ABSTRAK
Amin Dimyati Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Banten Pondok pesantren Raudhatut Tullab terletak di Kecamatan Kemiri Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten. Banyak sekali program yang ditawarkan di pondok pesantren ini, secara umum program pembelajarannya terbagi dua yaitu program kurikuler dan ekstrakurikuler, dalam ekstrakurikuler ini salah satu programnya adalah kegiatan muhadhoroh. Kegiatan muhadhoroh adalah sebuah kegiatan latihan berpidato yang wajib dilakukan oleh para santri pondok pesantren Raudhatut Tullab. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan kader mubaligh-mubalighah yang handal yang dapat mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat secara luas. Dengan demikian terlihatlah betapa pentingnya kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren ini. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis ingin meneliti kegiatan tersebut yang tujuannya untuk mengetahui seperti apakah komunikasi instruksional yang diterapkan dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Banten?. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualaitatif dan dalam memperoleh data-datanya, penulis menggunakan metode populasi dan sampel. Yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah, apa saja aktivitas komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?, dan bagaimana proses komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?.Dengan identifikasinya yaitu materi apa yang dipakai oleh pesantren tersebut dalam proses kegiatan muhadhoroh?, tujuan dibentuknya muhadhoroh, metode dan media apa yang dipakai dalam kegiatan muhadhoroh dan proses belajar mengajar?, apakah ada alokasi waktu yang dipakai, dan siapa saja nara sumber yang mengajar dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?.
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat, nikmat, karunia dan hidayah yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat dan salamnya semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita semua, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita semua sebagai umatnya. Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dalam mencapai gelar sarjana strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah penulisan skripsi. Tentunya dalam proses penulisan ini penulis mendapat banyak hambatan, tantangan, godaan serta yang lainnya. Namun berkat hidayah dan pertolongan Allah SWT, ketulusan hati serta keikhlasan niat serta motivasi, dan do’a dari berbagai pihak, akhirnya segala hambatan itu dapat penulis atasi dengan baik, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Selama masa penulisan skripsi ini, tentunya penulis banyak sekali mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan serta motivasi dari berbagai pihak, maka tentunya dalam kata pengantar ini penulis ingin sekali mengucapakan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-setingginya kepada; 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, serta para pembantu Dekan. 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.Ag selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
ii
3. Ibu Umi Musyarofah, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan juga sebagai dosen pembimbing saya. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala perhatiannya, waktu, serta kesabaran yang ibu berikan untuk saya selama ibu membimbing saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 4. Kepada ayahanda H. Amiruddin dan ibunda tercinta Hj. Hamdah yang telah membiayai saya dari awal masuk kuliah hingga saat ini, serta kasih sayang, pengorbanan, motivasi, dan do’a yang tulus yang diberikan kepada penulis, sehingga mampu melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dan menghapus segala dosa-dosanya, dan atas jasamu yang tiada tara tak akan pernah saya lupakan sampai akhir hayatku. Ayahanda dan ibunda tercinta do’akan saya semoga ilmu yang saya dapatkan, walaupun hanya satu kalimat semoga bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan umumnya bagi masyarakat secara luas. 5. Terima kasih yang setingi-tinginya juga saya ucapkan untuk kedua mertua saya,
ayahanda H. Subkhi dan ibunda Hj. Mulyati atas segala
pengorbanannya dan dorongannya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan keduanya. 6. Kepada istriku tercinta Siti Nisrohah yang telah merelakan waktunya bersamaku diambil untuk penulisan skripsi ini, dan atas segala pengorbanannya, motivasinya, do’anya dan kasih sayangnya saya ucapkan terima kasih, kepada anakku tercinta Anisah Firda Dimyati, ayah mohon
iii
maaf karena selama penulisan skripsi ini ayah banyak meniggalkan kamu, namun insya Allah semua ini dilakukan untuk tujuan yang mulia. 7. Kepada keluarga besar penulis, yang sangat penulis sayangi dan cintai, kang Napi, teh Manah, dan adik-adiku Hilmi, Khodijah, Bali, yang selalu mendo’akan saya, terima kasih atas segala motivasinya, do’anya yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 8. Kepada
pihak
Perpustakaan
Fakultas
Dakwah
dan
Komunikasi
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala pelayanan dan penyediaan buku-buku referensi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 9. Kepada pimpinan pondok pesantren Raudhatut Tullab. Bapak KH. Amiruddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset dan wawancara, serta atas segala pelayanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, semoga beliau selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin ya robbal alamin. 10. Kepada Fahmi terima kasih atas segala bantuannya yang telah menemani saya dalam penulisan skripsi dari awal hingga akhir, jasamu akan selalu saya kenang semoga kebaikanmu mendapatkan balasan dari Allah SWT. Juga kepada teman-temanku seperjuangan Sidik, Hamdan, dan semua teman-teman KPI B angkatan 2002 saya ucapkan terima kasih.
iv
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentunya berkat dukungan semua pihak yang telah membantu, oleh sebab itu penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis tentunya menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, namun penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat. Pada akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon semoga amal baik semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini mendapat pahala dan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya robbal alamin.
Jakarta, Juli 2009
Amin Dimyati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................ ............. ii DAFTAR ISI ......................................................................................... ............. vi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. ............. 1 B. Batasan dan Perumusan Masalah ................................... ............. 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................... ............. 6 D. Metodologi Penelitian .................................................... ............. 7 E. Sistematika Penulisan .................................................... ............. 11
BAB II
LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Komunikasi ................................................... ............. 13 B. Pengertian Komunikasi Instruksional ............................. ............. 21 C. Pengertian Muhadhoroh ................................................. ............. 27 D. Pengertian Pondok Pesantren ......................................... ............. 27
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN RAUDHATUT TULLAB
KECAMATAN
KEMIRI
KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren .............................. ............. 32 B. Visi, Misi dan Tujuannya ............................................... ............. 33 C. Sarana dan Prasarana ...................................................... ............. 34 D. Struktur Organisasi ........................................................ ............. 36
vi
E. Program Pendidikan Pesantren Raudhatut Tullab ............ ............. 38 BAB IV
ANALISA DATA A. Komunikasi Intruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh .. ............. 42 B. Proses Penerapan Komunikasi Intruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh .................................................................. ............. 44 C. Tingkat Efektivitas Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh ................................................................................. 47 D. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................... ............. 47 E. Cara Menanggulangi Hambatan ..................................... ............. 50
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................... ............. 52 B. Saran - Saran .................................................................. ............. 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi ada dimana-mana, dirumah, ketika anggota-anggota keluarga berbincang
di
meja
makan,
di
kampus,
ketika
mahasiswa-mahasiswa
mendiskusikan mata kuliah, di kantor, ketika kepala seksi membagi tugas, di masjid, ketika khotib berkhutbah, bahkan di tamanpun komunikasi itu ada ketika seorang pecinta mengungkapkan rasa rindu dan cintanya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi sangatlah menentukan kualitas hidup kita. Dalam perspektif agama Islam, bahwa komunikasi sangatlah penting perannya untuk kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Oleh karena itu, manusia sangat diharapkan agar dapat pandai dalam berkomunikasi. Hal ini telah dijelaskan di dalam Al-Quran surat ar-Rahman ayat 1 – 4 yang berbunyi :
!"
#$%&'
(
)*!☺
-. / Artinya : “(Tuhan) yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia,mengajarnya pandai berbicara”. ( Q.S 55. Ar-Rahman:1-4)
Dalam kehidupan sehari-hari, disadari maupun tidak bahwa komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Manusia sejak lahir sudah dapat
viii
berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak tangis pertama pada saat dilahirkan adalah suatu tanda bahwa manusia sudah dapat berkomunikasi.1 Terbiasa
komunikasi sebenarnya
bukan berarti telah memahami
komunikasi. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang akan terjadi selama komunikasi itu berlangsung, mengapa itu dapat terjadi, akibat apa yang akan terjadi, dan akhirnya apa yang dapat kita lakukan untuk dapat mempengaruhi dan memaksimumkan keberhasilan dari kejadian tersebut. Dimanapun
kita
berada
dan
apapun
pekerjaannya,
kita
selalu
membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Jadi bukan hanya politisi, dosen, pengacara, pendakwah yang harus terampil dalam berkomunikasi, namun hampir semua jabatan. Banyak orang yang tidak berhasil karena mereka tidak terampil dalam berkomunikasi. Didalam kehidupan sehari-hari pun banyak kegagalan dalam suatu pekerjaan ataupun karier yang disebabkan tidak efesiennya berkomunikasi. Harus kita sadari bahwa peran komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan bersosial, khususnya pada bidang pendidikan. Seorang guru harus dibekali dengan ilmu komunikasi supaya apa yang hendak disampaikan dapat menjadi efektif dan seorang muridpun dapat memahami pelajaran dengan mudah. Kita sepakati bersama bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Dalam komunikasi istilah pendidikan serta pengajaran terdiri dari dua komponen yang sangat penting yang terlibat yakni antara pengajar sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan. 1
Widjaja, Komunikasi Offset,1993),Cet. Ke-3,h.1
dan
Hubungan
ix
Masyarakat,(Jakarta:
Sinar
Grafika
Komunikasi dalam pendidikan dikenal sebagai komunikasi instruksional (instruction comunication) salah satu asfek komunikasi untuk dapat meningkatkan kualitas dalam berpikir para pelajar (komunikan) dalam situasi instruksional yang terkondisi. Misalnya seorang guru disamping dapat mengajar, juga harus memiliki suatu metode dalam menyampaikan pesannya kepada seorang murid. Komunikasi instruksional lebih mengarah kepada pendidikan serta pengajaran, bagaimana seorang pengajar (guru) memiliki jiwa kerja sama dengan muridnya sehingga pesan atau instruksi yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Fungsi selain pendidik seorang gurupun sangat diharapkan untuk dapat membimbing2, membimbing dalam arti mengikutsertakan guru dalam aktivitas murid. Instruksional pada bidang serta konteks pembahasan. Webster’s Third New International Dictionary Of The English Language mencantumkan kata instruksional (dari kata Instruct) dengan arti “memberi pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih dari berbagai bidang, memberikan keahlian ataupun pengetahuan dalam bidang seni atau spesialisasi tertentu” atau dapat berarti pula “mendidik dalam subyek atau bidang pengetahuan tertentu” disini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan komando atau perintah.3 Komunikasi instruksional dapat terjadi dimana saja misalnya, di sekolah, universitas, bahkan di pondok pesantren. pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional, tempatnya untuk mempelajari, mendalami, 2
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi,(Yogyakarta: PT.Arti Bumi Intaran,2005),Cet.ke-1.h.26 Pawit M yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Jakarta Pers, 2002), Cet. Ke 1.,h.6 3
x
menghayati, serta mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang menekankan akan pentingnya moral keagamaan.4 Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang mana di dalamnya terdapat suatu struktur organisasi yang fungsinya menjalankan segala aktifitas keagamaan. Di dalam pondok pesantren terdapat santri yang sedang mempelajari ilmu agama. Aktifitas santri dilakukan setiap hari sejak pagi hingga malam hari dan telah disediakan segala kebutuhan santri baik itu sandang, pangan, dan juga papan tanpa harus pulang kerumahnya masing-masing. Santri selalu ditekankan supaya dapat mendalami ilmu agama Islam agar dapat mendakwahkan ajaran-ajaran agama Islam, baik untuk dirinya sendiri atau kepada seluruh umat Islam secara umum. Demikian pula pondok pesantren Raudhatut Tullab, yang mana mewajibkan para santrinya untuk dapat mengikuti segala bidang pendidikan serta pengajaran baik itu kegiatan kurikuler ataupun ekstarakurikuler. Para santri juga diharuskan agar dapat berdakwah dengan metode yang baik, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk umat Islam secara umum, untuk mencapai tujuan itu pondok pesantren Raudhatut Tullab menerapakan pelatihan muhadhoroh. Kegiatan muhadharah di pondok pesantren Raudhatut Tullab adalah termasuk kedalam kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan kegiatan kurikuler formalnya mencakup aktifitas yang ada di sekolah, dan untuk kurikuler pesantrennya kuhusus pada bidang pengkajian kitabkitab klasik/kuning seperti Fiqih, Nahwu Sorof, Tafsir, Aqidah/Tauhid, Balaghoh
4
Mastuhu, “Prinsip Pendidikan Pesantren”, (Jakarta: Inis, 1994), h.55
xi
dan lain-lain. Adapun kegiatan ekstrakulikuler meliputi muhadharah, muhadatsah, pembacaan Barzanzi, dan membaca al-Quran. Muhadhoroh adalah metode dalam berdakwah, guna melatih mental para santri dalam berdakwah, sehingga para santri tidak merasa canggung apabila santri tersebut akan berdakwah keapada khalayak ramai (masyarakat). Santri diwajibkan untuk selalu mengikuti muhadhoroh dengan bimbingan para guru (Ustadz). Para santri yang ditunjuk sebagi penceramah harus dapat mempersiapkan dirinya dengan matang, karena ceramah yang akan disampaikannya itu tanpa mengunakan teks dan juga santri terserbut harus dapat menghapal dan apa yang disampaikan juga dapat dipahami oleh para mad’u. Pada dasarnya muhadharah adalah merupakan langkah awal sebagai salah satu upaya dalam menyiapkan kader da’i membentuk santri dari yang belum berani berpidato/ceramah, kurang mampu menjadi bisa atau bahkan menjadi lebih baik dalam menyampaikan isi ceramahnya kepada para mad’u. Yang menjadi titik permasalahan bagi penulis adalah bagaimana proses penerapan komunikasi
instruksional dalam
kegiatan muhadhoroh dapat
diterapkan? Bagaimana tingkat efektifitas penerapan komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh? Oleh karena itu, hemat penulis perlu melakukan suatu pengkajian dan penelitian mengenai komunikasi insruksional dalam kegiatan muhadhoroh dan sampai dimana penerapan komunikasi instruksional itu dapat berjalan dengan efektif tanpa adanya unsur keterpaksaan dalam komunikasi terhadap pihak yang terkait.
xii
Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka
penulis tertarik untuk
mengadakan suatu penelitian dan sekaligus dijadikan bahan skripsi yang berjudul: “Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadharah di Pondok Pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten”. B. Batasan dan Perumusan Masalah Pada latar belakang masalah diatas, pada das arnya telah tergambar bahwa dalam skripsi ini akan melakukan penelitian serta membahas sekitar komunikasi instruksional dalam pengajaran muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi.Banten. Dengan demikian penelitian ini akan difokuskan pada komunikasi instruksional dalam pengajaran muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tanggerang Provinsi.Banten. Sesuai dengan pembatasan masalah di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa aktivitas komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadharah
di
pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi.Banten? 2. Bagaimana proses komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadharah
di
pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui gambaran tentang aktivitas komunikasi instruksional yang dipakai dalam kegiatan muhadharah di pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang.Provinsi Banten
xiii
2. Terciptanya suatu sistem serta metode yang efektif dalam menerapkan komunikasi insturuksional terhadap santri dalam berceramah. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini yaitu : 1. Dapat memberikan masukan-masukan terhadap pengembangan penelitian serupa pada masa yang akan datang. 2. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur, penambah wawasan dan memberi motivasi terhadap pihak pondok pesantren lainnya terkhususnya yang didalamnya terdapat program pembinaan kader mubaligh terutama di pondok pesantren Raudhatut Tulllab Kemiri Tangerang. Provinsi Banten D. Metodologi Penelitian 1. Metode Dalam menentukan metode penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan sesuatu yang dilakukan penulis dengan fenomena yang ada, sedangkan perolehan data
peneliti
mengunakan metode populasi dan sampel. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penilitian ini, yang menjadi populasi adalah para santri kelas tiga Tsanawiyah dan kelas dua Aliyah pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten yang berjumlah 101 santri. Yang terdiri dari :
No 1 2 3 4 5 6
Kelas I Tsanawiyah II Tsanawiyah III Tsanawiyah I Aliyah II Aliyah III Aliyah
L 10 12 11 12 9 8
P 5 6 7 6 7 8
Jumlah 15 18 18 18 16 16
Jumlah
62
39
101
xiv
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Adapun yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang santri laki-laki pondok pesantren Raudhatut Tullab. Adapun pengambilan dalam sampel ini, penulis akan menggunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. 2. Sumber Data Yaitu data yang akan diperoleh. Untuk memerlukan data yang akan diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan populasi yang ada di atas, maka yang akan menjadi sumber datanya adalah: a. Santri kelas satu Tsanawiyah sampai kelas tiga Tsanawiyah, dan kelas satu Aliyah sampai kelas dua Aliyah di pondok pesantren Raudhatut Tullab. b. Pengurus bagian muhadharah yaitu Hilmi Rahmatullah c. Ustadz Pembimbing muhadharah yaitu Ust. Syarifudin 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu: a. Observasi Yaitu pengamatan dan juga pencatatan sistematis terhadap fenomena yang akan diteliti. Dengan teknik observasi ini, peneliti akan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada, sehingga akan mendapatkan data-data yang relevan dan juga akurat. b. Wawancara Yaitu suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan informasi dari orang yang akan diwawancarai. Dalam hal ini,
xv
peneliti mengadakan wawancara dengan pimpinan pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten. Dan juga kepada ketua pelaksana program kegiatan pengajaran muhadharah yang tujuannya adalah untuk mendapatkan data-data yang akurat mengenai latar belakang berdirinya pondok pesantren Raudhatut Tullab, serta apa saja yang dianggap mendukung program kegiatan pengajaran muhadharah tersebut. c. Kuisioner Yaitu teknik pengumpulan data dengan menyertai sejumlah informasi dari responden terhadap masalah yang diteliti. 4. Teknik Pengolahan Data Bentuk penelitian ini adalah bentuk gabungan dari data kuantitatif (data yang berupa angka-angka) dan kualitatif (data yang berupa kata-kata). Maksudnya dalam penelitian ini, penulis akan mengunakan data kualitatif, akan tetapi tidak menafikan adanya bentuk data kuantitatif. Dimana data kuantitatif ini digunakan untuk melengkapi penulis dalam mengolah data-data dengan melalui proses yaitu : a. Editing Yaitu tahapan kegiatan yang mempelajari kembali data–data yang telah diperoleh/terkumpul melalui instrumen penelitian (wawancara, observasi, dan angket), sehingga keseluruhan data itu akan dapat diketahui serta dapat dinyatakan baik sehingga dapat dipersiapkan untuk proses selanjutnya.
xvi
b. Tabulating Tabulating adalah memindahkan jawaban-jawaban dari responden kedalam tabel-tabel dan kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa. Adapun untuk memperoleh data dari angket yang sudah ditabulasikan dan dipresentasikan, maka digunakan rumus sebagai berikut : P = F/N X 100% P = Prosentase F = Banyaknya jawaban N= Jumlah responden c. Analis dan Interpretasi Adalah menyembunyikan data-data kuantitatif dalam bentuk variabel
(kata-kata), sehingga angka-angka prosentasinya itu menjadi
bermakna dan berarti. 5. Teknik Penulisan Dalam teknik ini adalah menghubungkan bagian-bagian tertentu dengan cara menafsirkan data-data yang diiringi dengan interpretasi yang rasional secara adequate (mendalam). Adapun teknik penulisan yang akan peneliti gunakan dalam penelitian skripsi ini adalah dengan berpedoman pada buku panduan penulisan skripsi, yaitu ”Pedoman Penulisan Skripsi, tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” (UIN Jakarta Press).
xvii
E. Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORITIS Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian komunikasi, pengertian
komunikasi
instruksional,
pengertian
kegiatan
muhadharah, dan pengertian pondok pesantren. BAB III
: GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN RAUDHATUT TULLAB
KECAMATAN
KEMIRI
KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN Pada bagian ini akan dibahas tentang sejarah berdirinya pondok pesantren, visi dan misi serta tujuan dan fungsinya, aktifitas komunikasi intruksional dalam kegiatan muhadharah, sarana dan juga prasarana. BAB IV : ANALISA DATA Pada bagian ini memuat serta membahas tentang proses penerapan komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadharah di pondok pesantren Raudhatut Tullab, kemudian menerangkan tentang komunikasi instruksional dibidang kulikuler dan ekstrakulikuler, faktor pendukung dan penghambat dan cara menanggulangi hambatan.
xviii
BAB V
: PENUTUP Dengan selesainya pembahsan diatas, dalam bagian terakhir ini akan disampaikan beberapa butir kesimpulan dan sekaligus berfungsi sebagai jawaban yang konkrit atas masalah yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan, berikut disertakan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka, hasil wawancara dan lampiran yang dianggap penting.
xix
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin comminicatio, dan bersumber dai kata communis yang berarti ”sama” sama disini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontomporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal tersebut, seperti dalam kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna”, “kita mengirimkan pesan”.5 Komunikasi secara terminologi berarti proses penyampain suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Edwar Depari dalam karyanya “Komunikasi dalam Organisasi” yang dikutp A.W Widjaya, mengatakan komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu. Mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan yang ditujukan kepada penerima pesan.6 Keith Davis mengatakan komunikasi sebagai, “The Tranfer Of Information and Understanding
5 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1997), Cet, Ke-4, h.3-4 6 A. W Widjaya, Ilmu Komunikasi; Pengantar Studi, (Jakarta : Rhineka Cipata 2002), Cet, Ke –2, h. 13
xx
One Person”7 secara sederhana diartikan “pengiriman inforamsi dan pemahaman dari satu orang kepada orang lain”. Menurut Noel Gist bilamana interakasi sosial berarti sosial meliputi pengoperan arti-arti dengan jalan menggunakan lambang-lambang, maka hal ini dinamakan komunikasi.8 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang bekomunikasi berarti mengaharapakan agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan, harapan, dari isi pesan yang disampaikan.9 Jadi diantara orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus memiliki kesamaan arti, dan harus sama-sama mengetahui hal yang mana dikomunikasikan. Jika tidak demikian, maka kegiatan komunikasi tesebut tidak berlangsung dengan baik. Dari pengertian diatas penulis berpendapat bahwa komunikasi adalah proses memberikan pesan kepada seseorang agar orang yang menerima pesan itu dapat mengerti dan memahami isi dari pesan tersebut, sehingga terjadilah komuniasi yang efektif. 2. Unsur-unsur Komunikasi a. Sumber (Sender atau Encoder) Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.10 Sumber juga dapat
7
Keith Davis, Human Behavior at Work, Organizational behavior, (New York : MC Grawwhil, 1981), h. 399 8 Onang Uchjana Efendi, Ibid.h. 10 9 T. A Lathief Rusydi, Dasar-dasar Rherotika Komunkasi dan Informasi, (Medan : 1985), Cet. Ke-1, h. 48 10 Widjaya, Ilmu Komunikasi; Pengantar Stud, h. 19
xxi
digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan. Sumber dapat berupa surat, telepon, radio, televisi, vita suara, media cetak, (surat kabar, majalah, dan selebaran) b. Komunikator Komunikator adalah pihak yang memulai komunikasi.11 Komunikator mungkin bisa saja seseorang ataupun institusi. Dalam proses komunikasi komunikator merupakan unsur yang aktif, yang mengambil prakarsa yang bertindak. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang komunikator dapat berubah menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator. Bagi komunikator harus memperhatikan hal sebagai berikut : 1. Memiliki kredibilitas yang tinggi dalam komunikasi 2. Keterampilan berkomunikasi 3. Mempunyai pengetahuan yang luas 4. Sikap 5. Memiliki daya tarik, yakni memiliki kemampuan untuk perubahan sikap/penambah wawasan pada diri komunikan.12 Komunikator yang baik juga mengusasai ilmu Psikologi, Sosiologi, Antropologi, norma dan etika, serta menguasai materi yang akan dikomunikasikan. Beberapa gaya komunikator dan ciri-cirinya, sebagi berikut :
11
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, (Yogyakarta: PT. Arti Bumi Lantaran, 2005), Cet. Ke-
1,h. 23 12
A. W Widjaya. Komunikasi Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), Cet. Ket-3, h.13
xxii
1. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya : a. Mau mendengarkan pendapat orang lain dan dia tidak menganggap
dirinya besar b. Ingin bekerjasama dengan memperbincangkan suatu persoalan dengan
semuanya sehingga timbul saling pengertian. c. Tidak terlalu mendominasi situasi dan mau mengadakan komunikasi
timbal balik. d. Menganggap bahwa buah pikiran orang banyak lebih baik daripada
seorang. 2. Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya : a. Pendapatnya itu merupakan hal yang paling baik sehingga dia tidak
mau mendengarkan pandangan orang lain intern atau ekstern b. Ia menginginkan komunikasi satu arah saja tidak akan menerima
dari arah lain 3. Komunikator yang menarik, ciri-cirinya : a. Ia selalu bersifat pesimis, sehingga menurut keadaan tidak dapat
diperbaiki b. Ia lebih suka melihat keadaan seadanya dan kalau mungkin ia
berusaha menghindari keadaan tambah buruk c. Ia selalu diam tidak menunjukan reaksi dan jarang memberikan
buah pikaran.13
13
Ibid, h.13
xxiii
c. Pesan (Message)
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat disampaikan melalui lisan, tatap muka langsung, atau menggunakan media maupun saluran. Pesan yang disampaikan harus tepat, dimengerti oleh komunikan. Sebelum pesan itu disampaikan kepada komunikan ada hal-hal yang harus disampaikan oleh komunikator, yaitu: 1. Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik, sesuai dengan kebutuhan kita. 2. Pesan itu dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.14 d.
Saluran/ Media (channel)
Saluran (channel) adalah saluran penyampaian pesan yang diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Media komunikasi dapat dikategorikan menjadi dua bagian: 1. Media umum yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi contohnya adalah radio, cb, ohp, dan lain-lain. 2. Media massa, adalah media yang digunakan untuk komunikasi massal. Disebut demikian karena sifatnya yang massal, contohnya adalah pers, surat kabar, majalah, radio, film dan televisi dan lain sebagainya. 15
e.
Penerima (komunikan)
Penerima adalah orang yang menerima pesan. Komunikan berfungsi sebagai decorder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertian sendiri.16 14
A. W Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi,h. 32 A. W Widjaya, Komunikasi Hubungan Masyarakat, h. 13 16 Astrid Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Peraktek, (Bandung: PT. Bina Cipta, 1998), cet. Ke-3, h.1 15
xxiv
f. Pengaruh (effect) Pengaruh atau effect adalah perbedaan antara apa saja yang dipikirkan, dirasakan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.17 Menurut Willbur Scharm untuk menghadapi efek yang baik dari komunikasi, maka prosedur yang ditempuh adalah apa yang disebut sebagai A-A prosedur, yaitu proses dari attention (perhatian) ke action (tindakan).18 Maka menurut hemat penulis, komunikasi akan dapat berjalan lancar apabila keenam unsur komunikasi tersebut dapat terpenuhi dalam melakukan komunikasi, yaitu sumber, komunikator, pesan, saluran, penerima, dan pengaruh. 3. Proses Komunikasi Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Maka dalam proses komunikasi terbagi dalam dua tahap, yakni sebagai berikut: a. Proses Komunikasi Secara Primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Apakah itu bentuk ide, informasi atau opini yang terjadi pada saat sekarang dan masa yang akan datang. b. Proses Komunikasi Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan meunggunakan alat atau sarana dengan media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya. Benda ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Yang sering digunakan adalah surat, televisi, film, surat kabar, majalah, radio, dan lain-lain.19 4. Tujuan Komunikasi Komunikasi sebagai suatu aktivitas dan usaha pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sebab tanpa tujuan ini maka segala bentuk pengorbanan dalam rangka kegiatan komunikasi itu menjadi sia-sia belaka. Oleh karena itu tujuan komunikasi atau berdakwah harus jelas dan konkrit, agar usaha kegiatan komunikasi itu dapat menjadi dapat diukur atau tidak. 17
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-4, h. 26 18 A. W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, ,h. 39 19 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1997), Cet, Ke-4, h.3-4
xxv
Komunikasi mempunyai suatu tujuan. Kita mengadakan komunikasi, karena kita menghendaki seseorang berbuat, berfikir atau merasa dalam suatu cara yang tertentu, kita mengetahui kalau kita sudah mengkomunikasikannya, jika respon atau reaksi yang kita inginkan sudah teracapai atau sudah terjadi respon atau reaksi ini disebut “feed back” atau dengan kata lain umpan balik dari penerima pesan bahwa dia sudah mengerti pesan itu dan tujuannya. Menurut R. Wayne Pare, Bret D Peterson, dan M. Dallas Daurnett dalam bukunya, Techniques For Effetive Comunication, menyatakan bahwa tujuan komunikasi tediri dari tiga tujuan utama, yaitu : a.
To secure understanding
b.
To establis acceptance
c.
To motivate action
Pertama yaitu To secure understanding adalah memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Andai kata ia sudah dapat mengerti dan menerima pesan maka penerimnya itu harus dibina (to establis). Pada akhirnya kegiatan dapat dimotivasikan (To motivate action). 20 Secara umum tujuan dari komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yaitu kepentingan di pengirim dan di penerima. Tujuan komunikasi dari sudut di pengirim yaitu memberikan informasi, mendidik, menyenangkan/menghibur, mengajurkan suatu tindakan/persuasif. Sedangkan dari sudut si penerima yaitu memahami informasi, mempelajari dan menikmati. Selanjutnya komunikasi pengajaran atau komunikasi intruksional yaitu mempunyai tujuan yang sudah jelas yaitu harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, yang sudah diatur dan ditetapkan oleh pihak sekolah itu sendiri. Maka menurut penulis, bahwa tujuan komunikasi adalah menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan dengan sebaik-baiknya agar komunikasi dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. B. Pengertian Komunikasi Instruksional 1. Pengertian Komunikasi Instruksional Komunikasi Instruksional berarti komunikasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Kata komunikasi Instruksional berasal dari dua kata yang terpisah namun terdapat keterkaitan yang erat satu sama lain. Kata instruksional berasal dari kata bahasa inggris Instruction yang berarti pengajaran, pelajaran atau instruksi juga bisa diartikan sebagai perintah.
20
Ibid., h. 12
xxvi
Arti kata instruksional pada bidang konteks pembahasannya. Adalah Webster Third New Internasional Dictionary Of The English Langguge mancatumkan kata intruksional (dari to Intruk) dengan arti “memberi pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih dari berbagai bidang khusus, memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau spesialisasi tertentu atau dapat pula berarti “mendidik dalam subjek atau bidang pengetahuan tertentu” disini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan komando atau perintah.21 Dalam dunia pendidikan, kata instruksional disini tidak diartikan sebagai perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni pengajaran atau pelajaran bahkan akhir-akhir ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran. Memang dari ketiga kata tersebut bisa berlainan makna dan artinya karena masing-masing meniitik beratkan faktor-faktor tertentu yang menjadi pusat perhatiannya. Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mangajar atau mengajarkan.22 Dari pengertian di atas dapat digali beberapa unsur yang termasuk dalam kegiatan pengajaran, perbuatan maupun metode yang digunakan dalam pengajaran. Pengajaran juga diartikan suatu usaha yang bersifat sadar dan tujuan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Arti belajar lebih menitikberatkan bahan belajar atau materi yang akan disampaikan atau diajarkan oleh guru. Dengan pengertian lain, informasi yang mengandung pesan belajar itulah yang diutamakan. Namun apabila diamati lebih jauh, disampaikan atau tidak oleh guru yang namanya pelajaran tetap ada karena ia adalah benda mati, berupa sederetan informasi yang bisa berarti apabila digunakan.23 K.H. Dewantara juga menjelaskan bahwa pengajaran itu adalah bagian dari pendidikan dan menyatakan bahwa pengajaran Onder Wijs itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian pendidikan. Jelasnya, bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan. Para ahli pendidikan juga telah memberikan pembatasan pengetian tentang pengajaran, diantaranya seperti dikatakan oleh Hasan Langgulung bahwa pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.24 Dari terminologi diatas, terdapat unsur-unsur substansial kegiatan pengajaran yang meliputi : Pertama : pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan. Kedua : Pengajaran adalah pemindahan pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui (pelajar) melalui proses belajar mengajar. 21 Pawit M Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunkasi Instruksional, (Jakarta Pers, 2002), Cet Ke-1.,h.6 22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pusataka, 1995), Cet, Ke-7. h. 7 23 Mudhofir, Tekhnologi Instruksional, ( Bandung : PT. Rosdakarya, 1990), Cet. Ke,.h. 9) 24 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam (Jakarta : Pustaka al-Husna, 1983) Cet. Ke-3,.h.3
xxvii
Pengetahuan yang dipindahkan diperoleh dari dua sumber yaitu pertama dari sumber Ilahi dan kedua dari sumber manusiawi. Kedua jenis pengatahuan ini saling melengkapi dan pada hakikatnya keduanya berasal dari Allah yang menciptakan manusia dan memberinya dari berbagai potensial untuk memahami dan memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang bersumber dari Ilahi adalah pengetahuan yang langsung dari Allah melalui wahyunya. Adapun pengetahuan yang berasal dari manusia yaitu pengetahuan yang dipelajari dari manusia melalui pengalaman pribadi dalam kehidupan, juga dalam usahanya untuk menelaah dan memecahkan berbagai problem yang dihadapinya melalui pendidikan dan pengajaran serta penelitian ilmiah. Kata Instruction mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang formal), pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh Karena itu dapat disimpulkan dalam komunikasi instruksional yang ditekankan adalah proses belajar. Maka usahausaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa, kita sebut dengan pembelajaran yang tidak lain dengan adanya komunikasi yang efektif.25 Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun pendidikan yang ada dalam kurikulum, sumbernya atau pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan prosedur media, salurannya media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru. Maka proses belajar mengajar ini disebut komunikasi instruksional. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan atau tertulis) maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan (bisa siswa, peserta latihan ataupun guru dan pelatihnya sendiri) menafsirkan simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan disebut encoding. 2. Hambatan-hambatan Komunikasi Instruksional Hambatan-hambatan komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar antara lain :
25
Arief Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-4,
h. 7
xxviii
a. Verbalisme di mana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata atau secara lisan. Di sini yang aktif hanya guru, sedangkan murid lebih banyak bersifat pasif, dan komunikasi bersifat satu arah. b. Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian murid tidak berpusat pada informasi yang diberikan oleh guru, tetapi perhatiannya bercabang ke yang lainnya. c. Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan berbeda daya tangkap murid, sehingga terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda. d. Tidak adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif apa yang disampaikan oleh guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang diperlukan. Di sini proses pemikiran tidak terbentuk sebagaimana mestinya. e. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampian informasi yang sama “monoton” menyebabkan timbulnya kebosanan murid. f. Keadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, misalnya objek yang terlalu besar atau kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, dan objek yang terlalu komplek serta konsep yang terlalu luas, sehingga menyebabkan tanggapan murid menjadi mengambang. g. Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebabkan kesalahan memilih tehnik dalam komunikasi. Di dalam buku karangan Arief S. Sadiman, yang berjudul Media Pendidikan, menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi yang biasa disebut dengan istilah barriers, atau noises, yaitu:
xxix
a. Hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. b.
Hambatan kultural, seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan serta hambatan lingkungan.
Karen adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun siswa, baik sewaktu mencode pesan maupun mendecodenya, proses komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efektif dan efesien. Media pendidikan sebagai salah- satu sumber belajar yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Pendidikan dan pembelajaran semakin tidak mungkin lagi dibatasi di ruang kelas. Proses belajar mengajar yang terjadi di lembaga-lembaga formal dan pelatihanpun tidak mungkin dengan lebih banyak menyuapi peserta didiknya, mereka harus aktif mencari informasi yang diperlukan, sementara guru atau instruktur berkewajiban memberi arahan dan membimbing. Sumber-sumber yang semakin beraneka ragam perlu diidentifikasi, disediakan, dikembangkan, dan dimanfaatkan untuk memudahkan terjadinya proses pendidkan dan pembalajarn.
C. Pengertian Muhadhoroh Muhadhoroh secara bahasa berasal dari bahasa Arab dari suku kata hadhoro yuhaadiru muhadhorotan, muhadhoroh adalah isim masdar qiasi yang artinya “saling hadir/menghadiri”. Sedangkan menurut istilah muhadhoroh adalah suatu kegiatan/aktivitas manusia dalam membicarakan suatu masalah degan cara berpidato atau berdiskusi yang dihadiri oleh orang banyak (massa/audien). Muhadhoroh yang dilakukan di pondok pesantren Raudhatut Tullab ini adalah pelatihan pidato yang dilaksanakan setiap malam Jumat pukul 20:00 WIB atau setelah melaksanakan solat isya.26 Adapun metode yang digunakan pondok pesantren Raudhatut Tullab dalam kegiatan muhadhoroh adalah sebagai berikut:
26
M. Syarifudin, Pembina Muhadoroh, Pon-Pes Raudhatut Tullab, Wawancara Pribadi, Pon-Pes Raudhatut Tullab, 3 Juli 2009
xxx
1. Metode ceramah/pidato, yaitu para santri dilatih untuk menyampaikan materi dari pembina/pembimbimbing dengan cara berpidato di hadapan para santri-santri yang lain. 2. Metode diskusi, yaitu metode yang digunakan para santri untuk membahas masalah-masalah agama dengan cara saling beragumentasi untuk menemukan sebuah jawaban dari permasalah tersebut. D. Pengertian Pondok Pesantren Kata pondok pesantren jika kita pisahkan terdiri dari dua kata, yaitu pondok dan pesantren, kata pondok berasal dari bahasa Arab yaitu finduuqun yang artinya tempat penginapan santri. Sedangkan pesantren adalah salah satu lembaga Iqomah ad-Diin, diantara lembaga-lembaga itu memilki dua fungsi yaitu taffaquh fiddiin (pengajaran, pemhaman, pendalaman agaman Islam). Dua fungsi indzar (manyampaikan dan mendakwahkan ajaran agama Islam kepada masyarakat)27 Pesantren ialah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan moral agama.28 Hampir dapat dipastikan, lahirnya pesantren berawal dari beberapa elemen dasar yang selalu ada dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Elemen tersebut ada lima antara lain : a. Kiai
27 28
Didn Hafiifudin Dakwah Aktual, (Jakarta : Gema Insani Pers, 1998), h. 12 Mastuhu, Prisnip Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS, 1994), h. 55
xxxi
Kiai adalah seorang pengasuh pondok pesantren yang sekaligus sebagai elemen yang esensial bagi suatu pondok pesantren. Biasanya pondok pesantren yang berkembang di Jawa dan Madura sosok kiai sangat berpengaruh, kharismatik, dan berwibawa sehingga amat disegani oleh masyarakat. 29 b. Pondok Pesantren pada umumnya sering juga disebut dengan lembaga pendidikan Islam tradisional, dimana seluruh santri tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan kiai. Asrama para santri tersebut berada dilingkungan komplek pondok pesantren yang terdiri dari rumah kiai, masjid, dan ruang belajar mengaji dan kegiaran agama lainnya. Ada dua alasan mengapa pesantren menyediakan pondok atau asrama untuk tempat tinggal santrinya. Pertama : kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuan dalam bidang agama Islam, merupakan daya tarik santri dari jauh untuk menggali ilmu dari seorang kiai tersebut secara terus menerus dalam waktu yang sangat lama. Kedua, hampir semua pesantren berada di desa-desa terpencil jauh dari keramaian dan tidak tersedianya rumah yang cukup untuk menampung para santri, dengan demikian diperlukan pondok. Kata pondok biasanya para kiai juga menyebutnya ma’had, untuk membedakan makna pondok lainnya yang tidak berhubungan dengan pesantren dan kegiatan pengajian misalnya pondok sate atau sebagainya. Pondok atau tempat tinggal santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan 29
M. Amin Haedari dan Abdullah Hanif, Masa Depan Pesantren, (Jakarta : ID Pers, 2004), Cet. Ke-1, h. 28
xxxii
degan sistem pendidikan lainnya yang berkembang dikebanyakan wilayah Islam negara lain. Dari waktu ke waktu fungsi pesantren berjalan secara dinamis, berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat global. c.
Masjid, Masjid secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab yaitu Isim
Makan dari kata Sajada-Yasjudu.30 Masjid adalah tempat beribadah kepada Allah semata-mata dan sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam. Seorang kiai yang ingin mengembangkan pesantrennya pada umumnya yang menjadi prioritas utama adalah masjid. Masjid yang juga sebagai simbol tidak terpisah dari pesantren, masjid bukan saja sebagai tempat ibadah tapi lebih dari itu masjid digunakan sebagai tempat pengajaran kitab-kitab klasik, bahkan ada beberapa pesantren masjid dijadikan sebagai kelas dikarenakan keterbatasan tempat. Biasanya masjid yang didirikan dilingkungan pesantren hanya khusus orang-orang yang ada dilingkungan tersebut. Karena aktivitas santri lebih banyak di masjid daripada di pondok (asrama). Akan tetapi tidak semua pondok pesantren yang mendirikan masjid tidak hanya untuk kepentingan santri saja, akan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat umum. d. Santri Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pondok pesantren. Seorang ulama bisa disebut kiai kalau telah memiliki pesantren dan santri yang tinggal di dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam
30
Ayyub, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997), Cet. Ke-3. h.3
xxxiii
melalui kitab klasik. Oleh karena itu eksistensi kiai biasanya juga berkaitan dengan adanya santri yang ada di pondok pesantren. Pada umumnya santi terbagi dua, yaitu santri yang mukim yaitu muridmurid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Santri mukim yang sudah tinggal lama di pesantren atau santri senior di pesantren tersebut
biasanya merupakan suatu kelompok tersendiri yang memegang
tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren tersebut sehari-hari, dan mengajar kitab dasar dan menengah. Kedua santr kalong yaitu para murid yang berasal dari desa di sekitar pesantren, santri kalong tidak menetap di pesantren tetapi pulang pergi, mereka pergi ke pesantren apabila ada kegiatan atau aktifitas di pesantren. e. Kitab Klasik/ Kitab Kuning Berdasarkan catatan sejarah pesantren banyak mengajarkan kitab-kitab klasik/kuning, di Indonesia pada umumnya pesantren banyak mengajarkan kitab-kitab klasik/kuning karangan madzhab safi’iyah (madzhab imam Syafi’i). Pengajaran kitab-kitab klasik/kuning berbahasa Arab dan tanpa syakal yang sering kita sebut sebagai kitab gundul, ini merupakan kurikulum formal yang diajarkan oleh komunitas pondok pesantren di Indonesia. Pada umumnya, para santri belajar ke pondok pesantren hanya untuk memperdalam ajaran agama Islam melalui kitab-kitab klasik/kuning, mulai dari kitab-kitab alat (nahwu dan sorof) fiqih, aqidah/tauhid tafsir, hadist dan lainnya. Umumnya pembahasan kitab-kitab klasik/kuning hanya terdapat pada pondok pesantren tradisional, yang hanya menyediakan pengajian kitab-kitab klasik/kuning dan ini
xxxiv
merupakan ciri khusus pondok pesantren tradisional atau dalam kata lain disebut salafiyah. sedangkan madrasahnya terletak diluar pesantren.
xxxv
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN RAUDHATUT TULLAB KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Raudahatut Tullab KH. Amiruddin lahir di Tangerang pada tanggal 1 Januari 1950, semasa muda beliau banyak belajar di pesantren-pesantren seperti di pesantren Bakung Kronjo Tangerang, Pelamunan Serang, dan Cibogo Bekasi serta banyak pesantren - pesantren lain yang pernah beliau singgahi. Dan untuk pendidikan formalnya beliau hanya sampai ke-kelas 2 SD.31 Setelah beliau
berkeluarga dan menetap
mengamalkan ilmunya. Sebelum ada tanah wakaf
disitulah beliau
mulai
beliau mengajar santri-
santrinya dirumahnya, setelah beliau diberikan tanah wakaf oleh mertuanya barulah beliau mendirikan pondok pesantren Ruadhatut Tullab pada tahun 1977. Inilah tonggak awal berdirinya Yayasan Pendidikan Islam Raudhatut Tullab (YASPIRAT).32 Pondok pesantren Raudhatut Tullab didirikan pada tahun 1977 oleh Bapak KH. Amiruddin yang sebagai pendiri juga sekaligus sebagai pengelola. Pada mulanya pesantren ini hanya mengasuh beberapa santri saja yaitu sekitar 20 orang dan hanya dari lingkungan sekitarnya saja. Melewati proses dari hari ke hari
31
KH. Amiruddin, Pimpinan Pon-Pes Raudhatut Tullab, Wawancara Pribadi, Pon-Pes Raudhatut Tullab, 3 Juli 2009 32 Ibid., 3 Juli 2009
xxxvi
barulah kemudian pada tahun 1979 didirikan madrasah diniyah awwaliyah (MDA) Raudhatut Tullab.33 Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat, mulailah pada tahun 1990 bapak KH. Amiruddin mulai merintis pendidikan formal yang disesuaikan dengan wawasan dan kebutuhan masyarakat juga sebagai jawaban dalam menghadapi perkembangan zaman, yang diawali dengan pendirian Yayasan Pendidikan Islam Raudhatut Tullab (YASPIRAT) pada tanggal 1 November 1990. pendidikan formal tersebut meliputi: 1. MTs (Madrasah Tsanawiyah/SLTP) Raudhatut Tullab berdiri pada tahun 1990 yang berafiliasi ke Departemen Agama (DEPAG) 2. MI (Madrasah Ibtidaiyah/SD) Raudhatut Tullab berdiri pada tahun 1998 yang berafiliasi ke Departemen Agama (DEPAG) 3. MA (Madrasah Aliyah/SLTA) Raudhatut Tullab berdiri pada tahun 1996 Yang berafiliasi ke Departemen Agama (DEPAG)34 Kegiatan pendidikan pondok pesantren Raudhatut Tullab berkembang dari yang hanya pendidikan agama saja sampai pada perpaduan antara pendidikan agama dan umum, yang tujuannya adalah untuk menyeimbangkan pengetahuan agama dan umum, agar tercipta manusia/generasi Islam
yang religius juga
kompetitif dalam menghadapi persaingan global. B. Visi, Misi, dan tujuan Pondok Pesantren Raudhatut Tullab Visi pondok pesantren Raudhatut Tullab adalah “Mencetak Generasi Islam yang Bertaqwa, Intelektual dan Kompetitif”.35 33 34
Ibid., 3 Juli 2009 Ibid., 3 Juli 2009
xxxvii
Adapun Misi pondok pesantren Raudhatut Tullab adalah : 1. Menyelenggarakan pendidikan diniyah pondok pesantren, majlis ta’lim & madrasah 2. Menyelenggarakan pendidikan formal dari tingkat RA/TK, MI/SD s.d. MA/SLTA dan perguruan tinggi 3. Menyelenggarakan kursus-kursus dan 4. Kegiatan-kegiatan sosial seperti santuan anak yatim dan janda-janda tua.36 Sedangkan tujuan pondok pesantren Raudhatut Tullab adalah sebagai berikut : 1. Membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan agama dan umum dengan arti yang seluas-luasnya, serta menyiapkan tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan yang berjiwa Islami untuk dapat berperan dalam pembangunan menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan diridhoi oleh Alllah SWT. 2. Membina dan mengembangkan usaha-usaha dakwah melalui penyiaran agama serta meningkatkan motivasi untuk mengamalkan ajaran Islam dalam rangka menuju kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. 3. Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, baik secara materil maupun spiritual.37 C. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Banten ini adalah: 35
Ibid., 3 Juli 2009 Ibid., 3 Juli 2009 37 Ibid., 3 Juli 2009 36
xxxviii
1.
Asrama santri, terdiri dari dua komplek.
2. Majlis ta’lim 3. Empat gedung sekolah/madrasah yakni MD, MI, MTs, dan MA, serta ruang guru/ustadz dan kepala sekolah 4. Laboratorium komputer 5. Satu ruang Aula, yang biasa digunakan untuk acara-acara kegiatan santri seperti
latihan
keterampilan
qosidah,
marawis,
dakwah/pidato/muhadharoh.38 6. Satu ruang taman bacaan Penulis melihat dari data-data yang didapat terlihat bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki pondok pesantren Raudhatut Tullab masih terdapat kekurangan-kekurangan fasilitas, seperti perpustakaan, media dakwah elektronik juga fasilitas-fasilitas yang sudah adapun masih terbilang belum memadai, sehingga keadaan tersebut kadang menjadi penghambat dalam proses pelaksanaan muhadhoroh bagi santri pondok pesantren Raudhatut Tullab.
38
Ust. Hanafi, Pembina OSP Pon-Pes Raudhatut Tullab, Wawancara Pribadi, Pon-Pes Raudhatut Tullab, 3 Juli 2009
xxxix
D. Struktur Organisasi
SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI SANTRI PONDOK PESANTREN (OSP) RAUDHATUT TULLAB PERIODE 2008 –2009
PELINDUNG
: Pimpinan Pon-Pes Raudhatu Tullab KH. AMIRUDDIN
PEMBINA
: Ust. HANAFI Ust. M. SYARIFUDIN
KETUA
: SOLEHUDDIN
SEKRETARIS
: SAWIRUDDIN
BENDAHARA
: A. JAELANI
KEAMANAN
: M. KHAMIDI MADRUPI
ANGGOTA
: Seluruh Ketua Kelompok/Kamar
xl
SUSUNAN ORGANISASI PENGURUS MUHADHOROH PONDOK PESANTREN RAUDHATUT TULLAB KEMIRI TANGERANG BANTEN PERIODE 2008 – 2009
PELINDUNG
: KH. AMIRUDDIN
PEMBINA
: Ust. M. SYARIFUDIN
KETUA
: HILMI RAHMATULLAH
SEKRETARIS
: A. HUJEN
BENDAHARA
: M. SANIMAN
ANGGOTA
: 1. A. SAHLAN 2. M. HAMBALI 3. SAHRUDIN 4. AFWAN FAIZI 5. WAWAN KURNIAWAN
xli
E. Program Pendidikan Pondok Pesantren Raudhatut Tullab Kurikulum pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Raudhatut Tullab secara umum dibagi menjadi dua yaitu kurikulum formal (kurikuler) dan non formal (ekstrakurikuler). kurikulum formal terdiri dari kurikulum pesantren dan kurikulum Departemen Agama. Kurikulum pesantren adalah kurikulum yang mengatur masalah pelajaranpelajaran agama atau disebut dengan pelajaran Diniyah yang didalamnya meliputi kitab-kitab kuning seperti Nahwu Sorof, kitab-kitab Fiqih, Tafsir, Akhlaq, Aqidah dan kitab-kitab lainnya. Sedangkan kurikulum Departemen Agama adalah kurikulum yang mengacu pada standar pendidikan nasional yang mencakup semua mata pelajaran umum dan agama yang dilaksanakan di madrasah/sekolah. Adapun kurikulum non formal (ekstrakurikuler) antara lain adalah : 1. Marawis, adalah seni musik Islam yang berasal dari kebudayaan Arab, kegiatan ini dilakukan satu kali dalam seminggu dan dikhususkan untuk santri putra 2. Seni Qasidah, adalah seni musik yang menggunakan alat musik Rebbana, kegiatan ini dikhususkan untuk para santri putri 3. Pramuka, kegiatan pramuka merupakan kegiatan untuk melatih para santri dalam menerapkan kemampuannya dibidang sosial kemasyakatan. 4. Grup Olahraga, adalah wadah untuk melatih bakat para santri dibidang olah raga 5. Sanggar kaligrafi, adalah seni dalam menulis al-Qur’an
xlii
6. Muhadhoroh, merupakan suatu kegiatan para santri untuk tampil berdipato agar kelak dapat menyampaikan syari’at ajaran Islam kepada masyarakat luas. Disini penulis akan menjelaskan sekilas tentang muhadhoroh yang dilakukan di Pondok Pesantren Raudhatut Tullab. Kata muhadhoroh diambil dari bahasa arab dari asal kata “Haadoro-Yuhaadiru-Muhaadorotan” muhadhoroh adalah isim masdar qiyasi yang artinya “saling hadir/menghadiri” jadi secara sederhana muhadhoroh dapat diartikan sebagai suatu kegiatan/aktivitas manusia dalam membicarakan suatu masalah dengan cara berpidato atau berdiskusi yang dihadiri oleh massa/audien.39 Adapun metode muhadoroh yang diterapakan di pondok pesantren Raudhatut Tullab dalam melatih santrinya adalah sebagi berikut : 3. Metode ceramah/pidato, yaitu para santri dilatih untuk menyampaikan materi dari pembina/pembimbimbing dengan cara berpidato di hadapan para santri-santri yang lain. 4. Metode diskusi, yaitu metode yang digunakan para santri untuk membahas masalah-masalah agama dengan cara saling beragumentasi untuk menemukan sebuah jawaban dari permasalah tersebut.40 Pelaksanaan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab dilaksanakan setiap Kamis malam (malam Jum’at) dimulai dari pukul 20:00 -
39
M. Syarifudin, Pembina Muhadoroh, Pon-Pes Raudhatut Tullab, Wawancara Pribadi, Pon-Pes Raudhatut Tullab, 3 Juli 2009 40 Ibid., 3 Juli 2009
xliii
21:30 WIB, dan pelaksanaannya bertempat di aula majlis ta’lim yang telah disediakan oleh pihak pesantren.41 Pembimbing atau pembina pelaksanaan muhadhoroh ini adalah dari guruguru/Ustadz yang berada di pondok pesantren Raudhatut Tullab. peserta dari muhadhoroh ini sendiri terdiri dari kelas 1 sampai dengan 3 MTs (Tsanawiyah) dan kelas 1 sampai dengan 3 MA (Aliyah).42 Menurut Ustadz M. Syarifudin, ada beberapa bentuk kegiatan muhadhoroh yang dilaksanakan di pondok pesantren Raudhatut Tullab antara lain sebagai berikut : 1.
Muhadhoroh rutin, yaitu dengan menampilkan para santri untuk berceramah/pidato dihadapan para santri yang lain yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali, guna melatih mental para santri dalam berdakwah, sehingga nanti para santri tidak merasa canggung lagi apabila ia terjun langsung ke masyaraka luas.
2.
Pelatihan muhadhoroh yang kedua, yaitu dengan menampilkan para santri untuk berceramah/pidato pada acara-acara hari besar Islam. Guna melatih para santri untuk bisa menyampaikan materi keagamaan sesuai dengan tema yang berkaitan juga sebagai bentuk implementasi dari kegiatan muhadhoroh rutin.
3.
Bentuk pelatihan yang ketiga, yaitu melalui perlombaan-perlombaan yang diselenggarakan oleh pihak pesantren, dalam hal ini para santri diharapkan mampu bersaing secara sehat untuk menjadi yang terbaik juga 41
Hilmi Rahmatullah, Ketua Muhadhoroh Pon-Pes Raudhatut Tullab, Wawancara Pribadi, Pon-Pes Raudhatut Tullab, 3 Juli 2009 42 Ibid., Juli 2009
xliv
sebagai wujud manifestasi kamampuan para santri selama mereka mengikuti pelatihan muhadhoroh di pondok pesantren Ruadhatut Tullab.43 Semua kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengeembangkan bobot dan menyalurkan minat santri. Pesantren memberikan ruang kreatif kepada santri agar para santri nanti setelah keluar dari pesantren selain menguasai ilmu-ilmu agama juga mempunyai keterampilan lain yang berguna.
43
M. Syarifudin, Pembina Muhadoroh, Pon-Pes Raudhatut Tullab, Wawancara Pribadi, Pon-Pes Raudhatut Tullab, 3 Juli 2009
xlv
BAB IV ANALISA DATA
A. Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh Pada umumnya, pondok pesantren memiliki kesamaan dalam cita-cita pendidikannya yaitu mencetak generasi/manusia Islam yang unggul dan bertakwa seperti juga halnya pondok pesantren Raudhatut Tullab yang berusaha mencetak santrinya agar menjadi muslim yang intelek dan bertakwa sehingga mampu menegakan syariat Islam dalam segala aspek kehidupan. Beragam aktivitas ditawarkan di pondok pesantren ini, baik kurikuler maupun ekstrakurikuler, yang keseluruhannya itu ditujukan untuk menunjang kemampuan intelektual santri agar tetap terasah seperti yang diharapkan didalam visi dan misi pondok pesantren Raudhatut Tullab. Tujuan kegiatan muhadhoroh di pesantren ini adalah untuk pembelajaran santri dalam berdakwah agar kelak para santri menjadi da’i-da’i yang handal, profesional dan menjadi andalan masyarakat terutama dilingkungan tempat tinggalnya sendiri. Kegiatan muhadhoroh merupakan suatu kegiatan yang wajib yang harus dilakukan oleh para santri di pondok pesantren ini. Kalaupun kegiatan muhadhoroh ini juga terdapat pada pesanteren-pesantren lainnya, namun ada satu hal yang membedakan adalah santri tidak hanya diwajibkan terjun dihadapan santri-santri saja tetapi juga terjun langsung ke majlis ta’lim yang ada di lingkungan sekitar pondok pesantren. Saat terjun ke masyarakat tentunya santri
xlvi
didampingi oleh para pembina/pembimbing sebagai tim penilai.Dengan demikian, berarti kegiatan ini menjadi salah satu penentu berhasil atau tidaknya santri sebagai calon da’i karena disini santri harus berani tampil di depan jama’ah yang belum ia ketahui bagaimana kondisi dan karakter mad’unya. Kegiatan muhadhoroh ini merupakan bentuk kegiatan yang wajib untuk santri dari kelas 1 sampai dengan kelas 3 Aliyah. Penerapan komunikasi intruksional dalam pengajaran muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab, pihak pondok pesantren membagi muhadhoroh ini ke dalam dua jenis muhadhoroh, yaitu : 1. Muhadhoroh Rutin/Umum Muhadhoroh rutin dilaksanakan setiap Kamis malam (malam Jum’at), dalam muhadhoroh ini diikuti oleh seluruh santri dari kelas 1 Tsanwiyah sampai dengan kelas 3 Aliyah, dalam isi acaranya pertama, pembukaan, pembacaan kalam Ilahi, pembacaan Shalawat, sambutan, pidato, do’a dan penutup. Untuk pembagian tugas ini ditentukan oleh pengurus muhadhoroh yang dibantu oleh pembimbing. Pada saat pelaksanaan muhadhoroh semua santri yang mempunyai tugas maupun yang tidak mempunyai tugas mereka semua harus sudah rapih dan siap untuk memasuki Aula pelaksanaan muhadhoroh. 2. Muhadhoroh Khusus Muhadhoroh khusus yaitu muhadhoroh yang dilakukan pada waktuwaktu tertentu, yakni pada acara-acara khusus hari besar Islam, disini para santri diberikan tugas untuk mengisi ceramah agama di majlis-majlis ta’lim di
xlvii
sekitar pondok pesantren. Yaitu dengan menampilkan para santri untuk berceramah secara lansung ke masyarakat luas. Guna melatih para santri untuk dapat menyampaikan materi keagamaan sesuai dengan tema yang berkaitan juga sebagai bentuk implentasi dari kegiatan muhadhoroh rutin/umum. Konsep pelaksanaan muhadhoroh yang diterapkan pada santri pondok pesantren Raudhatut Tullab ini sangatlah tepat, karena di dalam kegitan tersebut para santri dibekali dengan kemampuan dasar-dasar atau taknik-teknik berpidato, disamping itu kegiatan ini juga menjadikan para santri benar-benar memahami isi dari materi yang diberikan dari para pembimbing/pembina muhadhoroh. Dari wawancara penulis dengan para santri, ternyata kegiatan muhadhoroh ini sangat mereka minati untuk dijadikan sebagai wadah pembelajaran mereka dalam praktek dakwah. Namun disisi lain berdasarkan hasil penelitian penulis, terlihat bahwa aktivitas komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh tersebut hanya ada pada salah satu mata acara kegiatan pada saat kegiatan muhadhoroh tersebut berlangsung. Yaitu pada saat pembimbing memberikan arahan kepada para santri, ini berarti bahwa komunikasi instruksional pada kegiatan muhadhoroh tersbut hanya berlangsung sebentar. B.
Proses
Penerapan
Komunikasi
Instruksional
dalam
Kegiatan
Muhadhoroh 1. Kegiatan Persiapan Sebelum para santri melaksanakan kegiatan muhadhoroh tepat pada pukul 20:00 WIB, pengurus muhadhoroh sudah ada di Aula lebih awal dari para
xlviii
santri yang lain yakni pukul 19:30 setelah melaksanakan sholat Isya sebagai persiapan untuk melaksanakan kegiatan muhadhoroh, para pengurus muhadhoroh menata aula sedemikian rupa sehingga dibuat serupa mungkin seperti layaknya tempat berpidato. Setelah semua persiapan selesai tepatnya pukul 20:00 WIB, suara kentunganpun berbunyi pertanda kegiatan muhadhorohpun siap dilaksanakan seraya para santri memasuki ruangan aula, sebelum pembimbing/pembina memasuki aula, pengurus muhadhoroh memberikan arahan-arahan berupa aturanaturan serta sekaligus memeriksa persiapan-persipan para petugas muhadhoroh, mulai dari MC/pengatur acara, pembaca kalam ilahi (qori), pembaca solawat, pembaca barzanzi, dan petugas pidato agar ketika pembimbing/pembina memasuki aula semua persiapan sudah selesai. 2. Pelaksanaan kegiatan Muhadhoroh Setelah pengurus muhadhoroh menyelesaikan semua persiapan-persiapan pelaksanaan muhadhoroh, barulah pembimbing/pembina memasuki aula dan memberikan arahan-arahan singkat sebelum kegiatan muhadhoroh dimulai. Setelah itu pembimbing/pembina menyuruh para petugas untuk memulai acara muhadhoroh, selanjutnya pembawa acara pun langsung membacakan susunan acaranya. Setelah acara demi acara dilalui sampai pada acara pidato/ceramah agama, mulailah para santri yang mendapat tugas dipersilahkan untuk berpidato di hadapan pembimbing/pembina dan teman-teman sesame santrinya.
xlix
Setelah semua petugas pidato telah selesai menyampaikan materinya, barulah pembimbing/pembina memberikan sambutannya/komentar/arahannya kepada para seluruh petugas muhadhoroh khususnya bagi petugas pidato, seraya pembimbing/pembina berkata “assalamu’alaikum Wr. Wb.” Kemudian para santri serentak menjawab “wa’alaikum salam Wr. Wb” kemudian pembimbing kembali berkata “para petugas muhadhoroh yang telah menyampaikan materinya tadi secara umum semuanya sudah bagus dan baik, namun masih ada beberapa teman kalian yang masih kurang tepat di dalam kontek penempatan dalil-dalil al-Quran maupun hadist dalam penyampaiannya.44 lalu pembimbing menunjuk salah satu santri yang tidak mendapat tugas untuk memberikan tanggapannya mengenai salah satu petugas muhadhoroh yang dianggap kurang tepat dalam penyampain materinya. Santri yang ditunjuk dimaksudkan untuk mencermati dimana letak ketidak tepatanya. Disinilah berlangsungnya proses komunikasi instruksional tersebut, ini dilakukan hanya untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan para santri yang telah berpidato dan kemudian mengarahkannya serta meluruskan materi-materi yang dianggap masih kurang jelas. setelah pembimbing/pembina selesai memberikan arahannya maka acara pun ditutup dengan pembacaan do’a oleh petugas yang telah ditentukan, jelaslah terlihat disini bahwa komunikasi instruksional berlangsung hanya sebentar ketika acara muhadhroh tersebut berlangsung, setelah itu para santri tidak lagi diberikan materi-materi atau metode – metode ceramah lagi. 44
Kegiatan Muhadhoroh Pon-Pes Raudhatut Tullab, pengamatan, Pon-Pes Raudhatut Tullab, 9 Juli 2009
l
C.
Tingkat
Efektivitas
Komunikasi
Instruksional
dalam
Kegiatan
Muhadhoroh Dari gambaran di atas terlihat bahwa memang konsep pelaksanaan muhadhoroh yang diterapkan pada santri pondok pesantren Raudhatut Tullab ini sangatlah tepat, karena di dalam kegitan tersebut para santri dibekali dengan kemampuan dasar-dasar atau taknik-teknik berpidato, disamping itu kegiatan ini juga menjadikan para santri benar-benar memahami isi dari materi yang diberikan dari para pembimbing/pembina muhadhoroh. Dari wawancara penulis dengan para santri, ternyata kegiatan muhadhoroh ini sangat mereka minati untuk dijadikan sebagai wadah pembelajaran mereka dalam peraktek dakwah. Namun seberapapun pentingnya kegiatan tersebut dalam mencapai tujuannya tidaklah terlepas dari faktor pendukung dan penghambat, salah satu hambatan dalam kegiatan muhadhoroh disini dapat kita lihat ialah peran komunikasi intruksional atau proses komunikasi belajar mengajar yang ada dalam kegiatan
muhadhoroh disini masih kurang efektif,
karena
komunikasi
instruksional hanya ada pada saat kegiatan tersebut berlangsung. D. Faktor Pendukung dan Penghambat Setiap aktivitas untuk mencapai suatu tujuan yang baik tdaklah terlepas dari faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kegiatan tersebut, demikian pula dalam proses pelatihan kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren tidak terlepas dari faktor-faktor tersebut, adapun faktor yang mendukung kegiatan muhadhoroh adalah sebagai berikut : 1. Dukungan dari pimpinan pesantren dan pembimbing
li
Kreativitas pondok pesantren dan guru pembimbing dalam meluangkan pikiran dan waktunya merupakan dukungan yang sangat besar bagi santri. Dalam memberikan pembinaan kepada santri, sudah seharusnya mereka senstiasa mengikuti jalannya kegiatan dengan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada para santri agar para santri dapat berlatih dengan lebih baik. 2. Pelajaran disekolah Pelajaran di sekolah yang diberikan di pondok pesantren merupakan ilmu agama dan umum yang saling terkait dan dapat mendukung para santri dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu agama yang telah diperolehnya baik dari sekolah maupun dari pesantren, karena seorang da’i harus mempunyai wawasan yang luas. Pelajaran di sekolah dapat membantu/menunjang para santri dalam menambah wawasan. 3. Dukungan fasilitas dan sarana Fasilitas dan sarana di pondok pesantren Rhaudhatut Tullab cukup mendukung para santri dalam mengembangkan bakatnya berpidato, diantaranya adalah kelas-kelas tempat kegiatan muhadhoroh dilaksanakan, majalah dinding yang memuat surat kabar dan artikel-artikel perpustakaan yang ada dengan menyediakan buku-buku Islam sangat mendukung dalam menambah wawasan ke Islaman para santri,dukungan fasilitas ini sangat berarti bagi kualitas kegiatan muhadhoroh di pesantren ini. 4. Kegiatan-kegiatan Kegiatan-kegiatan juga menjadi faktor pendukung dalam kegiatan muhadhoroh, seperti kegiatan dakwah yang ada di pondok pesantren
lii
Rhaudhatut Tullab dapat mendukung para santri dalam mengembangkan bakatnya, seperti kegiatan lomba berpidato, pertukaran ceramah dari kelompok satu ke kelompok lainnya. 5. Tata tertib pondok pesantren Adanya peraturan dan tata tertib yang diterapakan di pondok pesantren ini juga merupakan faktor pendukung bagi santri untuk selalu displin dalam mengkuti kegiatan muhadhoroh. Karena dengan adanya tata tertib para santri dapat mengatur waktu sehingga para santri dapat diarahkan dengan jelas, tata tertib juga dapat menjadi pengontrol dan pemberi sanksi bagi siswa yang malas-malasan sehingga para santri dapat menjalankan kewajibannya sebagai santri dengan sunguh-sunguh. Sedangkan faktor-faktor penghambat dari kegiatan muhadhoroh tersebut dapat kita lihat dari tabel-tabel di atas, adalah sebagai berikut; Pertama, hambatan psikologis yaitu hambatan dari para santri sendiri yang terkadang timbul kejemuan dalam diri mereka untuk mengikuti kegiatan muhadhoroh, mereka kurang bersemangat dalam mengikutinya, hal ini dimungkinkan karena cara yang dipakai oleh pondok pesantren Rhaudhatu Tullab terlalu monoton yakni kurang adanya kreativitas dari pembimbing muhadhoroh, dan juga disebabkan masih adanya kelalaian didalam pengawasan selama muhadhoroh itu berlangsung. Kedua, hambatan dari sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak pesantren, walaupun dalam tabel dapat kita lihat bahwa fasilitas yang ada sudah mencukupi namun ada beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki dan disediakan
liii
oleh pesantren, seperti ruang bacaan yang tersedia masih sangat terbatas, penyediaan jumlah buku-buku yang kurang variatif, ruangan yang masih relatif sempit dan terbatas. Ketiga, hambatan metode pengajaran muhadhoroh yang kurang variatif sehingga terjadi kejenuhan terhadap para santri, para santri menjadi enggan mengikuti kegiatan muhadhoroh atau hanya menjalankan kewajibannya saja karena metode yang digunakan masih monoton. E. Cara Menanggulangi Hambatan Melalui pengamatan penulis, untuk menanggulangi hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengajaran muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab, adalah Pertama, para pembimbing harus lebih kreatif dalam penanganan kegiatan ini, tujuannya untuk menambah semangat para santrinya untuk mengikuti muhadhoroh, seharusnya para pembimbing mengadakan kreativitas yang mengajak seperti halnya lomba-lomba pidato antar sekolah dan lain sebagainya. Selanjutnya untuk penanggulangan karena adanya kelalian pengawas atau kurang kontrol seharunya bagian muhadhoroh selalu mengawasi ketika berjalannya pelatihan muhadhoroh. agar para santri dapat bersungguh-sungguh dalam mengikuti kagiatan muhadhoroh. Kedua, pihak pesantren dapat menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan muhadhoroh, terutama fasilitas yang sifatnya prioritas seperti penyediaan buku-buku yang variatif mulai dari buku panduan, bacaan umum, sejarah di ruang bacaan, agar ruang bacaan ini dapat menunjang wawasan para santri.
liv
Ketiga, metode yang digunakan oleh para pembimbing harus lebih kreatif agar para santri tidak merasa bosan dengan metode yang ada, seperti dalam susunan acara diselingi dengan hiburan-hiburan seperti seni musik marawis, atau seni musik qosidah.
lv
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan serangkaian penelitian dan menguraikan pembahasan tentang komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : Aktivitas komunikasi instruksional terbagi menjadi dua yaitu dibidang pengajaran kurikuler dan ekstrakurikuler. kegiatan pengajaran kurikuler yaitu kegiatan pengajaran yang ruang lingkup pelaksanaannya di dalam kelas artinya kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas. Kedua, kegiatan ekstrakurikuler salah satu kegiatan ekstrakurikuler disini adalah muhadhoroh, muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab terbagi menjadi dua yakni muhadhoroh umum dan muhadhoroh khusus. Muhadhoroh rutin/umum adalah muhadhoroh yang dilaksanakan setiap kamis malam (malam Jum’at), dalam muhadhoroh ini diikuti oleh seluruh santri dari kelas 1 Tsanwiyah sampai dengan kelas 3 Aliyah, dalam isi acaranya pertama, pembukaan, pembacaan kalam ilahi, pembacaan Shalawat, sambutan, pidato, do’a dan penutup. Untuk pembagian tugas ini ditentukan oleh pengurus muhadhoroh yang dibantu oleh pembimbing. Pada saat pelaksanaan muhadhoroh semua santri yang mempunyai tugas maupun yang tidak mempunyai tugas mereka semua harus sudah rapih dan siap untuk memasuki aula pelaksanaan muhadhoroh
lvi
Muhadhoroh khusus yaitu muhadhoroh yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, yakni pada acara-acara khusus hari besar Islam, disini para santri diberikan tugas untuk mengisi ceramah agama di majlis-majlis ta’lim di sekitar pondok pesantren. Yaitu dengan menampilkan para santri untuk berceramah secara lansung ke masyarakat luas. Guna melatih para santri untuk dapat menyampaikan materi keagamaan sesuai dengan tema yang berkaitan juga sebagai bentuk implentasi dari kegiatan muhadhoroh rutin/umum. Dalam pelaksanaan muhadhoroh umum maupun muhadhoroh khusus yang dilaksanakan di pondok pesantren Raudhatut Tullab terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan komunikasi instruksional, dalam temuan penulis setelah melakukan riset bahwa faktor pendukung dalam kegiatn muhadhoroh di pesantren ini diantaranya adalah dukungan dari pimpinan pondok pesantren, pembimbing/Pembina muhadhoroh, pelajaran disekolah, pelajaran di pesantren, ketersediaan fasilitas dan sarana yang cukup serta lingkungan yang mendukung. Sedangkan faktor penghambat komunikasi instruksional dalam pengajaran muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab antara lain adalah hambatan psikologis santri yang terkadang timbul kejenuhan dalam diri santri untuk mengikuti kegiatan muhadhoroh, mereka kurang bersemnangat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan metode pelatihan muhadhoroh yang diterapkan di pondok pesantren Raudhatut Tullab terlalu monoton yakni kurang adanya kreativitas dan kurang inovatif dari para pembimbing/Pembina
lvii
muhadhoroh, juga disebabkan masih adanya kelalaian dalam pengawasan kegiatan muhadhoroh serta penyediaan sarana dan prasarana yang masih kurang maksimal. Sarana atau fasilitas yang disediakan di pondok pesantren Raudhatut Tullab juga menjadi hambatan, karena ada beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki dan disediakan oleh pesantren, seperti ruang bacaan yang tersedia masih sangat terbatas, penyediaan jumlah buku-buku yang kurang variatif, ruangan yang masih relatif sempit dan terbatas. Metode pengajaran muhadhoroh yang kurang variatif, komunikasi instruksional yang kurangmaksimal juga menjadi hambatan, sehingga terjadi kejenuhan terhadap para santri, para santri menjadi enggan mengikuti kegiatan muhadhoroh atau hanya menjalankan kewajibannya saja karena metode yang digunakan masih monoton B. Saran – saran Saran-saran untuk Pengurus Bagian Muhadhoroah : 1. Penerapan komunikasi instruksional dalam pengajaran muhadhoroh harus disesuaikan dengan tingkatan usia atau kelasnya. 2. Dalam memberikan materi, pengurus bagian muhadhoroh harus tegas dan jangan membiarkan para santri bersenda gurau 3. Jangan memakai kekerasan dalam memberikan sanksi. Bagi santri yang melanggar seharusnya diberikan sanksi yang mendidik. 4. Lebih ditingkatkan lagi kerja sama antara pengurus muhadhoroh dalam pelaksanaan, pengawasan, serta penggunaan metode.
lviii
5. Selalu menekankan kepada setiap santri agar selalu memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan pesantren 6. Bekal pengetahuan para pengurus muhadhoroh tentang cara berpidato lebih ditambah lagi. Kritik dan Saran untuk Para Santri 1. Selalu menghormati kakak pengurus terutama pengurus muhadhoroh 2. Taat dan selalu displin dalam muhadhoroh 3. Ikhlas dan terima sanksi apabila berbuat salah dan melanggar 4. Jangan terpengaruh oleh para santri yang bermalas-malasan dalam mengikuti kegiatan muhadhoroh 5. Tepat waktu dalam mengikuti kegiatan muhadhoroh 6. Rajin belajar untuk menambah wawasan dalam berpidato 7. Lebih maksimal lagi dalam memanfaatkan fasilitas yang telah ada Saran Untuk Para Pembimbing/Pembina dan Pihak Pesantren 1. Diharapkan selalu menerangkan pelajaran dengan memahami tingkat kepahaman para santri 2. Menggunakan berbagai macam metode komunikasi instruksional dalam pengajaran muhadhoroh 3. Jangan membiarkan para santri tidur ketika kegiaran belajar mengajar berlangsung 4. Diharapkan guru jangan terlalu menjaga jarak kepada para santri, sebab hal ini dapat menyebabkan para santri enggan untuk bertanya tentang palajaran.
lix
5. Para pembimbing diharapkan lebih teliti dalam mengidentifikasi tingkat kemampuan santri. 6. Penyediaan fasilitas harus ditingkatkan lagi, terutama buku-buku panduan, dan bacaan umum agar dapat meningkatkan wawasan para santri 7. Metode
pelaksanaan
muhadhoroh
harus
diperbaiki
menampilkan seni marawis agar para santri sedikit terhibur.
lx
lagi,
seperti