Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012
PEMBINAAN MANAJEMEN USAHA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI SUMATERA BARAT (Kasus Pada Industri Sepatu Kulit di Kabupaten Padang Pariaman)
Emrizal Dosen Politeknik Negeri Padang Jurusan Administrasi Niaga email:
[email protected]
ABSTRACT One of the disadvantages of self-employment Indonesia is lack of knowledge on business management, both in industry and small medium industries. This phenomenon is visible when the business is at a stage of growth, such as the lack of knowledge of business administration, business financial management, business planning and production advantages all of which greatly hindered the development of the business.This activity aims to guide SME business management in accordance with business needs. This activity is carried out by the method of discussion, training, coaching and mentoring to SMEs really have to do their own business management. From the results of the current evaluation, SMEs can apply what has been given in this activity with the result of great help in the business. Keywords : Small and Medium Enterprises, Business Management, Construction, Economy
1. PENDAHULUAN Sumatera Barat merupakan sebuah propinsi yang kaya akan sumber daya alamnya, seperti hasil pertanian, hasil peternakan, hasil perikanan dan juga kaya akan batu bara dan lainnya yang dapat dijadikan sebagai awal dari pengembangan usaha kecil. Tersedianya sumber bahan baku, Sumatera Barat saat ini lebih fokus dalam program pengembangan industri dan perdagangan yang diharapkan untuk dapat mendorong pertumbuhan industri mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal yang tersedia. UMKM (usaha mikro kecil menengah) yang merupakan salah satu dari roda perekonomian Sumatera Barat yang saat ini berjumlah 501.410 merupakan bagian dari tempat bergeraknya wirausaha (BPS, 2012). Diharapkan dengan berkembangnya UMKM ini akan berdampak positif bagi masyarakata terutama dalam hal menyediakan kesempatan kerja. Untuk perlu kita ketahui bersama, selama ini banyak tumbuh usaha-usaha kecil yang dilandasi oleh semangat yang kuat yang awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hitungan waktu saja usaha-usaha yang awalnya hanya dipandang dengan sebelah mata ternyata mampu berkembang dan menampung beberapa tenaga kerja dan bahkan dapat dinilai sudah mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya. Perkembangan usaha-usaha kecil yang cukup terlihat secara ekonomi ini, ternyata belum tersentuh oleh teknologi yang mana saat ini sangat penting untuk dapat meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas dari usaha. selama ini usaha-usaha ini hanya berkembang dengan sendirinya dan sebatas kemampuan yang dimiliki oleh ISSN 1858–3717
63
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 pemilik usaha dalam pengelolaannya. Hal ini dinilai sangat menghambat pengembangan usaha, hal lain yang menjadi dasar terjadinya hal ini adalah kurangnya binaan dari pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap prospek usaha-usaha yang ada. Selain itu kurangnya perhatian dari aktor lain seperti cendekiawan (akademisi) juga mempengaruhi terhadap pengembangan usaha-usaha ini. Pembinaan dari perguruan tinggi sekitar terhadap unit-unit usaha sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha-usaha ini. Menurut wawancara dengan pelaku usaha, mereka iri melihat usaha-usaha yang ada di daerah Jawa seperti usaha-usaha yang berada dibawah bimbingan universitas seperti IPB, ITB, UGM dan universitas lainnya yang selama ini sangat banyak membinan dan bahkan membimbing usaha-usaha kecil yang ada disekitarnya dan dapat menjadi besar. Sedangkan untuk daerah Sumatera Barat, hal ini sangat sedikit di lakukan oleh perguruan tinggi dan bahkan kalau ada cenderung hanya sebatas proyek saja dan tidak secara keberlanjutan dan hal ini dinilai oleh pelaku bisnis sangat merugikan. Salah satu sektor yang potensial dalam pengembangan UMKM Sumatera Barat adalah agroindustri. Sebagai salah satu subsistem dari mata rantai sistem agribisnis, maka agro industri memiliki cakupan yang luas, sebagaimana yang dinyatakan oleh Austin (1992) menyatakan bahwa agroindustri adalah perusahaan yang memperoses bahan baku seperti lahan, tanaman dan juga hewan ternak. Salah satu Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memanfaatkan sumber daya lokal yang saat ini semestinya mendapatkan perhatian adalah usaha pembuatan sepatu dan sandal kulit, yang memanfaatkan kulit dari sisa pemotongan ternak sapi dan kerbau. Bahan baku yang tersedia sangat melimpah terutama di sentra-sentra pemotongan sapi potong daging seperti di Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi dan Kota Padang. Kabupaten Padang Pariaman adalah salah satu Kabupaten yang berada di Sumatera Barat, yang mana terletak sekitar 55 Km dari Ibu Kota Propinsi Sumatera Barat. Kehidupan penduduknya selain sebagai nelayan, juga ada yang bercocok tanam. Namun tidak sedikit yang menggeluti bidang usaha pada industri seperti industri kerjinan sulaman dan industri kerajinan sepatu dan sandal kulit. Kehidupan masyarakat sebagai nelayan (karena daerah ini merupakan daerah pantai) selama ini belum membawa keberhasilan terhadap kesejahteraan secara ekonomi, hal ini membawa masyarakat untuk menekuni usaha kerajinan. Usaha kerajinan di Kabupaten Padang pariaman sangat banyak mulai dari kerajinan sulaman, kerajinan batik dan banyak pula kerajinan sepatu dan sandal kulit. Pada daerah kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman misalnya, masyarakat sangat banyak membuka usaha sepatu dan sandal kulit, ini dilatar belakangi dengan dekatnya tempat usaha dengan pusat bahan baku. Tapi tidak semua usaha ini yang bisa tumbuh karena tidak sedikit pula yang gulung tikar dan salah satu penyebabnya adalah kurang bisanya pengusaha mengelola usahanya. Usaha sepatu dan sandal kulit ini sebenarnya sangat punya potensi untuk dikembangkan, ini terlihat dari usaha sepatu Yoesani dan Usaha sepatu Ramilo yang masih bertahan dan bahkan sekarang sangat berkembang dengan menampung tenaga kerja lebih dari 60 orang. Usaha sepatu ini sudah berdiri selama 20 tahun dengan aset mencapai 3 M. Tetapi perkembangan usaha ini tidak diiringi dengan pengetahuan manajemen usaha oleh pengusaha, sehingga hal ini merupakan salah satu penghambat dalam mengembangkan usaha mitra.Walau usaha sudah dapat dikatakan sangat berkembang tetapi tidak diiringi dengan pengetahuan pemilik usaha dengan manajemen usaha yang baik. Manajemen merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan dalam mengelola usaha, apalagi saat ini usaha mita dalam masa pertumbuhan. Selama ini pemilik usaha ISSN 1858–3717
64
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 menjalankan usaha masih secara terpusat dan belum ada pelimpahan wewenang dan pembagian kerja yang baik dalam pengelolaan usaha. Berkembangnya usaha pada usaha sepatu dan sandal kulit di Kabupaten Padang Pariaman, ternyata tidak diiringi oleh pembinaan baik oleh pemerintah sebagai yang bertanggung jawab terhadap pengembangan usaha selain pelaku usaha itu sendiri, sehingga prospek dalam menjadikan pelaku usaha sebagai usaha penopang perekonomian daerah lambat tercapainya. Bertitik tolak dari hal diatas maka perlu dilakukan pembinaan bagi UKM Sepatu dan sandal kulit dengan memberikan pelatihan, pembinaan dan pendampingan agar UKM dapat tumbuh dan berkembang. 2. TINJAUAN PUSTAKA Wirausaha merupakan langkah awal di dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat menuju kearah yang lebih baik secara ekonomi. Pengembangan kewirausahaana saat ini merupakan program pemerintah di dalam mencapai pertumbuhan ekonomi secara makro. Saat ini pemerintah sudah banyak meluncurkan program dalam rangka meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia, diantaranya dengan adanya program Gerakan Wirausaha Nasional yang didirikan tahun 2009, dan bahkan ingin menunjukan keseriusan pemerintah dalam meningkatkan program wirausaha adalah dengan adanya Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) sejak tahun 2009. Tidak kalah peranan lembaga keuangan dalam menggerakan wirausaha juga sudah dilakukan dengan adanya fasilitas bagi usaha mikro dan kecil dalam bentuk KUR (kredit usaha Rakyat) yang sudah dilakukan beberapa atahun ini. Istilah entrepreneur sudah banyak diungkapkan sampai saat ini, namun istilah entrepreneur secara tertulis pertama dilakukan oleh Savary pada tahun 1723 dalam Tambunan (1998). Menurut Savary yang dimaksud dengan entrepreneur adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti, meskipun orang tersebut belum tahu dengan harga berapakah barang (atau guna ekonomi) itu akan di dijual kemudian . Pengertian lainnya juga diungkapkan oleh Glueck dalam Nangoi (1998) menyatakan bahwa berwirausaha terdiri dari individu-individu yang memulai bisnisnya atau usaha mereka sejak awal. Lain lagi yang diungkapkan oleh Awal (2006), yang mana juga mengemukakan pengertian entrepreneur adalah “orang yang menyukai perubahan, melakukan temuan-temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah, memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain”. Pengertian lainnya juga diungkapkan oleh Alma (2001) bahwa kewirausahaan adalah suatu proses kreatifitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahaan. Kewirausahaan itu dapat dipelajari walaupun ada juga orang- orang tertentu yang mempuyai bakat dalam hal dalam kewirausahaan. Dari banyak pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki pribadi hebat, produktif, kreatif, melaksanakan kegiatan perencanaan bermula dari ide sendiri, kemudian mengembangkan kegiatannya dengan menggunakan tenaga orang lain dan selalu berpegang pada nilai-nilai disiplin dan kejujuran yang tinggi. Pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menegah) saat ini tidak terlepas dari peran wirausaha yang merupakan salah satu progam pemerintah dalam meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia. Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995 pasal 2 tentang usaha kecil, definisi perusahaan kecil adalah sebagai ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil usaha penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Sedangkan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha ISSN 1858–3717
65
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. Memiliki aset maksimal Rp 50 juta dan omsetnya maksimal Rp 300 juta/tahun. Usaha kecil selama belum mendapatkan tempat yang baik dalam program pemerintah dan ini seakan-akan dipandang sebelah mata dan belum begitu terlihat dapat diprioritaskan oleh pemerintah padahal di saat krisis moneter tahun 1998 terbukti bahwa usaha mikro dan kecil sangat berperan penting dalam meningkatkan perekonomian ditengah terpuruknya sektor-sektor lainnya akibat dampak krisis. Pemerintah masih belum serius menangani dan mengembangkan sektor usaha kecil ini. Banyak jalan atau usaha yang dilakukan oleh usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya justru sering diabaikan oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari tidak jelasnya pemihakan pemerintah untuk mempersiapkan usaha kecil agar memiliki akses dan produtivitas yang sama dengan usaha besar dan belum adanya lembaga keuangan yang khusus memberikan pelayanan kepada usaha kecil, dan walaupun sudah ada program nya tapi dalam pelaksanaannya masih banyak yang mengecewakan. Kenyataan ini, Misalnya program KUR bagi usaha mikro dan kecil yang dikatakan dapat meminjam modal tanpa agunan tapi dalam kenyataan dilapangan jutru pihak perbankan yang ditunjuk masih juga memaksakan pakai agunan dan akibatnya bagi usaha yang tidak ada agunan tidak dapat menikmati fasilitas tersebut. Tidak dapat dipungkiri tidak sedikitnya usaha mikro dan kecil tidak dapat berkembang disebabkan oleh keterbatasan dana yang membawa konsekuensi terbatasnya faktor-faktor produksi seperti mesin dan teknologi modern. Selain itu, tingkat pendidikan tenaga kerja yang rendah dan organisasi, pola manajemen serta metode produksi industri kecil yang masih bersifat tradisonal juga menyebabkan industri kecil masih belum begitu optimal dalam menciptakan nilai tambah (Tambunan, 1998). Dalam kaitan ini Benedicta (2003;5) mengungkapkan bahwa dari seluruh badan usaha di Indonesia, 99% diantaranya adalah sektor usaha kecil yang menyerap 99,6 tenaga kerja Indonesia, Industri kecil dan rumah tangga memutarkan hanya 10% dari total uang beredar, tetapi menyumbang 48% terhadap produk Domestik Bruto (PDB), dan 15% dari total ekspor non migas. Hal ini menunjukkan besarnya potensi usaha kecil yang masih dapat dikembangkan, baik dalam produktivitas maupun daya saing. Jika melihat prospek sangat besar kemungkinan berkembangnya usaha ini tetapi kalau melihat segi ketertinggalan dibandingkan dengan negara berkembang lainnya justru masih jauh dari harapan. Melihat pentingnya usaha kecil ini dalam peta perekomian nasional, maka pemerintah sudah sepantasnya mengarahkan kebijakan ekonominya pada pengembangan usaha kecil ini. Hal ini akan memberi fondasi ekonomi yang kokoh dalam perekonomian nasional karena usaha kecil mampu tumbuh dan berkembang tanpa melalui ketergantungan pada lembaga-lembaga pembiayaan. Perlu untuk kita sadari dan khsusnya pemerintah bahwa Usaha kecil membutuhkan suasana demokratis, adil dan kondusif sehingga mereka dapat punya kesempatan yang sama dengan usahausaha besar dalam memajukan usaha dan bisnisnya. Menurut Hill, seperti dikutip Tambunan (1998). ”Kunci utama untuk membuat usaha kecil menjadi efisien, efektif dan dinamis adalah menciptakan iklim bisnis yang kondusif tanpa harus membuat usaha kecil terus-menerus tergantung pada bantuan-bantuan khusus dari pemerintah”. Oleh sebab itu yang lebih penting bagi pengembangan usaha kecil adalah menghilangkan semua distorsi pasar daripada membuat berbagai macam program pembinaan usaha kecil yang sering disalahgunakan dan diselewengkan oleh pihak birokrat menjadi proyek pengayaan diri sendiri (Tambunan 1998). ISSN 1858–3717
66
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 Melihat pentingnya pengembangan wirausaha maka Zimmerer (2005) merumuskan manfaat berkewirausahaan sebagai berikut: 1. Memberikan peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri. Dengan memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisnis untuk mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan berusaha memenangkan hidup mereka dan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan bisnis guna mewujudkan cita-cita mereka. 2. Memberikan peluang untuk melakukan perubahan. Semakin banyak pebisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat menangkap peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting. Mungkin berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak pakai untuk keluarga atau mendirikan program daur ulang limbah untuk melestarikan sumber daya alam yang terbatas. Pebisnis kini menemukan cara untuk mengkombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap berbagai masalah ekonomi dan sosial dengan harapan akan menjalani kehidupan yang lebih baik. 3. Memberikan peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya. Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan seringkali membosankan, kurang menantang, dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak berlaku bagi wirausaha, bagi meraka tidak banyak perbedaan antara bekerja dan menyalurkan hobi atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang mereka miliki merupakan aktualisasi diri. Keberhasilan mereka adalah suatu hal yang ditentukan oleh kreativitas, sikap antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki usaha atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka, kebangkitan spiritual, dan membuat mereka mampu mengikuti minat atau hobinya. 4. Memiliki peluang untuk meraih kuntungan seoptimal mungkin. Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausaha, keuntungan berwirausaha merupakan sumber motivasi yang penting bagi seseorang untuk membuat usaha sendiri. Kebanyakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya, tetapi di antara mereka yang memang menjadi berkecukupan. Hampir 75 persen yang termasuk dalam daftar orang terkaya majalah Forbes merupakan wirausaha generasi pertama. Menurut hasil penelitian, Thomas Stanley dan William Danko, pemilik perusahaan sendiri mencapai dua pertiga dari jutawan Amerika Serikat. “Orang-orang yang memiliki usaha sendiri empat kali lebih besar peluangnya untuk menjadi jutawan daripada orang-orang yang bekerja untuk orang lain atau menjadi karyawan perusahaan lain.” 5. Memiliki peran untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usahanya. Pengusaha kecil atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga masyarakat yang paling dihormati dan paling dipercaya. Kesepakatan bisnis berdasarkan kepercayaan dan saling menghormati adalah ciri dari pengusaha kecil. Pemilik usaha menyukai kepercayaan dan pengakuan yang diterima dari pelanggan yang telah mereka layani dengan setia selama bertahun-tahun. Peran penting yang dimainkan dalam bisnis di lingkungan setempat serta kesadaran bahwa kerja memiliki dampak nyata dalam melancarkan fungsi sosial dan kerja ekonomi nasional merupakan imbalan bagi manajer perusahaan kecil. 6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya. Hal yang dirasakan oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah bahwa kegiatan usaha mereka sesungguhnya bagi mereka bukanlah kerja. Kebanyakan wirausaha yang berhasil memilih masuk dalam bisnis tertentu karena ISSN 1858–3717
67
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 mereka tertarik dan menyukainya. Jadi mereka menyalurkan hobi atau kegemaran mereka menjadi pekerjaan sehingga mereka senang melakukannya. Wirausaha sebaiknya mencoba mengikuti saran dari Harvey McKey. Menurut McKey: “Carilah dan dirikanlah usaha yang Anda sukai dan Anda tidak akan pernah merasa terpaksa harus bekerja sehari pun dalam kehidupan Anda.” Usaha kecil merupakan harapan dalam membangun ekonomi nasional karena bahan baku dan sumber daya lainnya kebanyakan lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktuasi bahan baku impor. Selain itu seperti kita ketahui usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha-usaha yang sangat tahan dan bahkan bertahan pada saat terjadinya krisis moneter tahun 1998 yang lalu.Bahkan bila bahan baku impor sangat mahal sebagai akibat tingginya nilai mata uang asing, maka kenaikan mata uang asing tersebut dapat sijadikan peluang oleh perusahaan kecil yang menggunakan bahan lokal dengan memproduksi barang-barang untuk keperluan ekspor. Apalagi negara kita merupakan negara yang berlimpah dengan sumber daya seperti sumber daya manusia, sumber bahan baku dan juga pasar yang luas. Namun demikian selama ini karena belum dipandang sebagai usaha yang punya potensi untuk dikembangkan sehingga banyak usaha mikro, kecil dan menengah di negara mempunyai kelemahan dalam struktur perusahaan misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu saling terkait dengan faktor yang lain kemudian membentuk lingkaran ketergantungan yang tidak berujung pangkal dan membuat usaha kecil terdominasi dan rentan. Padahal kalau kita ingin memanfaatkan sumber daya yang ada secara bersinergi semua aktor penting dalam mewujudkan tercapainya kemandirian dan berkembangnya UMKM sebagai penggerak ekonomi bangsa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 2.1 Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diartikan bahwa UMKM ataupun usaha kecil lainnya sangat dipengaruhi oleh faktor bahan baku, faktor modal, faktor pemasaran dan faktor produksi (desain dan standar). Jika salah satu faktor tidak berfungsi maka akan dapat menghambat faktor lainnya dalam berkembang dan secara keseluruhan faktorfaktor diatas harus secara bersama-sama membnagun usaha dan secara bersmaa-sama mencapai tujuan usaha. ______________________________________________________________ Ketergantungan Permodalan
Ketergantungan Pemasaran
Ketergantungan Bahan Baku Baku
Ketergantungan Teknik, Desain dan Standar
Sumber: Tambunan, 1998 _______________________________________________________________________
Gambar 2.1 Hubungan Saling Ketergantungan UMKM ISSN 1858–3717
68
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 3. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Di dalam melaksanakan kegiatan pembinaan pada usaha sepatu dan sandal kulit di Kabupaten Padang Pariaman, dilakukan dengan beberapa metode yang disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh usaha mitra. Metode pelaksanaan kegiatan yang penulis lakukan di dalam melakukan pembinaan pada dua usaha sepatu kulit di Kabupaten Padang Pariaman. Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan pada usaha UMKM adalah dengan cara diskusi, pelatihan, pembinaan dan pendampingan. Untuk merealisasikan kegiatan ini maka dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui hal-hal yang sangat mendesak yang harus dilakukan saat ini. Ini dilakukan dengan meminta informasi kepada pemilik usaha mitra mengenai permasalah utama yang dihadapi dan yang perlu diatasi segera. Adapun data dikumpulan dengan cara wawancara dengan pemilik UKM dan observasi langsung ke tempat usaha. Mitra diharapkan dalam melakukan metode ini sangat koperatif sehingga dapat dengan cepat dan tepat pelaksanaan kegiatan dilakukan. 2. Melukukan studi literatur mengenai pembinaan usaha mitra, dan dari studi literatur didapat bahwa dengan kondisi mitra maka perlu adanya suatu administrasi yang komplek dengan menggunakan sofware yang sesuai dengan kebutuhan usaha mitra agar usaha mitra dapat berkembang dengan cepat. Kedua usaha mitra diminta keterangan yang sesungguhnya mengenai kondisi mitra saat ini, hal ini perlu agar pembinaan yang diberikan kepada mitra tepat sasaran. 3. Melakukan diskusi dengan tim pengabdian dan dengan mitra untuk mencari solusi dari permasalahan mitra. Dari permasalahan mitra maka tim pengabdian menawarkan suatu sofware Zahir untuk dapat mengatasi administrasi dengan mengurangi kebocoran dan dapat mengawasi usaha secara online dengan kondisi mitra yang sudah punya beberapa cabang. 4. Program Zahir ini, dapat digunakan mitra : sebagai administrasi transaksi, pencatatan keuangan, untuk pencatatan hasil produksi, pencatatan kebutuhan bahan baku, pencatatan gaji karyawan, untuk pengawasan terhadap kebocoran baik terhadap hasil produksi maupun terhadap bahan baku, memperlancar pengembangan usaha karena dengan adanya pencatatan tadi maka akan mudah bagi mitra untuk mengambil keputusan mengenai usahanya.Dan yang paling penting disini adalah dengan adanya sofware ini adalah tidak adalagi permasalahan dalam pesanan konsumen, semua tercatat dan tidak ada keterlambatan sehingga konsumen tidak kecewa. 5. Pelatihan untuk program zahir ini dilakukan sampai mitra sudah mampu sendiri menjalankan usahanya dengan menggunakan program ini baik dengan melatih calon administrasi ataupun dengan melatih langsung pemilik usaha. 6. Selain itu pada usaha mitra juga dilakukan pembinaan terhadap hasil produksi. Artinya adalah produk mitra selama ini sudah bagus tapi masih perlu dilakukan pembinaan terhadap peningkatan kemasan. Tim pengabdian disini membina mitra dengan memberi contoh pada kotak produk dan kantong produk agar kelihatan bagus dan terkesan mewah karena segmennya disini adalah mulai dari kalangan bawah sampai pada kalangan atas. 7. Untuk meningkatkan promosi usaha tim pengabdian melakukan perbaikan terhadap papan nama usaha mitra yang tidak kelihatan oleh konsumen dan juga meningkatkan promosi dengan media dan mengedarkan brosur keinstansiinstansi yang ada di daerah. ISSN 1858–3717
69
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 8. Semua kegiatan ini masih secara terus-menerus dilakukan (metode pendampingan), karena mitra masih banyak membutuhkan pengetahuan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan usaha saat ini.
4. PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Deskripsi hasil Kegiatan ini sudah di mulai Bulan Oktober 2010 dalam rangka pembinaan UKM kerajinan sepatu kulit di Kabupaten Padang Pariaman, dan untuk mencapai arah dan tujuan dalam pembinaan UKM maka sudah dilakukan beberapa hal pada UKM mitra Yoesani dan Ramilo yang merupakan UKM sampel penulis. 1. Pembinaan Manajemen, dalam pembinaan manajemen perlu dilakukan peningkatan SDM, administrasi, dan tekhnologi. Karena semua itu merupakan masalah yang substansial dalam pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Pada Usaha Mitra Yoesani permasalahan yang sangat besar dan perlu dilakukan pembinaan pertama adalah permasalahan administrasi, karena permasalahan ini sangat menghambat kelancaran usaha mitra. i) Pembinaan administrasi ini dilakukan dengan menggunakan Program Zahir. Karena dengan sofware ini permasalahan dalam usaha mitra akan dapat diatasi. Misal, Usaha mitra mempunyai tenaga kerja 62 orang dengan produksi per hari minimal 100 pasang dan dengan penjualan minimal 60-80 pasang per hari. Selama ini semua administrasi dilakukan secara sederhana saja dan dipegang oleh pemilik langsung, sehingga pemilik merasa belum maksimal dapat menjalankan usaha karena keterbatasan waktu bagi dirinya untuk mengurus semua usahanya dengan terpusat kepadanya. Sehingga banyaknya kebocoran dalam usaha, banyaknya pesanan yang tidak dapat dipenuhi sesuai dengan waktu yang disepakati, dan masalah lainnya yang sangat berpengaruh. Dengan program ini tim pelaksana sudah melaksanakan pembenahan administrasi, mulai dari menseleksi karyawan yang akan ditempatkan pada bagian adminsitrasi sampai pada membatu menjalankan program Zahir. Kegiatan ini masih berjalan mengingat banyaknya hal-hal yang harus dilakukan pada usaha mitra. ii) Pembinaan SDM , kita selama ini setidaknya berangkat dari rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya keahlian dan manajemen serta berkurangnya penguasaan teknologi. Hal ini semakin terlibat bila dikaitkan dengan Usaha Kecil, Menengah usaha mitra. Biasanya, para usahawan kecil dan menengah tumbuh dan berkembang secara alami. Pemilik usaha mitra mempunyai pendidikan sarjana muda dan SMA. Namun mereka belum mampu menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri. Kelemahan pada manajemen keuangan umpamnya, terlihat dari tidak adanya pembukuan yang memadai, sehingga cenderung tidak bisa membedakan antara pribadi dan perusahaan. Akibatnya, mereka sulit menghitung pengeluaran dan pendapatan, sehingga sering terjadi miskalkulasi dan inefisiensi. Sementara dalam pemasaaran, UKM belum menerapkan kaidahkaidah pemasaran yang benar. Secara sederhana, misalnya aspek pemasaran mencakup aspek produk, biaya distribusi dan promosi. Dalam hal produk dan biaya, agaknya UKM tidak ada masalah, karena kualitas produk dan biayanya yang bersaing, Namun, UKM sering melupakan soal kemasan, label, distribusi dan promosi. Ini yang membuat UKM kurang mampu bersaing dengan produk sejenis yang dibuat oleh perusahaan besar. Padahal kualitas produksinya mungkin lebih baik dibandingkan merek produk-produk terkenal. Tim pelaksana sudah melakukan pembinaan terhadap memperbaiki kemasan produk dan ini ISSN 1858–3717
70
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 masih dilakukan sampai sekarang mengigat usaha mitra yang lebih dari satu dan mengalami masalah yang sudah komplek, sehingga butuh waktu yang banyak untuk membinanya. iii) Melakukan Pembinaan mengenai promosi produk mitra baik Ramilo maupun Yoesani. Ini dilakukan mengingat peluang usaha mitra yang sangat besar untuk berkembang dan dibarengi oleh tenaga kerja dan fasilitas yang mendukung. Saat ini pemilik usaha dan tim pelaksana sedang melakukan negosiasi dengan pemerintah daerah untuk dapat mensosialisasikan mengenai aturan untuk memakai produk lokal dan rencana kita akan melakukan kerjasama dengan Pemerintah daerah propinsi dan kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Dengan adanya himbauan memakai produk lokal akan dapat meningkatkan peluang usaha mitra. iv) Melakukan motivasi pada karyawan agar dapat meningkatkan kreativitasnya sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan diterima oleh pasar. Jangka panjang mungkin akan dapat juga menciptakan calon wirausaha baru yang akan mampu juga bersiang dipasar dengan pemahaman usaha yang selama ini sudah dilakukannya. 2. Penguasaan Teknologi, Selain peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen, UKM juga perlu menguassi teknologi karena teknologi syarat mutlak bagi penguasaan industri dan perdagangan. Selama UKM masih menjalankan bisnisnya dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan tradisional, maka UKM tidak akan mampu bersaing menghadapi pasaran dunia. Dalam hal ini, yang utama bagi UKM adalah penguasaan teknologi tepat guna. Disamping akan menghemat biaya produksi, juga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk UKM. Dalam penguasaan teknologi tim pelaksana sudah mengenalkan komputer untuk adminsitrasi, menggunakan kemasan produk yang sesuai dan dapat meningkatkan nilai produk. Disamping itu peralatan usaha mitra sekarang sudah cukup maju karena peralatan seperti mesin sudah yang canggih dan sesuai denga kebutuhan usaha.Dalam upaya untuk mutu produk usaha mitra dengan tim melaksanakan kerjasama dengan Pengusaha Belanda dan pada 8-16 November dilakukan pembinaan mutu bagi tenaga kerja dengan mendatangkan pengusaha dari Belanda guna mempersiapkan usaha mitra untuk kualitas eksport. 3. Mendatangkan pengusaha mitra dari Belanda merupakan kebetulan saja dalam rangka meningkatkan motivasi pemilik usaha dan karyawan agar mampu terus berusaha dan bersaing dengan produk lainnya. Pengusaha dari Belanda ini merupakan teman lama dari pemilik usaha dan kebetulan datang ke Sumatera Barat. 4.2 Hasil Yang Diperoleh 1. Pemilik usaha sangat berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian sehingga apa yang dilakukan tim pelaksana, pemilik usaha sangat mau melakukan sesuai dengan kebutuhan usaha mitra, seperti untuk memakai sofeware bagi administrasi usaha. Tim pelaksana kegaiatan selama ini juga memberikan pelatihan kepada calon karyawan yang akan dipekerjakan pada usaha ini sebagai karyawan pada bidang administrasi. Pelatihan selama 2 minggu ternyata sudah mampu diserap oleh calon karyawan bidang administrasi. 2. Setiap apa yang diusulkan tim pelaksana untuk pembinaan usaha, seperti perbaikan administrasi, perbaikan kemasan produk, mitra mau melakukannya secara berkelanjutan. Melakukan perbaikan pada kemasan produk seperti kotak sepatu yang bernilai tinggi sudah dilakukan pada kedua usaha mitra ini. Promosi dengan menggunakan media elektronik juga sudah dilakukan dan diharapkan dapat ISSN 1858–3717
71
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 menambah jumlah penjualan dan luasnya pangsa pasar. Hal lain untuk promosi yang dilakukan oleh tim pelaksana membuat spanduk dan papan nama yang cukup besar agar tempat usaha mudah dikenali oleh calon pembeli. Promosi melalui kantong plastik yang mempunyai nama merek usaha mitra juga diprediksi akan dapat berpengaruh terhadap tingkat penjualan usaha mitra dan hal ini juga sudah dilakukan. 3. Memberikan pelatihan untuk motivasi karyawan, supaya efisien maka perlu dilakukan pembinaan dan motivasi bagi karyawan, agar penggunaan SDM maksimal. Seperti mengendalikan karyawan pramuniaga maka perlu adanya motivator. Ini baru dilakukan satu kali dan rencananya pemilik usaha akan melakukan minimal tiga bulan sekali. Motivasi ini penting untuk dapat meningkatkan produktivitas karyawan agar mampu dan mengerti dengan tanggung jawab terhadap pekerjaannya masing-masing. 4. Hasil wawancara dengan pemilik usaha, pemilik usaha ingin dibantu secara berkelanjutan karena mitra merasa mereka sangat membutuhkan ini. Dan apayang diberikan selama ini oleh tim pelaksana sangat banyak manfaatnya bagi pengembangan usaha mitra. Karena mereka tidak mengetahui lagi kemana mitra akan dapatkan pembinaan seperti ini. Pendampingan sangat penting dalam upaya adanya pembinaan secara berkelanjutan dan ini sangat menguntgungkan pemilik usaha atau mitra. 4.3 Implikasi dari Temuan Perlu diberikan pelatihan dan pembinaan dan sampai pada pendampingan secara berkelanjutan bagi UKM-UKM. Ini sangat diperlukan oleh UKM dan berguna bagi pengembangan usaha. Dengan adanya kegiatan ini akan dapat membuka mata UKM bahwa mereka punya peluang untuk berkembang asalkan dapat membina usahanya sendiri kearah pengembangan. Melihat prospek dari usaha sangat memungkinkan untuk berkembang asal diberi pendampingan selain pembinaan. Selama ini Pemda belum melakukan pembinaan ataupun perhatian yang serius terhadap usaha mitra. Selain pembinaan manajemen yang menjadi persoalan dalam pengembangan usaha mitra, pemberian motivasi dan penghargaan tenaga kerja sebagai aset usaha harus dapat dilakukan mengingat susahnya usaha mitra untuk mendapatkan tenaga kerja yang benar-benar dapat diandalkan dalam pengembangan usaha. Tenaga kerja kalau sudah dibina dan sudah berhasil dalam membuat produk yang bagus sering meninggalkan usaha mitra dengan alasan yang beragam, padahal pemberian kompensasi sudah maksimal yaitu dalam satu minggu rata-rata Rp.700.000 sampai Rp. 1.000.000. Sehingga saat ini mitra susah untuk mendapatkan tenaga kerja, padahal pasar yang akan diisi sangatlah banyak. Sehingga dengan adanya kegiatan ini akan dapat membantu mitra untuk masa yang akan datang dalam memelihara tenaga kerjanya. Perlu adanya pembinaan secara berkelanjutan baik dari pemerintah sebagai yang bertanggung jawab langsung dalam membina dan memantau perkembangan usaha ataupun perguruan tinggi sebagai aktor yang punya terkaitan langsung dalam memberikan serta mengenalkan terobasan-terobosan baru pada pelaku usaha. DAFTAR PUSTAKA Alma. B. 2001. Kewirausahaan, Bandung : Penerbit Alfabeta Awal. 2006. Kewirausahaan. Bandung: Penerbit Tugas Wirawasta Austin. J.E. 1992. Agroindustrial Project Analisis: Critical Desin Faktor. Second Edition. USA: The Jhon Hopkins University Press. ISSN 1858–3717
72
Polibisnis, Volume 4 No. 2 Oktober 2012 Benedicta. P, 2003, Pengembangan Model Perilaku Berwirausaha yang Inovatif Pada Perusahaan-Perusahaan Berskala Kecil, Jakarta: Unika Atmajaya Publisher BPS Kota Padang. 2012. Padang Dalam Angka. Padang: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Padang Nangoi. R. 1998. Marketing dalam Era Globalisasi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Siagian. S. 1998. Management Strategi. Jakarta: Bumi Aksara. Tambunan. 1998. Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Bumi Aksara, Undang-undang No. 9 tahun 1995, Tentang Usaha Kecil dan Menengah Zimmerer. 2005. Pengantar kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Surabaya: Univ. Kristen Petra Publisher
ISSN 1858–3717
73