1
Penetapan Kawasan Sentra Produksi Pengolahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten Jember Ryan Muhammad Rizal S. R. Dan Dian Rahmawati Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak— Kabupaten Jember merupakan salah satu lumbung pertanian bagi Jawa Timur, selain itu sektor pertanian menjadi urat nadi penghidupan bagi sedikitnya 500.000 penduduk di Kabupaten Jember. Semakin berkembangnya sektor pertanian di Jawa Timur membuat Kabupaten Jember harus bersaing dengan kabupaten/kota lainnya demi keberlangsungan sektor pertanian di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kawasan sentra produksi pengolahan pertanian berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Jember. Dilakukan tiga tahapan analisis dalam penelitian ini. Untuk mengidentifikasi wilayah yang memiliki komoditas unggulan sektor pertanian di Kabupaten Jember digunakan alat analisis LQ. Tahapan selanjutnya untuk menentukan kriteria dalam penentuan kawasan sentra produksi pertanian digunakan teknik wawancara dan triangulasi data. Sementara untuk menetapkan kawasan sentra produksi pertanian menggunakan overlay peta dari hasil tahapan sebelumnya. Terdapat 5 komoditas unggulan yang tersebar di beberapa kecamatan. Selain itu terdapat 7 kriteria yang mempengaruhi dalam penetapan kawasan sentra produksi pertanian dan lokasi yang sesuai berada di Kecamatan Patrang dan Kecamatan Silo. Kata Kunci—Kawasan Sentra Produksi Pengolahan Pertanian, Komoditas Unggulan
K
I. PENDAHULUAN
awasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.Kawasan Ekonomi Potensial berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan di sekitarnya dan dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang.Kawasan tersebut ditentukan berdasarkan potensi yang ada, serta memiliki aglomerasi terhadap pusat permukiman perkotaan dan kegiatan produksi dengan pertimbangan dapat memberikan dampak perkembangan pada suatu wilayah. Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten yang terletak di timur Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah mencapai 3.293,34 km2.Penggunaan lahan di Kabupaten Jember hingga tahun 2012 masih didominasi oleh sektor pertanian (RTRW Kab. Jember 2011), sehingga perekonomiannya masih di titik beratkan pada sektor pertanian. Hal ini diperkuat dengan fakta pada PDRB Kabupaten Jember tahun 2010 yang menyebutkan bahwa, kontribusi sektor pertaian merupakan yang tertinggi di Kabupaten Jember yaitu mencapai 41,36% dari total
keseluruhan sektor usaha di Kabupaten Jember (Kabupaten Jember Dalam Angka 2012). Dari sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan makanan menjadi pemberi sumbangsih terbesar yaitu sekitar 49,58%. Hal ini menunjukan bahwa tanaman pangan menjadi salah satu komoditas unggulan yang ada di Kabupaten Jember, sehingga perlu untuk dipertahankan bahkan terlebih lagi di tingkatkan. Komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang paling menguntungkan atau dikembangkan pada suatu daera (Depkimpraswil, 2003) atau satu komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan atau dikembangkan pada suatu wilayah yang memiliki prospek pasar dan mampu untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan petani dan keluarga, serta mempuyai potensi sumberdaya lahan yang cukup luas (Bappeda Kab. Jember). Daya saing komoditas unggulan khususnya di sektor pertanian tiap tahunnya semakin meningkat, hal ini pula yang membuat pemerintah Kabupaten Jember harus menyiapkan langkah-langkah agar mampu turut bersaing dengan kabupaten/ kota lainnya. Mulai dari penanaman, sumber daya manusia, pendistribusian, fasilitas penunjang, pengolahan, hingga proses pemasaran haruslah ditingkatkan dan diperbaiki, sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi lebih optimal.Jika diteliti lebih dalam lagi, bibit yang digunakan dalam sektor pertanian tidak jauh berbeda dengan bibit-bibit yang digunakan di luar Kabupaten Jember sehingga hasil pasca panen pun tidak jauh berbeda dengan Kabupaten/ kota lainnya yang memproduksi hasil sektor pertanian serupa, yang membedakan adalah kegiatan pasca panen dimana tiap kabupaten/ kota memiliki kebijakan yang berbeda-beda sehingga disinilah daya Kabupaten Jember dirasa kurang memumpuni.Untuk menjawab tantangan daya saing tersebut, penetapan kawasan sentra produksi pengolahanpertanian dirasa tepat Kawasan sentra produksi pengolahan pertanian disini merupakan suatu konsep dimana nantinya mampu mendorong percepatan peningkatan nilai tambah yang diikuti peningkatan produksi pada sentra-sentra produksi dari sub sektor pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor perikanan dan subsektor peternakan yang didukung oleh sarana dan prasarana yang relevan. Kawasan sentra produksi sub sektor pertanian dibentuk dalan suatu kawasan produksi mulai dari skala kecil (mikro) hingga bersekala besar (makro) dan ekonomis. (Soemarno, 2011)
2
LQ =
Xik/ Xk Xip/ Xp
Gambar. 2. Rumus Location Quotient
Gambar. 1. Peta Orientasi Wilayah Penelitian Kabupaten Jember
II. METODE PENELITIAN A. Tahap Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survey data primer dan sekunder yang bersumber dari berbagai dokumen yang dimiliki oleh instansi terkait seperti: Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Jember, Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, perkebunann kehutanan, perikanan dan Peternakan, serta instansi terkait lainnya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara, sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara survey instansi dan literature. B. Metode Analisa Dalam menetapkan kawasan sentra produksi pengolahan pertanian berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Jember setidaknya harus melalui 3 tahapan. Yang pertama menggunakan alat analisis LQ dan Shift Share untuk mencari persebaran komoditas unggulan diberapa kecamatan, kemudian dilanjutkan oleh analisis Delphi dan Triangulasi untuk mencari kriteria yang sesuai dalam penetapan kawasan sentra produksi pengolahan pertanian berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Jember, dan yang terakhir adalah Teknik overlay peta untuk menetapkan kawasan yang sesuai untuk dijadikan kawasan sentra produksi pengolahan pertanian berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Jember. C. Teknik Analisis Teknik analisis yang pertama adalah Location Quotient atau yang sering kali disebut LQ, teknik analisis ini digunakan untuk menentukan kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu (dalam penelitian ini sektor pertanian). Walaupun teknik ini tidak memberikan kesimpulan akhir, namun dalam tahap pertama sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan daerah yang bersangkutan dalam sektor yang diamati. Adapun rumus umum dari LQ adalah sebagai berikut: Dimana: Xik = Nilai Pendapatan sub sektor pertanian i di kecamatan K
Xk = Total pendapatan sektor pertanian di kecamatan K Xip = Nilai Pendapatan sub sektor pertanian i di kabupaten Xp = Total pendapatan sektor pertanian di kabupaten Analisis berikutnya yaitu shift share, dimana bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Dalam analisis ini diasumsikan bahwa pertumbuhan sektor ekonomi dipengaruhi 3 hal, yaitu komponen pertumbuhan nasional (KPN), komponen pertumbuhan proporsional (KPP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (KPPW). PE : pertumbuhan ekonomi wilayah local Yt : PDRB Provinsi akhir tahun analisis PE
= KPN + KPP + KPPW = (Yt/Yo – 1) + (Yit/Yio –Yt/Yo) + (yit/yio – Yit/Yio) = [Ra – 1] + [Ri – Ra] + [ ri – Ri]
Gambar. 3. Rumus Shift Share
Yo : PDRB Provinsi awal tahun analisis Yit: PDRB Provinsi sektor i, akhir tahun analisis Yio : PDRB Provinsi sektor i, awal tahun analisis yit : PDRB local sektor i, akhir tahun analisis yio : PDRB local sektor i, awal tahun analisis PB = KPP + KPPW Dimana, Jika PB ≥ 0 : sektor tersebut progresif Jika PB ≤ 0 : sektor tersebut mundur Analisis selanjutnya adalah Delphi, Delphi adalah suatu proses kelompok yang digunakan untuk memperoleh tanggapan tertulis dari beberapa individu. Ini dimaksudkan untuk mengumpulkan pendapat dari sejumlah individu dalam rangka meningkatkan mutu pengambilan keputusan. Delphi tidak memerlukan pertemuan langsung (Face to face), bagaimanapun juga, ini bermanfaat untuk melibatkan para ahli, dan seluruh elemen yang terlibat maupun berimbas pada penelitian. Adapun tahapan analisis Delphi lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Penentuan objek evaluasi: menentukan isu atau perumusan masalah penelitian dan variabel penelitian 2. Pemilihan pakar/responden: menentukan pelaku yang memiliki kepakaran atau pengetahuan dan bersangkutan dengan objek penelitian 3. Penyusunan kuisioner I: menentukan variabel penelitian yang diajukan dalam kuisioner untuk dipakai pada putaran pertama 4. Wawancara pakar/responden lalu mengkompilasi data hasil responden dan mengeliminasi pertanyaan-
3 pertanyaan yang tidak diperlukan lagi untuk putaran berikutnya 5. Iterasi 2, 3, 4 dan seterusnya (kuisioner dan wawancara kepada orang yang sama) dan iterasi terhenti jika sudah terjadi konsensus. 6. Hasil yang diinginkan Berikutnya adalah analisis Triangulasi, Menurut Sutopo, 2006, triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. . Pada dasarnya triangulasi merupakan teknik yang didasari pola piker fenomologi yang bersifat multiperspektif, yang artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu sudut pandang saja. Dalam penelitian ini sumber yang digunakan antara lain: 1. Hasil tinjauan pustaka terkait kriteria kawasan sentra produksi pengolahan pertanian 2. Hasil wawancara 3. Review kebijakan seputar kawasan sentra produksi pengolahan pertanian maupun kawasan pemasaran hasil pertanian. Teknik analisis yang terakhir adalah teknik analisis overlay, dimana Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik. Sehingga nantinya didapatkan output peta dengan lokasi yang sesuai berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
Sektor TANAMAN PANGAN PERKEBUNAN
LQ 2008
LQ 2009
LQ 2010
0.87
0.87
0.88
2.29
2.27
1.97
PETERNAKAN
0.62
0.61
1.21
KEHUTANAN
0.80
0.83
0.92
PERIKANAN
0.18
0.17
0.18
Sumber: Hasil Analisa
Gambar. 2. Hasil Analisis Shift Share
III. HASIL DAN DISKUSI A. Mengidentifikasi Komoditas Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Jember Untuk mengidentifikasi komoditas unggulan sektor pertanian di Kabupaten Jember, digunakan analisis LQ.Analisis LQ merupakan suatu indeks untuk membandingkan komoditas pada tingkat kecamatan di Kabupaten Jember. LQ pada tahapan ini dilakukan sebanyak 3kali, dimana LQ yang pertama unutk menjadi sub sektor basis dan unggulan di Kabupaten Jember, kemudian analisis LQ yang kedua untuk mencari kecamatan yang memiliki basis dari hasil LQ pertama, dan analisis LQ yang terakhir untuk mencari komoditas unggulan. Berikut merupakan tabel hasil dari LQ yang pertama, dimana di Kabupaten Jember memiliki basis subsector perkebunan mulai tahun 2008-2010 dan sub sektor peternakan tahun 2010. Dengan mempertimbangkan banyak hal salah satunya hasil analisis shift share maka peneliti memutuskan akan meneliti lebih lanjut sub sektor perkebunan sebagai objek penelitian. Selanjutnya mengidentifikasi kecamatan mana yang memiliki basis sub sektor perkebunan dan dilanjutkan mengidentifikasi komoditas unggulannya dengan menggunakan LQ dan shift share, sehingga hasilnya dapat dipetakan. Tabel 1 Hasil Analisa LQ 2010 Sektor Pertanian Kabupaten Jember Tahun 2008-2010
Gambar. 4. Peta Persebaran Komoditas Unggulan
Hasil akhir dari sasaran 1 yaitu didapat beberapa kecamatan dengan komoditas unggulan yaitu, Kec. Silo (kopi), kec Kalisat (Pinang), Kec. Patrang (Kelapa), Kec. Tanggul (Tebu), Kec. Wuluhan (kelapa dan tembakau), Kec. Jenggawah (kelapa), Kec. Mumbulsari (kelapa dan pinang). B. Menganalisa Kriteria Kawasan Sentra Produksi Pengolahan Pertanian di Kabupaten Jember Perlu diketahui bahwa dalam menganalisa kriteria dilakukan 2 tahap analisis, yang pertama adalah teknik analisis Delphi dan yang kedua adalah triangulasi data. Untuk inputan analisis triangulasi menggunakan hasil dari analisis Delphi, tinjauan teori dan SPM dari peraturan mentri perindustrian.
4
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Tabel 2 Kriteria/ SPM Kawasan Industri. Kriteria Standart jarak ke pusat kota minimal 10 km jarak ke pemukiman minimal 2 km jaringan jalan yang arteri primer melayani topografi/ kemiringan maksimal 15% tanah jarak terhadap sungai maksimal 5 km daya dukung lahan sigma tanah : 0.7 – 1.0 km/cm2 peruntukan lahan non pertanian non permukiman non konservasi ketersediaan lahan minimal 50 Ha listrik 0,15-0,2 MVA/Ha Telekomunikasi 20-40 SST/ Ha air bersih 0,55-0,75 liter/dtk/Ha tenaga kerja 90-110 TK/ Ha kebutuhan hunian 1,5 TK/ unit hunian Luas lahan Minimal 50 Ha
Sumber: PERMEN No. 35 tahun 2010
Berikut merupakan rangkuman hasil dari analisis Delphi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap ke empat responden. Tabel 3 Hasil Delphi Variabel Keterangan Daya Jangkau Pemasaran Berpengaruh Kondisi Jalan Berpengaruh Moda Transportasi Tidak Berpengaruh Tenaga Kerja Berpengaruh Pendanaan/ Modal Berpengaruh Upah Tenaga Kerja Tidak Berpengaruh Biaya Transport Tidak Berpengaruh Jenis Produk Berpengaruh Jumlah Produk Tidak Berpengaruh Jumlah Bahan Baku Berpengaruh Teknologi/ Mesin Tidak Berpengaruh Fasum Tidak Berpengaruh Jaringan Telekomunikasi Berpengaruh Jaringan Air Bersih Berpengaruh Jaringan Listrik Berpengaruh IPAL/ Sungai Berpengaruh Pola Guna Lahan Berpengaruh SumberL Hasil Analisa 2014
Keterangan: Responden 1 (Bpk. Naim-Tokoh Masyarakat Responden 2 (Bpk. Abi-Disperindah Jember) Responden 3( Bpk. Djoko-Dosen Agribisnis UNEJ) Responden 4 ( Bpk Agus-Pelaku Usaha) Dari serangkaian proses analisa, dimulai dengan teknik analisis Delphi, dimana terjadi iterasi dan muncul variable baru hingga proses triangulasi yang menggunakan input dari hasil Delphi, SPM, dan tinjauan pustaka, maka didapatkan hasil 7 kriteria yang sesuai dalam penetapan kawasan sentra
produksi pengolahan pertanian berbasis komoditas unggulan. Adapun kriteria tersebut adalah tenaga kerja, jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih, IPAL/ sungai, jaringan listrik, dan pola guna lahan serta hasil sasaran 1 yaitu persebaran komoditas unggulan. Tabel 4 Kesimpulan SPM/ Kriteria Variabel SPM/ Kriteria Tenaga Kerja 90-110 TK/ Ha Kondisi Jalan Arteri Primer Jaringan Telekomunikasi 20-40 SST/ Ha Jaringan Air Bersih 0,55-0,75 liter/dtk/Ha IPAL/ Sungai maksimal 5 km Jaringan Listrik 0,15-0,2 MVA/Ha Pola Guna Lahan non pertanian non permukiman non konservasi Persebaran Komoditas Unggulan Sumber: Hasil Analisa 2014
C. Analisa Penetapan Kawasan Sentra Produksi Pengolahan Pertanian dengan Overlay Setelah didapatkan kriteria yang sesuai dalam menetapkan kawasan sentra produksi pengolahan pertanian langkah berikutnya adalah menetapkan lokasi yang sesuai. Dalam menentapkan lokasis yang sesuai digunakan overlay peta dengan menggunakan kriteria yang telah didapat dan
Gambar 5 . Peta Kesesuaian Deliniasi Air Bersih
dituangkan pada peta, sehingga didapat peta sebagai berikut:
5
Gambar 6 . Peta Kesesuaian Pola Guna Lahan
Gambar 9. Peta Kesesuaian Deliniasis Energi Listrik
Gambar 7 . Peta Kesesuaian Ketersediaan Tenaga Kerja
Gambar 10. Peta Kesesuaian Deliniasis Jalan
Gambar 8 . Peta Kesesuaian Deliniasis Sungai
Gambar 11. Peta Persebaran Komoditas Unggulan
Dari ketujuh peta tersebut dilakukan analisis overlay menggunakan bantuan tools union, dimana nantinya akan didapatkan lokasi berdasarkan kriteria kesesuaian yang sudah
6 DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
[4] [5] [6] [7] Gambar 12 . Peta Kesesuaian Lokasi Kawasan Sentra Produksi Pengolahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan
ada. Berikut ini merupakan peta kesesuaian lokasi sentra produksi pengolahan pertanian berbasis komoditas unggulan. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN 1.
[8] [9]
[10]
Kabupaten Jember khususnya di sektor pertanian tidak memiliki sub sekotr unggulan, maupun berkembang. Namun Kabupaten Jember memiliki sub sektor potensial yaitu pada sub sektor perkebunan. Komoditas di Kabupaten Jember khususnya sub sektor perkebunan tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember. Komoditas unggulan tembakau berada di Kecamamatan Kalisat dan Wuluhan, komoditas unggulan kopi berada di Kecamatan Silo, komoditas unggulan tebu berada di Kecamatan Tanggul, komoditas unggulan kelapa berada di Kecamatan Patrang, Mumbulsari, Jenggawah, Wuluhan, dan komoditas unggulan pinang berada di Kecamatan Kalisat dan Mumbulsari. 2. Dalam penetapan kawasan sentra produksi pengolahan pertanian berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Jember, didapatkan kriteria yang sesuai tinjauan pustaka dan SPM (standart pelayanan minimal), kriteria tersebut adalah tenaga kerja, kondisi jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih, ipal/ sungai, jaringan listrik, dan pola guna lahan. Kriteria tersebut didapat dari hasil analisis Delphi, yang dilanjutkan dengan triangulasi data. 3. Berdasarkan analisis overlay didapatkan beberapa lokasi yang sesuai untuk dijadikan kawasan sentra produksi pengolahan pertanian, yaitu di Kecamatan Silo dan Kecamatan Patrang
[11]
UCAPAN TERIMA KASIH
[19]
Penulis R.M.R.S.R. mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Jember yang telah memberikan dukungan terhadap kelanjaran penelitian ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing dan dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penelitian ini.
[12]
[13] [14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[20]
Adisasmita, H.R. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta: Graha Ilmu. Arifin, Bustanul dan Didik J. Rachbini, 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Grasindo. Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Mardjuki, A. 1994. Pertanian dan Masalahnya. Andi Offset. Yogyakarta. Tarigan, Robinson. 2001. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : PT. Bumi Aksara Tarigan, Robinson. 2005. Teori dan Aplikasi Ekonomi Regional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tambunan, Dr. Tulus T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia. Wingjosoebroto, Sritimo. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: Guna Widya. Sirojuzilam. 2005. Regional Planning and Development. Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Vol.1 Nomor 1 Agustus 2005. Ariastita, Putu Gde. 2012. PPT Teknik Analisa Perencanaan II Analisis Stakeholder. Surabaya: PWK ITS. Ariastita, Putu Gde. 2012. PPT Teknik Analisa Perencanaan II Teknik Delphi. Surabaya: PWK ITS. Hidayati, Solikhah Retno. 2012. Analisis Ekonomi Basis Metode LQ dan Shift Share. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Nasional. Anonymous. 2010. Teori Lokasi Industry. http://geografigeografi.blogspot.com/2010/11/teori-lokasi-industripertimbangan.html. Diakses pada tanggal 3 Desember 2013. Eni, A. 2012. Faktor Pertanian. http://sbelajar.blogspot.com /2012/10/pertanian.html. Diakses pada 5 Desember 2013. Firmansyah M. 2012. Struktur Industri Dan Pertumbuhan Regional: Shift-Share Analysis. http://sisilainkebebasan. blogspot.com/2012/01/struktur-industri-dan-pertumbuhan .html. Diakses pada tanggal 16 Juni 2014. Galugu, Patrick. 2013. Mengenal Pendekatan Deduktif dan Induktif. http://www.menginspirasi.com/2013/09/mengen alpendekatan-deduktif-dan.html. Diakses pada 13 Desember 2013. Mosher. 1965. Teori-Teori Pertanian. http://informasi34.blo gspot.com/2008/12/teoriteoripertanian.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2013. Soemarno. 2007. Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Komoditi Unggulan Wilayah. www.marno.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 10 April 2014.
7