ABSTRACT NENDEN BUDIARTI. The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province. Under supervision of RINA OKTAVIANI and RATNA WINANDI. 2Education is one of human capital investment, because it transfers skill and knowledge that can increase productivity and economic growth. Good quality of human capital is required to aim modern economic, based on knowledge and sustainable economic development. This study aims to analyze the rate of return to education in Nanggroe Aceh Darussalam Province using Mincerian earnings function. The analysis is conducted by seeing the effect of difference gender, place of living and sector to the variation of every level of education. The result shows there is no difference in rate of return to education between men and women, which is showed by insignificant interaction variable between sex and years of schooling. The rate of return to education which is accepted by individual works in industry and services tends to increase along with higher individual level of education. While the rate of return to education in agriculture exactly tends to decrease. If the rate of return to education is compared to 8,24 percent average interest rate of fixed deposit in 2007, then the human capital investment will be more profitable only for individual who attaints upper junior high school and works in services. When the rate of return to education is compared to 13,01 percent of average credit interest rate, then the expensed by loan is reasonable to expense higher level of education. The limited of this study is the lower R, which shows the low variation of the variables to the model and shows that education is not the main factors that affect wage. Keywords: Human capital investment, rate of return to education, Mincerian earnings function
RINGKASAN NENDEN BUDIARTI. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI dan RATNA WINANDI. Beberapa tahun terakhir ini Aceh menghadapi sekurang-kurangnya tiga permasalahan ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat kemiskinan jauh lebih tinggi di atas angka nasional dan tingkat pengangguran yang melampaui angka rata-rata nasional. Ke depan, ekonomi Aceh bisa jadi semakin memburuk seiring dengan menipisnya produksi minyak dan gas (migas), mengingat ketergantungan perekonomian Aceh terhadap migas yang sangat tinggi. Guna menjawab tantangan ekonomi di masa yang akan datang, Aceh memerlukan investasi yang relatif besar, terutama investasi modal manusia melalui pendidikan. Sebab dengan meningkatkan kualitas manusia Aceh melalui pendidikan, maka perekonomian Aceh diharapkan dapat tumbuh sehingga kemiskinan dan pengangguran di Aceh dapat berkurang. Namun ternyata, Aceh pun dihadapkan pada kondisi pendidikan yang rendah bagi penduduknya. Bahkan masih banyak penduduk Aceh yang mengalami masalah kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi probabilitas bekerja dengan penghasilan di Aceh, serta mengestimasi tingkat pengembalian investasi pendidikan individu di Aceh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2007, dengan unit analisis penelitian ini seluruh individu yang pada saat survei dilakukan berumur 15 sampai 64 tahun. Metode analisis dalam penelitian ini, yaitu analisis secara deskriptif dan analisis secara inferensial. Analisis deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik sosial dan demografi dari responden yang menjadi unit analisis, sedangkan dalam analisis inferensial dilakukan dua estimasi. Pertama, mengestimasi probabilitas partisipasi bekerja dengan penghasilan bagi seluruh responden dengan model probit two step Heckman. Dalam model partisipasi bekerja dengan penghasilan ini akan didapatkan faktor koreksi yang biasa disebut dengan inverse mills ratio (λ) untuk menghilangkan selectivity bias akibat menggunakan sampel yang terpotong (truncated). Kedua, mengestimasi model fungsi penghasilan Mincer (Mincerian earnings function) menggunakan metode ordinary least square (OLS) untuk mendapatkan besarnya tingkat pengembalian investasi pendidikan individu. Nilai tingkat pengembalian investasi pendidikan individu (r) diperoleh melalui turunan pertama model fungsi penghasilan Mincer terhadap variabel sekolah, yaitu koefisien yang melekat pada variabel sekolah. Dari persamaan turunan tersebut didapatkan 3 persamaan tingkat pengembalian investasi pendidikan untuk setiap tahun bersekolah bagi mereka yang bekerja di lapangan usaha pertanian, industri dan jasa.
Hasil estimasi model probabilitas partisipasi bekerja dengan penghasilan menunjukan bahwa variabel umur, jenis kelamin serta adanya balita dalam rumahtangga memiliki koefisien bernilai positif. Hal ini berarti ketiga variabel tersebut dapat meningkatkan probabilitas bekerja. Akan tetapi variabel status perkawinan dan kepemilikan kekayaan mempunyai koefisien negatif. Hal ini mengindikasikan individu yang berstatus menikah serta memiliki status kepemilikan rumah sendiri, akan mempunyai probabilitas bekerja yang lebih rendah. Koefisien positif pada variabel umur berarti dengan semakin bertambahnya umur maka probabilitas partisipasi bekerja di lapangan usaha yang memberikan penghasilan akan semakin meningkat. Akan tetapi nilai negatif pada variabel interaksi umur-umur dalam persamaan di atas dapat diartikan bahwa peningkatan tersebut hanya sampai titik tertentu dan selanjutnya probabilitas partisipasi bekerja akan kembali menurun. Adapun nilai puncak umur dalam penelitian ini adalah 43 tahun. Ini berarti mulai umur 15 tahun partisipasi bekerja seseorang akan mulai meningkat hingga umur puncak sekitar 43 tahun. Kemudian setelah umur tersebut, probabilitas bekerja akan mulai mengalami penurunan. Berikutnya hasil estimasi model fungsi penghasilan Mincer dalam penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman secara signifikan berpengaruh terhadap penghasilan, baik secara langsung, kuadratik maupun berinteraksi dengan variabel lain. Variabel pengalaman memiliki koefisien yang bernilai positif, artinya bertambahnya tahun pengalaman seseorang maka akan meningkatkan jumlah penghasilan yang diterimanya. Namun demikian, setelah tahun pengalaman mencapai titik ekstrim maka pertambahan penghasilan yang diterima akan semakin kecil, sehingga menyebabkan koefisien variabel interaksi pengalaman bernilai negatif. Variabel tempat tinggal dalam persamaan model return terpilih, juga memengaruhi penghasilan secara signifikan. Nilai positif pada variabel tempat tinggal, menunjukan bahwa mereka yang tinggal di perkotaan akan memiliki nilai return yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan. Variabel jenis kelamin dalam penelitian ini, secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap penghasilan. Namun variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap penghasilan setelah diinteraksikan dengan lapangan usaha, diperlihatkan oleh lebih tingginya penghasilan laki-laki yang bekerja di lapangan usaha industri dan jasa dibandingkan perempuan yang bekerja di lapangan usaha yang sama. Melalui hasil estimasi tingkat pengembalian investasi pendidikan, terlihat bahwa tingkat pengembalian investasi pendidikan untuk 1 tahun sekolah paling tinggi berada di lapangan usaha pertanian, yakni sebesar 6 persen. Pada lapangan usaha industri dan jasa, berturut-turut, tingkat pengembalian investasi pendidikan sebesar 2 persen dan 3 persen. Namun tingkat pengembalian investasi pendidikan mulai 6 tahun bersekolah di lapangan usaha pertanian turun menjadi 4 persen, sedangkan industri dan jasa naik masing-masing sebesar 4 persen dan 6 persen. Kondisi ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka kurang menguntungkan untuk bekerja di lapangan usaha pertanian. Berbeda dengan lapangan usaha pertanian, tingkat pengembalian investasi pendidikan pada lapangan usaha industri dan jasa memiliki tren menaik. Mulai tahun bersekolah 9 tahun atau lulus SMP, tingkat pengembalian investasi
pendidikan naik menjadi 5 persen untuk lapangan usaha industri. Sedangkan lulusan SMP di lapangan usaha jasa menerima tingkat pengembalian investasi pendidikan yang cukup tinggi, yakni 8 persen. Peningkatan tingkat pengembalian investasi pendidikan lapangan usaha industri setelah tahun pendidikan 7 tahun lebih lambat dibandingkan lapangan usaha jasa yang peningkatannya tertinggi. Tingkat pengembalian investasi pendidikan yang diterima individu dengan lama tahun bersekolah di atas 12 tahun untuk lapangan usaha industri dan jasa, terus mengalami peningkatan. Lulusan sarjana yang bekerja di lapangan usaha jasa akan menerima tingkat pengembalian investasi pendidikan paling tinggi, yaitu 13 persen. Sedangkan lulusan sarjana yang bekerja di lapangan usaha industri menerima tingkat pengembalian investasi pendidikan yang lebih rendah dibanding jasa, yakni sebesar 8 persen. Berikutnya investasi pendidikan akan lebih menguntungkan hanya bagi individu yang berpendidikan SMP ke atas dan bekerja di sektor jasa, ketika tingkat pengembalian investasi pendidikan dibandingkan dengan tingkat suku bunga deposito rata-rata tahun 2007 sebesar 8,24 persen. Namun saat tingkat suku bunga kredit ratarata 13,01 persen dibandingkan dengan tingkat pengembalian investasi pendidikan, maka pembiayaan melalui pinjaman hanya laik dilakukan jika digunakan untuk membiayai pendidikan tingkat sarjana ke atas. Hasil analisis di atas menunjukan bahwa variabel-variabel sosial demografi yang digunakan dalam estimasi model partisipasi bekerja dengan penghasilan, secara signifikan memengaruhi probabilitas partisipasi bekerja dengan penghasilan di Aceh. Hasil estimasi fungsi penghasilan Mincer menunjukan penghasilan yang diterima oleh laki-laki lebih tinggi, baik yang bekerja di sektor industri maupun jasa, dan tinggal di daerah perkotaan. Kemudian model ini menunjukan bahwa pengalaman secara signifikan berpengaruh terhadap penghasilan, baik secara langsung, kuadratik maupun berinteraksi dengan variabel lain. Variabel pengalaman memiliki koefisien yang bernilai positif, namun koefisien variabel pengalaman dalam bentuk kuadratik bernilai negatif. Berdasarkan estimasi tingkat pengembalian investasi pendidikan, semakin tinggi pendidikan individu pada sektor industri dan jasa, maka semakin tinggi tingkat pengembalian investasi pendidikan yang akan diterimanya, sedangkan tingkat pengembalian investasi pendidikan di sektor pertanian justru memiliki tren menurun. Oleh sebab itu, pemerintah disarankan untuk memberikan subsidi bagi sekolah atau lembaga pendidikan pertanian, sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan investasi pada pendidikan formal pertanian. Tingginya tingkat pengembalian investasi pendidikan di sektor industri dan jasa juga perlu mendapat perhatian, sebab dengan dorongan investasi pendidikan atau dibukanya lembaga pendidikan tinggi yang berhubungan dengan sektor industri dan jasa maka diharapkan produktivitas sektor tersebut juga akan tinggi agar dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi. Kata kunci: Investasi sumber daya manusia, tingkat pengembalian investasi pendidikan, fungsi penghasilan Mincer