Kurnia et al./ Association Between Personal
Association Between Personal and Environmental Factors, Body Position on Low Back Pain at Dr. Moewardi Hospital, in Surakarta Rina Kurnia1), Rita Benya Adriani.2), Argyo Demartoto2) Health Polytechnic, Poltekkes Kemenkes Surakarta Faculty of Social and Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta 1)
2)
ABSTRACT Background: Low Back Pain or LBP often encountered in daily practice, especially in industrialized countries. The study showed that 90.9% of LBP patients experienced a relapse more than once in a year, the relapse was triggered by personal factor, work environment and lack of health information. The purpose of this study was to analyze factors associated with recurrence prevention in patients with Low Back Pain at Medical Rehabilitation Instalation Dr. Moewardi Surakarta Hospital Subjects and Methods: The study was an observational analytic study with cross sectional design. A total of 60 patients with LBP. That data was collected with a questionairre and analyzed by using multiple logistic regression. Results: There was a positive correlation between personal factors and recurrence prevention in Low Back Pain: there was a correlation between age and recurrence prevention in Low Back Pain but it was not statistically significant (O =2.09; 95% CI = 0.36 to 12.09 ; p=0.412), there was a correlation between sex and recurrence prevention in Low Back Pain but it was not statistically significant (OR=1.52; 95% CI=0.08 to 28.78; p=0.781), there was a correlation between education level and recurrence prevention in Low Back Pain but it was not statistically significant (OR=2.38; 95% CI=0.41 to 14.05; p=0.337), there was a correlation between employment and recurrence prevention in Low Back Pain and it was statistically significant ( OR=9.16; 95% CI=1.35 to 62.39; p = 0.024), there was a correlation between perceptions of Low Back Pain and recurrence prevention in Low Back Pain and it was statistically significant (OR=27.81; CI=95% 2.14 to 361.33; p=0.011). There was a positive correlation between environmental factors and recurrence prevention in Low Back Pain: there was a correlation between accessibility to health service and recurrence prevention in Low Back Pain but it was not statistically significant (OR=0.49; 95% CI=0.02 to 14.81; p=0.684), there was a correlation between environment accessibility and recurrence prevention in Low Back Pain but it was not statistically significant (OR=0.73; 95% CI=0.04 to 14.22; p=0.834), there was correlation between family support and recurrence prevention in Low Back Pain and it was not statistically significant (OR=0.30; 95% CI=0.02 to 5.50; p=0.303) .There was a positive correlation between education on Proper Body Mechanics with recurrence prevention in Low Back Pain and it was statistically significant (OR=35.33; 95% CI=1.65 to 757.32; p=0.023). The most dominant variable in LBP recurrence prevention was patients perceptions of Low Back Pain (p=0.011). Conclusion: Employment, perceptions of Low Back Pain, and education on proper body mechanic were variables was statistically significant for LBP relaps prevention in this study. Keywords: Personal Factors, Environmental Factors, Education on Proper Body Mechanics, Relapse Prevention, LBP Correspondence: Rina Kurnia Health Polytechnic, Poltekkes Kemenkes Surakarta University, Surakarta
19
Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1 (1): 19-25
PENDAHULUAN Setiap individu memiliki tuntutan untuk mengerjakan aktivitas atau pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian dari aktivitas atau pekerjaan tersebut membutuhkan energi atau kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan beberapa keluhan, salah satu diantaranya adalah nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP). LBP merupakan gangguan otot rangka yang paling sering diantara gangguan otot rangka lainnya (Depkes RI, 2007). LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di Negara - negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi penduduk Negara maju pernah mengalami episode ini selama hidupnya (Sadeli, 2001). Lima dari sepuluh orang mengalami kekambuhan setiap tahun (Tana dan Delima, 2013). Faktor - faktor yang berhubungan dengan timbulnya keluhan LBP antara lain faktor personal yang meliputi usia dimana semakin tua usia seseorang maka semakin beresiko terkena LBP, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan, kebiasaan merokok; dan faktor lingkungan (job risk factor) dimana keluhan LBP baik laki-laki maupun perempuan melakukan aktivitas secara berlebihan memindahkan beban, mengangkat beban, membawa beban, mendorong, menarik, membungkuk dan bekerja dengan badan selalu berputar. Kemudian banyak dari supir truk yang menderita Low Back Pain. Pada wanita yang sering hamil lebih beresiko menderita LBP (Strong, 1996). Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa 90.9% pasien LBP mengalami kekambuhan lebih dari 1 kali dalam setahun (Tana dan Delima, 2013). Kekambuhan ini biasa terjadi, pada umumnya tidak
20
membuat pasien berhenti beraktivitas tetapi yang dikhawatirkan adalah apabila berkembang menjadi LBP kronik dengan kekambuhan yang tidak menentu. Kekambuhan ini dipicu oleh kembalinya pasien bekerja setelah episode nyeri berakhir, aktivitas yang dipengaruhi oleh faktor klinis, sosial dan ekonomi (Devo dan Weinstein, 2001). Kekambuhan disebabkan oleh faktor personal antara lain umur dimana umur 4164 tahun adalah umur yang paling sering mengalami kekambuhan, pekerjaan yang berat lebih sering mengalami kekambuhan, jenis kelamin laki-laki lebih sering mengalami kekambuhan (Pogalad, 2010). Faktor lingkungan kerja dapat memicu stress yang dapat menyebabkan kekambuhan (Novita, 2014), kurangnya dukungan keluarga dapat meningkatkan stressor sehingga menyebabkan kekambuhan (Handayani, et al, 2012). Selain itu, kurangnya informasi tentang penyakit juga berhubungan dengan kekambuhan (Sianturi, 2014). Berdasarkan data dari Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta (2015) bahwa pasien LBP di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 90 pasien dimana 40% dari pasien LBP mengalami kekambuhan dan 60% tidak rutin datang ke Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta sehingga tidak diketahui kekambuhannya. Kekambuhan disebabkan karena faktor pekerjaan dan tidak menerapkan edukasi proper body mechanics dalam kehidupan sehari-harinya. Di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta memberikan jadwal rutin bagi pasien LBP untuk mengikuti program terapi dengan jadwal kedatangan 1 minggu sekali.
Kurnia et al./ Association Between Personal
SUBJEK DAN METODE Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien LBP di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 responden. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses terhadap layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga dan edukasi proper body mechanics, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari pasien Low Back Pain yang melakukan kunjungan di Instalasi Rehabilitasi Medik RS Dr. Moewardi Surakarta. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang sudah dilakukan uji validitas dengan Pearson product moment dan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach.
jaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.001), ada hubungan persepsi terhadap LBP dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.001), OR=69.89, ada hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.001), OR=9.0, ada hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.001), ada hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.031), ada hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.001), OR=22.67. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda digunakan untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses terhadap layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga dan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Tabel 1. Regresi Logistik Berganda
HASIL Analsis bivariat dengan menggunakan Chi Square diperoleh hasil sebagai berikut : terdapat hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.004), ada hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.031) OR=3,44, ada hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p=0.046), ada hubungan peker-
21
Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1 (1): 19-25
Dari tabel 1 dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut : Nilai Odd Ratio variabel umur sebesar 2.09 berarti bahwa responden dengan umur yang semakin mendekati > 65 tahun mempunyai kemungkinan 2.09 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan responden dengan umur dibawah 65 tahun. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan. Nilai Odd Ratio variabel jenis kelamin sebesar 1.52 berarti bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan mempunyai kemungkinan 1.52 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dari pada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan. Nilai Odd Ratio variabel pendidikan sebesar 2.38 berarti bahwa responden dengan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi mempunyai kemungkinan 2.38 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden dengan pendidikan dasar. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan. Nilai Odd Ratio variabel pekerjaan sebesar 9.16 berarti bahwa responden dengan pekerjaan penuh waktu maupun paruh waktu mempunyai kemungkinan 9.16 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan LBP dibandingkan responden yang tidak bekerja. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan pekerjaan dengan
22
tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan. Nilai Odd Ratio variabel persepsi terhadap Low Back Pain sebesar 27.81 berarti bahwa responden dengan persepsi yang tinggi terhadap Low Back Pain mempunyai kemungkinan 27.81 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden dengan persepsi terhadap Low Back Pain yang rendah. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan persepsi terhadap Low Back Pain dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan. Nilai Odd Ratio variabel akses layanan kesehatan sebesar 0.49 berarti bahwa akses layanan kesehatan yang mudah mempunyai kemungkinan 0.49 kali lebih besar untuk tidak melakukan tindakan pencegahan LBP daripada akses layanan kesehatan yang sulit. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan. Nilai Odd Ratio variabel aksesibilitas lingkungan sebesar 0.73 berarti bahwa lingkungan yang aksesibel mempunyai kemungkinan 0.73 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada lingkungan yang tidak aksesibel. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan. Nilai Odd Ratio variabel dukungan keluarga sebesar 0.30 berarti bahwa dukungan keluarga yang kuat mempunyai kemungkinan 0.30 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada dukungan keluarga yang lemah. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan
Kurnia et al./ Association Between Personal
tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan. Nilai Odd Ratio variabel edukasi proper body mechanics sebesar 35.33 berarti bahwa responden yang pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics mempunyai kemungkinan 35.33 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden yang tidak pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan. Nilai Negelkerke R2 sebesar 82.0% berarti bahwa kesembilan variabel bebas (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga, dan edukasi proper body mechanics) mampu menjelaskan tindakan pencegahan kekambuhan LBP sebesar 82.0% dan sisanya yaitu sebesar 18.0% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin usia responden mendekati 65 tahun keatas secara statistik menjamin dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Collins dan O’Sullivan (2009) yang dilakukan pada 200 perempuan dan 132 laki-laki di Irlandia dengan rentang umur antara 18-66 tahun, diperoleh keluhan pada tulang belakang, bahu dan bagian leher lebih banyak dialami pada responden yang muda daripada yang tua.
Responden dengan jenis kelamin perempuan lebih mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dari pada responden laki-laki. Hasil penelitian ini didukung oleh Michael (2001) bahwa wanita memiliki asosiasi kuat dalam munculnya dan wanita memiliki resiko dua kali lipat. Dengan adanya resiko tersebut membuat wanita lebih menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi tentang Low Back Pain dan semakin mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Azizah, dkk (2014) bahwa hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pula pencegahan kejadian penyakit pneumonia dan begitu pula sebaliknya. Responden yang bekerja penuh waktu akan semakin besar mengalami Low Back Pain sehingga mereka semakin melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Umami, dkk (2014) bahwa paling banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah adalah yang mempunyai masa kerja > 10 tahun dan paling banyak mengalami keluhan tingkat nyeri sedang. Masa kerja berhubungan signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah (p=0,001). Semakin individu memiliki persepsi Low Back Pain yang tinggi maka semakin akan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain agar tidak terjadi suatu penyakit yang semakin parah. Hasil penelitian didukung oleh penelitian di Trelawny, Jamaika oleh Bessler et al (2015) juga menyatakan bahwa 81% dari 23
Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1 (1): 19-25
responden menyatakan penyakit kanker leher rahim adalah penyakit yang sangat serius dan melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Sedangkan mereka yang keseriusannya rendah tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Semakin mudah akses layanan kesehatan maka semakin meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Sari, dkk (2013) yang menyatakan bahwa jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam utilisasi rawat sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat cenderung memanfaatkan sarana yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Semakin aksesibel lingkungan disekitar responden maka semakin dapat meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Pramayu (2013) bahwa kemudahan akses untuk menjangkau di lingkungan dapat berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang. Apabila sulit menjangkau, semakin lama akan terasa tidak nyaman dan timbul rasa pegal pada lengan. Beberapa keluhan merupakan gejala gangguan kesehatan karena karena pengaruh faktor tersebut, salah satunya adalah nyeri punggung. Semakin kuat dukungan dari keluarga kepada penderita Low Back Pain melalui dukungan materi, informasi dan emosi maka semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Handayani, dkk (2009) dengan hasil bahwa terdapat dukungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien gastritis dengan derajat sedang. Semakin sering individu terpapar oleh edukasi proper body mechanics maka
24
semakin melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi kekambuhan dari Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Nuranto (2010) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap masyarakat sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang upaya pencegahan demam berdarah dengue. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan Low Back Pain adalah variabel persepsi terhadap Low Back Pain (p=0,011). Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model dimana bahaya atau kesakitan yang dirasakan (perceived severity) berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan individu tentang keseriusan atau keparahan penyakit. Persepsi keseriusan sering didasarkan pada informasi medis atau pengetahuan, juga dapat berasal dari keyakinan seseorang bahwa dia akan mendapat kesulitan akibat penyakit dan akan membuat atau berefek pada hidupnya secara umum (Priyoto, 2014). Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel yang paling dominan dalam tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain adalah variabel persepsi terhadap Low Back Pain yang artinya penggunaan dari teori Health Belief Model sesuai untuk menggambarkan perilaku pencegahan kekambuhan Low Back Pain. DAFTAR PUSTAKA Azizah M, Fahrurazi, Qoriaty NI, (2014). Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Balita dengan kejadian Penyakit Pneumonia pada Balita di kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar. AnNadaa. 1(1)
Kurnia et al./ Association Between Personal
Bessler P, Ncube B, Bey A, Knight J and Jolly PE, (2015). Factors Associated with the of Cervical Cancer Screening Among Women in Portland, Jamaica. NCBI. 7(3) Collin MM, Bradley CP, O’Sulivan T and Perry IJ, 2009. Self-care coping strategies in people with diabetes: a qualitative exploratory study. NCBI. 9(6) Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Kerja, (2007). Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan. Penyakit Otot Rangka Akibat Kerja. Jakarta: Depkes RI Devo R & Weinstein JN, (2001). Low Back Pain. England Journal Med. 334:363370 Handayani SD, Kosasih CE & Priambodo AP, 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Gastritis di Puskesmas Jatinagor. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Meliala L, Pinzo R, (2004). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah. Yogyakarta: Pain Symposium Towards Mechanism Based Treatment Michael R, (2001). Physical, Psychosocial and Work Organization Factors on Injury/illness Absences. Diakses dari : http://www.ergoweb.com/news/detail .cfm?id=340. Murti B, (2013). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Pogalad M, (2008). Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Penyakit Reumatik di Wilayah Puskesmas Anggrek Kaupaten Gorontalo Utara. Universitas Gorontalo Pramayu AR, (2013). Office Ergonomic. Retrieved January, 30, 2015, dari http://www.premysisconsulting.com/ 2013/11/14/office-ergonomic/ Priyoto, (2014). Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Sadeli HA, Tjahyono B, (2001). Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri, Neuropatik, patofisiologi dan pelaksanaan. Jakarta: Perdossi Sari RM, Ambarita LP dan Sitorus H, (2013). Akses Pelayanan Kesehatan dan Kejadian Malaria di Provinsi Bengkulu. Media Litbangkes. 23(4) Sianturi R, (2014). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan TB Paru. Unes Journal of Public Health. 3(1) Strong J, (1996). Chronic Pain the Occupational Therapist’s Perspective. Churchill Livingstone: Medical Division of Pearson Professional Limited Tana L dan Delima, (2013). Gambaran Nyeri Pinggang Bawah Pada Paramedis di Beberapa Rumah Sakit di Jakarta. Media Litbangkes. 23(1)
25