THE INFLUENCE OF ZINC SUPPLEMENTATION ON NUTRITIONAL STATUS AMONG CHILDREN UNDER FIVE YEARS OF AGE AT BLORA DISTRICT.
Suharto, Epi Saptaningrum, Krisdiana Wijayanti, Sutarmi, Warijan, Adiati Hendromastuti, Siti Kistimbar, Agus Prasetyo, Zaenal Abidin, Mu’awanah By age of five, children grow and develop in many areas, changing from clumsy toddlers into lively explorers of their world, so they need more nutrition in proportion of their body weight. Growth and development in adolescent is associated with a nutritional and health status during the preschool years. Indeed, the under nutritional status or malnutrition would cause the delayed growing and development especially, brain. So they need an adequate nutritious food to support this process, primarily protein and mineral. Protein is a vital dietary component for preschoolers, as it is needed for optimal growth and mineral as well. Furthermore mineral is important to make a balancing fluid an electrolyte. There are many kinds of mineral, one of them is zinc. Zinc is essential for proper development. It is needed for wound healing, proper sense of taste, proper growth, and normal appetite. The aim of this study is to determine the influence of zinc supplementation on nutritional status among children less than five years of age at Blora District, Central Java. An experimental study method was conducted in this study. The respondents were chosen through a cluster sampling technique with a randomized sampling. A total 100 - preschool children from 10 preschools in Blora District was divided to be two groups as a trial group (n=50) and control group (n=50). A trial group was given a zinc supplementation; the other group was given placebo a 6 days a week for 4 weeks. Pre and post test data was collected to measure the influence of giving a zinc supplementation. A t – test statistical analysis using a SPSS was applied to analyze the data. The results showed that there was a significantly influence between a zinc supplementation related to nutritional status among children under five years. A nutritional status pre zinc supplementation presented a low nutritional status, on the other hand given a zinc supplementation showed a significantly increased body weight. Furthermore there was no significantly improved body weight on children who given a placebo. It can be concluded that there was a significantly influence of giving zinc supplementation related to nutritional status among children under five years of age. Keywords: zinc supplementation, nutritional status among children under five years of age. PENDAHULUAN
dan usia sekolah (UU Kesehatan RI no. 23 kesehatan
tahun 1992).
No. 23/1992 pasal 17 ayat (2) yang
Dalam
Undang-undang mengatur
tentang
penyelenggaraan
kesehatan
makanan
tumbuh merupakan Kebutuhan
kembang
anak,
kebutuhan
yang
anak, menyebutkan peningkatan kesehatan
terpenting.
anak
berbeda
anak dilakukan sejak dalam kandungan,
dengan kebutuhan orang dewasa, karena
masa bayi, masa balita, usia pra sekolah
makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan (Soetjiningsih, 1995 ).
Zat gizi, terutama protein dan mineral ikut
Pada masa balita anak sedang mengalami
berperan dalam mengatur keseimbangan
proses pertumbuhan dan perkembangan
air dan mineral di dalam cairan tubuh. Maka
yang sangat pesat, sehingga memerlukan
protein dan mineral disebut sebagai zat
zat-zat makanan yang relatif lebih banyak
pengatur dalam penggolongan makanan.
dengan kwalitas yang lebih tinggi. Hasil
Contoh mineral yang jarang diperhatikan
pertumbuhan
tapi ternyata bermanfaat besar adalah Seng
menjadi
dewasa,
sangat
tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan
(Zinc atau Zn).
sewaktu masa balita. Gizi kurang atau gizi
Seng (Zinc) merupakan zat gizi yang
buruk pada bayi dan anak-anak terutama
penting bagi tubuh. Beberapa jenis enzim
pada umur kurang dari 5 tahun, dan akan
memerlukan
berakibat
pertumbuhan
bahkan ada enzim yeng mengandung zinc
jasmani dan kecerdasan otak ( Djaeni,
dalam strukturnya. Zinc bermanfaat dalam
2000).
membantu selera makan, meningkatkan
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak
kekebalan
meliputi gizi kurang atau yang mencakup
pertumbuhan anak.
terganggunya
Zinc
bagi
tubuh
fungsinya
dan
dan
meningkatkan
susunan hidangan yang tidak seimbang
Berdasarkan fenomena yang sering
maupun konsumsi keseluruhan yang tidak
dijumpai, kekurangan zat ini berakibat
mencukupi kebutuhan badan. Prevalensi
anoreksia (tidak nafsu makan), penurunan
kurang gizi di Jawa Tengah, terutama pada
ketajaman
bayi di bawah 5 tahun dinilai masih tinggi.
terhambatnya
Pada tahun 2002 tercatat sebanyak 4.378
proses
balita atau 1,51% balita di Jawa Tengah
penurunan efisiensi penggunaan makanan
bergizi
balita
dan penurunan daya kekebalan tubuh.
(Profil
Kekurangan Zinc dalam jangka waktu lama
13,88%
buruk, balita
sebanyak bergizi
40.225 kurang
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi atau anak melalui perbaikan masyarakat
dalam
pengecap
pada
pertumbuhan,
penyembuhan
luka,
lidah,
lambatnya impotensi,
akan mengganggu fungsi otak dan system
Kesehatan Jawa Tengah, 2003).
prilaku
rasa
pemberian
syaraf pusat (Almatsier,2001). Adapun terhadap
kelompok
kekurangan
yang
Zinc
rentan
diantaranya
makanan, merupakan bagian yang tidak
adalah bayi, balita, anak-anak, ibu hamil
dapat dipisahkan dari upaya perb aikan gizi
dan meneteki, dan orang lanjut usia.
secara
Kekurangan gizi sering terjadi pada bayi
menyeluruh
(Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2000 )
dan balita, dimana kelompok ini merupakan
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011
2
kelompok yang paling peka atau rawan
acak dari suatu populasi, kemudian sample
terhadap masalah-masalah kekurangan gizi
ini dibagi 2 kelompok yaitu kelompok yang
karena kelompok ini adalah kelompok yang
diberikan treatmen tertentu dan kelompok
membutuhkan
kontrol
keluarga
perhatian
tentang
gizi,
serius serta
dari
fase
ini
merupakan titik tolak untuk pertumbuhan
yang
tidak
diberikan
treatmen
(Arikunto, 2006). Pengukuran sample dilakukan 2 (dua) kali yaitu sebelum dilakukan treatment dan
dan perkembangan selanjutnya. Melihat pentingnya Zinc dan dampak
setelah
dilakukan
treatment.
Kemudian
yang ditimbulkan akibat kekurangan Zinc
dilakukan uji analisa dengan menggunakan
tersebut, khususnya pada balita, maka
“T Test”.
peneliti
Populasi dan Sampel
tertarik
dengan
melakukan
judul
penelitian
”PENGARUH
Populasi
merupakan
keseluruhan
SUPLEMENTASI ZINC TERHADAP GIZI
subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi
BALITA DI KABUPATEN BLORA.”
dalam penelitian ini adalah balita di seluruh
METODOLOGI PENELITIAN
Kabupaten Blora
Alat dan bahan yang digunakan dalam
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 100
penelitian
balita dari wilayah Kecamatan Ngawen,
berupa
ini menggunakan alat ukur
timbangan
dan
midline
untuk
Kunduran, Cepu, banjarejo dan Blora kota.
mendapatkan data yang diperlukan. Selain
Teknik
pengambilan
itu juga suplemen zinc dan syrup untuk
penelitian
diminumkan pada responden.
sampling, yaitu suatu cara pengambilan
adalah
sample
dengan
cara
dalam cluster
Jenis penelitian ini temasuk dalam
sample bila objek yang diteliti atau sumber
penelitian Experimental Study adalah suatu
data sangat luas atau besar, maka daerah
penelitian yang bertujuan menginvestigasi
yang akan menjadi sampe telah ditetapkan.
fenomena secara objektif, sistematik dan
Kemudia diambil secara random untuk
terkontrol dengan tujuan memprediksi dan
dicari sampel individu.
mengontrol
Sedangkan untuk pengambilan sample di
fenomena.
Tujuan
utama
penelitian ini adalah mengetahui hubungan
lakukan
sebab akibat yang terjadi pada kondisi
pengukuran awal terhadap Berat Badan dan
tertentu yang terkontrol (Singarimbun,2003).
Tinggi Badan serta Lingkar lengan Balita,
Sedangkan metoda penelitian yang
kemudian diambil balita dengan gizi kurang
digunakan adalah Cluster sampling yaitu
sebagai responden. Untuk dapat terlibat
penelitian yang mengambil sample secara
atau tidak dapat terlibat dalam penelitian,
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011
dengan
cara
melakukan
3
sample harus memenuhi kriteria sebagai
(LLA)
berikut :
ditentukan balita yang menjadi responden.
1) Kriteria Inklusi
Setelah ada informt consent dari orang tua
balita
di
10
PAUD.
Kemudian
Kriteria yang memungkinkan sample
balita (persetujuan menjadi responden),
untuk dapat terlibat dalam penelitian ini,
kemudian
adalah
suplemen zinc dan 50 responden diberikan
a. Termasuk anak usia balita.
syrup biasa. Dosis suplemen zinc adalah 5
b. Bertempat
tinggal
diwilayah
50
responden
diberikan
ml tiap hari atau setara dengan 1 (satu)
Kabupaten Blora.
sendok teh.
c. Bersedia sebagai sampel.
setelah 5 minggu dari pemberian suplemen
Pengukuran ulang dilakukan
zinc.
2) Kriteria Eksklusi Kriteria yang menjadikan sample tidak
Analisa data
dapat
Untuk mengkatagorikan status gizi balita,
terlibat
dalam
penelitian
ini,
adalah :
peneliti mencocokan antara Berat Badan
a) Balita yang tidak mau terlibat di
Balita dengan tabel yang sudah ditetapkan
dalam penelitian.
oleh pemerintah, yang terbagi menjadi 4
b) Balita yang berada di luar wilayah Kabupaten Blora
katagori yaitu : 1. Gizi Buruk
Definisi Operational
2. Gizi Kurang
1. Balita yang dimaksud dalam penelitian
3. Gizi Baik
adalah
anak
yang
masih
berusia
dibawah lima tahun. 2. Suplementasi
4. Gizi Lebih Analisa Data adalah dengan menggunakan
Zinc
adalah
upaya
uji analisa statistik ”T Test”. Adapun tujuan
pemberian Zat mikrontrien “Zinc” pada
analisis ini adalah untuk mengetahui ada
balita yang menjadi responden.
pengaruh yang significan antara masing-
3. Status Gizi Balita yang dimaksud adalah
masing variabel. Bagaimana arah pengaruh
Status Gizi yang terjadi pada balita yang
dan seberapa besar pengaruh
dapat dibedakan menjadi status gizi
(Santoso, 2002).
buruk, kurang atau baik.
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
dengan
cara
melakukan
pengukuran terhadap Berat Badan(BB),
tersebut
Berikut ini uraian hasil penelitian yang telah dilakukan beserta penjelasannya : a. Responden dengan suplementasi Zinc.
Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Lengan Atas Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011
4
Untuk mengkatagorikan status gizi balita, peneliti menggunakan tabel yang sudah dibakukan oleh pemerintah yaitu dengan
Valid1
1
2.0
2.0
2.0
2
11
22.0
22.0
24.0
3
38
76.0
76.0
100.0
Tot al
50
100.0
100.0
melihat perbandingan usia, jenis kelamin,
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari
berat badan responden balita dan kategori
50 responden, sebanyak 1 responden (2 %)
status gizinya. Adapun kategori status gizi
berstatus
balita tersebut dibagi dalam kategori gizi
responden (22 %) berstatus gizi kurang,
buruk, kurang, baik dan lebih.
sebanyak 38 responden (50%) berstatus
Distribusi
responden
yang
diberikan
gizi
buruk,
sebanyak
11
gizi baik, dan sebanyak 0 responden (0 %)
suplementasi zinc pada pengukuran awal
status gizi balita lebih.
disajikan dalam tabel dibawah ini.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Tabel 1. Distribusi responden intervensi
sebagian besar balita mengalami kenaikan
pada awal pengukuran
status gizi (yang semula berstatus gizi buruk (3 responden menjadi 1 responden)
Valid
1= Gizi Buruk 2= Gizi Kurang 3= Gizi Baik Total
Frequenc y
Percen t
Valid Percent
Cumulative Percent
3
6.0
6.0
6.0
22
44.0
44.0
50.0
25
50.0
50.0
100.0
50
100.0
100.0
meningkat menjadi status gizi kurang dan yang semula berstatus gizi kurang (22 responden menjadi hanya 11 responden) karena
naik menjadi berstatus gizi baik)
dan yang berstatus gizi baik meningkat lebih banyak ( semula 25 responden
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari
menjadi 38 responden).
50 responden, sebanyak 3 responden (6 %)
Dari perubahan table distribusi 1 menjadi
berstatus
tabel
gizi
buruk,
sebanyak
22
distribusi
2
tampak
bahwa
ada
responden (44 %) berstatus gizi kurang,
pergeseran status gizi responden kearah
sebanyak 25 responden (50%) berstatus
yang lebih baik setelah diberikan suplemen
gizi baik, dan sebanyak 0 responden (0 %)
zinc. Sehingga dapat dikatakan bahwa
status gizi balita lebih. Dengan demikian
suplementasi zinc berpengaruh signifikan
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
atau bermakna dalam peningkatan status
balita berstatus gizi baik.
gizi balita.
Tabel 2. Distribusi responden intervensi
Dari gambaran diagram dibawah ini tampak
pada awal pengukuran
bahwa perubahan status gizi balita yang
Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumula tive Percent
diberikan suplemen zinc berubah drastis atau mencolok dari status gizi kurang
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011
5
menjadi status gizi baik (lihat perubahan
dengan jenis rasa sama dengan rasa pada
pada diagram yang ditengah, bandingkan
suplemen zinc).
sebelum dan setelah intervensi)
Tabel 3. Distribusi responden kontrol pada
Untuk
lebih
jelasnya
dapat
dilihat
awal pengukuran KLPK KONTROL AWAL
perubahan diagram dibawah ini : KLPK INTERVENSI AWAL
Valid
25
Frequency
20
15
10
Valid
Cumulative
Frequency
Percent
Percent
Percent
1
1
2.0
2.0
2.0
2
6
12.0
12.0
14.0
3
42
84.0
84.0
98.0
4
1
2.0
2.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari
5
50 responden, sebanyak 1 responden (2 %)
0 1
2
3
KLPK INTERVENSI AWAL
berstatus gizi buruk, sebanyak 6 responden (12 %) berstatus gizi kurang, sebanyak 42
KLPK INTERVENSI AKHIR
responden (84%) berstatus gizi baik, dan
40
sebanyak 1 responden (2 %) status gizi Frequency
30
balita
lebih.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar balita
20
berstatus gizi baik. 10
Tabel 4. Distribusi responden kontrol pada akhir pengukuran
0 1
2
3
KLPK INTERVENSI AKHIR
Keterangan :
Cumulat
1. gizi buruk
3. gizi baik
2 gizi kurang
4. gizi lebih
Val
b.Responden tanpa suplementasi Zinc Pengkategorian status gizi sama dengan responden yang diberikan suplementasi zinc.
Berikut
uraian
hasil
penelitian
terhadap 50 responden yang tidak diberi suplemen
zinc
tapi
diberikan
placebo
(berupa syrup yang diencerkan dengan air
1
Freque
Perce
Valid
ive
ncy
nt
Percent
Percent
1
2.0
2.0
2.0
2
3
6.0
6.0
8.0
3
45
90.0
90.0
98.0
4
1
2.0
2.0
100.0
50
100.0
100.0
id
Tot al
KLP K KONTROL AKHIR
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 1 responden (2 %)
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011
6
berstatus gizi buruk, sebanyak 3 responden
status
(6 %) berstatus gizi kurang, sebanyak 45
berstatus
responden (90%) berstatus gizi baik, dan
menjadi hanya 11 responden) karena naik
sebanyak 1 responden (2 %) status gizi
menjadi berstatus gizi baik) dan yang
balita lebih.
berstatus gizi baik meningkat lebih banyak (
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
semula
hanya
responden).
sedikit
balita
yang
mengalami
kenaikan status gizi yaitu semula berstatus gizi
kurang
(6
responden
menjadi
3
gizi
kurang gizi
25
dan
kurang
yang (22
responden
semula
responden
menjadi
38
Dari perubahan table distribusi 1 menjadi tabel distribusi 2 tampak bahwa
responden) karena naik menjadi berstatus
ada pergeseran status
gizi baik dan yang berstatus gizi baik
kearah yang lebih baik setelah diberikan
meningkat sedikit ( semula 42 responden
suplemen zinc. Sehingga dapat dikatakan
menjadi 45 responden).
bahwa
Dari perubahan table distribusi 3 menjadi
signifikan
tabel distribusi 4 tampak bahwa ada sedikit
peningkatan status gizi balita. Sehingga
pergeseran status gizi responden kearah
benar jika dikatakan bahwa Seng (Zinc)
yang lebih baik pada responden yang tidak
merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh.
diberikan suplemen zinc. Namun kenaikan
Beberapa jenis enzim memerlukan Zinc
status gizi tersebut tidak bermakna atau
bagi fungsinya dan bahkan ada enzim yeng
sangat jauh jika dibandingkan dengan
mengandung zinc dalam strukturnya. Zinc
kenaikan
bermanfaat dalam membantu selera makan,
gizi
pada
responden
yang
suplementasi atau
diberikan suplementasi zinc.
meningkatkan
Data hasil analisa T-Test menunjukkan
meningkatkan
bahwa
(Almatsier,2001).
suplementasi
zinc
mempunyai
zinc
berpengaruh
bermakna
kekebalan
tubuh
pertumbuhan
dalam
dan anak
Pada saat akhir pengukuran, peneliti
pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap kenaikan status gizi balita.
gizi responden
banyak menemukan pernyataan dari orang tua balita bahwa setelah minum zinc anak
PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang suplementasi
menjadi meningkat nafsu makannya. Selain itu ada juga yang mengungkapkan bahwa
zinc menunjukkan bahwa sebagian besar
diare anak
balita mengalami kenaikan status gizi (yang
minum zinc
semula berstatus gizi buruk (3 responden
1.
berangsur sembuh setelah
Responden tanpa suplementasi Zinc
menjadi 1 responden) meningkat menjadi Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011
7
Sedangkan
Dari hasil penelitian tampak bahwa hanya
sedikit
balita
yang
mengalami
dilakukan
penelitian
yang
menunjukkan
telah bahwa
kenaikan status gizi yaitu semula berstatus
suplementasi zinc mempunyai pengaruh
gizi
3
yang bermakna atau signifikan terhadap
responden) karena naik menjadi berstatus
kenaikan status gizi balita. Hal tersebut
gizi baik dan yang berstatus gizi baik
sesuai dengan teori bahwa zinc berguna
meningkat sedikit ( semula 42 responden
dalam meningkatkan nafsu makan dan
menjadi 45 responden).
meningkatkan pertumbuhan balita.
kurang
(6
responden
menjadi
Sehingga suplementasi zinc sangat
Dari perubahan table distribusi 3 menjadi tabel distribusi 4 tampak bahwa
diperlukan
ada
kekurangan gizi pada balita.
sedikit
pergeseran
status
gizi
dalam
mengatasi
masalah
responden kearah yang lebih baik pada responden yang tidak diberikan suplemen zinc. Namun kenaikan status gizi tersebut
SIMPULAN 1)
Hasil
penelitian
pada
responden
tidak bermakna atau sangat jauh jika
dengan
dibandingkan dengan kenaikan gizi pada
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang diberikan suplementasi
balita mengalami kenaikan status gizi
zinc.
(yang semula berstatus gizi buruk (3 responden
2. Pengaruh
Zinc
terhadap
suplementasi
menjadi
1
zinc
responden)
meningkat menjadi status gizi kurang dan yang semula berstatus gizi kurang
peningkatan status gizi balita Berdasarkan fenomena yang sering
(22 responden menjadi hanya 11
dijumpai, kekurangan zat ini berakibat
responden) karena
anoreksia (tidak nafsu makan), penurunan
berstatus gizi baik) dan yang berstatus
ketajaman
lidah,
gizi baik meningkat lebih banyak (
lambatnya
semula 25 responden menjadi 38
impotensi,
responden).
rasa
terhambatnya proses
pengecap
pertumbuhan,
penyembuhan
luka,
pada
naik menjadi
penurunan efisiensi penggunaan makanan
2) Hasil penelitian pada responden
dan penurunan daya kekebalan tubuh.
tanpa pemberian zinc menunjukkan
Kekurangan Zinc dalam jangka waktu lama
bahwa hanya sedikit balita yang
akan mengganggu fungsi otak dan system
mengalami kenaikan status gizi yaitu
syaraf pusat (Almatsier,2001).
semula berstatus gizi kurang (6 responden menjadi 3 responden)
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011
8
dan
yang
berstatus
meningkat sedikit
gizi
baik
(semula 42
responden menjadi 45 responden). 3) Ada
pengaruh
yang
bermakna
antara suplementasi zinc terhadap peningkatan status gizi balita
Singarimbun, M., 2003, Metodologi Penelitian Survey, LP3, Jakarta. Sediaoetama, A.D., 1996, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta
Ilmu
Gizi,
WHO, 2002, Pendidikan Kesehatan Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar (terjemahan), penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. Aswar, S, 2002, Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakata. Departemen Kesehatan RI, 2002, Bila Anda Ingin Balita Yang Sehat, Direktorat Bina Peran serta masyarakat, Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Green,L.W, 2002, Health Education Planning Diagnostik Approach, Meyfield Publishing Company, California. Jahari Abas Basuni, 2002, Penilaian Status gizi dengan antropometri BB/Tb Moehji Sjahmien, Ilmu Penanganan Gizi Buruk
Gizi
(2),
Nasution, S., 2002, Metodologi Research (penelitian ilmiah), PT Bumi Aksara, cetakan kelima, Jakarta. Notoatmojo, S, 2002, Pengantar pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Andi offset, Yogyakarta. Priyatno, Dwi, 2008, Mandiri Belajar SPSS, MediaKom, Yogyakarta.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011
9