, dan sentuhan terapeutik. Kolcaba (2003) menjelaskan bahwa kenyamaan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebakan perasaan sejahtera pada diri individu. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu pada suatu hal
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang dimana nyaman pada individu tertentu mungkin berbeda dengan individu lainnya. Menurut Kolcaba (2003) aspek kenyamanan terdiri dari: a. Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu itu sendiri. b. Kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi. c. Kenyamanan lingkungan berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna, suhu, pencahayaan, suara, dll. d. Kenyamanan sosial kultural berkenaan dengan hubungan interpesonal, keluarga, dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan individu, kegiatan religius, serta tradisi keluarga).
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.9
Keaslian Penulisan
Tabel 2.1 Keaslian penulisan pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik dan Pemberian Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi dan Durasi Tidur Lansia di UPT PSLU Magetan No.
SKRIPSI
Judul Artikel; Penulis; Tahun
Metode (Desain, Sample, Variabel, Hasil Penelitian Instrumen, Analisis Senam Lansia dapat - Quasy eksperiment menurunkan insomnia - 28 responden tanpalansia. responden kontrol - Variabel bebas Senam lansia dan variabel terikatnya insomnia - Pitsburg sleep quality index /PSIQ
1.
Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan Skala Insomnia pada Lansia di Panti Werdha Dewanata Cilacap. (Sumedi & Kuswati, 2010)
2.
Pengaruh Terapi - Quasy Experiment Aktifitas Senam - Variabel bebas terapi Ergonomis terhadap aktifitas senam Kualitas agronomisdan variabel Tidur pada Lansia di terikatnya Kualitas tidur Posyandu Lansia - Pitsburg sleep quality Harapan I dan II index /PSIQ Kelurahan Pabuaran. (Rahmawati, 2013)
Senam ergonomis dapat memperbaiki kualitas tidur lansia di posyandu lansia Harapan I dan II Kelurahan Pabuaran
3.
Pengaruh Latihan relaksasi otot progresif terhadap tingkat insomnia pada lansia dipanti wreda Mojopahit Mojokerto (Masyfani, 2010)
Terdapat penurunan yang signifikan setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif
4.
Pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia di desa
- Quasy eksperiment - 25 subyek kelompok tanpa kelompok kontrol - Variabel bebas Latihan relaksasi otot progresif, variabel terikat Tingkat insomnia - Pitsburg insomnia rating scale /PIRS -
Quasy experiment Terdapat peningkatan 17 orang sebagai kualitas tidur setelah subyek dilakukan senam lansia Variabel bebas
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
leyangan Senam lansia, kecamatan ungaran variabel terikat timur kualitas tidur kabupaten - Pitsburg sleep quality semarang index /PSIQ (Kartiko Heri Cahyono 2011) 5.
SKRIPSI
Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kuantitas tidur pada lansia di Unit Rehabilitasi sosial Purboyuono Brebes (Paramita, wahyu, 2013)
- Pra exsperiment design - Subyek 90 dengan teknik pengambilan sampel teknik purposive sampling - Variabel bebas Pengaruh relaksasi otot progresif - Variabel terikat kuantitas tidur pada lansia
Terdapat pengaruh pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kuantitas tidur lansia
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 5.1
Kerangka Konseptual
Faktor yang mempengaruhi tidur: a. Penyakit fisik e. Stres & emosi b. Obat-obatan f. Lingkungan c. Gaya hidup g. Latihan fisik & d. Pola tidur kelemahan abnormal h. Asupan kalori& & Excsessive makanan Daytime Sleepiness
Lansia
Aging Proses
Latensi tidur dan Durasi tidur Jelek
Pemberian Tehnik Relaksasi Otot Progresif
Program Rutin Aerobik Menggunakan oksigen
Mengurangi Aktifitas Parasimpatis
Tubuh
Meningkatkan endoprin dan menurunkan Ketokolamin
Aktifitas Mitokondria
meningkat
ATP meningkat Denyut jantung pernapasan menjadi normal
Kehangatan Meningkat
dan otot-otot menjadi rileks
Kenyamanan meningkat Fisik
Psikospiritual
Lingkungan
Sosiobudaya
Tidur Lansia Membaik
Latensi Tidur menurun
Durasi Tidur Meningkat
Diukur Tidak Diukur Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik dan Pemberian Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap latensi dan Durasi tidur Lansia menurut Teori Comfort Kolcaba
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pada lansia faktor aging proses tedapat pula faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress, diantaranya meliputi stresor biologis, stresor psikologis, stresor dari lingkungan. Menua juga mengakibatkan penurunan aktifitas HPA axis sehingga menimbulkan gangguan pemenuhan tidur pada lansia baik latensi atau durasi tidur pada lansia. Menurut Riza saputra (2008), salah satu olah raga yang dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur adalah olah raga kardiovaskular. Oleh karena itu dibutuhkan suatu usaha guna meningkatkan kembali pemenuhan tidur yang optimal bagi lansia, salah satunya dengan pemberian aktifitas terapi program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif. Latihan aerobik adalah latihan yang dilakukan guna memelihara kesehatan jantung dan paru. Jantung dan paru akan bekerja lebih keras untuk meningkatkan kebutuhan akan oksigen, latihan ini bisa berupa gerakan gerakan tubuh secara umum seperti berjalan kaki. Bisa disesuaikan dengan kemampuan lansia. Umumnya dimulai dengan berjalan kaki sekitar 5-10 menit. Untuk lansia disarankan tidak melakukan aktifitas fisik yang terlalu membebani tulang. Latihan aerobik dilakukan minimal 3 hari dalam satu minggu (Gunters, 2002). Secara fisiologis latihan otot progresif akan mengurangi aktifitas saraf simpatis yang mengembalikan tubuh pada kedaan seimbang dari pupil, pendengaran, tekanan darah. Denyut jantung, pernapasan dan sirkulasi kembali normal dan otototot menjadi rilaks. Respon relaksasi merupakan efek penyembuhan yang memberikan kesempatan untuk beristirahat dari stress dari lingkungan eksternal dan internal (Davis, 1995). Efek relaksasi ini berdampak pada rangsangan hipotalamus untuk menstimulasi produksi endorfin. Interaksi ini merubah faktor-faktor yang
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
merubah stimulus cemas akibat stressor internal dan eksternal menjadi suasana senang, tenang, dan nyaman. Kondisi seperti itu sesuai teori comfort Kolcaba maka rasa nyaman akan terpenuhi baik fisik, psikospiritual dan sosiobudaya. Dengan kondisi yang demikian dapat membantu lansia untuk mendapatkan kenyamanan dalam tidur sehingga latensi dan durasi tidur menjadai lebih baik.
5.2
Hipotesis
Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian adalah: H1: Ada pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
BAB 4
METODE PENELITIHAN
6.1
Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan,
mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuan. Desain penelitian yg digunakan desain penelitian semu (Quasy Experiment). Desain Quasy Experiment ini berusaha menjelaskan adanya hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol selain kelompok experimental (Nursalam, 2013). Penelitian pengaruh latihan aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur pada lansia menggunakan desain Quasy Experiment dengan Pre dan Post test. Kedua kelompok akan diberikan pre test yang sama, kemudian kelompok perlakuan di beri perlakuan program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Pada akhir penelitian akan diadakan post test pada ke dua kelompok. Perbandingan dari hasil akan menunjukkan pengaruh perlakuan terhadap hasil penelitian.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.1 Desain Penelitian Pengaruh Pemberian Program Rutin Exercise Aerobik dan Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif di UPT PSLU di Magetan Subyek Pre tes Perlakuan Post tes O 1 O1-A K-A O _ O1-B K-B Time 1 Time 2 Time 3 Sumber : Nursalam 2013 Keterangan : K-A K-B O I OI (A-B)
6.2 6.2.1
: Subyek (lansia) perlakuan : Subyek (lansia) kontrol : Pengukuran pemenuhan kebutuhan tidur sebelum intervensi : Intervensi perlakuan hidroterapi kaki dengan minyak lemon : Pengukuran pemenuhan kebutuhan tidur sesudah intervensi (kelompok perlakuan dan kontrol).
Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang dipilih yang memenuhi
kreteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dapat berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apa saja yang nantinya akan menjadi obyek penelitian. Populasi dapat di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu populasi terjangkau dan populasi target. Nursalam (2013) menjelaskan bahwa populasi target adalah kumpulan dari karakteristik subyek penelitian yang akan ditarik kesimpulan secara ekplisit oleh peneliti, sedangkan populasi terjangkau adalah kelompok subyek penelitian yang akan digunakan sebagai sumber sampel. Dalam penelitian ini, populasi targetnya adalah seluruh lansia yang tinggal di di UPT PSLU Magetan yang mengalami gangguan tidur yaitu berjumlah 44 orang. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur 6075 tahun, mampu berjalan tanpa menggunakan alat, tidak nyeri sendi, kondisi
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pendengaran baik atau mengerti secara verbal terhadap informasi dengan jumlah 20 orang dan bersedia di jadikan responden. 6.2.2
Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik dari suatu populasi
yang dapat dipelajari dalam sampel, maka kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk keseluruhan populasi (Sugiyono, 2011). Menurut Nursalam (2013), sampel harus memiliki dua syarat yaitu harus cukup banyak dan representatif. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah diambil dari keseluruhan populasi terjangkau yaitu berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan merupakan sampel jenuh atau total sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel sehingga diharapkan dapat mewakili keseluruhan karakteristik dari populasi (Heriyanto, 2012) Setelah sampel ditentukan, kemudian responden dibagi menjadi dua yaitu menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang dibagi dengan cara matching berdasarkan jenis kelamin, usia dan penyakit degeneratif yang diderita seperti diabetes, artritis dan inkontinensia. 6.3 6.3.1
Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Independen (variabel bebas) Dalam penelitian ini variabel indipenden yang digunakan adalah program
rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.3.2
Variabel Dependen (variabel terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan latensi tidur dan
durasi tidur pada lansia 6.4
Definisi Operasional
Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap Latensi dan Durasi Tidur pada Lansia di UPT PSLU Magetan No
Variabel
Definisi operasinal
1
Variabel Independen : Program rutin exercise aerobik
Program senam lansia yang dilakukan 30 menit tiap 3 kali seminggu selama 3 minggu
Latihan Tindakan Relaksasi latihan berupa Otot Progresif kontraksi dan relaksasi otot pada lansia diberikan setiap hari satu kali sebelum tidur selama 2
SKRIPSI
Parameter Senam lansia :
Alat ukur
Skala
Skoring
SOP
Ordinal Baik ≥ 17
Teknik relaksasi SOP otot
Ordinal Baik ≥ 15
1.Gerakan terdiri dari pemanasan, inti dan pendinginan
Cukup 9-16 Buruk ≤ 8
2.Setiap sesi pertemuan lamanya 1520 menit 3. setiap satu minggu 3 kali selama 2 minggu. 4.Hari pelaksanaan tiap selasa, kamis dan minggu
1.Atur posisi yang nyaman dan ruangan yang tenang 2. Mulai memusatkan perhatian pada pernapasan
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
Cukup 8-15 Buruk ≤ 7
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.Regangkan tiap minggu kelompok otot dengan durasi 5-10 detik dan 20-30 menit relaks sampai 10 detik 4.Ikuti petunjuk, ulangi 2-3 kali setiap kelompok otot sesuai SOP 5. Dilakukan tiap hari selama 2 minggu
2
Variabel Dependen : Peningkatan latensi tidur
Waktu yang dibutuhkan lansia untuk memulai tidur yaitu mulai dari persiapan di tempat tidur hingga bisa jatuh tidur
Latensi tidur kuesioner Interval Penilaian latensi tidur (lama waktu yang Baik ≤ 15 dibutuhkan menit lansia untuk memulai tidur) Cukup = 16-30 yaitu < 15 menit menit
Kurang 31-45 menit
=
Buruk ≥ 45 menit
Peningkatan Durasi tidur
Waktu lama Durasi tidur kuesioner Interval Penilaian durasi tidur tidur lansia (lama waktu yang dihabiskan Baik =6-7 lansia untuk jam tidur) yaitu 6-7 jam Cukup = 56 jam
Kurang = 4- 5 jam
Buruk < 4 jam
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.5
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2007). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner/angket yang dimodifikasi dari PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index). Kuesioner ini kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Kuesioner ini memiliki 2 jenis pertanyaan yaitu 1 jenis pertanyaan untuk latensi tidur dan 1 jenis pertanyaan untuk durasi tidur. Penilaian latensi tidur yaitu baik ≤ 15 menit, cukup = 16-30 menit, kurang = 31-45 menit, buruk ≥ 45menit. Penilaian durasi tidur baik ≥ 7 jam, cukup = 6-7 jam, kurang = 5-6 jam, buruk ≤ 5 jam. Nilai hasil uji validitas dan relabilitas adalah sebagai berikut r tabel= 0,444, nilai r hitung 0,551. Skor tertinggi dalam SPO senam adalah 24 dan skor terendah 0, maka jika nilai diperoleh angka ≤ 8 berarti buruk, nilai 9-16 cukup dan ≥ 17 berarti nilai baik. SPO latihan relaksasi otot progresif dengan total item 20, dengan nilai tertinggi 20 dan terendah 0 maka diperoleh penilaian sebagai berikut ≤ 7 berarti buruk, nilai 8-15 cukup dan ≥ 15 berarti nilai baik.
6.6
Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai SOP (Standar
Operasional Prosedur) dari tindakan exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif : 1.
SKRIPSI
Tape recorder
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.
Kaset CD
3.
Mikrofone
4.
Jam tangan
5.
Kasur/kursi
6.7
Uji validitas dan Reliabilitas Sebelum kuesioner digunakan di lapangan maka dilakukan uji coba kuesioner.
Uji kuesioner ini untuk mencegah terjadinya kesalahan sistemik. Kesalahan ini harus dihindari, sebab akan merusak validitas dan kualitas penelitian. Instrumen penelitian (kuesioner) ini diharapkan mempunyai validitas dan reabilitas yang tinggi. 6.7.1
Uji Validitas Validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti keandalan dan
kesahihan pada alat ukur yang digunakan dalam penelitian (instrument). Instrumen harus bisa diukur (Nursalam, 2013). Pentingnya uji validitas yaitu mengetahui ada tidaknya pertanyaan dalam kuesioner yang harus diganti karena dianggap kurang relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner yaitu dengan menghitung korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total perhitungan memakai rumus korelasi product moment sebagai berikut:
keterangan : r
SKRIPSI
: koefisien validitas
X
: skor pertanyaan tiap nomor
Y
: skor total subyek
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
∑X
: jumlah skor Item
∑Y
: jumlah skor total
∑X2 : jumlah kuadrat skor item ∑Y2 : jumlah kuadrat Skor total N 6.7.2
: banyaknya subjek
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument yang dalam hal
ini kuesioner dapat dipakai lebih dua kali, paling tidak dengan responden yang sama menghasilkan data yang konsisten. Reliabilitas instrument adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrument diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode alpha cronbach diukur berdasarkan skala alpha cronbach adalah sebagai berikut:
Keterangan : r k
: Kefisien reliabilitas instrument (crombach alpha) : Banyak butir pertanyaan atau banyakknya soal
∑σb2 : Total varians butir instrumen σt 2
: Total varians
Jika skala itu dikelompokan kedalam lima kelas dengan rentang yang sama, maka ukuran kemantapan alpha cronbach dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1) Nilai alpha cronbach 0,00 sampai dengan 0,20, berarti kurang reliabel 2) Nilai alpha cronbach 0,21 sampai dengan 0,40, berarti agak reliabel 3) Nilai alpha cronbach 0,41 sampai dengan 0,60, berarti cukup reliabel 4) Nilai alpha cronbach 0,61 sampai dengan 0,80, berarti reliabel 5) Nilai alpha cronbach 0,81 sampai dengan 1,00, berarti sangat reliabel 6.7.3
Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas alat
pengumpul data sebelum instrumen digunakan. Instrumen Kuesioner durasi dan latensi tidur belum pernah digunakan dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas, sehingga diperlukan uji validitas dan reliabilitas ulang. Uji instrumen dilakukan pada 20 responden lansia dengan gangguan latensi dan durasi dilakukan di PSLU Pandaan dengan mempertimbangkan karakteristik yang sama dengan responden penelitian dan yang telah dijadikan sebagai responden uji validitas dan reliabilitas tidak lagi dijadikan sebagai calon responden penelitian. Uji coba instrumen dilakukan pada 2 pertanyaan yang terdapat di kuesioner Analisis uji validitas dan reliabilitas menggunakan perangkat lunak komputer dengan degree of freedom dengan r tabel= 0,444. Hasil uji validitas kuesioner latensi dan durasi tidur menyatakan bahwa semua pernyataan dinyatakan valid dan reliabel apabila semua pernyataan memiliki nilai r hitung > r tabel (0,551). Hasil uji validitas untuk pernyatan favourable dan unfavourable menunjukkan r hitung lebih besar dari r tabel sehingga semua item pernyataan dinyatakan valid dan hasil uji reliabilitas untuk pernyataan favourable dan unfavourable bernilai sama yaitu 0,704 yang berarti sangat reliabel
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.8
Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Penelitian ini dilaksanakan mulai September hingga Desember 2014 yang
meliputi tahapan proses pencarian fenomena, pengumpulan data, pembuatan proposal, uji etik, pengambilan data hingga analisis data yang menghasilkan hasil dan pembahasan serta sidang hasil. Pengambilan data penelitian
dilaksanakan pada
November hingga Desember 2014 di UPT PSLU Magetan.
6.9
Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data Setelah mendapatkan surat rekomendasi pengambilan data awal dari Fakultas
Keperawatan Unair, peneliti berkoordinasi dengan Dinas Sosial provinsi Jawa timur dan
Pimpinan UPT PSLU di Magetan untuk mengumpulkan data awal dan di
dapatkan 44 lansia mengalami ganguan latensi dan durasi tidur. Pada tahap ke dua setelah dapat surat pengambilan data penelitian dari Fakultas Keperawatan Unair, peneliti berkoordinasi dengan Dinas Sosial provinsi Jawa timur dan Pimpinan UPT PSLU di Magetan untuk mengumpulkan data penelitian. Peneliti dibantu oleh petugas UPT PSLU Magetan melakukan wawancara terstruktur untuk mengetahui jumlah lansia yang mengalami gangguan tidur sesuai dengan populasi target. Dari
wawancara
terstruktur
dengan
menggunakan
menggunakan
kuesioner/angket yang dimodifikasi dari PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index) didapatkan 20 responden yang sesuai kreteria inklusi, kemudian peneliti membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Semua responden diberi penjelasan penelitian meliputi kegiatan penelitian, tujuan penelitian, perlakuan yang akan di berikan ke responden, manfaat, bahaya
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
potensial, hak undur diri dan insentif untuk subyek. Selanjutnya peneliti menjelaskan surat permohonan kesediaan responden baik pada kelompok perlakuan atau kontrol di bantu penanggung jawab wisma. Responden yang setuju dengan penjelasan dan permonan diberikan informed consent sebagai bukti mau dijadikan sampel penelitian, responden memberikan persetujuan untuk di jadikan sampel penelitian baik sebagai kelompok intervensi atau kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapat intervensi latihan aerobik dan dan latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu dengan rincian senam dilakukan 3 kali dalam seminggu, yaitu hari selasa, kamis dan minggu selama 3 minggu dan relaksasi otot progresif
sehari sekali setiap hari
sebelum tidur selama 2 minggu, yang mulai dilakukan pada minggu ke dua. Untuk senam di pandu dengan instruktur dari UPT PSLU Magetan dan pemberian latihan relaksasi otot progresif di lakukan oleh peneliti. Untuk kelompok kontrol akan di berikan exercise aerobik berupa senam dan latihan relaksasi otot progresif selama seminggu setelah dilakukan post test. Setelah dilakukan pre-test, peneliti menjelaskan SAK (Satuan Acara Kegiatan) latihan exercise aerobik dan latihan relaksasi otot progresif pada kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan mendapat intervensi latihan aerobik berupa senam yang dilakukan hari selasa, kamis dan minggu serta latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu dimulai minggu ke dua dilakukan setiap hari sebelum tidur. Semua responden perlakuan berkumpul di tempat yang sudah di tentukan, responden kelompok kontrol tidak di ikutkan dalam program rutin exercise aerobik dan latihan relaksasi otot progresif. Setelah dilakukan intervensi exercise aerobik berupa senam tiga kali dalam seminggu dan
SKRIPSI
latihan relaksasi otot progresif
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
responden yang dilakukan dua kali seminggu yang dilakukan malam hari, kembali dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner/angket yang dimodifikasi dari PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index), baik kelompok perlakuan ataupun kelompok kontrol sebagai post test hasil penelitian pada tiga Minggu. Sebagai etik keadilan dalam penelitian kelompok kontrol setelah dilakukan penilaian post test mereka kita berikan intervensi exercise aerobik berupa senam 3 kali seminggu dan pemberian relaksasi otot progresif selama satu minggu sebelum tidur. Pelaksanaan intervensi terakhir di tempat kegiatan, semua responden diberi booklet tentang latihan relaksasi otot progresif yang bisa digunakan setelah intervensi berhenti, dan memberikan souvenir kepada kelompok intervensi, kelompok kontrol dan penghuni wisma yang lain.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.10 Kerangka kerja
Total sampling
Populasi terjangkau dari lansia yang mengalami gangguan tidur di UPT PSLU magetan sebanyak 20 orang
Sampel penelitian berjumlah 20 rang (n=20)
Kelompok perlakuan n= 10 orang
Kelompok kontrol n=10 0rang
Pre intervensi Wawancara pre test dengan kuesioner latensi dan durasi tidur Intervensi Program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif
Kelompok kontrol Tidak diberi perlakuan
Post intervensi Wawancara,post test dengan kuesioner latensi dan durasi tidur Tabulasi data
Menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan uji kolmogrov of smirnov test, paired t-test dan independent ttest (α ≤ 0,05) Penyajian hasil penelitian kuesioner
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik dan Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi dan Durasi Tidur Lansia
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.11 Analisa Data Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan membuat penilaian atau scoring pada lembar kuesioner yang telah diisi responden. Scoring atau pemberian skor dilakukan pada item-item jawaban yang membutuhkan skor. Kemudian dilakukan coding atau pemberian kode terhadap item-item yang tidak membutuhkan skor. Kode biasanya digunakan untuk mengidentifikasi data demografi responden. Sebagai contoh, yaitu 1) Nomor urut responden menggunakan angka arab 2) Jenis Kelamin: L untuk laki-laki dan P untuk perempuan diletakkan setelah nomor urut responden yang dipisahkan dengan tanda strip (-) 3) Umur: angka arab setelah kode jenis kelamin Sebagai contoh jika dalam penelitian ini ditemukan kode 1-L60 maka dapat diartikan bahwa responden dengan nomor urut 1 adalah laki-laki berusia 60 tahun. Setelah dilakukan coding, data kemudian ditabulasi. Tabulasi data dilakukan untuk memudahkan dalam melihat distribusi hasil penelitian dan untuk memudahkan dalam analisis data. Penelitian ini memperoleh dua data. Data pertama adalah data hasil pre test dan post test dari kelompok intervensi (kelompok yang diberikan tindakan program rutin latihan aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif) dan data kedua adalah data hasil pre test dan post test dari kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberikan tindakan program rutin latihan aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif). Setiap data di atas diukur menggunakan uji statistik t-test berpasangan yaitu uji statistik komparasi dua sampel berpasangan dengan variabel skala interval
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang menggunakan derajat kemaknaan p≤0,05. Jika hasil analisis penelitian didapatkan nilai p≤0,05 maka hipotesis penelitian diterima yang artinya ada pengaruh antara program rutin aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia. Kemudian dilakukan lagi uji statistik independent t-test yaitu uji statistik komparasi dua sampel bebas dengan variabel skala interval yang menggunakan derajat kemaknaan p≤0,05. Uji statistik ini digunakan untuk mengetahui perbandingan hasil post test latensi dan durasi tidur pada lansia kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Jika hasil analisis penelitian didapatkan nilai α ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima yang artinya ada perbedaan antara kelompok yang mendapat perlakuan dan yang tidak mendapat perlakuan. Setelah dilakukan uji statistik, kemudian dilakukan pembahasan secara deskriptif dan analitik sehingga akan diperoleh suatu gambaran dan pengertian yang lengkap tentang hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS.
6.12 Etika Penelitian Menurut Aziz, (2007) masalah etik dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etik dalam penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, sebelumnya peneliti mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, pimpinan UPT PSLU Magetan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Setelah mendapat persetujuan penelitian dilaksanakan dengan berpedoman pada masalah etika sebagai berikut: 1.
Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden) Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani surat persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2.
Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan dan privasi dari masing–masing subjek, dalam lembar pengumpulan data tidak akan dicantumkan nama dan cukup dengan memberi kode.
3.
Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden dijamin oleh peneliti.dan informasi hanya digunakan untuk kegiatan penelitian.
6.13 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian, dslsm penelitian ini adalah: 1.
Sampel yang digunakan terbatas pada lansia di UPT PSLU Magetan, sehingga belum bisa di generalisasikan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.
Feasibility, dalam melakukan penelitian adanya pertimbangan pelatih senam lansia tidak bersertifikat.
3.
Peneliti tidak dapat memantau responden selama tidur sehingga kurang bisa memantau latensi dan durasi tidur lansia secara akurat.
4.
Setiap melaksanakan intervensi harus mengulang penjelasan SAK dan SOP pelaksanaan program rutim exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan. Penelitian dilakukan di UPT PSLU Magetan mulai tanggal 25 November sampai tanggal 20 Desember 2014. Data yang terkumpul kemudian diuji stastistik dengan paired t-test pada kelompok perlakuan dan kontrol untuk mengetahui latensi dan durasi tidur lansia sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dan Independent t-test untuk mengetahui perbedaan pada kelompok perlakuan dan kontrol post intervensi. 5.1
Hasil Penelitian
7.1.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada tanggal 1 Januari 1983 sesuai gagasan Menteri sosial RI berdirilah panti
jompo di Magetan dengan penghuni berjumlah 10 lansia dengan alamat di Balai Desa Milangasri dengan sumber dana dari kantor wilayah Departemen Sosial Propinsi Jawa Timur. Pada tanggal 1 September 1983, lokasi pelayanan kesejahteraan lanjut usia di pindah ke jalan raya Panekan Selosari dengan jumlah daya tamping 40 lansia. Pada tanggal 5 September 1984 Panti Werdha tersebut diresmikan oleh Direktur Kesejahteraan Anak dan lanjut usia Depsos RI dan diberi nama Sasana Tresna werdha “Bahagia” yang berada dibawa naungan Kanwil Depsos Propinsi Jawa Timur, dengan alokasi biaya dari anggaran rutin berdasarkan keputusan Menteri Sosial RI
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No. 14/HUK/1994 yang berisi tentang perubahan status Sasana Tresna Werdha “bahagia” menjadi Panti Sosial tresna Werdha “Bahagia” Magetan. Pada tahun 1999 Departemen Sosial dibubarkan sehingga PSTW “Bahagia” di kelola oleh Bada Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN) dan pada tahun 2001 berada dibawa naungan Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dengan dasar PERDA No.12 tahun 2000 yang telah diubah dengan PERDA No.14 tahun 2001 dan Keputusan Gubernur No.41 tahun 2001 yanga diubah dengan Keputusan Gubernur No.51 tahun 2003 tentang uraian tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknik Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur. Pada tahun 2008 sesuai Pergub N0. 119/2008 diubah namanya menjadi Unit Pelaksana Teknik Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan (UPT PSLU Magetan) dan memiliki cabang di Ponorogo. Fasilitas tempat tinggal yang dimiliki UPT PSLU Magetan bangunan yang memadai dengan sanitasi lingkungan berlantaikan keramik, terdiri dari 8 wisma yang dipakai untuk lansia mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar berupa wisma berisikan kamar-kamar, dapur, kamar tamu, ruang makan, kamar mandi, masingmasing kamar terdiri 2 orang, dan 1 wisma yaitu wisma yang berbentuk zaal terdiri dari 12 tempat tidur dipergunakan untuk lansia yang tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Penghuni UPT PSLU berjumlah 87 lansia. Laki-laki berjumlah 33 lansia dan perempuan berjumlah 54 lansia. Fasilitas lain yang di UPT PSLU Magetan antara lain klinik kesehatan dengan fasilitas medis yang memadai dengan tenaga paramedis lulusan D3 sebanyak 3 orang, dapur umum menyediakan makan dan minum bergizi 3 kali dalam sehari ditambah
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
snack, aula, masjid, kebun, kolam, makam. Semua biaya pelayanan tanpa dipungut biaya dan sumber dana berasal dari APBD Pemerintah propinsi Jawa Timur dan dari donator baik dari lembaga pemerintah dan swasta. Kegiatan yang dilakukan di UPT PSLU Magetan adalah bimbingan mental agama tiap hari, olah raga senam tiap selasa senam otak dan kamis senam tera, pemeriksaan kesehatan dan bimbingan kreatif tiap hari rabu, bimbingan ketrampilan tiap hari selasa, kamis dan jumat, bimbingan yasinan dan ceramah agama tiap hari kamis, bimbingann kelompok kerja bakti tiap hari jumat dan untuk sabtu dan minggu digunakan untuk kegiatan individu. Jenis kegiatan yang sudah dilakukan di UPT PSLU Magetan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur lansia antara lain senam terra 1 minggu sekali. 7.1.2 1.
Data umum
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin lansia di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014 Kelompok Jenis Kelamin Perlakuan Kontrol n % n % Laki-laki 4 44 4 40 perempuan 6 60 6 60 Total 10 100 10 100 Dari Tabel 5.1 dari data di atas didapatkan sebagaian besar baik kelompok perlakuan dan kontrol berjenis kelamin perempuan sebanyak 60% dan hampir setengahnya sebanyak 40% berjenis kelamin laki-laki.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.
Distribusi responden berdasarkan umur Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014 Kelompok
Umur Responden
Perlakuan n 3 2 5 10
60-65 Tahun 66-70 Tahun 71-75 Tahun Jumlah
Kontrol % 30 20 50 100
n 3 2 5 10
% 30 20 50 100
Dari tabel 5.2 di atas didapatkan hampir setengah responden kelompok perlakuan berumur 71-75 tahun dan dan sebagaian kecil berusia 66-70 tahun. Pada kelompok kontrol hampir setengah responden berusia 71-75 tahun dan sebagaian kecil berusia 66-70 tahun. 3.
Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di panti Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014 Kelompok
Lama Tinggal < 1 Tahun 1-5 Tahun 5-10 Tahun >10 Tahun Jumlah
Perlakuan n 2 6 1 1 10
Kontrol % 20 60 10 10 100
n 2 6 2 0 10
% 20 60 20 0 100
Dari tabel 5.3 di atas didapatkan sebagian besar responden kelompok perlakuan lama tinggal di UPT PSLU Magetan yaitu 5-10 tahun dan sedikit di
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
atas 10 tahun, sedangkan kelompok kontrol hampir setengahnya lama tinggal 15 tahun dan siasanya lama tinggal 1-5 tahun. 4.
Distribusi responden berdasarkan riwayat pekerjaan dahulu Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan riwayat pekerjaan dahulu di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014 Kelompok
Riwayat Pekerjaan
Perlakuan n 4 0 6 10
Tidak bekerja PNS Wiraswasta Jumlah
Kontrol % 40 0 60 100
n 4 0 6 10
% 40 0 60 100
Dari tabel 5.4 di atas didapatkan setengah responden perlakuan mempunyai riwayat pekerjaan sebagai wiraswasta dan hampir setengah dulunya tidak bekerja sedangkan kelompok responden kelompok kontrol sebagaian besar riwayat pekerjaan sebagai swasta dan hampir setengahnya tidak bekerja. 5.
Distribusi responden berdasarkan riwayat perkawinan Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan riwayat perkawinan dahulu lansia di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014 Status Perkawianan
Tidak Kawin Kawin Duda/Janda Jumlah
SKRIPSI
Kelompok Perlakuan n 0 0 10 10
Kontrol % 0 0 100 100
n 1 0 9 10
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
% 10 0 90 100
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Berdasarkan tabel 5.1 di atas pada responden kelompok perlakuan seluruhnya berstatus duda/janda sedangkan pada kelompok kontrol hampir seluruhnya berstatus duda/janda dan sebagaian kecil berstatus tidak pernah menikah. 6.
Distribusi responden berdasarkan agama Tabel 5.6 Karakteristik responden berdasarkan agama di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014 Kelompok
Agama
Perlakuan n 10 0 0 0 10
Islam Kristen Hindu Budha Jumlah
Kontrol % 100 0 0 0 100
n 10 0 0 0 10
% 100 0 0 0 100
Dari tabel 5.6 di atas didapatkan seluruh responden baik perlakuan dan kontrol beragama islam.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7.1.3 1.
Data Khusus Pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap latensi tidur lansia di UPT PSLU Magetan
Tabel 5.7 Tabel Latensi Tidur Pada Kelompok Perlakuan Dan Kontrol Sebelum Dan Sesudah Melakukan Intervensi Program Rutin Exercise Aerobik Dan Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mean SD
Waktu mulai tidur/latensi (menit) Perlakuan kontrol Perlakuan Kontrol pre post ∆ pre post ∆ post post 60 40 -20 55 60 +5 40 60 60 40 -20 70 70 0 40 70 60 35 -25 60 55 -5 35 55 50 30 -20 50 45 -5 30 45 60 30 -30 60 60 0 30 60 75 40 -35 60 60 0 40 60 60 30 -30 55 55 0 30 55 50 25 -25 60 60 0 25 60 50 20 -30 60 60 0 20 60 60 40 -20 50 60 10 40 60 58.5 33.00 58 58.5 33.00 58.5 7.472 7.149 5.869 6.258 7.149 6.258 p=0.000 p=0.726 p=0,000 Paired t Paired t Test Test Independent t-Test
Tabel 5.7 di atas menggambarkan latensi sebelum (pre test) dan sesudah (post test) pada kelompok perlakuan yang diberikan program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu. Pada tabel di atas menunjukkan adanya penurunan latensi tidur pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi dan pada kelompok kontrol tanpa intervensi. Sebelum dilakukan intervensi latensi tidur rata-rata 58,5 menit. Setelah program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Setelah diberikan intervensi terjadi penurunan latensi tidur menjadi 33 menit. Setelah dilakukan uji statistik paired t test dengan signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,000 berarti ada pengaruh yang signifikan program rutin exercise aerobik
selama 3
minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu terhadap latensi tidur. Tabel 5.7 menunjukkan perubahan latensi pada kelompok kontrol. Dari hasil pre-test didapatkan latensi tidur rerata responden 58 menit. Setelah 3 minggu dilakukan post-test terdapat perubahan latensi tidur menjadi lama yaitu 58,5 menit. Setelah dilakukan uji statistik paired t test dengan signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,726 yang berarti tidak ada pengaruh perubahan latensi tidur pada kelompok kontrol. Tabel 5.7 di atas menggambarkan latensi tidur pada kelompok yang diberikan perlakuan berupa program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu dan kelompok kontrol. Dari tabel diatas menunjukkan terjadi adanya perubahan latensi tidur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi terjadi penurunan latensi tidur menjadi 33 menit sedangkan pada kelompok kotrol setelah 3 minggu dilakukan post test latensi tidur menjadi 58,5 menit. Setelah dilakukan uji statistik dengan independent t-test signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,000 ada pengaruh yang signifikan program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu terhadap latensi tidur pada lansia di UPT PSLU di Magetan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.
Pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan
Tabel 5.8 Tabel Durasi Tidur Pada Kelompok Perlakuan Dan Kontrol Sebelum Dan Sesudah Melakukan Intervensi Program Rutin Exercise Aerobik Dan Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mean SD
Perlakuan pre post ∆ 4 5 1 4 6 2 3 5 2 4 5 1 3 5 2 4 5 1 4 6 2 4 5 1 4 6 2 3 5 2 3.70 5.30 0.483 0.483 p=0.000 Paired t Test
Lama tidur/durasi (jam) kontrol Perlakuan Kontrol pre post ∆ post post 4 4 0 5 4 4 4 0 6 4 3 3 0 5 3 4 4 0 5 5 3 4 1 5 4 3 3 0 5 3 4 3 -1 6 3 4 4 0 5 4 4 4 0 6 4 4 4 0 5 4 3.70 3.70 5.30 3.70 0.483 0.483 0.483 0.483 p=1,000 p=0.000 Paired t Test Independent t Test
Tabel 5.8 di atas menggambarkan durasi sebelum (pre test) dan sesudah (post test) pada kelompok perlakuan yang diberikan program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu dan pada kelompok kontrol tanpa intervensi. Pada tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan durasi tidur pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi. Sebelum dilakukan intervensi durasi tidur rata-rata 3,7 jam. Setelah program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
selama 2 minggu. Setelah dilakukan intervensi terjadi peningkatan durasi menjadi 5,30 jam. Setelah dilakukan uji statistik paired t-test dengan signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,000 berarti ada pengaruh yang signifikan program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu terhadap durasi tidur pada lansia di UPT PSLU di Magetan. Tabel 5.8 juga menunjukkan perubahan durasi pada kelompok kontrol. Dari hasil pre-test didapatkan durasi rerata responden 3,7 jam. Setelah 3 minggu dilakukan post test tidak terjadi perubahan rerata durasi tetap 3,7 jam. Setelah dilakukan uji statistik paired t-test dengan signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,591 yang berarti tidak ada pengaruh perubahan latensi tidur pada kelompok kontrol. Tabel 5.8 di atas menggambarkan durasi tidur pada kelompok yang diberikan perlakuan berupa program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu dan kelompok kontrol. Dari tabel diatas menunjukkan terjadi adanya perubahan durasi tidur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi terjadi peningkatan durasi tidur menjadi 5,30 jam sedangkan pada kelompok kontrol durasi tidur tetap
3,7 jam. Setelah dilakukan uji statistik dengan independent t-test
signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,000 ada pengaruh yang signifikan setelah diberikan program rutin exercise aerobik
selama 3 minggu dan pemberian
latihanrelaksasi otot progresif selama 2 minggu terhadap durasi tidur pada lansia di UPT PSLU di Magetan.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7.2
Pembahasan Secara umum dari hasil penelitian didapatkan ada pengaruh program rutin
exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan. Penelitian ini memiliki hasil yang bervariatif dalam setiap variabelnya, sehingga perlu diadakan pembahasan kenapa hal ini bisa terjadi. 7.2.1
Latensi tidur sebelum dan sesudah
program rutin exercise aerobik dan
pemberian latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT PSLU Magetan Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak lansia yang mengalami gangguan tidur berupa latensi. Berdasar hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagaian besar responden mengalami gangguan latensi tidur. Responden memulai tidur umumnya jam 20.30 sampai dengan jam 21.00 baik sebelum dilakukan intervensi atau sesudah dilakukan intervensi. Sebelum dilakukan intervensi program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif, dari 10 responden kelompok perlakuan semua harus menunggu 60 menit atau lebih untuk dapat memulai tidur. Setelah 3 minggu diberikan intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam 3 kali seminggu dan relaksasi otot progresif selama 2 minggu berturut-turut sebagaian besar dengan skor penilaian senam baik dengan skor ≥ 17 poin dan relaksasi otot progresif semua responden berada pada skoring baik yaitu ≥ 15 poin, terjadi perubahan latensi tidur pada responden kelompok perlakuan, seluruh responden yang memiliki latensi tidur yang buruk menjadi 5 orang meningkat dari buruk menjadi kurang dan 5 responden meningkat dari buruk menjadi cukup. Rata-
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
rata terjadi penurunan latensi tidur 20 sampai dengan 30 menit, satu responden nomer 5 mengalami penurunan latensi tidur lebih banyak yaitu 35 menit dibandingkan responden yang lain, hal ini dikarenakan responden mempunyai aktifitas yang banyak di siang hari dibandingkan dengan responden yang lain dan untuk nilai senam adalah baik yaitu 20 poin dan relaksasi otot progresif 17 poin sehingga hal ini dapat mempercepat memulai tidur. Jika responden cepat memulai tidur maka lama tidur akan bertambah meskipun pada tengah malam responden terbangun 2 sampai 3 kali ke kamar mandi, namun responden dapat tidur kembali secara mudah saat kembali ketempat tidur. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 10 responden semua mempunyai latensi tidur yang buruk tidak ada penurunan latensi tidur baik pre atau post test. Pada kelompok kontrol 2 responden mengalami kenaikan latensi tidur 5 sampai dengan 10 menit hal ini disebabkan karena mereka lama tidur di siang hari dan 2 responden mengalami penurunan latensi tidur 5 menit dikarenakan aktifitas yang banyak di siang hari dan hujan di malam hari sehingga menyebabkan responden lebih cepat memulai tidur dibandingkan dengan pre test. Hal ini membuktikan bahwa pemberian program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif dapat menurunkan latensi tidur lansia. Hal ini di perkuat dengan hasil uji statistik paired t-test pada kelompok perlakuan dengan signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,000 dan pada kelompok kontrol p=0,726. Hasil uji independent-test pada kelompok perlakuan dan kontrol post intervensi dengan signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,000.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Proses degeneratif yang muncul pada lansia dapat mengakibatkan penurunan waktu tidur serta munculnya gangguan yang menurunkan kualitas tidur. Seorang lanjut usia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit/lebih pendek waktu tidur nyenyaknya (Darmojo & Martono, 2010). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur lansia dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat bermula dari penyakit fisik, stres emosional, depresi, aktifitas fisik dan gaya hidup. Faktor eksternal meliputi penggunaan medikasi, kondisi lingkungan, asupan makanan, dan hormon (Potter & Perry, 2005). Kebiasaan lansia yang minum kopi dan merokok dapat mempengaruhi lansia untuk jatuh tertidur. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia adalah kondisi lingkungan dan kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan minum, merokok, mengonsumsi alkohol akan mengganggu tidur seseorang yang bisa berdampak pada meningkatnya latensi tidur pada lansia (Chayatin, 2007) 7.2.2
Durasi tidur sebelum dan sesudah
program rutin exercise aerobik dan
pemberian latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT PSLU Magetan Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak lansia yang mengalami gangguan tidur berupa durasi. Berdasar hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagaian besar responden mengalami gangguan durasi tidur. Sebelum dilakukan intervensi program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif, dari 10 responden kelompok perlakuan semua mengalami gangguan durasi tidur buruk yaitu semua responden memiliki durasi tidur 3 dan 4 jam. Setelah 3 minggu diberikan intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam 3 kali
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
seminggu dan relaksasi otot progresif selama 2 minggu berturut-turut sebelum tidur terjadi perubahan durasi tidur pada responden kelompok perlakuan, seluruh responden yang memiliki durasi tidur yang buruk 7 orang meningkat dari buruk menjadi cukup dan 3 responden meningkat dari buruk menjadi baik. Skor senam dan skor relaksasi responden rata - rata berada pada level baik yaitu senam dengan skor ≥ 17 poin dan
relaksasi otot progresif semua responden berada pada skoring baik
yaitu ≥ 15 poin, hal ini juga menjadi pengaruh meningkatnya durasi tidur pada lansia yang mendapat perlakuan. Pada kelompok kontrol dari 10 responden 1 orang yang mengalami penurunan durasi tidur sebanyak 1 jam, hal ini dikarenakan kebiasaan lansia sering bak dan susah untuk mulai tidur sehingga mengurangi durasi tidur dan 1 responden mengalami kenaikan durasi tidur, hal ini di karenakan responden tersebut banyak melakukan aktifitas di siang hari dan kondisi musim hujan dimalam hari sehingga waktu tidur menjadi lebih lama. Jadi kelompok kontrol baik pre atau post test durasi tidur dalam posisi buruk. Hal ini membuktikan bahwa pemberian program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif dapat menaikkan durasi tidur lansia. Hal ini di perkuat dengan hasil uji statistik paired t test pada kelompok perlakuan dengan signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,000 dan pada kelompok kontrol p=1,000. Hasil uji independent t-test pada kelompok perlakuan dan kontrol post intervensi dengan signifikan p≤0,05 menunjukkan p=0,000. Berkurangnya tingkat kualitas tidur pada lansia yang diakibatkan oleh beberapa keluhan di atas sesuai dengan pernyataan Potter dan Perry (2005) bahwa lansia terdapat ciri khas yakni tidak tidur sepanjang malam yang disebabkan oleh
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pemendekan siklus tidur; akibat pengosongan kandung kemih yang sering, nyeri dan gangguan psikologis; dan medikasi yang mempengaruhi siklus bangun-tidur. Lansia memiliki waktu pendek pada tidur yang dalam (delta sleep), dan lebih panjang waktunya pada stadium tidur I dan II (Darmojo, 2009). Gangguan-gangguan yang sering muncul ketika malam hari ini membuat terhambatnya siklus tidur. Lansia akan kesulitan masuk ke dalam stadium III hingga fase REM ketika mendadak terbangun, sehingga ketika tertidur kembali harus mengulang ke stadium awal terlebih dahulu. 7.2.3
Pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden baik perlakuan atau kontrol berjenis
kelamin perempuan (60%) Jenis kelamin merupakan gender dari seseorang yaitu laki dan perempuan. Menurut (Rawlins, 2001) wanita secara psikologis memiliki mekanisme koping yang lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam mengatasi masalah. Dengan adanya gangguann fisik dan psikologis wanita akan mengalami kecemasan, jika kecemasan lanjut seseorang tersebut akan mengalami kejadian gangguan tidur dibanding lakilaki. Sehingga dari teori tersebut dapat disimpulkan kenapa gangguan tidur berupa latensi dan durasi lebih bayak terjadi perempuan. Tabel 5.2 menunjukkan setengah dari responden perlakuan dan kontrol berumur 71-75 tahun (50%) dan sebagian kecil berusia 66-70 tahun (20%). Latensi dan durasi tidur sering ditemukan pada lansia. Seringkali lansia mengatakan dirinya kesulitan untuk memulai tidur, sering terjaga tidurnya Kualitas tidur pada lansia mengalami perubahan yaitu tidur REM mulai memendek.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4 dan hampir tidak memiliki tahap 4. Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono &Widianti, 2010). Seorang lanjut usia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit/lebih pendek waktu tidur nyenyaknya (Darmojo & Martono, 2010). Tabel 5.3 menunjukkan sebagaian besar baik kelompok perlakuan atau kontrol lama tinggal dipanti adalah 1-5 tahun (60%) dan sebagaian sedikit 5-10 tahun (10%). Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara lain penyakit, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi, gaya hidup dan latihan (Saryono & Widianti, 2010). Lama tinggal dipanti bisa menjadi stressor tambahan yang bisa mempengaruhi latensi dan durasi tidur. Lansia harus beradaptasi dengan
teman
sekamar, penghuni lain, petugas, peraturan yang berlaku di panti dan lingkungan fisik panti. Dari sini dapat dilihat tentang lama tinggal di panti masing-masing lansia sangat berpengaruh. Semakin lama tinggal di panti, maka lansia semakin lama beradaptasi dengan lingkungan. Tabel 5.4 sebagaian besar koresponden perlakuan dan kontrol dulunya bekerja menjadi wiraswasta (60%) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur lansia dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat bermula dari penyakit fisik, stres emosional, depresi, aktifitas fisik dan gaya hidup. Faktor eksternal meliputi penggunaan medikasi, kondisi lingkungan, asupan makanan, dan hormon (Potter & Perry, 2005). Bila di masa siang hari sibuk dan produktif sepanjang
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hari, ketika malam hari gangguan tidur akan minimal. Hal sebaliknya jika lansia di siang hari tidak ada aktifitas dan cenderung tidak aktif, ketika malam akan sulit untuk tidur dengan baik. Aktifitas maupun pekerjaan yang cukup pada jam produktif dapat membantu mengurangi waktu tidur di siang hari. Namun karena sudah menurunnya kemampuan fisik, lansia sudah masuk masa pensiun dan kebanyakan tidak melakukan aktifitas produktif. Perubahan aktifitas sebelum dan setelah tinggal di panti dapat mempengaruhi latensi dan durasi tidur lansia. Tabel 5.5 hampir semua lansia yang menjadi koresponden adalah duda/janda (90%) dan sisanya belum menikah (10%) Menurut Nugroho (2010) depresi pada lansia dapat dipengaruhi oleh kemiskinan, usia, jenis kelamin, penyakit fisik yang tak kunjung sembuh, perceraian atau kematian pasangan. Dengan ketidak beradaan pasangan di hari tua pada lansia menyebabkan kecemasan sehingga mempengaruhi gangguan tidur berupa latensi dan durasi lansia. Pada tabel 5.6 didapatkan semua lansia yang mengalami gangguan tidur adalah beragama islam (100%) Penghuni lansia di UPT PSLU semua beragama islam. Salah satu aktifitas yang tidak bisa di kendalikan peneliti adalah aktifitas harian responden, beberapa lansia yang beragama islam memiliki kebiasaan menjalankan ibadah setiap tengah malam seperti solat tahajud, dzikir dan membaca Al Quran dan lain-lainnya . Hal ini menyebabkan lama tidur lansia berkurang 1 sampai 1,5 jam perhari. Setelah dilakukan intervensi berupa program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan relaksasi otot progresif selama 2 minggu didapatkan data penurunan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
latensi tidur pada kelompok perlakuan dari rerata 58,5 menit menjadi 33 menit dan peningkatan durasi tidur dari rerata 3,7 jam menjadi 5,3 jam. Hal ini di dukung oleh uji statistik pada latensi dan durasi tidur paired t Test dan independent t-Test pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil uji statistik latensi tidur menunjukkan paired t Test pada kelompok perlakuan menunjukkan P=0.000 yang artinya H0 di tolak dan H1 diterima. Sedangkan uji paired t Test pada kelompok kontrol menunjukkan p=0.726 yang artinya H0 di terima. Hal ini juga di perkuat dengan hasil uji statistik independent t-Test yang menunjukkan hasil p=0.000. Hasil uji statistik durasi tidur menunjukkan paired t Test pada kelompok perlakuan menunjukkan P=0.000 yang artinya H0 di tolak dan H1 diterima. Sedangkan uji paired t Test pada kelompok kontrol menunjukkan p=1.000 yang artinya H0 di terima. Hal ini juga di perkuat dengan hasil uji statistik independent t-Test yang menunjukkan hasil p=0.000. Jadi program rutin exercise aerobik 3 kali seminggu dan relaksasi otot progresif 2 minggu sebelum tidur memiliki pengaruh yang signifikan terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU magetan. Setelah dilakukan intervesi program rutin exercise aerobik berupa senam 3 kali seminggu dan relaksasi otot progresif selama 2 sebelum tidur, lansia mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk memulai tidur, badan menjadi segar, tidur menjadi nyenyak dan mudah memulai tidur lagi ketika bangun pada malam harinya. Proses degeneratif yang muncul pada lansia dapat mengakibatkan penurunan waktu tidur serta munculnya gangguan yang menurunkan kualitas tidur. Seorang lanjut usia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit/lebih pendek waktu
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tidur nyenyaknya (Darmojo & Martono, 2010). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur lansia dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat bermula dari penyakit fisik, stres emosional, depresi, aktifitas fisik dan gaya hidup. Faktor eksternal meliputi penggunaan medikasi, kondisi lingkungan, asupan makanan, dan hormon (Potter & Perry, 2005). Menurut Kelly & Tracey (2005) latihan aerobik dapat meningkatkan detak jantung. Dengan bantuan oksigen, aerobik akan membakar lemak, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan memacu jantung. Salah satu olah raga yang dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur adalah dengan senam lansia. Latihan aerobik adalah latihan yang dilakukan guna memelihara kesehatan jantung dan paru. Jantung dan paru bekerja lebih keras untuk meningkatkan kebutuhan oksigen, latihan ini bisa berupa gerakan gerakan tubuh secara umum seperti berjalan kaki. Bisa disesuaikan dengan kemampuan lansia. Umumnya dimulai dengan berjalan kaki sekitar 5-10 menit. Untuk lansia disarankan tidak melakukan aktifitas fisik yang terlalu membebani tulang. Latihan aerobik dilakukan minimal 3 hari dalam satu minggu
(Gunters,
2002).
Frekwensi
yang
latihan
yang
berguna
untuk
mempertahankan dan memperbaiki kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu minggu sekali dan sebanyaknya banyaknya lima kali dalam satu minggu dengan lamanya 15 menit (Maryam at al, 2008). Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilaksanakan dan tidak memberatkan, yang dapat dilaksanakan pada lansia. Kegiatan senam membuat lansia tetap segar dan bugar, karena senam lansia melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Widiawati & Proverawati, 2010). Senam mampu memaksimalakn aliran oksigen ke otak, menjaga kesegaran tubuh dan membuang energi negatif dari tubuh. Senam lansia merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernapasan. Teknik pernapasan dilakukan dengan sadar dan menggunakan otot diafragma sehingga abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut bisa memberikan pijatan pada jantung, sehingga bisa memperlancar aliran darah ke jantung dan ke seluruh tubuh. Senam lansia merangsang penurunan aktifitas syaraf para simpatis, sehingga mengakibatkan penurunan hormon adrenalin, noreprineprin dan ketokolamin serta vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan transport oksigen ke otak dan seluruh tubuh menjadi lancar, kondisi ini akan menyebabkan peningkatan relaksasi pada lansia, sekresi hormon melatonin yang maksimal dan pengaruh beta endorphin akan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia (Rahayu, 2008). Secara fisiologis latihan otot progresif dapat mengurangi aktifitas syaraf simpatis yang dapat mengembalikan tubuh dalam keadaan seimbang dari pupil, pendengaran, tekanan darah. Denyut jantung kembali normal dan otot-otot menjadi rilaks. Latihan relaksasi otot dapat menurunkan stress dan dapat berpengaruh pada peningkatan imun.
Latihan ini
meningkatkan endorphin
dan menurunkan
ketokolamin. Endorphin berinteraksi dengan HPA Axis yang berada di hipotalamus mengubah stimulus cemas akibat stressor menjadi tenang, senang dan nyaman (Davis, 1995). Latihan relaksasi otot progresif yang dikombinasikan dengan teknik diafragma, mengakibatkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penuh. Teknik pernapasan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pijatan pada jantung, sehingga membuka sumbatan-sumbatan dan membuka aliran darah kejantung serta meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Aliran darah yang meningkat juga dapat meningatkan nutrient dan oksigen dalam darah. Oksigen di dalam otak akan merangsang peningkatan sekresi serotonin sehingga membuat tubuh menjadi tenang dan mudah untuk tidur (Purwanto, 2007). Olah raga secara teratur menjaga keseimbangan homeostasis tubuh melalui jalur HPA Axis. Pada keadaan tersebut produksi serotonin, encephalin, dan β endorphin mengalami peningkatan. Hormon serotonin kemudian merangsang pembentukan melatonin yang sangat baik untuk pemenuhan kebutuhan tidur. Hormon encephalin, dan β endorphin menyebab tubuh menjadi rileks. Menurut Lousin Taylor dalam Rahayu (2008), Endorfin tidak datang secara tiba-tiba dalam tubuh kita, tapi manusia harus melakukan usaha untuk mendatangkan hormon endoprin. Karena hormon endorprin baru muncul kalau cadangan glukosa dalam tubuh mulai habis. Pemberian program rutin exercise aerobik dan relaksasi otot progresif sangat bermanfaat bagi lansia untuk membantu mengurangi latensi dan menambah durasi tidur. Kondisi yang rileks dan nyaman akan mempercepat lansia untuk mampu memulai tidur dengan waktu yang lebih cepat. Hormon melatonin dibantu oleh serotonin dan endorfin membantu mencapai tidur yang dalam (delta sleep), sehingga ketika tidur muncul respon rangsangan dari luar maupun dalam, lansia akan lebih toleran dan tidak mudah terbangun. Pemenuhan tidur dalam yang cukup akan meningkatkan proses regenerasi sel dan tercapainya kebugaran tubuh yang baik. Latensi dan durasi tidur yang cukup juga membuat lansia dapat beraktifitas dengan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
baik dan tidak mudah mengantuk di siang hari. Dengan demikian, lansia dapat mengungkapkan secara personal bahwa kualitas tidur mereka lebih baik daripada sebelumnya.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disajikan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang berjudul pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan. Penelitian dilakukan di UPT PSLU Magetan dilakukan mulai tanggal 25 November sampai tanggal 20 Desember 2014. 8.1 1.
Kesimpulan Sebelum intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam lansia dengan intensitas 3 kali dalam seminggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu sebagaian besar lansia di UPT PSLU Magetan mengalami gangguan latensi tidur dan sesudah intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam lansia dengan intensitas 3 kali dalam seminggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu sebelum tidur didapatkan hasil terjadi penurunan menurunkan latensi tidur.
2.
Sebelum intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam lansia dengan intensitas 3 kali dalam seminggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu sebagaian besar lansia di UPT PSLU Magetan mengalami gangguan durasi tidur dan sesudah intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam lansia dengan intensitas 3 kali dalam seminggu dan pemberian
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu sebelum tidur didapatkan hasil terjadi peningkatan durasi tidur. 3.
Hasil analisis data mengenai pengaruh program rutin exercise aerobik berupa dan pemberian latihan relaksasi otot progresif pada lansia di UPT PSLU Magetan dengan menggunakan uji paired t-test, menunjukkan hasil ada pengaruh penurunan latensi tidur dan peningkatan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan.
8.2 1.
Saran Bagi pengurus panti, program rutin exercise aerobik dan relaksasi otot progresif dapat menjadi program alternatif untuk tetap dilaksanakan secara rutin bagi lansia yang mampu.
2.
Bagi lansia di masyarakat hendaknya juga melakukan program rutin exercise aerobik dan relaksasi otot progresif karena bisa dilakukan secara mandiri
3.
Bagi perawat gerontik program rutin exercise aerobik dan relaksasi otot progresif dapat dijadikan intervensi pilihan dalam menangani pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia.
4.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan homogen sehingga hasil penelitian lebih representatif. Penelitian yang serupa dapat dilakukan pada area penelitian yang berbeda.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
DAFTAR PUSTAKA
Afriadi, S. (2011). Ilmu kedoktera olah raga. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC. Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Ann marier-Tomey,. & Martha Alligood. (2006),. Nursing Theorist and their work: Elsevier Health Science Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika Bloom, et al 2009. Evidence-based Recommendations for the Assessment and Management of Sleep Disordes in Olderly. JAGS 57:761-789. The American Geriatrics Society Buysse, et al, 1989. Pittsburgh Sleep Quality Index: a New Instrument for Psychiatric Practice and Research. Psychiatry Research Elsevier. Volume 28 Issue 2 Budi, 2011. Buah Pala, Mengobati Gangguan Insomnia, Mual dan masuk angin. http://budiboga.com/2006/05/buah-pala-mengobati-gangguaninsomnia.%20html.%2020%20Agustus%202011. Bompa, Tudor O, 1990 Theory and Methodology of Training; the key to athletic performance Dubuque, Iowa: Kendall/ Hunt publishing company Chayatin, 2007. Kebutuhan dasar Manusia. Jakarta: EGC. Darmojo & Martono. 2010. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI DeLaudne & Ladner, 2002. Fundamentals of Nursing. New York: Delmar/Thomson Learning Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 1997. Gizi Olahraga UntukPrestasi. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Pp. 9. Davis, M, Eshelman, E.R dan Matthew Mckay. 1995. Panduan Relaksasi dan reduksi stress edisi III. Alih Bahasa: Budi Ana Keliat dan Achir Yani. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta Efendi,f., 2009. keperawatan kesehatan komunitas:Teori dan praktek dalam keperawatan keperawatan. Jilid 2 penyunt. jakarta: Salemba medika.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gunters, k., 2002. Healty aktive aging: Physical activity guidelines for older adult. United states:Oregon State University: s.n. Gentili,. A. 2002 Geriatic Sleep Disorder Http;//emedicine.medscape.com/article/292498-overview. Tanggal 13 November 2014 pukul 11.00 Guyton, A.C. 2006. Textbok of Medical Physiology. Philadelphia: Elsevier Saunders Ganong, WF, (2002). Buku Ajar Fisiologis Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC Heffner, et al. 2012. Sleep Disturbance and Older Adults Inflammatory Responses to Acute Stress. The American Journal of Geriatric Psychiatry. 20(9): 744-52 Griwiyono, Santoso, 2007 ILMU FAAL OLAHRAGA;Fungsi tubuh manusia pada olahraga, edisi7. Bandung: buku Ajar FPOK UPI. Harber, P.M, T. & Scoot, T (2009) Aerobic Exercise Training improves whole Muscle and Singgle Myofiber size and fungtion in Older Women. Journal physical regular IntergralCompany Physical, 10,11-42 Japardi, I (2002). GangguanTidur.http://library.usu.ac.id/download/fk/bedahiskandar%20japardi.pdf.Diakses 20 Agustus 2014 pukul 14.00 Kane, et al. 2008. Essentials of Clinical Geriatrics. New York: Mc Graw-Hill Professional Kathy Gunter. 2002. Healty, active aging: Physical Activity Guidelines for Older Aduls. Oregon State University. Kartiko, H.C, 2011. Pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia di desa leyangan kecamatan ungaran timur Kabupaten Semarang. Skripsi tidak dipublikasikan . Program Sarjana keperawatan Universitas Diponegoro, Semarang. Kelly, & Tracey. (2005). 50 Rahasia Alami detoks. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kelana Kusuma Dharma, 2011 Metodologi Penelitian Keperawatan.Jakarta: CV. Trans Info Media Kozier, 2004. Fundamental of Nursing sevent edition. vol.2 penyunt. Jakarta: EGC. Lolak S, Connors GL, Sheridan MJ, & Wise T 2008, ‘Effect of progressive muscle relaxation training on anxiety and depression in patients enrolled in an
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
outpatient pulmonary rehabilitation program’, Psychother Psychosom, vol. 77, hal. 119-125, diakses 12 September 2014,
Lanywati, E, 2001. Insomnia. Yogyakarta: Kanisius Litwak, S.R. 2003. Energy Metabolism. In Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero B, Trugo LC, and Finglas PM. Eds. Academic Press Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Masyfahani, M.A, 2010. Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Insomnia pada Lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Skripsi tidak dipublikasikan Program Sarjana keperawatan Universitas Airlangga, Surabaya. Martono, & Darmojo. (2010). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Martono & Pranaka,K, 2009. Geriatri9Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: Penerbit FKUI. McArdle, W., Katch, F., & Katch, V. (2007). Latihan Fisiologis, Energi, Nutrisi & kinerja Manusia. Mickey Stanly, P. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Geriontik Edisi 2. jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Morre CA, W. (2000). Sleep Disorder . Kaplan & sadock (ed) Conprenhensive texbook of Psychiatry. Philadelphia: Lippincot Will & Wilkins. Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nugroho, B. & Wahyudi, 2008. Geriontik dan Geriatrik. Edisi 3 penyunt. Jakarta:Buku Kedokteran: EGC. Notoatmodjo. P, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Reneka Cipta Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Poniman, F., Nugroho, I., & Azzaini, J. (2007). Kubik Leadership Solusi dan esensial meraih sukses dan kemuliaan hidup. Jakarta: Penerbit Hikmah ( PT Mizan Publika). Purwanto & Zulaekah, 2007. Pengaruh pelatihan Relaksasi Religius untuk mengurangi gangguan Insomnia(online), ( Sebastian Schmieg Blog at wordpress, diakses 11 november 2014) Putra, ST,(2005) Psikoneuroimunologi Kedokteran. Surabaya: graham Masyarakat ilmu Kedokteran (GRAMIK)FK-Unair Prasadja, A., 2009. Ayo Bangun dengan Bugar karena Tidur yang benar. Jakarta: Penerbit Hikmah. Rafknowledge, 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. Rahayu, R.M. 2008. Pengaruh Perendaman Kaki Air Hangat Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia Di UPT PSLU Jombang. Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan UNAIR. Tidak dipublikasikan. Resti, I., 2014. Tehnik relaksasi otot progresif untuk mengurangi stress pada penderita asma. http://ejournal.umm.ac.id. Rawlins 2013. Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta : EGC Saputra & Yudha, 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan Jasmani,Kesehatan dan rekreasi. Jakarta: FPOK UPI Bandung. Sani. 2003. Yoga untuk Kesehatan. Semarang. Dahara Prize Saryono & Widianti ,A.T, 2010. Catatan kuliah kebutuhan dasar manusia (KDM). cetakan ke2 . Yogjakarta : Nuha Mediaka Satwiko,2009.Fisika Bangunan.Yogjakarta:Andi Stanley & Beare, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Sumedi, T, Wahyudi, & Kuswati,A. 2010. Senam Lansia terhadap Penurunan Skala Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap. Jurnal Keperawatan Soedirman, volume 5 no 1, maret 2010. Sugiyono.2010.Statiska Untuk Penelitia. Bandung : Alfabeta Suhardo,M. Senam Bugar Lansia AWARA 2004. Yogjakarta :Perwosari DIY FK UGM Yogjakarta Setyoadi, & Kushariyadi 2011, Terapi modalitas keperawatan pada klien psikogeriatrik, Salemba Medika, Jakarta
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Suroto.2004.Pengertian senam Buku Pegangan kuliah , manfaat senam dan urutan gerakan senam.Semarang Thyer, et al, 2012. Human Behavior in the Social Environment. New York: John Willey & Sons Utami, MS 2002, ‘Prosedur-prosedur relaksasi’, dalam MA Subandi (ed), Psikoterapi, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta Wahyudi Nugroho, B. (2008). Geriontik dan Geriatrik. jakarta: Buku Kedokteran EGC Widyawati, 2010. Pengaruh Senam Ergonomik Dasar terhadap Peningkatan Kebugaran Lansia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan UNAIR. Tidak dipublikasikan Wirakusumah, E. 2004. Agar Tetap Sehat, Cantik dan Bahagia di Masa Menopause dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta Widianti,A.T& Proverawati,A. 2010. Senam Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika Widyastuti, NNS, Achjar KAH & Surasta W 2013, ‘Perbedaan efektifitas terapi musik dengan teknik relaksasi progresif terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Banjar Peken desa Sumerta Kaja’, Community Of Publishing In Nursing, vol. 1, no. 1, diakses 22 September 2014, Vitahealth, 2004, Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta .
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 1
10 LAMPIRAN
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran43 Lampiran
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 5
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 6
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 7
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 8
ENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN PEMBERIAN AKTIFITAS LATIHAN AEROBIK, DAN PEMBERIAN LATIHAN PELEMASAN OTOT SELURUH BADAN
Judul Penelitian : Pengaruh Program Latihan Aerobik dan Pemberian Latihan Pelemasan Otot Seluruh Badan terhadap Waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan Tujuan Penelitian A. Tujuan umum Menjelaskan pengaruh program senam lansia dan pemberian latihan pelemasan otot seluruh badan terhadap waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan B. Tujuan khusus 4. Mengetahui waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) sebelum dan sesudah dilakukan program senam lansia dan pemberian latihan pelemasan otot seluruh badan 5. Mengetahui waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) lansia sebelum dan sesudah dilakukan program program senam lansia dan pemberian latihan pelemasan otot seluruh badan 6. Mengetahui pengaruh pengaruh program senam lansia dan pemberian latihan pelemasan otot seluruh badan terhadap waktu mulai dari persiapan di tempat tidur
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan C. Perlakuan yang Diterapkan Pada Subyek Penelitian ini merupakan penelitian pemberian tindakan, berupa senam lansia yang dilakukan tiga kali seminggu setiap hari selasa, kamis, minggu setiap pagi selama 20 sampai dengan 30 menit yang dipandu oleh instruktur senam lansia dan tindakan pelemasan seluruh otot badan setiap hari selama dua minggu, dilakukan 2 sampai sampai dengan 3 jam sebelum tidur yang dilakukan oleh peneliti di bantu oleh asisten yang sudah mendapat pelatihan dari peneliti. D. Manfaat Membuat lansia sehat, bugar dan nyaman sehingga lansia bisa tidur nyenyak E. Bahaya Potensial Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subyek dalam penelitian karena subyek hanya diberi perlakuan senam lansia dan pemberian pelatihan pelemasan otot-otot badan. F. Hak Untuk Undur diri Keikutsertaan subyek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan responden. G. Adanya Insentif untuk subyek Karena keikutsertaan subyek bersifat sukarela, tidak ada insetif berupa uang yang akan diberikan ke responden. Responden dan seluruh penghuni panti hanya akan diberikan souvenir.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 9
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN KELOMPOK INTERVENSI
Para bapak/ibu lansia UPT PSLU di Magetan yang terhormat. Assalamualaikum wr wb Saya Komsiatiningsih, mahasiswa Program Pendidikan Ners fakultas Keperawatan universitas Airlangga Surabaya. Saya akan melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Program Latihan Aerobik dan Pemberian Latihan Pelemasan Otot Seluruh Badan terhadap Waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan”. Manfaat dari penelitian ini bagi para lansia adalah membuat lansia sehat, bugar dan nyaman sehingga lansia bisa tidur nyenyak dan umumnya program ini bisa dijadikan pilihan bagi lansia untuk mengatasi gangguan waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan. Untuk keperluan diatas saya mohon kesedianan ibu/bapak untuk mau ikut program senam lansia yang dilakukan tiga kali seminggu setiap hari selasa, kamis, minggu setiap pagi jam 07 sampai dengan selesai, selama 20 sampai dengan 30 menit dengan jarak mulai tidur malam selama 14 jam dan tindakan pelemasan seluruh otot badan setiap hari selama dua minggu, dilakukan selama 15 samapai dengan 20 menit dilakukan 2 - 3 jam jam sebelum tidur. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 2 minggu. Sebelum mulai dilakukan tindakan senam dan pelemasan otot badan bapak/ibu akan di wawancara secara terstruktur dengan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kuisioner yang sudah saya siapkan untuk mengetahui waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) dan sesudah melakukan senam lansia dan pelemasan otot badan selama dua minggu bapak/ibu akan di wawancarai secara terstuktur dengan kuesioner yang sudah saya sediakan. Saya menjamin kerahasiaan kerahasiaan identitas bapak/ibu. Informasi yang diberikan digunakan wahana untuk mengembangkan mutu pelayanan dan tidak akan digunakan untuk maksud lain. Jika bapak/ibu tidak berkenan menjadi responden, bapak/ibu berhak untuk mengundurkan diri. Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk menandatangani persetujuan yang telah saya siapkan. Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini sangat saya hargai, saya akan memberikan satu kaos olah raga sebagai ucapan terima kasih. Nomor yang dapat dihubungi : Komsiatiningsih Hp 081350825706
Magetan,
November 2014
Hormat saya
Komsiatiningsih NIM.131311123033
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 10 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN KELOMPOK KONTROL
Para bapak/ibu lansia UPT PSLU di Magetan yang terhormat. Assalamualaikum wr wb Saya Komsiatiningsih, mahasiswa Program Pendidikan Ners fakultas Keperawatan universitas Airlangga Surabaya. Saya akan melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Program Latihan Aerobik Dan Pemberian Latihan Pelemasan Otot Seluruh Badan Terhadap Waktu Mulai dari Persiapan di Tempat Tidur Sampai Terpejam (Latensi) dan Waktu Mulai Tidur Sampai Terbangun (Durasi) Di UPT PSLU Magetan”. Manfaat dari penelitian ini bagi para lansia adalah membuat lansia sehat, bugar dan nyaman sehingga lansia bisa tidur nyenyak dan umumnya program ini bisa dijadikan pilihan bagi lansia untuk mengatasi gangguan waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan. Untuk keperluan diatas saya mohon kesedianan ibu/bapak untuk mau ikut program yang saya adakan, sebelum memulai program bapak/ibu saya beri pertanyaan terstruktur dengan pertanyaan (kuisioner) yang sudah saya siapkan untuk mengetahui waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi). Selama 2 minggu bapak/ibu saya mohon untuk tidak ikut senam dan latihan pelemasan otot badan tapi, setelah 2 minggu bapak/ibu bisa mengikuti senam dan akan saya beri latihan pelemasan otot badan. Setelah 2 minggu tidak melakukan senam dan pelatihan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pelemasan otot badan bapak/ibu akan saya berikan pertanyaan terstruktur lagi dengan pertanyaan (kuisioner) yang sudah saya siapkan untuk mengetahui waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi). Saya menjamin kerahasiaan kerahasiaan identitas bapak/ibu. Informasi yang diberikan digunakan wahana untuk mengembangkan mutu pelayanan dan tidak akan digunakan untuk maksud lain. Jika bapak/ibu tidak berkenan menjadi responden, bapak/ibu berhak untuk mengundurkan diri. Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk menandatangani persetujuan yang telah saya siapkan. Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini sangat saya hargai, saya akan memberikan satu kaos olah raga sebagai ucapan terima kasih. Nomor yang dapat dihubungi : Komsiatiningsih Hp 081350825706
Magetan,
November 2014
Hormat saya
Komsiatiningsih NIM.131311123033
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 11 INFORMED CONCENT (PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN) Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai : 1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Program Latihan Aerobik dan Pemberian Latihan Pelemasan Otot Seluruh Badan terhadap Waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan” 2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek 3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian 4. Bahaya yang akan timbul 5. Prosedur penelitian Dan prosedur penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia*)secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan. Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun. Nomor yang dapat dihubungi : Komsiatiningsih Hp 081350825706 Magetan, November 2014 Penelti
Responden,
Komsiatiningsih
………………………… Saksi,
…………………………. * corek yang tidak perlu
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 12 FORMAT PENGUMPULAN DATA Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik Dan Pemberian Relaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi Dan Durasi Tidur Lansia Di UPT PSLU Magetan No Responden
:
Tanggal pengisian
:
Petunjuk
:
1. Bapak/ibu tidak perlu menuliskan nama 2. Berikan jawaban sejujurnya, karena kejujuran anda sangat penting dalam penelitian ini 3. Bapak/ibu dipersilakan memilih salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda(V) pada kotak pilihan jawaban yang tersedia 4. Dalam penelitian tidak ada benar atau salah 5. Usaha agar tidak ada jawabanpun yang terlewatkan 6. Anda sepenuhnya bebas menentukan pilihan 7. Setelah semua di isi mohon diserahkan kembali
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Data demografi 1. Usia a. 60-65 tahun b. 66-70 tahun c. >75 tahun 2. Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perem[puan 3. Lama tinggal di UPT PSLU Magetan a. Kurang dari 1 tahun b. 1-5 tahun c. 5-10 tahun d. > 10 tahun 4. Status perkawinan sebelumnya a. Tidak kawin b. Kawin c. Janda/duda 5. Pekerjaan sebelum tinggal di UPT PSLU Magetan a. Tidak bekerja b. PNS c. Wiraswasta
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. Agama/kepercayaan a. Islam b. Kristen c. Hindu d. Budha
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 13 SATUAN ACARA KEGIATAN PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK SENAM LANSIA Materi
: Gerakan Senam Lansia
Waktu
: 30 sd 45 menit
I. Analisa Situasional 1.
Pelaksana
: Mahasiswa program studi pendidkan Ners FKP Unair Surabaya yang Melaksanakan penelitian
2.
Peserta
: LansiaUPT PSLU di Magetan
II. Tujuan instruksional A.
Tujuan Instruksional umum Lansia dapat meningkatkan kualitas tidur meliputi duransi dan latensi
sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal B.
Tujuan Instruksional Khusus 1)
Lansia dapat tidur dengan nyaman dan dapat meminimalkan adanya gangguan tidur
2)
Membantu lansia meningkatkan latensi tidur lansia
3)
Membantu lansia meningkatkan durasi tidur lansia
III. Sarana 1.
Lembar wawancara dan observasi serta questioner Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) modifikasi
2.
SKRIPSI
SPO Senam lansia
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.
Sound system dan micropone wireless untuk media komunikasi instruktur
IV. Kegiatan 4. Gerakan Pemanasan 8) Sikap permulaan dan pemanasan, sikap berdiri tegak, menghadap kedepan dengan sikap seperti gambar dibawah ini: 9) Latihan 1, Jalan di tempat dengan hitungan 4x8 hitungan 10)
Latihan 2, Jalan maju mundur, gerakan kepala menengok ke samping,
miringkan kepala, menundukkan kepala 8X8 hitungan. 11) Latihan 3, melangkah satu langkah ke samping dengan menggerakkan bahu 8x8 gerakan 12)
Latihan 4, Dorong tumit kanan depan bergantian dengan tumit kiri,
angkat kaki, tekuk lengan dengan hitungan 8x8 13) Latihan 5, Peregangan dinamis dengan jalan ditempat hitungan 8x8 14) Latihan 7,Gerakan peregangan dinamis dan statis 5.
Gerakan inti 1) Gerakan dimulai dengan jalan tepuk dan goyang tangan 2 x 8 hitungan 2) Jalan maju mundur melatih koordinasi lengan dan tungkai 2x8 hitungan 3) Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke depan, menguatkan otot lengan 2x8 hitungan 4) Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke samping, menguatkan lengan otot dan bawah, 2x8 hitungan. 5) Gerakan peralihan mendorong kaki ke belakang dengan lengan ke belakang 2x8 hitungan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6) Gerakan peralihan : gerakan mendorong ke samping dengan lengan mendorong ke atas, 2x8 hitungan, Gerakan mengangkat mengangkat lutut ke depan dengan tangan lurus keatas, koordinasi otot tungkai, 2x8 hitungan 7) Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan 8) Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan 9) Gerakan mambo 1x8 hitungan, melangkah ke samping 2 langkah tekanan tangan diayun kesamping 1x8 hitungan, gerakan sebaliknya juga sama 2x8 hitungan 1. Gerakan pendinginan 10) Peregangan dinamis dengan mengangkat lengan 2x8 hitungan 11)
Peregangan dinamis mengangkat lengan keduanya 2x8 hitungan
12)
Buka kaki, tekuk iutut sambil mengangkat tangan ke kanan atas,
tangan kiri ke samping 2x8 hitungan 13)
Kaki terbuka, tekuk lutut kanan sambil mengangkat tangan kanan ke
atas melalui samping, tangan kiri disamping badan 2x8 hitungan 14)
Peregangan dinamis dan statis dengan memutar badan dan
memindahkan kedua ujung kaki hitungan kekanan, dan kiri dengan hitungan 4x8 15)
Gerakan pernapasan dengan membuka kaki selebar bahu mendorong
ke samping dan kekanan dank e kiri hitungan 2x8 16)
Gerakan pernapasan dengan lutut di tekuk tangan mendorong ke
bawah 2x8 hitungan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17)
Gerakan pernapasan dengan lutut di tekuk dan tangan mendorong ke
depan 2x8 hitungan 18)
Gerakan pernapasan kaki terbuka lebar selebar bahu diangkat ke atas
membentuk huruf V 2x8 hitungan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 15 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL SENAM LANSIA Dilakukan
No
Kegiatan
1.
Persiapan
2.
1) Persiapan tempat 2) Siapkan peralatan yang diperlukan 1. Tape recorder 2. Micropone 3. CD 3) Perkenalkan diri dan identifikasi pasien dengan memeriksa gelang identitas 4) Jelaskan hal-hal yang akan dilakukan dan yang dapat terjadi Tahap Kerja
Ya
Tidak
1. Gerakan pemanasan 1) Sikap permulaan dan pemanasan, sikap berdiri tegak, menghadap ke depan dengan sikap seperti gambar dibawah ini: 2) Latihan 1, Jalan di tempat dengan hitungan 4x8 hitungan 3) Latihan 2, Jalan maju mundur, gerakan kepala menengok ke samping, miringkan kepala, menundukkan kepala 8X8 hitungan. 4) Latihan 3, melangkah satu langkah ke samping dengan menggerakkan bahu 8x8 gerakan 5) Latihan 4, Dorong tumit kanan depan bergantian dengan tumit kiri, angkat kaki, tekuk lengan dengan hitungan 8x8 6) Latihan 5, Peregangan dinamis dengan jalan di tempat hitungan 8x8 7) Latihan 7,Gerakan peregangan dinamis dan statis 2. Gerakan Inti a. Jalan maju mundur melatih koordinasi lengan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dan tungkai 2x8 hitungan b. Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan kedepan, menguatkan otot lengan 2x8 hitungan c. Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke samping, menguatkan lengan otot dan bawah, 2x8 hitungan. d. Gerakan peralihan mendorong kaki ke belakang dengan lengan kebelakang 2x8 hitungan e. Gerakan peralihan : gerakan mendorong ke samping dengan lengan mendorong keatas, 2x8 hitungan, Gerakan mengangkat mengangkat lutut kedepan dengan tangan lurus ke atas, koordinasi otot tungkai, 2x8 hitungan f. Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan g. Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan h. Gerakan mambo 1x8 hitungan, melangkah ke samping 2 langkah tekanan tangan diayun ke samping 1x8 hitungan, gerakan sebaliknya juga sama 2x8 hitungan 3. Gerakan Pendinginan 1) Peregangan dinamis dengan mengangkat lengan 2x8 hitungan 2) Peregangan dinamis mengangkat lengan keduanya 2x8 hitungan 3) Buka kaki, tekuk iutut sambil mengangkat tangan ke kanan atas, tangan kiri ke samping 2x8 hitungan 4) Kaki terbuka, tekuk lutut kanan sambil mengangkat tangan kanan ke atas melalui samping, tangan kiri d isamping badan 2x8 hitungan 5) Peregangan dinamis dan statis dengan memutar badan dan memindahkan kedua ujung kaki hitungan ke kanan, dan kiri dengan hitungan 4x8 6) Gerakan pernapasan dengan membuka kaki selebar bahu mendorong ke samping dan ke kanan dank e kiri hitungan 2x8 7) Gerakan pernapasan dengan lutut di tekuk tangan mendorong kebawah 2x8 hitungan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8) Gerakan pernapasan kaki terbuka lebar selebar bahu di angkat ke atas membentuk huruf V 2x8 hitungan 3.
Tahap Terminasi 1) Kembalikan alat-alat ketempat semula 2) Rapikan tempat 3) Komunikasi dengan lansia
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 16 SATUAN ACARA KEGIATAN
Sub pokok bahasan
: Menerapkan Relaksasi Otot Progresif
Sub Topik
: Mengajarkan teknik relaksasi otot progresif
Sasaran
: Lansia di UPT PSLU Magetan
Tempat
: UPT PSLU Magetan
Waktu
: 30 menit
A. Analisa Situasional 1.
Pelaksana
: Mahasiswa
Program
Pendidikan
Ners
Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya 2.
Peserta
: Lansia di UPT PSLU Magetan
B. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Instruksional Umum Mengajarkan teknik relaksasi otot progresif pada lansia di UPT PSLU Magetan 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan, individu mampu : a. Melakukan teknik relaksasi otot progresif dengan benar b. Mencapai keadaan rileks c. Terpenuhinya latensi dan durasi tidur pada lansia
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
C. Alat dan Bahan 1. Ruangan dengan lingkungan yang tenang 2. Bantal 3. Kursi atau kasur 4. Booklet D. Metode 1. Demontrasi 2. Tanya jawab E. Kegiatan
SKRIPSI
No
Topik
Kegiatan
1
Pembukaan 5 a. Menyampaikan salam menit b. Memperkenalkan diri c. Menyampaikan tujuan kegiatan
2
Pelaksanaan 20 menit
a. Menjelaskan pengertian, tujuan dan manfaat dari relaksasi otot progresif b. Mendemonstrasikan prosedur teknik relaksasi otot progresif : 1. Klien duduk atau berbaring dengan posisi yang nyaman 2. Genggam tangan kanan dan buat suatu kepalan, buatlah agar kepalan tersebut menjadi semakin kuat dan tegang, kemudian lepaskan.
Evaluasi a. Klien menjawab salam b. Klien kooperatif dan memperkenalkan diri c. Klien mengerti maksud dan tujuan kegiatan a. Klien memperhatikan dan kooperatif b. Klien memperhatikan teknik relaksasi otot progresif yang di demonstrasikan
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.
4.
5.
6.
SKRIPSI
Rasakan keadaan rileks selama 10 detik. Lakukan hal yang sama pada tangan kiri. Ulangi gerakan ini sekali lagi Tekuk kedua lengan ke arah belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bagian bawah menjadi tegang. Tahan selama 10 detik dan rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi Genggam kedua tangan sehingga membentuk suatu kepalan, arahkan kedua kepalan tersebut ke pundak sehingga otot bisep menegang dan tahan selama 10 detik. Rilekskan kembali dan ulangi gerakan ini sekali lagi Angkat kedua bahu setinggitingginya seolah-olah akan menyentuh kedua telinga, pusatkan perhatian pada ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher. Tahan selama 10 detik, kemudian rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi. Kerutkan dahi dan alis hingga otot dahi terasa tegang, tutup mata dengan keras sehingga dirasakan ketegangan di sekitar mata, tahan selama 10 detik
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kemudian rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi 7. Katupkan rahang dan gigit gigi-gigi selama 5 detik sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang, rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi 8. Moncongkan dan tekan kedua bibir dengan kencang dan tahan selama 5 detik sambil merasakan ketegangan yang terjadi di sekitar mulut. Rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi 9. Letakkan kepala diatas bantalan kursi dan tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sehingga terjadi ketegangan di belakang leher dan punggung atas, tahan selama 5 detik kemudian rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi 10. Arahkan kepala ke depan, benamkan dagu ke dada dan tahan selama 5 detik kemudian rilekskan dan istirahat selama 10 detik. Ulangi gerakan ini sekali lagi 11. Angkat tubuh dari sandaran kursi, punggung dilengkungkan. Busungkan dada dan tahan selama 10 detik. Rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi. 12. Tarik nafas panjang untuk
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya, tahan selama beberapa saat hingga terjadi ketegangan pada dada sampai ke perut. Rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi 13. Tarik perut dengan kuat ke dalam, tahan selama 10 detik dan rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi 14. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha menjadi tegang, kunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan berpindah ke otot betis, tahan posisi ini selama 10 detik dan rilekskan. Ulangi geerakan ini sekali lagi.
3
Penutup 10
a.
Mengucapkan terima kasih atas Klien partisipasi peserta salam b. Mengucapkan salam penutup
membalas
F. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi Struktur a. Klien berada di tempat kegiatan b. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan di kamar lansia yang mendapat intervensi c. Pengorganisasian kegiatan dilakukan sebelumnya
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Evaluasi Proses a. Klien antusias terhadap kegiatan b. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai 3. Evaluasi Hasil a. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah melakukan teknik relaksasi otot progresif b. Jumlah klien dalam kegiatan sesuai dengan jumlah sampel yang ditetapkan
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 17 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF
No
Kegiatan
1.
Persiapan
2.
Dilakukan Ya
Tidak
1) Persiapan tempat 2) Siapkan peralatan yang diperlukan 1. Bantal 2. Kursi atau kasur 3. Booklet 3) Perkenalkan diri 4) Jelaskan maksud dan tujuan Tahap Kerja a. Menjelaskan pengertian, tujuan dan manfaat dari relaksasi otot progresif b. Mendemonstrasikan prosedur teknik relaksasi otot progresif : 1. Klien duduk atau berbaring dengan posisi yang nyaman 2. Genggam tangan kanan dan buat suatu kepalan, buatlah agar kepalan tersebut menjadi semakin kuat dan tegang, kemudian lepaskan. Rasakan keadaan rileks selama 10 detik. Lakukan hal yang sama pada tangan kiri. Ulangi gerakan ini sekali lagi 3. Tekuk kedua lengan ke arah belakang pada pergelangan tangann sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bagian bawah menjadi tegang. Tahan selama 10 detik dan rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi 4. Genggam kedua tangan sehingga membentuk suatu kepalan, arahkan kedua kepalan tersebut ke pundak sehingga otot bisep menegang dan tahan selama 10 detik. Rilekskan kembali dan ulangi gerakan ini sekali lagi
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seolah-olah akan menyentuh kedua telinga, pusatkan perhatian pada ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher. Tahan selama 10 detik, kemudian rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi. 6. Kerutkan dahi dan alis hingga otot dahi terasa tegang, tutup mata dengan keras sehingga dirasakan ketegangan di sekitar mata, tahan selama 10 detik kemudian rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi 7. Katupkan rahang dan gigit gigi-gigi selama 5 detik sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang, rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi 8. Moncongkan dan tekan kedua bibir dengan kencang dan tahan selama 5 detik sambil merasakan ketegangan yang terjadi di sekitar mulut. Rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi 9. Letakkan kepala diatas bantalan kursi dan tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sehingga terjadi ketegangan di belakang leher dan punggung atas, tahan selama 5 detik kemudian rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi 10. Arahkan kepala ke depan, benamkan dagu ke dada dan tahan selama 5 detik kemudian rilekskan dan istirahat selama 10 detik. Ulangi gerakan ini sekali lagi 11. Angkat tubuh dari sandaran kursi, punggung dilengkungkan. Busungkan dada dan tahan selama 10 detik. Rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi. 12. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya, tahan selama beberapa saat hingga terjadi ketegangan pada dada sampai ke perut. Rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi 13. Tarik perut dengan kuat ke dalam, tahan selama 10
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
detik dan rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi 14. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha menjadi tegang, kunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan berpindah ke otot betis, tahan posisi ini selama 10 detik dan rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi.
3.
Tahap Terminasi 1) Kembalikan alat-alat ketempat semula 2) Rapikan tempat 3) Komunikasi dengan lansia
SPO latihan relaksasi otot progresif dengan total item 20, dengan nilai tertinggi 20 dan terendah 0 maka diperoleh penilaian sebagai berikut: Nilai ≤ 7 berarti buruk Nilai 8-15 cukup Nilai≥ 15 berarti nilai baik.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 18 KUESIONER LATENSI DAN DURASI TIDUR LANSIA Data Demografi No responden
:
Umur
:
Riwayat Penyakit: Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kondisi anda selama seminggu terakhir ini! 1.
Latensi Tidur No. Keterangan
Waktu (menit) <15
1.
16-30
31-45
>60
Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk memulai tidur setiap malamnya (mulai dari anda mempersiapkan tidur di tempat tidur hingga jatuh tidur)
2. Durasi Tidur No. Keterangan
Waktu (jam) 6-7
1.
SKRIPSI
5-6
4-5
<4
Berapa lama total waktu tidur anda setiap malamnya (dalam jam)
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ketentuan Scoring 1. Latensi tidur (lama waktu untuk memulai tidur) : < 15 menit = baik 16-30 menit = cukup 31-45 menit = kurang >45 menit = buruk 2.
Durasi tidur (total waktu tidur) : 6-7 jam = baik 5-6 jam = cukup 4-5 jam = kurang <4 jam = buruk
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF
(1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha menjadi tegang (2) Kunci lutut sedemikian rupa sehingga
KOMSIATININGSIH
ketegangan berpindah ke otot betis (3) Tahan posisi ini selama 10 detik
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
kemudian rilekskan (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi.
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
Lampiran 19
13. Gerakan 14-15
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12. Gerakan 13
2014
Daftar Isi
Hal Pengertian Relaksasi Otot Progresif........................................................ 3 Manfaat.......................................................... 3
(1) Tarik perut ke dalam (2) Tahan hingga terasa kencang dan keras
Persiapan........................................................ 3
selama 10 detik, kemudian lemaskan (3) Ulangi gerakan ini sekali lagi
Prosedur.......................................................... 4
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11. Gerakan 12
Relaksasi Otot Progresif Merupakan
salah
satu
jenis
relaksasi
yang
dilakukan dengan menegangkan dan melemaskan sekelompok otot yang ada di badan Manfaat Menurunkan kecemasan, ketegangan otot, tekanan
(1) Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya (2) Tahan selama beberapa waktu, sambil merasakan ketegangan yang terjadi pada bagian dada sampai turun ke perut, kemudian lepaskan.
(3) Lakukan nafas normal dengan lega saat ketegangan dilepas
darah tinggi, nyeri leher, nyeri punggung Memenuhi kebutuhan oksigen tubuh Meningkatkan gelombang alfa otak Meningkatkan kemampuan dalam mengatasi stres Mengatasi kelelahan dan sulit tidur Membangun emosi positif Persiapan Dilakukan sedikitnya satu (1) jam setelah makan
(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi sampai dapat merasakan perbedaan antara keadaan
Ciptakan lingkungan yang tenang, kursi dan bantal Longgarkan perhiasan dan baju yang ketat
tegang dan rileks
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Prosedur
10. Gerakan 11
Gerakan 1
(1) Genggam tangan kanan dan buat suatu kepalan (2) Buat kepalan menjadi semakin kuat sambil rasakan ketegangan yang terjadi pada kepalan tersebut (3) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan rasa rileks selama 10 detik
(1) Angkat tubuh dari sandaran kursi (2) Punggung dilengkungkan (3) Busungkan dada dan selama 10 detik tahan kondisi tegang kemudian rilekskan (4) Saat rileks, biarkan otot-otot menjadi lemas dan letakkan tubuh kembali ke kursi (5) Ulangi gerakan ini sekali lagi
(4) Ulangi gerakan pada tangan kanan tersebut sekali lagi
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9. Gerakan 10
2. Gerakan 2
(1) Tekuk kedua lengan ke arah belakang pada
(1) Arahkan kepala ke depan (2) Benamkan dagu ke dada dan tahan selama 5 detik sehingga ketegangan di daerah leher bagian depan dapat (3) Secara perlahan lepaskan dan nikmati serta rasakan perbedaan antara otot yang tegang dan yang dalam kondisi rileks (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi
SKRIPSI
bagian belakang dan lengan bagian bawah menjadi tegang (2) Jari-jari keatas menghadap langit-langit, tahan
dirasakan
selama 10 detik
pergelangan tangan, sehingga otot di tangan
dan
rasakan
ketegangan
yang
terjadi,
kemudian lemaskan dan selama 10 detik pelajari perbedaan ketegangan yang terjadi pada otot dan keadaan rileks yang dialami (3) Ulangi gerakan tersebut sekali lagi
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Gerakan 3
8. Gerakan 9
(1) Genggam kedua tangan sehingga terbentuk suatu kepalan (2) Arahkan
kedua
kepalan
tersebut
ke
pundak sehingga otot lengan menegang (3) Rasakan ketegangan yang terjadi pada otot-otot
(2) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi
10
detik,
sehingga dapat merasakan ketegangan di
perhatikan perbedaaan antara kondisi
bagian belakang leher dan punggung
rileks dengan ketegangan otot
atas.
kembali
dan
sehingga dapat beristirahat
kemudian
lemaskan
tersebut
(1) Letakkan kepala di atas bantalan kursi
selama
(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi
sedemikian
Secara
rupa
selama
perlahan-lahan
5
detik
lemaskan
kembali (3) Ulangi gerakan ini sekali lagi
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Gerakan 4
7. Gerakan 8
(1) Moncongkan dan tekan kedua bibir dengan kencang dan tahan selama 5 detik sehingga terjadi ketegangan di
(1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seolah akan menyentuh kedua telinga (2) Pusatkan perhatian gerakan pada perbedaan
sekitar mulut (2) Rilekskan kembali dan lemaskan otototot di sekitar mulut, pipi beristirahat dengan nyaman (3) Ulangi gerakan ini sekali lagi
ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher (3) Rasakan ketegangan otot-otot tersebut selama 10 detik dan selanjutnya secara pelan-pelan dilemaskan kembali (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. Gerakan 7 5. Gerakan 5 dan 6
(1) Kerutkan dahi dan alis hingga otot dahi terasa dan kulitnya menjadi keriput (2) Tutup mata dengan keras sehingga dapat
(1) Katupkan rahang dan gigit gigi-gigi selama 5
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan
detik sehingga terjadi ketegangan di sekitar
otot-otot yang mengendalikan mata (3) Rasakan ketegangan otot-otot tersebut selama 10 detik dan selanjutnya secara pelan-pelan lemaskan (4) Ulangi gerakan ini sekali lagi
SKRIPSI
otot rahang (2) Lemaskan rahang dengan posisi bibir sedikit terbuka. Selama 10 detik rasakan perbedaan antara otot yang tegang dan dengan kondisi rileks (3) Ulangi gerakan ini sekali lagi
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 20 Data Demografi Kelompok
Perlakuan kontrol
SKRIPSI
No responden
Usia
Jenis Kelamin
1A
3
1
1
2A
2
1
3A
1
4A
Riwayat pekerjaan
Agama
3
3
1
2
3
3
1
1
1
3
3
1
1
1
3
3
3
1
5A
3
2
2
3
3
1
6A
1
2
2
3
1
1
7A
3
2
2
3
3
1
8A
3
2
4
3
1
1
9A
2
2
2
3
1
1
10A
3
2
2
3
1
1
1B
3
1
1
3
3
1
2B
3
1
2
3
3
1
3B
1
1
1
3
3
1
4B
2
1
2
3
3
1
5B
1
2
2
3
1
1
6B
1
2
2
3
1
1
7B
3
2
2
3
3
1
8B
2
2
2
1
1
1
9B
3
2
3
3
1
1
10B
3
2
3
3
3
1
Lama tinggal
Status perkawinan
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keterangan: Usia: 1=60-65 tahun 2=66-70 tahun 3=71-75 tahun Jenis Kelamin: 1= Laki-laki 2= perempuan Lama tinggal dipanti: 1=< 1 tahun 2=1-5 tahun 3= 5-10 tahun 4 = 10 tahun Riwayat Pekerjaan: 1= Tidak bekerja 2= Pensiunan 3= Wiraswasta Status Perkawianan: 1= Tidak kawin 2= kawin 3= Duda/Janda Agama: 1= Islam 2= Kristen 3= Hindu 4= Budha
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 21 Tabulasi Skor PSQI Modifikasi Latensi Tidur Pre Test (Kelompok Kontrol) No responden Waktu memulai tidur Keterangan 1
55
2
70
3
60
4
50
5
60
6
60
7
55
8
60
9
60
10
SKRIPSI
Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk
50 Tabulasi Skor PSQI Modifikasi Latensi Tidur Post Test (Kelompok Kontrol)
Buruk
No responden
Waktu memulai tidur
Keterangan
1
60
Kurang
2
70
Kurang
3
55
Kurang
4
45
cukup
5
60
Kurang
6
60
Kurang
7
55
Kurang
8
60
Kurang
9
60
Kurang
10
60
Kurang
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 22 Tabulasi Skor PSQI Modifikasi Durasi Tidur Pre Test (Kelompok Perlakuan) No responden
Waktu memulai tidur
Keterangan
1
4
2
4
Buruk Buruk
3
3
4
4
5
3
6
4
7
4
8
4
9
4
10
3
Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk
Tabulasi Skor PSQI Modifikasi Durasi Tidur Post Test (Kelompok Perlakuan)
SKRIPSI
No responden
Waktu memulai tidur
Keterangan
1
5
cukup
2
6
baik
3
5
cukup
4
5
cukup
5
5
cukup
6
5
cukup
7
6
baik
8
5
cukup
9
6
baik
10
5
cukup
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 23 Tabulasi Skor PSQI Modifikasi Durasi Tidur Pre Test (Kelompok Kontrol) No responden
Lamatidur
1
4
2
4
3
3
4
4
5
3
6
3
7
4
8
4
9
4
10
4
Keterangan Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk
Tabulasi Skor PSQI Modifikasi Durasi Tidur Post Test (Kelompok Kontrol)
SKRIPSI
No responden
Lama tidur
Keterangan
1
4
Kurang
2
4
Kurang
3
3
Kurang
4
5
cukup
5
4
Kurang
6
3
Kurang
7
3
Kurang
8
4
Kurang
9
4
Kurang
10
4
Kurang
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 24 Tabulasi Skor Senam dan Relaksasi Kelompok Intervensi
SKRIPSI
No Responden 1
Skor Senam 20
Sekor Relaksasi Otot Progresif 16
2
21
18
3
19
17
4
21
18
5
19
16
6
20
16
7
20
17
8
19
16
9
19
16
10
17
17
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 25 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,,b
Lama memulai
Lama memulai
tidur sebelum
tidur sesudah
(perlakuan)
perlakuan
10 58.50 7.472 .320 .320 -.280 1.013 .256
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
10 33.00 7.149 .236 .164 -.236 .747 .632
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Latensi tidur sebelum (perlakuan)
58.50
10
7.472
2.363
Latensi tidur sesudah (perlakuan)
33.00
10
7.149
2.261
Paired Samples Correlations N Pair 1
Latensi tidur sebelum (perlakuan) & Latensi tidur sesudah (perlakuan)
Correlation 10
Sig.
.718
.019
Paired Samples Test Paired Differences
Mean 25.500 Pair 1 Latensi tidur sebelum (perlakuan) Latensi tidur sesudah (perlakuan)
SKRIPSI
Std. Std. Error Deviation Mean 5.503
1.740
95% Confidence Interval of the Difference Lower 21.564
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
Upper
t
29.436 14.655
Sig. (2tailed)
df 9
KOMSIATININGSIH
.000
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lama memulai waktu tidur/latensi sebelum (kontrol) N
Lama memulai waktu tidur/latensi sesudah (kontrol)
10
10
Normal Parametersa,,b
Mean
58.00
58.50
Std. Deviation
5.869
6.258
Most Extreme Differences
Absolute
.267
.305
Positive
.267
.305
Negative
-.233
-.295
.843
.965
.476
.309
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Latensi tidur sebelum (kontrol)
58.00 10
5.869
1.856
Latensi tidur sesudah (kontrol)
58.50 10
6.258
1.979
Paired Samples Correlations N Pair 1
Correlation 10
Latensi tidur sebelum (kontrol) & Latensi tidur sesudah (kontrol)
Sig.
.741
.014
Paired Samples Test Paired Differences
Std. Std. Error Mean Deviation Mean Pair Latensi tidur 1 sebelum (kontrol) Latensi tidur sesudah (kontrol)
SKRIPSI
-.500
4.378
1.384
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-3.632
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
2.632
t
Sig. (2tailed)
df
-.361
9
.726
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lama waktu tidur/durasi sebelum (perlakuanl) N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Lama waktu tidur/durasi sesudah(perlakuan )
10 3.70 .483 .433 .267 -.433 1.368 .047
10 5.30 .483 .433 .433 -.267 1.368 .047
Std. Deviation
Std. Error Mean
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Durasi tidur sebelum (perlakuan)
3.70
10
.483
.153
Durasi tidur sesudah(perlakuan)
5.30
10
.483
.153
Paired Samples Correlations N Pair 1
Correlation
Durasi tidur sebelum (perlakuan)& Durasi tidur sesudah (perlakuan)
10
Sig. .429
.217
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean
Pair 1 Durasi tidur sebelum (perlakuan) - Lama Durasi tidur sesudah (perlakuan)
SKRIPSI
-1.600
Std. Deviation .516
Std. Error Mean .163
Lower -1.969
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
Upper
t
-1.231
Sig. (2tailed)
df
-9.798
KOMSIATININGSIH
9
.000
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lama waktu tidur/durasi sebelum (kontrol) N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences
Lama waktu tidur/durasi sesudah(kontrol)
10 3.70 .483 .433 .267 -.433 1.368 .047
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
10 3.70 .483 .433 .267 -.433 1.368 .047
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Durasi tidur sebelum (kontrol)
3.70
10
.483
.153
Durasi tidur sesudah (kontrol)
3.70
10
.483
.153
Paired Samples Correlations N Pair 1
Durasi tidursebelum (kontrol) & Durasi tidur sesudah(kontrol)
Correlation 10
.524
Sig. .120
Paired Samples Test Paired Differences
Std. Std. Error Mean Deviation Mean Pair Durasi tidur 1 sebelum (kontrol) – Durasi tidur sesudah (kontrol)
SKRIPSI
.000
.471
.149
95% Confidence Interval of the Difference Lower -.337
Upper .337
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
t .000
Sig. (2tailed)
df 9
1.000
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Group Statistics Kelompok Latensi tidur sebelum Latensi tidur sesudah Durasi tidur sebelum Durasi tidur sesudah
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
kelompok perlakuan
10
58.50
7.472
2.363
kelompok kontrol
10
58.00
5.869
1.856
kelompok perlakuan
10
33.00
7.149
2.261
kelompok kontrol
10
58.50
6.258
1.979
kelompok perlakuan
10
3.70
.483
.153
kelompok kontrol
10
3.70
.483
.153
kelompok perlakuan
10
5.30
.483
.153
kelompok kontrol
10
3.70
.483
.153
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Latensi tidur sebelum
Equal variances assumed
.123
Sig. .730
Equal variances not assumed Latens itidur sesudah
Equal variances assumed
1.142
Equal variances assumed
.000
1.000
Equal variances not assumed Durasi tidur sesudah
Equal variances assumed Equal variances not assumed
SKRIPSI
.000
.166
1.000
Sig. (2tailed)
df
Upper
18
.870
.500 3.005 -5.812
6.812
.166 17.043
.870
.500 3.005 -5.838
6.838
.299 -8.487
Equal variances not assumed Durasi tidur sebelum
t
Std. Mean Error Differe Differ nce ence Lower
18
.000
- 3.005 -31.812 -19.188 25.500
-8.487 17.690
.000
- 3.005 -31.820 -19.180 25.500
.000
18
1.000
.000
.216
-.454
.454
.000 18.000
1.000
.000
.216
-.454
.454
18
.000
1.600
.216
1.146
2.054
7.407 18.000
.000
1.600
.216
1.146
2.054
7.407
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test status riwayat jenis lama perkawin pekerjaa agam umur kelamin tinggal an n a
N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
20 2.20 .894
20 1.60 .503
20 2.05 .759
20 2.90 .447
20 20 2.20 1.00 1.005 .000c
Absolute Positive
.314 .210
.387 .284
.326 .326
.538 .412
.387 .284
Negative
-.314
-.387
-.274
-.538
-.387
Kolmogorov-Smirnov Z 1.406 1.730 1.459 2.408 1.730 Asymp. Sig. (2-tailed) .038 .005 .028 .000 .005 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample KolmogorovSmirnov Test cannot be performed.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 26
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid
20
Excludeda
0
Total
20
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .704
2
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
item1
1.70
1.168
.551
.a
item2
1.40
1.621
.551
.a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ...
KOMSIATININGSIH