PGM 2009: 32(1): 9-15
Eveluasi pengelolaan MP-AS1
Enda Dardjii, dkk
RlALUASl PENGELOLAAN MPASI LOKAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DAN STATUS GlZl BALITA USlA 6 24 BULAN Dl PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS (THE EVALUATION OF MANAGEMENT MP-AS1 LOCAL AND THE INFLUENCE TOWARDS BODY HEAVY ENCHANCED AND CHILDREN UNDER FIVE NUTRIENT STATUS AGE 6 24 MONTHS IN BANYUMAS REGENCY)
-
-
ABSTRACT Background: Nutrient problem besides problem sindroma tight poverty with also concern behaviour change problem less support in alive pattern wells. In baby and child, nutrient deficit will evoke growth disturbance and development when not be overcome according to early continue up to adult. MP AS1 that given should made from cheap foodstuff and easy go at local region. The wacthfullness aims to detect about management MP AS1 local and the influence toward age child body heavy enchanced 6 - 24 months. Objectives: This study aims to evaluate the local MP AS1 management and effect on growth of children aged 6 to 24 months in the Health Center of South Purwokerto, Banyumas. Methods: Study design is cohort retrospective. Total samples are 35 children under two years old (6-24 months) at Community Health Centre South Purwokerto. Samples has get local supplementary feeding (MP ASI) in 2007. Data collected was socio economic household, weight of children and supplementary feeding management by interview with mother and report from Community Health Centre. Data analysis is descriptive. Nutritional status is base on Z score WHO-NCHS. Results: The local supplementary feeding (MP-AS1 local) that given disagrees with guides from Health Department. A large of samples (42.9%) has given raw foodstuff. 11.4% has give money and others 45.7%. There influence used MP AS1 local with body heavy enchanced especially l i n 2 and 3 and the gift influence MP AS1 local towards nutrient status enchanced especially in to 3, although low the connection with value p 0.032 and association value 0.289. Conclusions: Alternative nutrient problem in family necessary with approach muitisector among others well being sector, industrial, agricultures and others. Necessaryfamily enableness movement existence so that can increase economy social level and can run family function in especially well being area. Gifl MP AS1 that done according to adekuat the nutrient value in target as according to age and instruction that determined can increase growth and children under five development in an optimal fashion. [Penel Gill Makan 2009;32(1): 9-16] Key words: colleague food, heavy body, nutrient status PENDAHULUAN izi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan berat badan lahir rendah dan dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak. kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa'. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan bila bayi dan anak pada usia ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka akan
G
1
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa ini ataupun selanjutnya. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal ibu harus segera memberikan AS1 dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, mernberikan AS1 secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sejak bayi berumur 6 bulan sampai 24 bulan, meneruskan pemberian AS1 sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. MP-AS1 yang diberikan hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah seternpat.'
Juwsan Kssehatao Msyarakat, FKlK Unlvmitm Jmdwal Sodinnan. P u h e f I n
PGM 2 W 32(1): 9-15
Evaluasip g . M e a n MP-AS1
Gizi kurang di kabupaten Banyumas sebanyak 11.65% dan gi=i buwk sedanyak 1,12%. Sebenamya angka gizi kurang dan gizi buruk di kabupaten Banyumas lebih rendah dari angka nasional, namun demikian kasus gizi kurang dan buruk masih tetap dijumpai pada sebagian d e ~ a . ~ Untuk itulah program MP-AS1 tetap dilaksanakan meski dengan sasaran selektif. Pada tahun 2006 di Kabupaten Banvumas telah memberikan MP-AS1 lokal kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin. Melalui pemberian MPAS1 lokal diharapkan ibu lebih memahami dan iebin terampil dalam membuat MP-AS1 dari bahan pangan lokal sesuai kebiasaan dan sosial budaya setempat, ibu dapat melanjutkan pernberian MP-AS1 lokal secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan rnasyarakat, serta mem~erkuat kelembaaaan PKK clan 4 posyandu. Melalui MP-AS! lokal diharapkan rneningkatkan kegiatan kader dan partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu. Hal ini penting untuk menggairahkan kegiatan Posyandu, karena MP-AS1 lokal dapat menjadi entry poinr revitalisasi posyandu. Di Kabupaten Banyumas telah dilaksanakan MP-AS1 lokal sejak tahun 2006, namun belum dilakukan evaluasi secara khusus. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi pengelolaan MP-AS1 lokal dan pengaruhnya terhadap peningkatan berat badan anak usia 6-24 bulan.
-
TUJUAN Mengevaluasi pengelolaan MP AS1 lokal dan pengarvhnya terhadap peningkatan berat badan anak usia 6-24 bulan.
Endo Dardib,dkk
METODE Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Peneliian dilaksanakan di Puskesmas Pulwekerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Sampel penelitian adalah balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas di Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas yang mendapatkan MP-AS1 lokal tahun 2007. Jumlah sampel adalah 35 balita usia 6-24 bulan. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Data primer seperti profil puskesmas dan perkembangan berat badan diambil dari laporan puskesmas, data pengelolaan MP-AS1 di tingkat puskesmas dan desa dilakukan dengan wawancara. Data status gizi didapatkan dengan cara mengolah data berat badan hasii rekapan oleh puskesmas d e n g y menggunakan indeks BBIU WHO-NCHS. Anaiisis data dilakukan secara deskriptif. Status Gizi dihitung dengan menggunakan standar Z Skor berdasarkan WHO-NCHS. Untuk mengetahui pengaruh MP-AS1 lokal terhadap perkembangan berat badan dilakukan uji Anova dan perubahan status gizi dilakukan dengan Chi Square HASlL DAN BAHASAN
1.
Karakteristik Soslal Keluarga Sampel
a.
Tingkat Pendidikan
Ekonoml
Semua sampel berasal dari keluarga miskin dengan tingkat pendidikan ibu yang relatif rendah yaitu sebagian besar hanya tamat sekolah dasar 54,3% dan hanya 2.9% yang tamat 2 SMA) seperti terlihat pada Tabel 1.
PGM 2009: 32(1): 9-15
E v a l u e s l ~ 8 a MP-AS1 n
En& Dardjito, dkk
Tabel 1 Karakteridlrk Keluarga Sampel Penerlma MP-AS1 Lokal d i Puskesmas Punvokerto Selatan
n
%
SD
19
54,3
SMP
6
17.1
SMP
9
25.7
2 . SMA
1
23
c 3 anak
10
54.3
*= 3 anak
9
45.7
Karakteristlk Keluarga Tingkat pendidikan lbu Balita
Jumlah Anak dlm keluarga
Rendahnya pendidikan dan kemiskinan secara tidak langsunq berpengaruh terhadap status gizi anak. Hal tersebut menerangkan bahwa gambaran sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan dan tingkat pendapatan yang rendah (bekerja sebagai bumh) berpengaruh terhadap status gizi. Dari hasii pendataan awal ternyata sebagian besar berstatus gizi bumk dan kurang. Dilihat dari banyaknya anak yang dimiliki responden, sebanyak 10 (54.3%) keluarga sampel mempunyai <3 anak dan 45.7% memiliki >= 3 anak. Banyaknya anak yang dimiiiki dan rendahnya
penghasilan memungkinkan ketahanan pangan dalam keluarga rendah rendah, responden tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi anggota keluarganya.' Hal ini berakibat pada distribusi pangan yang kurang dan pada akhimya berpengaruh pada status gizi keluarga terutama anak balita. 2.
Management Pengelolaan MP-AS1
a.
Karakteristik Ballta Jumlah anak balita usia 6-24 bulan menurut status gizi sebelum mendapat MPAS1 lokal di Puwokerto Selatan sebanyak 35 anak seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Jurnlah Anak Balita Usia 6-24 Bulan Sebelum mendapat MP-AS1 Lokal di Punvokerto Selatan Karakteristik Balita
n
Oh
Status Glzi Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Sedang Kelompok usia (bulan) 14-24 >24-32
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sasaran MP AS1 lokal tidak hanya balita
dengan gizi buruk dan kurang, tetapi juga balita yang bergizi sedang. Hal ini
11
PGM 2009: 32(1): 9-15
E
v
a
dikarenakan dana yang tersedia untuk MPAS1 lokal sebanyak 35 orang, sedangkan yang bergizi buruk dan kurang sebanyak 30 anak. Kekurangannya sebanyak 5 orang diambilkan dari anak yang bergizi sedang. Jumlah balita usia 6-24 bulan yang mendapatkan MP-AS1 lokal dibagi merata pada semua kelurahan dan masing-masing kelurahan 5 anak. Menurut buku pedoman dari Depkes RI, 2006 tentang pemberian MP-AS1 lokal bahwa penerima MP-AS1 lokal adalah anak yang berasal dari keluarga miskin sudah tepat, namun karena jumlah penduduk miskin yang mempunyai balita usia 6-24 bulan pada setiap kelurahan berbeda, maka pembagian secara merata yang dilakukan oieh puskesmas adalah tidak tepat. Sehamsnya pembagian dilakukan secara proporsional sesuai jumlah balita usia 6-24 bulan dari keluarga miskin dan bergizi kurangl bumk yang ada pada masingmasing kelurahan di Puskesmas Purwokerto Selatan. Akibatnya terdapat anak dengan gizi sedang juga mendapat MP-AS1 lokal. b.
Waktu Pelaksanaan MPASI Lokal Kegiatan MP-AS1 lokal di Puwokerto Selatan dimulai dengan pendataan yang dilakukan bulan Agustus 2006, sedangkan pelaksanaan MP-AS1 dilaksanakan mulai 2007. Mundurnya bulan Januari pelaksanaan MP-ASl lokal menyebabkan beberapa anak sebenamya sudah tidak masuk kriteria yang mendapatkan MP-AS1 dilihat dari segi usia. Sebanyak 15 anak (42.9%) sudah berusia lebih dari 24 bulan (Tabel 2). Meskipun demikian pemberian MPAS1 tetap dilaksanakan sesuai pendataan bulan Agustus 2006 dengan alasan sudah terdaflar dan tidak mungkin dirubah karena
l
u
Endo Oardjio, dkk
~ MP-AS1 ' ~
calon sasaran sudah diberi tahu, dari keluarga miskin dan sudah tersedia dana dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Apabila petunjuk dari Depkes RI. 2006 diikuti dan berdasar kriteria usia, maka yang bemak mendapatkan MP-AS1 hanya sebanyak 20 anak (57%) yang saat pemberian MP AS1 berusia 6-24 bulan.
c.
Kandungan Zat Gizi Kandungan zat gizi yang harus ada dalam MP AS1 lokal untuk anak 6-12 bulan adalah sebesar 250 kalori, 6-8 gram protein dan anak 12-24 bulan sebesar 450 kalori. 12-15 gram protein diperkirakan tidak bisa tercapai selama pelaksanaan MP-AS1 lokal berjalan. Adapun alasannya adalah menu yang disajikan sangat berbeda dengan menu contoh yang ada pada buku pedoman Depkes RI. Adapun besarnya dana untuk sehari makan anak sebanyak 3.200 rupiah dengan siklus menu 10 hari. Bagi responden yang menerima makanan masak, setiap hari diantar oleh kader atau responden mengambil k e ~ m a h kader. Resoonden vana menerima makanan masak dan . b a l k makanan mentah, mereka rnenerima makanan masak 1 hari dan 9 hari berikutnya berupa bahan makanan mentah. Responden yang menerima bahan makanan mentah, mereka setiap 10 hari menerima bahan makanan. Sedangkan responden yang menerima uang, mereka mendapat uang sebesar 32.000 setiap 10 hari. d.
Jenls MP-AS1 yang Diberikan Jenis MP-AS1 yang diberikan sangat bervariasi mulai hanya satu jenis bahan makanan (susu saja) sampai 10 jenis. seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis MP-AS1 Lokal yang diberikan pada Responden di Puskesmas Purwokerto Selatan n
%
1 jenis (susu)
2
5.7
2 jenis (susu dan roti)
3
Jenls bahan makanan
> 2 jenis (susu, roti, bahan makanan masak, mentah dll)
26
8.6 74,3
Uang
4
11,4
Tntal
35
100
PGM 2W9; 32(1): 9-15
Banyak sedikitnya jenis bahan makanan yang diberikan pada anak usia 6-24 bulan tergantung pada usia kemampuan anak menerima bahan makanan tersebut. Anak usia 6-9 bulan sebaiknya diberikan makanan lumat, anak usia 10-12 bulan diberikan makanan lunak dan usia lebih 12 bulan diberikan makanan dewasa.' Berhubung semua penerima MPAS1 lokal berusia lebih dari 12 bulan, maka MP-AS1 yang diberikan adalah makanan orang dewasa. Hampir sebagian besar responden (74,3%) menerima MP-AS1 lebih dari dua jenis atau kombinasi berbagai bahan makanan dan hanya dua
orang (57%) responden yang menerima susu, 3 orang responden (8,6%) menerima susu dan biskuit dan sebanyak 4 responden menerima uang (11,496). 3.
Perubahan Berat Badan dan Status Gizl Balita a. Perkembangan Berat Badan Dari hasil analisis secara deskrlptlf dengan berdasarkan rata-rata berat badan, terlihat adanya kecenderungan peningkatan berat badan pada setiap bulannya seperti terlihat pada Tabel 4
Ta be14 Peningkatan Berat Badan Balita Usia 6-24 Bulan yang Mendapat MP-AS1 L o h l di Puskesmas Purwokerto Selatan Saat pengukuran BB
Rata-rata BB
% Peningkatan B B per buian
Awal
8,OO
Selislh penambahan BB (Kg) 0
1 bulan setelah MP-AS1
8,24
0.24 f 0,47
3,03
0,258
2 bulan setelah MP-AS1
8,60
0.59 f 0,38
7,42
0,006
3 bulan setelah MP-AS1
9.05
1.04 f 0 3 3
13.10
0,000
Dari Tabel 4 terlihat bahwa pada bulan 1 terjadi peningkatan berat badan sebesar 0,24 kg (3,03%), bulan ke 2 sebesar 0 3 9 kg (7,4%) dan pada bulan ke 3 terjadi peningkatan sebesar 1.05 kg (13,09%) dari berat badan awal. Berdasarkan analisis statistik, pemberian MP-AS1 lokal memberikan pengaruh terhadap peningkatan berat badan secara signifikan terjadi pada bulan ke 2 dan 3. Tidak berpengaruhnya pemberian MP-AS1 lokal bulan 1 dengan peningkatan berat badan kemungkinan disebabkan oleh status gizi yang kurang baik sebelum MPAS1 dan sasaran tidak terbiasa mengkonsumsi makanan yang bergizi terutama susu. Lambatnya peningkatan berat badan karena anak perlu menyesuaikan dengan beberapa makanan baru terutama susu, biskuit dan beberapa makanan lainnya. Susu juga bukan
P
0
merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh sasaran MP-AS1 karena harga yang mahal dan tidak tejangkau. Memasuki bulan kedua dan ketiga pertambahan berat badan terlihat lebih banyak terutama bulan ketiga. Keadaan ini disebabkan anak mulai terbiasa menerima bahan makanan baru tersebut terutama susu dan biskuit. b.
Perkembangan Status Gizi Berdasarkan data pada Tabel 5. terlihat bahwa perubahan status gizi berjalan relatif lambat terutama pada status gizi kurang yang hanya menurun dari 25,0% menjadi 21,696. Sementara status gizi buruk yang tadinya 50,0% sebelum MP-ASI, menurun tajam menjadi 12,5% pada bulan ke 3.
PGM 2009; 32(1): 9-15
Evalwsi pm#MmMP-aSI
Endo Oardjb,dkk
Tabel 5 Perkembangan Status Glzi Ballta Usia 6-24 Bulan yang Mendapat MP-AS1 Lokal d l Puakesmas Pumokerto Selatan
Status Glzi
gg
Ibulan
n
X
n
%
8
50,O
4
25.0
Gizi Kurang
22
250
23
26.1
Gizi Sedang
5
15,6
8
25,O
Gizi Baik
0
0
0
0
Gizi Buruk
Sejalan dengan menurunnya gizi buruk, terjadi peningkatan gizi baik dari 13,9% menjadi 34,4% dan gizi baik terdapat 4 anak. Hasil uji Chi Square pemberian MP-AS1 lokal memberikan pengaruh terhadap perbaikan status gizi setelah bulan ketiga, meskipun hubungannya lemah dengan nilai p 0.032, kurang dari nilai alpha 0,05 dan koefisien asosiasinya 0.269. Lambatnya penurunan status gizi buruk dan kurang diduga karena asupan gizi yang tidak optimal dan tidak sesuai dengan ketentuan yaitu karbohidrat sebanyak 450 kalori dan protein sebanyak 12-15 gram. Penelitian ini tidak melakukan analisis terhadap jumlah energi dan protein yang ada dalam makanan, dikarenakan study ini merupakan retrospektif dan tidak melihat secara langsung kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh MP-ASl lokal sasaran. Pemberian dilakukan bulan Januari sampai dengan Maret 2007, sementara pengumpulan data dilakukan buian Agustus 2007. Dari menu yang ada, dapat diperkirakan bahwa asupan zat gizi yang dikonsumsi oleh sasaran masih jauh dari anjuran .?at gizi yang dianjurkan oleh Depkes, sehingga ~ e ~ b a h a status n aizi sanaat lambat. iambatnya perubahan status-gizi sesuai hasil penelitian Sandjaja dkk. 2005~. pemberian MP-AS1 selama 3 bulan belum dapat meningkatkan status gizi secara signifikan. Hal isi disebabkan berbagai faktor antara lain nilai gizi MP-AS1 lokal yang belum memadai untuk rnenutup kebutuhan, konsumsi makanan sehari-hari dibawah kecukupan, jangka waktu pemberian MP-AS1 yang kurang lama. MPAS! sebagai substitusi bukan sebagai
2 bulan
3 bulan
Total
suplementasi, sebagian MP-AS1 dikonsumsi bukan oleh sasaran. Dengan demikian MP-AS1 berperan dalam pencegahan penurunan status gizi dan bukan berperan dalam peningkatan status gizi. MP-AS1 Status gizi sebelum dilaksanakan gizi buruk sebanyak 0.23% dan sesudah MP-AS1 selama 3 bulan terjadi penurunan yang relatif tajam. Penurunan ini setelah diuji secara statistik ternyata bermakna, gizi kurang tidak ada pe~bahan,sedangkan gizi sedang terjadi peningkatan menjadi gizi baik.
1.
2.
Pengelolaan MP-AS1 lokal yang diberikan tidak sesuai dengan petunjuk dari Depkes, sebagian besar 42.9% diberikan bahan makanan mentah, 11,4% diberikan dalam bentuk uang. Ada p e n g a ~ hpemberiaan MP-AS1 lokal dengan peningkatan beat badan terutama pada bulan ke 2 dan 3 dan ada pengaruh pemberian MPAS1 lokal terhadap peningkatan status gizi terutama pada bulan ke 3.
SARAN 1. Pengentasan masalah gizi pada keluarga hendaknya perlu dengan gerakan pemberdayaan keluarga agar dapat meningkatkan tingkat sosial ekonomi dan dapat menjalankan fungsi keluarga, khususnya bidang kesehatan. 2. Hendaknya pemberian MP-AS1 dapat dilakukan secara adekuat nilai
PGM 2W3; 32(1): 9-15
Endo Oardjii, dkk
Evaluasipengeloean MP-AS1
gizinya pada sasaran sesuai dengan umur dan petunjuk yang telah ditentukan agar dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan balita secara optimal.
RUJUKAN 1. Indonesia, Depkes RI. Petunjuk teknis pengelolaan Makanan Pendemping Air Susu Ibu. Jakarta: Depkes RI, 2003. 2. Indonesia, Depkes RI. Pedoman Umum Pernberian Makanan Pendamping Air Susu lbu (MP-AS/) lokal Tahun 2006. Jakarta: Depkes RI. 2006. 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Laporan Tahunan Program Pefbaikan Gizi. Purwokerto: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2006. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Pedoman Umum
5.
6.
7.
8.
9.
Pemberian Makanan Pendamping Air Susu lbu (MP-ASI) lokal di Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2006. Supariasa. I. D. N., Bachyar B dan lbnu F. Penilaian status gizi Jakarta: EGC. 2002. Almatsier, S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2002. Soekirman. llrnu gizi dan eplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Indonesia. Rencana aksi pangan dan gizi nasional 2001 2005. Jakarta: Indonesia kerjasama WHO, 2000. Sanjaja, Mulyati, Saidin M.. Suhartato dan Yekti W. Peranan pemberian makanan tambahan pada anak umur 6-23 bulan pada saat krisis ekonomi. Bogor: Puslitbang Gizi, 2002.
-
PGM 2009: 32(1): 16-21
LJjicobapedomen qlikesiprumusanPUGS
Tjetiep SyaM H, dkt
UJI COBA PEDOMAN APLlKASl PERUMUSAN PESAN UMUM GlZl SEIMBANG (PUGS) SESUAI KONDlSl DAERAH (TEST THE GUIDANCE FOR THE IMPLEMENTATIONOF "DIETARY GUIDELINES" FOR DIFFERENT AREA CONDITIONS) Tjetjep Syarif ~idayat'dan Abas Basuni ~ahari'
ABSTRACT Background: Dietary guidelines for nutrition education tool developed by the health department until now still difficult in the field. Dietary guidelines should be arranged by iocal officiais.Guideiines that needs to be made how to craft a balanced nutrition messages in accordance with iocai conditions. Objectives: To develop a guidance on how to implement the PlJGS which is suitable for the iocal conditions. Methods: Exploratory research methods as applied research for iocai officials. impiematation manual has been composed PUGS who first disseminated to local officials at the district level. And than local officials to practice through the following stages; how do identify nutritional problems and then how to make balanced nutrition messages in accordance with iocai conditions. This guidance was tested in the district of Tasikmalaya, west Java and Magelang of central Java. Results: Showed that there was a significant defference after and before test the guidance for the implementation of dietary guidelines in local officers were able to identify nutrition problems and to develop messages on PUGS. [Penel GlziMakan 2009;32(1): 16-21]
Key words: PUGS, implementation of dietaw guidelines and local condition PENDAHULUAN ergeseran gaya hidup akibat pengaruh urbanisasi, giobalisasi dan industrialisasi mengakibatkan sebagian masyarakat Indonesia cenderung menyukai makanan siap santap yang kandungan gizinya tidak seimbang'. Untuk mencegah muncuinya masalah gizi, Depkes RI pada tahun 1995 mengeiuarkan food-based dietary guidelines berupa Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). PUGS memuat anjuran dan panduan cara memilih makanan sehat yang dikonsumsi oieh masyarakat daiam sehari dan panduan beraktivitas fisik untuk menjaga agar berat badan daiam keadaan sehat '. Selain itu PUGS disusun berdasarkan masalah gizi dan kesehatan, pola makan dan gaya hidup serta niiai budaya 3. Namun PUGS sampai saat ini masih menghadapi masalah daiam penerapannya. Beberapa penelitian membuktikan adanya beberapa pesan dari 13 pesan dasar gizi seimbang yang suiit diaplikasikan oleh provider sebagai materi penyuluhan kepada masyarakat yang berkenaan dengan Pesan 2 yakni makanlah makanan untuk memenuhi
kecukupan energi, pesan 3 yakni makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi serta pesan 4 yakni batasi konsumsi lemak dan minyak sampai setengah dari kecukupan energi yang sulit dipahanii 4,5. Memasuki era pembangunan otonomi daerah dan desentralisasi diharapkan pemerintah daerah mampu mengatasi masalah gizi yang dihadapi di daerah secara mandiri. Pesan gizi seimbang sebaiknya dapat disusun oleh petugas daerah. Isi pesan sebaiknya sederhana dan jumiahnya disesuaikan dengan permasalahan gizi dan kesehatan di daerah setempat guna menghasiikan kesadaran dan pernahaman optimal di kalangan masyarakat"' Dalam upaya peningkatan kemampuan petugas daerah, khususnya petugas gizi daiam merumuskan PUGS, diperiukan pedoman cara menyusun pesan gizi seimbang sesuai kondisi daerah.
P
Tujuan: Mengembangkan pedoman gizi seimbang yang sesuai dengan kondisi daerah.
' PuslimanJGindm hlakarmn, Badan LWang Kesehstan. Depkes Rl 16