SINGLE IN THE MORAL DEVELOPMENT OF CHILDREN OF AGE 15 - 18 YEARS Riri Suciati, Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, Undergraduate Program, 2008 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id key words: development ABSTRACT : Parenting, raising and educating children is a noble task that cannot be separated from the various obstacles and challenges. In developmental psychology that much talked about someone's personality is formed on the basis of childhood. Developmental processes that occur in a child combined with what is experienced and accepted during children gradually allows him to grow and become adult human berkembangan. Moral is a doctrine of good and evil deeds and moral conduct, obligations, and so forth. In a set of moral works which are very good and needs to be done, and a deed which was considered not good and should be avoided. Moral associated with a person's ability to distinguish between the act of right and wrong. Thus, also the underlying moral and controlling someone in the act and bertingkahlaku. So there are six stages of moral development ie pre-conventional stage, the stage of post-conventional and conventional stages. It also said that everyone will experience a gradual moral development from stage one to stage six. But not everyone can reach the sixth stage. Each shows the direction of moral development / specific orientation, individuals who are at particular stages will provide answers or arguments in accordance with the orientation. the more visible acts of moral responsibility. The more a person approached the stage, the more a person is at higher moral stages. The purpose of this study was to obtain in-depth description and explanation of how the moral of the subject child aged 15 - 18 years, why the moral subject like that, how the moral of the subject. The subjects used in this study is an adolescent females aged 15 -18 years. Data collection techniques in this research is to use a method of interviewing and observation on the subject and significant other. In the process of interviewing and observation, the researchers equipped with a guidance interview and observation guide and a tape recorder to help the process of collecting data. After doing research, it can be concluded that in the case of subjects, subjects judge an act is good if he can lease others, is seen from the subject that is always willing to help his friends just because they are always subject to be his friend. Subject view of social rules and as something that must be maintained and preserved, it is highly visible from the subject to maintain social relationships, especially with the subject establishes his friends.. Individuals are still using an external standard (a gift or a punishment) but also has a certain internal standard. Keywords: Conventional, Stage of Moral Development. i
Judul : Perkembangan Moral Anak Tunggal Pada Usia 15 – 18 Tahun Nama/Npm
: Riri Suciati / 10503158
Pembimbing
: Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, Msi
ABSTRAKSI Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan satu tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Didalam psikologi perkembangan banyak dibicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa anak-anak. Proses-proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anakanaknya secara sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembangan menjadi manusia dewasa. Moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkahlaku. Ada tiga tingkat perkembangan moral yang berurutan, dimana setiap tingkat perkembangan moral terdiri dari dua tahap perkembangan moral. Jadi ada enam tahap perkembangan moral yaitu tahap pra-konvesional, tahap konvensional dan tahap pasca konvensional. Dikatakan juga bahwa setiap orang akan mengalami perkembangan moral secara bertahap dari tahap satu sampai dengan tahap enam. Namun tidak semua orang dapat mencapai tahap yang ke enam. Setiap perkembangan moral menunjukan arah / orientasi tertentu, individu yang berada pada tahap tertentu akan memberikan jawaban atau argumentasi yang sesuai dengan orientasinya. semakin tampak perbuatan-perbuatan moralnya yang bertanggungjawab. Semakin seseorang mendekati tahapan tersebut, semakin seseorang berada pada tahap moral yang lebih tinggi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan penjelasan yang mendalam mengenai bagaimana moral dari subjek anak tunggal usia 15 – 18 tahun, mengapa moral subjek seperti itu, bagaimana moral dari subjek. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus karena metode kualitatif sesuai untuk digunakan pada masalah-masalah yang bertujuan untuk mengeksplorasi kehidupan seseorang atau tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari -hari dan dengan menggunakan pendekatan penelitian studi kasus karena terdapat permasalahan yang kompleks pada subyek yang ingin diteliti dan dengan metode tersebut penulis
mengharapkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan tentang semua hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang remaja perempuan berusia 15 - 18 tahun. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara dan observasi pada subjek dan significant other. Dalam proses wawancara dan observasi, peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan pedoman observasi serta alat perekam untuk membantu proses pengumpulan data. Setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada kasus subjek, Subjek menilai suatu perbuatan itu baik bila ia dapat menyenangkan orang lain,itu terlihat dari subjek yang selalu mau membantu teman-temannya hanya karena subjek ingin mereka selalu menjadi temannya. Subjek melihat aturan sosial yang dan sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan, itu terlihat dari subjek yang sangat menjaga hubungan sosial yang subjek jalin terutama dengan teman-temannya. Sesuai dengan Adatahap kedua dari perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence E Kohlberg yaitu tahap konvensional Pada tahap ini sudah mulai terjadi internalisasi nilai moral walaupun belum sepenuhnya terinternalisasi. Individu masih menggunakan standar eksternal (hadiah atau hukuman) namun juga telah memiliki standar internal tertentu. Kata Kunci : Konvensional, Tahap Perkembangan Moral
A.
Latar Belakang Masalah
yang ditimbulkan seringkali tidak
Masa remaja merupakan periode
hanya dirasakan oleh remaja itu
kehidupan manusia yang selalu
sendiri tapi juga oleh orangtua dan
menarik untuk dibahas. Dalam masa
orang lain diluar lingkungan keluarga
itu berbagai masalah dan perubahan
juga tidak terbatas pada suatu negara
yang serius mulai muncul. Dari yang
atau kebudayaan tertentu saja.
bersifat fisik seperti pertumbuhan
Masa remaja adalah masa transisi
badan yang cepat (termasuk organ-
atau peralihan, karena remaja belum
organ seksual) sampai hal-hal yang
memperoleh status orang dewasa
lebih bersifat psikis seperti usaha
tetapi tidak lagi memiliki status
penemuan identitas diri, mulai timbul
kanak-kanak (Calon dalam Haditono,
aspirasi masa depan dan bahkan
dkk, 2002). Aspek perkembangan
kecenderungan yang bertambah untuk
dalam masa remaja yang secara global
berontak pada otoritas (Jerstld, Brook dan brook, 1978). Masalah-masalah ii
berlangsung antara umur 12 dan 21
anak pertama dengan anak kedua
tahun dengan pembagian 12-15 tahun:
berkisar lima tahun atau lebih. Dia
masa remaja awal 15-18 tahun: masa
terbiasa dengan fasilitas dan perhatian
remaja pertengahan 18-21 tahun: masa
yang berlimpah dari semua orang
remaja akhir (dalam Haditono, dkk,
sebelum akhirnya dia mendapatkan
2002).
adik baru maka nya ana k yang
Keluarga merupakan suatu sistem
mengalami situasi seperti di atas bisa
kesatuan yang terdiri dari ayah, ibu
juga dikatakan sebagai anak tunggal
serta anak yang kesemuanya saling
(Hadibroto, 2002) Dalam
mempengaruhi dan dipengaruhi satu
teori
kelekatan
sama lain. Keluarga juga merupakan
(attachment)
kompetensi
sosial
tempat dimana anak memperoleh
ternyata dipengaruhi oleh pengalaman
kasih sayang dan perhatian (Landis,
awal kelekatan, terutama secure
1997).
attachment. Anak tunggal mempunyai
Suatu keluarga dikatakan sebagai
orangtua yang dapat mencurahkan
keluarga dengan anak tunggal jika
lebih banyak waktu dan memusatkan
didalamnya terdiri dari orangtua (ayah
lebih banyak perhatian pada mereka.
dan ibu) dengan satu orang anak
Anak tunggal lebih banyak bercakap-
(Landis, 1997). Hal yang sama juga
cakap dengan orangtua mereka, lebih
dikemukakan oleh Gunarsa S.D & Y.
banyak menghabiskan waktu berdua
Gunarsa D (2003), anak tunggal
dengan orangtua mereka (Falbo &
dalam keluarga diartikan bahwa dalam
Polit, dalam Papalia & Olds 2007).
suatu keluarga yang terdiri dari suami
Memiliki anak tunggal bukan tanpa
dan isteri hanya memiliki seorang
tantangan. Tantangan utama adalah
anak saja. Tapi sangat berbeda dengan
perlunya keyakinan kuat untuk tidak
yang dikemukakan oleh Hadibroto
te r pe n ga r u h ole h pa n da n ga n -
(2002) mengenai anak tunggal, ia
pandangan negatif tentang anak
mengatakan anak bisa dikatakan
tunggal (Gracinia, 2004).
sebagai anak tunggal bila jarak antara
iii
baik dalam mengembangkan perasaan
konflik ini, anak tidak mengenal bagaimana berhubungan dengan anak.
dan mengharapkan kerjasama dan
Seorang anak tunggal tidak atau
Anak tunggal mungkin kurang
minat sosial, memiliki sifat parasit dan
kurang
mengalami
pertentangan-
mengharapkan orang lain
petentangan yang biasanya terjadi di
memanjakan dan melindunginya
antara
(Adler dalam Awisol, 2004). Anak
Perselisihan, rasa iri hati, menolong,
tunggal cenderung memperlihatkan
pendekatan pribadi yang selalu
tingkahlaku sosial yang negatif.
terdapat dalam keluarga tidak pernah
Mereka kurang menaruh rasa hormat
dialaminya. Seolah-olah kehidupan
kepada orang yang lebih tua, tidak
anak tunggal tersebut begitu
mau bekerjasama, dan tidak memiliki
menyenangkan karena perlindungan
keterampilan untuk merawat diri
yang terus-menerus diberikan oleh
sendiri (Heng Keng, 1995). Lain
orang-orang dewasa yang berada
halnya dengan Falbo (dalam Berk,
disekelilingnya. Oleh karena itulah
1994), menyatakan bahwa anak
sering dialami adanya kelemahan
tunggal memperoleh skor harga diri
dalam hubungan antar pribadi di luar
yang tinggi dan mempunyai motivasi
lingkungan rumahnya. (Gunarsa S.D
untuk berprestasi yang tinggi.
& Y. Gunarsa D, 2003).
saudara-saudara
kandung.
Menurut Berk (1994), bahwa anak
Is tila h m ora l te rla lu be bas
tunggal ditakdirkan menjadi anak
digunakan sehingga arti sebenarnya
yang hanya berpusat pada dirinya
seringkali tidak diperhatikan atau
sendiri. Hal ini disebabkan karena
diabaikan. Perilaku moral berarti
anak tunggal tidak mengalami
perilaku yang sesuai dengan kode
hubungan yang khas dengan saudara
moral kelompok sosial. Moral berasal
kandung, baik hubungan kedekatan,
dari kata latin mores, yang berarti tata
maupun hubungan konflik. Tanpa
cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku
mengalami hubungan kedekatan dan
moral dikendalikan konsep-konsep moral peraturan perilaku telah
v
budaya dan yang menentukan pola
Kemudian remaja juga belajar bahwa peraturan diciptakan dan
perilaku yang diharapkan dari seluruh
dipertahankan
anggota
persetujuan
menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
kelompok.
Perilaku
tak
berdasarkan sosial
dan
bermoral ialah perilaku yang tidak
pengaplikasikannya bersifat relatif
sesuai dengan harapan sosial. Perilaku
bagi setiap orang maupun situasi (Rice, 1993).
demikian tidak disebabkan ketidakacuhan akan harapan sosial
Perkembangan moral remaja
melainkan ketidaksetujuan dengan
banyak dipengaruhi oleh lingkungan
standar sosial atau kurang adanya
dimana ia hidup. Tanpa masyarakat
perasaan wajib menyesuaikan diri.
(lingkungan), aspek moral remaja
Perilaku bermoral atau tidak bermoral
tidak dapat berkembang. Nilai-nilai
lebih disebabkan ketidakacuhan
moral yang dimiliki remaja lebih
terhadap harapan kelompok sosial
merupakan sesuatu yang diperoleh
da ripa da pela nggara n se nga ja
dari luar. Remaja belajar dan diajar
terhadap standar kelompok. Beberapa
oleh lingkungannya mengenai
diantara perilaku anak kecil lebih
bagaimana ia harus bertingkah laku
bersifat bermoral daripada
yang baik dan tingkahlaku yang
tidak
bagaimana yang dikatakan salah atau
bermoral (Hurlock E.B, 1978).
tidak baik. Lingkungan ini dapat
Anak yang sudah menginjak masa remaja membuat penilaian moral
berarti orangtua, saudara-saudara,
berdasarkan equity, yaitu penetapan
teman-teman, guru-guru dan
hukuman berdasarkan kemampuan
sebagainya (Gunarsa S.D & Y.
individu untuk mengambil
Gunarsa D, 2003).
tanggungjawab atas perilakunya.
Kohlberg mengajukan suatu teori
Remaja sudah tidak lagi terpaku pada
perkembangan moral. Ia mengatakan
fakta yang bersifat kongkrit tetapi
bahwa ada tiga tingkat perkembangan
sudah mampu mempertimbangkan
moral yang berurutan, dimana setiap
berbagai kemungkinan yang ada.
tingkat perkembangan moral terdiri
v
dari dua tahap perkembangan moral.
semakin seseorang berada pada tahap
Jadi ada enam tahap perkembangan
moral yang lebih tinggi (dalam Monks
moral. Dikatakan juga bahwa setiap
& dkk, 2002).
orang akan mengalami perkembangan
Kohlberg meneliti penilaian
moral secara bertahap dari tahap satu
moral dalam perkembangannya, jadi
sampai dengan tahap enam. Namun
apa yang dianggap baik (seharusnya
tidak semua orang dapat mencapai
dilakukan) dan tidak baik (tidak
tahap yang ke enam. Kohlberg juga
pantas dilakukan) oleh anak tahap
menjelaskan bahwa setiap
yang berbeda-beda.. Kohlberg
perkembangan moral menunjukan
melukiskan perkembangan moral anak
arah / orientasi tertentu, individu
dalam 6 tahap. Dalam tingkatan nol
yang berada pada tahap tertentu akan
anak menganggap baik apa yang
memberikan jawaban atau
sesuai dengan permintaan dan
argumentasi yang sesuai dengan
keinginannya. Tingkatan kedua yang
orientasinya. Kohlberg menetapkan
oleh Kohlberg disebut pra-
tahapan perkembangan moral ini
konvensional. Anak menganggap baik
dengan jalan menanyakan alasan /
atau buruk atas dasar akibat yang
a rgum e nta s i s e s e ora ng da la m
ditimbulkan oleh suatu tingkahlaku:
melakukan atau memilih suatu yang
hadiah atau hukuman (tahap 1).
dilihat oleh Kohlberg adalah
Dalam tahap pra-konvensional yang
bagaimana
seseorang
berikutnya (tahap 2) anak mengikuti
mempertanggung
jawabkan
apa yang dikatakan baik atau buruk
tindakannya. Ia juga mengatakan
untuk memperoleh hadiah atau
bahwa semakin tinggi tingkat atau
menghindari hukuman. Hal ini disebut
tahap perkembangan moral seseorang,
hedonisme instrumental. Sifat timbal
akan semakin tampak perbuatan-
balik disini memegang peranan, tetapi
perbuatan moralnya yang
masih dalam arti ”moral balas
bertanggungjawab. Semakin seseorang mendekati tahapan tersebut,
dendam”. Kedua tahap ini sesuai waktu dengan tahap pra-konvensional.
vi
Kemudian tahap operasional formal
Bila dihadapkan kasus yang seperti
memulailah juga perkembangan moral
berikut ini : misalnya, jika sejak kecil
yang sebenarnya. Dalam hubungan ini
pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa
K ohlberg mem be daka n a ntara
korupsi itu tidak baik. Pada masa
tingkatan konvensional (tahap 3 dan
remaja ia akan mempertanyakan
4) dan tingkatan pasca-konvensional
m e n ga pa d u nia s e ke l i li n g n ya
(tahap 5 dan 6). Dalam tahap 3 akan
membiarkan korupsi itu tumbuh
dinilai baik apa yang dapat
subur. Ha l ini tentu sa ja a kan
menyenangkan dan disetujui oleh
menimbulkan konflik nilai bagi sang
orang lain dan buruk apa yang ditolak
remaja. Konflik nilai dalam diri
oleh orang lain. Menjadi ”anak manis”
remaja ini lambat laun akan menjadi
masih sangat penting dalam periode
sebuah masalah besar, jika remaja
ini. Dalam tahap 4 ini tumbuh
tidak menemukan jalan keluarnya.
semacam kesadaran akan aturan yang
Kemungkinan remaja untuk tidak lagi m e m pe rca ya i nila i - nila i ya ng
ada karena dianggap berharga tetapi dengan
belum
ditanamkan oleh orangtua atau
dapat
mempertanggungjawabkan
pendidik sejak masa kanak-kanak
secara
akan sangat besar jika orangtua atau
pribadi. Tingkatan yang terakhir
pendidik tidak mampu memberikan
disebut pasca-konvensional untuk
penjelasan yang logis, apalagi jika
menunjukan bahwa dalam tahap
lingkungan sekitarnya tidak
operasional formal moral akhirnya
mendukung
akan berkembang sebagai pendirian
tersebut (Papalia, D.E. & Olds, S.W.
pribadi jadi lebih baik tida k
1995).
penerapan
nilai-nilai
tergantung daripada pendapat -
Masalah di atas menarik peneliti
pendapat konvensional yang ada
untuk meneliti perkembangan moral
(dalam Monks & dkk, 2002).
anak tunggal usia 15 – 18 tahun. Dimana usia 15 – 18 tahun itu adalah
Colby and K ohlberg dalam
masa remaja pertengahan. Mengapa
Lickona (1976) mengatakan bahwa individu yang berada pada tahap
remaja
tingkat konvensional (tahap 3 dan 4).
merupakan problematik yang pokok viii
karena
kehidupan
moral
– 18 tahun.
dalam masa remaja (Furter, 1976 dalam Monks, 2002) problematik
D. Manfaat penelitian
anak tunggal remaja sangatlah berbeda dengan anak remaja yang
1. Manfaat Teoritis
lain.
Penelitian ini dapat B. Pertanyaan Penelitian
digunakan
Bagaimana perkembangan moral
untuk
mengembangkan
dari anak tunggal pada usia 15 18 tahun?
ilmu
khususnya psikologi sosial, psikologi
Mengapa perkembangan moral
perkembangan
psikologi kepribadian. Penelitian ini dapat digunakan
anak tunggal pada usia subjek seperti itu?
sebagai awal untuk penelitian
Bagaimana proses perkembangan
berikutnya khususnya yang
moral dari anak tunggal pada
berhubungan
subjek?
perkembangan
dengan
moral
anak
dan bagaimana proses perkembangan
tunggal pada usia 15 – 18
moral dari anak tunggal pada usia 15
tahun.
2. Manfaat Praktis
C. Tujuan Penelitian
Hasil
Tujuan dari dilakukan penulisan
penelitian
ini
atau penelitian ini untuk memperoleh
diharapkan dapat dijadikan
gambaran dan penjelasan yang
masukan seta pemahaman
mendalam mengenai bagaimana moral
yang bermanfaat bagi yang
dari anak tunggal pada usia 15 – 18
m e m ba c a te r u ta m a a na k
tahun, mengapa moral anak tunggal
tunggal pada usia 15 – 18
pada usia 15 – 18 tahun seperti itu,
tahun, Penelitian ini dapat juga
viii
sebagai
masukan
bagi
kelompok
orangtua dan pendidik untuk
sosial.
Jadi,
suatu
tingkahlaku dikatakan bermoral
dapat membantu anak-anaknya
apabila tingkahlaku itu sesuai
terutama bagi anak tunggal
dengan nilai-nilai moral yang
karena
berlaku dalam kelompok sosial
setiap
anak
membutuhkan pengasuhan dan
dimana anak itu hidup.
pengarahan yang tepat dan
b. Karakteristik
harmonis
Perkembangan Moral
untuk
bisa
berkembang dengan baik.
Karakteristik-karakteristik dibawah ini mungkin dapat
B. Tinjauan Pustaka
membantu anda memahami arti manusia yang baik (Wahyuning
1. Perkembangan Moral
W, Jash, Rachmadiana M.H,
a. Pengertian Moral
2003), yaitu:
Perkembangan moral adalah
1) Setia, jujur dipercaya
istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan yang berkaitan dengan
dan
dapat
2) Baik hati, penyayang, empati, peka dan toleran
aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam
3) Pekerja keras, bertanggung jawab dan memiliki disiplin diri
berinteraksi
dengan orang lain. Berkaitan juga dengan kemampuan seseorang untuk
membedakan
4) Mandiri, mampu menghadapi tekanan kelompok
antara
perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral
5) Murah hati, memberi dan tidak mementingkan diri sendiri
juga
6) Memperhatikan dan memiliki
melandasi
dan
mengendalikan seseorang dalam
penghargaan tentang otoritas
bersikap dan bertingkahlaku.
yang sah, peraturan dan hukum
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral x
7) Menghargai diri sendiri dan hak orang lain
Kohlberg yang menyatakan
8) Menghargai
kehidupan,
menggunakan standar eksternal
kepemilikan alam, orang yang
(hadiah atau hukuman) namun
lebih tua dan orang tua
juga telah memiliki standar
9) Santun dan memiliki adab kesopanan
internal tertentu (Lawrence E
10) Adil dalam pekerjaan dan permainan
2002) . Apabila dianalisis
11) Murah hati dan pemaaf,
Wahyuning
walaupun individu masih
Kohlberg dalam Monks & dkk, karakteristik perilaku moral dari W,
Jash,
mampu memahami bahwa
Rachmadiana M.H, ternyata
balas de ndam tida k ada
karakteristik perilaku moral
gunanya
tersebut sesuai dengan standar
12) Selalu
ingin
melayani,
moral internal dari tahap
memberikan sumbangan pada
konvensional Kohlberg. Dengan
keluarga, masyarakat, negara,
demikian
agama dan sekolah
Wahyuning
karakteristik W,
moral Jash,
13) Pemberani
Rachmadiana M.H, tersebut dapat
14) Tenang, damai dan tentram
digunakan untuk menggambarkan
Wahyuning
W,
ciri-ciri perkembangan moral
Jash,
tahap konvensional.
Ra c hm a d ia na M. H ( 2 0 0 3)
c. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
menyusun karakteristik moral yang bersifat umum, dan cocok
Faktor keluarga
dengan tahap konvensional berdasarkan perkembangan
Faktor
tahapan moral
adalah keluarga. Rice (1993) menyatakan bahwa semua
karakteristik tahap konvensional moral
paling
mempengaruhi penilaian moral
dari
Kohlberg. Dikatakan cocok karena
perkembangan
yang
dari
x
penelitian
mengenai
anak. Hubungan orangtua
perkembangan moral anak dan
anak yang dianggap
remaja
menekankan
penting (prioritas tinggi)
pentingnya peran orang tua
dalam jangka waktu yang
dan keluarga. Terdapat
la m a (dura s i ting g i),
beberapa faktor keluarga yang
dikarakteristikan dengan
berhubungan secara signifikan
kedekatan
dengan pembelajaran moral
(intensitas tinggi) serta
pada anak (Zelkowitz, 1987,
jumlah kontak dan
dalam Rice, 1993):
komunikasi yang maksimal
1.
kehangatan,
(frekuensi tinggi),
penerimaan
dan
memiliki efek positif pada
kepercayaan
yang
perkembangan moral anak.
Tingkat
ditunjukan terhadap anak. Anak
emosi
2. frekuensi interaksi dan komunikasi antara
cenderung
mengagumi dan meniru
orangtua dan anak
orangtua
Teori
yang
hangat,
role
modeling
mengatakan bahawa identifikasi anak terhadap
sehingga menumbuhkan sifat yang baik pada anak. assosiation dari Sutherland
orangtua frekuensi
dan Cressey (1966, dalam
orangtua-anak. Orangtua
Rice, 1993) menjelaskan
yang sering berinteraksi
bahwa prioritas, durasi,
secara
intensitas dan frekuensi
anaknya cenderung lebih
dari hubungan orangtua
mempunyai
anak memfasilitasi
terhadap
kehidupan
pembelajaran moral dan
anaknya.
Interaksi
perilaku kriminal pada
orangtua-anak memberikan
Teori
differential
xi
dipengaruhi interaksi
intensif
dengan pengaruh
kesempatan
untuk
pembahasaan dan
internalisasi nilai dan standar pa da ana k,
nilai-nilai
terutama
norma-norma,
terutama
bila
dilakukan
ketika
penjelasan
interaksi secara
disertai
demokratis dan bersifat
dengan afeksi sehingga anak cenderung untuk
mutual.
menerima. menginginkan
3. Tipe dan tingkat disiplin yang dijalankan orangtua Hasil
dan
membutuhkan arahan orangtua.
penelitian
menunjukan
Remaja
bahwa
c.
A
disiplin mempunyai efek
dil dan sesuai serta
ya ng pos itif te rha da p
menghindari kekerasan
pembelajaran moral ketika:
Orangtua
a. Konsisten, baik intraparent (konsisten
menggunakan
dalam disiplin
kekerasan menyimpang
melakukan
dari tujuan disiplin,
maupun
yaitu, mengembangkan hati nurani, sosialisasi,
interparent (konsisten antara kedua orangtua) b. Kontrol
yang
dan
kooperasi
(Herzberger
terutama
and
dilakukan secara verbal
Tennen, 1985, dalam
melalui
penjelasan
Rice, 1993). Orangtua
guna mengembangkan
yang terlalu permisif
kontrol internal pada
juga
anak. Orangtua yang
perkembangan
melakukan penjelasan verbal secara jelas dan
sosialisasi dan moral anak karena mereka
resional menghasilkan
tidak bantuan
xiii
menghambat
memberikan untuk
mengembangkan kontrol dalam diri anak. d. Bersifat
ekonomi
berbeda
membantu perkembangan moral (Kohlberg, 1996,
demokratis,
dalam Rice, 1993).
bukan permisif ataupun autokratik.
d. Tahap-tahap Perkembangan Moral Adapun
4. Contoh yang diberikan orangtua bagi anak Hasil
yang
tahap-tahap
perkembangan moral yang sangat
penelitian
dikenal ke seluruh dunia adalah
bahwa
yang dikemukakan oleh Lawrence
perilaku menyimpang ayah
E Kohlberg (dalam Monks & dkk,
berkorelasi
secara
2002) membagi perkembangan
signifikan dengan perilaku
moralitas ke dalam 3 tingkatan
devian anak pada masa
yang masing-masing dibagi
remaja dan dewasa.
menjadi 2 stadium hingga
Sangatlah penting bagi
keseluruhannya menjadi 6
orangtua untuk menjadi
stadium, sebagai berikut:
sosok yang bermoral jika ingin memberikan model
a) Pra-Konvensional Pada tahap ini belum terjadi
positif bagi anak mereka
internalisasi nilai moral pada
untuk ditiru.
diri
menunjukan
individu.
Individu
5 . Kesempatan untuk mendiri
berespon pada label
yang disediakan orangtua
baik/buruk dan benar/salah,
Pengaruh peer juga
namun
penting perkembangan
intepretasi
tersebut
bagi
dilakukan
berdasarkan
anak.
konsekuensi
fisik
(hadiah,
Kontak sosial dengan
hukuman dan exchange of
orang-orang dari budaya
favors) maupun kekuatan fisik
dan latar belakang sosial
yang dimiliki pemberi label.
xiii
Sarwono (2001) mengatakan
orang lain yang disenangi.
bahwa tahap ini biasanya
Sesuatu dianggap benar
dimiliki oleh anak-anak yang berusia di bawah sembilan
apabila memberikan kepuasan bagi dirinya dan
tahun dan sebagian remaja serta
orang dewasa
terkadang bagi orang lain.
yang
Membangun
hubungan
penalaran moralnya terlambat atau kurang berkembang.
resprokal secara pragmatis
1. Orientasi Terhadap Kepatuhan dan Hukuman
saya maka saya membantu
(”kalau kamu membantu kamu”). b) Konvensional
Suatu tingkahlaku dinilai benar bila tidak
Pada tahap ini sudah mulai
dihukum dan salah bila
terjadi internalisasi nilai moral
perlu dihukum. Seseorang
walaupun belum sepenuhnya
harus patuh pada otoritas
terinternalisasi. Individu masih
karena
menggunakan standar
otoritas
tersebut
berkuasa.
eksternal (hadiah atau
2. Orientasi Naif Egoistis atau Hedonisme Instrumental
hukuman) namun juga telah
Masih mendasarkan
menambahkan bahwa tahap ini
pada orang atau kejadian di
dimiliki oleh remaja dan
luar diri individu, namun
sebagian besar orang dewasa
sudah
dalam masyarakat.
alasan
memperhatikan perbuatannya,
memiliki
standar
internal
tertentu.
Sarwono
(2001)
3. Orientasi Anak Baik
misalnya mencuri dinilai
Anak menilai suatu
salah, tetapi masih bisa
perbuatan itu baik bila ia
dimaafkan bila alasannya
dapat menyenangkan orang
adalah untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau
xv
lain,
bila
dapat
mengekplorasi kemungkinan
dipandang sebagai anak
yang ada, dan mengambil
wanita atau anak laki-laki
keputusan berdasarkan kode
yang baik yaitu ia dapat
moral personal. Sarwono
berbuat seperti apa yang
(2001) menyatakan bahwa
diharapkan oleh orang lain
tahap ini tidak dimiliki oleh
atau oleh masyarakat.
semua orang dewasa,
4. Orientasi
ia
Pelestarian
melainkan hanya terjadi pada
Otoritas dan Aturan Sosial
sebagian dari mereka.
Anak melihat aturan
5. Orientasi Legalistik
sosial yang dan sebagai
Kontrol
Memahami
sesuatu yang harus dijaga
bahwa
dan dilestarikan. Seorang
merupakan
dipandang bermoral bila ia
(perjanjian) antara diri
melakukan tugasnya dan
orang
dengan demikian dapat
Individu harus memenuhi
melestarikan aturan dan
kewajiban-kewajibannya
sistem sosial.
tetapi
c) Pasca-Konvensional
dan
masyarakat
kontrol
masyarakat.
sebaliknya harus
Pada tahap ini nilai moral telah
menjamin kesejahteraan
terinternalisasi sepenuhnya
individu. Peraturan dalam
dan tidak berdasarkan standar
masyarakat adalah
orang lain. Kontrol terhadap
subjektif.
perilaku bersifat internal dan konflik antara dua standar
6. Orientasi yang Mendasarkan Atas Prinsip dan Konsensia Sendiri
sosial mungkin saja terjadi.
Peraturan dan norma
Individu menyadari adanya
adalah subjektif begitu
alternatif dari jalur moral,
pula batasan-batasannya
memiliki persepsi bahwa
xv
adalah subjektif dan tidak
penelitian ini adalah anak tunggal usia
pasti. Dengan demikian
15 – 18 tahun. Sementara itu subjek
maka ukuran tingkahlaku
penelitian dalam penelitian ini terdiri
moral adalah konsensia
dari satu orang subjek dengan 1 orang
orang sendiri, prinsipnya
significant others.
sendiri lepas daripada 7. Tahap-tahap Persiapan
segala norma yang ada. Kohlberg menyebut prinsip
a. Tahap Persiapan, peneliti membuat
ini sebagai prinsip moral
pedoman wawancara dan pedoman
yang universal, suatu
observasi yang disusun berdasarkan
norma dasarnya
moral
yang
beberapa teori yang relevan dengan
ada
dalam
masalah. Selanjutnya peneliti akan
orangnya
m e nc a ri c a lon s ubj e k de nga n
konsensia sendiri.
karakteristik
sebagaimana
telah C. Metode Penelitian
disebutkan dalam subjek penelitian. Setiap perkembangan dilaporkan dan
1. Pendekatan Kualitatif
dikonsultasikan
Dalam penelitian ini peneliti
kepada
dosen
pembimbing.
menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti bertujuan agar
b. Tahap pelaksanaan, Peneliti terjun
mendapatkan pemahaman yang
langsung ke
mendalam dari masalah yang peneliti
melakukan observasi dan wawancara
teliti dan memberikan gambaran
secara terpisah. Setelah itu, peneliti
melalui pengamatan yang dilakukan
memindahkan
dalam latar (setting) yang alamiah
berdasarkan wawancara dan hasil
(naturalistic) bukan hasil perlakuan
observasi ke dalam bentuk verbatim
(treatment) atau manipulasi variabel
tertulis, kemudian peneliti melakukan
yang dilibatkan. Subjek Penelitian Karakteristik
subjek
dalam
xviii
lapangan untuk
hasil
rekaman
analisis data dan interpretasi data
semacam
sesuai dengan langkah-langkah yang
pedoman
yang
mencantumkan isu-isu yang harus
dijabarkan pada bagian teknik analisis
diliput tanpa menentukan urutan
data. Terakhir peneliti membuat
pertanyaan, peneliti juga
diskusi dan kesimpulan dari seluruh
mengembangkan pedoman tersebut
hasil penelitian.
berdasarkan kondisi di lapangan. Hal ini dilakukan agar lebih efektif dalam
4. Teknik Pengumpulan Data
menggali informasi yang diperlukan.
Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang terbuka dan luwes,
5. Alat Bantu yang Digunakan dalam Penelitian
metode dan tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat
Dalam penelitian, informasi atau
be ra ga m , dis e s ua ika n de nga n
data yang dibutuhkan bisa dalam
masalah, tujuan penelitian, serta sifat
bentuk verbal dan non verbal. Oleh
objek yang diteliti.
sebab itu dalam melakukan observasi
Dalam penelitian ini observasi
dan wawancara peneliti memerlukan
yang dilaksanakan oleh peneliti adalah
beberapa alat bantu yang dapat
pengamatan tidak berperan serta atau
digunakan sebagai sarana untuk
non partisipan, karena peneliti tidak
mempermudah proses jalannya suatu
terlibat secara langsung dengan
penelitian. Beberapa sarana atau
aktivitas
hanya
instrumen yang digunakan adalah
mengamati sesuai waktu yang telah
menggunakan media perekam suara,
ditentukan atau yang telah dibuat
catatan atau tulisan tangan, pedoman
peneliti dengan kesepakatan subjek.
wawancara, dan pedoman observasi.
Meskipun demikian, informasi atau
6. Keakuratan Penelitian
subjek,
peneliti
data yang diperoleh tetap memenuhi
Untuk mencapai keakuratan dalam
kriteria atau standar yang diinginkan.
suatu
Sedangkan pendekatan wawancara
penelitian
dengan
metode
kualitatif, ada beberapa teknik yang
dengan pedoman umum, yaitu
xviii
digunakan dan salah satu teknik
Setelah maksud dan tujuan telah di
tersebut adalah triangulasi.
ketahui oleh calon subjek maka
Triangulasi
peneliti
adalah
suatu
teknik
menjelaskan
lebih
rinci
pemeriksaan keakuratan data yang
mengenai penelitian yang dilakukan
memanfaatkan sesuatu yang lain di
peneliti agar subjek lebih mengerti
luar data untuk keperluan pengecekan
dan merasa nyaman dengan peneliti
atau sebagai pembanding terhadap
sehingga penelitian dapat berjalan
data itu. Triangulasi dapat dibedakan
de nga n ba ik . Se be lum pr os e s
m e n ja di e m a pa t m a c a m ya i t u
pengambilan data, peneliti
triangulasi data, pengamat, teori, dan
mempersiapkan pedoman wawancara,
metodologis.
pedoman observasi, dan memepersiapkan alat-alat penelitian
7. Teknik Analisa Data
berupa tape recorder, kertas dan alat
Data yang diperoleh akan di analisa
tulis. Hal ini dilakukan agar proses
dengan menggunakan teknik analisa
pengumpulan data dapat berjalan
data kualitatif. Adapun tahapan
dengan baik dan lancar.
tersebut adalah mengorganisasikan
2. Pelaksanaan Penelitian
data, mengelompokkan data, analisis
Kegiatan wawancara dalam penelitian
kasus, dan menguji asumsi.
ini dilakuakn pada tanggal 5 Mei 2008 dan wawancara dengan subjek
D. Hasil Dan Analisis
dilaksanakan dirumah significant other. Sedangkan kegiatan wawancara
1. Persiapan Penelitian
dengan significant other, yaitu ibu subjek dilakukan pada tanggal 7 Mei
Pertama kali yang dilakukan oleh
2008 dan dilakukan dirumah
peneliti sebelum proses pengambilan
significant other
data dilakukan, peneliti terlebih
Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Mei 2008
dahulu mencari anak tunggal yang berusia 15 – 18 tahun.
xviii
2008 yang dilakuka n dirumah significant other
mengerjakan tugas kelompok dan pendapatnya ditolak tidak membuat dia marah tetapi malah
3. Hasil Observasi dan Wawancara a. Gambaran Umum Subjek
menerima dan mau mendengarkan pendapat teman-teman yang lain
Subjek adalah seorang anak berusia
Subjek tidak meninggalkan teman
19 tahun, dengan tinggi sekitar 110
s a t u ke lo m p o k n ya . S u bje k
cm dan berat kira-kira 27 kg. Kulit
memahami kapan waktunya
subjek sawo matang dan rambutnya
be rm a in da n be la ja r m e s ki
pendek.
terkadang masih suka diingatkan. Subjek lebih memilih untuk
E. Penutup
belajar meski ternyata dia lebih
1. Simpulan
suka bermain sementara padahal a. Gambaran perkembangan moral anak tunggal pada usia 15 – 18 tahun Pada
kasus
sebenarnya subjek lebih suka bermain dari pada belajar. Subjek bila mengerjakan tugas dikerjakan
subjek,
dengan baik, maksimal dan serius. terungkap bahwa subjek bila
Bila tidak ada yang dimengerti
mendapat tugas kelompok akan
maka subjek akan menanyakan
mengerjakannya dengan teman
kepada yang mengerti. Dikerjakan
kelompoknya tidak individu dan
dan
subjek orangnya aktif. berani
pada
guru perintahkan dan selalu dicoba
ketidakcocokan dalam kelompok
ke rja ka n s e ndiri d ulu ba ru
belajarnya. Dia tidak merasa takut
ditanyakan mana yang subjek
bila nantinya dikeluarkan dari Subjek
tepat
waktunya sesuai dengan ibu/bapak
untuk menentang bila ada
kelompoknya.
dikumpulkan
tidak bisa. Subjek pun membuat
dalam
jadwal untuk kepentingan
mengemukakan pendapat dalam
sekolahnya. Subjek suka sesuatu yang terorganisir. Subjek dalam
xx
membuat suatu keputusan itu pasti
membela diri juga berani untuk
subjek laksanakan keputusan yang
mengatakan siapa sebenarnya
sudah di ambil. Subjek
yang bersalah. Subjek pernah
mempunyai banyak teman baik itu
dim inta i tolong diba ntuka n
laki-laki mapun perempuan dan
mengerjakan tugas tetapi subjek
teman dekat subjek ini ada yang di
hanya membantu sebatas
sekolah maupun di rumah. Untuk
menerangkan saja tidak membantu
menyenangkan teman dekatnya
mengerjakan semua. Subjek
subjek mau menemani kemana
sangat perhatian bila orangtua
saja, melakukan apa saja selama
maupun
itu masih sebatas wajar. Subjek
Terutama dengan orangtua subjek
menjaga dengan baik curhatan
tidak berani meninggalkan dan
teman-temannya. Teman-teman
selalu kepikiran. Subjek pun mau
subjek sudah percaya kepada
menghibur bila orangtua maupun
subjek dan subjek menjaga dengan
teman yang sedang bersedih
cara tidak membocorkannya ke
dengan cara menceritakan hal-hal
orang lain. Subjek menjaga
yang lucu. Subjek mau memberi
dengan baik bila ada teman yang
sumbangan bila melihat pengemis
menitipkan
kepadanya.
maupun pengamen. Subjek pun
Subjek bersedia waktu dimintai
mau memberi bantuan kepada
tolong bawakan barang padahal
teman yang sedang kesusahan
waktu itu subjek pun sedang
dalam hal keuangan. Subjek bila
membawa banyak barang. Subjek
bertemu mau mencium tangan,
pernah berbohong tetapi kemudian
memberi salam dan berbicara
subjek mengatakan sejujurnya
pelan, sopan kepada orang yang
kepada orang yang bersangkutan.
lebih tua.Subjek pernah melanggar
Subjek juga pernah disalahkan
peraturan di sekolah yaitu datang
atas sesuatu yang tidak subjek
telat tetapi belum pernah
lakukan dan subjek berani untuk
melanggar peraturan di luar
barang
xx
teman
sedang
sakit.
sekolah. Subjek datang tepat
Subjek mengerjakan tugas dengan
waktu bila janjian dengan
baik, maksimal dan serius karena
temannya. Tetapi subjek bila
subjek orang yang teliti dan ingin
janjian dengan teman-temannya
mendapat hasil bagus juga tidak
yang ternyata berbeda arah tujuan
ada yang meremehkan subjek.
pergi maka subjek lebih memilih
Subjek mau menyerahkan tugas
teman-temannya yang mengikuti
tepat waktu karena subjek sangat
maunya dia.
teliti. Bila diminta serahkan tugas
Berdasarkan
pembahasan
besok pasti besok diserahin dan
diatas, ada kesesuaian antara kasus
dikerjakan dengan baik Menurut
subjek dengan teori menurut
subjek dia bila ada masalah
whayuning W, Jash, Rachmadiana
langsung menceritakannya kepada
M.H (2003) tentang karakteristik
temannya
perkembangan moral. b.
Faktor-faktor
kasus
menurut
significant other, subjek bila ada yang
menyebabkan perkembangan moral anak tunggal pada usia 15 – 18 tahun Pada
sementara
subjek,
terungkap bahwa subjek tetap menerima dan gabung meski pendapatnya di tolak oleh teman kelompoknya karena mungkin saja mereka mempunyai pendapat yang lebih baik dan dalam kelompok harus ada kesepakatan bersama
tugas yang sulit selalu dicoba dulu baru meminta bantuan temannya yang bisa. Subjek bila dimintai bantuan untuk mengerjakan tugas oleh temannya dia hanya membantu sebatas menerangkan saja tidak membantu mengerjakan karena dia merasa temannya itu harus belajar sendiri jadi bila ada tugas yang sama temannya bisa mengerjakan sendiri. Subjek selalu melakukan penjadwalan untuk
juga karena subjek merasa mereka
urusan sekolahannya seperti kapan
semua adalah teman subjek.
mengerjakan dan menyerahkan tugas karena subjek tidak mau ada
xxiii
yang terlewatkan nantinya. Subjek
dia mau mengatakan yang
dalam membuat keputusan itu
s e jujurn ya ba hw a dia te la h
pasti subjek laksanakan karena dia
berbohong karena dia tidak mau
tidak mau mengikuti keputusan
nantinya
orang lain dan lagi pula membuat
sementara menurut significant
keputusan
mebutuhkan
other, subjek mau mengatakan
pertimbangan panjang jadi jangan
yang sebenarnya karena subjek
sampai menjadi percuma. Subjek
tahu bahwa dia salah dan dia harus
bila janjian selalu datang tepat
mengatakan yang sebenarnya.
pada waktunya karena subjek
Subjek lebih memilih temannya
tidak mau membuat orang
yang mengikuti maunya dia
menunggu dan dia tidak mau
karena subjek tidak mau pergi
menunggu. Subjek mau menemani
jalan bila temanya tidak mengikuti
kemana saja dan melakukan apa
maunya dia. Subjek mau
saja untuk teman dekatnya itu
membantu bila dimintai tolong
karena subjek sudah merasa sangat
bawakan barang padahal subjek
dekat dan sangat perduli dengan
juga lagi bawa barang banyak
teman terutama dengan teman
karena subjek merasa kalau bisa
dekatnya. Menurut subjek dia mau
dibantu kenapa tidak. Subjek mau
menjaga barang milik temannya
membantu bila dimintai tolong
yang dititipkan kepadanya karena
bawakan barang padahal subjek
subjek tidak mau nantinya
juga lagi bawa barang banyak
dirugikan dengan dijauhin oleh
karena subjek merasa kalau bisa
teman-temannya. Tetapi menurut
dibantu kenapa tidak. Subjek
significant other, subjek mau
sangat perhatian sekali bila ada
karena dia merasa sesama teman
orangtua maupun teman yag sakit
harus saling menjaga. Apalagi
karena subjek orangtua adalah
menjaga barang yang dititipkan itu
orang terpe nting dan s uda h
seperti amanah. Menurut subjek
menjadi kewajibannya sebagai
xxiii
kehilangan
temannya
anak merawat dan menjaga saat
jauh dan rawan macet tetapi
mereka sakit. Dengan teman
subjek belum pernah melanggar
subjek tidak tega bila melihat
peraturan diluar sekolah.
teman yang sedang sakit. Subjek
Berdasarkan pembahasan
mau menghibur bila orangtua
diatas, ada kesuaian antara kasus
maupun teman yang sedang
subjek
bersedih karena subjek tidak mau
Zelkowitz (1987, dalam Rice,
melihat orangtua maupun
1993) tentang faktor yang
dengan
teori
menurut
mempengaruhi perkembangan
temannya bersedih. Subjek mau
moral.
memberi sumbangan kepada pengemis dan pengamen karena
c. Bagaimana perkembangan moral anak tunggal pada usia 15 – 18 tahun
subjek merasa mereka perlu dibantu. Subjek pun mau membantu teman yang sedang
Pada
kesusahan dalam hal keuangan
kasus
subjek,
terungkap bahwa subjek waktu
karena subjek merasa temannya
masih kecil lebih banyak
pe rlu diba nt u. Su b je k m a u
mendengarkan dan mengikuti apa
mencium tangan, memberi salam
yang dibilang sama teman
dan berbicara pelan, lembut, sopan
kelompoknya. Subjek tidak berani
bila bertemu dengan orang yang
untuk berpindah kelompok yang
lebih tua karena untuk
sudah dipilihkan oleh ibu/bapak
menghormati dan karena takut
guru meski subjek tidak merasa
di k ira s om b o n g s e m e n ta ra
cocok. Bila subjek menolak
menurut significan other karena
permintaan teman kelompoknya
untuk tetap menjalin hubungan
subjek nanti tidak boleh
baik. Subjek pernah melakukan
bergabung
pelanggaran didalam sekolah yaitu
dengan
mereka.
Dibandingkan dengan waktu
telat datang kesekolah karena
subjek sekarang, subjek sudah bisa
jarak rumah ke sekolah lumayan
xxiii
mengemukakan pendapat dan
ke c il m e nja ga de n ga n ba i k
lebih aktif dalam mengerjakan
curhatan teman-temannya karena
tugas kelompok, sama-sama
s u b je k m e ra s a ta k ut s e ka li
menemukan solusinya. Tetapi
kehilangan teman-temannya
subjek juga tidak suka ganti-ganti
apalagi dengan teman yang sangat
kelompok. Subjek mau melakukan
dekat dengannya. Subjek takut
apa saja yang teman dekatnya
nanti mereka pada menjauhinya.
suruh karena subjek tidak mau
Dan sampai saat ini belum pernah
nantinya
itu
ada keluhan dari teman-temannya
menjauhi dan tidak mau main lagi
tentang bocornya curhatan yang
sama subjek hanya karena subjek
diceritakan ke subjek. Subjek yang
menola k pe rm intaan teman
sekarang mau menjaga dengan
dekatnya itu dan karena subjek
baik curhatan teman-temannya
merasa dia adalah teman dekatnya
karena menurut subjek untuk
dan subjek tidak merasa keberatan
menceritakan rahasia kita ke orang
dimintain melakukan apa saja
itu butuh keberanian dan bila
untuk teman dekatnya. Subjek
orang sudah percaya sama kita
merasa senang saja dapat
harus jaga kepercayaan itu. Subjek
melakukan sesuatu untuk
yang sekarang mau membantu bila
temannya. Subjek saat dimintai
dimintai bantukan bawakan
tolong untuk menjagai barang
barang yang padahal saat itu
milik temannya subjek benar-
subjek sedang dalam keadaan
benar menjaganya dengan baik
membawa banyak barang juga
karena subjek merasa harus
karena subjek merasa dia teman
menjaganya dan subjek tidak mau
subjek kalau bisa dibantu kenapa
dirugikan nanti, dirugikan seperti
tidak dibantu. Subjek bila
dijauhin hanya karena subjek tidak
orangtua maupun teman yang sakit
dapat menjaga barang milik
subjek sangat perhatian. Alasan
temannya itu. Subjek waktu masih
subjek mau menjaga dan merawat
teman
dekatnya
xxviii
orangtua yang sedang sakit karena
keputusan dan keputusan itu pasti
itu sudah menjadi kewajiban
dilakukan oleh subjek. Subjek
seorang anak. Sementara bila
waktu masih kecil maupun subjek
dengan teman itu bentuk kasih
yang sekarang bila mendapat
sayang sebagai seorang teman.
tugas selalu di coba dikerjakan
Subjek baik dia waktu masih kecil
sendiri dulu baru setelah ada yang
maupun sekarang mau
tidak bisa ditanyakan kepada yang
mengerjakan tugas dengan baik,
bisa dan mengerti. Subjek waktu
serius dan maksimal karena takut
masih kecil belum bisa membuat
nanti mendapat hasil yang tidak
keputusan tetapi subjek yang
bagus. Subjek baik dia waktu
sekarang sudah bisa membuat
masih kecil mau mengumpulkan
keputusan dan keputusan itu pasti
tugas tepat pada waktunya karena
dilakukan oleh subjek. Subjek baik
ta kut na nti dima rahin ole h
masih kecil maupun yang
ibu/bapak guru dan subjek yang
sekarang
sekarang mau mengumpulkan
pendapat saat diskusi kelompok
tugas tepat pada waktunya karena
subjek tidak merasa keberatan saat
subjek orangnya teliti dan tidak
pendapatnya ditolak karena subjek
mau orang lain meremahkannya.
merasa mungkin mereka punya
Subjek waktu masih kecil maupun
pendapat yang lebih baik. Subjek
s u b j e k y a n g s e k a ra n g b i l a
waktu masih kecil saat melihat
mendapat tugas selalu di coba
pengamen dan pengemis dijalan
dikerjakan sendiri dulu baru
subjek selalu memberi sumbangan
setelah ada yang tidak bisa
karena subjek merasa kasihan dan
ditanyakan kepada yang bisa dan
ingin bantu. Subjek yang sekarang
mengerti. Subjek waktu masih
mau memberi sumbangan kepada
ke c i l be l um b is a m e m b ua t
pengemis dan pengamen karena
keputusan tetapi subjek yang
subjek merasa harus menolong
sekarang sudah bisa membuat
sama sesamanya. Subjek baik
xxviii
bila
mengemukakan
waktu masih kecil maupun subjek
ba hwa dia ya ng me la kuka n
yang sekarang mau membantu
kesalahan itu. Alasannya karena
teman yang sedang kesusahan
subjek merasa tidak enak sama
dalam keuangan karena subjek
teman dan subjek pun tidak mau
merasa teman harus dibantu.
nanti temannya membencinya.
Subjek waktu masih kecil belum
Subjek yang sekarang merasa
bisa mengatur kapan waktunya
perlu menceritakan yang
belajar dan kapan waktunya
sebenarnya karena subjek merasa
bermain. Subjek masih suka
tidak enak dan temannya sudah
diingatkan oleh mamanya. Tetapi
sangat baik sekali selama temanan
Subjek yang sekarang lebi h
sama subjek. Subjek merasa takut
m e m il i h be la ja r m e s k i dia
bila temannya marah dan tidak
menyukai bermain karena subjek
mau temanan lagi sama subjek
sudah tahu pentingnnya belajar
ha nya ka re na s u bje k s u da h
untuk masa depannya nanti.
bohong. Menurut Significant
Subjek waktu masih kecil bila
Other, subjek waktu masih kecil
janjian dengan temanya selalu
berani untuk mengatakan yang
datang tepat waktu karena subjek
sebenarnya. Subjek mengakui
me ra sa ma lu. Sama tema n -
ba hwa dia ya ng me la kuka n
temannya. Begitupun subjek yang
kesalahan itu karena subjek
sekarang selalu datang tepat waktu
merasa bersalah. Subjek yang
karena subjek tidak mau membuat
sekarang mau mengatakan yang
orang lain menunggu.
sebenarnya karena subjek tahu
Adanya ketidaksesuaian
bahwa dia salah dan dia harus
antara jawaban subjek dengan
mengatakannya yang sebenarnya.
significant other. Subjek waktu
Subjek waktu masih kecil belum
masih kecil saat melakukan
berani untuk membela diri saat
kesalahan awalnya subjek diam
subjek disalahkan atas sesuatu
tetapi kemudian subjek mengakui
yang tidak subjek lakukan karena
xxviii
subjek merasa tidak enak. Subjek
belum bisa membuat jadwal
yang sekarang mau membela diri
sendiri. Subjek yang sekarang
saat disalahkan atas sesuatu yang
sudah bisa mengatur jadwalnya
tidak subjek lakukan karena
sendiri.
subjek merasa itu sangat perlu
Berdasarkan pembahasan
karena subjek tidak bersalah dan
diatas, ada kesesuaian antara kasus
subjek tidak suka orang menuduh
subjek dengan teori menurut
yang macam-macam.
Lawrence E Kohlberg (dalam Monks & dkk, 2002) tentang
Subjek waktu masih kecil
tahap-tahap perkembangan moral.
lebih memilih untuk tetap gabung dengan teman kelompok yang sebenarnya tidak cocok. Menurut subjek waktu dia kecil akan melapornya ke ibu/bapak guru tetapi menurut significant other subjek lebih memilih nurut dan ga banyak tingkah. Tetapi subjek yang sekarang baik menurut subjek maupun significant other, subjek mau tetap gabung karena subjek merasa itu adalah tugas kelompok dan harus dikerjakan secara kelompok juga. Subjek waktu masih kecil sudah membuat jadwal untuk kegiatan dan tugas sekolahnya tetapi itu masih suka di i n ga t ka n ole h m a m a n ya . Sementara menurut significant
2. Saran a.
Untuk subjek
Sebaiknya subjek memilih teman secara bijaksana karena umumnya anak tunggal bergaul lebih baik dengan orang yang jauh lebih tua atau yang jauh lebih muda daripada dirinya sendiri. Usahakan untuk memperoleh eksposur dengan kedua kelompok tersebut, karena mereka adalah pribadi-pribadi yang cocok dengan subjek sehingga kemungkinan terjadi pertikaan dengan mereka sangat kecil. b.
Untuk keluarga subjek
Sebaiknya orangtua, terutama bagi orangtua yang memiliki anak tunggal juga ba gi ora n gt ua ya ng ba ru memiliki anak pertama dan belum
other subjek waktu masih kecil
xxviii
dikaruniai anak lagi agar jangan
atau subjek anak tunggal yang hanya
terlena de nga n tole ransi semu
mempunyai bapak/ibu saja.
terhadap perilaku anak tunggal. DAFTAR PUSTAKA
Karena orangtua terkadang menutup mata dari ketidakberesan perilakunya
Basuki, H. 2006. Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kamanusian dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma.
atau justru membiarkan diri orangtua terbawa arus pandangan negatif tentang anak tunggal. Tidak dapat
Berk, L.E. 1994. Child Development. Singapore: Allyn and Bacon.
dipungkiri, memang banyak anak tunggal yang kemudian tumbuh
Bull, N.J. 1970. Moral Judgment From Childhood To Adolescene. London: Routledege & Kegan Paul.
menjadi anak yang bermasalah tetapi anak tunggal pun bisa sangat berpote nsi menjadi anak yang
Conger, JJ. 1991. Adolescene And Youth: Psychological Development In A Changing World. USA: Harper Collins Publisher, Inc.
berprestasi. Karena semua anak yang dibesarkan dengan cara yang salahlah yang sangat berpotensi untuk menjadi anak yang bermasalah. Tidak perduli apakah anak itu anak sulung, anak
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia.
tengah, anak bungsu, anak kembar, semua berpotensi untuk menjadi anak yang bermasalah.
Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
c. Kepada penelitian selanjutnya Diharapkan
pada
penelitian
selanjutnya, peneliti bisa mengambil Gracinia, J. 2004. Mengasuh Anak Tunggal. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
kriteria subjek dengan latar belakang yang lebih beragam lagi seperti subjek anak tunggal yang berasal dari
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
keluarga dengan taraf ekonomi tinggi
xxviii
Gunarsa, S.D. 2003. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Hadibroto. 2002. Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu & Tunggal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Haricahyono, C. 1995. Dimensidimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press. Hart, D & Carlo, G. 2005. Moral Development In Adolescent. Jo ur na l of Res ear c h On Adolescent, 15 (3), 223-233. Heng, K.C. 1995. Understanding Children. Kuala Lumpur: Pelanduk Publications.
Kartono, K. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju. Kohlberg, L. 1984. Essy On Moral Development: The Psychology Of Moral Development. New York: Harper & Row Publisher, inc Landis, P.H. 1997. Your Marriage And Family Living. New York: McGraw-Hill Book Company. Marshall, C. & Rossman, G.B. 1995. Designing Qualitative Research. California: SAGE Plubication, Inc. Moleong, L.J. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hetherington, M.E. & Parke, R.D. 1993. Child Psychology: A Contemporary Viewpoint. New York: McGraw-Hill, Inc.
Monks, F.J. & Knoers, 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya . Y ogya karta: Gadjah Mada University Press.
Hofman, I, Paris, S.,& Hall, E. 1994. Development Psychology Today. New York: McGrawHill, Inc.
Muuss, R.E, 1990. Adolescent Behaviour And Society (4th Ed.). USA: McGraw-Hill, Inc. .
Horrocks, J.E. 1976. Developmental Psychology (6th Ed. ). USA: Wads Worth Group.
Pagliuso, S. 1976. Understanding Stages Of Moral Development A Programmed Learning. Workbook. New York: Paulist Press.
Hurlock, E.B. 1978. Child Development Sixth Edition. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Papalia
xxx
D.E,. 2007. Human th Development (10 Ed.). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Universitas Indonesia. Rice, F.P. 1993. The Adolescen: Development, Relationships, And Culture (9th Ed.). USA: Allyn and Bacon. Santrock, J.W. 2005. Adolescene (10th Ed.). New York: McGraw-Hill Companies, inc. Sarwono, S.W. 1993. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Shaffer, D.R, 2002. Developmental Psychology (6th Ed.). USA: Wads Worth Group Mifflin Company. Sinolongan, A.Em 1997. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Toko Gunung Agung. Wahyuning W, Jash, Rachmadiana M . H . 2 0 0 3 . Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
xxx