HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA (1-5 TAHUN) DI POSYANDU DUSUN MODOPURO DESA MODOPURO KECAMATAN MOJOSARI MOJOKERTO Heri triwibowo, Nur Rakhmadilla Oktalinda Prodi D III Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto ABSTRACT Knowledge factor can influence the nutrient status of individual or group. A mother who is as manager and caretaker of meals in family has essential role in determining the nutrient status of family member. Children under five years old need different nutrient from adult. Mother should give more attention on their nutrient needed because they are in golden age period. The purpose of research is to know the correlation between the knowledge level of children under five years old’s mother about nutrient with nutrient status of children under five years old in posyandu dusun Modopuro desa Modopuro kecamatan Mojosari kabupaten Mojokerto. The research design is Analytic corelational with Cross Sectional Approach. And the population of this research is all mother who have children under five years old in posyandu Modopuro desa Modopuro kecamatan Mojosari kabupaten Mojokerto amount 163 people, by using simple random sampling, it gets 70 people as research sample. The independent variable is the knowledge level of mother about nutrient and the dependent variable is the nutrient status of children under five years old. The data are collected using questionnaires and dacin (weight scales). Then, data analysis is held and statistic checking with spearman Rho the supported by SPSS version 16,0 and the result shows that (0,000). So, < indicates H0 is rejected. It can be concluded that there is correlation between the knowledge level of children under five years old’s mother about nutrient and nutrient status of children under five years old. If the children under five years old’s mother have a good knowledge about nutrient so the nutrient status of children under five years old be good nutrient status too. Mother should give more attention in every meals that are served for their family. Moreover, if there is mother who have children under five years old. It is because nutrient for them are different from adults. Mother also should be provide knowledge and skills in managing healthy meals. Key words: knowledge, mother, nutrient status of children under five years old. PENDAHULUAN Gizi merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yakni menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur prosesproses kehidupan (Widodo, 2009). Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa, kurang gizi pada balita akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental anak (Proverawati, 2009).
Seorang ibu sebagai pengelola atau penyelenggara makanan dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan status gizi anggota keluarga. Gangguan gizi sering terjadi karena kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan yang bergizi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahan-bahan lokal yang bergizi, dan kemiskinan, sehingga kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi
(Soetjiningsih, 2008). Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang sangatlah penting, mengingat peran ibu dalam keluarga sebagai pengelola makanan. Ibu yang tidak tahu gizi makanan, akan menghidangkan makanan yang tidak seimbang gizinya. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada balita adalah ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, penyakit infeksi, dan jarak kelahiran yang rapat (Marimbi, 2010). Gangguan gizi merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak balita. Di Jawa Timur tahun 2007 balita yang mengalami gizi buruk berjumlah 1,16% balita dan BGM sebanyak 3,31% balita dari 2.207.353 balita yang ditimbang. Di Mojokerto sendiri terdapat 11,13 % balita yang mengalami gizi buruk dan 2,55 % yang mengalami BGM dari 63.434 balita yang ditimbang (Dinkes, 2007). Berdasarkan hasil pemantauan program gizi masyarakat di Jawa Timur pada tahun 2009 telah diketahui, kesalahan pada pola asuh memberikan kontribusi 40,7% terhadap kejadian gizi buruk, penyakit penyerta memberikan kontribusi 28,8%, kemiskinan memberikan kontribusi 25,1% dan faktor lain memberikan kontribusi 5.4%. Pola asuh yang tidak sesuai menggambarkan rendahnya pengetahuan individu terutama orang tua balita. Rendahnya pengetahuan tersebut berkaitan dengan perilaku gizi yang tidak sesuai (Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim, 2011). Ketika dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 21 Oktober 2011 di desa Modopuro kecamatan Mojosari terdapat 471 balita yang tersebar di 6 posyandu, yaitu dusun Modopuro sebanyak 163 balita, dusun
Bebean sebanyak 59 balita, dusun Bangsri sebanyak 73 balita, dusun Mojolegi sebanyak 20 balita, dusun Gedang sebanyak 136 balita, dan dusun Sememi sebanyak 20 balita. Dari keseluruhan posyandu di desa Modopuro terdapat 7,64 % balita yang menderita gizi kurang dan 1,91 % balita yang mengalami gizi buruk, kasus tersebut banyak terjadi di posyandu dusun Modopuro desa Modopuro sejumlah 15 balita gizi kurang dan 3 balita gizi buruk. Data bulan Agustus menunjukkan status gizi balita di desa Modopuro 19 anak tidak mengalami peningkatan BB setelah 2 kali dilakukan penimbangan (2T) di posyandu dan terdapat 8 anak yang berat badannya di bawah garis merah (BGM). Tiap dilakukan penimbangan masih ada orang tua/pengasuh yang tidak menimbangkan bayinya di posyandu dengan alasan beragam. Meraka tidak tahu kalau menimbang berat badan (BB) anak secara teratur sangat penting karena untuk mendeteksi secara dini status gizi dan proses tumbuh kembang anak. Sebagian keluarga menganggap asupan makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang mereka rasakan. Jika keadaan tersebut terus dibiarkan, akan berdampak lebih buruk karena jika gizi pada anak tidak tercukupi dengan baik maka proses tumbuh kembang anak akan terhambat, anak bisa mengalami penyakit kurang gizi, misalnya: marasmus, kwasiorkor, pertumbuhan tulang yang lambat, dan kerusakan sel otak yang nantinya berdampak pada tingkat intelegensi anak. Anak yang mengalami marasmus biasanya sangat kurus, tinggal tulang dan kulit; berat badan mencapai sekitar 60 persen dari berat ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua dan sering pula dipersamakan dengan muka monyet yang baru lahir. Kulit daerah pantat juga berlipatlipat memberikan memberikan kesan seperti kulit tersebut terlalu lebar untuk badan anak. Anak tergeletak pasif tanpa perhatian utuk
sekitarnya (apathis) dan kalau lipatan kulit dijepit dan ditarik diantara jari kita, tidak terasa ada jaringan lemak subkutan. Apabila anak mengalami kwashiorkor, gejala yang dijumpai adalah anak apatis, rambut kepala halus dan jarang, berwarna kemerahan kusam, mudah dicabut tanpa terasa sakit. Berat badan anak sebenarnya dibawah berat ideal, tetapi sering tersamar oleh oedema, sehingga tidak menunjukkan adanya penurunan berat badan yang signifikan (Sediaoetama, 2008). Anak yang menderita defisiensi gizi pada umur semakin muda, besar kemungkinannya kelak akan menjadi orang dewasa dengan sifat-sifat inferior yang permanen. Sel-sel otak ini berhubungan dengan fungsi intelektual. Defisiensi gizi pada ibu hamil dan anak balita, sangat besar kemungkinannya untuk memberikan hambatan pada pertumbuhan numerik sel-sel otak, yang akan bersifat permanen, tidak dapat dikejar kembali dengan perbaikan gizi pada umur yang lebih tua. Akibat nasionalnya ialah akan terjadi generasi penerus yang kapasitas intelektualnya rendah alias bodoh (Sediaoetama, 2008). Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan status kesehatan gizi masyarakat yaitu dengan cara perbaikan gizi keluarga. Menyediakan makanan yang bergizi seimbang untuk keluarga. Kegiatan ini mendorong dan mengarahkan pada peningkatan status gizi yang lebih baik dan perbaikan status kesehatan. Selain itu, peningkatan pengetahuan tentang kesehatan dan gizi juga penting agar terbentuk perilaku kesehatan.
METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita (1-5 tahun) di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto sebanyak 163 orang.Sampelnya 15 % dari populasi dengan menggunakan rumus di dapat 78, yang memenuhi kriteria 70. Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling probability sampling yang simple random sampling
HASIL PENELITIAN 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Gizi Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto 17-18 April Tahun 2012 No
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
%
1. 2. 3.
Baik Cukup Kurang
61 7 2
87,1 10 2,9
Jumlah 70 100 2. Status Gizi Balita Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi balita (1-5 tahun) di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto 17-18 April Tahun 2012 No
Status Gizi
Frekuensi
%
1. 2. 3. 4. 5.
Baik 54 77,1 Sedang 9 12,9 Kurang 3 4,3 Buruk 0 0 Lebih 4 5,7 Jumlah 70 100 3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Gizi dengan Status Gizi Balita Tabel 3 Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita (1-5 tahun) di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto 17-18 April Tahun 2012 Status Gizi Balita Total Tingkat Baik Sedang Kurang Buruk Lebih Pengetahuan f % f % f % f % F % F % Baik Cukup Kurang Total = 0,000
54 88,5 7 11,5 0 0 2 28,6 0 0 0 0 54 77,1 9 12,9
0 0 0 3 42,8 0 0 0 0 3 4,3 0
0 0 0 0
0 0 61 100 2 28,6 7 100 2 100 2 100 4 5,7 70 100
= 0,05
Berdasarkan tabel 3 diperoleh data bahwa dari 61 responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang gizi, terdapat 54 responden yang anak balitanya berstatus gizi baik, dan 7 responden yang balitanya berstatus gizi sedang.
Dari hasil uji spearmenRho menggunakan bantuan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) for windows versi 16.0, didapatkan hasil = 0,000 maka < Berarti H0 ditolak jadi ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi
balita (1-5 tahun) di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. PEMBAHASAN 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Gizi di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 61 responden (87,1%) yang mempunyai tingkat pengetahuan baik, 7 responden (10%) mempunyai tingkat pengetahuan cukup, dan 2 responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang gizi. Tingkat pengetahuan seseorang berbeda-beda, seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda. Tingkat pengetahuan yang beda-beda pada setiap orang ini terjadi karena berbagai faktor, misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, dan lingkungan. Dilihat dari hasil penelitian bahwa terdapat 50 responden (71,4%) yang pendidikan terakhirnya SMA dan 10 orang (11,4%) lulusan perguruan tinggi. Tingginya tingkat pengetahuan responden bisa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi yang memadai (Iqbal, 2007). Latar belakang pendidikan responden yang mayoritas lulusan menengah atas dan perguruan tinggi sehingga responden dinilai cukup mempunyai pengetahuan tentang gizi bagi balitanya. Dari pekerjaan responden terdapat 46 responden (65,7%) yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, 14 responden (20%) yang berswasta dan 8 responden bekerja sebagai PNS, 2
responden sisanya sebagai buruh. Pekerjaan dan lingkungan di sekitar menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung (Iqbal, 2007). Mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga dimana pengalaman dan pengetahuan ini mereka peroleh dari sharing dengan teman/tetangga atau juga mendengarkan informasi dari media cetak, televisi, atau juga mengikuti seminar kesehatan, atau juga mengikuti penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan atau dari puskesmas terdekat. Ditinjau dari usia responden mayoritas berusia 20-40 tahun yaitu sebanyak 62 orang (88,6%). Menurut pendapat Iqbal (2007) bahwa bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada fisik dan psikologi. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Usia 2040 tahun tergolong usia dewasa, sehingga responden cukup mempunyai pengalaman, proses berpikir yang matang dan pengetahuan tentang gizi bagi balitanya. 2. Status Gizi Balita (1-5 Tahun) di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Dari hasil penelitian terdapat 54 balita (77,1%) yang mempunyai status gizi baik, 9 balita (12,9%) gizi sedang, 3 balita (4,3%) gizi kurang, dan sisanya gizi lebih. Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suhardjo, 2003). Kebutuhan gizi anak balita berbeda dengan orang dewasa, hal ini dibenarkan oleh Marimbi (2010) bahwa kebutuhan gizi tidak sama bagi
3.
semua orang, tetapi tergantung banyak hal antara lain umur. Untuk memperoleh status gizi yang baik, antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Proverawati, 2009). Selain itu ada juga faktor yang bisa mempengaruhi status gizi balita, yaitu ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan (Marimbi, 2010). Ketidaktahuan ibu balita akan kebutuhan gizi balita bisa mengakibatkan asupan gizi pada anak tidak terpenuhi dengan baik maka proses tumbuh kembang anak akan terhambat, anak bisa mengalami penyakit kurang gizi. Anak yang menderita defisiensi gizi pada umur semakin muda, kemungkinan besar akan mengalami hambatan pada pertumbuhan numerik sel-sel otak, yang akan bersifat permanen, tidak dapat dikejar kembali dengan perbaikan gizi pada umur yang lebih tua. Akibat nasionalnya akan terjadi generasi penerus yang kapasitas intelektualnya rendah alias bodoh (Sediaoetama, 2008). Hal itu juga dinyatakan oleh Proverawati (2009) kurang gizi pada balita akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental anak. Gizi penting bagi balita untuk tumbuh kembangnya, status gizi balita tergantung dari jumlah asupan makanan yang diberikan oleh ibu dan kebutuhan gizi balita. Dan penimbangan berat badan penting dilakukan untuk memantau status gizi balita, sehingga bisa dilakukan penanganan secara dini jika terjadi ketidakseimbangan gizi. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Gizi dengan Status Gizi Balita (1-5 Tahun) di Posyandu dusun Modopuro desa Modopuro
Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Dari tabel 3 diperoleh data bahwa dari 61 responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang gizi, terdapat 54 responden yang anak balitanya berstatus gizi baik, 7 responden yang balitanya berstatus gizi sedang, hal ini bisa terjadi dimungkinkan karena faktor sosial ekonomi keluarga yang kurang mampu sehingga tidak dapat menyediakan makanan yang bergizi atau saat itu anak sedang sakit sehingga anak mengalami penurunan nafsu makan maka berat badan juga turun. Dari hasil uji spearmenRho menggunakan bantuan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) for windows versi 16.0, didapatkan hasil = 0,000 maka < Berarti H0 ditolak jadi ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita (1-5 tahun) di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Menurut Dr. Soegeng Santoso M.Pd, 1999 dalam Marimbi (2010) masalah gizi karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan konsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan. Seorang ibu sebagai pengelola atau penyelenggara makanan dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan status gizi anggota keluarga. Gangguan gizi sering terjadi karena kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan bergizi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahan-bahan lokal yang bergizi, dan kemiskinan, sehingga kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi (Soetjiningsih, 2008).
Gizi balita tergantung penuh oleh ibunya, jika ibu tahu dan memperhatikan gizi balitanya, ibu akan mencari info tentang gizi yang baik untuk balita dan berusaha memberi yang terbaik untuk balitanya. Karena pengetahuan ibu berpengaruh pada perilaku ibu dalam memenuhi gizi balitanya. Semakin baik pengetahuan ibu tentang gizi maka status gizi balitanya juga akan baik. KESIMPULAN 1. Tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto diperoleh data sebanyak 61 responden (87,1%) yang mempunyai tingkat pengetahuan baik, 7 responden (10%) mempunyai tingkat pengetahuan cukup, dan 2 responden (2,9%) dengan tingkat pengetahuan kurang. 2. Status gizi balita (1-5 tahun) di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto diperoleh data bahwa anak balita yang status gizinya baik berjumlah 54 balita (77,1%), status gizi sedang ada 9 balita (12,9%), 3 balita (4,3%) mengalami gizi kurang, dan 4 balita (5,7%) lainnya mengalami gizi lebih. 3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita (1-5 tahun) di Posyandu Dusun Modopuro Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto berdasarkan hasil uji spearmenRho dengan hasil = 0,000 dengan = 0,05 menunjukkan bahwa maka < berarti H0 ditolak. Sehingga semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, maka status gizi balita juga akan semakin baik, begitu pula sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Boediman, Dradjat. 2009. Sehat Bersama Gizi. Jakarta: CV Sagung Seto. Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim. (2011). Pada 2010, Gizi Buruk Jawa Timur 5.838 Orang. (Internet) 24 Februari 2011 Available from: (http://www.kominfo.jatimprov.go. id)(Accessed 12 Desember 2011). Dinas Kesehatan Jatim (2007). Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2007. (Internet) Available from: (http://www.dinkesjatim.go.id)(Acc essed 8 Desember 2011). Handajani, Suthiati Dwi. 2011. Kebidanan Komunitas: Konsep & Manajemen Asuhan. Jakarta: EGC. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing. Iqbal, Wahid Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Lawson, Margaret. 2003. Makanan Sehat Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi & Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Narendra, Moersintowati B., Sularyo, Titi S., & Soetjiningsih. 2008. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: CV. Sagung Seto Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Purwandari, Atik. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kebidanan. Jakarta: EGC. Prabantini, Dwi. 2010. A to Z Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Proverawati, Atikah., & Asfuah, Siti. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogjakarta: Muha Medika. Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2009. Ilmu Gizi I. Jakarta: Dian Rakyat. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2009. Ilmu Gizi II. Jakarta: Dian Rakyat. Soetjiningsih. 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Suhardjo. 2003. Berbagi Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Suseno, Tutu A, Masruroh. 2000. Kamus Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka. Syafrudin. 2009. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Medika. Syafrudin. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Medika. Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. Widodo, Rahayu. 2009. Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat Pada Anak. Jakarta: EGC.