ABSTRAK EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA (BKR) PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN MEDAN DELI
IRA PUSPITA SARI 1103100079 Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan program yang dicanangkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melalui Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem) yang tugas dan fungsinya dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kota Medan. Program ini dikembangkan oleh Petugas Lapangan KB dan dibantu Stakeholder yang ada di setiap Kelurahan. Sasaran program ini ditujukan bagi remaja dan keluarga yang memiliki remaja sebagai wadah dan sumber informasi bagi orang tua untuk memperoleh pengetahuan tentang pembinaan remaja agar terwujudnya remaja yang berakhlak mulia dan terciptanya keluarga sejahtera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program bina keluarga remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli. Manfaat penelitian ini adalah untuk membantu para orang tua membina anak remaja mereka melalui sosialisasi dengan memberikan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, fungsi keluarga dan tumbuh kembang remaja sehingga tercapai kualitas kesehatan bagi remaja. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi analisis kualitatif. Narasumber penelitian adalah 8 orang yang terdiri dari 3 orang pengelola BKR dan 5 orang kader di Kecamatan Medan Deli. Hasil akhir penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan program BKR di Kecamatan Medan Deli sudah berjalan namun belum dapat dikatakan efektif. Hal ini terlihat dari kegiatan penyuluhan tidak rutin dilakukan setiap bulan, sosialisasi yang diberikan belum merata dan tidak adanya penyediaan sarana dan prasarana kegiatan. Sehingga belum dapat memberikan pemahaman kepada orang tua tentang materi substansi BKR. Oleh karena itu, dari hasil yang diperoleh melalui penelitian ini dapat dijadikan referensi dan rekomendasi untuk mendukung kelancaran pengembangan program BKR di Kecamatan Medan Deli pada khususnya.
KATA PENGANTAR
Assalaamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini dengan tepat waktu. Tak lupa shalawat berangkaikan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang mempunyai suri tauladan dan membawa ummat manusia keluar dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang-benderang dengan ilmu pengetahuan. Syukur Alhamdulilah akhirnya skripsi dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli” dapat terselesaikan. Skripsi ini juga merupakan syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana pendidikan S-1 dan memperoleh gelar sarjana sosial pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga untuk keluarga penulis yang teristimewa dan tersayang, khususnya kepada Ibunda Penulis Fatimah dan Ayahanda Tri Yasin Hanato serta Adinda Ya’qub Fadel Fadly yang tak pernah berhenti memberikan kasih sayang, nasehat dan dukungan dari awal sampai akhir kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, keselamatan, lindungan dan membalas semua kebaikan Ibunda, Ayahanda dan Adinda saya tercinta. Aamiin. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan batas dan segala kemampuan yang dimiliki. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Dr. Agussani, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2. Bapak Rudianto, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Tasrif Syam, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan Dosen Penasehat Akademik penulis. 4. Ibu Nalil Khairiah, S.IP, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 5. Ibu Ida Martinelly, S.H, MM, selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sekaligus Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Nalil Khairiah, S.IP, M.Pd, selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sekaligus Pembimbing II penulis yang telah banyak meluangkan waktunya disela kesibukan untuk memberikan bimbingan, masukan, dan perbaikan-perbaikan dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 7. Dosen-dosen dan seluruh Staf Pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 8. Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Ibu Rormawarni S.E, selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga, Ibu Nurjannah selaku Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli dan seluruh pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan yang telah banyak memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 9.
Bapak Camat Medan Deli yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Deli.
10. Para narasumber yang disertakan dalam penelitian ini, yang telah memberikan bantuan berupa informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini. 11. Untuk Alm. Kakek dan Nenek saya yaitu Nenek Sadinam dan Alm. Kakek Gito terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. 12. Untuk Uwak, Ibuk dan Paman Saya, terima kasih atas dukungan dan semangat serta perhatian yang diberikan dari saya kecil hingga dewasa seperti saat ini. 13. Untuk Sepupu-sepupu tersayang yang tak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas semangat, bantuan dan dukungan yang kalian berikan. Khususnya
Kakak Sunita Effiani, Abang Afrizal, Abang Satrio dan Abang Mhd. Prasetyo, Abang Andriansyah. 14. Untuk sahabat penulis, Sri Wahyuni Siregar (Bebeh), Indra Sukmana (Indro), Aji Kusuma Nur (Ajo), Solihin (Pak Lihin) dan M.Gusti (Mamang), terima kasih telah menjadi sahabat yang baik dikala sedih maupun senang. Semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu. 15. Untuk teman-teman sepengkaderan IMM FISIP UMSU Tahun 2011 Husna, Ikhsan (Intan Bayo), Mulkan, Buya, Ade, Anto (bule), Himne Harma (Ifni Ocik), Mardiani Tanjung (Wak Njung), bang Siddiq, dan Yugi. 16. Teman-teman dekat khususnya Unnie Saidah, Rama Ayunita, Rika Rumida, Hardiyani dan Rekan-rekan seangkatan IAN 2011 khususnya IAN A2 Sore dan IAN B2 Adm. Pembangunan. Semoga Allah selalu merahmati dan memberikan kesuksesan kepada kita semua. Aamiin. 17. Untuk teman-teman SMA penulis, khususnya Hendra Mora Harahap, Fatwa Rizky, Intan Fauzi Ramadhani, Wahyu Rizka A, Zaida Adlina Lubis. 18. Untuk Senior penulis di PK IMM FISIP UMSU Dwi ramadhana, Jehan Ridho, Dyo Saqib Arsalan, Agung Purnomo, Rodliyatan N., Sigit Hardianto, Nusul Ramadhan, Ria Agustina, Astri Dewi, Jilawati, Ima Zahara, Khuriah, Alvino. 19. Untuk adinda di PK IMM FISIP UMSU Indah, Ayu, Hamdy, Wendy, Arif, Ina, Bryan, Adhan, Wahyu gemot, Fadil, Nanda, Dira, Gangga, Faisal, Laila, Jefry, Ilham, Yona, Aji, Juliandi, Susi, Nurmalia, Kiki, Yopie, Fikri, Arif Ghazali, Wahyu, Yuca, Amel dan adek-adek di PK IMM FISIP UMSU lainnya yang tak
tersebutkan satu per satu terima kasih atas bantuan dan dukungan yang adikadik berikan. IMM JAYA!!! Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak semoga mendapat balasan yang berlipat ganda oleh Allah Swt. Penulis juga meminta maaf atas semua kekurangan dan kesalahan yang ada selama penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamiin Billahifisabililhaq Fastabiqul khairat, Wassalaamualaikum Wr. Wb.
Medan,
Februari 2015 Penulis
IRA PUSPITA SARI
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6 E. Sistematika Penulisan ............................................................... 7
BAB II
URAIAN TEORITIS A. Konsep Efektivitas ................................................................... 8 1. Pengertian Efektivitas .......................................................... 8 2. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas ............................... 11 3. Ukuran Efektivitas ............................................................... 12 B. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) .................................... 16 1. Konsep Program .................................................................. 16 2. Pengertian Program Bina Keluarga Remaja (BKR) .............. 17 3. Tujuan dan Sasaran BKR ..................................................... 19 4. Kebijakan dan Strategi BKR ................................................ 21
5. Substansi Program BKR ...................................................... 22 6. Kegiatan-kegiatan dalam Pengelolaan BKR ......................... 23 C. Konsep Keluarga ...................................................................... 26 1. Pengertian Keluarga............................................................. 26 2. Fungsi Keluarga .................................................................. 27 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian......................................................................... 34 B. Narasumber .............................................................................. 35 C. Definisi Konsep ....................................................................... 36 D. Kerangka Konsep ..................................................................... 36 E. Kategorisasi ............................................................................. 37 F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39 G. Teknik Analisis Data ................................................................ 40 H. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 41 I. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data ......................................................................... 65 B. Analisis Data Wawancara......................................................... 70 C. Pembahasan Hasil Wawancara ................................................. 86
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 95 B. Saran ........................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel IV.1
Distribusi Narasumber Menurut Jenis Kelamin .................... 66
Tabel IV.2
Distribusi Narasumber Menurut Umur ................................. 67
Tabel IV.3
Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan ............ 68
Tabel IV.4
Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan ........................... 68
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 3.1
Kerangka Konsep ................................................................ 37
Gambar 3.2
Bagan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan......................................... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Daftar Pedoman Wawancara
Lampiran II
: Wawancara Penelitian
Lampiran III
: SK-1 Permohonan Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran IV
: SK-2 Surat Penetapan Judul Skripsi dan Pembimbing
Lampiran V
: SK-3 Permohonan Seminar Proposal Skripsi
Lampiran VI
: SK-4 Undangan Seminar Proposal Skripsi
Lampiran VII
: Sk-5 Berita Acara Bimbingan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam upaya menciptakan ketahanan keluarga dan mewujudkan peningkatan kualitas remaja sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dimana dalam pengelolaan programnya didasarkan pada Peraturan Kepala BKKBN Nomor 109/PER/F2/2012. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat strategis dalam mengupayakan terwujudnya Sumber Daya Manusia potensial melalui upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang remaja melalui peran orang tua dalam keluraga. Selain itu, dengan adanya program BKR ini diharapkan dapat mengatasi meningkatnya kecenderungan perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Agar program Bina Keluarga Remaja (BKR) terlaksana dengan efektif diperlukan kecakapan dari para pelaksana dan pengelola program dengan meningkatkan kompetensi petugas penyuluh sehingga dapat memberikan penyuluhan materi tentang remaja kepada orang tua terutama pada anggota BKR. Hal ini dilakukan agar program BKR dapat terlaksana secara tepat sasaran berdasarkan pada kebijakan dan strategi program BKR dengan memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pendukung kelompok BKR, mengintegrasikan
kegiatan PIK Remaja dengan kegiatan kelompok BKR, dan menyediakan dukungan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR yang bertujuan untuk membangun keluarga berwawasan kependudukan dan pembinaan moral serta sikap remaja melalui peran orang tua dalam keluarga. Jumlah remaja yang banyak yaitu sekitar 27,6 % atau ± 64 juta jiwa dari total penduduk Indonesia sangat memerlukan perhatian khusus dari semua pihak, apalagi usia remaja adalah masa pancaroba, masa pencarian jati diri, di tambah lagi dengan arus globalisasi dan informasi (paparan media audio-visual) yang kian tak terkendali menyebabkan perilaku remaja menjadi tidak sehat (unhealthy) dan berdampak pada resiko Triad KRR seperti seks pranikah, narkoba, HIV dan AIDS, meningkatnya pernikahan usia dini, dan tingginya angka kematian ibu dan anak.
Berdasarkan Survey Kesehatan Repoduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%), sedangkan usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%), dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008, menunjukkan bahwa terdapat 115.404 kasus pengguna NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif) serta data dari Kemenkes RI, tahun 2011 menunjukkan bahwa penderita AIDS adalah sekitar 49,5% diantaranya adalah kelompok
usia
20-29
tahun.
(www.kulonprogokab.go.id/v21/Membangun-
Kesadaran-Remaja-Berprilaku-Sehat-1655 di akses pada pukul 21.35 WIB, 8 November 2014).
Permasalahan remaja seperti yang terjadi di atas. seringkali berakar dari rendahnya informasi dan pengetahuan remaja yang mengakibatkan remaja cenderung mempraktekkan prilaku menyimpang. Selain itu, faktor sosial ekonomi dan demografi, faktor budaya dan lingkungan serta faktor psikologi juga turut menyumbang dampak buruk terhadap kesehatan remaja. Tentu saja, hal ini dapat mengganggu perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang. Orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam mencegah dan menanggulangi perilaku menyimpang pada remaja (Juvenile delinquency) karena remaja sebagai generasi penerus merupakan aset bangsa yang diharapkan mempunyai kualitas yang tinggi terutama dalam mencapai cita-cita pembangunan bangsa sehingga perlu diberikan pembinaan terhadap tumbuh kembang anak remaja yang optimal dengan menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda dalam Hadist Riwayat al-Turmudzi “Tidak ada pemberian orang tua yang paling berharga terhadap anaknya selain budi pekerti yang baik”. Dalam
rangka
merespon
permasalahan
remaja
tersebut,
Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana (SKPD KB) Kota Medan bertugas mengembangkan dan melaksanakan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kota Medan melalui Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tupoksi dan Tata Kerja Badan PPKB Kota Medan yang tugasnya diselenggarakan oleh Seksi Advokasi dan Pengembangan Institusi. Badan PPKB terus berupaya
mengembangkan dan melaksanakan program BKR pada keluarga atau anggota keluarga di Kota Medan khususnya di Kecamatan Medan Deli agar semakin banyak remaja dan keluarga yang mengetahui pentingnya membentuk kelompok BKR sebagai wadah dan sumber informasi bagi orang tua dengan maksud agar Program Bina Keluarga Remaja (BKR) semakin dikenal luas oleh remaja dan orang tua sehingga permasalahan di atas dapat teratasi. Penelitian ini akan dilakukan di kantor Badan PPKB Kota Medan untuk melihat pelaksanan program BKR dan Sejauh mana keberhasilan program ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli sebagai wilayah kajiannya. Dalam rangka mengimplementasikan program BKR di tingkat kecamatan maka ditempatkan petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang tugas dan fungsinya antara lain adalah melakukan pembinaan dan mengkoordinasikan pelaksanaan program BKR terhadap institusi masyarakat yang terkait. Sehingga para Orang tua di Kecamatan Medan Deli dapat menerima manfaat dari hasil pelaksanaan program BKR dan remaja juga mampu secara mandiri menata kehidupannya di masa depan dan berkreativitas dalam dunia pendidikan. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti bahwa kegiatan BKR yang dilakukan di Kecamatan Medan Deli hingga saat ini masih sebatas pembentukan kelompok saja. Oleh karena itu, Pengembangan kegiatan kelompok BKR masih pada stratifikasi dasar dan kegiatannya belum dilaksanakan secara merata diberbagai tingkatan. Untuk itu, diperlukan orientasi dan pembinaan secara optimal dan upaya pemantapan dari Badan PPKB dan lembaga pelaksananya untuk mengembangkan pengelolaan BKR khususnya di Kecamatan Medan Deli.
Hal ini dilakukan demi tercapainya harapan dan tujuan program secara efektif dalam menyiapkan keluarga sejahtera. Atas dasar pemikiran dan asumsi sebagaimana di uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) Pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Di Kecamatan Medan Deli”.
B. Perumusan Masalah Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan perkembangan. Oleh karena itu, perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dilakukan sehingga peneliti dapat terarah dalam membahas masalah yang akan diteliti, mengetahui arah batasan penelitian, serta meletakan pokok yang akan dikaji atau dibahas dalam suatu penelitian. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2012 : 93), masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli?”
C. Tujuan Penelitian Usman dalam Sumartono (2000:29), berpendapat bahwa tujuan penelitian sangat penting dilakukan agar peneliti lebih terarah dalam melaksanakan penelitiannya, setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan, demikian pula halnya dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana di Kecamatan Medan Deli. 2) Untuk mengetahui pemahaman orang tua di Kecamatan Medan Deli tentang materi Substansi Bina Keluarga Remaja (BKR) dalam rangka menciptakan keluarga yang berwawasan kependudukan.
D. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi pemikiran yang positif dan membangun bagi pemecahan masalah praktis yang berkaitan dengan judul penelitian.
b.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta memperluas wawasan penulis dalam menghadapi masalah yang ada.
c.
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan so
E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN : Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah mengenai konteks penelitian, Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta sistematika penulisan. BAB II URAIAN TEORITIS : Bab ini berisikan dan menguraikan teori tentang konsep efektivitas, ukuran efektivitas, menjelaskan tentang program Bina Keluarga Remaja yang diuraikan mulai dari pengertian, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebijakan dan strategi pengelolaan BKR, kegiatan dalam pengelola BKR dan pengelola kelompok, konsep menganai keluarga, pengertian keluarga dan fungsi keluarga. BAB III METODE PENELITIAN : Berisikan persiapan dan pelaksanaan penelitian yang menguraikan tentang jenis penelitian, narasumber, defenisi konsep, kerangka konsep, kategorisasi, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, lokasi waktu penelitian, dan deskripsi lokasi penelitian. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Bab ini berisikan
tentang analisa data penelitian yang menguraikan penyajian data, analisis data hasil wawancara dan pembahasan analisis data tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli. BAB V PENUTUP : Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB II URAIAN TEORITIS A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas adalah suatu kosa kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, ditaati, mengesankan, mujarab, dan mujur. Dari sederatan arti di atas, maka kata yang paling tepat untuk memahami efektivitas adalah sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Efektivitas dapat digunakan untuk mengukur suatu kerja organisasi karena efektivitas merupakan kemampuan untuk dapat memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pelaksanaan pekerjaan atau program di dalam organisasi dikatakan efektif apabila dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan dengan metoda (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan. Menurut Drucke yang dikutip Handoko (2003:07), efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the rigth things). Maksudnya bukan bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar, tetapi bagaimana menemukan
pekerjaan yang benar untuk dilakukan dan memusatkan sumber daya dan usaha pada pekerjaan tersebut. Denison dalam Pabundu (2010:135), mengemukakan bahwa ada empat prinsip integratif mengenai efektivitas yang berhubungan dengan budaya organisasi dan kinerja organisasi. Keempat prinsip ini diberi nama empat sifat utama (main cultural traits) yang mencakup keterlibatan (involvement), konsistensi (consistency), adaptabilitas (adaptability), dan misi (mission). Georgopolous dan Tannembaum (1999:50), melakukan penilaian terhadap efektivitas. Mereka meninjau efektivitas dari sudut pencapaian tujuan, dan berpendapat bahwa rumusan keberhasilan organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanismenya mempertahankan diri dan mengejar sasarannya. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sarana maupun tujuan-tujuan organisasi. Lebih lanjut, Agung Kurniawan (2005:109) dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya. Sedangkan menurut Streers (1985:87) Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sasaran tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang wajar terhadap pelaksanaannya. Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah merupakan suatu konsep yang sangat penting karena
mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan. Memperhatikan beberapa pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas berbedabeda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan yang dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Emerson dalam Handayaningrat (1996:16), bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan”. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dn model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Menurut Sutrisno (2011:125) ada empat kelompok variabel yang berpengaruh terhadap efektivitas, ialah : a. Karakteristik organisasi, termasuk struktur dan organisasi b. Karakteristik lingkungan interen dan lingkungan eksteren c. Karakteristik karyawan d. Kebijakan praktik manajemen Sedangkan menurut Gibson et. Al (1992:28), bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas antara lain : a. Kemampuan Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam dirinya, baik kemamuan teknik maupun kemampuan umum. b. Keahlian Keahlian adalah kemampuan spesifik yang dimiliki seseorang untuk menangani masalah teknis tertentu dalam pekerjaan terutama dalam pelaksanaan program-program kegiatan dalam suatu organisasi. c. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan suatu kemampuan yang diperoleh dari pengembangan diri melalui penelusuran keilmuan. d. Sikap Sikap adalah kepribadian yang tercermin dari wujud perilaku seseorang dengan sikap yang baik maka efektivitas pelaksanaan suatu kegiatan atau program dapat dilakukan dengan baik pula.
e. Motivasi Motivasi marupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. f. Stress Stress adalah tekanan yang timbul akibat tekanan lingkunga di luar diri manusia seperti pekerjaan yang dilakukan.
3. Ukuran Efektivitas Mengukur efektivitas suatu organisasi bukanlah suatu hal yang sangat mudah dan sederhana. Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat keluaran (output) tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut karena pencapaian hasil (outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu) dalam bentuk pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang dihasilkan baik, maka efektivitasnya baik pula. Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Cambell yang dikutip oleh Richard M. Steers (1985:46-48) dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” menyebutkan beberapa ukuran dari pada efektivitas, yaitu: 1) Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi;
2) Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan; 3) Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut; 4) Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi; 5) Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan masa lalunya; 6) Pemanfaatan
lingkungan
yaitu
batas
keberhasilan
organisasi
berinteraksi dengan lingkungannya, memperoleh sumber daya yang langka dan berharga yang diperlukannya untuk operasi yang efektif; 7) Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu; 8) Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki; 9) Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk mencapai tujuan; 10) Kepuasan yaitu adanya tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas pekerjaanya dalam organisasi; 11) Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan;
12) Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan. Sehubungan dengan hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, terdapat indikator ukuran efektivitas program sebagai suatu sistem yang menunjukan tingkat sejauh mana organisasi melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal berdasarkan pada indikator : 1) kejelasan dan efektivitas tujuan program; 2) kejelasan strategi pencapaian; 3) perumusan kebijakan program yang mantab; 4) penyusunan program yang tepat; 5) penyediaan sarana dan prasarana; 6) efektivitas operasional dan fungsional program; 7) efektivitas sasaran program; 8) efektivitas individu dan unit kerja dalam pelaksanaan kebijakan. Disamping itu adanya evaluasi apabila terjadi kesalahan pengertian pada tingkat produktivitas yang dicapai, sehingga akan tercapai suatu kesinambungan (sustainabillity). Streers dalam Tangkilas (2007:140), mengemukakan 5 (lima) kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu : 1) Produktivitas 2) Kemampuan adaptasi kerja 3) Kepuasan kerja 4) Kemampuan berlaba 5) Pencarian sumber daya
Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Duncan dikutip M. Steers (1985:53) dalam
bukunya
“Efektivitas
Organisasi”
mengatakan
mengenai
ukuran
efektivitas, sebagai berikut : 1) Pencapaian Tujuan Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagianbagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (a) Kurun waktu pencapaiannya ditentukan, (b) sasaran merupakan target yang kongktit. 2) Integrasi Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (a) prosedur, (b) proses sosialisasi. 3) Adaptasi Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk meyelaraskan suatu individu terhadap perubahan–perubahan yang terjadi di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (a) peningkatan kemampuan (b) sarana dan prasarana.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengukuran merupakan penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sasaran yang tersedia. Oleh karena itu, dalam rencana penelitian ini peneliti
menggunakan
teori
pengukuran
efektivitas
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Duncan dalam Steers (1985:53), yaitu : pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi. Dengan teori ini diharapkan dapat mengetahui efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) di Kecamatan Medan Deli yang bertujuan untuk meningkatkan peran serta orang tua dalam membina anak remaja sehingga remaja dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mampu merencanakan kehidupannya di masa yang akan datang.
B. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) 1. Konsep Program Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek yaitu mengenai tujuan kegiatan yang akan dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui, perkiraan anggaran yang dibutuhkan serta diperlukannya strategi pelaksanaan. Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan oleh Jones (1996:295) adalah cara yang disahkan untuk mencapai
tujuan. Beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu: a) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program. b) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran. c) Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik. Oleh karena itu, program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik, sehingga pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) yang telah dibentuk dapat berjalan secara efektif sesuai dengan harapan dari lembaga BKKBN melalui Badan PPKB yang pelaksanaan lapangannya dilakukan oleh PLKB dan Kader BKR Kecamatan Medan Deli.
2. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) Program Bina Keluarga Remaja merupakan aplikasi dari program Generasi Berencana (GenRe) yang dilakukan melalui pendekatan kepada keluarga yang mempunyai remaja. Bina Keluarga Remaja merupakan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga (orang tua) khususnya untuk meningkatkan bimbingan dan pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja secara baik dan terarah dalam
rangka pembangunan Sumber Daya Manusia yang bermutu, tangguh, maju dan mandiri. BKR dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari orang tua dan anak remaja yang dibimbing dan dibantu oleh fasilitator/motivator/kader dari tenaga masyarakat
secara
sukarela
dengan
pembinaan
oleh
pemerintah.
(www.http://badankbppakukerr.blogspot.nl/2012/10/bina-keluarga-remaja-binakeluarga.html?m=1 , diakses pada tanggal 8 November 2014) Program Bina Keluarga Remaja merupakan suatu wadah yang berupaya untuk mendapatkan pemahaman orang tua dalam mendidik anak remaja yang benar yang dilakukan dalam bentuk kelompok – kelompok kegiatan, dimana orang tua mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan dan membina tumbuh kembang anak remaja. Pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu orangtua dalam memahami remaja, permasalahan remaja, dan cara berkomunikasi dengan remaja. Melalui kelompok BKR setiap keluarga yang memiliki remaja dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja, meliputi Kebijakan Program GenRe, Penanaman NilaiNilai Moral Melalui 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan, Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS, Keterampilan Hidup, Ketahanan Keluarga Berwawasan Gender, Komunikasi Efektif Orangtua terhadap Remaja, Peran Orangtua Dalam Pembinaan Tumbuh Kembang Remaja, Kebersihan dan Kesehatan Diri Remaja, dan Pemenuhan Gizi Remaja.
Dengan demikian dapat disimpulan bahwa program BKR adalah program yang dibuat bertujuan untuk membentuk karakter remaja melalui keluarga dan pola asuh orang tua, yang telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan karakter remaja. Proses pola asuh orang tua meliputi kedekatan orang tua dengan remaja, pengawasan orang tua, dan komunikasi orang tua dengan remaja. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu orang tua dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja. 3. Tujuan dan Sasaran BKR a. Tujuan Bina Keluarga Remaja Setiap instansi, lembaga maupun organisasi pasti memiliki tujuan organisasi. Dengan adanya tujuan tersebut maka apa yang diinginkan setiap organisasi akan tercapai, dengan tercapainya tujuan organisasi maka apa yang menjadi sasaran sasaran setiap organisasi akan tercapai pula. BKKBN (2012:05) tujuan BKR adalah meningkatkan pengetahuan anggota keluarga terhadap kelangsungan perkembangan anak remaja, di antaranya yaitu tentang pentingnya hubungan yang setara dan harmonis pada satu keluarga dalam rangka pembinaan kepribadian anak dari remaja. Menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antara orang tua dan anak dan remajanya, atau sebaliknya dalam memecahkan berbagai masalah yang di hadapi oleh masing-masing pihak sehingga timbul rasa hormat dan saling menghargai satu sama lain. Terlaksananya diteksi dini terhadap setiap gejala yang memungkinkan timbulnya kesenjangan
hubungan antara orang tua dan anak remaja di daam kehidupan rumah tangga. Serta tercipta sarana hubungan yang sesuai yang di dukung sikap dan perilaku yang rasional dalam bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh kembang anak dan remaja. Meningkatkan kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab orang tua terhadap kewajiban membimbing, meningkatkan pengetahuan, kesadaran anak dan remaja dalam rangka meningkatkan ketahanan fisik dan non fisik melalui interaksi, komunikasi yang sehat dan harmonis dalam suasana rumah tangga yang bahagia dan sejahtera. Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan program bina keluarga remaja adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pembina dan pengelola BKR, dalam menumbuhkembangkan program Bina Keluarga Remaja (dasar, berkembang, paripurna). 2) Meningkatkan kualitas pelayanan kelompok BKR. 3) Mewujudkan kelompok BKR Paripurna. 4) Meningkatkan jumlah keluarga yang memiliki remaja yang aktif dalam kegiatan kelompok BKR. 5) Memperluas jejaring kerja didalam pengelolaan BKR. Dengan adanya tujuan dari Program BKR di atas diharapkan setiap masyarakat khususnya di Kecamatan Medan Deli dapat memahami arti penting dari kegiatan dalam BKR dan apa yang diinginkan serta menjadi target dari BKKBN dalam mewujudkan pembangunan bangsa dan keluarga yang berkualitas yang dilakukan melalui pembinaan kepada keluarga yang mempunyai remaja
sehingga remaja dapat tumbuh sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki tanggung jawab, berakhlak, dan berprilaku sehat.
b. Sasaran Bina Keluarga Remaja Sasaran program Bina Keluarga Remaja adalah setiap keluarga yang memiliki anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah atau setara dalam keluarga dan remaja yang sudah berusia 10-24 tahun. Sedangkan sasaran tidak langsung yaitu guru, pemuka agama, pemuka adat, pimpinan organisasi profesi/organisasi sosial kemasyarakatan, pemuda/wanita, para ahli dan lembaga bidang ilmu yang terkait, serta institusi/lembaga pemerintah dan non pemerintah. Oleh karena itu, setiap program memiliki tujuan dan sasaran begitu pula dalam program BKR yang telah dikembangkan oleh lembaga BKKBN juga memliki sasaran seperti yang tertera di atas, dengan adanya sasaran tersebut maka apa yang menjadi visi dan misi lembaga BKKBN dapat tercapai dengan baik.
4. Kebijakan dan strategi Setelah adanya tujuan dan sasaran dari organisasi ataupun lembaga di atas selanjutnya setiap organisasi ataupun lembaga tersebut harus membuat kebijakan dan strategi dalam menjalankan kebijakan tersebut. Di bawah ini merupakan kebijakan dan strategi yang dimiliki oleh BKKBN dalam menjalankan program Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu : a. Kebijakan a) Pembentukan dan pengembangan BKR
b) Peningkatan kualitas pengelola BKR c) Peningkatan komitmen dengan stakeholder dan mitra kerja dalam pengelolaan BKR d) Peningkatan pelayanan BKR yang berintegrasi dengan kegiatan PIK R/M e) Penyediaan dan peningkatan kompetensi SDM pengelola BKR b. Strategi a) Melakukan advokasi tentang penumbuhan dan pengembangan BKR b) Malakukan promosi dan sosialisasi tentang BKR c) Menyediakan dukungan anggaran bagi kegatan BKR d) Melaksanakan pelatihan dan orientasi bagi SDM Pengelola BKR e) Mengembangkan materi substansi BKR sesuai dengan kebutuhan keluarga remaja.
5. Substansi Program Bina Keluarga Remaja (BKR) Substansi Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan pokokpokok materi yang dijadikan acuan untuk memberikan informasi dalam penyuluhan dan konseling kepada Orang tua/keluarga. Substansi Program tersebut diantaranya ialah sebagai berikut : 1) Penanaman nilai-nilai moral melalui 8 Fungsi Keluarga 2) Kesehatan reproduksi 3) Triad KRR (Seksualitas, Napza, dan HIV/AIDS) 4) Keterampilan hidup
5) Komunikasi efektif orang tua terhadap remaja 6) Peran orang tua dalam pembinaan tumbuh kembang remaja 7) Kebersihan dan kesehatan diri remaja 8) Pemenuhan gizi remaja.
6. Kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan Bina Keluarga Remaja Pengelolaan kegiatan Bina Keluarga Remaja yang dilaksanakan mengacu pada Pedoman Operasional Program Ketahanan keluarga. Pengembangan kegiatan, materi, dan media dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan muatan lokal di setiap wilayah. Pokok-pokok kegiatan dalam Pengelolaan Kegiatan Bina Keluarga Remaja meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Penyelenggaraan Kegiatan Bina Keluarga Remaja Kegiatan BKR bertjuan untuk meningkatkan pengetahuan orangtua dalam melakukan pembinaan termaja. Di samping itu, kegiatan ini diarahkan pula untuk dapat meningkatkan kesertaan, pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi pasangan usia subur (PUS) anggota BKR. Agar penyelenggaraan kegiatan tersebut berlangsung secara efektif, maka perlu diperhatikan pokok-pokok kegiatan dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok BKR yang meliputi pembentukan kelompok, peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana serta pelayanan kegiatan BKR seperti berikut ini : a. Pembentukan kelompok BKR
Pelaksanaan kegiatan pembentukan kelompok BKR dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : a) Identifikasi potensi dan masalah b) Penggalangan kesepakatan c) Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) d) Menyiapkan sumber daya b. Peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana Untuk meningkatkan kapasitas pengelola dan pelaksana perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut : a) Training of trainer (TOT) b) Workshop / Orientasi c. Pelayanan kegiatan kelompok BKR Rangkaian pelayanan kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja adalah seperti berikut ini : a) Pertemuan penyuluhan b) Tata cara penyuluhan c) Kunjungan rumah d) Rujukan 2) Pengembangan Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) Pengembangan
kegiatan
kelompok
strafisikasi kelompok sebagai berikut : a. Stratifikasi Dasar b. Stratifikasi Berkembang
BKR
dilakukan
berdasarkan
c. Strafikasi Paripurna 3) Pendekatan dalam pengembangan kegiatan Bina Keluarga Remaja Pengembangan kegiatan kelompok BKR dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : a. Promosi kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja Pemahaman tentang pentingnya kegiatan BKR perlu dimiliki oleh setiap pengelola dan pelaksana program KB, lintas sektor terkait, kader serta seluruh
keluarga
yang
memiliki
anak
remaja.
Mengingat
pentingnya
penyebarluasan pemahaman tentang kegiatan BKR, maka perlu dilakukan kegiatan promosi. b. Pengembangan model keterpaduan kegiatan Bina Keluarga Remaja Penyelenggaraan kegiatan BKR yang telah berjalan selama ini dapat dikembangkan dengan berbagai model penyelenggaraan. Bentuk pengembangan yang dilakukan antara lain dapat berupa penambahan/pengembangan materi, pelayanan terpadu dengan institusi yang menangani remaja, baik program maupun kegiatan serta integrasi dengan kegiatan yang ada pada berbagai organisasi.
4) Pemantapan kegiatan Bina Keluarga Remaja Kegiatan kelompok BKR yang belum dilaksanakan secara merata di berbagai tingkatan dapat memberikan kontribusi terhadap uapaya pencapaian kualitas pembinaan anak remaja yang belum optimal dalam bentuk kegiatan sebagai berikut :
a. Pemantapan jejaring kerja b. Pembinaan kelompok BKR c. Peningkatan kualitas kegiatan kelompok BKR.
C. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah lembaga sosial satu-satunya yang terdiri dari beberapa orang (dua atau lebih) yang terlibat dalam emosi (memandang satu sama lain sebagai kewajiban, perasaan biasa, berbagai kewajiban tertentu berjodoh dengan kasih sayang) satu sama lain dan hidup dekat dalam poksimitas geografis unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak yang mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal dalam satu rumah. Menurut Horton (1999), suatu keluarga mungkin merupakan suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan dan sebagainya. Sedangkan Friedman (1998), menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Dari pengertian yang dijelaskan oleh ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unsur sosial terkecil yang memiliki peran utama dalam membentuk karakter seseorang dalam keluarga melalui rangkaian pendekatan baik fisik maupun emosional.
2. Fungsi Keluarga Untuk menjadikan remaja sebagai sumber daya manusia yang potensial diperlukan peran orang tua dalam keluarga untuk menyiapkan remaja menjadi pribadi yang matang serta mampu mempersiapkan perencanaan mereka di masa yang akan datang, mendukung remaja melangsungkan jenjang-jenjang pendidikan secara terencana, dan mampu menjadikan remaja untuk dapat berkarir dalam pekerjaan. Menurut Soekanto (2007:212) peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Dengan kata lain, seseorang menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. Peran merupakan pola perilaku yang ditetapkan saat anggota keluarga berinteraksi dengan anggota lainnya. Oleh karena itu, Peran Orangtua dalam keluarga mempunyai kedudukan yang sangat fundamental dalam membentuk karakter anak karena lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtuanya. Sehingga di dalam keluarga orang tua perlu menanamkan nilai-nilai moral kepada remaja dengan melaksanakan 8 fungsi keluarga. BKKBN (2012:07) menyebutkan ada 8 fungsi yang harus diterapkan dalam keluarga yaitu : 1) Fungsi agama Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.
Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa. Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. 12 nilai tersebut diantaranya : a. Iman, yang dimaksud dengan Iman yaitu mempercayai akan adanya Allah SWT, Tuhan YME, dan mengamalkan segala ajaran-Nya. b. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT. c. Kejujuran, yaitu menyampaikan apa adanya. d. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam sifat dan karakternya. e. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik. f. Kesalehan, adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang benar secara konsisten. g. Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. h. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. i. Disiplin, yaitu menepati waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati. j. Sopan santun, adalah seseorang yang berprilaku sesuai dengan normanorma dan nilai-nilai agama.
k. Sabar dan ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu kesulitan. l. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang. 2) Fungsi sosial budaya Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan orang lain tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya setempat. Dalam fungsi sosial budaya, terdapat 7 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga diantaranya : a. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi oleh sukarela dan kekeluargaan. b. Sopan santun, prilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma sosial budaya setempat. c. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai dan harmonis. d. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain. e. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat, dan sekepentingan. f. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda bertentangan dengan pendirian sendiri. g. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia harus menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.
3) Fungsi cinta dan kasih sayang Mendapatkan cinta kasih adalah hak dan kewajiban orang tua untuk memenuhinya. Dengan kasih sayang orangtuanya, anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi juga belajar menghargai orang lain. Dalam fungsi cinta dan kasih sayang terdapat 8 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, diantaranya adalah : a. Empati, adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang lain. b. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan kedekatan perasaan. c. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak. d. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam. e. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan. f. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka membantu orang lain. g. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk membantu orang lan. h. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya. 4) Fungsi perlindungan Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan tentram bagi anggota keluarganya. Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 nilai dasar diantaranya :
a. Aman, suatu perasaan yang terbatas dari ketakutan dan kekhawatiran. b. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang dan memberi kesempatan untuk memperbaikinya. c. Tanggap, mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan membahayakan d. Tabah, mampu menahan diri ketika megahdapi situasi yang tidak diharapkan. e. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari kerusakan. 5) Fungsi reproduksi Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai pengembangan dari tuntutan fitrah manusia. Dalam fungsi reproduksi terdapat 3 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, diantaranya : a. Tanggung jawab, dimaksudkan untuk mengetahui apa yang menjadi tugasnya. b. Sehat, dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan sistem reproduksi serta rohani/emosional, orang yang sehat dalam fungsi reproduksinya dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya. c. Teguh, adalah kemampuan untuk menjaga fungsi reproduksi yaitu menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah. 6) Fungsi sosialisasi dan pendidikan Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dalam kehidupannya saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara
berkelompok dan bermasyarakat. Ada 7 nilai dasar yang ditanamkan dalam keluarga, diantaranya : a. Percaya diri yaitu kebebasan berbuat secara mandiri dengan mempertimbangkan serta memutuskan sendiri tanpa bergantung pada orang lain. b. Luwes, mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya dengan mudah menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul dengan siapa saja. c. Bangga, perasaan senang yang dimiliki, ketika selesai melaksanakn tugas/pekerjaan yang menantang atau berhasil meraih sesuatu yang diinginkan. d. Rajin, yaitu menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal tanpa mengenal menyerah serta mempunyai cita-cita. e. Kreatif, yaitu mendapatkan banyak cara untuk melakukan sesuatu yang dicirikan dengan selalu banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu. f. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya. g. Kerjasama, yaitu melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama. 7) Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari
sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ada 3 nilai dasar dalam fungsi ekonomi, diantaranya : a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang. 8) Fungsi lingkungan Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera. Ada 2 nilai dasar dari fungsi lingkungan yang harus ditanamkan dalam keluarga, yaitu : a. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran, sampah dan polusi. b. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat mendukung terlaksanya 8 fungsi keluarga yang harus ditanamkan sejak dini dalam keluarga. Maka dari itu program Bina Keluarga Remaja (BKR) dibentuk untuk membatu meningkatkan peranan orang tua dalam menerapkan dan menanamkan fungsi keluarga. Selain itu program BKR sebagai wadah informasi orang tua untuk mengetahui tumbuh kembang remaja dan mengetahui apa solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin atau sedang dialami.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Dalam melakukan metode penelitian, terlebih dahulu perlu diketahui jenis penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran yang jelas dalam penelitian serta memahami makna sebenarnya dari jenis penelitian tersebut sehingga memudahkan untuk melakukan langkah selanjutnya dalam proses analisis data. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2010:03), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Selain itu, untuk menganalisisnya digunakan analisis data kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan pengamatan, wawancara, dan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana mestinya. Menurut
Moleong
(2012:05),
penelitian
kualitatif
memafaatkan
wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Pendekatan ini diarahkan kepada latar belakang individu secara kualistik menggunakan metode deskriptif sehingga dapat memberikan gambaran mengenai realita sosial yang kompleks dalam melihat pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) tersebut.
B. Narasumber Narasumber adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti dan berkompeten atau menguasai informasi yang diberikan, yakni tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarag Berencana di Kecamatan Medan Deli. Untuk menentukan narasumber yang menjadi key informan dalam penelitian ini dipilih sejumlah narasumber dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Adapun yang menjadi narasumber peneliti berjumlah 8 orang yaitu : 1) Kepala Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga : Bapak Drs. Azhar 2) Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Keluarga : Ibu Rosmawarni S.E 3) Petugas Lapangan KB Kecamatan Medan Deli : Ibu Nurjannah 4) Kader BKR di Kecamatan Medan Deli : a. Ibu Nani Siregar, Ketua Kelompok Mawar di Kelurahan Mabar Hilir. b. Ibu Jamilah, Ketua Kelompok Arimbi di Kelurahan Kota Bangun. c. Ibu Halimah, Sekertaris Kelompok Anggrek di Kelurahan Titi Papan. d. Ibu Murni, Ketua Kelompok Arimbi di Kelurahan Tanjung Mulia e. Ibu Suratdih, Ketua Kelompok Kamboja di Kelurahan Mabar.
C. Definisi Konsep Menurut Singarimbun (1995 : 31), konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dari uraian diatas digunakan konsep pemikiran untuk mempersempit penelitian yang akan diteliti : 1) Efektivitas adalah usaha atau proses dalam mencapai suatu tujuan dan target sasaran yang hasilya diharapkan dapat memenuhi dan memperhatikan kepentingan orang banyak dan dapat dirasakan manfaatnya bagi orang banyak. 2) Program Bina Keluarga Remaja adalah suatu program yang dilakakukan untuk memberikan pengetahuan kepada orangtua ataupun anggota keluarga lain yang memiliki anak remaja dalam mendidik dan membina tumbuh kembang anak remaja yang berkaitan dengan tumbuh kembang fisik dan psikologisnya. 3) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana yang mempunyai tugas pokok melaksanakan, menyusun dan pelaksanaan kebijakan urusan
Pemerintahan
daerah
di
bidang
Pemberdayaan
Perempuan,
perlindungan anak dan Keluarga Berencana.
D. Kerangka Konsep Sapto Haryoko dalam Sugiyono (2010:66), menyebutkan bahwa kerangka berpikir dalam surat penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.
Gambar 3.1 kerangka konsep efektivitas program Bina Keluarga Remaja Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Peraturan Kepala BKKBN No :
Pelaksanaan dilakukan oleh Badan
109/PER/F2/2012 Tentang
PPKB melalui Praturan Walikota No.
Pedoman Pengelola Bina
4/2010 tentang Tupoksi dan Tata Kerja
Keluarga Remaja
Organisasi Badan PPKB
Tercapainya
tujuan
dalam
meningkatkan pengetahuan orangtua dalam membina tumbuh remaja dan meningkatkan kelompok
BKR
Medan Deli.
terbentuknya di
Kecamatan
Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat dilihat dari: a) Tercapainya tujuan program sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan tercapainya sasaran dalam pelaksanaan program. b) Adanya integrasi kegiatan program BKR kepada masyarakat yang dilakukan melalui prosedur pelaksanaan dan sosialisasi program. c) Adanya adaptasi yang dilakukan oleh petugas penyuluh kepada kelompok BKR yang disampaikan berdasarkan pada kemampuan petugas dan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan.
E. Kategorisasi Kategorisasi menunjukkan bagaimana cara mengukur suatu variabel penelitian sehingga diketahui dengan jelas apa yang menjadi kategorisasi
penelitian pendukung untuk analisis dari variabel tersebut. Kategorisasi dalam penelitian ini antara lain yaitu : 1) Tercapainya tujuan Yaitu tercapainya hasil dalam pelaksanaan program Bina Keluarga remaja untuk memberi pemahaman kepada orangtua dalam membina dan mendidik anak remaja. Tercapainya tujuan program dapat dilihat dari : tercapainya tujuan program sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan tercapainya target sasaran dalam kegiatan Program Bina Keluarga Remaja. 2) Integrasi Merupakan aspek penyeragaman dan penyatuan dalam suatu sistem. Integrasi dalam hal ini adalah kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat. Agar kegiatan program Bina Keluarga Remaja dapat terintegrasi dengan masyarakat sebagai sasaran dapat dilakukan melalui : a. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan yaitu tata cara pelaksanaan pelayanan kegiatan BKR yang dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. b. Sosialisasi Program yaitu adanya penyuluhan dan promosi kegiatan kelompok BKR yang dapat memberikan manfaat dan bisa dirasakan oleh anggota kelompok maupun masyarakat. 3) Adaptasi Yaitu suatu proses penyesuaian diri petugas penyuluh kepada para kelompok atau masyarakat, sehingga kelompok BKR dapat memahami maksud dan tujuan dari program BKR, melalui :
a. kemampuan petugas pelaksana kegiatan yaitu kompetensi atau keahlian petugas dalam pemberi pelayanan sehingga pemahaman kelompok BKR dapat berkembang ke dalam stratifikasi paripurna. b. Sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan yaitu adanya fasilitas pendukung yang digunakan dalam kegiatan BKR sehingga memberi kenyamanan pada masyarakat maupun anggota kelompok BKR.
F. Teknik Pengumpulan Data Mengumpulkan data merupakan pekerjaan yang penting dalam satu penelitian agar diproses hasil yang sesuai dengan kegunaan (harapan) melakukan kesalahan dalam mengumpulkan data yang diperoleh atau yang didapat dari responden. Oleh karena itu, untuk mengumpulkan data atau informasi dan faktafakta yang diperlukan dalam penelitian, digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah : 1) Data Sekunder Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya dokumen-dokumen maupun catatan-catatan tertulis, buku atau referensi serta naskah lainnya yang berkenaan dengan masalah yang diteliti dan digunakan sebagai pendukung analisis data. 2) Data Primer Data primer adalah data yang berdasarkan pada pemilihan langsung terhadap objek yang diteliti. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber penelitian dalam hal ini data primer adalah hasil wawancara dari para key
informan yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi kesimpulan dari definisi data primer didapat dari narasumber yang kita jadikan objek penelitian. Untuk memperoleh data primer dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan tanya jawab dan berhadapan langsung dengan informan/narasumber dan menggunakan pedoman wawancara (guide interview).
G. Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moloeng (2012:248) menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. Penggunaan metode tersebut dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha untuk menggambarkan efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di kecamatan Medan Deli. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui pengumpulan data kemudian akan diinterprestasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diuraikan secara deskriptif dengan analisa kualitatif.
Analisa data keseluruhan dilakukan dengan peringkasan data yaitu menyeleksi lalu disederhanakan dan diambil makna utamanya (intinya) kemudian disajikan berdasarkan fakta-fakta yang saling berkaitan sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti.
H. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan Jalan Ibus Raya No. 131 tepatnya di belakang Petisah. Sedangkan studi penelitian ini berlokasi di Kecamatan Medan Deli. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2015.
I. Deskripsi Lokasi Penelitian 1.
Sejarah
Perkembangan
Biro
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan adalah upaya kemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial, budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpatisipasi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri. Kantor BKKBN Kota Medan yang berganti nama menjadi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan, diresmikan pada tanggal 5 januari 1985 oleh Kepala BKKBN Pusat yaitu Dr. Haryono Suyono. Seiring dengan
adanya undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 dan ditambah adanya peraturan daerah Kota Medan nomor 36 Tahun 2002 tentang perubahan atas peraturan Daerah Kota Medan Nomor 05 Tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja lembaga tekhnis daerah di lingkungan pemerintah kota medan. Hal ini diperjelas dengan adanya peraturan Walikota Medan Nomor 4 Tahun 2010 tentang rincian tugas pokok dan fungsi badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) beralamat di Jalan Ibus Raya Nomor 131 (Petisah) Medan. 2.
Visi dan Misi Lembaga Adapun Visi Lembaga atau Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan yaitu : “Terwujudnya kesetaraan gender dan perlindungan anak dua anak lebih baik menuju keluarga sejahtera”. Sedangkan Misi Lembaga atau Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan adalah : a) Meningkatkan kesejahteraan gender dan kualitas hidup Perempuan dan Anak. b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi dalam membangun keluarga sejahtera. c) Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan keluarga.
3.
Strategi dan Kebijakan Strategi
a) Meningkatkan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan. b) Meningkatkan perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan. c) Meningkatkan perspektif gender dalam proses pembangunan kota. d) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana. e) Meningkatkan jaminan ketersediaan kontrasepsi terutama bagi keluarga yang kurang mampu.
f) Mewujudkan visi misi dibidang pemberdayaan perempuan, keluarga berencana dan keluarga berencana.
g) Meningkatkan pelayanan keluarga berencana. h) Meningkatkan keluarga sejahtera. i) Meningkatkan koordinasi antar lintas sektoral. j) Peningkatan kinerja SKPD. Kebijakan Kebijakan yang akan dilaksanakan Badan PPKB pada rencana strategi 5 tahun mendatang : a) Peningkatan penyusunan kebijakan kualitas hidup perempuan dan anak. b) Peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan untuk mempertinggi kualitas hidup perempuan. c) Peningkatan pengetahuan masyarakat.
d) Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak. e) Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pelayanan KB. f)
Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program KB.
g) Meningkatkan pembiayaan program KB.
4.
Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Struktur organisasi merupakan susunan pembagian kerja, wewenang dan
sistem komunikasi dalam mewujudkan tujuan kantor atau organisasi. Dengan demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu kantor disusun secara teratur sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Pada organisasi di Badan PPKB Kota Medan dipakai struktur organisasi lini dan staf dimana secara vertikal jenjang wewenang dan tanggung jawab mengalir dari atas ke bawah yang berupa perintah dan dari bawah ke atas berupa laporan, sedangkan secara horizontal terdapat koordinasi diantara pegawai setingkat. Untuk lebih jelas struktur dapat dilihat sebagai berikut :
1) Struktur Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan dapat dilihat pada Gambar 3.2
2) Rincian Tugas Pokok dan Fungsi a. Badan Tugas dan fungsi : a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan keluarga berencana; b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan keluarga berencana; c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan keluarga berencana; dan d) Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. b. Sekretariat Tugas dan fungsi : a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan; b) Pengkoordinasin penyusunan perencanaan program Badan; c) Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Badan yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Badan; d) Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan; e) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Badan; f) Pelaksanaan
pembinaan,
kesekretariatan;
pengawasan
dan
pengendalian
bidang
g) Pelaksanaan monitoring, evaluais, dan pelaporan kesekretariatan; h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sub Bagian Umum Tugas dan fungsi : a) Penyusunan rencana, program, dn kegiatan sub bagin umum; b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum; c) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan Badan; d) Pengelolaan administasi kepegawaian; e) Penyiapan
bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian; f) Pelaksanaan hubungan masyarakat; g) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian; h) Pelaksanaan monotoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; i) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sub Bagian Keuangan Tugas dan fungsi : a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan sub bagian keuangan; b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keunagan;
c) Pelaksanaan pengeloaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan, dan verifikasi; d) Penyiapan bahan/pelaksanan koordinasi pengelolaan administrasi keungaan; e) Penyusunan laporan keuangan Badan; f) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian; g) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sub Bagian Penyusunan Program Tugas dan fungsi : a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program; b) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Badan; c) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Badan; d) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian; e) Pelaksanaan monotoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan tugas dan fungsinya. c. Bidang Pemberdayaan Perempuan Tugas dan fungsi :
a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidnag Pemberdayaan Perempuan; b) Pelaksanaan kebijakan pengarustamaan gender; c) Penyiapan kelembagaan pengarustamaan gender; d) Penyiapan kebijakan kualitas hidup perempuan; e) Pengintegrasian kebijakan hidup perempuan; f) Pengoordinasian pelaksanaan kebijkan kualitas hidup perempuan; g) Penyiapan kebijakan perlindungan perempuan; h) Pengintegrasian kebijakan perlindungan perempuan; i) Pengoordinasian pelaksanaan kebijkan perlindungan perempuan; j) Penyiapan kebijakan kesejahteraan dan perlindungan anak; k) Pengintegrasian
hak-hak
anak
dalam
kebijakn
dan
program
pembangunan; l) Pengoordinasian pelaksanaan kesejahteraan dan perlindungan anak; m) Penguatan lembaga/organisasi msyarakat dan dunia usaha untuk melaksanakan pengarustamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak; n) Pengembangan dan peguatan jaringan kerja lembaga masyrakat dan dunia usaha untuk pelaksanan pengarustamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak; o) Penyiapan data terpilih menurut jenis kelamin dari setia bidang terkait; p) Penyiapan data dan informasi gender dan anak; q) Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE);
r) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pemberdayaan perempuan; s) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsi-fungsinya. Sub Bidang Pengarustamaan Gender Tugas dan fungsi : a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan Sub Bidang Pengarustamaan Gender; b) Penetapan kebijakan daerah pelaksanaan pengarustamaan gender; c) Penyiapan bahan koordinasi, fasilitasi, dan mediasi pelaksanaan penagrustamaan gender, d) Pelaksanaan fasilitasi penguatan kelembagaan dan pengembangan mekanisme pengarustamaan gender pada lembaga pemerintahan, PSW, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga non pemerintah; e) Penyiapan bahan koordinasi dan fasilitasi kebijakan, program, dan kegiatan yang responsif gender; f) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengarustamaan gender; g) Pelaksanaan analisis gender perencanaan anggaran yang responsif gender, dan pengembangan materi KIE pengarustamaan gender; h) Pelaksanaan pengarustamaan gender yang terkait dengan bidang pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, HAM, dan politik; i) Pelaksanaan faslitasi penyediaan data terpilih menurut jenis kelamin;
j) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; k) Pelaksanaan tugas lain yang diberikn oleh Kepala Bidang sesui dengan tugas dan fungsinya. Sub Bidang Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak Tugas dan fungsi : a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak; b) Penyelenggaraan kebijakan peningkatan Kualitas Hidup perempuan yang terkait dengan bidang pembangunan terutama di bidsng pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM, politik, lingkungan dan sosial budaya; c) Pengintegrasian upaya peningkatan kualitas hidup perempuan dalam kebijakan bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM, politik, lingkungan dan sosial budaya; d) Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan kualitas hidup perempuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM, politik, lingkungan dan sosial budaya; e) penyelenggaraan
kebijakan
perlindungan
perempuan
terutama
perlindungan terhadap kekerasan, tenaga perempuan, perempuan lanjut usia dan penyandang cacat, dan perempuan di daerah konflik dan daerah yang terkena bencana;
f) pelaksanaan fasilitasi pengintegrasian kebijakan kota perlindungan perempuan terutama perlindungan perlindungan terhadap kekerasan, tenaga perempuan, perempuan lanjut usia dan penyandang cacat, dan perempuan di daerah konflik dan daerah yang terkena bencana; g) penyiapan perempuan
bahan
koordinasi
terutama
pelaksana
perlindungan
kebijakan
terhadap
perlindungan
kekerasan,
tenaga
perempuan, perempuan lanjut usia dan perempuan di daerah konflik dan daerah yang terkena bencana; h) pelaksanaan kebijakan dalam rangka kesejahteraan dan perlindungan anak; i) Penetapan kebijakan daerah untuk kesejahteraan dan perlindungan anak; j) Pengintegrasian
hak-hak
anak
dalam
kebijakan
dan
program
pembangunan; k) Penyiapan
bahan
koordinasi
pelaksanaan
kesejahteraan
dan
perlindungan anak; l) Pelaksanaan fasilitasi penguatan lembaga/organisasi masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan dan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak; m) Pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan penguatan jaringan kerja lembaga
masyarakat
dan
dunia
usaha
untuk
pelaksanaan
pengarustamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak;
n) Pelaksanaan melaksanakan
fasilitasi rekayasa
lembaga sosial
lembaga untuk
masyarakat
mewujudkan
KKG
untuk dan
perlindungan anak; o) Penjabaran dan penetapan kebijakan system informasi gender dan anak dengan merujuk pada kebijakan nasional; p) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan analisis, pemanfaatan dan penyeberluasan sistem informasi gender dan anak; q) Pelaksanaan
analisis,
pemanfaatan,
penyebarluasan
dan
pendokumentasian data terpilih menurut jenis kelamin, khusus perempuan dan anak skala kota; r) Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan pendataan dan system informasi gender dan anak; s) Penyusunan model informasi data (mediasi dan advokasi); t) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; u) Ppelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. d. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Tugas dan fungsi : a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
b) Penetapan kebijakan dan pelaksanaan jaminan dan pelayanan keluarga berencana, peningkatn partisipasi pria, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi serta kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; c) Penetapan kebijkan dan pelaksanaan kesehatan reproduksi remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi; d) Pelaksanaan monitoring, evluasi, dn pelaporan lingkup bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; e) Pelaksanaan tugas lain yyang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sub Bidang pengembangan Pelayanan Keluarga Berencana Tugas dan Fungsi : a) Penetapan kebijakan jaminan pelayanan keluarga berencana; b) Penyelenggaraan dukungan pelayanan rujukan keluarga berencana dan operasionalisasi jaminan pelayanan keluarga berencana; c) Penetapan dan pengembangan jaringan pelayanan keluarga berencana termasuk pelayanan keluarga berencana di rumah sakit; d) Penyerasian dan penetapan kriteria serta kelayakan tempat pelayanan keluarga berencana; e) Pelaksanaan jaminan dan pelayanan keluarga berencana.; f) Pemantauan tingkat drop out peserta keluarga berencana; g) Pengembangan materi penyelenggaraan jaminan dan pelayanan; h) keluarga berencana dan pembinaan penyuluh keluarga berencan; i) Perluasan jaringan dan pembinaan pelayanan keluarga berencana;
j) Penyelenggaraan dukungan pelayanan rujukan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; k) Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender terutama partisipasi keluarga berencana pria dalam pelaksanaan program pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; l) Pembinaan terhadap petugas keluarga berencana; m) Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kontrasepsi mantap dan kontrasepsi jangka panjang yang lebih terjangkau, aman, berkualitas dan merata; n) Pelaksanaan distribusi pengadaan sarana, alat, obat dan cara kontrasepsi, dan pelayanan dengan prioritas keluarga miskin dan kelompok rentan.; o) Penjaminan ketersediaan sarana, alat,obat dan cara kontrasepsi bagi peserta mandiri; p) Pelaksanaan informed choice dan informed concent dalam program keluarga berencana; q) Pelaksanaan pelayanan keluarga berencana pada moment khusus pada HUT IBI, HUT Kota Medan, Harganas, HUT TNI dan HUT PKK; r) Pelaksanaan tim keluarga berencana keliling; s) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; t) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sub bidang kesehatan reproduksi Tugas dan Fungsi : a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang kesehatan reproduksi; b) Penetapan kebijakan KRR, Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA; c) Penyelenggaraan dukungan operasional KRR, Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA; d) Penetapan perkiraan sarana pelayanan KRR, Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA; e) Penyerasian dan penetapan kriteria serta kelayakan tempat pelayanan KRR termasuk Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA; f) Penyelenggaraan pelayanan KRR termasuk Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA; g) Penyelenggaraan kemitraan pelaksanaan KRR termasuk Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor lembaga swadaya organisasi masyrakat; h) Penetapan fasilitas pelaksanaan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor LSOM; i) Pelaksanaan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor LSOM;
j) Penetapan sasaran KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA; k) Penetapan prioritas kegiatan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA; l) Pemanfaatan tenaga SDM pengelola, pendidikan sebaya dan konselor sebaya KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS, dan bahaya NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor LSOM; m) Penyelenggaraan dan fasilitasi upaya peningkatan kesadaran keluarga berkehidupan seksual yang aman dan memuaskan, terbebas dari HIV/AIDS dan infeksi menular dan seksual (IMS); n) Pelaksanaan peningkatan partisipasi pria dalam program keluarga berencana, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya; e Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga Tugas dan fungsi : a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga; b) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan pengembangan ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
c) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaring program; d) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga; e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya; Sub bidang pengembangan dan ketahanan keluarga Tugas dan fungsi : a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang pengembangan dan ketahanan keluarga; b) Penetapan kebijakan dan pengembangan penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program; c) Penyelenggaraan
dukungan
operasional
penguatan
kelembagaan
keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program; d) Penetapan
perkiraan
sasaran
pengembangan
dan
pengetahuan
kelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program; e) Penetapan petunjuk teknis pengembangan peran Institusi Masyarakat Perkotaan (IMP) dalam program KB; f) Pendayagunaan pedoman pemberdayaan dan pergerakan institusi masyarakat perkotaan program KB nasional dalam rangka kemandirian. g) Pelaksanaan pembinaan teknis IMP dalam mendukung program KB nasional;
h) Pelaksanaan peningkatan kerja sama dengan mitra kerja program KB nasional dalam rangka kemandirian, mengkoordinir IBI-KB-KES, TNI Manunggal-KB-KES, PKK-KB-KES, dan lain-lain; i) Penyiapan pelaksanaan pengkajian dan pengembangan program KBN; j) Pemanfaatan hasil kajian dan penelitian pengembangan ketahanan keluarga; k) Pendayagunaan kerja sama jejaring pelatih terutama pelatihan klinis kota; l) Pendayagunaan SDM program terlatih, serta perencanaan dan penyiapan kompetensi SDM program yang dibutuhkan; m) Pendayagunaan bahan pelatihan sesuai dengan kebutuhan program peningkatan kinerja SDM; n) Pelaksanaan penilaian dan lomba peningkatan kwalitas kegiatan IMP; o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sub bidang Pemberdayaan Keluarga Tugas dan fungsi : a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang pemberdayaan keluarga; b) Penetapan kebijakan dan pengembangan ketahanan pemberdayaan keluarga;
c) Penyelenggaraan dukungan pelayanan ketahanan dan pemberdayaan keluarga; d) Penyerasian
penetapan
kriteria
pengembangan
ketahanan
dan
pemberdayaan keluarga; e) Penetapan sasaran Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Bina Lingkungan Keluarga (BLK); f) Pelaksanaan penilaian dan lomba peningkatan kualitas ketahanan dan pemberdayaan keluarga; g) Penyelenggaraan BKB,BKR,BKL termasuk bidang pendidikan pra melahirkan; h) Pelaksanaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga; i) Pelaksanaan model-model kegiatan ketahanan dan pemberdayaan keluarga; j) Pembinaan
teknis
peningkatan
pengetahuan,
keterampilan,
kewirausahaan dan managemen usaha bagi keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I dalam kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS); k) Pelaksanaan pendampingan/magang bagi para kader/anggota kelompok UPPKS; l) Pelaksanaan kemitraan untuk aksesbilitas permodalan, teknologi dan manajemen serta pemasaran guna peningkatan UPPKS; m) Peningkatan kualitas lingkungan keluarga;
n) Pelaksanaan promosi dan gelanggang dagang produk unggulan kelompok UPPKS; o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. f Bidang Data dan Informasi Tugas dan fungsi : a) Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang data dan informasi; b) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan data mikro kependudukan dan keluarga; c) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan advokasi dan KIE; d) Pelaksanaan monitoring, evaluasi,dan pelaporan lingkup bidang data dan informasi; e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sub Bidang Data Tugas dan fungsi : a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang data; b) Penetapan kebijakan dan pengembangan data mikro kependudukan dan keluarga; c) Penyelenggaraan data mikro kependudukan dan keluarga;
d) Penetapan perkiraan sasaran pengembangan data mikro kependudukan dan keluarga; e) Pelaksanaan data mikro kependudukan dan keluarga; f) Pelaksanaan operasional sistem data manajemen program keluarga berencana nasional; g) Pemuktahiran, pengolahan, dan penyediaan data mikro kependudukan dan keluarga; h) Pengelolaan data program keluarga berencana nasional serta penyiapan sarana dan prasarana; i) Pemanfaatan data program keluarga berencana nasional untuk mendukung pembangunan daerah; j) Pemanfaatan operasional jaringan komunikasi data dalam pelaksanaan pemerintahan dan melakukan diseminasi informasi; k) Penetapan perkiraan sasaran pelayanan keluarga berencana, sasaran peningkatan perencanaan kehamilan , sasaran peningkatan partisipasi pria, sasaran “UMNED NEED”, sasaran penanggulangan masalah reproduksi serta sasaran kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak; l) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; m) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sub Bidang Informasi Tugas dan fungsi :
a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan sub bidang informasi; b) Penetapan kebijakan dan pengembangan advokasi dan KIE; c) Penyelenggaraan operasional advokasi KIE; d) Penetapan perkiraan sasaran advokasi dan KIE; e) Penyeserasian dan penetapan kriteria advokasi dan KIE; f) Pengembangan dan pengadaan sarana media KIE antara lain MOPEN, MPC dan sarana komunikasi lainnya; g) Penetapan dan pengembangan materi/isi pesan, design KIE, KB/KKR meliputi media luar ruang, media ekeltronik dan media cetak; h) Pelaksanaan advokasi, KIE serta konseling program keluarga berencana dan KRR; i) Pelaksanaan KIE ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan kelembagaan dan jaringan institusi program keluarga berencana; j) Pemanfaatan
prototipe
program keluarga
berencana/
kesehatan
reproduksi (KR), KRR, Ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas; k) Pelaksanaan promosi KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS, dan bahaya NAPZA dan perlindungan hak-hak reproduksi; l) Penyebarluasan hasil materi KIE dalam penyelenggaraan pelaksanaan program keluarga berencana dan KRR; m) Pelaksanaan publikasi dan dokumentasi kegiatan-kegiatan program pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana; n) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
o) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. g Unit Pelaksanaan Teknis Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi unit pelaksana teknis ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan walikota. h Kelompok Jabatan Fungsional Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas badan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data Bab ini membahas dan menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian di lapangan atau dikenal dengan pendekatan kualitatif yaitu data yang diperoleh dengan cara tanya jawab atau wawancara dengan narasumber sehingga memberikan gambaran yang jelas dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Untuk mendukung perolehan data, selain data primer yang diperoleh di lapangan melalui wawancara secara langsung oleh beberapa key informan di kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan, Koordinator Petugas Lapangan KB yang bertugas di Kecamatan Medan Deli dan beberapa orang Kader BKR di Kecamatan Medan Deli. Maka selanjutnya juga diperlukan data sekunder dalam membantu menjelaskan hasil wawancara terutama yang terkait dengan tingkat karakteristik jawaban para narasumber seperti data-data berupa dokumen, arsip dan referensi lainnya yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Utara. Data-data yang diperoleh tersebut akan dideskripsikan sehingga masalah penelitian tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan
Medan Deli dapat terjawab dan dianalisa. Selanjutnya hasil wawancara akan diuraikan secara sistematis sesuai dengan sifat metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapun penyajian data selanjutnya dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Distribusi Narasumber Menurut Jenis Kelamin Distribusi narasumber berdasarkan jenis kelamin, akan dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu narasumber dengan jenis kelamin laki-laki dan narasumber dengan jenis kelamin perempuan. Pada tabel IV.1 berikut akan dijelaskan frekuensi untuk masing-masing kategori. Tabel IV.1 Distribusi Narasumber Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
1
Laki-laki
1
12,5 %
2
Perempuan
7
87,5 %
8
100 %
Jumlah Sumber : Data Angket 2015
Berdasarkan tabel IV.1 di atas maka dapat dilihat bahwa narasumber dari jenis kelamin laki-laki dengan frekuensi hanya 1 orang dan persentase sebesar 12,5 %, sedangkan untuk narasumber perempuan sebanyak 7 orang dengan persentase 87,5 %. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengelola dan pelaksana program Bina Keluarga Remaja (BKR) baik pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana maupun kader-kader BKR didominasi oleh perempuan.
2. Distribusi Narasumber Menurut Umur Distribusi narasumber menurut umur, maka narasumber dikelompokan menjadi empat kelompok umur yaitu narasumber dengan umur 45-48 tahun, umur 49-52 tahun, umur 53-56 tahun dan narasumber dengan umur 57-60 tahun. Pada tabel IV.2 akan dijelaskan frekuensi untuk masing-masing kategori umur sebagai berikut. Tabel IV.2 Distribusi Narasumber Menurut Umur No
Umur
Frekuensi
Persentase
1.
45-48 tahun
4
50 %
2.
49-52 tahun
1
12,5 %
3.
53-56 tahun
2
25 %
4.
57-60 tahun
1
12,5 %
Jumlah
8
100 %
Sumber : Data Angket 2015 Berdasarkan tabel IV.2 di atas dapat dilihat bahwa narasumber dikelompokan menjadi empat kelompok umur dengan umur 45-48 tahun ada sebanyak 4 orang dan persetasenya adalah sebesar 50%, umur 49-52 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 12,5 %, umur 53-56 tahun sebanyak 2 orang yang persentasenya sebesar 25 %, dan kelompok umur 57-60 tahun hanya ada 1 orang dengan pesesentase 12,5 %. Jadi dapat dilihat bahwa narasumber banyak yang berumur 45-48 tahun yang didominasi oleh kader-kader BKR. Usia tersebut sudah pantas jika mengayomi para orang tua dan remaja dalam memberikan motivasi dan dorongan untuk ikut dalam kegiatan BKR.
3. Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh narasumber, maka distribusinya dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu S1, D1, SMA, dan SMP. Pada tabel IV.3 di bawah ini akan dijelaskan frekuensi untuk masingmasing kategori sebagai berikut. Tabel IV.3 Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase
1.
S1
2
25 %
2.
D1
1
12,5 %
3.
SMA
3
37,5%
4.
SMP
2
25 %
8
100 %
Jumlah Sumber : Data Angket 2015
Berdasarkan tabel IV.3 di atas, maka dapat dilihat bahwa narasumber penelitian mempunyai latar pendidikan yang berbeda-beda yaitu S1 ada sebanyak 2 orang dengan persentase 25 %, D1 hanya ada 1 orang dengan persentase 12,5 %, yang berpendidikan di tingkat SMA ada 3 orang dengan persentase sebesar 37,5 % sedangkan yang berpendidikan di tingkat SMP sebanyak 2 orang dengan persentase 25 %. Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman seseorang.
4. Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan Setiap orang memiliki pekerjaan yang berbeda dan tak terkecuali pada pekerjaan narasumber. Maka dari itu, berdasarkan distribusi pekerjaan narasumber
maka akan dikelompokan menjadi tiga ketegori yaitu PNS, Ibu Rumah Tangga, dan Karywan swasta. Pada tabel IV.4 akan dijelaskan frekuensi untuk masingmasing kategori sebagai berikut. Tabel IV.4 Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan No
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase
1.
PNS
3
37,5%
2.
Ibu Rumah Tagga
3
37,5%
3.
Karywan Swasta
2
25%
8
100%
Jumlah Sumber : Data Angket 2015
Berdasarkan data yang telah didistribusikan ke dalam tabel IV.4 di atas dapat dilihat bahwa narasumber yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS dan Ibu Rumah Tangga masing-masing ada sebanyak 3 orang dengan persentase sebasar 37,5%, dan yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta ada 2 orang dengan persentasinya sebesar 25%. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa narasumber mempunyai profesi yang berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi tantangan apakah dengan pekerjaan ataupun profesi yang mereka miliki mampu dalam mengembangkan program BKR yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
B. Analisis Data Wawancara Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan pada Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Kasubbid Pemberdayaan Keluarga, UPT PPKB di Kecamatan Medan Deli yaitu Ketua Koordinator Petugas Lapangan KB dan beberapa orang kader di setiap Kelurahan di Kecamatan Medan Deli maka akan diuraikan hasil wawancara dengan narasumber terkait tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli yang dikategorisasikan ke dalam ukuran efektivitas program yaitu tercapainya tujuan, integrasi dan adaptasi. 1. Tercapainya tujuan Tujuan merupakan hasil akhir dari perencanaan yang telah dirancang sedemikian rupa dalam rangka mencapai misi sasaran yang diinginkan oleh suatu organisasi. Tujuan juga merupakan kunci untuk menentukan atau merumuskan apa yang akan dikerjakan, ketika pekerjaan itu harus dilaksanakan, dan disertai pula dengan penentuan program kegiatan. Tercapainya tujuan dari suatu kegiatan atau program dalam organisasi merupakan keberhasilan yang diidamkan oleh suatu organisasi. Oleh karena itu, agar tercapainya tujuan akhir secara optimal dan semakin terjamin, maka diperlukan pentahapan baik dalam proses pencapaiannya, pelaksanaannya, maupun periodisasinya. Seperti adanya ketepatan waktu pelaksanaan dan kesesuaian sasaran program yang diinginkan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) pada program BKR
di Kecamatan Medan Deli. Tercapai atau tidaknya tujuan program tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada narasumber sebagai berikut. Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga di Badan PPKB Kota Medan pada tanggal 2 Februari 2015, mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan BKR memang rutin dilakukan setiap bulannya, dan setiap bulan juga dilaporkan kegiatannya. Tetapi untuk jumlah kelompok yang ada saat ini juga masih belum memadai, belum maksimal. Untuk saat ini hanya menargetkan satu Kelurahan hanya satu kelompok sebagai kelompok percontohan. Dan harapannya ke depan, juga harus dibuat kelompok konseling BKR di setiap lingkungan. Sedangkan pengembangan kegiatan kelompok BKR di Kecamatan Medan Deli saat ini sudah berkembang, karena diluar kelompok BKR sudah ada PIK-R/M ada yang di Kelurahan, Sekolah dan Perguruan tinggi. Maka dari itu, menurut Bapak Azhar ada upaya untuk lebih mengembangkan program BKR pada orang tua maupun remaja yaitu dengan mengintegrasikan BKR dengan kegiatan PIK-R/M, supaya remaja juga mau bergabung dan tidak malu jika ingin bertanya, karena di BKR juga harus ada kader remaja jadi mereka lebih kepada pendidik sebaya. Begitu pula hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu Rosmawarni, S.E selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015. Beliau mengatakan bahwa pelaporan pelaksanaanya rutin setiap bulan, tapi kegiatannya lebih teknis oleh petugas lapangannya. Tetap ada kunjungan kami ke Kelurahan untuk melihat kegiatannya dan memberi
penyuluhan. Sedangkan untuk jumlah kelompok BKR saat ini sudah memadai, karena sementara ini memang dibuat setiap kelurahan hanya ada satu kelompok. Semestinya, disetiap keluruhan maupun lingkungan dibentuk kelompok. Untuk pengembangan kegiatan kelompok BKR sendiri kurang berjalan sesuai apa yang diinginkan. Seharusnya untuk lebih mengembangkan kegiatan ada dibentuk Pusat Konseling Keluarga di setiap lingkungan. Upaya yang dilakukan agar kelompok dan kegiatan BKR berkembang maka diadakanlah pertemuan dan pelatihan untuk kader dan petugas penyuluh. Kemudian pendekatan juga kepada orang tua untuk mau bergabung dalam kegiatan. Hasil wawancara
yang telah dilakukan kepada Ibu Nurjannah selaku
Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015, menuturkan
bahwa
penyuluhan
kegiatan
tidak
rutin
setiap
bulan.
Namun,pelaporannya harus setiap bulan dikirim ke PPKB Kota Medan. Untuk jumlah kelompok yang ada saat ini sudah memadai karena setiap keluruhan sudah terbentuk kelompok tetapi untuk lebih optimal pembentukan BKR seharusnya di setiap lingkungan juga harus dibuat. Sementara itu, pengembangan kegiatan kelompok BKR kurang berkembang, karena susah mengumpulkan orang, kurang mau kalau diajak mengikuti penyuluhan BKR. kendala yang juga dihadapi adalah kuranganya kader dan petugas penyuluh. Upaya yang dilakukan agar pengembangan kelompok dan kegiatan BKR berjalan maka diintegrasikan dengan kegiatan lain misalnya waktu kegiatan posyandu atau arisan PKK disitu dilaksanakan penyuluhan sekaligus merekrut kader BKR.
Hasil wawancara dari Kader-Kader BKR yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah pada tanggal 29 Januari 2015, mengatakan bahwa Kegiatan terlaksana tapi tidak contineu (jarang), kadang ada kegiatan kadang tidak. Rutin kalau ada kunjungan saja. Namun, hal berbeda disampaikan oleh Ibu Jamilah selaku Ketua Kader BKR di Kelurahan Kota Bangun bahwa kegiatan BKR yang diadakan oleh petugas penyuluhrutin dilakukan setiap bulan. Mereka juga mengatakan untuk jumlah kelompok BKR di masing-masing Kelurahan sudah memadai namun pengembangan kegiatan kelompoknya belum maksimal dan merata di setiap kelurahan. Sedangkan, Ibu Jamilah mengatakan bahwa untuk pengembangan kegiatan di Kelurahan Kota Bangun sudah berkembang dan sudah banyak materi kegiatan yang diberikan sehingga terus ada upaya untuk mengembangkannya dengan penyuluhan dan ada pelatihan untuk kader. Namun, hal berbeda disampaikan oleh Ibu Nani Siregar, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah, mengatakan bahwa upaya yang dilakukan selama ini hanya melakukan pendekatan, mengajak, memotivasi dan mengumpulkan orang tua dan remaja untuk ikut kegiatan BKR. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program BKR yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) di Kecamatan Medan Deli saat ini sudah berjalan, karena sudah terbentuk kelompok BKR namun pelaksanaan kegiatan dalam kelompok BKR tidak rutin dilakukan setiap bulan. Tentu saja, hasil laporannya tidak sesuai dengan harapan. Jumlah kelompok juga belum berkembang dan merata bila dibandingkan dengan jumlah keluarga yang
mempunyai remaja di Kelurahan tersebut. Selain itu, Pembentukan kelompok juga harus dilakukan di setiap lingkungan agar tercipta suatu konseling keluarga yang dijadikan sebagai wadah untuk mendapatkan pemahaman dan sumber informasi bagi orang tua dalam mendidik anak remaja mereka dengan benar yang dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok kegiatan.
2. Integrasi Integrasi merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat agar program yang telah dirancang dapat diterima oleh masyarakat. Untuk menyatukan keserasian antara pengelola program dengan masyarakat sebagai sasaran, maka di dalam mengintegrasikan program diperlukan pengadaan prosedur pelaksanaan dan sosialisasi program. Sehingga pengembangan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli dapat berjalan secara efektif dan terstruktur. Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan Dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015, beliau mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok dibentuk berdasarkan SK Lurah. Lalu ditentukan siapa yang jadi ketua, sekertaris, bendahara, dan siapa-siapa anggota. Pembentukan kelompok tersebut setelah dilakukan pendataan di lingkungan setempat, berapa jumlah remaja dan keluarga yang punya anak remaja kemudian dibuat apa program yang mau
dilaksanakan. Misalnya penyuluhan tentang remaja, HIV/AIDS, dan lainnya. Pembentukan kelompok BKR yang sudah dilakukan saat ini juga membuat orang tua aktif dan ada yang kurang aktif dalam kegiatan. Jika orang tuanya aktif dan mendukung maka anaknya juga akan aktif. Untuk menyiasatinya maka pengembangan kegiatan BKR juga dipadukan dengan kegiatan lain dan berkoordinasi dengan Dinas pendidikan dan Dinas Pemuda dan Olahraga. Hal yang sama juga disampaikan Ibu Rosmawarni S.E selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015, beliau mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok BKR dibentuk berdasarkan hasil pendataan keluarga per tahunnya. Hasilnya nanti dapat diketahui berapa keluarga yang punya remaja di suatu lingkungan atau kelurahan. Kemudian diundanglah untuk hadir ke Kelurahan bersama ibu-ibu PKK. Setelah ada kesepakatan maka selanjutnya ditentukanlah siapa pengurusnya dan di sahkan lewat SK yang dikeluarkan oleh lurah setempat. Namun, dengan dibentuknya kelompok ini orang tua juga kurang aktif, karena banyak yang disibukkan dengan pekerjaannya. Maka untuk lebih mengembangan kegiatan BKR dipadukan dengan kegiatan lain biasanya pengajian, partamiangan untuk non muslim,dan kegiatan remaja mesjid serta karang taruna untuk kader remaja jadimereka bisa lebih aktif. Hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu Nurjannah selaku Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015, mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok BKR dilakukan dengan mengundang para Orang tua di lingkungan untuk datang ke kelurahan setelah ada persetujuan maka dibentuk kelompok. Selanjutnya kelompok yang
terbentuk ditetapkan dersasarkan SK Kelurahan dari Lurah setempat. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Nurjannah bahwa setelah adanya kelompok juga belum membuat para orang tua aktif dalam kegiatan BKR. Hanya sebagian kecil aktif dan selalu bertanya kalau ada pertemuan. Agar para orang tua ikut dan hadir dalam kegiatan BKR maka kegiatan ini juga dipadukan dengan kegiatan lain seperti wirid-wirid atau pengajian, kegiatan penyuluhan narkoba yang diadakan oleh PKK, dan pemerikasaan kesehatan. Hasil wawancara yang juga telah dilakukan kepada para Kader BKR yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah pada tanggal 29 Januari 2015, mereka mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok BKR yang dilakukan oleh petugas penyuluh adalah mendata nama-nama yang mau ikut dalam kelompok BKR dengan mengundang para orang tua dan remaja ke kantor Lurah. Setelah terbentuk maka diberi blangko pengisian kelompok. Walaupun sudah menjadi anggota kelompok kadang orang tua atau kader aktif kadang tidak. Namun, berbeda dengan yang disampaikan Ibu Jamilah selaku Ketua Kader di Kelurahan Kota Bangun, ia mengatakan bahwa orang tua dan kader di Kelurahan Kota Bangun aktif dan respon karena rata-rata punya anak remaja, jadi mereka ingin tahu tahu bagaimana cara mendidik remaja yang benar, agar tidak salah bergaul. Mereka juga mengatakan, agar orang tua mau hadir kegiatan BKR ini juga dipadukan dengan kegiatan PIK-Remaja, posyandu lansia, arisan ibu-ibu PKK dan kegiatan pemeriksaan kesehatan. Dengan adanya prosedur pelaksanaan kegiatan BKR berupa data potensi kelompok kegiatan BKR maka secara administrasi pelaksanaan program BKR
berjalan dengan baik. Pendataan untuk anggota kelompok BKR yang dilakukan juga berguna untuk mengetahui jumlah sasaran keluarga yang mempunyai remaja, jumlah keluarga yang menjadi anggota BKR, jumlah keluarga anggota BKR berstatus PUS (Pasangan Usia Subur) dan keluarga anggota BKR yang menjadi peserta Keluarga Berencana (KB). Selain adanya prosedur pelaksanaan diperlukan juga sosialisasi program dalam mendukung proses integrasi. Sosialisasi program merupakan penyebaran informasi kegiatan BKR melalui Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) yang diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana serta Petugas Lapangan KB Kecamatan Medan Deli secara langsung bertatap muka kepada orang tua. Namun pelaksanaan pembentukan kelompok BKR yang telah dilakukan saat ini juga belum membuat para orang tua di Kelurahan Medan Deli aktif untuk mengikuti kegiatan. Hal ini dikarenakan kesibukan dari para orang tua yang harus bekerja. Hal ini juga didukung pada proses sosialisasi yang belum optimal dan menyebabkan para orang tua dan remaja kurang tertarik mengikuti kegiatan BKR. Tetapi, hanya satu kelompok dari lima kelompok di Kecamatan Medan Deli yang pengembangan kegiatan BKR sudah berjalan baik yaitu di Kelurahan Kota Bangun. Hal ini didukung karena para orang tua di Kelurahan Kota Bangun memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti kegiatan BKR. Selain itu, kegiatan Pusat
Informasi
Konseling
Remaja
(PIK-R)
juga
diaktifkan
mengintegrasikan kegiatan BKR di kelurahan Kota Bangun tersebut.
untuk
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015, beliau mengatakan bahwa sosialisasi yang diberikan untuk mengembangkan kegiatan BKR pada orang tua dilakukan melalui kader-kader untuk mensosialisasikan dan melakukan pendekatan kepada para orang tua atau remaja di lingkungan sekitarnya, namun proses penyuluhan yang dilakukan kurang dapat menarik orang tua dikarenakan banyak yang kerja. KIE yang diberikan juga mudah dipahami oleh orang tua mengenai tumbuh kembang remaja termasuk memantau kegiatan anaknya maupun perubahan fisik maupun emosional yang terjadi pada anaknya. Agar kegiatan ini lebih dikenal maka ada mitra kerja/stakeholders yang juga membantu mempromosikan kegiatan BKR seperti Lurah, Camat dan juga Tim PKK. Hasil wawancara yang sama juga disampaikan oleh Ibu Rosmawarni S.E selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015, mengatakan bahwa dalam melakukan pendekatan kepada orang tua diperlukan Sosalisasi yang dilakukan oleh petugas lapangan yang ditempatkan di Kelurahan. Namun proses penyuluhan yang dilakukan belum dapat menarik para orang tua untuk ikut dalam kegiatan BKR. Oleh karena itu, untuk menyebarkan pemahaman orang tua maka petugas juga harus berkompeten dalam memberikan KIE kepada para orang tua atau kader. Diperlukan juga mitra kerja sama dalam mempromosikan kegiatan BKR ini di tingkat kelurahan seperti Tim penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Tokoh masyarakat (Toma) dan Tokoh agama (Toga).
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Nurjannah selaku Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015. Beliau mengatakan bahwa untuk melakukan sosialisasi pada orang tua atau remaja dilakukan melalui kader untuk menarik para orang tua dan remaja juga PLKB yang memberikan sosialisasi dan promosi melalui brosur atau booklet. Akan tetapi, tetap saja proses penyuluhan tersebut belum dapat menarik para orang tua untuk ikut dalam kegiatan BKR. Sehingga diperlukan mitra atau kelompok lain untuk membantu mempromosikan kegiatan BKR seperti PPKBD yang beranggotakan Tim PKK dan Sub PPKBD yang beranggotakan Ibu kepling (kepala lingkungan). Berdasarkan hasil wawancara yang juga dilakukan kepada para Kader BKR di masing-masing Kelurahan yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah, mereka mengatakan bahwa untuk melakukan pendekatan pada orang tua dalam mengembangkan kelompok BKR para petugas melakukan sosialisasi dan penyuluhan. Namun tidak semua orang tua dan remaja di lingkungan sekitar yang masuk dalam kelompok, dan kebanyakan orang tua kurang paham tentang KIE yang diberikan oleh petugas. Selain petugas, ada juga kelompok lain yang membantu mensosialisasikan Program BKR seperti Ibu PKK, Remaja mesjid, Dinas Kesehatan dan Kader lain seperti Kader BKB. Dalam proses sosialisasi ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi dalam program BKR tidak hanya dilakukan melalui pendekatan dan penyuluhan saja untuk lebih optimal maka proses sosialisasi juga perlu dibuat banner, spanduk, gambar maupun brosur. Sehingga penyebaran informasi ini dapat merata
di setiap kalangan masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat lebih mengetahui tentang Program BKR yang telah dicanangkan oleh Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang penyebarannya dilakukan di seluruh Indonesia. Untuk itu, diperlukan mitra kerja sama dan institusi masyarakat terkait dalam melakukan promosi dan pengembangan Bina Keluarga Remaja (BKR).
3. Adaptasi Adaptasi dalam hal ini merupakan kemampuan petugas penyuluh untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kondisi masyarakat khususnya di Kecamatan Medan Deli. Proses adaptasi ini meliputi kemampuan petugas penyuluh melalui pengadaan dan pengisian sumber daya manusia yang berkompeten serta pelaksanaan kegiatan program yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga pengembangan Program BKR oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli dapat terlaksana dengan baik. Seperti hasil wawancara yang disampaikan Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015, mengatakan bahwa cara yang dilakukan dalam mengembangkan materi substansi BKR kepada orang tua adalah dengan mengadakan sosialisasi, penyuluhan, pertemuan lewat acara pengajian atau wirid dan yang non muslim lewat acaraacara gereja. Untuk saat ini, kompetensi SDM pelaksana kegiatan BKR sudah memadai karena PLKB sudah lama bertugas jadi sudah banyak pengalaman dan
latar belakang pendidikannya minimal SLTA, dan ada juga yang bidan. Oleh karena itu, ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengelola dengan mengadakan pelatihan, orientasi tri bina, dan diberikan buku-buku pegangan untuk penyampaian materi. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Rosmawarni S.E, selaku Kasubbid Pemberdayaan
Perempuan.
Beliau
mengatakan
bahwa
cara
dalam
mengembangkan materi substansi BKR kepada orang tua dengan sosialisasi, kemudian mengadakan pertemuan dalam bentuk diskusi kelompok. Untuk saat ini, kompetensi SDM pelaksana penyuluhan dalam kegiatan BKR sudah memadai namun, tetap perlu diadakan pelatihan setiap 6 bulan sekali seperti workshop dan orientasi pengembangan kelompok. Hasil wawancara kepada Ibu Nurjannah, selaku Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli yang dilakukan pada tanggal 29 Januari 2015, mengatakan bahwa dalam mengembangkan materi substansi BKR kepada orang tua caranya dengan sosialisasi, penyuluhan dan penyampaian informasi tentng remaja kemudian ada diskusi dan tanya jawab. Kompetensi SDM pelaksana penyuluhan dalam kegiatan BKR sudah memadaikarena petugas juga harus menguasai materi. Oleh karena itu, ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengelola dan pelaksana kegiatan BKR melalui pelatihan, workshop dan buku-buku pegangan untuk penyampaian materi. Berdasarkan hasil wawancara yang juga dilakukan kepada para Kader BKR di Kecamatan Medan Deli yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah. Mereka mengatakan bahwa dalam memberikan
penyuluhan petugas sudah menunjukan sikap baik tetapi belum mampu menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan kepada orang tua atau kelompok untuk mengikuti kegiatan BKR. Selain itu, materi substansi BKR tidak merata diberikan oleh petugas di setiap Kelurahan dan kurang cermat dalam menghadapi para orang tua. Namun, Ibu Jamilah mengatakan hal yang berbeda di Kelurahan Kota Bangun petugas penyuluh dengan cermat menyampaikan materi kegiatan BKR dan sudah banyak materi yang telah diberikan oleh petugas seperti HIV/AIDS, tumbuh kembang remaja, peran orang tua dalam keluarga, Kesehatan Reproduksi Remaja, bahaya narkoba dan pembinaan remaja. Petugas penyuluh adalah aparat pemerintah (PNS/Non PNS) yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab melakukan kegiatan penyuluhan, penggerakkan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan program BKR serta kegiatan dalam program BKR tersebut. Petugas Lapangan yang ada di Kecamatan Medan Deli sudah menunjukan respon dan sikap yang baik dalam melakukan tugasnya untuk mengembangkan kegiatan BKR. Adanya pelatihan yang diberikan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana juga mendukung untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas penyuluh sehingga mereka dapat memberikan pemahaman kepada orang tua tentang pentingnya kegiatan BKR. Berdasarkan hasil paparan yang telah disampaikan oleh narasumber bahwa kemampuan petugas penyuluh sebagian besar saat ini sudah memadai, hal ini dilihat dari pengalaman selama bertugas, tingkat pendidikan yang menjadikan pemahaman mereka dapat lebih berkembang ditambah lagi pemberian pelatihan
dan orientasi tentang Program BKR. Namun, hingga saat ini petugas penyuluh belum dapat memberikan materi kepada orang tua maupun kader di setiap kelurahan dengan baik sesuai dengan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki. Hal ini disebabkan Sumber Daya Pelaksana yang terbatas dan tingkat kemampuan petugas yang berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan kondisi dan karakteristik masyarakat sehingga menjadikan program BKR belum optimal dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan kader dan anggota BKR belum meningkat dan Kader BKR juga merasa kurang puas dengan kegiatan BKR ini sehingga menyebabkan mereka menjadi kurang aktif. Selain kemampuan atau kompetensi petugas penyuluh dalam proses adaptasi ini, terdapat juga kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung kelancaran dan pengembangan program sehingga dapat membantu kelancaran kegiatan dan kenyamanan orang tua atau remaja sebagai sasaran Program BKR untuk mengikuti kegiatan. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai dalam mencapai maksud atau tujuan program sebagai unsur penunjang utama terselenggaranya suatu proses kegiatan yang dilakukan. Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015, beliau mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR baru diberikan oleh BKKBN Pusat seperti Genre KIT yaitu alat bantu penyuluhan seperti monopoli GENRE, bahas kasus dan lembar balik. Jadi penyuluhan yang diberikan seperti permainan tujuannya agar
para orang tua tidak bosan. Tetapi alat ini baru diberikan dan pembagiannya belum merata di setiap Kecamatan di Kota Medan. Sehingga pelaksanaan kegiatan belum berjalan optimal. Sedangkan untuk penyediaan dukungan anggaran untuk kegaiatan BKR ini ditampung dari APBD Kota Medan tetapi hanya untuk kegiatan Pelatihan para petugas penyuluh dan kader. Hasil wawancara kepada Ibu Rosmawarni S.E selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga juga membenarkan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR masih kurang dan untuk saat ini belum memadai. Sehingga belum mendukung kelancaran pelaksanan program BKR. Sedangkan penyediaan dukungan anggaran dari APBD kota Medan dialokasikan untuk pelaksaan pelatihan petugas dan kader saja. Kalau anggaran untuk kelompok BKR sendiri tidak ada. Hal ini yang menyebabkan pengembangan kegiatan kelompok BKR menjadi terhambat dan kurang direspon oleh orang tua di lingkungan sekitar. Untuk itu diperlukan perhatian dari para tokoh masyarakat maupun agama untuk memberikan kontribusi agar pelaksanaan Program BKR dapat berjalan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Nurjannah selaku Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015, beliau mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR untuk kelompok tidak ada sehingga belum dapat mendukung kelancaran kegiatan. Untuk mengadakan penyuluhan dilakukan di kantor Lurah. Sementara dukungan anggaran juga tidak ada. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan BKR untuk
membantu membeli makanan dan minuman anggarannya dari uang kas arisan dari semua kader dan ibu-ibu PKK. Hal ini juga dibenarkan oleh para Kader di Kecamatan Medan Deli yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah. Mereka mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan program BKR tidak ada, sejauh ini hanya dilakukan di kantor Kelurahan. Tetapi di Kelurahan Kota Bangun sudah diberi buku-buku materi BKR sementara di Kelurahan Titi Papan ada kontibusi yang diberikan masyarakat berupa tempat untuk melaksanakan kegiatan. Untuk membeli konsumsi pada saat kegiatan, anggarannya dari uang kas kader-kader dan kontribusi PKK. Berdasarkan hasil paparan yang disampaikan oleh narasumber di atas maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjung kelancaran kegiatan BKR di Kecamatan Medan Deli belum memadai dan tidak ada dukungan penyediaan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR. Dalam hal ini, sarana dan prasarana yang dimaksud adalah ketersediaan tempat, peralatan dan anggaran yang dapat mendukung kelancaran kegiatan dalam Program BKR. Dengan demikian proses adaptasi dalam program Bina Keluarga remaja (BKR) belum berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan kemampuan petugas penyuluh yang sudah memadai juga belum dapat membuat pengetahuan orang tua maupun kader meningkat dan didukung tidak adanya sarana dan prasara untuk kelancaran kegiatan BKR.
C. Pembahasan Hasil Wawancara 1. Tercapainya tujuan program Bina Keluarga Remaja (BKR) Berdasarkan hasil wawancara dan didukung dengan data sekunder yang diperoleh berupa dokumen database Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) bahwa Kelompok BKR telah relatif lama dibentuk di Kecamatan Medan Deli sebagai upaya dalam mengantisipasi meningkatnya kenakalan remaja yang berujung pada penurunan kualitas hidup anak remaja. Namun, pelaksanaan kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) ini belum berkembang. Hingga saat ini sebagian besar kegiatan BKR di masing-masing Kelurahan telah dilakukan pembentukan kelompok dan telah melaksanakan pemilihan Kader. Berarti kegiatan BKR ini masih pada tahap awal dan belum ada perkembangan yang signifikan. Hal inilah yang menjadikan pengelolaan kegiatan BKR masih pada stratifikasi dasar, belum memiliki pengembangan buku pedoman BKR dan tidak memiliki media penyuluhan. Ini berarti tidak ada pemberian advokasi untuk penumbuhan dan pengembangan BKR. Sehingga pencapaian tujuan dari program BKR belum dapat dikatakan efektif. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan materi yang telah dilakukan tidak rutin dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan bahkan sebagian besar kelompok tidak ada melakukan diskusi kegiatan di masing-masing kelurahan dan anggota kelompok yang terbentuk juga tidak sebanding dengan jumlah keluarga yang memiliki remaja di Kelurahan tersebut. Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan Deli ini sama seperti kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kelurahan Kebun Roos,
Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu berdasarkan pada penelitian yang dihasilkan oleh Ella Lubis dkk (2013). Hasil penelitian ini menyebutkan “bahwa pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada BKR Kelurahan Kebun Roos, Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu tersebut belum dilaksanakan dengan baik karena pembentukan kelompok BKR belum efektif, hal ini disebabkan pada sosialisasi dan sumber dana masih sangat minim serta peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana kegiatan BKR yang dilakukan dengan orientasi juga belum berhasil membuat pengetahuan kader dan anggota BKR juga meningkat.” Sehingga kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) ini belum dapat mewujudkan kualitas pelayanan kelompok BKR menuju kelompok BKR Paripurna dan belum ada prestasi yang diraih oleh kelompok BKR di Kecamatan Medan Deli baik tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi.
2. Integrasi program Bina Keluarga Remaja (BKR) Belum tercapainya tujuan BKR yang optimal juga disebabkan karena pengelola dan pelaksana kurang meleburkan diri kepada masyarakat untuk melakukan pendekatan. Hal ini berarti proses integrasi program kepada masyarakat melalui sosialisasi yang telah dilakukan Petugas Penyuluh KB di Kecamatan Medan Deli belum dapat menarik para orang tua untuk bergabung dan ikut menjadi anggota maupun Kader Bina Keluarga Remaja (BKR) walaupun sudah dilakukan dengan cara pendekatan dan penyuluhan. Hal ini juga disebabkan karena para orang tua memiliki akivitas masing-masing untuk mencari nafkah dan
bekerja. Selain itu, juga masih rendahnya sebagian besar kesedian dan keikutsertaan para orang tua untuk mengembangkan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan Deli. Adanya Upaya untuk mengembangkan Program BKR juga telah dilakukan dengan bekerjasama pada organisasi pemerintah seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga maupun organisasi lainnya seperti Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Ikatan Remaja Masjid (IRMA). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Keluarga juga selaku Pengelola Program Bina Keluarga Remaja (BKR) mengatakan bahwa “dalam melakukan pendekatan kepada orang tua diperlukan Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas lapangan yang ditempatkan di Kelurahan. Namun proses penyuluhan yang dilakukan belum juga dapat menarik para orang tua untuk ikut dalam kegiatan BKR. Selain itu, juga diperlukan mitra kerja sama dalam mempromosikan kegiatan BKR ini.” Sehingga diperlukan strategi operasional dalam mengembangkan program Bina Keluarga Remaja (BKR), diantaranya adalah : a. Strategi pendekatan, yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan sasaran yang terdiri dari orang tua, remaja, kelompok sebaya, tokoh agama dan tokoh masyarakat. b. Strategi pelembagaan, yaitu mempromosikan melalui kegiatan-kegiatan lain di lingkungan setempat.
c. Strategi pencapaian, yaitu mengintegrasikan kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) di lingkungan mitra yang bekerja sama dengan BKKBN.
3. Adaptasi program Bina Keluarga Remaja (BKR) Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) sendiri telah cukup lama berdiri di Kecamatan Medan Deli. Hal ini terlihat dari Surat Keputusan Lurah di masingmasing Kelurahan diantaranya yaitu kelompok BKR Anggrek di Kelurahan Titi Papan terbentuk pada tanggal 11 Mei 2011 (SK Lurah : 476/SK/962/2011), kelompok BKR Arimbi di Kelurahan Tanjung Mulia terbentuk pada tanggal 16 November 2011 (SK Lurah : 449/SK/TM/V/2011), kelompok BKR Arimbi di Kelurahan Kota Bangun terbentuk pada tanggal 1 Juni 2008 (SK Lurah : 476/08/KB/VI/2008), kelompok BKR Kamboja di Kelurahan Mabar terbentuk pada tanggal 10 Januari 2012 (SK Lurah : 411/704/SK/III/2012) dan kelompok BKR Mawar di Kelurahan Mabar Hilir terbentuk pada tanggal 15 Oktober 2012 (SK Lurah : 476/SK.303/2012). Hal ini berarti kelompok BKR di masing-masing Kelurahan telah ada selama tiga tahun, empat tahun dan bahkan tujuh tahun kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) ini dibentuk. Seharusnya dalam kurun waktu yang relatif lama seperti ini, pelaksanaan kegiatan juga dapat lebih dikembangkan dengan memperbanyak materi maupun kegiatan diskusi. Namun, kenyataannya belum ada satu pun kegiatan yang aktif hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak berfungsinya Program Bina Keluarga Remaja (BKR) sebagai salah satu wadah dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua maupun remaja
tentang tumbuh kembang anak remaja. Keadaan ini juga disebabkan karena kurangnya perhatian dan pengawasan Pengelola Program Bina Keluarga Remaja (BKR) terhadap pengembangan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan Deli. Minimnya
pemahaman
kelompok
BKR
ini
dikarenakan
belum
terlaksanannya penyuluhan materi bahkan sama sekali tidak ada materi yang diberikan Petugas Lapangan tentang substansi BKR mengenai peran orang tua dalam pembinaan anak remaja, kesehatan reproduksi remaja, penanaman nilainilai moral pada remaja, HIV/AIDS dan keterampilan/kecakapan hidup anak remaja. Sementara Pelatihan dan orientasi telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana kepada pelaksana program BKR yaitu Petugas Penyuluh Lapangan. Hal ini berarti Petugas Lapangan belum menjalankan tugasnya dengan optimal walaupun ada upaya yang mereka lakukan dalam pengembangan BKR. Sedangkan bagi Kader BKR di Kecamatan Medan Deli belum ada yang diberikan pelatihan. Keterbatasan
anggaran
juga
menjadi
kendala
dalam
melakukan
pengembangan program BKR di Kecamatan Medan Deli. Dana untuk pelatihan bagi kader sama sekali tidak ada sehingga pengetahuan kader masih sebatas pengetahuan dasar. Hal ini menyebabkan tidak ada pihak yang dapat membantu Petugas Lapangan dalam memberikan penyuluhan pada orang tua di lingkungan sekitar. Karena kader BKR juga belum dibina dan diberi pelatihan. Sedangkan dana bagi kegiatan pengembangan BKR dihasilkan dari uang swadaya dan kontribusi para pihak terkait. Tidak ada bantuan dana maupun sarana dan
prasarana dalam mendukung kelancaran kegiatan BKR. Selain itu, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana kegiatan BKR juga menyebabkan program ini tidak berjalan lancar. Terbatasnya jumlah kader BKR yang ada harus menjadikan kader Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Kader Bina Keluarga Balita (BKB) juga merangkap menjadi kader BKR. Tentu ini akan menyulitkan Kader tersebut untuk fokus dalam menjalankan kegiatan BKR. Terlebih lagi Kader BKR merupakan ibu rumah tangga yang juga memiliki kesibukan lain di luar kegiatan BKR. Terbatasnya sarana ruang kegiatan juga menjadi penghambat dalam pengembangan kegiatan BKR sehingga pertemuan kegiatan BKR sering diadakan di Kantor Kelurahan. Prasarana lain seperti buku-buku tentang materi BKR juga tidak ada disediakan untuk kader sehingga program BKR yang dijadikan wadah pusat informasi orang tua menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu, program BKR yang ada saat ini belum dapat menanamkan pemahaman orang tua tentang substansi materi BKR yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman orang tua di Kecamatan Medan Deli tentang pentingnya membina tumbuh kembang anak remaja. Bagi remaja, pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga juga belum ada diberikan. Padahal ini sangat penting dalam menyiapkan generasi muda yang berkualitas. Selain itu, perlunya mengintegrasikan kegiatan BKR pada anak remaja yang tergabung dalam kegiatan remaja mesjid dan karang taruna juga dapat menjadikan kegiatan yang positif bagi anak-anak remaja sehingga waktu yang mereka gunakan untuk berdiskusi dan
mengikuti kegiatan dapat bermafaat dan sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari perilaku menyimpang seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, pernikahan dini dan kejahatan kriminalitas lainnya. Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Program Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan Deli sudah berjalan ini dibuktikan dari adanya kelompok BKR yang terbentuk, prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok yang telah dibuat didasarkan aspek legalitas, dan petugas pelaksana kegiatan program yang telah memiliki kemampuan dan berkompeten. Namun, untuk pelaksanaan kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) tersebut belum dapat dikatakan efektif. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, ini dibuktikan dari hasil wawancara oleh kader-kader BKR bahwa “kegiatan BKR ini tidak rutin dilakukan setiap bulan, misalnya bulan ini dilaksanakan dan bulan depan tidak ada kegiatan”. Kemudian sasaran yang dijadikan target BKR juga belum memadai, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kepala Bidang Ketahan dan Pemberdayaan Keluarga selaku pengawas dan sekaligus pengelola program BKR di Kota Medan bahwa “jumlah kelompok yang ada saat ini juga masih belum memadai, dan harapan ke depannya juga harus dibuat kelompok konseling BKR di setiap lingkungan”. Selain itu, belum berhasilnya proses sosialisasi yang dilakukan, belum terlaksananya penyuluhan materi, terbatasnya SDM pelaksana dan terbatasnya dukungan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR juga menjadi faktor
kurang efektifnya pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) ini di Kecamatan Medan Deli. Hal ini seperti yang disampaikan oleh para Kader BKR di Kecamatan Medan Deli bahwa “pendekatan dalam sosialisasi hanya berupa penyuluhan, tidak semua orang tua dan remaja paham, petugas juga belum memberikan materi substansi kegiatan BKR. Pemberian materi tidak merata dilakukan karena tenaga pengelola terbatas jadi harus bergiliran untuk membuat kegiatan. Selain itu, tidak ada bantuan dana untuk membantu kegiatan ini, dana berasal dari swadaya Kader dan pihak terkait.” Oleh karena itu, pelaksanaan program BKR yang ada saat ini belum dapat menghasilkan mutu yang baik sehingga efektivitasnya juga belum baik pula. Untuk menghasilkan suatu program yang efektif maka diperlukan waktu pencapaian program dan ketepatan sasaran yang diinginkan sehingga tercapainya tujuan yang diinginkan, kejelasan dalam integrasi melalui prosedur pelaksana dan sosialisasi program serta adaptasi melalui kemampuan petugas dan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Duncan (dikutip M. Streers, 1985:53) yaitu untuk mengukur efektivitas pelaksanaan program ada beberapa kriteria ukuran efektivitas yang digunakan diantaranya yaitu tercapainya tujuan, integrasi dan adaptasi program. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada suatu harapan yang diinginkan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mengembangkan program Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu adanya komitmen Pemerintah Kota dalam membantu menyediakan sumber dana dan sarana prasarana untuk mengembangkan program-program kependudukan dan kepada
masyarakat untuk berpastisipasi bersama-sama membangun keluarga berwawasan kependudukan, menanamkan dan menerapkan 8 (delapan) fungsi keluarga, tercapainya keluarga sejahtera dan membangun moral serta sikap remaja melalui keluarga dalam rangka mencapai “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah penelitian dilakukan oleh peneliti tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Program BKR yang dilakukan di Kecamatan Medan Deli tidak rutin dilakukan setiap bulan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian sasaran program yang terbentuk dalam kelompok juga belum memadai di setiap kelurahan bila dibandingkan dengan jumlah keluarga yang mempunyai remaja di lingkungan sekitar. Hal ini membuat pencapaian tujuan tidak tercapai secara efektif. 2. Prosedur pelaksanaan kegiatan dalam pembentukan kelompok sudah baik sesuai dengan administrasi pelaksanaanya, hanya saja orang tua dan remaja kurang aktif sementara sosialisasi yang diberikan juga sudah berjalan dengan bentuk penyuluhan dan pendekatan kepada orang tua. Oleh karena itu, diperlukan upaya mengembangkan kegiatan kelompok BKR ini dengan memadukan kegiatan lain agar lebih efisien dan juga dibantu oleh stakeholder maupun mitra kerja sama di lingkungan setempat. 3. Sebagian besar petugas penyuluh yang bertugas di setiap kelurahan di Kecamatan Medan Deli sudah memadai, namun pemberian materi substansi BKR belum dilakukan oleh petugas secara merata. Hal ini dikarenakan
terbatasnya jumlah SDM pengelola yang bertugas di kecamatan Medan Deli dan tidak didukung oleh penyediaan anggaran dalam kegiatan BKR. Sehingga pelaksanaan Program BKR belum berkembang dan belum berjalan lancar. 4. Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) belum dapat meningkatkan pemahaman orang tua mengenai materi substansi Bina Keluarga Remaja (BKR) termasuk pemahaman tentang tumbuh kembang remaja, reproduksi remaja, dan penanaman nilai-nilai moral pada remaja. Sehingga belum dapat menciptakan keluarga berwawasan kependudukan dan peningkatan keluarga sejahtera. Sehingga efektivitas pelaksanaan proram Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli dapat dikatakan kurang efektif, sehingga belum dapat terlihat tingkat keberhasilan program BKR kepada orang tua atau remaja di Kecamatan Medan Deli.
B. Saran Saran adalah suatu masukan atau rekomendasi yang dibuat untuk menyempurnakan hasil dari sebuah penelitian. Dimana saran sebagai maukan bagi pihak terkait yang menjadi objek penelitian yang dilakukan peneliti pada waktu yang akan datang. 1. Diharapkan petugas penyuluh dan mitra kerja berkoordinasi dengan kelompok BKR untuk membuat kesepakatan tentang jadwal kegiatan BKR di masingmasing Kelurahan. Sehingga para petugas maupun orang tua dapat mengatur waktunya untuk hadir dalam pelaksanaan kegiatan BKR. Oleh karena itu,
kegiatan ini dapat terlaksana rutin setiap bulannya. Dan diharapkan pula keterlibatan serta partisipasi orang tua untuk mengembangkan kegiatan BKR yang telah dicanangkan oleh BKKBN dengan maksud dan tujuan agar para orang tua dapat mendidik dan membina anak remaja dengan benar, meningkatkan keharmonisan keluarga dan membentuk keluarga yang berwawasan kependudukan. 2. Diharapkan pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan dapat lebih menarik minat orang tua untuk mengetahui lebih jauh tentang Program BKR ini dengan membuat spanduk, brosur dan gambar-gambar. Selain itu, pendekatan yang yang dilakukan oleh pengelola dan pelaksana sebaiknya ditunjukkan dengan sikap peduli, ramah dan terbuka sehingga para orang tua pun tertarik untuk mengikuti kegiatan BKR dan jumlah Kader yang ada dapat bertambah dengan diberikan pelatihan agar
dapat
membantu Petugas Penyuluh dalam
mengembangkan BKR. 3. Kompetensi petugas juga diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi dengan pelatihan dan orientasi yang sebaiknya juga rutin dilakukan oleh Badan Pemberdayaan
Perempuan
dan
Keluarga
Berencana
(PPKB)
untuk
mengembangkan program tersebut di Kecamatan Medan Deli. Bagi Pemerintah Kota Medan diharapkan komitmen dan perhatiannya untuk menyediakan dukungan anggaran dan mengupayakan tersedianya ruang kegiatan bagi kelompok BKR agar kegiatan dalam Program ini dapat berjalan dengan lancar. 4. Dengan adanya tujuan Bina Keluarga Remaja (BKR) diharapkan setiap kalangan dapat memahami apa yang diinginkan dan menjadi target dari
lembaga BKKBN dan Badan PPKB sebagai institusi pelaksananya. Sehingga program ini dapat berjalan efektif dan diterima di kalangan masyarakat dengan tujuan membangun moral, sikap dan perilaku remaja melalui 8 fungsi keluarga yang patut diterapkan orang tua dalam keluarga.