1
KETEPATAN JAM DISTRIBUSI DAN ASUPAN MAKAN PADA PASIEN DENGAN DIET NASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ATAMBUA TIMELINESS IN FOOD DISTRIBUTION AND FOOD INTAKE OF PATIENTS ON RICE DIET AT ATAMBUA HOSPITAL Yuliana Adek Halek1, Farissa Fatimah2, Yeni Prawiningdyah3 ABSTRACT Background: The problem of food serving to the patient is more complex than to healthy people. This is mainly caused by appetite and mental condition of the patient that change due to the disease, declining physical activity, and drug reaction. Minimum service standard in nutrition service at hospital includes: timeliness in food provision to the patient ≥90%, leftover of the patient ≤20%, no incidence of error in provision of dietary=100%. Objective: To find out association between timelines in food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital. Method: The study was observational with cross sectional design. Data were collected through form of Comstock 6 point scale. Samples consisted of 26 respondents. Analysis used chi square at confidence interval 95%. Result: The majority of respondents were of 18-40 years (69.5%). Respondents with on time food provision consisted 20 respondents (76.9%), and the rest (6 respondent or 23.1%) did not get on time food provision. As many as 14 respondents (53.8%) got insufficient food intake and 12 respondents (46.2%) got good food intake. The result of chi square analysis for timeliness of food distribution and food intake showed score of p-value 0.029 (<0.05). Conclusion: There was association between timeliness of food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital. Keywords: timeliness of food distribution, food intake, rice diet
1. 2. 3.
– Nutrition Department, Respati University Yogyakarta Nutrition Installation, Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta
2
KETEPATAN JAM DISTRIBUSI DAN ASUPAN MAKAN PADA PASIEN DENGAN DIET NASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ATAMBUA Yuliana Adek Halek1, Farissa Fatimah2, Yeni Prawiningdyah3 INTISARI Latar Belakang : Masalah penyajian makanan kepada pasien lebih kompleks dari pada penyajian makanan untuk orang sehat. Hal ini disebabkan terutama oleh nafsu makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang dideritanya, aktivitas fisik yang menurun dan reaksi obat-obatan. Standar pelayanan minimal pada pelayanan gizi di rumah sakit yaitu : ketepatan waktu pemberian makan pada pasien ≥ 90%, sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien ≤ 20%, tidak ada kejadian kesalahan pemberian diet = 100%. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan antara ketepatan jam distribusi dan asupan makan pada pasien dengan diet nasi di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan form skala Comstock 6 point. Sampel penelitian ini berjumlah 26 responden. Uji yang digunakan dengan chi-square, dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil : Responden terbanyak adalah usia dewasa 18-40 tahun (69,5%). Responden yang jam distribusi makanannya tepat yaitu sebanyak 20 responden (76,9%), sedangkan sebagian kecil responden yang jam distribusi makanannya tidak tepat sebanyak 6 responden (23,1%). Asupan makan yang kurang yaitu sebanyak 14 (53,8%), sedangkan asupan yang baik yaitu sebanyak 12 pasien (46,2%). Hasil analisis chi-square untuk variabel ketepatan jam distribusi dan asupan makan di peroleh p-value = 0,029 < Level of Significant = 0,05 Kesimpulan : Ada hubungan antara ketepatan jam distribusi dan asupan makan pada pasien dengan diet nasi di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua. Kata kunci : Jam distribusi, asupan makan, diet nasi
1.
Mahasiswa Prodi Gizi Universitas Respati Yogyakarta Dosen Prodi Gizi Universitas Respati Yogyakarta 3. Ahli Gizi Rumah Sakit Dr.Sarjito Yogyakarta 2.
3
PENDAHULUAN Salah satu kegiatan pelayanan gizi rumah sakit adalah penyelenggaraan makanan. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan rumah sakit, perencanaan menu sampai distribusi makanan pada pasien atau konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat1. Masalah penyajian makanan kepada pasien lebih kompleks dari pada penyajian makanan untuk orang sehat. Hal ini disebabkan terutama oleh nafsu makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang dideritanya, aktivitas fisik yang menurun dan reaksi obat-obatan2. Besarnya angka prevalensi malnutrisi pada pasien ruang rawat inap telah banyak ditemukan sejak tahun 1970-an, juga perubahan status gizi yang cendrung menurun selama diruang rawat inap 3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh McWhither dan Pennington menunjukan bahwa 40% dari pasien mengalami undernourish (kurang makan) pada saat masuk rumah sakit dan dua pertiga dari pasien itu mengalami penurunan berat badan selama dirawat4. Pasien yang dirawat di rumah sakit perlu mendapat perhatian yang lebih agar tidak terjadi “Hospital Malnutrition”. Malnutrisi dapat terjadi karena asupan makan yang tidak cukup. Hasil penelitian Almatsier dkk di beberapa rumah sakit umum di Jakarta tahun 1991, 20% - 60% pasien masih mengalami kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit baik secara langsung atau pun tidak langsung dapat mempengaruhi proses penyembuhan2. Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Atambua belum tersedia data tentang asupan makan pasien baik jenis makanan biasa maupun lunak. Hal ini dikarenakan belum pernah ada penelitian yang berkaitan dengan asupan makan pasien. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian yang mengkaji tentang hubungan ketepatan jam, distribusi makan dengan asupan makan pada pasien dengan diit nasi di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua, dengan tujuan unutk mengetahui hubungan antara ketepatan jam distribusi dengan asupan makan pasien dengan diet nasi di RSUD Atambua, Belu-Nusa Tenggara Timur.
4
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional dengan populasi semua pasien dewasa yang mendapat diet nasi. Sampel ditentukan dengan kriteria tertentu (purposive) dan diperoleh dengan total sampling sejumlah 26 sampel. Variabel bebas dalam penelitian adalah ketepatan jam distribusi makan, yaitu waktu distribbusi makanan pasien di Rumah Sakit Umum Atambua yang dimulai dari dapur sampai pada pasien, yakni distribusi makan pagi (pukul 05.30 – 07.00 WIT ), distribusi makan siang (pukul 11.30 – 12.00 WIT ), distribusi makan malam (pukul 17.30 – 18.30 WIT), yang dikategorikan menjadi tepat jika waktu distribusi sesuai dengan jam distribusi di Rumah Sakit Umum Atambua : pagi pukul 05.30 – 07.00 WIT, siang pukul 11.30 – 12.00 WIT, malam pukul 17.30 – 18.30 WIT, dan tidak tepat jika penyajian lebih atau kurang dari waktu yang ditentukan : makan pagi > atau < 07.00 WIT, makan siang > atau < 12.00 WIT , makan sore > atau < 18.30 WIT. Skala variabel bebas yaitu ordinal. Variabel bebas dalam penelitian adalah asupan makan pasien yaitu banyak jumlah makanan yang dikonsumsi oleh pasien dengan diit nasi selama dirawat di Rumah Sakit Umum Atambua yang dilihat dari sisa makan pasien menggunakan metode Comstock, dengan kategori asupan makan baik jika Sisa makanan ≤ 25%, dan asupan makan kurang jika sisa makanan > 25%. Skala variabel terikat yaitu ordinal. Data primer yang dalam penelitian berupa ketepatan jam distribusi makanan pasien dan asupan makan pasien yang diperoleh menggunakan formulir dan quesioner. Data sekunder berupa jam distribusi makan di RSUD Atambua dan standar makanan di Instalasi Gizi RSUD Atambua yang diperoleh dari Unit Instalasi Gizi RSUD Atambua.
5
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Responden penelitian ini adalah pasien yang mendapatkan diet nasi yang rawat inap di RSUD Atambua pada bulan Februari sampai Maret 2012. Jumlah responden dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi adalah 26 orang. Adapun karakteristik responden dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Responden Pasien Rawat Inap RSUD Atambua Karakteristik Umur 18-40 40-65 >65 Jumlah Pekerjaan PNS Wiraswasta IRT Pelajar Petani Lain-lain Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi
Persentase
18 8 0 26
69,2 30,8 0 100
5 1 5 8 4 3 26
19,2 3,8 19,2 30,8 15,4 11,5 100
11 15 26
42,3 57,7 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah responden berusia 18-40 tahun sebanyak 18 responden (69,5%), sedangkan yang lainnya berusia 40-65 tahun dengan jumlah 8 responden (30,8%). Responden yang pekerjaanya pelajar yaitu 8 (30,8%,) sedangkan sebagian kecil responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 1 responden (3,8%). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin diketahui bahwa responden perempuan berjumlah 15 (57,7%) responden dan responden laki-laki berjumlah 11 (42,3%). A.
Ketepatan Jam Distribusi Data asupan makan responden dilihat dari sisa makan pasien yang diperoleh menggunakan taksiran visual comstock 6 point. Adapun standar kategori sisa makanan yang menjadi acuan adalah sisa makanan dikatakan baik, jika ≤25% dan dikatakan kurang, jika >25%. Adapun asupan makan responden dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
6
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketepatan Jam Distribusi di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua No Ketepatan Jam Distribusi 1 Tepat 2 Tidak Tepat Jumlah
Frekuensi 20 6 26
Persentase 76,9 23,1 100,0
Berdasarkan Tabel 2 diketahui sebagian besar responden yang jam distribusi makanannya tepat yaitu sebanyak 20 responden (76,9%), sedangkan sebagian kecil responden yang jam distribusi makanannya tidak tepat sebanyak 6 responden (23,1%). B.
Asupan Makan Data asupan makan responden dilihat dari sisa makan pasien yang diperoleh menggunakan taksiran visual comstock 6 point. Adapun standar kategori sisa makanan yang menjadi acuan adalah sisa makanan dikatakan baik, jika ≤25% dan dikatakan kurang, jika >25%. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Makan pada Pasien dengan Diet Nasi Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua No Asupan Makan 1 Baik 2 Kurang Jumlah
Frekuensi 12 14 26
Persentase 46,2 53,8 100,0
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa sebagian asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien kurang yaitu 14 pasien (53,8%), sedangkan asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien yang baik yaitu 12 pasien (46,2%).
7
C.
Hubungan antara Ketepatan Jam Distribusi dengan Asupan Makan pada Pasien dengan Diet Nasi Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua Tabel 4. Hubungan antara Ketepatan Jam Distribusi dengan Asupan Makan pada Pasien dengan Diet Nasi Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua Asupan Makan
Variabel Jam Distribusi
Tidak Tepat Tepat
Kurang 3 (50%) 11 (55.5%)
Baik 3 (50%) 9 (45.5%)
n
Total
6 20
100% 100%
ChiSquare (c)
p-value
10,046
0,029
Berdasarkan Tabel 4 diketahui jam distribusi makanannya tepat, tetapi asupan makan pada pasien dengan diet nasi kurang sebanyak 11 pasien (55,5%), sedangkan jam distribusi tepat dan asupan makan baik yaitu 9 pasien (45,5%). Jam distribusi makan yang tidak tepat dengan asupan makan pasien baik sama dengan jam distribusi makan tepat dengan asupan makan pasien kurang yaitu 3 orang (50%). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh p-value = 0,029 < Level of Significant = 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara ketepatan jam distribusi dengan asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien.
PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Hasil karakteristik responden menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagiannya adalah responden berusia 18-40 tahun sebanyak 18 responden (69,5%), sedangkan yang lainnya berusia 40-65 tahun dengan jumlah 8 responden (30,8%), berarti dari segi umur responden di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua sebagian adalah umur usia dewasa yaitu 18-40 tahun. Responden yang pekerjaanya pelajar yaitu 8 (30,8%,) sedangkan sebagian kecil responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 1 responden (3,8%). Hal ini menunjukkan bahwa responden di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua selama penelitian adalah sebagai pelajar.berdasarkan karakteristik jenis kelamin diketahui bahwa responden perempuan berjumlah 15 (57,7%) responden dan responden laki-laki berjumlah 11 (42,3%). Hal ini menunjukkan bahwa dari segi umur pasien yang ditemui pada saat penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua sebagian dari responden adalah perempuan.
2. Ketepatan Jam Distribusi Proses penyajian makanan yang berkaitan dengan ketepatan waktu dan kondisi makanan haruslah selalu dijaga, dalam hal ini penyajian makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada konsumen tepat pada waktunya yaitu tidak boleh disajikan terlalu lambat atau terlalu awal sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan mempengaruhi selera makan konsumen5. Standar pelayanan minimal pada pelayanan gizi di rumah sakit menurut Depkes RI 7 yaitu: ketepatan waktu pemberian makan pada pasien ≥ 90%. Menurut peraturan jam distribusi makanan di Rumah Sakit Umum Atambua distribusi makan pagi pukul 05.30 – 07.00 WIT, distribusi makan siang pukul 11.30-12.00 WIT dan distribusi makan malam pukul 17.30-
8
18.30. Distribusi makan pagi sudah sesuai dengan peraturan rumah sakit dimana semua responden mendapatkan makan pagi tepat pada waktunya (100% tepat). Distribusi
makan siang yang tidak sesuai dengan jam distribusi di rumah sakit adalah sebanyak 25
responden (96,15%) dimana makan didistribusi terlambat sesudah pukul 12.00 WIT sedangkan distribusi makan yang tepat hanya 1 responden (3.85%). Distribusi makan malam yang tidak sesuai dengan jam distribusi makanan di rumah sakit yaitu 6 responden ( 23,1%) dimana makanan disistribusi terlambat setelah pukul 18.30 WIT sedangkan distribusi makan malam yang tepat yaitu sebanyak 20 responden (76,9%). Hasil analisis pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang jam distribusi makanannya tepat atau sudah sesuai dengan jam distrubusi makan di rumah sakit yaitu sebanyak 20 responden (76,9%), sedangkan sebagian kecil responden yang jam distribusi makanannya tidak tepat yaitu 6 responden (23,1%). Berdasarkan obervasi yang dilakukan selama penelitian pada pelaksanaan distribusi makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua, rata-rata jam distribusi yang tidak tepat yaitu pada jam makan siang dengan kelebihan jam distribusi 10-30 menit. Jam distribusi yang tidak tepat berkaitan dengan jumlah tenaga distribusi makanan di Rumah Sakit Umum Atambua yang sangat terbatas yaitu hanya 1 tenaga pendistribusi. Selain itu ketidaktepatan jam distribusi sering terjadi pada jam makan siang karena rumah sakit mengalami penambahan jumlah pasien pada jam makan siang. Hal ini dapat mempengaruhi ketepatan jam distribusi karena proses produksi makanan di instalasi gizi akan mengalami penambahan waktu, sehingga akan berakibat distribusi makanan tidak efektif. Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi jam distribusi makan yaitu perlatan makan pasien yang kurang sesuai. Peralatan makan pasien yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua yaitu berupa rantang susun. Peralatan makan ini menggunakan waktu lebih lama saat pemorsiaan makanan, sehingga waktu distribusi menjadi makin lama. Kegiatan distribusi makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua dilakukan secara sentralisasi, dimana kegiatan pemorsian dilakukan di dapur. Salah satu kelebihan sentralisasi yaitu pekerjaan dapat dilakukan atau diselesaikan dengan cepat. Tetapi pada kenyataan selama penelitian hal ini belum bisa terpenuhi karena instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Atambua mendapat kendala yaitu kekurangan tenaga pada bagian distribusi makanan. Selain itu kendala yang lain yaitu petugas yang bertugas ada yang tidak patuh terhadap jam dinas yang sudah ditentukan.
Kegiatan pemorsian di dapur instalasi gizi sudah cukup memenuhi kriteria higiene dan sanitasi dimana petugas yang bertugas untuk pemorsian sudah menggunakan sarung tangan dengan kata lain petugas sudah sadar untuk tidak langsung menyentuh makanan dengan tangan kosong. Salah satu kriteria yang belum memenuhi kriteria yaitu memakai alat pelindung diri (APD) / celemek secara baik dan benar.
3. Asupan Makan Pada Pasien Dengan Diet Nasi Standar pelayanan minimal pada pelayanan gizi di rumah sakit menurut Depkes RI 7 yaitu : sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien ≤ 20%, sedangkan jika dilihat berdasarkan taksiran visual Comstock maka asupan makan dikatakan baik jika sisa makanan ≤ 25% dan asupan makan kurang jika sisa makanan > 25%.
9
Pemenuhan asupan makan pasien selama di rumah sakit dimaksudkan agar tidak terjadi hospital malnutrition yang dapt mempengaruhi proes penyembuhan pasien. Hasil analisis menunjukkan bahwa diketahui bahwa sebagian asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien kurang yaitu 14 pasien (53,8%), sedangkan asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien yang baik yaitu 12 pasien (46,2%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata asupan makan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua adalah kurang. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian, ditemukan sebanyak 14 pasien yang asupan makan belum memenuhi kriteria taksiran visual Comstock yaitu 14 pasien (53,8%) , sedangkan yang sudah memenuhi kriteria yaitu 12 pasien (46,2%). Asupan makan pasien yang kurang adalah pada makan pagi khususnya untuk lauk nabati, dimana jumlah makanan yang tersisa banyak yaitu 46%. Berdasarkan observasi yang dilakukan pasien tidak menghabiskan lauk nabati karena penyajian terhadap lauk nabati kurang menarik bagi pasien. Sisa makan siang terbanyak yaitu pada jenis sayur yaitu 37% begitu juga pada makan malam sisa makanan terbanyak pada jenis sayur yaitu 39%. 4. Hubungan Ketepatan Jam Distribusi dengan Asupan Makan pada Pasien dengan Diet Nasi Masalah penyajian makanan kepada pasien lebih kompleks dari pada penyajian makanan untuk orang sehat. Hal ini disebabkan terutama oleh nafsu makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang dideritanya, aktivitas fisik yang menurun dan reaksi obat-obatan2. Pada proses penyajian makanan ketepatan waktu dan kondisi makan haruslah selalu dijaga, dalam hal ini penyajian makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada konsumen tepat pada waktunya yaitu tidak boleh disajikan terlalu awal dan tidak boleh disajikan terlalu lambat sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan akan mempengaruhi selera makan konsumen5. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa variabel ketepatan jam distribusi berhubungan signifikan dengan asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien (p-value = 0,029 < Level of Significant = 0,05). Hal ini meninjukan bahwa ada hubungan bermakna antara jam distribusi dan asupan makan pasien.
Faktor yang menyebabkan sisa makanan lauk nabati lebih banyak dari pada jenis makanan lainnya yaitu karena penyajian terhadap lauk nabati kurang menarik bagi pasien. Selain itu juga karena menu lauk nabati pada siklus menu selalu sama yaitu “ tempe goreng” sehingga pasien merasa bosan dengan menu lauk nabati yang disajikan.
10
KESIMPULAN
1. Hasil analisis menunjukkan responden dengan
jam distribusi makanannya tepat yaitu sebanyak 20
responden (76,9%.) dan tidak tepat adalah 6 responden (23,1%). 2. Distribusi makanan yang paling banyak tidak sesuai ketentuan rumah sakit yaitu pada jam makan siang, dengan kelebihan jam distribusi 10-30 menit 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa asupan makan pada pasien responden yang kurang yaitu sebanyak 14 responden (53,8%), dan saupan makan baik adalah 12 responden (46,2%) 4. Sisa makan pasien yang paling banyak yaitu pada menu makan pagi khususnya lauk nabati, dimana pasien menyisakan makanan sebanyak 46%. 5. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa p-value = 0,029 sehingga ada hubungan antara ketepatan jam distribusi dengan asupan makan