ASSOCIATION BETWEEN IMMUNIZATION AND NUTRITION STATUS OF CHILDREN AT INTEGRATED SERVICE POST (POSYANDU) SEDAP MALAM I PELEM BATURETNO IN THE WORKING AREA OF BANGUNTAPAN I HEALTH CENTER BANTUL YOGYAKARTA Alfiana Priska NirmalaDewi Adam1, Herawati2, Farissa Fatimah3 ABSTRACT Background: According to the Health department of DIY province in 2010, the prevalence of undernourished children i.e. 11,31% (Total Protein Energy Deficiency). Low coverage of immunization at the Province of Yogyakarta Special Territory is affected by level of knowledge supported by lack of awareness of the community on health problem. Immunization given to under fives at Posyandu Sedap Malam I Pelem Baturetno includes BCG, Hepatitis, DPT 1, 2, 3, Polio, and Measles. Data of nutrition status of children under five obtained from the post show there is no child (0%) with malnutrition status; meanwhile 13% of children under five are undernourished, 84% have good nutrition status, and 3% over nourished. Objective: To identify association between immunization and nutrition status of children under five. Method: This kind of research is descriptive analytical. Location of research at Posyandu sedap malam I Pelem, Baturetno. The sample are all children over the age of one year old, Samples were taken through systematic random sampling method. The Independent Variable is immunization of children, while the dependent variable is the nutrirional status of children. Data were collected by questionnaire and analyzed by chi-square. Result: Total of 91.2% of childrens received complete immunization, while 8.8% of them got incomplete immunization. Type of immunization which cannot obtained from the respondents include DPT 3, measles, and polio 4. Nutritional status according BB/U index, as much as 1,8% of children malnourished and 5,2% of them over nutrient, according TB/U index as much as 3,5% short children and 19,3% high children, according to BB/TB index, 5,2% very skinny children, 8,8% skinny children, and 1,8% fat children. There is a significant relationship between immunization with children nutritional status Conclusion: There was significant association between immunization and nutrition status of children at Posyandu Sedap Malam I of Pelem Baturetno at the working area of Banguntapan I Health Center Bantul Yogyakarta. Keywords: children under five, immunization, nutrition status 1.Student Department Of Nutritional Sciences, Faculty Of Health Sciences, Respati University Yogyakarta 2.Lecturer Department of Nutrition, Poltekes Ministry of Health Yogyakarta 3.Lecturer Department of Nutritional Sciences, Faculty of Health Sciences, Respati University Yogyakarta
HUBUNGAN IMUNISASI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU SEDAP MALAM I, DUSUN PELEM, DESA BATURETNO, WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUNTAPAN I, BANTUL, YOGYAKARTA Alfiana Priska NirmalaDewi Adam1, Herawati2, Farissa Fatimah3 INTISARI Latar Belakang : Menurut Dinas Kesehatan Provinsi DIY pada tahun 2010 prevalensi balita kurang gizi yaitu sebesar 11,31% (KEP total). Cakupan imunisasi yang rendah di DIY salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang didukung oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap masalah kesehatan. Imunisasi yang dilakukan di Posyandu Sedap Malam I Dusun Pelem Desa Baturetno terdiri dari BCG, Hepatitis, DPT 1, 2, 3, Polio 1, 2, 3, 4, dan Campak yang diberikan pada balita. Dari data status gizi balita di Posyandu Sedap Malam I Dusun Pelem Desa Baturetno diperoleh jumlah balita dengan status gizi buruk berjumlah 0%, gizi kurang sebanyak 13%, gizi baik sebanyak 84%, gizi lebih berjumlah 3%. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara imunisasi dengan status gizi balita. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Lokasi penelitian di Posyandu Sedap Malam I Dusun Pelem Desa Baturetno. Sampel adalah semua balita yang berusia diatas 1 tahun, cara pengambilan sampel dengan sistematik random sampling. Variabel bebas adalah imunisasi balita, sedangkan variabel terikat adalah status gizi balita. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil : Sebanyak 91,2% balita mendapat imunisasi lengkap, sedangkan 8,8% balita imunisasinya tidak lengkap, jenis imunsasi yang rata-rata tidak didapat responden diantaranya adalah DPT 3, campak, dan polio 4. Status gizi berdasarkan indeks BB/U sebanyak 1,8% balita gizi kurang dan 5,2% balita gizi lebih, berdasarkan indeks TB/U sebanyak 3,5% balita pendek dan 19,3% balita tinggi, berdasarkan indeks BB/TB sebanyak 5,2% balita sangat kurus, 8,8% balita kurus, dan 1,8% balita gemuk. Ada hubungan bermakna antara imunisasi dengan status gizi balita. Kesimpulan : Ada hubungan bermakna antara imunisasi balita dengan status gizi balita. Kata Kunci : Balita, imunisasi, status gizi 1.Mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta 2.Dosen Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Yogyakarta 3.Dosen Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat (1). Gambaran keadaan gizi masyarakat Provinsi DIY pada tahun 2010 adalah masih tingginya prevalensi balita kurang gizi yaitu sebesar 11,31% (KEP total), balita dengan status gizi buruk sebesar 0,7%, status gizi kurang 10,61% dan balita dengan status gizi lebih 2,99%. Meskipun angka gizi kurang di DIY telah jauh melampaui target nasional (persentase gizi kurang sebesar 15% di tahun 2015) namun penderita gizi buruk masih juga dijumpai di wilayah DIY. Tahun 2008 sampai 2010 terdapat penurunan persentase balita dengan status gizi buruk (2). Berdasarkan data status gizi di kabupaten bantul, balita dengan status gizi lebih sebesar 4,43%, balita dengan status gizi baik sebesar 85,33%, status gizi kurang 12,00% dan balita dengan status gizi buruk 0,58% (3). Program imunisasi telah dijalankan sejak lama di seluruh wilayah Indonesia dan telah mencapai hasil yang cukup baik. Provinsi DIY merupakan wilayah yang memiliki tingkat pencapaian kinerja dalam program imunisasi yang terbaik di Indonesia. Imunisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga bila kelak terpajan oleh antigen yang sama tidak terjadi penyakit karena adanya memori imunologi atau dapat mengurangi beratnya penyakit. Pemberian imunisasi tidak hanya memberikan pencegahan terhadap anak agar tidak terserang penyakit tetapi akan memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan tingkat imunitas secara umum di masyarakat (4). Imunisasi telah menyelamatkan jutaan jiwa anak-anak dalam tiga dekade terakhir, namun masih ada jutaan anak lainnya yang tidak terlindungi dengan imunisasi. Dengan demikian, semakin banyak imunisasi maka semakin kebal tubuhnya, sehingga bayi semakin sehat dan tumbuh optimal. Sebaliknya, semakin tidak lengkap imunisasi, maka tubuhnya sedikit mempunyai kekebalan terhadap penyakit. Pemerintah mewajibkan setiap anak untuk dapat imunisasi dasar terhadap tujuh macam penyakit yaitu penyakit TBC, Difteria, Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis), Polio, Campak (Measles, Morbili) dan Hepatitis B, yang termasuk dalam program Imunisasi (PPI) meliputi imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Penyebab masalah kesehatan diantaranya kurangnya pengetahuan yang dipengaruhi oleh pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, sosial ekonomi. Cakupan imunisasi yang rendah di DIY salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang didukung oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap masalah kesehatan. Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya(5). Penyakit infeksi merupakan penyebab langsung pada masalah gizi. Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh anak akan membawa pengaruh terhadap keadaan gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah
menurunnya nafsu makan anak yang berarti bahwa berkurangnya masukan (intake) zat gizi kedalam tubuh anak. Keadaan berangsur memburuk jika infeksi disertai muntah yang mengakibatkan hilangnya zat gizi. Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan(6). Imunisasi yang dilakukan di Posyandu Sedap Malam I Dusun Pelem Desa Baturetno terdiri dari BCG, Hepatitis, DPT 1, 2, 3, Polio 1, 2, 3, 4, dan Campak. Dari data status gizi balita di Posyandu Sedap Malam I Dusun Pelem Desa Baturetno diperoleh jumlah balita dengan status gizi buruk berjumlah 0%, gizi kurang sebanyak 13%, gizi baik sebanyak 84%, gizi lebih berjumlah 3%. Dari uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti adanya kaitan imunisasi yang diterima balita dengan status gizi balita.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dan dengan desain cross sectional dengan populasi semua balita di Posyandu Sedap Malam I Dusun Pelem Desa Baturetno Wilayah kerja Puskesmas Banguntapan I Bantul Yogyakarta, pada lima tahun terakir (2006 – 2011) yang berjumlah 132 balita. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo 2005) yang digunakan untuk menghitung besar sampel, didapat hasil sebanyak 57 balita. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling. Dengan kriteria inklusi (ibu balita bersedia menjadi responden, balita diatas 1 tahun) dan kriteria eksklusi (balita sakit saat penelitian dan tidak hadir saat penelitian). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah imunisasi balita yaitu imunisasi wajib yang didapat balita di Dusun Pelem Desa Baturetno khususnya di Posyandu Sedap Malam I dari lahir sampai saat penelitian, yang dikategorikan menjadi lengkap jika balita sudah mendapat semua jenis imunisasi (BCG, DPT 123, campak, polio 1234, dan hepatitis B), dan tidak lengkap jika ada balita yang tidak mendapat semua jenis imunisasi (BCG, DPT 123, campak, polio 1234, dan hepatitis B). Skala variabel bebas yaitu nominal. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi balita yaitu kondisi tubuh balita di Dusun Pelem yang di timbang di Posyandu Sedap Malam I, dilihat berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB, yang dikategorikan menjadi indeks BB/U dengan kategori status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. TB/U dengan kategori status gizi sangat pendek, pendek, normal dan tinggi. BB/TB dengan kategori status gizi sangat kurus, kurus, normal dan gemuk. Skala variabel terikat yaitu ordinal. Data primer yang dalam penelitian berupa data yang diperoleh berdasarkan jawaban ibu balita terhadap kuesioner yang diberikan. Data terdiri dari data identitas ibu balita, alamat, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, data imunisasi balita. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Posyandu Sedap Malam I berupa gambaran umum, data jumlah balita, data nama balita, umur, tanggal lahir, jenis kelamin.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Posyandu Sedap Malam I, yang terletak di Dusun Pelem, Desa Baturetno, wilayah kerja Puskesmas Banguntapan I Bantul Yogyakarta. Baturetno adalah satu dari tiga desa yang terletak di Kecamatan Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan banguntapan terletak di sisi timur Kota Yogyakarta dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Kotagede. Di Wilayah Dusun Pelem terdapat dua yaitu Posyandu Sedap Malam 1 dan Posyandu Sedap Malam 2. Jumlah balita dan kader di Posyandu Sedap Malam 1 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Balita dan kader di Posyandu sedap malam I Posyandu sedap malam I Balita Kader
Jumlah 132 balita 12 orang
Kegiatan-kegiatan yang ada di Posyandu Sedap Malam 1 dan 2 adalah pemberian makanan tambahan, penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, penyuluhan, pemberian makanan tambahan dan pemberian vitamin A.
B. Karakteristik Responden Karakteristik balita dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Karakteristik balita Karakteristik Frekuensi Persentase (balita) (%) Umur (bln) ≤ 36 29 50,9 37-60 28 49,1 Jenis Kelamin Laki-laki 28 49,1 Perempuan 29 50,9 Total 57 100,0 Sumber : Data Primer Diolah, 2012. Dari tabel 2 dapat diketahui sebanyak 50,9% balita usia ≤ 36 bulan, sedangkan 49,1% balita usia 37 – 60 bulan. Jumlah balita laki-laki selama penelitian adalah 28 balita (49,1%), dan jumlah balita perempuan 29 balita (50,9%).
Karakteristik ibu balita dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Karateristik ibu balita Karakteristik
Frekuensi (Ibu)
Pekerjaan IRT PNS Wiraswasta Buruh Tani Pendidikan Tamat PT Tamat SMA Tamat SMP Total Sumber : Data Primer Diolah, 2012.
Persentase (%)
46 6 4 1
80,7 10,5 7,0 1,8
13 37 7 57
22,8 64,9 12,3 100,0
Dari tabel 3 dapat diketahui sebanyak 19,3% ibu balita bekerja sebagai PNS, wiraswasta dan buruh tani. Dari segi pendidikan dapat diketahui sebanyak 35,1% ibu balita berpendidikan tamat PT dan tamat SMP.
C. Variabel Penelitian 1. Imunisasi Balita Imunisasi balita dapat dilihat pada tabel 4. a) Jenis imunisasi Tabel 4. Jenis imunisasi yang diberikan pada balita Imunisasi Ya Tidak Balita Balita (%) Balita (%) BCG 57 (100%) 0 (0%) DPT 1 57 (100%) 0 (0%) DPT 2 57 (100%) 0 (0%) DPT 3 56 (98,2%) 1 (1,8%) Campak 54 (94,8%) 3 (5,2%) Polio 1 57 (100%) 0 (0%) Polio 2 57 (100%) 0 (0%) Polio 3 57 (100%) 0 (0%) Polio 4 52 (91,2%) 5 (8,8%) Hepatitis B 57 (100%) 0 (0%) Sumber : Data Primer Diolah, 2012. Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa semua balita mendapat imunisasi BCG, DPT 1, DPT 2, polio 1, polio 2, polio 3, dan hepatitis B. Balita yang tidak mendapat semua imunisasi diantaranya sebanyak 1,8% balita tidak mendapat imunisasi DPT 3, sebanyak 5,2% balita tidak mendapat imunisasi campak, dan 8,8% balita tidak mendapat imunisasi polio 4.
b) Imunisasi Lengkap dan tidak lengkap Tabel 5. Pencapaian imunisasi Imunisasi Balita No 1 2
Lengkap Tidak lengkap Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, 2012.
Frekuensi (balita) 52 5 57
Persentase (%) 91,2 8,8 100,0
Berdasarkan tabel 5 diketahui sebanyak 91,2% balita mendapat imunisasi lengkap, dan 8,8% balita tidak mendapat imunisasi lengkap. 2.
Status Gizi Balita Status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi balita menurut status gizi Status Gizi Balita Frekuensi Persentase (balita) (%) Indeks BB/U Buruk Kurang 1 1,8 Baik 53 93 Lebih 3 5,2 Indeks TB/U Pendek 2 3,5 Normal 44 77,2 Tinggi 11 19,3 Indeks BB/TB Sangat kurus 3 5,2 Kurus 5 8,8 Normal 48 84,2 Gemuk 1 1,8 Sangat gemuk Jumlah 57 100,0 Sumber : Data Primer Diolah, 2012.
Dari tabel 6 dapat diketahui sebagai berikut : Berdasarkan indeks BB/U, sebanyak 1,8% balita gizi kurang dan 5,2% balita gizi lebih. Berdasarkan indeks TB/U, sebanyak 3,5% balita pendek dan 19,3% balita tinggi. Berdasarkan BB/TB, sebanyak 14% balita sangat kurus dan kurus, sebanyak 1,8% gemuk. Status gizi balita menurut indeks gabungan TB/U dan BB/TB dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Status gizi menurut Indeks gabungan TB/U dan BB/TB
B
Status gizi Sangat kurus Pendek Kurus Normal Gemuk Sangat kurus Normal Kurus Normal Gemuk Sangat kurus Tinggi Kurus Normal Gemuk Jumlah
Frekuensi 1 2 2 41 1 3 6 1 57
Persentase 2 3 3 72 2 5 11 2 100,0
Berdasarkan tabel 7 diketahui status gizi berdasarkan indeks gabungan TB/U dan BB/TB, sebanyak 2% pendek normal, 14% status gizi normal dan tinggi, sangat kurus dan kurus, sebanyak 2% gemuk.
D. Hubungan antara variabel Tabel 8. Hubungan antara Imunisasi Balita dengan Status Gizi Balita Status Gizi Indeks Gabungan Normal + Variabel Pendek tinggi Total Imunisasi Lengkap 52 (100,0%) 0 (0%) 52 (100,0%) Tidak 5 (100,0%) 2 (40,0%) 3 (60,0%) lengkap Total 57 (100,0%) 2 (3,5%) 55 (96,5%) Sumber : Data Primer Diolah, 2012.
p- value 0,006
Berdasarkan Tabel 8 diketahui sebagian besar responden yang balitanya mendapat imunisasi lengkap dan status gizi pendek 0 responden (0%), dan balita yang mendapatkan imunisasi lengkap dan status gizi normal sebanyak 52 balita (100,0%). Sedangkan yang tidak mendapat imunisasi lengkap dan status gizi pendek 2 balita (40,0%), dan balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap dan status gizi normal sebanyak 3 balita (60,0%).
PEMBAHASAN A. Karakteristik balita dan ibu balita Sebanyak 50,9% balita usia ≤ 36 bulan atau di bawah 3 tahun dan sebanyak 49,1% balita usia 37 – 60. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi umur balita di Posyandu Sedap Malam I sebagian besar usia batita. Anak usia batita mulai menghasilkan antibodinya sendiri untuk melindungi dirinya dari beberapa infeksi. Program imunisasi harus dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit tertentu. Imunisasi pada anak harus sudah diberikan sesuai anjuran, untuk melindungi mereka dari infeksi pada masa kanak-kanak. Kekebalan bayi terhadap penyakit sekecil apapun sampai sistem kekebalan berkembang sempurna (7). Jumlah balita laki-laki selama penelitian adalah 28 balita (49,1%), dan jumlah balita perempuan 29 balita (50,9%). Hal ini menunjukkan bahwa dari segi jenis kelamin balitanya sebagian besar perempuan yang ditemui pada saat penelitian. Sebanyak 80,7% ibu balita sebagai ibu rumah tangga, dan sebanyak 19,3% ibu balita bekerja sebagai PNS, wiraswasta dan buruh tani. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 55 balita berstatus gizi normal dan tinggi, terdapat 44 responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, 6 responden sebagai PNS, 4 responden sebagai wiraswasta, dan 1 responden sebagai buruh tani. Sedangkan untuk status gizi pendek terdapat 2 anak dengan ibu tidak bekerja atauu sebagai PNS. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan ibu tidak menunjukan perbedaan yang berarti terhadap status gizi balita. Sebanyak 87,5% ibu balita tamat SMA dan PT, dan sebanyak 12,3% ibu balita tamat SMP. Pendidikan merupakan faktor yang penting dan menentukan cara berpikir seseorang dalam bertindak. Seorang ibu yang berpendidikan mempunyai kemampuan untuk menyerap informasi tentang kesehatan pada umumnya dan kesehatan anak. Data penelitian menunjukan bahwa gambaran frekuensi status gizi berdasarkan tingkat pendidikan ibu yaitu terdapat 55 responden berstatus gizi normal dan tinggi yang meliputi 7 responden dengan berpendidikan tamat SD/SMP, 48 responden berpendidikan tamat SMA/PT. Sedangkan status gizi pendek terdapat 2 anak yaitu 1 responden berpendidikan tamat SMP dan 1 responden berpendidikan tamat SMA. Hal ini menunjukan bahwa ibu dengan pendidikan rendah tidak selalu berstatus gizi rendah, karena mungkin memiliki pengetahuan yang cukup baik.
B. Imunisasi Balita Dari hasil penelitian ini diketahui sebagian besar balita yang mendapat imunisasi lengkap yaitu sebanyak 52 balita (91,2%) dan 5 balita (8,8%) dengan imunisasi tidak lengkap, responden yang status imunisasinya tidak lengkap yaitu tidak melakukan imunisasi DPT 3 (1,8%), campak (5,2%) dan polio 4 (8,8%). Seluruh imunisasi dasar yang diwajibkan sesuai dengan PPI telah didapatkan oleh balita, yaitu meliputi imunisasi BCG, DPT 123, campak, polio 1234 dan hepatitis B. Kelengkapan imunisasi merupakan hal yang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan anak. Perilaku ibu untuk mengimunisasikan anaknya secara lengkap dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang tinggi dari ibu itu sendiri(8). Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Pengetahuan merupakan hal yang berpengaruh terhadap tindakan seseorang, sehingga setelah seorang ibu mengetahui manfaat serta tujuan dari imunisasi maka memiliki kecenderungan untuk berperilaku. Perilaku
seseorang juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan perilaku tersebut, kepentingan tujuan bagi si pelaku, dan sarana juga usaha yang diperlukan oleh ibu(9). Pemberian Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh (imunitas) pada bayi atau anak, sehingga terhindar dari penyakit agar anak tetap sehat dan ibu dengan mudah dapat mengimunisasikan anaknya sesuai dengan program pemerintah yang diwajibkan untuk anak. Imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah yaitu meliputi imunisasi BCG, DPT 123, campak, polio 1234 dan hepatitis B. fungsi-fungsi dari imunisasi yaitu sebagai berikut, Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan TBC (Tuberkulosis), Imunisasi DPT, bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis dan tetanus, Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak, Imunisasi merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis, Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit hepatitis B.
C. Status Gizi Balita Status gizi balita dari hasil penelitian ini sebagian besar status gizi balita dengan indeks BB/U status gizi kurang sebanyak 1 balita (1,8%), lebih 3 balita (5,2%). Berdasarkan indeks TB/U status gizi pendek sebanyak 1 balita (1,8%), tinggi sebanyak 11 balita (19,2%). Berdasarkan indeks BB/TB sebanyak 8 balita (14%) sangat kurus dan kurus, gemuk sebanyak 1 balita (1,8%). Status gizi balita berdasarkan indeks gabungan TB/U dan BB/TB sebanyak 8 balita (14%) sangat kurus dan kurus, gemuk sebanyak 1 balita (1,8%). Indeks BB/U merupakan indikator status gizi kurang saat sekarang dan sensitive terhadap perubahan kecil. Dapat digunakan untuk memonitor pertumbuhan dan pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau KEP. Indeks TB/U merupakan indikator status gizi masa lalu, berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur. Merupakan indikator untuk menilai status gizi saat kini dimana umur tidak perlu diketahui(10). Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, terutama asupan makan dan penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyebab langsung pada masalah gizi. Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh anak akan membawa pengaruh terhadap keadaan gizi anak, sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah menurunnya nafsu makan anak yang berarti bahwa berkurangnya masukan (intake) zat gizi kedalam tubuh anak. Keadaan berangsur memburuk jika infeksi disertai muntah yang mengakibatkan hilangnya zat gizi. Penyakit ini tidak menguras cadangan energi sekalipun, jika berlangsung lama dapat mengganggu pertumbuhan karena menghilangkan nafsu makan anak(11). Penyakit infeksi dapat memberikan dampak terhadap status gizi dan sebaliknya, penyakit infeksi juga dapat diawali oleh status gizi kurang. Sisi lain keadaan malnutrisi mempengaruhi respons imun tubuh yang akhirnya juga berpengaruh terhadap perjalanan penyakit infeksi. Anak balita biasanya memperoleh berbagai infeksi, khususnya ketika usia 6 bulan hingga 3 tahun, diantaranya batuk dan pilek, malaria dan campak. Infeksi menyebabkan kurang gizi karena mengurangi konsumsi pangan sementara kebutuhan zat gizi tubuh meningkat. Anak balita kurang gizi membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh dari penyakitnya daripada anak yang bergizi normal(12).
D. Hubungan Imunisasi Balita dengan Status Gizi Balita Ada hubungan bermakna antara imunisasi balita dengan status gizi balita (p < 0,05). Imunisasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat antibody yang pada akhirnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh(13). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Nur (2006) di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kotagede I Yogyakarta” dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi pada balita usia 12 hingga 24 bulan di wilayah kerja puskesmas kotagede I Yogyakarta. Hal ini berarti ada faktor lain yang mempengaruhi status gizi anak yaitu penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang banyak dialami oleh balita antara lain batuk, pilek, panas, dan juga diare. Hasil status gizi yang berbeda ini kemungkinan dipengaruhi oleh sering tidaknya dan berat ringannya penyakit yang diderita balita. Perbedaan dengan hasil penelitian Nur antara lain karena responden penelitiannya yaitu balita usia 12 – 24 bulan sedangkan dalam penelitian ini balita usia 12 – 60 bulan, kemudian dalam penilaian status gizi hanya menggunakan indeks BB/TB, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan indeks TB/U dan BB/TB, hal ini bertujuan untuk melihat status gizi balita masa lalu dan saat ini. Hasil penelitian ini dari 57 responden penelitian, sebanyak 52 memiliki imunisasi lengkap dan 5 memiliki imunisasi tidak lengkap. Sedangkan yang memiliki imunisasi lengkap dan berstatus gizi normal dan tinggi sebanyak 52 responden. Hal ini menunjukan kelengkapan imunisasi berhubungan dengan status gizi balita. Imunisasi anak akan berpengaruh terhadap status gizi balita. Imunisasi yang diberikan secara lengkap diharapkan dapat meningkatkan kekebalan anak dari penyakit infeksi sehingga status gizi anak dapat meningkat(14).
KESIMPULAN 1. Sebanyak 91,2% balita mendapat imunisasi lengkap, sedangkan 8,8% balita imunisasinya tidak lengkap, jenis imunsasi yang rata-rata tidak didapat responden diantaranya adalah DPT 3, campak, dan polio 4. 2. Status gizi berdasarkan indeks BB/U sebanyak 1,8% balita gizi kurang dan 5,2% balita gizi lebih, berdasarkan indeks TB/U sebanyak 3,5% balita pendek dan 19,3% balita tinggi, berdasarkan indeks BB/TB sebanyak 5,2% balita sangat kurus, 8,8% balita kurus, dan 1,8% balita gemuk. 3. Ada hubungan bermakna antara imunisasi dengan status gizi balita.
DAFTAR PUSTAKA 1. Effendy, 1998. Pembangunan-Kesehatan. http://staff.blog.ui.ac.id/tyarm/2009/05/20. diunduh tanggal 18-012012. jam 18.03 2.
Dinas
Kesehatan
Provinsi
DIY,
2011.
Profil
Kesehatan
Provinsi
/
2010.
Profil
Kesehatan
Provinsi
D.I.
Kota
Tahun
2011. Dinas Provinsi DIY Yogyakarta. 3.
Dinas
Kesehatan
Provinsi
DIY,
Yogyakarta
2010. Dinas Provinsi DIY Yogyakarta. 4. Ranuh I.G.N. dkk. 2001. Buku Imunisasi di Indonesia, edisi 1, Jakarta : IDAI 5. Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 6. Tinneke, 2008. Hubungan Karakteristik Anak dan Konsumsi Zat Gizi dengan Status Gizi Kurang pada siswa SD di 3 Kecamatan Kabupaten Kampar. Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : FKM UI 7. Lewer, Helen, 1996. Belajar Merawat Di Bangsal Anak. Jakarta : EGC. 8. Nur, N. 2006. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi pada Balita Usia 12-24 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kotagede I Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada 9. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 10. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 11. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 12. Bukit. 1999. Dampak Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi dan Respon Imun. Jakarta : Majalah Kedokteran FK-UKI XVII No.41 13. Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika 14. Supariasa. I. D. N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC