Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
LAMPIRAN A REVIEW KONDISI DAN RENCANA PEMDA DKI JAKARTA DI BIDANG TRANSPORTASI
A. Rencana Struktur Ruang Wilayah DKI Jakarta Strategi penataan ruang DKI Jakarta guna terciptanya suatu pusat kegiatan yang produktif serta memiliki daya saing adalah: 1) Mengembangkan pusat kegiatan baru secara hierarkis; 2) Mengembangkan pusat kegiatan pada simpul angkutan umum massal melalui konsep Transit Oriented Development (TOD); 3) Mengembangkan kawasan perkantoran, perdagangan, jasa, ekonomi kreatif, dan pariwisata dalam skala regional, nasional, dan internasional; dan 4) Meningkatkan kualitas pasar tradisional serta prasarana dan sarana sosial sebagai pusat kegiatan berskala lokal.
Gambar A. 1. Rencana Pola Ruang DKI Jakarta
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-1
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar A. 2. Arahan Kawasan Strategis DKI Jakarta
Gambar A. 3. Rencana Pusat Kegiatan DKI Jakarta
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-2
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
1. Rencana sistem jaringan prasarana utama Strategi penyediaan sarana, prasarana dan utilitas di pusat-pusat kegiatan DKI Jakarta meliputi:
a) Membangun sistem angkutan umum massal sebagai b) c) d) e) f) g) h) i) j) k)
l)
tulang punggung transportasi; Membangun sistem transportasi angkutan barang yang efisien dan efektif; Meningkatkan keterpaduan sistem angkutan air, udara, dan darat; Mengintegrasikan sistem transportasi berskala lokal, regional, nasional, dan internasional; Membangun prasarana pelabuhan bertaraf internasional; Mengembangkan prasarana konservasi sumber daya air; Meningkatkan pemanfaatan sumber daya air berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat; Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air bersih sesuai standard pelayanan minimal secara merata; Meningkatkan kualitas dan jangkauan sistem sampah dan sanitasi lingkungan sekurang-kurangnya sesuai dengan standard pelayanan minimal; Memisahkan sistem drainase dan saluran air kotor (sewerage) secara bertahap dan memperluas system pengelolaan air limbah; Meningkatkan keandalan dan menjamin ketersediaan pasokan energi dengan memperhatikan faktor konservasi dan diversifikasi energi untuk memenuhi kebutuhan kota; dan Mendorong peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang merata untuk peningkatan daya saing kota Jakarta. Sistem dan jaringan transportasi darat ditujukan untuk mengurangi kemacetan melalui pengembangan:
1) Sistem jaringan pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan 2) 3) 4) 5) 6)
Jalan (LLAJ) untuk angkutan massal; Sistem prasarana jalan; Sistem perparkiran; Sistem prasarana pedestrian dan sepeda; Sistem prasarana angkutan barang; dan Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan.
Untuk mewujudkan sistem dan jaringan transportasi darat yang efisien, terpadu dan menyeluruh ditetapkan target 60% (enam puluh persen) perjalanan penduduk menggunakan Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-3
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
angkutan umum dan meningkatkan kecepatan rata-rata jaringan jalan minimum 35 km/jam. Sistem jaringan pelayanan LLAJ berbasiskan rel meliputi:
1) Jaringan Mass Rapid Transit (MRT) perlintasan Lebak Bulus – Fatmawati – Dukuh Atas – Kota/Kampung Bandan, perlintasan Timur – Barat, dan perlintasan penghubungnya; 2) Jaringan Kereta Monorail; 3) Jaringan Kereta Lingkar Dalam Kota; 4) Jaringan Kerete Komuter Jabodetabek; 5) Jaringan Kereta menuu Bandara perlintasan ManggaraiBandara Soekarno Hatta; 6) Jaringan Kereta Api Barang pendukung Pelabuhan Tanjun Priok. a) Sistem Transportasi Angkutan Jalan Pengembangan sistem jaringan pelayanan LLAJ untuk angkutan massal berbasiskan jalan disesuaikan dengan hierarki jalan, terdiri atas:
1) Jaringan utama bis berjalur khusus; 2) Jaringan angkutan bis besar; dan 3) Jaringan angkutan pengumpan (feeder). b) Sistem Prasarana Jalan Pengembangan sistem prasarana jalan teridir dari jaringan jalan arteri, jaringan jalan kolektor dan jraingan jalan primer. Pengembangan jaringan jalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan luas jalan agar menambah aksesibilitas dan mengurangi kemacetan. Pengembangan pola jaringan jalan arteri dilakukan melalui penerapan konsep jalan tol yang dapat dilaksanakan secara layang pada koridor tertentu dan memiliki jalur khusus untuk angkutan massal, dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Paling sedikit 12 (dua belas) koridor angkutan umum massal termasuk sistem pengumpan yang terintegrasi sudah dioperasikan secara optimal. 2) Penerapan pembatasan lalu lintas 3) Strategi manajemen lalu lintas pada setiap rencana lokasi titik keluar/masuk kendaraan telah disiapkan 4) Konsep integrasi antara infrastruktur sistem angkutan umum massal dengan koridor yang berhimpitan telah disiapkan. Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-4
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Rencana pengembangan jalan arteri DKI Jakarta dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Dapat diimplementasikan pada permukaan secara
2) 3) 4) 5) 6)
layang antara lain pada koridor Antasari-Blok M, Kampung Melayu-Tanah Abang, Kapten TendeanCiledug, Pasar Minggu-Manggarai dan/atau di bawah tanah sesuai dengan hasil kajian lingkungan, sosial dan ekonomi yang dilakukan sebelum pelaksanaan konstruksi; Berupa jalan umum yang melayani angkutan utama; Melayani perjalanan jarak jauh; Memungkinkan untuk lalu lintas dengan kecepatan rata-rata tinggi; Membatasi jumlah jalan masuk secara berdaya guna; dan Penerapan manajemen lalu lintas pada setiap lokasi akses keluar/masuk.
Gambar A. 4. Peta Rencana Prasarana Angkutan Massal DKI Jakarta
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-5
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Rencana pengembangan sistem dan jaringan transportasi darat, diikuti dengan penerapan manajemen lalu lintas dan pembatasan lalu lintas yang diimplementasikan secara bertahap di kawasan tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal; dan 2) Berada di kawasan perkantoran, perdagangan, dan jasa di pusat kota. Pembatasan lalu lintas didukung dengan penerapan “earmarking” bagi peningkatan sistem transportasi kota dan sistem angkutan umum.
Gambar A. 5. Rencana Kawasan Pembatasan Lalu Lintas DKI Jakarta
B. Permasalahan Transportasi DKI Jakarta Permasalahan transportasi di wilayah DKI Jakarta, tidak dapat terlepas dari kondisi transportasi secara keseluruhan. Permasalahan transportasi di DKI Jakarta harus dilihat sebagai satu kesatuan permasalahan di wilayah Bodetabek lainnya.
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-6
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel A. 1. Permasalahan Transportasi di Jabodetabek Aspek Permasalahan Sistem Angkutan Umum Bus Operasional Investasi Inefisiensi penggunaan lajur Inefisiensi trayek Tumpang tindih trayek Waktu tempuh tinggi
Keterangan
Kelembagaan dan Ketidakseragaman persepsi pengaturan Orientasi penyelenggaraan Tumpang tindih kewenangan
Petunjuk teknis
Pembinaan dan pengawasan
Penentuan trayek
Karakteristik khusus operator dan masyarakat tiap wilayah Kurangnya keterpaduan
Perencanaan
Kurangnya sinkronisasi harmonisasi implementasi
dan
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
sektor usaha yang kurang menarik investor Dominasi moda bus kecil dengan frekuensi tinggi penetapan trayek tidak berbasis pada pemintaan perjalanan Tidak ada kejelasan trayek utama, cabang dan ranting Kondisi lalu lintas yang buruk diperparah dengan orientasi sopir “mengejar setoran” sehingga waktu tunggu tinggi di titik-titik pemberhentian Persepsi berbeda di tingkat regulator, operator dan pengguna, serta belum bersifat operasional dan nyata baik di tingkat pusat maupun di daerah Orientasi penyelenggaraan belum kepada peningkatan mutu pelayanan tumpang tindih kewenangan dari berbagai instansi yang terkait serta besarnya peran serta dan pengaruh tokoh masyarakat lokal pada beberapa wilayah Belum optimalnya penjabaran petunjuk teknis yang bersifat operasional dan aplikatif yang mengkomodasi ciri khas wilayah, termasuk ketentuan penyelenggaraan angkutan umum Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak swasta yang terlibat dalam penyelenggaraan angkutan umum di jalan belum efektif Mekanisme penentuan trayek dan jenis moda belum berjalan secara optimal sesuai dengan ketentuan yang ada peraturan perundangan yang bersifat generik agak sulit diterapkan dengan benar menyangkut keterpaduan perencanaan pengembangan jaringan jalan, terminal angkutan jalan dan juga menyangkut keterpaduan perencanaan angkutan umum Kurangnya sinkronisasi dan harmonisasi antara pembangunan (implementasi) dan perencanaan baik dalam sistem angkutan itu sendiri maupun dalam kaitan pembangunan tata ruang/kawasan
A-7
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Aspek Standar Pelayanan Sistem Kepemilikan
Pendanaan/Subsidi
Permasalahan bersifat sektoral Antisipasi terhadap pola tata ruang standar dasar rinci pengujian kendaraan Manajemen dan koordinasi
Keterangan Kurangnya keterpaduan dalam perencanaan dan pembangunan antar sector Pembangunan dan pengembangan tata ruang kawasan-kawasan belum dapat diantisipasi dengan pembangunan infrastuktur yang memadai Belum tersusunnya standar dasar secara rinci baik untuk angkutan maupun pelayanannya Kurang optimalnya sistem pengujian kendaraan
Sistem kepemilikan secara individu Sulit menerapkan konsep standar pelayanan minimum Peran pemerintah
Sistem kepemilikan secara individu hanya akan menitik beratkan kepentingan pribadi
Kinerja Angkutan Tingginya ratio tingkat Umum keterisian Sistem Angkutan Kereta Api belum optimalnya penggunaan kereta trayek dan frekuensi Kualitas Fasilitas pendukung
Kapasitas Keselamatan pemeliharaan
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
Peran pemerintah dari aspek pendanaan dalam mejalankan tanggung jawabnya untuk melaksanakan pelayanan angkutan umum masih jauh dari optimal rasio angkut penumpang pada jam sibuk terutama untuk jenis Bus Sedang dan Besar hampir disemua trayek melebihi angka 120% belum optimalnya penggunaan kereta dilihat dari daya angkut yang masih dapat ditingkatkan Jumlah trayek dan frekuensi keberangkatan yang belum optimal dan efisien Kualitas layanan, keamanan dan keselamatan yang masih relatif rendah Fasilitas pendukung angkutan rel yang kurang baik (halte/stasiun, kondisi fisik kereta, peralatan keselamatan pada lintasan kereta, sistem sinyal yang belum optimal, fasilitas komunikasi) Kapasitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan potensi angkut terutama pada jam-jam sibuk sehingga terjadi kepadatan yang sangat tinggi Tingkat keselamatan yang masih rendah yang ditandai dengan cukup seringnya terjadi kecelakaan baik bagi penumpang, kereta maupun dengan lalu lintas sekitar Kondisi fisik kereta yang kian menurun yang kurang dibarengi dengan tindakan pemeliharaan fisik yang optimal Pemeliharaan fungsi dan utilitas fasilitas pendukung yang belum bersifat kontinuitas
A-8
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Aspek
Permasalahan
Sistem Angkutan Pribadi Kinerja Jaringan Aksesibilitas Sistem Tata Ruang Commuting trip inkosisten rencana tata ruang
fenomena “urban sprawl”
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
Keterangan
kinerja yang rendah akibat defisiensi kapasitas dan konflik lalu lintas terbatasnya akses yang representatif menuju kawasan pusat kegiatan (primer) kecenderungan penambahan intensitas tetap berada pada kawasan pusat DKI Situasi ketidakselarasan arah pengembangan antara pola perkembangan aktifitas guna lahan dengan pengembangan infrastruktur transportasi akibat kebijakan pengembangan ruang yang inkosisten dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan kecenderungan pembangunan yang berlangsung nampaknya intensitas pembangunan tersebar diberbagai lokasi dan tidak terkonsentrasi pada kawasan-kawasan tertentu
A-9
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Mengacu kepada kondisi pelayanan dan permasalahan yang ada maka tantangan permasalahan bagi layanan angkutan umum di masa mendatang adalah: a) Potensi demand yang semakin tinggi yang harus diantisipasi dengan penguatan dan perbaikan dari sisi suplai; b) Pengembangan kawasan pemukiman yang sangat pesat pada kawasan tertentu harus diakomodasi dengan peningkatan layanan; c) Defiensi secara fisik dan kualitas dari suplai eksisting harus diakomodasi dengan pemeliharaan dan peremajaan armada dan fasilitas pendukung; d) Integrasi antar moda; e) Dengan terbukanya peluang pihak swasta untuk turut berperan dalam penyediaan layanan angkutan umum berbasis rel, maka konsekuensi legal dan kewenangan organisasi yang menaunginya merupakan tantangan yang harus dihadapi; f) Pengembangan teknologi moda yang ramah lingkungan menjadi isu penting di tahun-tahun mendatang;
C. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi DKI Jakarta Banyak studi dan kajian yang membahas sistem transportasi Jabodetabek dan khususnya DKI Jakarta. Dari studi tersebut diperoleh beberapa gambaran rencana sistem transportasi DKI Jakarta khususnya angkutan umum. Konsep arah kebijakan pengembangan sistem transportasi di Jabodetabek dikelompokan berdasarkan: a) Pengembangan dari aspek penyediaan yang meliputi antara lain: (1) Peningkatan kapasitas dan sistem angkutan umum ; (2) Pengembangan jaringan angkutan umum; (3) Pembangunan jalan baru; (4) Peningkatan kapasitas jaringan jalan; (5) Pengurangan titik konflik; (6) Pengembangan jaringan jalan sesuai dengan kelas (arteri, kolektor dan lokal) fungsional; (7) Pembangunan pedestrian. b) Pengembangan dari aspek permintaan yang meliputi antara lain: (1) Pengembangan Transit Oriented Development; (2) Transport Demand Management; (3) Pengendalian tata ruang.
1. Konsep Arahan Sistem Angkutan Massal Jalan Raya di Jabodetabek Reformasi sistem fisik dan pelayanan angkutan umum berupaya keras untuk mengatasi secara bertahap dan komprehensif Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-10
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
berbagai permasalahan yang telah berlangsung selama puluhan tahun seperti: kondisi lalu lintas yang semakin padat dan menunjukkan titik jenuh terutama pada koridor dengan aktivitas ekonomi dan sosial yang tinggi, struktur trayek angkutan umum yang tidak seimbang dan saling tumpang-tindih dengan kondisi pelayanan yang cukup memprihatinkan dan struktur tarif yang kurang optimal. Alternatif konsep operasional yang mengintegrasikan sistem busway dengan pelayanan bus besar Jabodetabek dengan memanfaatkan fasilitas lajur khusus jaringan busway. Ada beberapa konsep operasional yang dapat dipertimbangkan yaitu; (1) Integrasi penuh (trunk-feeder system) (2) Penggunaan lajur bersama secara Terbatas (Partial Lane Sharing) (3) Penggunaan lajur bersama secara Penuh (Full Lane Sharing)
Gambar A. 6. Jaringan Angkutan Massal Jalan Raya (Trunk line) Jabodetabek
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-11
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar A. 7. Integrasi Jaringan busway dengan Jalan Bebas Hambatan/Arteri Layang
Gambar A. 8. Konsep Sistem Jaringan Trunk-Feeder Jabodetabek
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-12
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar A. 9. Potensi Lokasi Park & Ride di Jabodetabek
2. Konsep Kelembagaan Angkutan Massal Jalan Raya Jabodetabek Pembentukan Lembaga/Badan Pengelola Angkutan Umum Massal Jabodetabek (LP-AUM). Struktur Badan/Lembaga Pengelolaan Angkutan Umum Massal dapat terdiri dari Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana. Untuk menyelenggarakan pembangunan, pengelolaan sarana dan prasarana dan/atau pengusahaan kegiatan usaha dan/atau operasional lainnya pada angkutan umum massal Jabodetabek, dapat dibentuk Badan Usaha (Milik Negara) berbentuk Perusahaan Perseroan. Badan Usaha Milik Daerah dan/atau badan usaha swasta selain Perusahaan Perseroan dapat diikutsertakan dalam pengembangan dan pengusahaan atas dasar kerja sama dengan Perusahaan Perseroan tersebut diatas.
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-13
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Instansi Pemerintah
Badan Pelaksana
Dis Hub Perizinan trayek Pelimpahan sebagian wewenang
Badan Pengelola Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Raya Jabodetabek
Dis PU Infrastruktur Jalan Raya/Pendukung
Dis Penda
Manajemen Pelanggan
Pengembangan dan Pengoperasian Pelayanan
Pelayanan Pelanggan
Perencanaan Jasa Transportasi
Manajemen Penjualan
Manajemen Kualitas Pelayanan
Pajak dan retribusi daerah Tata Ruang Penataan Ruang
Perencanaan Terminal, Shelter, Sistem Pengendalian Operasi, Loket, Depo, Bengkel, Kendaraan dan Sistem Tiket
Pembangunan/Pembelian Sistem, Pengendalian Operasi, Pembuatan Kartu Tiket
Pemda/Pemkab
Otorita daerah
Layanan Pendukung Korporat
Manajemen Infrastruktur dan Sistem
Hubungan Eksternal
Perencanaan Strategis
Teknologi Informasi
SDM
Keuangan
Hukum
Logistik dan Pengadaan
Audit Intern
Administrasi Umum
Properti
Pemasaran
Bisnis Pendukung Lainnya
Pengoperasian dan Pemeliharaan Terminal, Shelter, Loket dan Sistem Tiket
Operator Utama (Trunk Line) Manajemen Infrastruktur dan Sistem Perencanaan Depo, Bengkel
Pembangunan/Pemb elian Depo, Bengkel dan Kendaraan
Pengoperasian dan Pemeliharaan Depo, Bengkel dan Kendaraan
Operator Pengumpan (Feeder Line)
Layanan Pendukung Korporat Perencanaan Strategis
Manajemen Infrastruktur dan Sistem
SDM Perencanaan Depo, Bengkel
Keuangan
Hukum
Logistik dan Pengadaan
Audit Intern
Pembangunan/Pemb elian Depo, Bengkel dan Kendaraan
Pengoperasian dan Pemeliharaan Depo, Bengkel dan
Operator Tiket
Layanan Pendukung Korporat Perencanaan Strategis
Manajemen Pelanggan
SDM
Pelayanan Pelanggan
Keuangan
Hukum
Manajemen Penjualan
Logistik dan Pengadaan
Audit Intern
Manajemen Tiket
Manajemen Infrastruktur dan Sistem Pembangunan Loket, Penjualan Tiket Pembelian Mesin Tiket dan Sistem
Layanan Pendukung Korporat Perencanaan Strategis
SDM
Keuangan
Hukum
Logistik dan Pengadaan
Audit Intern
Pengoperasian dan Pemeliharaan Mesin Tiket
Kendaraan
Gambar A. 10. Bentuk Kelembagaan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Raya Jabodetabek
Lampiran A – Review Kondisi Dan Rencana Pemda DKI Jakarta Di Bidang Transportasi
A-14
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
LAMPIRAN B REVIEW KONDISI DAN RENCANA PEMDA KOTA BANDUNG DI BIDANG TRANSPORTASI
A. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Bandung Kebijakan struktur ruang kota Bandung terdiri atas:
1) Perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung industri kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional; 2) Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali; dan 3) Peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan dan efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan sistem regional. Strategi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali meliputi:
1) Membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan 2) 3) 4) 5) 6) 7)
masyarakat dalam menyediakan prasarana dan sarana transportasi; Mengawasi fungsi dan hirarki jalan; Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan; Memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang terpadu; Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-pusat kegiatan; Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun terminal di batas kota dengan menetapkan lokasi yang dikoordinasikan dengan pemerintah daerah yang berbatasan; dan Mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem transportasi kota.
Rencana sistem pusat pelayanan kota Bandung, dibagi menjadi 3 (tiga) jenjang, yaitu:
1) Pusat pelayanan kota (PPK) melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-1
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
2) Subpusat pelayanan kota (SPK) yang melayani subwilayah kota (SWK); dan
3) Pusat lingkungan (PL). PPK kota Bandung terdiri atas:
1) PPK Alun-alun; dan 2) PPK Gedebage. PPK Alun-alun dan PPK Gedebage direncanakan melayani kota, PKN Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional. SPK kota Bandung terdiri atas:
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
SPK Setrasari, melayani SWK Bojonagara; SPK Sadangserang, melayani SWK Cibeunying; SPK Kopo Kencana, melayani SWK Tegallega; SPK Maleer, melayani SWK Karees; SPK Arcamanik, melayani SWK Arcamanik; SPK Ujungberung, melayani SWK Ujungberung; SPK Kordon, melayani SWK Kordon; dan SPK Derwati, melayani SWK Gedebage.
SWK yang dilayani SPK terdiri atas:
1) SWK Bojonagara, mencakup Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir;
2) SWK Cibeunying, mencakup Kecamatan Cidadap, Coblong, 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Bandung Wetan, Sumur Bandung, Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler; SWK Tegallega, mencakup Kecamatan Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astana Anyar; SWK Karees yang mencakup Kecamatan Regol, Lengkong, Kiaracondong, Batununggal; SWK Arcamanik, mencakup Kecamatan Arcamanik, Mandalajati, Antapani; SWK Ujungberung, mencakup Kecamatan Cibiru, Ujungberung, Cinambo, Panyileukan; SWK Kordon, mencakup Kecamatan Bandung Kidul dan Buahbatu; dan SWK Gedebage, mencakup Kecamatan Gedebage dan Rancasari.
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-2
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2030
Gambar B. 1. Rencana Struktur Ruang Kota Bandung 2011-2030
Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2030 Gambar B. 2. Rencana Pola Ruang Kota Bandung 2011-2030
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-3
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2030 Gambar B. 3. Rencana Kawasan Strategis Kota Bandung
1. Rencana sistem transportasi darat Rencana sistem jaringan transportasi darat terdiri atas:
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j)
Pemantapan hirarki jalan pada sistem jaringan primer kota; Pemantapan hirarki jalan kolektor primer kota; Restrukturisasi hirarki jalan pada sistem jaringan sekunder; Pembangunan jalan tol; Pembangunan jalan layang; Pengembangan terminal terpadu dan terminal kota; Penerapan Manajemen Kebutuhan Transportasi; Pengembangan angkutan umum; Pembangunan jalur sepeda dan fasilitas pendukungnya; dan Pembangunan jalan baru dan jalan tembus.
Pemantapan hirarki jalan pada sistem jaringan primer kota Bandung terdiri atas:
(a) Koridor 1: Jalan Cibeureum – Jalan Sudirman - Jalan Soekarno Hatta – Jalan Cibiru yang melintasi terminal Leuwipanjang;
(b) Koridor 2: Jalan Rajawali (Jalan Elang) – Jalan Nurtanio yang mengakses Bandara Husein Sastranegara;
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-4
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
(c) Koridor 3: Jalan Sindanglaya – Jalan Ujungberung – Jalan Cipadung yang mengakses Terminal Cicaheum;
(d) Koridor 4: Jalan Rumah Sakit – Jalan Gedebage yang mengakses Terminal Terpadu Gedebage. Pemantapan hirarki jalan kolektor primer kota Bandung meliputi jalan yang menghubungkan antara PKN Bandung dengan PKL sekitarnya, serta antara PKN Bandung dengan PKW Sukabumi dan PKW Tasikmalaya terdiri atas:
(a) Jl. Raya Setiabudhi; (b) Jl. Sukajadi; (c) Jl. HOS. Cokroaminoto (Pasirkaliki); (d) Jl. Gardujati; (e) Jl. Astana Anyar; (f) Jl. Pasir Koja; (g) Jl. K.H. Hasyim Ashari (Kopo); (h) h. Jl. Moch. Toha; (i) Jl. Ters. Buah Batu; (j) Jl. Ters. Kiaracondong; (k) Jl. Mochamad Ramdan; (l) Jl. Ters. Pasir Koja; (m) Jl. Gedebage; dan (n) Jl. Terusan Cileunyi Terpadu. Restrukturisasi hirarki jalan pada sistem jaringan sekunder kota Bandung terdiri atas:
(a) Pengembangan jalan arteri sekunder yang menghubungkan SPK Arcamanik dan SPK Kordon dengan PPK Gedebage;
(b) Pengembangan jalan kolektor sekunder yang melewati SPK Sadang Serang; (c) Pengembangan jalan kolektor sekunder yang menghubungkan SPK Arcamanik dengan SPK Kordon dan SPK Derwati; (d) Pengembangan jalan lokal lintas utara yang menghubungkan SPK Sekeloa dan SPK Ujung Berung. Rencana pembangunan jalan tol di kota Bandung terdiri atas:
(a) Jalan tol Soreang - Pasirkoja; dan (b) Jalan tol dalam dalam kota (Terusan Pasteur - Ujungberung Cileunyi) dan Ujungberung - Gedebage - Majalaya. Rencana pembangunan jalan layang kota Bandung terdiri atas:
(a) Jalan layang Jl. Setiabudhi - Jl. Siliwangi; (b) Jalan layang Jl. Nurtanio - rel KA; Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-5
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
(c) (d) (e) (f) (g)
Jalan layang Jl. A.Yani - rel KA; Jalan layang Jl. Sunda - rel KA; Jalan layang Jl. Braga - rel KA; Jalan layang Jl. Arjuna - rel KA; Jalan layang persimpangan Jl. Soekarno Hatta - Jl. Buah Batu; (h) Jalan layang persimpangan Jl. Soekarno Hatta - Jl. Ibrahim Adjie; (i) Jalan layang persimpangan Jl. Soekarno Hatta - Jl. Mochamad Toha; dan (j) Jalan layang persimpangan Jl. Gedebage - Tol Padaleunyi. Pengembangan terminal terpadu dan terminal kota di kota Bandung terdiri atas:
(a) Pembangunan terminal tipe A di Gedebage; (b) Otimalisasi terminal tipe B; (c) Pengembangan terminal tipe C di sekitar SPK. Penerapan strategi Manajemen Kebutuhan Transportasi kota Bandung terdiri atas:
(a) Pengembangan strategi manajemen parkir yang bersifat disinsentif maupun insentif.
(b) Pengembangan strategi pengenaan tarif di jalan di sekitar pusat kota;
(c) Pengembangan alternatif moda yang mendorong pergerakan ke pusat kota dengan menggunakan moda angkutan publik. Pengembangan angkutan umum yang dilakukan Pemda Kota Bandung terdiri atas:
(a) (b) (c) (d)
Aplikasi sistem transportasi terpadu; Optimalisasi sistem transportasi terpadu; Optimalisasi kebijakan penetapan tarif; Penyediaan sarana dan prasarana angkutan umum pemadu moda (bus line) dengan jalur: (1) Koridor 1 Jl. Raya Cibiru – Jl. Soekarno Hatta – Elang; (2) Koridor 2 Antapani –Jl. Laswi – Jl. Lingkar Selatan; (3) Koridor 3 Ujungberung – Jl. Surapati – Jl. Dr. Djunjunan; (4) Koridor 4 Cibeureum – Cicaheum; (5) Koridor 5 Buahbatu – Kebon Kawung; (6) Koridor 6 Banjaran - Gedebage – Kebon Kawung; (7) Koridor 7 Padalarang – Elang – Kebon Kawung; (8) Koridor 8 Soreang – Kopo – Leuwi Panjang – Kebon kawung;
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-6
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
(9) Koridor 9 Cibaduyut – Tegallega – Kebon kawung; (10) Koridor 10 Ledeng – Gegerkalong – Kebon Kawung; dan
(11) Koridor 11 Caringin – Pasirkaliki – Sarijadi; (e) Peremajaan moda dan peningkatan kapasitas Angkutan Umum;
(f) Penerapan laik fungsi kendaraan angkutan umum dengan uji (g) (h) (i) (j) (k) (l)
emisi gas buang; Penertiban dan Pengendalian Angkutan Lingkungan (ojeg dan becak); Peningkatan kinerja operasional taksi dengan mengatur jumlah taksi yang beroperasi sesuai dengan Permintaan; Penertiban dan peningkatan fungsi Halte; Penertiban pergerakan angkutan AKAP (Angkutan Kota Antar Propinsi) dan AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi); Peningkatan sistem kelembagaan sektor transportasi; dan Peningkatan peran serta swasta dalam pengembangan angkutan umum.
2. Sistem jaringan transportasi kereta api Pemantapan sistem jaringan transportasi kereta api merupakan kewenangan pemerintah pusat. Pemantapan tersebut terdiri atas:
(a) Revitalisasi Jalur Kereta api antar kota Bandung-Sukabumi(b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
Bogor; Revitalisasi jalur Kereta Api Rancaekek-JatinangorTanjungsari; Revitalisasi jalur Kereta Api Kiaracondong-Ciwidey. Pembangunan jalur ganda Kereta Api perkotaan Kiaracondong- Rancaekek- Cicalengka dan Kawasan Terpadu Gedebage; Elektrifikasi jalur Kereta Api Padalarang- KiaracondongCicalengka; Pembangunan jalur kereta ringan (monorel) di wilayah koridor Sungai Cikapundung; Peningkatan sarana dan prasarana stasiun di Stasiun Bandung, Ciroyom, Cikudapateuh, dan Kiaracondong; dan Pengembangan sarana dan prasarana Intermoda stasiun di Kawasan Gedebage.
3. Sistem jaringan transportasi udara Rencana sistem jaringan transportasi udara di kota Bandung dilakukan dengan melakukan pemantapan fungsi Bandara Husein Sastranegara sebagai bandara pengumpul skala tersier serta
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-7
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
peningkatan sarana dan prasarana Bandara Husein Sastranegara. Pemantapan yang dilakukan meliputi:
(a) Peningkatan pelayanan bandar udara dengan perbaikan
(b) (c) (d) (e) (f)
lingkungan sekitar agar memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan internasional dan pelayanan angkutan dari dan ke bandara (internal kota). penetapan kawasan aman bagi jalur penerbangan dengan pembatasan ketinggian bangunan di sekitar kawasan bandar udara sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Peninjauan kembali fungsi Bandara Husein Sastranegara sampai terbangun dan berfungsinya bandara pengganti. Penyediaan fasilitas intermoda di Bandara; Penyediaan moda sarana Penghubung; dan Penyediaan moda taksi yang mempunyai pelayanan yang baik.
Peningkatan yang dilakukan pada jaringan transportasi udara dilaksanakan bekerja sama dengan pemerintah pusat.
Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2030 Gambar B. 4. Rencana Jaringan Prasarana Kota Bandung
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-8
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
B. Permasalahan Transportasi Kota Bandung 1. Jaringan Jalan (a) Peningkatan kapasitas jalan Pertumbuhan panjang jalan di kota Bandung mulai tahun 2003 hingga data tahun 2010 hanya sebesar 0.81%. Jauh di bawah pertumbuhan jumlah kendaraan yang mencapai 7% - 10% setiap tahun. Kondisi ini mengakibatkan terjadi disutilitas jalan dimana kapasitas yang ada jauh dibawah kebutuhan. Kondisi kapasitas ini semakin diperparah dengan kondisi pemanfaatan badan jalan untuk kegiatan lain (parkir, pasar kaki lima/pasar tumpah dan kondisi permukaan jalan yang kurang baik).
(b) Konfigurasi sistem jaringan dan fungsi jalan Konfigurasi jaringan jalan Kota Bandung sulit dipadankan dengan konsep teoretis dalam UU 38/2004 tersebut. Pemisahan fungsional antara jalan primer dengan jalan sekunder sulit diterapkan. Sebagai contoh jalan Sukarno-Hatta, jalan Ujung Berung, jalan Sukajadi, jalan Setiabudi dan jalan Kiara Condong yang secara fungsi adalah jalan arteri/kolektor primer lebih banyak digunakan untuk lalulintas perkotaan dan commuter). Untuk jalan sekunder perbedaan fisik maupun operasional antara jalan lokal sekunder, kolektor sekunder, dan arteri sekunder juga belum jelas (contoh: banyak sekali jalan perumahan yang digunakan untuk lalulintas menerus).
(c) Kondisi fisik jalan Terdapat sekitar 12,23% dari panjang jalan yang ada di kota Bandung masuk dalam kategori rusak/tidak mantap. Kondisi ini akan mengganggu kinerja pelayanan. Selain besarnya volume kendaraan perlu adanya manajemen pembatasan dan pengawasan beban kendaraan pada ruas tertentu serta mempersiapkan konstruksi jalan yang sesuai dengan batas beban yang diijinkan.
(d) Persyaratan teknis ruas jalan Perlunya pemenuhan persyaratan teknis ruas jalan meliputi: (1) lebar badan jalan minimum; (2) kapasitas jalan yang harus lebih besar dari volume lalulintas, atau V/C<1; (3) lalulintas cepat dipisahkan dengan lalulintas lambat; dan (4) pengaturan simpang yang sesuai.
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-9
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel B. 1. Kondisi fisik jalan Kota Bandung D/S Jumlah titik
V/C rata-rata Tahun
Kecepatan
rata-rata kemacetan
ruas jalan persimpangan 1997
30, 78 km/jam
0,34
0,55
11 titik
2002
25,93 km/jam
0,41
0,67
23 titik
2009
18,81 km/jam
0,51
0,90
32 titik
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Tabel B. 2. Titik Kemacetan Kota Bandung No.
Titik Kemacetan
Sebab
Akibat
1
Jl. Asia Afrika
Adanya titik temu dari arah Jl Asia Afrika dan Alun-alun
Penumpukan Kendaraan
Arus lalulintasnya besar
Terjadi Kemacetan
Adanya PKL
Penumpukan Umum
Agkutan Umum yang berhenti sembarangan
Terjadi Kemacetan
2
Jl. Sartika
Dewi
Angkutan
Adanya titik temu dari arah Jl Kepatihan dan Dewi Sartika 3
4
Jl. Kepatihan
Jl. Dalem Kaum
Adanya PKL yang tumpah ke tepi jalan
Penumpukan Umum
Angkutan
Agkutan Umum yang berhenti sembarangan
Terjadi Kemacetan
Ruas jalan bagian tepi di jadikan lahan parkir serong
Penumpukan Kendaraan
Banyak PKL yang berjualan d tepi jalan 5
Jl. Moch Ramdhan
Terdapat kegiatan pasar ancol
Terjadi kendaraan
penumpukan
Pertemuan arus dari arah gurame dan Moh. Ramdhan
Terjadi kemacetan
Arus Lalu lintas besar 6
7
Jl. Otto Iskandardinata
Jl. Pasirkoja
Arus Kendaraan yang besar
Terjadi kendaraan
Adanya Kendaraan yang parkir di pinggir jalan
Terjadi kemacetan
Arus Lalu lintas besar
Terjadi
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
penumpukan
penumpukan
B-10
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No.
Titik Kemacetan
Sebab
Akibat kendaraan
Ruas jalan kecil
terjadi kemacetan
terdapat kendaraan yang parkir di sisi ruas jalan 8
Jl. Pungkur
Pertemuan arus lalu lintas dari Moh. Toha dan Pungkur
Arus lalu tersendat
9
Jl. Yani
Arus lalulintas besar
Kemacetan lalulintas
10
11
lintas
Ahmad
(Pasar Kosambi)
Tepi jalan di jadikan tempat parkir
jl. Astana Anyar
Terdapat PKL yang berjualan di tepi jalan
Kemcetan lalu lintas
jl. Buah Batu
Besarnya tertentu
Terjadi Penumpukan Kendaraan di Ruas jalan Buah batu
Lhr
pada
waktu
Terjadi emacetan cukup panjang 12
jadi
Jl. Cibaduyut
Kawasan Sentra sepatu kulit
Terjadi Kemacetan
Arus lalulintas yang besar
Arus lalulintas tersendat
yang
jadi
Lebar jalan kecil yaitu 7 m Parkir mobil d pinggir jalan
13
Jl. Jakarta
Terjadi kendaraan Antapani
Arus lalulintas besar
penumpukan pada simpang
Terjadi Kemacetan 14
Jl. Aji
Iskandar
(bawah Jembatan)
15
Jl. Muhamad Toha
Adanya Pasar Kiaracondong
Terjadi kendaraan
penumpukan
Adanya PKL yang tumpah ke ruas jalan
Terjadi Kemaceta sepanjang ruas jalan
adanya perlintasan Kereta Api
Arus lalulintas terhambat
Adanya pusat perbelanjaan ITC
Terjadi kemacetan
jadi
Adanya angkutan Umum yang mengetem 16
Jl. Soekarno Hatta
Besarnya Arus Lalu lintas pada simpang Buah batu Tidak
disiplinnya
pengguna
Terjadi Kendaraan
penumpukan
Terjadi kemacetan
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-11
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No.
Titik Kemacetan
Sebab
Akibat
kendaraan bermotor 17
Jembatan Pasopati
Pertemuan Arus Persimpangan tiga Gasibu
di
Terjadi kendaraan
penumpukan
Terjadi Kemacetan hingga fly over Pasupati 18
Jl. Abdurahman Saleh
Adanya perlintasan Kereta Api Tidak disiplinnya kendaraan bermotor
19
20
21
Jl. Jamika
Jl. Pasirkaliki
Jl. Jenderal Soedirman
Terjadi penumpukan Kendaraan di ruas Jl. Abdurahman Saleh
pengguna Terjadi Kemacetan
Simpang 3 pertemuan arus lalu lintas dari
terjadi kendaraan jamika
Arus dari arah Jend. Siedirman besar
terjadi kemacetan hingga pasar andir
Agkutan Umum yang berhenti sembarangan
Terjadi kendaraan
Jam Waktu pulangnya anak sekolah
Terjadi Kemacetan
Angkutan mengetem
Umum
yang
penumpukan pada simpang
Penumpukan
Terjadi Kemacetan
Kecilnya ruas jalan menuju Kota Cimahi 22
Pasar Andir
Pasar tumpah ke jalan
Kendaraan tidak melewati ruas jalan
23
Jl. Yani
Besarnya Arus Lalu lintas pada simpang Ahmad Yani - BKR
Terjadi kendaraan
Ahmad
bisa
penumpukan
Terjadi antrian mobil yang panjang
24
25
Jl. Sunda
Jl. Ahmad Yani (Cicadas)
Adanya perlintasan Kereta Api
Terjadi penumpukan Kendaraan di ruas Jl. Abdurahman Saleh
Tidak disiplinnya kendaraan bermotor
Terjadi Kemacetan
pengguna
Adanya pertemuan arus dari arah cicaheum dengan dari kosambi
Penumpukan Kendaraan pad simpang Jl. Jakarta
adanya persimpangan Jl. Jakarta
Terjadi cicadas
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
kemacetan
di
B-12
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No.
Titik Kemacetan
Sebab
Akibat
26
Jl. Yani
Simapang 3 pertemuan antara arus dari Surapati dan Ahmad Yani
Penumpukan Kendaraan di depan terminal cicaheum
Ahmad
(Cicaheum)
27
Jl. Cibiru
Terjadi kemacetan Terdapat angkutan umum yang berhenti dan menunggu penumpang
Arus jadi tersendat Terjadi kemacetan
28
Jl. Ciwastra
Simpang 3 kecil di pasar kordon
Terjadi kendaraan
Penumpukan
Aktifitas pasar kordon
Terjadi Kemacetan
Volume kendaraan cukup besar Ruas jalan kecil 29
Jl. Jenderal Sudirman
Terjadi kendaraan
Adanya pasar tumpah
(Pasar Andir) 30
penumpukan
Terjadi Kemacetan
Jl. Gatot Soebroto
Adanya aktifitas pasar binong
(Pasar Binong)
adanya pasar tumpah
Terjadi Kemacetan
Adanya simpang tiga kecil yang menuju ke sentra rajutan Jl. Merdeka
Arus Kendaraan yang besar
Terjadi Kendaraan
Penumpukan
31
Jl. Dr. Djundjunan
Arus Kendaraan yang besar
Terjadi Kendaraan
Penumpukan
32
Adanya perputaran depan BTC
jalan
di Terjadi Kemacetan
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-13
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Gambar B. 5. Peta Lokasi Titik Rawan Kemacetan
Tabel B. 3. Jumlah APILL yang dibutuhkan, terpasang dan kondisinya Kondisi No.
Jenis Lokasi
Dibutuhkan (buah)
Terpasang (buah)
Baik
Tidak berfungsi
1
Simpang 4/lebih
105
105
104
1
2
Simpang 3
30
30
30
-
3
Penyeberangan jalan
1
1
1
-
4
Ruas jalan (lampu kuning/ warning light)
5
3
3
-
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-14
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Gambar B. 6. Volume Lalu Lintas Kota Bandung (eksisting 2009)
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Gambar B. 7. Kinerja Kecepatan Jaringan Hari Kerja (Eksisting 2009) Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-15
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel B. 4. Isu strategis penyediaan prasarana jalan Aspek
Kondisi eksisting
Kondisi yang diharapkan
Permasalahan/Gap yang terjadi
Isu strategis
Keterangan
Kuantitas jalan
Luas penyediaan jalan 2,96% (2009)
Luas penyediaan jalan di Kota Bandung menjadi 5% dari luas area (di Tahun 2030)
Perlu penambahan luas penyediaan jalan sekitar 2,04% (setara dengan 1139,690 km lane (1 lane = 3 meter)
Peningkatan kapasitas jalan di Kota Bandung
Biaya pembangunan 1 lane jalan sekitar 10 Milyar/km
Konfigurasi jalan
Jaringan jalan primer masih terganggu oleh lalulintas commuter/ perkotaan
Terciptanya sistem jaringan jalan primer yang dipisahkan dengan lalulintas sekunder
Perlu pelengkapan frontage road di ruas-ruas jalan arteri primer dan kolektor primer di kota Bandung serta penyelesaian permasalahan persimpangan sebidang pada jalan primer (membangun flyover)
Pemulihan fungsi jalan primer yang melintasi kota Bandung
Frontage road berperan sebagai jalan sekunder yang sejajar jalan primer
Jaringan sekunder terintegrasi tata ruang
jalan belum dengan
Terintegrasinya jaringan jalan sekunder dengan perencanaan tata ruang
Perlu restrukturisasi jaringan jalan sekunder di Kota Bandung sesuai skema penataan ruang yang direncanakan
Restrukturisasi sistem jaringan jalan sekunder di Kota Bandung
Perlu dilakukan review klasifikasi fungsi dan status jalan di Kota Bandung
Baru 87,77% jalan di Kota Bandung dalam kondisi mantap
100% jalan di Kota Bandung dalam kondisi mantap
Perlu percepatan program pemeliharaan dan peningkatan jalan
Pemenuhan kemantapan fisik jalan
Idealnya dana pemeliharaan jalan sekitar 20-30 juta per km/tahun
Kondisi jalan
fisik
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-16
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Aspek
Kondisi eksisting
Kondisi yang diharapkan
Permasalahan/Gap yang terjadi
Masih banyak ruas jalan di Kota Bandung yang belum memenuhi persyaratan teknis fungsi jalan
Terpenuhinya persyaratan teknis fungsi jalan di semua ruas jalan di Kota Bandung
Perlu percepatan penyediaan perlengkapan jalan
Isu strategis Pemenuhan persyaratan fungsi jalan
teknis
Keterangan Persyaratan teknis terkait dengan lebar, V/C, pemisahan lalulintas, dan penanganan persimpangan jalan
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-17
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
2. Manajemen lalulintas jalan (a) Pengaturan Lalulintas Berdasarkan studi “Master Plan Transportasi Kota Bandung” tahun 2009, dari 158 titik traffic light yang ada di Kota Bandung, 60 titik diantaranya sudah tergabung dengan system ATCS, namun 10 titik diantaranya mengalami kerusakan loose communication. Kondisi ini di perparahdengan rusaknya mesin fax yang mengelola komunikasi antara control-room dengan lampu lalulintas di persimpangan jalan pada akhir Tahun 2008. Praktis sejak saat itu, sistem ATCS tidak berfungsi lagi di Bandung. Di masa datang perlu dilakukan revitalisasi terhadap sistem ATCS Bandung dengan perbaikan detektor, jaringan komunikasi, up-date software, dan penambahan traffic-surveiliance devices (camera, dll) agar fungsi remote and integrated controlling dapat berfungsi kembali dan melakukan migrasi ke arah sistem ITS. Simulasi yang dilakukan BSTP (2008)1 operasionalisasi kembali sistem ATCS pada koridor jalan lingkar selatan di Kota Bandung mampu memberikan pengurangan waktu perjalanan secara jaringan sekitar 25,75%.
(b) Parkir di badan jalan kebijakan parkir di badan jalan berdampak langsung terhadap kinerja jaringan jalan. Larangan parkir diutamakan pada ruas jalan yang fungsinya adalah arteri (primer maupun sekunder), karena jalan arteri yang fungsi lalulintasnya dominan seharusnya terbebas dari gangguan samping. Untuk jalan kolektor (primer maupun sekunder) perlu dilakukan pembatasan parkir hanya di ruasruas jalan yang memang memiliki badan jalan yang memadai dan kondisi lalulintasnya belum padat (VCR < 0,5).
(c) Manajemen Kebutuhan Transportasi Pusat kegiatan masyarakat kota Bandung masih terfokus hanya di beberapa titik terutama di wilayah sekitar Alun-alun kota Bandung. Penyebaran pusat-pusat kegiatan primer harus sudah mulai dilakukan ke pinggiran kota Bandung. Tahap awal pemerintah kota Bandung telah mempersiapkan rencana pengembangan kawasan Gede Bage. Selain itu perlu juga diupayakan penyebaran pusat pendidikan dan penyeragaman mutu sekolah secara merata di kota Bandung mengingat komposisi pelajar di kota Bandung cukup tinggi mencapai 36,34%.
(d) Perlengkapan Jalan Sampai saat ini belum teridentifikasi penyediaan trotoar/jalur pejalan kaki serta serta jalur sepeda motor untuk memfasilitasi pejalan kaki dan pengguna sepeda motor. Kondisi di lapangan penyediaan lebar trotoar masih belum memenuhi syarat, bahkan sebagian digunakan untuk keperluan lain (parkir, PKL, tanaman, dll), ini menyebabkan keengganan masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.
3. Pelayanan angkutan umum (a) Hirarki jaringan pelayanan angkutan umum 1
Direktorat Bina Sistem Transportasi (BSTP, Departemen Perhubungan (2008) Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS) di DKIJakarta, Bandung, Dan Surabaya
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-18
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sebagaimana lazimnya sebuah kota metropolitan maka seharusnya Bandung memiliki sistem angkutan massal (mass transit system). Saat ini yang dapat dikatakan sebagai angkutan massal di Kota Bandung hanya KA commuter Cicalengka-Bandung-Padalarang dengan total kapasitas pelayanan mencapai 25000 orang per hari. Trans Metro Bandung (TMB) yang dioperasikan September 2009 di jalur Soekarno Hatta dengan jumlah armada 10 bus sedang maksimal hanya mampu mengangkut 5000-6000 orang per hari (ini masih jauh dari definisi angkutan massal). Selain itu perlu upaya restrukturisasi trayek angkutan umum eksisting. Saat ini diperkirakan kapasitas angkut seluruh moda angkutan umum di Kota Bandung hanya sekitar 1,53- 1,87 juta penumpang per hari. Jika diperkirakan tingkat permintaan perjalanan di Kota Bandung Tahun 2008 saja mencapai 3 juta orang per hari, maka kapasitas tersebut harus ditingkatkan hingga dua kali lipat untuk dapat mengakomodasi lebih dari 2/3 permintaan perjalanan di tahun 2030. Tentu saja target kapasitas angkutan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan moda-moda angkutan eksisting saat ini.
(b) Tingkat pelayanan angkutan umum Survai yang dilakukan Bappeda Kota Bandung (2008)2 menunjukkan secara umum bahwa untuk perjalanan door-to-door: biaya transportasi menggunakan angkutan umum masih sangat mahal Rp. 6918/trip, waktu perjalanan rata-rata masih lama (hampir 1 jam) mencapai 53,4 menit untuk jarak sekitar 4,31 km, dengan kecepatan perjalanan sekitar 4,84 km/jam. Angka tingkat pelayanan tersebut tidak berimbang dengan kinerja sepeda motor: dimana biaya perjalanannya hanya sekitar Rp 1498/trip dan kecepatan perjalanan mencapai 23,35 km/jam. Tabel B. 5. Harapan masyarakat terhadap kinerja angkutan umum di masa datang No
Item
Harapan/Keinginan
1.
Jarak maksimum untuk mencapai fasilitas pemberhentian busway/halte/stasiun
663,6 meter
2.
Biaya maksimum yang sanggup dikeluarkan jika menggunakan angkutan umum
Rp. 2205/trip
3.
Waktu maksimum menempuh perjalanan
17,73 km/jam
4.
Waktu maksimum untuk menunggu
5,55 menit
5.
Kenyamanan apa saja yang diinginkan di dalam angkutan umum
• • • • • • •
untuk
Keamanan dan keselamatan AC (bebas asap rokok) Tidak berdesakan dan semua duduk Tidak ada pengamen Tidak ngetem Nyaman, bersih dan rapi Waktu cepat dan tepat
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung 2
Bappeda Kota Bandung (2008) Analisis Tingkat Kebutuhan Sarana Angkutan Massal di Kota
Bandung
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-19
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
(c) Integrasi antar moda Salah satu yang menghambat masyarakat untuk menggunakan moda angkutan umum adalah diharuskannya dilakukan perpindahan moda (setidaknya berjalan kaki) untuk mencapai tujuan perjalanan. . Umumnya moda pra dan purna angkutan yang digunakan adalah ojek, becak (selain jalan kaki). Berdasarkan hal tersebut, biaya pra/purna angkutan sangat mahal, sehingga penyediaan angkutan umum bertrayek yang mampu menjangkau kawasan perumahan perlu diprioritaskan. Permasalahan lain, adalah penyediaan fasilitas terminal, halte dan fasilitas pejalan kaki, saat ini jumlah trotoar hanya 10% dari total panjang jalan, jumlah terminal 15 buah (1 tipe A, 4 tipe B, dan 10 tipe C), halte yang tersedia di Kota Bandung hanya sekitar 89 lokasi. Dengan jumlah simpul angkutan umum yang terbatas tersebut, menyulitkan masyarakat untuk mengakses angkutan umum. Bahkan di sekitar simpul-simpul moda lain (bandara, stasiun KA) umumnya tidak tersedia halte angkutan umum, ini menandakan integrasi antar moda masih menjadi permasalahan yang perlu dituntaskan di kota Bandung.
4. Kebijakan pendukung (a) Kebijakan pendanaan Bantuan dari pemerintah provinsi maupun pusat akan terbatas pada kewenangannya masing-masing dan jumlahnya terbatas (untuk jalan arteri dan kolektor primer, terminal tipe A, kereta api, dll). Jika skema ear-marking dapat dikembangkan (perlu dicek terhadap kebijakan perpajakan), maka sebenarnya pendapatan dari PKB, pajak BBM, parkir dapat direalokasi ke sektor transportasi. Keterlibatan swasta untuk pengembangan jaringan transportasi di kota Bandung mutlak diperlukan. Perlu diidentifikasi koridor jaringan jalan/tol maupun koridor angkutan massal yang paling feasible untuk ditawarkan ke swasta.
(b) Sistem kelembagaan Secara teoretis, organisasi transportasi akan melibatkan pihak masyarakat (user/non-user), pemerintah (regulator dan supplier jaringan), dan operator angkutan. Skema pelibatan stakeholders dalam penyelenggaraan sistem transportasi di Kota Bandung belum cukup jelas, meskipun saat ini sudah ada Bakortrans (Badan Koordinasi Transportasi Jalan) Kota Bandung, namun dari sisi kewenangan maupun kelengkapan organisasinya belum memuaskan. Masalah kelembagaan lainnya yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan posisi kota Bandung sebagai kota Metropolitan yang luas wilayah perkotaannya tidak hanya mencakup kota Bandung, tetapi menjangkau beberapa bagian dari kabupaten Bandung, kabupaten Bandung Barat, kota Cimahi, dan kabupaten Sumedang.
(c) Regulasi pendukung Regulasi pendukung sangat diperlukan untuk menciptakan sistem transportasi kota yang baik. Ini terkait dengan regulasi dalam penegakan hukum maupun pendukung skema transportasi tertentu. Terkait dengan penegakan hukum, sebenarnya sudah pernah dikeluarkan Perda K3 (perda No 03 Tahun 2005) di Kota Bandung yang mencakup juga mengenai penegakan disiplin, namun
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-20
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
substansi mengenai lalulintas belum banyak disentuh dan belum efektif (parkir di badan jalan, menyeberang jalan, penggunaan RUMIJA jalan).
C. Pengembangan Sarana dan Prasaranan Transportasi Kota Bandung Peningkatan kinerja sistem pelayanan prasarana dan sarana angkutan umum, terdiri dari:
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Peremajaan moda angkutan umum Penerapan laik fungsi kendaraan angkutan umum dengan uji emisi gas buang Penertiban dan Pengendalian Angkutan Lingkungan (ojeg dan becak) Peningkatan kinerja operasional taksi dengan mengatur jumlah taksi yang beroperasi sesuai dengan demand Program sertifikasi pengemudi angkutan kota Pemenuhan kebutuhan prasarana terminal Penertiban dan peningkatan fungsi halte Penertiban pergerakan angkutan AKAP (Angkutan Kota Antar Propinsi) dan AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi).
Penerapan angkutan massal saat ini perlu diintegrasikan satu sama lain sehingga adanya keterpaduan bagi sistem trasnportasi yang ada. Penggunanan tipe dan jenis angkutan umum sangat ditentukan oleh kondisi geografi dan lebar jalan yang ada. Rencana penerapan angkutan massal yang direncanakan dan diharapkan dapat mengakomodir sistem pergerakan transportasi kota Bandung adalah sebagai berikut:
(a) BRT (Bus Rapid Transit) BRT yang dipilih dapat berupa Bus Way, Bus Line dan Bus Lane. Penerapan jenis BRT ini dapat disesuaikan pada kondisi lebar badan jalan yang ada. Koridor BRT yang direncanakan terdiri dari: (1) Koridor 1 Jl. Raya Cibiru – Jl. Soekarno Hatta – Elang (2010) (2) Koridor 2 Antapani –Jl. Laswi – Jl. Lingkar Selatan (2011) (3) Koridor 3 Ujungberung – Jl. Surapati – Jl. Dr. Djunjunan (2012) (4) Koridor 4 Cibeureum – Cicaheum (2013) (5) Koridor 5 Buahbatu – Kebon Kawung (2014) (6) Koridor 6 Banjaran - Gedebage – Kebon Kawung (2014) (7) Koridor 7 Padalarang – Elang – Kebon Kawung (2015) (8) Koridor 8 Soreang – Kopo – Leuwi Panjang – Kebon kawung (2016) (9) Koridor 9 Cibaduyut – Tegallega – Kebon kawung (2017) (10) Koridor 10 Ledeng – Gegerkalong – Kebon Kawung (2018) (11) Koridor 11 Caringin – Pasirkaliki – Sarijadi (2019)
(b) Monorail/LRT a. Tahap 1 ( 2015-2019) Trase Sungai Cikapundung yang melalui : Balubur – Padjadjaran – viaduct – Alun-alun – BKR – Soekarno Hatta b. Tahap 2 (2020 – 2030) Jl. Padjajaran – Simp Citarum dan Riau – Jl. Laswi – Jl. Karapitan – Alun-alun – Jl. Oto Iskandardinata – Jl. Cibadak – Jl. Jamika – Jl. Nurtanio – Jl. Abdurahman saleh – Istana Plaza.
Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-21
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Gambar B. 8. Rencana Pengembangan Angkutan Massal Kota Bandung Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-22
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Gambar B. 9. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Kota Bandung 2010 - 2014 Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-23
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Gambar B. 10. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Kota Bandung 2015 – 2019 Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-24
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber: Master Plan Transportasi Kota Bandung
Gambar B. 11. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Kota Bandung 2020– 2030 Lampiran B – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Bandung Di Bidang Transportasi
B-25
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
LAMPIRAN C REVIEW KONDISI DAN RENCANA PEMDA KOTA MEDAN DI BIDANG TRANSPORTASI A. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Medan Rencana Struktur Wilayah Kota Medan digambarkan dalam bentuk : 1. Arahan pengembangan dan distribusi penduduk yang merupakan perkiraan jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang selanjutnya diuraikan dalam rencana pendistribusian untuk setiap kawasan/kecamatan sesuai dengan daya dukungnya. 2. Rencana sistem pusat-pusat pelayanan yang merupakan pengembangan sistem penyebaran pusat-pusat pelayanan kota yang disusun secara hirarkis dan terstruktur sesuai dengan arahan dan rencana fungsi masing-masing pusat. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional, yang meliputi : a) Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; b) Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota; c) Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan kota 3. Rencana sistem jaringan transportasi merupakan pengembangan sistem jaringan yang menggambarkan pola pergerakkan dan penyebaran prasarana dan sarana penunjangnya, mencakup sistem transportasi darat, sistem jaringan kereta api, sistem jaringan angkutan sungai dan penyeberangan, sistem jaringan transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara. 4. Rencana sistem jaringan utilitas adalah pengembangan sistem jaringan pelayanan yang memungkinkan kota dapat terlayani secara optimal dengan memperhatikan arahan pengembangan dan distribusi penduduk, sistem pusat-pusat pelayanan serta arah pengembangan kota dalam jangka panjang.
1. Arahan pengembangan dan distribusi penduduk Sejalan dengan kecenderungan perkembangan fisik kota, saat ini perkembangan permukiman mulai mengarah ke Selatan. Perkembangan permukiman ke arah Selatan perlu dibatasi mengingat kawasan ini merupakan daerah konservasi. Pada masa yang akan datang perkembangan permukiman diharapkan akan mengarah ke Utara, seperti Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan. Arahan pengembangan dan strategi distribusi penduduk Kota Medan adalah sebagai berikut : Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-1
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
a) Pengembangan penduduk diarahkan sesuai rencana struktur ruang dan pola ruang; b) Pengendalian pertambahan penduduk di kawasan pusat kota, berupa pembatasan pembangunan perumahan baru pada kawasan tertentu atau meningkatkan pajak untuk lahan dan bangunan; c) Mengarahkan perkembangan penduduk ke luar kawasan pusat kota, yaitu pada kawasan-kawasan yang relatif masih sangat rendah tingkat kepadatan dan penggunaan lahannya masih banyak berupa lahan kosong, diawali dengan menyiapkan prasarana/sarana dasar (jalan, jaringan utilitas serta fasilitas sosial dan fasilitas umum).
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-2
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar C. 1. Rencana Arahan dan Distribusi Penduduk Kota Medan
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-3
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
2. Rencana sistem pusat pelayanan kota pola perkembangan atau penggunaan lahan perkotaan Kota Medan lebih mendekati Teori Lingkaran Konsentrik (concentric zone theory) karena sejak periode tahun 1970-an terjadi perkembangan yang hanya memusat di pusat kota saja, kemudian berkembang secara merata ke luar pusat kota.
Sum ber : RUTRK Kota Medan 2005
Gambar C. 2. Stadia Perkembangan Kota Medan
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-4
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Pengembangan rencana sistem pusat-pusat pelayanan dalam struktur ruang Kota Medan dilakukan dengan beberapa pertimbangan antara lain : a) Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota (KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang memiliki pelayanan regional dan internasional. b) Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan utara diarahkan sebagai pengembangan pelabuhan dan pusat perdagangan. c) Untuk mewujudkan fungsi dan peranan kawasan Utara sebagai kawasan yang memiliki pelayanan regional dan internasional, maka perlu adanya suatu pusat pelayanan di utara yang juga memiliki skala pelayanan regional (primer), yang disebut dengan istilah Pusat Pelayanan Kota; d) Sedangkan pusat kota tetap dipertahankan fungsinya sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa skala regional. e) Kawasan ex Polonia seluas 590 ha merupakan kawasan bernilai jual tinggi karena lokasinya yang berada dipusat kota. Mengingat tingginya harga lahan dan lokasinya yang strategis, daerah ini sesuai untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan komersial atau untuk perumahan kelas menengah atau menengah atas dengan kepadatan tinggi. Disamping bernilai jual tinggi, kawasan ini juga merupakan paru-paru kota Medan mengingat makin padatnya pembangunan di dalam Kota Medan sendiri dan kurangnya fasilitas taman dan rekreasi dalam kota. f) Pada wilayah pusat kota dan CBD Polonia yang juga memiliki pelayanan regional juga akan dilayani oleh satu pusat pelayanan regional yang wilayah pelayanannya lebih besar dari Pusat Primer Utara, yang disebut dengan Pusat Pelayanan Kota; g) Dengan demikian maka di Kota Medan akan memilikin dua Pusat pelayanan kota, 1 (satu) Pusat pelayanan kota di utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan kota di Pusat Kota. h) Untuk menghubungkan wilayah Utara (Pusat pelayanan kota di Utara) dan wilayah Pusat Kota (Pusat pelayanan kota di Kota) akan dikembangkan transportasi Multimoda dengan tulang punggung transportasi massal Kereta Api.
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-5
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar C. 3. Rencana Struktur Ruang Kota Medan
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-6
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel C. 1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan Kota Medan Tahun 2030 NO A
PUSAT PELAYANAN Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota
FUNGSI 1) 2)
3) B
Pusat Pelayanan Kota dibagian Utara
1)
2) 3) 4) 1
Subpusat pelayanan kota Medan Belawan
1) 2)
3) 4) 2
Subpusat pelayanan kota Medan Labuhan
1) 2) 3)
3
Subpusat pelayanan kota Medan Marelan
1)
2) 4
5
Subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan
1)
Subpusat pelayanan kota Medan Area
1)
2)
2)
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis; Pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi dan kota; Pusat pelayanan ekonomi Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional Pusat pelayanan transportasi; Pusat kegiatan sosialbudaya Pusat kegiatan industri Pusat pelayanan transportasi laut, Pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor, Pusat kegiatan industri, dan Pusat kegiatan perikanan Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan Pusat pelayanan transportasi Pusat pelayanan kesehatan Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk); Pusat kegiatan rekreasi dan wisata Pusat kegiatan perdagangan/bisnis Pusat pelayanan olahraga Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
WILAYAH PELAYANAN 1) Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan Baru, Medan Petisah, Kec. Medan Timur, kec.Medan Barat, Kec. Medan Kota; 2) Provinsi Sumatera Utara 3) Internasional 1) Kota Medan Bagian Utara; 2) Provinsi Sumatera Utara 3) Regional
Kec. Medan Belawan
Kec. Medan Labuhan
1) 2)
Kec, Medan Marelan; Kabupaten Deli Serdang
Kec. Medan Perjuangan dan Kec. Medan Tembung
Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan Denai, Kec, Medan Amplas
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-7
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
3. Rencana sistem jaringan prasarana utama a) Rencana Sistem Jaringan Jalan Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kota Medan didasari oleh kebijaksanaan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Sumatera Utara, RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro, sistem jaringan jalan eksisting, pola pemanfaatan ruang dan sebaran pusat-pusat pelayanan kegiatan kota. Pengembangan sistem jaringan jalan Kota Medan ini akan lebih difokuskan pada sistem primer dan sekunder, baik untuk fungsi Jalan Arteri, Kolektor, maupun Lokal. Tabel C. 2. Rencana Dan Fungsi Jaringan Jalan Arteri Primer Kota Medan No
Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Arteri Primer
Lebar Jalan (m)
GSB (m)
Keterangan
1
Jln. Sisingamangaraja
40
11,5
Jln. Tritura – Batas Kota
2
Jln. Tritura
40
11,5
Jln. Sisingamangaraja – Jln. Brigj. Zein Hamid
3
Jln. A. H Nasution
40
8,5
Jln. Brigjen Zein Hamid – Jln. Karya Jaya
4
Jln. A. H Nasution
40
11,5
Jln. Karya Jaya – Sungai Babura
5
Jln. A. H Nasution
40
4,5
Sungai Babura – Jln. Jamin Ginting
6
Jln. Ngumban Surbakti
40
11,5
Jln. Jamin Ginting – Batas Fly over
7
Jln. Ngumban Surbakti
33
15
Batas Fly over – Jln. Setiabudi
8
Jln. Gagak Hitam/Industri
33
10
Jln. Setiabudi – Jln. Gatot Subroto
9
Jln. Asrama
33
10
Jln. Gatot Subroto – Jln. Flamboyan
10
Jln. Helvetia
33
15
Jln. Flamboyan – Batas Kab. Deli Serdang
11
Jln. Pertahanan/Jln. Cemara
33
2
Jembatan Sungai Deli – Jln. Komodor Laut Yos Sudarso
12
Jln. Kol. Bejo/Jln. Cemara
33
15
Jln. Komodor Laut Yos Sudarso – Jln. Williem Iskandar
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-8
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No
Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Arteri Primer
Lebar Jalan (m)
GSB (m)
Keterangan
13
Jln. Jend. Gatot Subroto
33
15
Batas Kota – Jln. Asrama
14
Jln. Komodor Laut Yos Sudarso
26
12,5
15
Jln. Pelabuhan I
48
15
Jln. Komodor Laut Yos Sudarso - Tol titik 0,0
16
Jln. Pelabuhan II
48
15
Jln. Tol titik 0,0 – Pelabuhan Peti Kemas
17
Jln. Letjen. Jamin Ginting
33
15
Jln. A. H Nasution – Batas Kota
18
Jln. Letda Sujono
26
12
Intersection tol – Batas kota
19
Jln. Layang/tol CBD Polonia-Tol Belmera (rencana)
40
5
Ujung exrunway – Tol Belmera
20
Jalan Susur Pantai Trans Sumatera (rencana)
48
15
Batas Kota Sisi Barat – Batas Kota Sisi Timur
21
Jln. Tol titik 0,0 – Pelabuhan Peti Kemas (rencana)
48
15
Tol Belmera – Jalan Pelabuhan II
22
Jln. Tol Medan – Belawan
80
10
Jln. Tol titik 0,0 – Batas kota
23
Jalan Tol Medan – Binjai
70
15
Pintu Tol Tanjung Mulia – Batas kota
24
Jalan exrunway
100
15
Jalan Adi Sucipto – Jalan Jamin Ginting
25
Jalan Ters. Exrunway/Jalan Jamin Ginting
40
5,5
Jalan Pasar V – Jalan A. H Nasution
Jln. Kol. Bejo - Jln. Sumatera
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-9
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel C. 3. Rencana Dan Fungsi Jaringan Jalan Arteri Sekunder Kota Medan No
Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Arteri Sekunder
Lebar Jalan (m)
GSB
Keterangan
(m)
1
Jln. Sicanang
26
10
Jln. Komodor Yos Sudarso – Jalan Lingkar Marelan Sisi Barat (rencana)
2
Jalan Lingkar Marelan Sisi Barat (rencana)
26
15
Jln. Sicanang – Jln. Rahmad Budin
3
Jln. Marelan Raya
26
10
Jln. Rahmad Budin – Batas Kota
4
Jln. Komodor Laut Yos Sudarso
26
12,5
5
Jln. Adam Malik
26
15
6
Jln. T. Amir Hamzah
26
12,5
Jln. Adam Malik – Jln. Gaperta
7
Jln. Kapten Muslim
26
10
Jln. Gaperta- Jln. Gatot Subroto
8
Jln. Sunggal
26
15
Jln. Gatot Subroto – Jln. Setia Budi
9
Jln. Setia Budi
26
9,5
Jln. Sunggal – Jln Dr. Mansyur
10
Jln. Dr. Mansyur
26
12
Jln. Setiabudi – Jln. Jamin Ginting
11
Jln. Terusan Dr. Mansyur
26
12
Jln. Jamin Ginting – Pusat Kota (CBD Polonia)
12
Jln. Armada
40
4
Jln. Brigjen Katamso – Jln. Sisingamangaraja
13
Jln. H. M Joni
40
5
Jln. Sisingamangaraja – Jln. Bakti
14
Jln. Bakti
26
6
Jln. H. M Joni - Jln. Halat/Megawati
15
Jln. A. R Hakim
26
9,5
Jln. Halat/Megawati – Jln. H. M Yamin
16
Jln. Willem Iskandar
26
10
Jln. H. M Yamin – Jln. Cemara
17
Jln. Perdamaian/Pelita III/Bambu II
18
5
Jln. Willem Iskandar – Jln. Gaharu
18
Jln. Putri Hijau
26
12,5
Jln. Kol Bejo – Jln. Bambu II Jln. KL Yos Sudarso – Jln. Tengku Amir Hamzah
Jln. Adam Malik – Jln. H. M Yamin
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-10
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No
Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Arteri Sekunder
Lebar Jalan (m)
GSB
Keterangan
(m)
19
Jln. Balai Kota
26
12,5
Jln. H. M Yamin – Jln. Pulau Pinang
20
Jln. A. Yani
20
6
Jln. Pulau Pinang – Jln. Palang Merah
21
Jln. Pemuda
26
6
Jln. Palang Merah – Jln. Suprapto
22
Jln. Brigjen Katamso
22
6
Jln. Suprapto – Jln. Alfalah
23
Jln. Brigjen Zein Hamid
22
10
Jln. Alfalah – Jln. A. H Nasution
24
Jln. Gaharu
20
9
Jln. Bambu II – Jln. H. M Yamin
25
Jln. Jawa
20
6
Jln. H. M Yamin – Jln. Veteran
26
Jln. Irian Barat
18
1,25
Jln. Veteran – Jln. M. T Haryono
27
Jln. Cirebon
22
1,25
Jln. M. T Haryono – Jln. Pandu
28
Jln. Sisingamangaraja
30
10
Jln. Pandu – Jln. Tritura/A. H. Nasution
29
Jln. Jend. Gatot Subroto
33
15
Jln. Asrama – Jln. Adam Malik
30
Jln. Guru Patimpus
26
12.5
Jln. Adam Malik – Jln.Putri Hijau
31
Jln. Perintis Kemerdekaan
26
12.5
Jln. Putri Hijau – Jln. H. M Yamin
32
Jln. H. M Yamin
26
4
Jln. Perintis Kemerdekaan – Jln. A. R Hakim
33
Jln. Letda Sujono
26
12
Jln. A. R Hakim – intersection Tol Bandar Selamat
34
Jln. Pinang Baris
26
12
Jln. Gatot Subroto – Jln. Flamboyan Raya
35
Jln. Layang Letda Sujono – H. M Yamin – Gatot Subroto
26
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-11
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel C. 4. Rencana Dan Fungsi Jaringan Jalan Kolektor Kota Medan No
Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Kolektor Primer
Lebar Jalan
GSB
Keterangan
1
Jln. Rahmad Budin
26
15
Jalan Marelan – Batas Kota
2
Jln. Marelan Raya/Pahlawan
26
10
Jalan Rahmad Budin – Jln. Komodor Laut Yos Sudarso
3
Jln. Baru Sicanang
20
12
Batas Kota Sungai Percut – Batas Kota Sungai Belawan
4
Jln. Lingkar Labuhan
26
15
Jln. Lingkar Marelan – Simp. Seruway – hingga ke Batang Kuis (Batas Kota)
5
Jln. Brigjen Zein Hamid
26
8
Titi Kuning – Deli Tua
6
Jln. Bajak II
20
12
Jalan A. H Nasution – Batas Kota
7
Jln. Flamboyan Raya
26
15
Jln.Ngumban Surbakti – Batas Kota
8
Jln. Sejajar Medan Binjai
33
15
Jln. Pinang Baris – Batas Kota
9
Jln. Lingkar Luar Timur
26
15
Jalan Trans Sumatera – Batas Kota
10
Jln. Datuk Kabu
20
12
Jalan Panglima Denai – Batas Kota
(m)
(m)
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-12
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar C. 4. Rencana Jaringan Jalan Kota Medan
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-13
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar C. 5. Rencana Fungsi Jalan Kota Medan
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-14
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
b) Sistem Prasarana dan Sarana Angkutan Umum Jalan Raya Kota Medan merencanakan pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal dan berfrekuensi tinggi pada koridorkoridor utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya. Dalam hal ini angkot dan pelayanan eksisting diarahkan sebagai angkutan pengumpan (feeder) untuk moda angkutan dengan hirarki yang lebih tinggi diteruskan kepada jalur primer (trunk route) yang dilayani oleh Kereta Api. Pengembangan sistem angkutan umum massal direncanakan untuk menghubungkan sistem pusat primer – pusat primer, primer dan sekunder, serta sekunter antar sekunder dan dikawasan CBD Polonia. Adapun pengembangan terminal angkutan umum massal di Kota Medan meliputi: 1) Terminal Amplas, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas; 2) Terminal Pinang Baris, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal; 3) Terminal Belawan, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan; 4) Terminal Agribisnis, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan; 5) Teminal Terpadu, Tipe B, ditetapkan di CBD Polonia; dan 6) Terminal Sambu, Tipe C, ditetapkan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur. c) Sistem Prasarana dan Sarana Angkutan Umum Kereta Api Pengembangan jaringan jalan/rel kereta api Kota Medan dimasa mendatang adalah ; 1) Jalur kereta api Jalur Medan – Binjai – Tanjung Pura – hingga Banda Aceh; 2) Jalur kereta api Medan – Tebing Tinggi – Rantau Prapat – hingga Pekan Baru; 3) Jalur kereta api Medan – Belawan; 4) Jalur kereta api Medan – Deli Tua; 5) Jalur kereta api Medan – Pancur Batu; 6) Jalur kereta api Medan – Kuala Namo; 7) Jalur kereta api Medan – Gabion; dan 8) Jalur kereta api layang : Gaperta – Pusat Kota (CBD Polonia) – Titi Kuning – Simpang Pos dan Brayan – Pusat Kota – Mandala. Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-15
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
d) Rencana Sistem Jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Rencana pengembangan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang dikembangkan di Kota Medan adalah pelabuhan Sungai di Kecamatan Medan Labuhan (Kelurahan Nelayan Indah). Rencana pengembangan ASDP antara lain: 1) Alur pelayaran meliputi: alur Sungai Deli di Kecamatan Medan Labuhan dan sekitarnya (di kawasan Utara Kota Medan); 2) Dermaga sungai di Dermaga Kelurahan Nelayan Indah – Kecamatan Medan Labuhan; 3) Dermaga danau dan penyeberangan di Kecamatan Medan Marelan; 4) Dermaga untuk industri dan kepentingan strategis lainnya meliputi Dermaga Lamhotma di KEK; 5) Angkutan penyeberangan sebagaimana yang dimaksud pada poin (1) ditetapkan di Belawan Lama – Batang Sere dan Belawan Lama – Karang Gading; dan 6) Angkutan sungai sebagaimana yang dimaksud pada poin (1) ditetapkan di Belawan – Batang Sere, Belawan – Sungai Dua, Belawan – Paluh Subur, Belawan – Paluh Makna, Belawan – Paluh Manan, Belawan – Karang Gading. e) Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut Rencana pengembangan transportasi laut dilakukan dengan meningkatkan pelayanan di pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama, sehingga dapat menampung pergerakan orang dan barang. Untuk aksesibilitas transportasi laut didukung oleh moda transportasi lainnya, yaitu kereta api, jalan tol dan jalan raya. Untuk mengintegrasikan seluruh moda tranport dibangun terminal terpadu di Belawan, sehingga dapat menjadi satu kesatuan sistem transportasi Kota Medan dan Mebidangro. f) Rencana Sistem Jaringan Transportasi Udara Transportasi udara di Kota Medan saat ini masih menggunakan Bandara Polonia. Pada masa yang akan datang bandara tersebut akan dipindahkan ke Kuala Namo (Kabupaten Deliserdang). Sistem transportasi udara yang akan dikembangkan di Kota Medan adalah terminal city check-in. Untuk mendukung terhadap rencana pengembangan bandara Kuala Namu di dukung oleh sistem transportasi yang lain, Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-16
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
yaitu: integrasi terminal penumpang udara dengan stasiun kereta api. Ruang udara untuk penerbangan akan ditetapkan lebih lanjut oleh instansi pengelola sesuai dengan kebutuhan.
4. Perwujudan Pengembangan Sistem Transportasi Perwujudan pengembangan prasarana transportasi dilakukan untuk meningkatkan kapasitas, kualitas dan tingkat pelayanan prasarana transportasi guna mendukung berjalannya sistem pelayanan yang telah direncanakan. Program pengembangan transportasi antara lain adalah: a) Program pengembangan sistem jaringan jalan, antara lain meliputi: 1) Pembangunan dan peningkatan jalan lingkar dalam, jalan lingkar tengah, jalan lingkar luar dan jalan lingkar luar paling luar; 2) Pembangunan jalan Tol Medan-Binjai; 3) Pembangunan jalan Tol Baru di Kecamatan Medan Belawan, yaitu Jalan Tol mulai dari Simpang Sicanang ke Pelabuhan Perikanan (Gabion); 4) Pembangunan jalan lingkar Utara dan jalan lingkar Mebidang-ro; 5) Pembangunan jembatan layang (Fly over); 6) Penataan dan peningkatan fungsi dan kapasitas jalan (Jalan Arteri Primer dan jalan Kolektor Sekunder); 7) Pengembangan sistem jaringan sekunder, serta pengembangan jalan untuk daerah yang terisolir; 8) Minimalisasi persilangan dengan jaringan rel KA dengan pengembangan jalan tidak sebidang. b) Pengembangan angkutan umum meliputi: 1) Studi kelayakan sistem angkutan dalam kota; 2) Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) dengan Busway dan Monorail; 3) Pengembangan stasiun Kereta Api menjadi pusat pergerakan (TOD); 4) Menyediakan pemberhentian untuk angkutan umum bus maupun non-bus yang memadai; 5) Pengembangan dan penataan pelayanan angkutan paratransit ; 6) Pengembangan dan peningkatan pelayanan/penggunaan angkutan umum massal yang optimal ; 7) Penataan ulang dan pengembangan fungsi terminal serta fungsi pelayanan terminal.
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-17
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar C. 6. Rencana Sistem Angkutan Umum Massal Kota Medan
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-18
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
B. Identifikasi Permasalahan Transportasi Kota Medan Beberapa permasalahan yang terkait dengan sarana dan prasarana transportasi, lalu lintas, angkutan umum dan angkutan barang yang ada di kota Medan adalah sebagai berikut: Tabel C. 5. Identifikasi permasalahan yang terkait transportasi dan lalulintas Masalah 1.
Kemungkinan Penyebab
Kesemrawutan dan 1. kemacetan lalulintas di jaringan jalan pusat kota 2.
Alternatif Solusi
Tingkat pertumbuhan 1. lalulintas tinggi sehingga kapasitas tertinggal
Menekan pertumbuhan jumlah kenderaan pribadi dengan mengupayakan daya tarik angkutan umum
Tidak tertatanya 2. Mengembangkan kegiatan di tepi jalan alternatif manajemen 3. Kegiatan PKL di trotoar lalulintas yang melimpah ke badan 3. Membatasi ruang trotoar jalan untuk kegiatan PKL dan 4. keberadaan parkir di penataan lokasi kegiatan badan jalan yang sangat PKL banyak dilihat dari sisi 4. a) membatasi lokasi dan waktu dan lokasi waktu parkir di badan jalan
b)Implementasi Perda tentang pengaturan parker yang lebih konsisten dan berkelanjutan 2.
3.
Aksesibilitas 1. Belum tersedia sarana 1. wilayah yang dan prasarana belum merata transportasi yang memadai. 2. 2. Belum terpadunya berbagai moda dari sisi jenis moda, lokasi dan waktu pelayanan Akses ke luar 1. Sarana dan wilayah kota yang transportasi belum optimal terbatas 2. Terputusnya jalan yang ada
Penyediaan sarana dan prasarana yang lebih luas dan menyeluruh Memadukan operasi berbagai moda yang ada
prasarana 1. Peningkata kuantitas dan masih kualitas sarana dan prasarana trasnportasi baik melalui moda jalan jaringan raya, kereta api dan laut 2. Membuka jaringanjaringan jalan yang putus
4.
Polusi udara akibat 1. Pertumbuhan
jumlah 1. Mendorong
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
peningkatan C-19
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
transportasi
kenderaan yang tinggi
bermotor
pengguna kenderaan angkutan umum
2. Kondisi kenderaan yang 2. Mendorong peningkatan tua dan tidak terpelihara penggunaan kenderaan yang efisien dan ramah lingkungan 3. Pemberlakuan kontrol emisi kenderaan yang lebih ketat
Tabel C. 6. Identifikasi permasalahan yang terkait sarana prasarana transportasi Masalah
Kemungkinan Penyebab
Alternatif Solusi
I. Transportasi Darat 1.
Overloadnya o volume lalulintas terhadap kapasitas o jalan di beberapa ruas jalan
Penataan jaringan o yang belum optimal
2.
Terjadinya o kesenjangan spasial antara wilayah pusat kota dan wilayah pinggiran (wilayah Utara, Timur, Selatan)
Belum berkembangnya jaringan jalan
o
Pengembangan jaringan jalan lintas untuk mengurangi kesenjangan spasial.
3.
Buruknya pelayanan transportasi terminal
o
Sistem pengelolaan o terminal belum baik
o
Belum terpadunya perpindahan antar o moda o Akses keluar masuk kawasan terminal tidak optimal
Peningkatan fasilitas pelayanan orang dan moda angkutan
di
o
4.
Simpang-simpang o tidak memenuhi standar
Jumlah kenderaan pribadi yang o meningkat pesat
Aplikasi teknik TDM seperti cycle lane, road pricing, car pooling, parkand ride Mendorong angkutan masal
penggunaan
Peningkatan SDM pengelola Penataan akses manajemen dan lalulintas
melalui rekayasa
Kapasitas simpang o sudah tidak mampu melayani volume lalulintas
Penataan simpang melalui manajemen dan rekasyasa simpang
Terbatasnya
Pengembangan
II. Kereta Api 1.
Penggunaan
o
jalur o
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
konsep C-20
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Masalah angkutan api yang optimal
2.
Kemungkinan Penyebab kereta belum
Alternatif Solusi
lintasan kereta api
Terjadinya o kemacetan lalu o lintas di perpotongan antara jalur rel kereta api dan jalan
penggunaan angkutan kereta api
Prasarana sebidang
o
Mendorong penggunaan kereta api sebagai angkutan orang dan barang (internal, eksternal)
o
Pembangunan tidak sebidang
Frekuensi lalu lintas kereta api yang relatif tinggi
perlintasan
III. Transportasi Laut Belum optimalnya o pelayanan sistem transportasi terpadu
Pelabuhan tidak o menjadi bagian integral dalam o perencanaan system transportasi kota
Pengembangan konsep system transportasi terpadu
Pelabuhan tidak o menjadi bagian integral dalam o perencanaan system transportasi kota
Pengembangan konsep system transportasi terpadu
Pembangunan pelayanan angkutan umum pemadu moda
IV. Transportasi Udara Belum optimalnya o pelayanan sistem transportasi terpadu
Pembangunan pelayanan angkutan umum pemadu moda
Tabel C. 7. Identifikasi permasalahan yang terkait dengan angkutan umum Masalah 1.
2.
3.
Kemungkinan Penyebab
Alternatif Solusi
Belum seluruh o wilayah terlayani AU o secara merata
Jangkauan pelayanan AU o belum merata
Peningkatan jaringan pelayanan angkutan umum
Demand ekonomis
tidak o
Pengembangan konsep subsidi silang pada jalur “gemuk” dan jalur “kurus”
Pelayanan AU o masih buruk
Manajemen pengelolaan o
Mengembangkan konsep angkutan umum massal
o
Mengembangkan konsep manajemen pengelolaan AU
Kondisi
fisik o
yang
Manajemen pengelolaan o
Mengembangkan
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
konsep
C-21
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
4.
5.
Masalah
Kemungkinan Penyebab
Alternatif Solusi
AU buruk
(peremajaan armada)
angkutan umum massal o
Mengembangkan konsep manajemen pengelolaan AU
Pergantian o moda tidak mudah o
Sistem halte/terminal o yang tidak tertata baik
Mengembangkan konsep angkutan umum massal
Belum system multimoda
Mengembangkan konsep manajemen pengelolaan AU
Peran terminal o kurang optimal
Fasilitas terminal yang o cenderung menurun dan tidak memadai o Jaringan sarana yang tidak yang tidak optimal sampai ke terminal o
Revitalisasi fungsi peran terminal
Sifat dan pengemudi
sikap o
Penegakan hukum secara transparan dan konsisten
Penegakan hukum yang o tidak konsisten
Peningkatan kesadaran berlalulintas yang tertib, aman dan selamat
o
6.
Perilaku o pengemudi AU masih buruk o o
Motivasi penumpang banyaknya
tersedianya o pelayanan
mencai sebanyak-
dan
Pengembangan konsep terminal yang aman, nyaman dan ramah Peningkatan fasilitas
Tabel C. 8. Identifikasi permasalahan yang terkait dengan angkutan barang Masalah 1.
2.
Kemungkinan Penyebab
Alternatif Solusi
Angkutan o barang dengan kenderaan o besar masih masuk ke pusat kota o pada daerah tertentu
Lintasan angkutan barang o belum di atur secara tegas
Penetapan angkutan barang
Penegakan hukum yang tidak o konsisten
Peningkatan ruas jalan yang ditetapkan sebagai lintasan angkutan barang
Terminal o angkutan barang dan sistem pergudangan yang tidak tertata
Tidak tersedianya terminal o angkutan barang berada di peinggiran kota sebagai kawasan transfer muatan ke moda angkutan yang lebih kecil. o
Penetapan kawasan pergudangan pada pinggiran kota dan berada di lintasan angkutan barang
lintasan
Penyediaan fasilitas bongkar muat barang
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-22
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
3.
4.
Beban o angkutan yang berlebihan
Kontrol terhadap beban o muatan angkutan yang masih lemah o
Revitalisasi timbang
Angkutan o barang melalui kereta api, pesawasat dan kapal o belum optimal
Belum berkembangnya o konsep multimoda dalam membuat kebijakan dan o pengelolaan angkutan barang
Pengembangan multimoda
Kendala sarana prasarana pendukung
jembatan
Penegakan hukum secara transparan dan konsisten ditunjang dengan pengawasan yang terus menerus konsep
Peningkatan sarana dan sarana multimoda
dan
Tabel C. 9. Identifikasi Permasalahan Jaringan Jalan Utama di Kota Medan No 1
Lokasi Jalan Jend. Gatot
Permasalahan -
Terdapat pasar Kampung Lalang yangsampai menggunakan badan jalan
-
Parkir kendaraan dan becak di badan jalan
-
Lokasi ngetem Binjai/Aceh
-
Merupakan kawasan pertokoan disepanjang ruas jalanPermukaan jalan yang kurang baik disekitar mulut simpang
-
Sistem drainase yang kurang baiksehingga sering terjadi banjir
Subroto
2
3
Jalan Raya Medan - Binjai -
Jalan Asrama
angkutan
umum
menuju
Merupakan kawasanpertokoan/perkantoran Banyaknya akses kejala utama
-
Sistem drainase yang kurang baik
-
Angkutan barang yang parkir di badan jalan
-
Terdapat beberapa perusahaan pengangkutan barang
-
Merupakan lintasan angkutanbarang/kendaraan berat yang menuju kelintas timur sumatera (via Tol Belmera)
-
Terdapat kawasan permukiman pendudukdi
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-23
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No
Lokasi
Permasalahan sekitar jalan
4
5
6
7
8
Jalan Helvetia
Kapten Sumarsono
Medan Pertempuran
Yos Sudarso
Medan – Belawan
-
Banyaknya akses ke jalan utama
-
Merupakan lintasan angkutan barang/kendaraan berat yang menuju ke lintas timur sumatera (via Tol Belmera)
-
Terdapat kawasan permukiman penduduk di sekitar jalan
-
Banyaknya akses ke jalan utama
-
Merupakan lintasan angkutan barang/kendaraan berat yang menuju ke lintas timur sumatera (via Tol Belmera)
-
Terdapat kawasan permukiman penduduk di sekitar jalan
-
Banyaknya akses ke jalan utama
-
Terdapat pasar dan PKL yangmenggunakan 1 lajur, sehingga hanya 1lajur yang tersisa
-
Sering terjadi kemacetan akibat aktifitas pasar dan parkir kendaraan disekitarsimpang
-
Sistem drainase yang tidak baik
-
Merupakan kawasan pabrik/industri
-
Sering terjadi kemacetan terutama disekitar Simpang Pulo Brayan (dibawahflyover simpang Pulo Brayan)
-
Parkir dan PKL yang menggunakan badanjalan
-
Terdapat Pasar yang sampaimenggunakan badan jalan
-
Terdapat kerusakan pada beberapa bagianruas jalan
-
Aktifitas pinggir jalan yang cukup
-
Merupakan kawasan pabrik/industri
-
Parkir dan PKL yang menggunakan badanjalan
-
Terdapat Pasar yang sampaimenggunakan badan jalan
-
Aktifitas pinggir jalan yang tinggi(sekolah/kantor/pertokoan)
-
Tanpa fasilitas pejalan kaki
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
cukup
C-24
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No 9
10
11
12
Lokasi Sunggal
Setiabudi
Dr. Mansyur
Jamin Ginting
Permasalahan -
Pada beberapa lokasi menjadi lokasiparkir angkutan barang sewa
-
Terdapat kerusakan jalan, terutamamendekati persimpangan sei sekambingmedan, sering menimbulkan kemacetan
-
Aktifitas pinggir jalan berupa pertokoandan permukiman
-
Tidak ada fasilitas pejalan kaki
-
Merupakan kawasan dengan pertokoan dan perkantoran
-
Banyaknya akses lokal menuju ke jalanutama
-
Merupakan kawasan kampus danpertokoan ATK disepanjang jalan
-
Volume pejalan kaki tinggi, fasilitaspejalan kaki digunakan PKL dan parkir kendaraan
-
Terdapat parkir yang menggunakan badan jalan sampai ke mulut simpang Jl. JaminGinting-Jl.Dr. Mansur
-
Merupakan akses menuju ke jalan lintastengah Sumatera
-
Sering terjadi kemacetan terutama disekitar simpang akibat parkir yang menggunakan badan jalan
-
Parkir Becak simpang
disekitar
mulut
-
Terdapat pangkalan bus/angkutan menuju ke lintas tengah
umum
-
Parkir angkutan umum yg menggunakanbadan jalan
bermotor
aktifitas
USU
13
Jend. Sudirman
-
terdapat penyempitan ruas jalan (bottleneck) dijembatan yang sering mengakibatkankemacetan
14
Ir. Juanda
-
Merupakan kawasan dengan perdagangan dan perkantoran
-
Sering terjadi antrian yang panjang dipersimpangan menuju ke BandaraPolonia Medan
-
Parkir/ngetem angkutan umumdisembarang
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
aktifitas
C-25
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No
Lokasi
Permasalahan tempat
15
Sisingamangaraja
-
Fasilitas halte yang sangat minim
-
Trotoar yang terhalang oleh taman-taman kota
-
Pool kendaraan angkutan umum yangmenuju ke lintas timur disepanjang ruasjalan
-
Parkir kendaraan umum yang menggunakan badan jalan
-
Aktifitas disekitar jalan cukup tinggi (kantor, ruko dan hotel)
-
Terdapat pasar Simpang Limun yg sampai kebadan jalan, sering menimbulkan kemacetan
-
Parkir/ngetem angkutan disekitarpersimpangan menuju TerminalAmplas
-
Sering terjadi kemacetan disekitarsimpang menuju terminal Amplas
-
Volume lalu lintas yang sangat tinggi (khususnya kendaraan yang keluar/masuk terminal Amplas)
umum ke
C. Rencana Pengembangan koridor BRT Kota Medan Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan oleh Direktorat BSTP Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan RI mengenai “Kajian Perencanaan Teknis Angkutan Umum Massal Bus Rapid Transit (BRT) Pada Kawasan Aglomerasi Mebidang (Medan – Binjai – Deli Serdang) “ Tahun 2007 direkomendasikan 7 (tujuh) buah koridor BRT dalam wilayah Kota Medan. Dalam kegiatan “Studi Sistem Angkutan Umum Massal (Saum) Kota Medan”, pemerintah Kota Medan melkukan modifikasi lintasan koridor yang dilalui agar pelayanan yang diberikan menjadi lebih maksimal dengan jangkauan yang lebih jauh sesuai dengan kebutuhan dari pengguna transportasi di Kota Medan, pertimbangan lainnya dalam modifikasi lintasan koridor adalah adanya perubahan arah arus lalu lintas Kota Medan yang mulai diberlakukan pada bulan November tahun 2010. Khusus untuk Koridor 2 (Brigjend Katamso – Yos Sudarso) panjang koridor diperpanjang mulai dari Deli Tua/Batas Kota Medan hingga Terminal Bus Belawan. Mengingat panjang lintasn koridor yang
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-26
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
mencapai kurang lebih 30 km, maka Koridor 2 dibagi menjadi dua seksi yaitu: 1) Koridor 2 Seksi 1: Deli Tua/Batas Kota – Lapangan Merdeka 2) Koridor 2 Seksi 2: Lapangan Merdeka – Terminal Bus Belawan Koridor yang mengalami modifikasi oleh karena perubahan arah arus lalu lintas adalah Koridor 3 (Amplas – Irian Barat), Koridor 4 (Perintis Kemerdekaan – Kuala Namu) dan Koridor 5 (Jamin Ginting – Raden Saleh). Jalan diseputaran Lapangan Merdeka di Pusat Kota Medan yaitu Jl. Bukit Barisan, Jl. Stasiun Kereta Api dan Jl. Pulau Pinang akan menjadi pusat pertemuan 5 koridor BRT yaitu Koridor 1 (Terminal Pinang Baris – Guru Patimpus), Koridor 2 Seksi 1 (Deli Tua/Batas Kota Medan – Lapangan Merdeka), Koridor 2 Seksi 2 (Lapangan Merdeka – Terminal Busa Belawan), Koridor 3 (Terminal Amplas – Irian Barat), Koridor 4 (Perintis Kemerdekaan – Kuala Namu) dan Koridor 5 (Jamin Ginting – Raden Saleh). Tabel C. 10. Rute BRT Kota Medan
No Koridor
Koridor 1
Nama Koridor
Pinang Baris – Guru Patimpus
Lintasan Rute
Pergi
Pulang
Koridor 2
Brigjen Katamso – Yos Sudarso (Seksi 1)
Pergi
T.Pinang Baris - Jl. TB. Simatupang - Jl. Binjai Raya - Jl. Gatot Subroto - Jl. Iskandar Muda - Jl. Gajah Mada - Jl. S.Parman - Jl. Kapt M Lubis/Raden Saleh - Jl. Bukit Barisan - Sta Kereta Api Sta. Kereta Api - Jl. Pulau Pinang - Jl. A Yani - Jl. Balai Kota - Jl Guru Patimpus Jl. Gatot Subroto Jl. Binjai Raya - Jl. TB Simatupang T.Pinang Baris Deli Tua/Batas Kota Medan - Jl. Brigjen Katamso Jl. Pemuda Jl.
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
Panjang Koridor (km) Arah Arah Pergi Pulang
10,5
9,6
8,95
C-27
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No Koridor
Nama Koridor
Lintasan Rute
Panjang Koridor (km) Arah Arah Pergi Pulang
Achmad Yani - Jl. Bukit Barisan
Pulang
Brigjen Katamso – Yos Sudarso (Seksi 2)
Pergi
Pulang
Koridor 3
Amplas – Irian Barat
Pergi
Pulang
Jl. Bukit Barisan Sta. Kereta Api - Jl. Palang Merah - Jl. Cirebon - Jl. Pandu Jl. Sultan Makmun Al Rasyid - Jl. Brigjen Katamso Batas Kota Medan/Deli Tua Jl. Pulau Pinang - Jl. Balai Kota - Jl. Puteri Hijau - Jl. Yos Sudarso - Jl. Simp Pelabuhan 2 Jl. Pelabuhan - T. Belawan T. Belawan - Jl. Pelabuhan - Jl. Simp. Pelabuhan 2 Jl. Puteri Hijau - Jl. Puteri Merah Jingga - Jl. Gaharu - Jl. M Yamin - Sta Kereta Api - Jl. Pulau Pinang T. Amplas - Jl. Sisingamangaraja Jl. Pandu - Jl. Pemuda - Jl. A Yani - Jl Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Sta. Kereta Api - Jl. Pulau Pinang - Jl. Balai Kota - Jl. M Yamin - Jl. Gudang Jl. Perintis Kemerdekaan - Jl. Gaharu - Jl. Irian Barat - Jl. MT Haryono Jl. Cirebon Jl. Sisingamangaraja -
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
9,2
23,4
24,3
9,0
8,9
C-28
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No Koridor
Nama Koridor
Lintasan Rute
Panjang Koridor (km) Arah Arah Pergi Pulang
T. Amplas
Koridor 4
Perintis kemerdekaan – Kuala Namu
Pergi
Pulang
Koridor 5
Jamin Ginting – Raden Saleh
Pergi
Pulang
Koridor 6
Asrama – Kol. Bejo
Pergi
Jl. Pulau Pinang - Jl. Balai Kota - Jl. M Yamin - Jl. Gudang Jl. Perintis Kemerdekaan - Jl. Letda Sujono - Jl. Besar Tembung/Batas Kota Jl. Besar Tembung/Batas Kota - Jl. Letda Sujono - Jl. M Yamin - Sta. Kereta Api - Jl. Pulau Pinang Sta. Kereta Api - Jl. Palang Merah - Jl. Cirebon - Jl. Pandu Jl. R Suprapto - Jl. Jend Sudirman - Jl. S. Parman - Jl. Jamin Ginting/Batas Kota Jl. Jamin Ginting/Batas Kota – Jl. S Parman – Jl. Maulana Lubis – Jl. Raden Saleh - Jl. Bukit Barisan - Sta. Kereta Api T.Pinang Baris - Jl. TB Simatupang - Jl. Amal – Jl. Gagak Hitam - Jl. Asrama – Jl. Kapten Sumarsono – Jl. Helvetia (By Pass) – Jl. Pertempuran – Jl. Pertahanan – Jl. Cemara
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
8,1
7,0
16,6
16,8
15,5
C-29
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No Koridor
Nama Koridor
Lintasan Rute
Pulang
Koridor 7
AH Nasution – T. Pinang Baris
Pergi
Pulang
Jl. Cemara - Jl. Pertahanan - Jl. Pertempuran - Jl. Helvetia (By Pass) Jl. Kapten Sumarsono - Jl. Asrama - Jl. Binjai Raya - Jl. TB Simatupang - T. Pinang Baris T. Amplas - Jl. Sisingamangaraja Jl. AH Nasution – Jl. Karya Jasa - Jl. Ngumban Surbakti – Jl. Melati Raya - Jl. Flamboyan Raya – Jl. Sakura Raya – Jl. TB Simatupang – T. Pinang Baris T. Pinang Baris - Jl. TB Simatupang - Jl. Sakura Raya - Jl. Flamboyan Raya – Jl. Melati Raya – Jl. Ngumban Surbakti – Jl. Karya Jasa - Jl. AH Nasution - Jl. Sisingamangaraja T. Amplas
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
Panjang Koridor (km) Arah Arah Pergi Pulang
15,5
19,8
20,3
C-30
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar C. 7. Koridor BRT Kota Medan
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-31
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Dari hasil studi SAUM Kota Medan di peroleh gambaran pergerakan/pola perjalanan Kota Medan sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut.
Gambar C. 8. Desireline Kota Medan 2012
Gambar C. 9. Volume Jaringan Jalan Kota Medan, 2012
Lampiran C – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Medan Di Bidang Transportasi
C-32
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
LAMPIRAN D REVIEW KONDISI DAN RENCANA PEMDA KOTA MAKASSAR DI BIDANG TRANSPORTASI A. Rencana Pusat-Pusat Kegiatan Kota Makassar Rencana pusat-pusat kegiatan di kota Makassar didesain dan terstrukutur dalam pembagian kawasan terpadu, kawasan khusus dan kawasan prioritas. Pusat-pusat kegiatan tersebut tersebar di beberapa kawasan yang tentunya memiliki derajat aksesbilitas dan interkonektifitas yang besar, serta pelayanan prasarana wilayah yang memadai sehingga melahirkan Makassar sebagai wujud ruang kota yang indah, sinergis dan simbiosis mutualism antar ruang-ruang kota di dalamnya.
Gambar D. 1 Rencana Struktur Ruang Kota Makassar Dalam Rencana Struktur Ruang Kota, yang menjadi Kerangka Kota – Urban Struktur adalah jalan-jalan utama kota yang menjadi jalan primer kota serta alur sungai utama yang penting. Jaringan Jalan Utama Kota Makassar meliputi: 1) Jalan Lingkar Luar Barat – Utara Outer Ring Road Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting, terletak menyusuri sisi pantai kota Makassar dengan kelas jalan arteri primer, lebar ROW = 50 m. Di sisi barat Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-1
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
dimulai dari kawasan Barombong, melalui kawasan Tanjung Bunga, Center Point of Indonesia, Pantai Losari, Pelabuhan Sukarno – Hatta, kemudian ke sisi Utara melewati Kawasan Ujung Tanah, dan menerus ke Jl. Tol Sutami sampai ke Maros. Jalan ini juga membuka koridor ke arah selatan yaitu wilayah Gowa/Takalar; 2) Jalan Lingkar Luar Utara Outer Ring Road Direncanakan terletak di sepanjang pesisir pantai utara Kota Makassar dengan kelas jalan arteri primer, lebar ROW = 50 m. Selain berfungsi untuk membagi beban Jalan Lingkar Luar Barat – Utara Outer Ring Road yang ada sekarang, juga membuka koridor baru menuju Kabupaten Maros melalui sisi paling utara kota Makassar, merangkai kawasan mulai dari Pelabuhan Laut Sukarno-Hatta, menyeberangi area muara Sungai Tallo, melalui kawasan pantai kecamatan Tamalanrea, area Untia, sampai ke wilayah Kabupaten Maros; 3) Jalan Lingkar Kawasan Utara Sungai Tallo Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting dan pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 – 50 m. Merangkai kawasan Tamalanrea dan kawasan Biringkanaya, jalur ini menyusuri sisi utara Sungai Tallo dan perbatasan timur sampai utara Makassar dengan Kabupaten Maros. Di segmen utara jalan ini terdapat 3 koridor baru ke wilayah Kabupaten Maros; 4) Jalan Lingkar Luar Timur Outer Ring Road (Jalan Rencana Utama Mamminasata) Direncanakan terletak menembus sisi timur kota dengan kelas jalan arteri primer, lebar ROW = 50 m. Merangkai kawasan mulai dari Kabupaten Gowa (jalan poros Gowa – Takalar), melewati wilayah kecamatan Manggala (di sisi Timur Perumnas Antang), melalui wilayah Kab. Maros dan menembus Kecamatan Tamalanrea (di sisi Timur Perumahan Bumi Tamalanrea Permai), kemudian berbelok ke arah barat dan bertemu dengan Jl. Perintis Kemerdekaan (Perempatan Terminal Daya); 5) Jalan Lingkar Dalam (Jalan Rencana Mamminasata) Direncanakan melewati bagian tengah kota, melingkupi area antara sungai Tallo dan Jene’berang, dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Dimulai dari perempatan Tamalate menuju daerah Antang (Regulation Pond), kemudian menerus ke utara dan bercabang di wilayah Panakukkang, satu jalan mengarah ke barat melewati kawasan Lakkang dan Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-2
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
bertemu dengan Jl. Tol Reformasi, satu jalan lainnya mengarah ke utara dan bertemu dengan Jl. Tol Sutami; 6) Jalan Poros Tengah Utara – Selatan Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting dan pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 – 50 m. Menghubungkan kawasan selatan kota (wilayah Tamalate) sampai dengan wilayah utara kota (wilayah Ujung Tanah). Melalui Jl. A.P. Pettarani dan Jl. Tol Reformasi; 7) Jalan Poros Utara – Selatan Pusat Kota bagian Timur Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisiting dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Menghubungkan kawasan Ujung Tanah di utara kota, kawasan Bontoala, kecamatan Makassar sampai dengan kawasan Pa’baeng-baeng. Melalui Jl. Veteran Selatan, Jl. Veteran Utara, Jl. Bandang, Jl. Tentara Pelajar, Jl. Yos Sudarso, dan bertemu dengan Jl. Tol Reformasi; 8) Jalan Poros Utara – Selatan Pusat Kota bagian Barat Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Menghubungkan kawasan pusat kota (Karebosi) ke selatan sampai dengan kawasan batas kota Makassar – Gowa. Melalui Jl. Jend. Sudirman, Jl. Sam Ratulangi, bertemu dengan Jl. Veteran Selatan dan berbelok ke arah tenggara melalui Jl. Sultan Alauddin sampai dengan batas kota di wilayah Tamalate; 9) Jalan Poros Tengah Timur – Barat Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 – 50 m. Menghubungkan batas kota Makassar – Maros (kawasan Biringkanaya), kawasan Tamalanrea, kawasan Panakkukang sampai dengan kawasan pusat kota (Lapangan Karebosi). Melalui Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. G. Bawakaraeng; 10) Jalan Poros Timur – Barat Pusat Kota Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Menghubungkan kawasan Fort Rotterdam dengan kawasan Masjid Raya dan masjid Al Markaz Al Islami. Melalui Jl. Riburane, Jl. A. Yani, Jl. Bulusaraung, Jl. Masjid Raya, dan bertemu dengan Jl. Urip Sumoharjo – Jl. G. Bawakaraeng; 11) Jalan Poros Timur – Barat Rappocini – Manggala Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-3
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting serta pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Terletak di sisi Timur dari Jl. A.P. Pettarani (Poros Tengah Utara – Selatan), menghubungkan kawasan Pettarani dengan sisi Timur kompleks Perumnas Antang, direncanakan bertemu dengan Jalan Lingkar Dalam dan Jalan Lingkar Luar Timur (Outer Ring Road). Segmen antara kedua jalan Lingkar ini merupakan Jalan rencana Utama Mamminasata; 12) Jalan Poros Timur – Barat Tallo – Panakkukang (jalan rencana utama Mamminasata) Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting serta pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Terletak di sisi Timur dari Jl. Tol Reformasi (Poros Tengah Utara – Selatan), menghubungkan kawasan Barawaja dengan Kecamatan Panakkukang, melalui kawasan Lakkang, terhubung dengan jalan Lingkar Dalam Utara Selatan; 13) Jalan Poros Timur – Barat Pesisir Sungai Tallo Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting serta pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Terletak di sisi Selatan Sungai Tallo, menghubungkan kawasan muara Sungai Tallo dan menyusuri sisi selatan koridor sungai sampai pertemuan dengan Jalan Lingkar Luar Timur Outer Ring Road; 14) Jalan Poros Timur – Barat Muara Tallo – Tamalanrea Direncanakan menghubungkan kawasan Pusat Bahan Bakar dan Energi di Muara Sungai Tallo dengan kawasan di sisi timur kompleks BTP, menjadi koridor baru Makassar – Maros, kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m; 15) Jalan Poros Timur – Barat Kawasan Industri Makassar – Tamalanrea Direncanakan menghubungkan Jalan Lingkar Luar Pantai Utara sampai dengan wilayah timur kota (kawasan sisi timur kompleks BTP), kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m; 16) Jalan Poros utara – selatan Pusat Kota – Batara Bira Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting serta pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Menghubungkan area Karuwisi dengan area Batara Bira melalui area Barawaja, Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-4
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Lakkang, Tamalanrea dan berakhir di pertemuan dengan Jl. Sutami – Batara Bira; 17) Jalan Lingkar Tanjung Bunga – Jene’berang Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting serta pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Menghubungkan lingkar kawasan Tanjung Bunga dan Tanah Tumbuh serta menyusuri sisi utara koridor Danau Tanjung Bunga (ex Sungai balang Beru) sampai dengan batas kota Makassar – Sungguminasa di area Tamalate; 18) Jalur Lingkar Delta Sungai Jene’berang Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting serta pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Menghubungkan sisi Selatan koridor Danau Tanjung Bunga (ex Sungai Balang Beru) dengan lingkar kawasan delta dan menyusuri sisi utara koridor sungai Jene’berang dan bersambung dengan Jalan Lingkar Tanjung Bunga – Jene’berang menuju batas kota Makassar – Sungguminasa di area Tamalate; 19) Jalur Lingkar Kawasan Selatan Sungai Jene’berang Direncanakan menggunakan dan meningkatkan kualitas jalan eksisting serta pembukaan jalan baru dengan kelas jalan kolektor primer, lebar ROW = 30 m. Jalur ini menyusuri sisi selatan koridor sungai Jene’berang serta melingkupi wilayah Barombong dan sekitarnya.
B. Permasalahan Transportasi Kota Makassar Kota Makassar masuk dalam kawasan algomerasi Maminasata yang terdiri dari Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar. Jaringan transportasi di Mamminasata terdiri atas transportasi darat, laut dan udara. Transportasi darat merupakan sub-sektor utama yang perlu ditingkatkan untuk pelayanan transportasi yang lebih baik di kawasan algomerasi Maminasata. Moda transportasi yang paling banyak digunakan adalah sepeda motor, dimana untuk kawasan kota Makassar sendiri komposisinya mencapai 55%. Dari hasil studi JICA diperoleh gambaran volume lalu lintas di kota Makassar sebagaimana ditunjukan dalam Gambar D. 2.
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-5
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Boundary of 2 MAMMINASATA
34
Boundary of Makassar city
Inside Makassar city
7
Bicycle & Becak
26
55
6
0%
18
18
57
20% MC
7
11
19
40%
60%
Car/Taxi/Jeep
Bus
14
13
80% Pickup
3 7
23
100% Truck
Sumber: BSTP, Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi Maminasata, 2008
Gambar D. 2. Komposisi Penggunaan Kendaraan Kota Makassar dan Sekitarnya
Volume Lalu Lintas di Mamminasata 2005 (Jica, 2006)
Volume Lalu Lintas di Makassar 2005 (Jica, 2006)
Gambar D. 3. Volume Lalu Lintas Kawasan Algomerasi Maminasata
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-6
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
1. Permasalahan Transportasi Darat Jaringan Jalan yang terdapat di kota Makassar saat ini menyimpan beberapa permasalahan penting, yakni: 1) Sistem jaringan jalan kota Makassar masih berpola konvensional; 2) Belum terbentuknya sistim jaringan jalan terpadu yang terkoneksi satu sama lain sesuai sistim hirarki jaringan jalan; 3) Luas cakupan wilayah pelayanan jaringan jalan belum terencana dengan baik sesuai dengan fungsi, jenis dan kapasitas jaringan jalan; 4) Kemacetan permanen di ruas jalan tertentu (Bawakaraeng, Perintis Kemerdekaan, dan Ir. Sutami) disebabkan karena volume jalan yang sudah tidak mampu menampung volume kendaraan; 5) Pembangunan jalan setelah kawasan ruang sudah berkembang menjadi penyebab utama rendahnya kualitas jaringan jalan kota; 6) Strategi dan manajemen tanah untuk jaringan jalan yang buruk menyebabkan banyak jaringan jalan yang terputus. Potensi dan permasalahan jaringan transportasi kota Makassar, antara lain : 1) Kepadatan lalu lintas terjadi pada jalan-jalan poros utama dan jalan-jalan alternatif antar kawasan dalam kota yang menghubungkan area pusat kota dengan kawasan-kawasan permukiman utama di Makassar; 2) Jalan utama dianggap terlalu jauh memutar sehingga orang memilih jalur alternatif yang relatif sempit yang akhirnya menyebabkan kemacetan; 3) Jaringan jalan di pusat kota rawan terhadap kemacetan karena pola parkir belum memadai dan kurangnya sistem manajemen transportasi yang tegas dalam mengatur pergerakan moda transportasi lalu lintas sehingga masih ada moda angkutan berat yang memasuki area pusat kota pada jam sibuk serta banyak angkutan kota yang mangkal membentuk ”terminal bayangan”; 4) Penataan manajemen jalur belum memenuhi kebutuhan optimum dari masing-masing kepentingan kawasan menyebabkan ketidakseimbangan volume lalu lintas; 5) Sistem lalu lintas yang belum terintegrasi baik antar jalur pejalan kaki - becak - motor - mobil - bus - truk – monorail;
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-7
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
6) Adanya ketimpangan mendasar dari hirarki pergerakan transportasi kota barat - timur (bisnis dan pekerjaan) dan transportasi utara – selatan (bisnis dan perdagangan). Beberapa identifikasi permasalahan streetspace di Makassar yaitu: 1) Penataan “streetscape” (trotoar, hutan kota, curb, drainase, signage, outdoor lighting, utilitas) kota Makassar belum tertata baik; 2) Tidak adanya desain prototype yang baku tentang “streetscape” menyebabkan tidak seragamnya ketinggian bahu jalan yang umumnya lebih tinggi dari badan jalan berakibat tidak mengalirnya air hujan ke drainase sehingga terjadi genangan air yang mengganggu lalu lintas 3) Kualitas desain streetscape yang sangat konvensional; 4) Streetscape adalah “Frame Kota”, kualitas streetscape menentukan kualitas estetika kota. Kualitas kota modern dan kota konvensional adalah terletak pada kualitas streetscape; 5) Penataan streetscape yang tidak baik akan mengundang ekspansi pedagang kaki lima. Moda transportasi umum di Kota Makassar sebagian besar dilayani oleh Angkutan Kota “pete-pete” (kendaraan minibus), selain beberapa bis kota DAMRI dan taksi. Untuk jarak dekat sampai menengah masyarakat menggunakan moda transportasi umum ojek, becak motor, dan becak. Angkutan umum yang ada terdiri dari 16 trayek yang melayani angkutan ke wilayah-wilayah di Kota Makassar. Untuk pengangkutan barang menggunakan kendaraan berupa truk dan mobil pick-up yang merupakan mobil khusus angkutan barang. Sedangkan untuk lokasi terminal Kota Makassar ada dua terminal angkutan kota yang berfungsi, yaitu: 1) Terminal Regional Daya yang berlokasi di area Pusat Niaga Daya (Jalur utama Jl. Perintis Kemerdekaan); 2) Terminal Malengkeri yang berlokasi di Jl. Dg. Tata. (Jalur utama Jl. S. Alauddin). Berikut permasalahan sistem angkutan umum kota Makassar: 1) Dari kondisi tidak tertata baiknya wilayah pelayanan moda transportasi darat menjadi salah satu penyebab terjadinya kesemrawutan sistim transportasi di Makassar; 2) Belum tersedianya fasilitas transportasi massa dalam kota, yang menyebabkan beban transportasi kota semakin berat; 3) Karakter pola pergerakan “pete-pete” dan volume yang tidak terkendali salah satu penyebab utama kemacetan lalu lintas di Makassar;
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-8
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
4) Kecepatan, pola pergerakan, dan ketidakdisiplinan “becak” juga menjadi penyebab utama kesemrawutan lalu lintas dalam kota. Permasalahan terminal dan halte kota Makassar: 1) sistem persinggahan transportasi mulai dari halte - terminal pembantu – terminal induk, belum sesuai dengan kebutuhan kawasan ruang kota; 2) Kuantitas , kualitas halte dan terminal yang tidak artistik dan memadai dalam standar keamanan dan kenyamanan; 3) Tidak terkoneksinya secara baik halte dengan jaringan pedestrian dari pusat-pusat kegiatan kota. Permasalahan fasilitas jembatan kota Makassar: 1) Belum adanya analisa rencana kebutuhan jembatan untuk kota Makassar terkhusus 2 sungai besar (Je’neberang dan Tallo); 2) Ketergantungan kota Makassar terhadap dua jembatan Sungai Tallo dan dua jembatan Sungai Je’neberang yang sangat tinggi menimbulkan “kerawanan” sistim transportasi kota. 2. Permasalahan Transportasi Laut Sebagai bandar transit modern, Pelabuhan Sukarno Hatta memiliki prospek yang menjanjikan. Pengembangannya sebagai terminal peti kemas semakin meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan peningkatan kapasitas bongkar muat di pelabuhan dengan mengupayakan perbaikan peralatan dan tehnologi yang ada dan meningkatkan menjadi pelabuhan bertaraf internasional. Selain itu perbaikan aksesibiltas ke/dari pelabuhan juga akan menjadi kebutuhan di masa depan.
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-9
Studdi Upaya Pengeembangan Feedder bagi Transpportasi Massal di d Perkotaan
Gambar D. 4. 4 Proyeksi Arus Kapal Pellabuhan Sukaarno-Hatta Makaassar (2007-20030)
Gambar D. 5. 5 Proyeksi Arrus Barang Peelabuhan Sukaarno-Hatta Makaassar (2007-20030)
G Gambar D. 6. Proyeksi P Aruss Penumpang Pelabuhan Su ukarno-Hattaa Makaassar (2007-20030) Lam mpiran D – Reeview Kondisii Dan Rencan na Pemd da Kota Makaassar Di Bidang Transporttasi
D-10
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
3. Transportasi Udara Pelayanan bis Damri yang ada perlu semakin ditingkatkan. Selain bis Damri. Selain itu perlu diupayakan alternatif moda lainnya bagi penumpang yang akan menggunakan angkutan kota mengingat kondisi bandara yang cukup jauh (dengan berjalan kaki) dari jalan raya yang dilayani angkutan umum (menuju terminal Daya).
C. Rencana Pengembangan Angkutan Umum Massal Kota Makassar
1. BRT Kota Makassar Koridor BRT Kota Makassar merupakan kesatuan sistem dengan BRT Maminasata. Sebagai tahap awal kota Makassar dipilih menjadi lokasi pertama pembangunan sistem BRT tersebut. Dari hasil studi BSTP mengenai “Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi Maminasata” terdapat beberapa skenario pengembangan koridor BRT.
Gambar D. 7. Rencana Jaringan Rute BRT Maminasata Skenario 1
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-11
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar D. 8. Rencana Jaringan Rute BRT Maminasata Skenario 2
Gambar D. 9. Rencana Jaringan Rute BRT Maminasata Skenario 3
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-12
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
2. MRT/LRT Kota Makassar RTRW Mamminasata telah mengusulkan jaringan transportasi kereta api, dan juga angkutan sungai di sepanjang sungai-sungai besar untuk jangka panjang.
Gambar D. 10. Rencana Jaringan Rute (Rel) Kereta Api Mamminasata Selain itu Kota Makassar juga merencanakan pengembangan jalur monorail yang terdiri dari 6 jalur meliputi: a) Loop line (Karebosi – Ps Sentral – Pelabuhan – Urip – Petterani – Aluddin) b) Daya Line (Urip – Gubernuran – Tello – UNHAS – Tamalanrea – Daya) c) Airport Line (Daya – Simpang Maros – Bandara) d) East – West Line (Petterani – Panakukang – Hertasning – Baruga) e) Sungguminas Line (Alaudin – Melengkeri Sungguminas) f) Tj Bunga Line (Balai Kota – Losari – TransStudio – GTC Mall – Tj Bunga)
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-13
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Gambar D. 11. Rencana Rute Monorail Makassar
Lampiran D – Review Kondisi Dan Rencana Pemda Kota Makassar Di Bidang Transportasi
D-14
PEDOMAN TEKNI S PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI WI LAYAH PERKOTAAN DALAM TRAYEK TETAP DAN TERATUR
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN RI . DI REKTORAT J ENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGRAAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DIWILAYAH PERKOTAAN DALAM TRAYEK TETAP DAN TERATUR DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Menimbang : a.
b.
c.
bahwa dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 84 tahun 1993 tentang Penyelengaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum telah diataur angkutan kota; bahwa Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No.274/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur,sudah tidak sesuai dengan perkembangan angkutan kota yang dinamis; bahwa ketentuan sebagaimana huruf b, perlu disempurnakan dan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah 3. Peraturan Pemerintah PP No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527) 4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tetang Prasarana Lalu Lintas Jalan ( Lembaran Negara tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529) 5. Peraturan Pemrintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi ( Lembaran Negara tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 8530) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 7. Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 37 tahun 2001; 8. Keputusan Presiden Nomor 235/M tahun 2000, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 165/M tahun 2001; 9. Keputusan Presiden Nomor 177 tahun 2000 tentang susunan organisasi dan tugas Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 38 tahun 2001; 10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan; 11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 84 tahun 1999 tentang Penyelengaraan angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum.
MEMUTUSKAN MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PENYELENGARAAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DIWILAYAH KOTA DALAM TRAYEK TETAP DAN TERATUR. Pasal 1 (1) Penyelengaraan angkutan penumpang umum diwilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur adalah satu cara penyelengaraan angkutan untuk memindahkan orang dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil bus penumpang yang terikat dalam trayek tetap dan teratur dengan dipungut bayaran. (2) Metode atau cara penyelengaraan angkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan pedoman teknis sebagimana dalam lampiran keputusan ini. Pasal 2 Pedoman teknis penyelengaraan angkutan sebagaimana dimaksud pasal 1 berlaku bagi pihak/ instansi yang berkepentingan dalam perencanaan penyelengaraan angkutan penumpang umum diwilayah perkotaan . Pasal 3 Para Kepala Dinas Perhubungan Propinsi melakukan pengawasan dan memberi bimbingan teknis pelaksanaan keputusan ini. Pasal 4 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan : J A K A R T A Pada tanggal : 16 Agustus 2002 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Ir.ISKANDAR ABUBAKAR MSc
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Menteri Perhubungan Republik Indonesia; 2. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia; 3. Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia; 4. Kepala Kepolisian Republik Indonesia; 2
5. Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan ; 6. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan; 7. Gubernur Kepala Daerah Propinsi di Seluruh Indonesia; 8. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; 9. Para Direktur dilingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; 10. Para Kepala Dinas Perhubungan Propinsi di seluruh Indonesia; 11. Para Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
3
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JEN DERAL PERH UBUN GAN DARAT N OMOR : SK.687/ AJ.206/ DRJD/ 2002 TAN GGAL : 16 AGUSTUS 2002
PEDOMAN TEKN IS PEN YELEN GARAAN AN GKUTAN PEN UMPAN G UMUM DIWILAYAH PERKOTAAN DALAM TRAYEK TETAP DAN TERATUR
BAB I PENDAHULUAN Secara fisik, lokasi kegiatan dan pengakutan merupakan unsur-unsur utama pembentukan kota. Keadaan perangkutan yang baik, dalam arti lancar, aman, nyaman, murah dan tertib dapat diasumsikan sebagai keadaan kota yang baik. Sebaliknya, perangkutan yang semrawut dapat menunjukan keadaan kota yang semrawut pula. 1. Pengertian a. Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tenpat ke tempat yang lain dengan menggunakan kendaraan. b. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. c. Angkutan kota adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus dan/ atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. d. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyakbanyaknya delapan tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. e. Mobil penumpang umum (MPU) adalah mobil penumpang yang digunakan sebagai kendaraan umum. f. Mobil bus kecil adalah mobil bus yang dilengkapi sekurang-kurangnya sembilan sampai dengan sembilan belas tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi. g. Mobil bus sedang adalah mobil bus yang mempunyai kapasitas sampai dengan tiga puluh orang termasuk yang duduk dan berdiri, tidak termasuk tempat duduk pengemudi. h. Mobil bus besar adalah mobil bus yang mempunyai kapasitas tujuh puluh sembilan orang termasuk yang duduk dan berdiri, tidak termasuk tempat duduk pengemudi. i. Wilayah pengoperasian adalah wilayah atau daerah untuk pelayanan angkutan perkotaan yang dilaksanakan dalam jaringan trayek. j. Wilayah pelayanan angkutan perkotaan adalah wilayah yang didalamnya bekerja satu sistem pelayanan angkutan penumpang umum karena adanya kebutuhan pergerakan penduduk dalam wilayah perkotaan. k. Trayek kota adalah trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah kota atau trayek dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta. l. Trayek Perkotaan adalah trayek yang seluruhnya berada dalam suatu wilayah perkotaan. m. Pelayanan ekonomi adalah pelayanan dengan kapasitas angkut maksimum tujuh puluh sembilan penumpang termasuk yang duduk dan berdiri dengan tingkat pelayanan sekurang-kurangnya tanpa menggunakan fasilitas tambahan.
n. Pelayanan nonekonomi adalah pelayanan dengan kapasitas angkut maksimum tujuh puluh sembilan penumpang termasuk yang duduk dan berdiri dengan tingkat pelayanan minimal menggunakan sekurang-kurangnya fasilitas pelayanan tambahan berupa pendingin udara (AC). o. Armada adalah asset berupa kendaraan mobil bus/MPU yang merupakan tanggung jawab perusahaan, baik yang dalam keadaan siap guna dalam konservasi. p. Konservasi adalah sejumlah bus/MPU yang merupakan sebagian dari armada tidak lagi dioperasikan untuk pelayanan penumpang umum karena bus/MPU dalam keadaan rusak berat atau tidak laik jalan. q. Siap Guna (SG) adalah sejumlah mobil bus/MPU yang disiapkan untuk pelayanan angkutan penumpang umum, termasuk bus/MPU yang sedang dalam perawatan dibengkel. r. Siap Guna Operasi (SGO) adalah sejumlah mobil bus/MPU yang secara teknis telah diperiksa dan dinyatakan laik jalan oleh petugas teknis tetapi kelengkapan administrative belum sempurna. s. Siap Operasi adalah mobil bus/MPU yang beroperasi langsung untuk memproduksi jasa angkutan. t. Biaya pokok adalah besaran pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan unit produksi jasa angkutan. u. Tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan kepada setiap penumpang kendaraan angkutan penumpang umum yang dinyatakan dalam rupiah. v. Ukuran kota adalah keadaan suatu kota yang dilihat dari jumlah penduduk sebagi factor menentukan klasifikasi jenis kendaraan umum. 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud Penyusunan pedoman ini dimaksudkan untuk memberi petunjuk kepada pihak/intansi terkait yang berkepentingan dalam perencanan penyelengaraan angkutan penumpang umum di daerah perkotaan . b. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai melalui pedoman penyelengaraan angkutan penumpang umum didaerah perkotaan adalah agar pihak/intansi terkait yang berkepentingan dapat mengevaluasi pengaturan pelayanan angkutan kota didaerahnya serta melihat peluang untuk menerapkan sistem trayek angkutan kota/perkotaan. 3. Ruang Lingkup Dalam pedoman ini diuraikan prinsip dasar pengaturan angkutan kota antara lain: a. Penentuan wilayah pelayan angkutan penumpang umum dan jaringan trayek; b. Penentuan jumlah armada; c. Perhitungan tariff angkutan umum; d. Aspek-aspek sarana dan prasarana; e. Kelengkapan kendaraan dan awak; f. Aspek kepengusahaan; 2
BAB II PENENTUAN WILAYAH PELAYANAN ANGKUTAN PENUMPANG Penentuan batas wilayah angkutan penumpang umum diperlukan untuk : •
Merencanakan sistem pelayanan angkutan penumpang umum.
•
Menetapkan kewenangan penyediaan, pengelolaan, dan pengaturan pelayanan angkutan penumpang umum.
1. Jaringan Trayek a. Jaringan trayek adalah kumpulan taryek yang angkutan orang.
menjadi satu kesatuan pelayanan
Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jaringan trayek adalah sebagai berikut. 1) Pola tata guna tanah. Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas yabg baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum diusahakan melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang tinggi. Demikian juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi tujuan bepergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan. 2) Pola penggerakan penumpang angkutan umum. Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti pola pergerakan penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih effesien. Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola pergerakan penduduk yang terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada saat penumpang mengadakan perjalanan dengan angkutan umum dapat diminimumkan. 3) Kepadatan penduduk. Salah satu factor menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang ada diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah itu. 4) Daerah pelayanan. Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada. Hal ini sesuai dengan konsep pemerataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas angkutan umum. 5) Karakteristik jaringan. Kondisi jaringan jalan akan menetukan pola pelayanan trayek angkutan umum,. Karakteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi, lebar jalan, dan tipe operasi jalur. Operasi angkutan umum sangat dipengaruhi oleh karakteristik jaringan jalan yang ada. 3
2. Hubungan antara trayek dan jenis pelayanan/jenis angkutan dapat dilihat Tabel II.1 berikut: TABEL II.1 KLASIFIKASI TRAYEK Klasifikasi Trayek Utama
Cabang
Ranting
Langsung
Jenis Pelayanan
Kapasitas Penumpang perHari/Kendaraan
Jenis Angkutan
•
Non ekonomi
•
Bus besar (Lantai ganda)
•
•
Bus besar (Lantai tunggal)
Ekonomi
•
Bus sedang
•
Non Ekonomi
•
Bus besar
•
•
Bus sedang
Ekonomi
•
Bus kecil
•
Ekonomi
•
Bus sedang
•
Bus kecil
•
Bus MPU empat)
•
Bus besar
•
Bus sedang
•
Bus kecil
•
Non Ekonomi
1.500-1.800 1.000-1.200 500-600 1.000-1.200 500-600 300-400
(hanya
500-600 300-400 roda 250-300 1.000-1.200 500-600 300-400
3. Penentuan jenis angkutan berdasarkan ukuran kota dan trayek secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Ukurankota Kota Raya >1.000.000 Klasifikasi trayek Utama
Penduduk
• K.A
Kota besar
Kota sedang
Kota kecil
500.000-1.000.000
100.000-500.000
< 100.000
Penduduk
Penduduk
Penduduk
• Bus besar
• Bus besar/ sedang
• Bus sedang
• Bus besar (SD/DD) Cabang
• Bus besar/ sedang
• Bus sedang
• Bus sedang/ kecil
• Bus kecil
Ranting
• Bus sedang/ kecil
• Bus kecil
• MPU (hanya roda empat)
• MPU (hanya rod empat)
Langsung
• Bus besar
• Bus besar
• Bus sedang
• Bus sedang 4
2. Cara Menentukan Wilayah Pelayanan Angkutan Penumpang Umum. a. Wilayah pelayanan angkutan penumpang umum kota dapat ditentukan setelah diketahui batas-batas wilayah terbangun. b. Batas wilayah pelayan angkutan penumpang umum kota/perkotaan ditentukan oleh hal-hal berikut. 1) Batas Wilayah Terbangun Kota/perkotaan a) Wilayah terbangun kota/perkotaan dapat diketahui batas-batasnya dengan melihat peta pembangunan lahan suatu kota dan daerah sekitarnya atau dengan menggunakan foto udara. b) Wilayah terbangun kota adalah wilayah kota/perkotaan yang menggunakan lahannya didominasi oleh bangunan-bangunan yang membentuk suatu kesatuan. 2) Pelayanan Angkutan Umum Penumpang Kota Untuk menentukan titik terjauh pelayanan angkutan umum penumpang kota, dilakukan beberapa cara yaitu: a) Menghitung besarnya permintaan pelayanan angkutan umum penumpang kota pada kelurahan-kelurahan yang terletak disekitar batas wilayah terbangun kota; b) Menghitung jumlah penumpang minimal untuk mencapai titik impas pengusaha angkutan penumpang umum; c) Menentukan batas wilayah pelayanan kota dengan menghubungkan titik-titik terluas, terluar tersebut di atas. 3) Struktur Jaringan Jalan 4) Geometrik dan Kontruksi Jalan 5) Koridor Koridor 400 m kanan 400 m kiri; a) Lahan sepanjang koridor b) Kesempatan kerja sepanjang koridor. c. Sehubungan dengan butir 1 dan 2 di atas dapat dilakukan perencanaan atau studi yang banyak melibatkan aspek serta pengamatan guna mencapai pemenuhan pelayanan angkutan penumpang umum yang optimal. d. Proses perencanaan harus mengacu pada kebijaksanaan angkutan umum berikut; 1) Peraturan yang sudah ada dan berlaku; 2) Kebijakan pemerintah daerah khususnya dalam sektor publik; 3) Ketetapan wilayah operasi angkutan bus kota dan interaksinya dengan jenis angkutan yang lalu. e. Tahapan proses perencanaan meliputi: 1) 2) 3) 4)
Analisa permintaan. Analisa kinerja rute dan operasi Analisa kinerja prasarana dan Penyusunan rencana 5
1) Analisa Permintaan Analisa permintaan dilakukan dengan cara : a) menelaah rencana pengembangan kota, inventarisasi tata guna tanah dan aktivitas ekonomi wilayah perkotaan; b) Menelaah data penduduk, inventarisasi data perjalanan yang termasuk didalamnya asal tujuan perjalanan, dimaksud perjalanan pemilihan moda angkutan (moda split) dan jumlah penduduk serta penyebarannya. c) Menelaah pertumbuhan penumpang masa lalu dan pertumbuhan beberapa parameter lain, misalnya pemilik kendaraan dan pendapatan. 2) Analisis Kinerja Rute dan Operasi. Analisi ini mengkaji beberapa parameter sebagai berikut : a) Faktor muat (load factor); b) Jumlah penumpang yang diangkut; c) Waktu antara (headway); d) Waktu tunggu penumpang; e) Kecepatan perjalanan; f) Sebab-sebab kelambatan; g) Ketersediaan angkutan; dan h) Tingkat konsumsi bahan bakar. Pengumpulan data dilakukan dengan survai diatas kendaraan (on board survey), pengamatan langsung dan wawancara. Parameter-parameter diatas dapat digunakan sebagai alat untuk melihat effektifitas dan efesiensi pengoperasian dan penetuan jumlah armada. 3) Analisis Kinerja Prasarana Analisis ini mengkaji beberapa aspek antara lain a) fasilitas TPB dan halte b) kemungkinan aplikasi langkah-langkah prioritas bus c) sistem informasi dan d) inventarisasi jaringan jalan termasuk dimensi, kondisi kapasitas, serta volume lalu lintas 4) Penyusunan Rencana a) Rencana pengembangan angkutan umum didasarkan pada permintaan dan kebijakan yang berlaku yaitu : (1) Penetapan rute (jumlah dan kepadatan) (2) Pelayanan operasi (jumlah armada, waktu antara, kecepatan, jam operasi) tiap rute. 6
b) Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum sesuai dengan permintaan dan peraturan yang ditentukan: (1) Kebutuhan tempat henti (2) Kebutuhan tempat pemantauan c) Kelembagaan dan peraturan Untuk menjamin berjalannya sistem angkutan umum bus kota yang baik diperlukan peraturan dan kelembagaan yang sesuai, meliputi sistem organisasi dan prosedur perizinan.
7
3. Pedoman Praktis Pedoman Praktis ini hanya merupakan salah satu keterangan yang dapat digunakan dalam menentukan wilayah pelayanan angkutan penumpang umum bila proses perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Sub-bab II.4 tidak dapat dilaksanakan. Pedoman praktis ini tidak dapat digunakan untuk angkutan perintis. a. Batas-batas wilayah terbangun dan batas-batas wilayah pelayanan angkutan penumpang umum (pada Sub-bab II 2.1 dan II.2.2) dianalisis sesuai dengan rencana pengembangan kota. b. Penentuan titik-titik terjauh permintaan pelayanan angkutan penumpang umum didaerah perkotaan dilakukan dengan cara seperti berikut. 1. Jumlah permintaan pelayanan angkutan umum penumpang kota pada kelurahankelurahan yang terletak di sekitar batas wilayah terbangun kota dapat dihitung. Unit kelurahan digunakan untuk mempermudah perolehan data. Cara perhitungan a. Jumlah penduduk kelurahan : P (Jiwa) b. Jumlah penduduk potensi melakukan pergerakan = jumlah penduduk usia 5-65 tahun : Pm (jiwa) c. Angka pemilihan kendaraan pribadi dihitung berdasarkan
K= V P Keterangan: K= Angka Pemilikan kendaraan pribadi (kend/Penduduk) V= Jumlah kendaraan pribadi (kendaraan) P= Jumlah penduduk seluruhnya d. Kemampuan pelayanan kendaraan pribadi sama dengan kemampuan kendaraan pribadi untuk melayani jumlah penduduk potensial yang mel;akukan pergerakan. Perhitungan kemampuan pelayanan kendaraan pribadi adalah :
L=K.PmC Keterangan: L = kemampuan pelayanan kendaraan pribadi K = Angka pemilikan kendaraan pribadi Pm = Jumlah penduduk potensial melakukan pergerakan C = jumlah penumpang yang diangkut oleh kendaraan pribadi
e. Jumlah kemampuan potensial melakukan pergerakan yang membutuhkan pelayanan angkutan umum penumpang yang sama dengan selisih antara jumlah penduduk potensial melakukan pergerakan dan kemampuan pelayanan kendaraan pribadi untuk penduduk tersebut f. Jumlah permintaan angkutan umum penumpang (D) adalah suatu factor (ftr) kali besarnya jumlah penduduk potensial melakukan pergerakan yang membutuhkan pelayanan angkutan umum penumpang. Faktor ini tergantung pada kondisi/tipe kota. Dengan anggapan bahwa setiap penduduk potensial melakukan. Dengan anggapan bahwa setiap penduduk potensial melakukan pergerakan yang membutuhkan pelayanan angkutan umum penumpang untuk perjalanan pergi-pulang setiap hari, dapat digunakan factor-faktor
D=ftr x M 2. Jumlah penumpang minimal untuk mencapai titik impas pengusahaan angkutan umum penumpang dapat dihitung sebagai berikut; a) Jumlah penumpang minimal untuk kendaraan angkutan umum penumpang terlihat pada Tabel II.4: TABEL II.4 JUMLAH PENUMPANG No
Jenis Kendaraan
Jumlah Penumpang Min Per hari Bus (P Min)
1. Bus Lantai Ganda
1.500
2. Bus Lantai Tunggal
1.000
3. Bus Patas Lantai Tunggal
625
4. Bus Sedang
500
5. Bus Kecil
400
6. MPU (hanya roda empat)
250
b) Penentuan titik-titik terjauh permintaaan penumpang adalah sebagai berikut.
pelayanan
angkutan
umum
Suatu daerah dapat dilayani angkutan umum penumpang jika : D > R x Pmin
D
= Jumlah permintaan angkutan penumpang umum
R
= Jumlah kendaraan minimal untuk pengusaha angkutan umum penumpang
P.min = Jumlah penumpang minimal per kendaraan per hari 2
Nilai R digunakan untuk sebagai jenis kendaraan angkutan umum penumpang kota seperti pada Tabel II. 5 TABEL II.5 JENIS ANGKUTAN JENIS ANGKUTAN
JUMLAH MINIMUM
Bus Lantai Ganda
50 unit
Bus Lantai Tunggal
50 unit
Bus Patas Lantai Tunggal
50 unit
Bus Sedang
20 unit
Bus Kecil
20 unit
MPU (hanya roda empat)
20 unit
Jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani suatu daerah/kelurahan (N): D N = ------P Min
N
= jumlah kebutuhan kendaraan
D
= jumlah permintaan perhari
Pmin = jumlah kendaraan minimal perhari per kendaraan Jika N< R, suatu daerah tidak dapat dimasukan ke dalam wilayah pelayanan angkutan umum. Jika N> R suatu daerah dapat menjadi bagian wilayah pelayanan angkutan umum. Proses itu dilakukan terhadap kelurahan-kelurahan yang berada didalam batas wilayah terbangun kota berurutan menjauhi pusat kota, sampai pada kelurahan yang mempunyai nilai N
R merupakan kelurahan terluar dalam wilayah pelayanan angkutan umum penumpang kota. Titik terjauh perpotongan antara batas wilayah terbangun kelurahan terluar yang mempunyai nilai N.R dan jaringan jalan kota, dapat dihitung seperti berikut. Perhitungan dapat menggunakan formulir berikut ini : 3
Keterangan: •
Titik terjauh ditentukan pada perpotongan batas wilayah terbangun dan jaringan jalan utama untuk kelurahan yang termasuk dalam wilayah pelayanan.
•
Pedoman praktis ini tidak dapat digunakan untuk angkutan perintis
4
c. Contoh Penerapan Pengunaan pedoman praktis dalam menentukan wilayah pelayanan angkutan umum dicobakan dikota Muara Enim. Urutan penentuan wilayan pelayanan adalah sebagai berikut: 1. Penentuan wilayah terbangun kota Wilayah terbangun kota Muara Enim meliputi enam kelurahan/desa yaitu : a) Kelurahan Pasar I b) Kelurahan Pasar II c) Kelurahan Pasar III d) Kelurahan Tungkai e) Desa Muara Enim f) Desa Kepur 2. Penentuan titik terjauh wilayah pelayanan a) Kelurahan Pasar I b) Kelurahan Pasar II c) Kelurahan Pasar III d) Desa Muara Enim e) Desa Kepur
Formulir Penentuan Jumlah Armada dan titik Pelayanan Formulir II Keterangan Kelurahan
(1)
D *)
P min “)
N
N≥ R ‘)
(2) : (3)
(memenuhi atau tidak memenuhi)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Pasar I
3.160
250
12.64
12.64<20 ( tidak memenuhi)
2. Pasar II
4.238
250
16.9
16.9<20 ( tidak memenuhi)
3. Pasar III
5.022
250
20
4. Ds. Muara Enim
6.560
250
26.24
26.24>20 ( memenuhi)
5. Ds. Kepur
2.444
250
9.776
9.77 <20 ( tidak memenuhi)
6. Tungkai
3.362
250
13.45
13.45<20 ( tidak memenuhi)
20=20 ( memenuhi)
*) Hasil Perhitungan dari formulir I “) Data pada Tabel II 4 ‘) Data pada Tabel II.5 Catatan : Jumlah kendaraan angkutan umum dihitung dengan R = 20 kendaraan dan Pmin = 250 Maka dari hasil perhitungan dapat disimpulkan hal berikut. • Kelurahan Pasar III Dapat melayani oleh angkutan umum dengan jenis • Desa Muara Enim angkutan umum MPU • Kelurahan Pasar I • Kelurahan Pasar II Belum dapat dipenuhi untuk pelayanan angkutan umum • Desa Kepur • Kelurahan Tungkal
BAB III PENENTUAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM
1. Umum Pada dasarnya pengguna kendaraan angkutan umum menghendaki adanya tingkat pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. Tuntutan akan hal tersebut dapat dipenuhi bila penyediaan armada angkutan penumpang umum berada pada garis yang seimbang dengan permintaan jasa angkutan umum. Jumlah armada yang “tepat” sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya kebutuhan. Ketidakpastian itu disebabkan oleh pola pergerakan penduduk yang tidak merata sepanjang waktu misalnya pada jam-jam sibuk permintaan tinggi dan pada jam saat sepi permintaan rendah. 2. Dasar–Dasar Perhitungan a. Faktor muat (load factor) merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen (%). b. Kapasitas kendaraan adalah daya muat penumpang pada setiap kendaraan angkutan umum dapat dilihat pada Tabel berikut. TABEL III.1 KAPASITAS KENDARAAN
Jenis Angkutan Mobil penumpang umum Bus kecil Bus sedang Bus besar lantai tunggal Bus besar lantai ganda
Kapasitas kendaraan Duduk 8 19 20 49 85
Berdiri Total 8 19 10 30 30 79 35 120
Kapasitas Penumpang Perhari /kendaraan 250-300 300-400 500-600 1.000-1.200 1.500-1.800
Catatan : -
Angka–angka kapasitas kendaraan berfariasi tergantung pada susunan tempat duduk dalam kendaraan. - Ruang untuk berdiri per penumpang dengan luas 0,17 m/ penumpang
Penentuan kapasitas kendaraan yang menyatakan kemungkinan penumpang berdiri adalah kendaraan dengan tinggi lebih dari 1,7 m dari lantai bus bagian dalam dan ruang berdiri seluas 0,17 m per penumpang c. Dasar perhitungan kendaraan pada suatu jenis trayek ditentukan oleh kapasitas kendaraan, waktu sirkulasi, waktu henti kendaraan di terminal dan waktu antara. 1) Kapasitas kendaraan telah dijelaskan butir 2 9
2) Waktu sirkulasi dengan pengaturan kecepatan kendaraan rata-rata 20 km perjam dengan deviasi waktu sebesar 5 % dari waktu perjalanan. Waktu sirkulasi dihitung dengan rumus
CT ABA = (TAB+TBA) + (σAB + σBA) + (TTA+TTB) Keterangan : CT ABA = Waktu sirkulasi dari A ke B kembali ke A. = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B TAB TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A σAB = Deviasi waktu perjalanan dari A ke B σBA = Deviasi waktu perjalanan dari B ke A TTA = Waktu henti kendaraan di A = Waktu henti kendaraan di B TTB 3) Waktu henti kendaraan di asal atau tujuan (TTA atau TTB) ditetapkan sebesar 10% dari waktu perjalanan antar A dan B 4) Waktu antara kendaraan ditetapkan berdasarkan rumus sebagi berikut : 60.C.Lf H= P Keterangan : H = Waktu antara (menit) P = jumlah penumpang perjam pada seksi terpadat C = kapasitas kendaraan Lf = factor muat, diambil 70 % (pada kondisi dinamis) Catatan H ideal = 5-10 menit H Puncak = 2- 5 menit 5) Jumlah armada perwaktu sirkulasi yang diperlukan dihitung dengan formula CT K= HXfA Keterangan K = jumlah kendaraan Ct = waktu sirkulasi (menit) H = Waktu antara (menit) fA = Faktor ketersediaan kendaraan (100%) 10
d. Contoh Perhitungan Contoh perhitungan jumlah kendaraan didasarkan pada kebutuhan kendaraan pada asumsi periode tersibuk. Misalnya dari survai diatas kendaraan diketahui hal-hal sebagai berikut : • Periode tersibuk antara pukul 06.00 dan 10.00 = 4 jam • Jumlah penumpang terbanyak (P) = 145 pernumpang • Jenis alat angkutan adalah bus sedang dengan kapasitas © = 30 penumpang • Waktu perjalanan dari asal ke tujuan atau sebaliknya (TAB) =41,58 menit (TBA) = 38,35 menit Maka : • Waktu sirkulasi dari A ke B kembali ke A CT ABA = (TAB+TBA) + (σAB + σBA) + (TTA+TTB) σAB = deviasi waktu perjalanan dari A ke B = 5 % X 41,58 = 2,079 σBA = Deviasi waktu perjalanan dari B ke A = 5% X 38,35 = 1,917 TTA = 10% X 41,58 = 4,158 TTB = 10 % X 38,38 =3,838 CT ABA = (41,58+38,35) + ( 21,079+1,917) + (4,158+3,3835) CT ABA = 95,92 menit •
Ditentukan waktu antara 60.C.Lf
H= P 60x30x0,7 H= P H= 8,69 menit •
Jumlah kendaraan per waktu sirkulasi CTABA
K
= H X fA 95,92 = 8,69X1 K = 11 Unit 11
•
Kebutuhan jumlah armada pada periode sibuk = K antara pukul 06.00 dan pukul 10.00 = (W) Periode pukul 06.00-10.00 = 4 jam = 240 menit W K’ = K x ________ CTABA Maka
240 K= Kx 95,92 = 11 X 2,502 K = 27 trip kendaraan
•
Perhitungan dapat menggunakan formulir berikut
12
3. Penyusunan Jadwal Dasar penentuan jadwal pada angkutan penumpang adalah : a. Waktu antara (headway) b. Jumlah armada dan c. Jam perjalanan dari/ke asal/tujuan serta waktu singgah pada tempat–tempat pemberhentian. Contoh Diketahui waktu antara 10 menit, jumlah kendaraan 10 unit dan lama perjalanan dari A ke B = 45 menit dengan waktu henti di tujuan = 5 (+ 10% dari waktu tempuh); Unit Angkutan Bus Kota Operator : Damri No Rute :2 Jurusan : asal A – Tujuan B No. Bus
Asal A Tiba
Halte
Tujuan B
Berangkat
CC
DD
FF
Tiba
Berangkat
1.
5:30
5:40
5:48
5:55
6:05
6:15
6:20
2.
5:40
5:50
5:58
6:05
6:15
6:25
6:30
3.
5:50
6:00
6:08
6:15
6:25
6:35
6:40
4.
6:00
6:10
6:18
6:25
6:35
6:45
6:50
5.
6:10
6:20
6:28
6:35
6:45
6:55
7:00
6.
6:20
6:30
6:38
6:45
6:55
7:05
7:10
7.
6:30
6:40
6:48
6:55
7:05
7:15
7:20
8.
6:40
6:50
6:58
7:05
7:15
7:25
7:30
9.
6:50
7:00
7:08
7:15
7:25
7:35
7:40
10.
7:00
7:10
7:18
7:25
7:35
7:45
7:50
11.
7.05
7:10
7:20
7:28
7:35
7:45
7:55
8.00
12.
7:15
7:20
7:30
7:38
7:45
7:55
8.05
8:10
13.
7:25
7:30
7:40
7:48
7:55
8.05
8.15
8:20
14.
7:35
7:40
7:50
7:58
8.05
8.15
8.25
8:30
15.
7:15
7:50
8.00
8.08
8.15
8.25
8:35
8:40
BAB IV PENENTUAN TARIF 1. Pengertian Umum a. Biaya pokok atau biaya produksi adalah besaran pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan unit produksi jasa angkutan. b. Tarif angkutan umum penumpang kota merupakan hasil perkalian antara tarif pokok dan jarak (kilometer) rata-rata satu perjalanan (tarif BEP) dan ditambah 10% untuk jasa keuntungan perusahaan, Rumusannya adalah :
Tarif = (tarif pokok x jarak rata-rata) + 10%
Tarif BEP = tarif pokok x Jarak rata-rata
Tarif Pokok = total biaya pokok Faktor pengisian x kapasitas kendaraan
Km yang ditempuh = Jarak trayek x jumlah perjalanan dalam satu Per tahun hari x jumlah hari operasi dalam satu bulan x Jumlah bulan dalam satu tahun
c. Faktor muat (Load Factor) merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen (%). Faktor muat untuk perhitungan tarif umumnya adalah 70%. d. Satuan produksi adalah pembagi terhadap total biaya produksi sehingga dapat ditentukan besar per satuan produksi. e. Alat produksi adalah sarana angkutan yang digunakan untuk memproduksi jasa angkutan penumpang dengan atau tanpa fasilitas tambahan. f. Fasilitas tambahan yang digunakan pada alat produksi meliputi : 1) Fisik - Alat pendingin udara (AC) 2) Operasional - Ekonomi - Non Ekonomi 15
g. Rit adalah satu kali perjalanan kendaraan dari tempat asal ke tempat tujuan. h. Waktu tempuh/rit adalah lama perjalanan dalam satu rit. i. Jarak tempuh/rit adalah jarak km yang ditempuh untuk satu kali jalan dari tempat asal ke tempat tujuan. j. Jarak tempuh/hari adalah jarak km yang ditempuh dalam satu hari. k. Frekwensi adalah jumlah rit dalam kurun waktu tertentu ( per jam, per hari). l. Kapasitas angkut/kapasitas tersedia adalah kapasitas maksimal yang tersedia untuk penumpang (duduk dan berdiri) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. m. Kapasitas terjual adalah jumlah penumpang yang diangkut dihitung berdasarkan jumlah tempat duduk yang terpakai + berdiri x frekwensi. n. Hari operasi per bulan adalah jumlah hari operasi dalam satu bulan. o. Kilometer-kosong adalah kilometer yang tidak produktif yang terjadi pada awal operasi ( berangkat dari pool) dan akhir operasi (kembali ke pool). Kilometerkosong per hari diasumsikan sebesar 3% dari total kilometer-tempuh per hari. p. Kilometer-efektif adalah kilometer-tempuh produktif pada saat operasi. q. Seat-km (Pnp-Km) tersedia adalah jumlah tempat duduk-km, dihitung dengan mengalikan jumlah tempat duduk yang tersedia dengan frekwensi serta jarak tempuh dari tempat asal ke tempat tujuan. r. Seat-Km (Pnp-Km) terjual adalah jumlah produksi yang terjual yang dihitung dengan mengalikan jumlah tempat duduk terjual dengan jarak tempuh dari tempat asal ke tempat tujuan lalu dikalikan dengan frekwensi 2. Metodologi Perhitungan Produksi Produksi angkutan penumpang jalan raya dapat ditentukan dalam beberapa bentuk yaitu sebagai berikut : -
Produksi km Produksi rit Produksi penumpang orang ( penumpang diangkut) Produksi penumpang km (seat-km)
16
Rumusan perhitungan produksi a. Produksi perhitungan produksi Kilometer-tempuh angkutan penumpang jalan raya diperoleh dari perhitungan : (jumlah SO x frekwensi/hari x hari operasi/bulan x bulan operasi/tahun x km/rit) + kilometer kosong. b. Produksi rit Jumlah rit diperoleh dari perhitungan : Jumlah bus SO x frekwensi/hari x hari operasi/bulan x bulan operasi/tahun. c. Produksi penumpang orang (pnp diangkut) Jumlah penumpang orang diperoleh dari perhitungan Jumlah SO x frekwensi/hari x hari operasi/bulan x bulan operasi/tahun x kapasitas terjual/rit d. Produksi Penumpang Km (seat-km) Jumlah seat-km (pnp-km) diperoleh dari perhitungan : Jumlah SO x frekwensi/hari x hari operasi/bulan x bulan operasi/tahun x jarak tempuh/rit x kapasitas terjual/rit 3. Struktur Biaya Jika ditinjau dari kegiatan usaha angkutan biaya yang dikeluarkan, untuk suatu produksi jasa angkutan yang akan dijual kepada pemakai jasa, dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu : a. Yang dikeluarkan untuk pengelolaan perusahaan; b. Yang dikeluarkan untuk operasi kendaraan, dan c. Yang dikeluarkan untuk retribusi, iuran, sumbangan, dan yang berkenaan dengan pemilikan usaha dan operasi. Untuk memudahkan perhitungan biaya pokok, perlu dilakukan pengelompokan biaya dengan teknik pendekatan sebagai berikut a. Kelompok biaya menurut fungsi pokok kegiatan : 1) Biaya produksi
: biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan dalam proses produksi. 2) Biaya organisasi : semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan biaya umum perusahaan, dan 3) Biaya pemasaran : biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran produksi jasa. b. Kelompok biaya menurut hubungannya dengan produksi jasa yang dihasilkan. 1) Biaya Langsung
:
biaya yang berkaitan langsung dengan produk jasa yang dihasilkan, yang terdiri atas 1.a. biaya tetap *) 1.b. biaya tidak tetap *) 17
2) Biaya Tidak Langsung :
Biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan produk jasa yang dihasilkan, yang terdiri atas 2.a. biaya tetap *) 2.b. biaya tidak tetap *)
*) Biaya tetap
:
biaya yang tidak berubah (tetap) walaupun terjadi perubahan terjadi perubahan pada volume produksi jasa sampai ke tingkat tertentu.
*) Biaya tidak tetap
:
biaya yang berubah apabila terjadi perubahan pada volume produksi jasa.
Berdasarkan pengelompokan biaya itu struktur perhitungan biaya pokok jasa angkutan adalah sebagai berikut : a. Biaya Langsung 1) Penyusutan kendaraan produktif 2) Bunga modal kendaraan produktif 3) Awak bus (sopir dan kondektur) - Gaji/ upah - Tunjangan kerja operasi (uang dinas) - Tunjungan sosial 4) Bahan Bakar Minyak (BBM) 5) Ban 6) Service Kecil 7) Service Besar 8) Pemeriksaan (Overhaul) 9) Penambahan Oli 10) Suku Cadang dan bodi 11) Cuci bus 12) Retribusi Terminal 13) STNK/pajak kendaraan 14) Kir 15) Asuransi - Asuransi Kendaraan - Asuransi awak bus b. Biaya tidak langsung 1) Biaya pegawai selain awak kendaraan a) gaji/upah b) uang lembur c) tunjangan sosial - tunjungan perawatan kesehatan - pakaian dinas - asuransi kecelakaan 18
2) Biaya pengelolaan a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n) o)
Penyusutan bangunan kantor Penyusutan pool dan bengkel Penyusutan inventaris / alat kantor Penyusutan sarana bengkel Biaya administrasi kantor Biaya pemeliharaan kantor Biaya pemeliharaan pool dan bengkel Biaya listrik dan air Biaya telepon dan telegram Biaya perjalanan dinas selain awak kendaraan Pajak perusahaan Izin trayek Izin usaha Biaya pemasaran Lain-lain
4. Asumsi Perhitungan Biaya Untuk melakukan perhitungan biaya pokok, pedoman berikut dapat digunakan Angkutan Kota No
Uraian
Satuan
Bus Besar Bus DD
1.
Masa penyusutan kendaraan
2.
Jarak tempuh rata-rata
3.
Bahan Bakar Minyak 3)
Th
Bus SD
Bus Sedang
Mobil Penumpa Umum (MPU
Bus Kecil
5
5
5
5
Km/hr
250
250
250
250
Km/lt
2
3.6-3
5
7.5-9
7
24.000
21.000
20.000
25.000
25.
4.
Jarak tempuh ganti ban
Km
5.
Ratio pengemudi/bus
Org/kend
1.2
1.2
1.2
1.2
6.
Ratio kondektur/bus
Org/kend
1.2
1.2
1.2
-
7.
Jarak Tempuh antar service kecil
Km
5.000
5.000
4.000
4.000
4.
8.
Suku cadang/service besar
Km
10.000
10.000
10.000
12.000
12.
9.
Penggantian minyak motor
Km
4.000
4.000
4.000
3.500
3.
10.
Penggantian minyak rem
Km
8.000
8.000
8.000
12.000
12.
11.
Penggantian Gemuk
Km/kg
3.000
3.000
3.000
4.000
4.
12.
Penggantian minyak gardan
Km
12.000
12.000
12.000
12.000
12.
13.
Penggantian minyak persneling
Km
12.000
12.000
12.000
12.000
12.
14.
Hari jalan siap operasi
Hr/th
365
365
365
365
15.
SO : SGO
%
80
80
80
80
16.
Nilai residu
%
20
20
20
-
Catatan : 1) Untuk DKI Penggunaan BBM 2,6 km/lt dan di luar DKI 3 km/lt 2) MPU penggunaan BBM 9 Km/lt 3) Daya tempuh ban tergantung koefisien gesek jalan 19
5. Pedoman Perhitungan Biaya Pokok a. Pedoman Umum Pada umumnya untuk menghitung biaya pokok, dasar struktur biaya pada Subbab IV-3 dapat digunakan untuk setiap jenis kendaraan dan setiap jenis pelayanan angkutan. Perbedaannya adalah bahwa penambahan tingkat pelayanan, dapat dihitung secara tersendiri. Cara perhitungan biaya pokok dapat dilakukan dalam tahap-tahap sebagai berikut : a. Pada kelompok biaya langsung, sebagian biaya dapat secara langsung dihitung per km - kendaraan, tetapi sebagian biaya lagi dapat dihitung per km kendaraan setelah dihitung biaya per tahun. b. Biaya tak langsung tidak dapat dihitung secara langsung per km- kendaraan karena komponen-komponen. 1) Biaya total per tahun pegawai selain awak kendaraan dan biaya pengelolaan dihitung. 2) Biaya perusahaan angkutan yang mempunyai lebih dari satu segmen usaha, biaya langsung dapat dialokasikan pada tiap-tiap segmen usaha. Alokasi biaya tidak langsung setiap segmen usaha didasarkan pada proporsi produksi setiap segmen usaha. Sebaliknya bagi perusahaan angkutan yang hanya menyelenggarakan satu segmen usaha, tidak diperlukan pengalokasian biaya tidak langsung. 3) Setelah dilakukan perhitungan biaya setiap segmen usaha, dilakukan perhitungan menurut jenis kendaraan. c. Biaya pokok per kendaraan-km dihitung dengan menjumlahkan biaya langsung dan biaya tidak langsung. d. Biaya pokok per kendaraan-km itu selanjutnya dibagi dengan pnp-km terjual untuk memperoleh biaya pokok per penumpang-km. b. Pedoman Perhitungan Komponen-Komponen Biaya a. Komponen Biaya Langsung 1) Penyusutan Kendaraan Penyusutan kendaraan angkutan umum dihitung dengan menggunakan metode garis lurus Untuk kendaraan baru, harga kendaraan dinilai berdasarkan harga kendaraan baru, termasuk BBN dan ongkos angkut, sedangkan untuk kendaraan lama, harga kendaraan dinilai berdasarkan harga perolehan. Harga Kendaraan - nilai residu Penyusutan per tahun = Masa penyusutan Nilai residu bus adalah 20% dari harga kendaraan 20
2) Bunga Modal Bunga modal dihitung dengan rumus n + 1 x modal x tingkat bunga/tahun 2 masa penyusutan Keterangan n = masa pengembalian pinjaman 3) Gaji dan tunjangan awak kendaraan Awak kendaraan terdiri dari sopir dan kondektur. Penghasilan kotor awak kendaraan berupa gaji tetap, tunjangan sosial dan uang dinas jalan / tunjangan kerja operasi. 4) Bahan Bakar minyak (BBM) Penggunaan BBM tergantung dari jenis kendaraan 5) Ban Ban yang digunakan sebanyak 10 unit untuk bus, dengan perincian 2 ban baru dan 8 vulkanisir dengan daya tempuh 24.000 km. Ban angkutan mobil penumpang umum sebanyak 4 buah ban baru dengan daya tempuh 25.000 km 6) Servis kecil Service kecil dilakukan dengan patokan km tempuh antar- servis, yang disertai penggantian oli mesin dan penambahan gemuk serta minyak rem 7) Servis besar Servis besar dilakukan setelah beberapa kali servis kecil atau dengan patokan km tempuh, yaitu penggantian oli mesin, oli gardan, oli tranmisi, platina, busi, filter oli, kondensor. 8) Penambahan oli mesin Penambahan oli mesin dilakukan setelah km-tempuh pada jarak km tertentu. 9) Suku cadang dan bodi Biaya untuk keperluan suku cadang mesin, bagian rangka bawah (chassis) dan bagian bodi diperhitungkan per tahun sebesar 5 % dari harga bus. 10) Cuci bus Bus kota sebaiknya dicuci setiap hari. 11) Retribusi terminal Biaya retribusi terminal per bus diperhitungkan per hari atau per bulan.
21
12) STNK/Pajak kendaraan Perpanjangan STNK dilakukan setiap lima tahun sekali, tetapi pembayaran pajak kendaraan dilakukan setiap tahun dan biayanya sesuai dengan peraturan yang berlaku. 13) Kir Kir kendaraan dilakukan minimal sekali setiap enam bulan dan biayanya sesuai dengan peraturan yang berlaku. 14) Asuransi (a) Asuransi kendaraan Asuransi kendaraan pada umumnya hanya dilakukan oleh perusahaan yang membeli kendaraan secara kredit bank. Namun, asuransi kendaraan perlu diperhitungkan sebagai pengamanan dalam menghadapi resiko. Biaya premi per bus per tahun. (b) Asuransi Awak Kendaraan Pada umumnya awak kendaraan wajib diasuransikan oleh perusahaan angkutan. b. Komponen Biaya Tidak Langsung 1) Biaya pegawai selain awak kendaraan Tenaga selain awak kendaraan terdiri atas pimpinan, staf administrasi, tenaga teknis dan tenaga operasi. Jumlah tenaga pimpinan, staf administrasi, tenaga teknik dan tenaga operasi tergantung dari besarnya armada yang dikelola. Biaya pegawai ini terdiri atas gaji/upah, uang lembur dan jaminan sosial Jaminan sosial berupa : - Tunjangan perawatan kesehatan; - Pakaian dinas - Asuransi kecelakaan - Tunjangan lain-lain 2) Biaya Pengelolaan (a) Penyusutan bangunan kantor (b) Penyusutan bangunan dan peralatan bengkel Masa penyusutan butir (1) & (2) diperhitungkan selama 5 s/d 20 tahun tergantung dari keadaan fisik bangunan tanpa harga tanah. (c) Masa penyusutan inventaris/alat kantor (diperhitungkan 5 tahun) (d) Masa penyusutan sarana bengkel (diperhitungkan selama 3 s/d 5 tahun) (e) Administrasi kantor (biaya surat menyurat, biaya alat tulis menulis) (f) Pemeliharaan kantor (misalnya, pengecatan kantor) (g) Pemeliharaan pool dan bengkel (h) Listrik dan air 22
(i) Telepon dan telegram serta porto (j) Biaya perjalanan dinas Biaya perjalanan dinas meliputi perjalanan dinas pimpinan, staf administrasi, teknisi dan tenaga operasi (noncrew). (k) Pajak Perusahaan (l) Izin trayek Izin trayek ditentukan berdasarkan peraturan daerah yang bersangkutan dan rute (m) Izin usaha (n) Biaya pemasaran (biaya promosi) (o) Biaya lain-lain Contoh adalah biaya pengelolaan yang tidak termasuk dalam unsur biaya pada butir (a) s.d. (n).
23
6. Contoh Perhitungan Biaya Pokok Angkutan Bus Kota a. Karakteristik Kendaraan (1) Tipe (2) Jenis Pelayanan (3) Kapasitas / daya angkut Penumpang
: Besar SD/DD/sedang (mikrobus) *) : Bus Lintas (biasa)/Patas/Patas AC *) : 80 orang
b. Produksi per bus 1) Km-tempuh/ rit 2) Frekwensi/ hari 3) Km-tempuh/hari (1) x 2) + 3 % 4) Penumpang/ rit 5) Penumpang / hari 6) Hari Operasi / Bulan 7) Km- tempuh/bulan ((3) x 6 )) 8) Penumpang/ bulan ((5) x 6)) 9) Km- tempuh/tahun (7) x 12 bl) 10) Penumpang / tahun (8) x 12 bl) c. Biaya per bus-km 1) Biaya langsung a) Biaya penyusutan (1) Harga kendaraan (2) Masa Penyusutan (3) Nilai Residu (4) Penyusutan per bus-km :
= …………15 ………………..km = ………….15…………………rit = ………231,75 ……………….km/hr = ………….56…………………pnp = …………840 ……………….pnp = ………….25…………………hari = ………5.793,75…………….. km = ………21.000………………. pnp = ……….69.525……………… km/tahun = ……….252.000 ……………. Pnp
= RP. 155.000.000 = ……….5…………..th = ………20……..% dari harga kendaraan
Harga kendaraan - nilai residu = RP…………………………/bus-Km Prod. Bus-km/th x masa penyusutan 155.000.000 - (20% x 155.000.000) = RP. 356,7 / bus - km 69.525 x 5 b) Bunga Modal **) (1) Bunga modal/th : (n + 1) (----------- x harga kendaraan x tingkat bunga /th) 2 ----------------------------------------------------------- = RP. ……………/ th Masa penyusutan Keterangan : n = masa pengembalian peminjaman
(2) Bunga modal per bus - km Bunga modal per tahun ---------------------------= RP. ………………… /bus-km Produksi bus-km/tahun **) Apabila kendaraan diperoleh secara kredit, komponen bunga modal tidak dihitung lagi. c) Gaji dan tunjangan awak bus (1) Susunan awak bus - Sopir = ………………..1,2 ………………… orang - Kondektur = ………………..1,2 ………………… orang Jumlah = ………………..2,4 ………………… orang (2) Biaya awak bus per tahun - Gaji / upah - Uang dinas jasa / tunjangan Kerja operasi - Tunjangan sosial Jumlah Gaji : - Sopir - Kondektur
= RP. 3.760.000,00 = RP. 1.800.000,00 = RP. 1.800.000,00 = RP. 8.640.000,00
= RP. 250.000,00/bulan = RP. 150.000,00/bulan
Tunjangan kerja Operasi : - Sopir = RP. 75.000,00/bulan - Kondektur = RP. 50.000,00/bulan Tunjangan sosial - Sopir - Kondektur
: = RP. 50.000,00/bulan = RP. 25.000,00/bulan
(3) Biaya per bus-km Biaya awak bus/th ----------------------- = Prod. Bus-km/th
RP. …………………/bus-km
8.600.000 ------------- = RP. 123,70/bus-km 69.525
26
d) Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Pemakaian BBM/bus/hr Km-tempuh/hari Pemakaian BBM Harga BBM Biaya BBM/bus/hari Biaya BBM/bus-km :
Pemakaian BBM/bus/hr ----------------------------Km-tempuh/hari
= ……..89,13 ……….. l = ……231,75 ………km/l = ……..2,6 ………… km/l = ……..380………./l = ……. 33.869,4………../l
= RP ……………………/bus-km
33.869,4 ---------------- = RP. 146,1 /bus-km 231,75. e) Ban 1) Jumlah pemakaian ban 2) Daya tahan ban 3) Harga ban/buah 4) Biaya ban/bus-km
= …….10……. buah (2 baru, 8 vulkanisasi) = ….24.000….. km = RP. 250.000,00 (ban baru) = RP. 100.000,00 (ban vulkanisir) =
Jumlah pemakian ban x harga ban / buah ------------------------------------------------- = RP. …………../bus-km Km daya tahan ban 1.300.000 ------------- = RP. 54,16 / bus-km 24.000 f) Service Kecil (1) Servis kecil dilakukan setiap 5000 km (2) Biaya bahan : - Olie mesin = 6 l x RP. 5.500,00 /l - Gemuk = ..1,75 kg x RP. 8.000,00 / kg - Minyak rem = 1 l x RP. 15.000,00 / l - Solar = ….. l . x RP. ……./ l (3) Upah/ servis (dilakukan di luar) …… -………………… Jumlah
= RP. 33.000,00 = RP. 14.000,00 = RP. 15.000,00 = RP. …..
= RP. ,= RP. 62.000,00
27
Biaya servis kecil/bus-km : Biaya servis kecil --------------------- = RP………………./bus-km 5.000 km 62.000 --------- = RP. 12,4 /bus-km 5.000 g) Service Besar (1) Servis besar dilakukan setiap 10.000 km (2) Biaya bahan : - Oli mesin = 6 l x RP. 5500,00 /l = RP. 33.000,00 - Oli gardan = 3 l x RP. 9000,00 / l = RP. 27.000,00 - Oli transmisi= 3 l x RP. 9000,00 / l = RP. 27.000,00 - Gemuk = 2 kg x RP. 8000,00 / kg = RP. 16.000,00 - Minyak rem = 1 l x RP. 15.000,00 / l = RP. 15.000,00 - Platina = ……………………. = RP. ….. - Busi = …… bh x RP …../ bh = RP. …… - Kondensor = …… bh x RP. …/bh = RP …… - Filter ( oli + Udara) = 1 bh x RP. 75.000,00 = RP.75.000,00 - Solar / bensin = 4 l x RP. 380,00 / l = RP. 1.520,00 (3) Upah servis (bila dilakukan pihak luar) ………………… Jumlah Biaya servis besar ---------------------- = 10.000 km
= RP. ……….. --------------------= RP. 194.520,00
RP. ………../bus-km
194.520,00 ------------- = RP. 19,45/bus-km 10.000 h) Biaya pemeriksaan umum (general overhaul) 1) Biaya pemeriksaan dilakukan setiap ……. Km 2) Biaya pemeriksaan - Upah RP. 250.000,00 - Bahan RP. 1.500.000,00 --------------------Jumlah RP. 1.750.000,00
28
3) Biaya Pemeriksaan / tahun Km / tahun ----------------- x biaya pemeriksaan = RP ….. / Km Pemeriksaan 69.525 --------- x RP. 1.750.000,00 = RP. 811,125,00 150.000 4) Biaya pemeriksaan umum per bus-km Biaya pemeriksaan per bus/tahun -----------------------------------------Prod. Bus-km / tahun
= RP. ……. /bus-km
811.125 -------------- = RP. 11,33 / bus-km 69.525 i) Penambahan oli mesin 1) Penambahan oli mesin/hari 2) Km-tempuh/hari 3) Harga oli/filter 4) Biaya penambahan oli/bus-km Penambahan oli/hr x Harga oli/ l ----------------------------------------km - tempuh/hari 0,25 x RP. 5.500,00 -----------------------231, 75
=
j) Cuci bus 1) Biaya cuci bus/hari/bus 2) Biaya cuci bus/bulan 3) Biaya cuci bus/bus-km Biaya cuci bus/bulan ----------------------------Prod. Bus-km/bulan ---------------- = 37.500
= 0,25 liter = 225 km = RP. 5.500,00 = RP.-
= RP. …….. /bus-km
RP. 5,93 / bus-km
= RP. 1.500,00 = RP. 37.500,00 =
= RP. ……../bus-km
RP. 6,472/ bus-km
231,75 x 25 29
k) Retribusi terminal 1) Retribusi terminal/hr = RP. 3.000,00 2) Biaya retribusi terminal/bus-km : Retribusi terminal/hari --------------------------Prod. Bus-km/hari 3.000 ------- = 231,75
= RP. ……../bus-km
RP. 12,945/bus-km
l) STNK / Pajak kendaraan 1) Biaya STNK/bus 2) Biaya STNK/bus-km
= RP. 700.000,00 =
Biaya STNK ----------------------------Prod. Bus-km/tahun
= RP……………../bus-km
700.000 -------------69.525
= RP. 10,07 /bus-km
m) Kir 1) 2) 3) 4)
Frekwensi kir/tahun Biaya setiap kali kir Biaya kir/tahun Biaya kir/bus-km
Biaya kir/th -------------------Prod.bus-km/tahun
= 2 kali = RP. 50.000,00 = RP. 100.000,00
= RP………………. /bus-km
100.000 = Rp. 1.44 / bus - km 69.525 n) Asuransi 1) Asuransi kendaraan/th 2) Asuransi awak bus/th Jumlah
= RP. 232.500,00 (1,5/1000 x harga kend) = RP. 96.000,00 ---------------------= RP. 328.500,00 30
3) Biaya Asuransi per bus-km Jumlah biaya asuransi/tahun ---------------------------------- = RP ……………/bus-km Prod. Bus-km/tahun 328.500 ------------69.525
= RP. 4,72/bus-km
Rekapitulasi biaya langsung per bus-Km : -
Penyusutan Bunga modal Gaji dan tunjangan awak bus BBM Ban Servis kecil Servis besar Pemeriksaan umum (upah, suku cadang &bodi) Penambahan oli mesin Cuci bus Retribusi terminal STNK / pajak kendaraan KIR Asuransi Jumlah
= RP. 356,70 = RP. = RP. 124,27 = RP. 146,10 = RP. 54,16 = RP. 12,40 = RP. 19,45 = RP. 11,33 = RP. 5,93 = RP. 6,47 = RP. 12,94 = RP. 10,07 = RP. 1,44 = RP. 4,72 --------------= RP. 765,98
2) Biaya Tidak langsung a) Biaya tidak langsung per segmen usaha per tahun (1) Biaya pegawai selain awak bus a) Gaji = RP. 21.360.000,00 b) Lembur = RP. 800.000,00 c) Tunjangan sosial = RP. 7.980.000,00 ------------------------Subtotal (1) = RP. 30.140.000,00 Keterangan : - Rasio pegawai selain awak bus/bus = 1,1 - Rasio teknisi/bus = 0,8 - Gaji Pegawai selain awak bus : Administrasi = RP. 100.000,00/bulan Teknisi = RP. 85.000,00/bulan - Tunjangan Sosial Administrasi = RP. 35.000,00/bulan Teknisi = RP. 35.000,00/bulan - Lembur diperkirakan dalam 1 tahun = RP. 800.000,00 31
(2) Biaya pengelolaan a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n) o)
Penyusutan bangunan kantor Penyusutan pool dan bengkel Penyusutan inventaris / alat kantor Penyusutan sarana bengkel Biaya administrasi kantor Biaya pemeliharaan kantor Biaya pemeliharaan pool dan bengkel Biaya listrik dan air Biaya telepon dan telegram Biaya perjalanan dinas selain awak bus Pajak perusahaan Izin trayek Izin usaha Biaya Pemasaran Lain-lain (diluar unsur-unsur biaya)
= RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP. = RP.
1.000.000,00 500.000,00 300.000,00 200.000,00 500.000,00 300.000,00 300.000,00 4.800.000,00 4.800.000,00 1.920.000,00 6.300.000,00 250.000,00 4.000.000,00 1.000.000,00
Pengelolaan di atas
= RP. 2.000.000,00
Subtotal (2)
= RP. 28.170.000,00
(3) Total biaya tidak langsung per segmen usaha/tahun (( 1) + (2))
= RP. 58.310.000,00
b) Biaya tidak langsung per bus per tahun (total biaya tidak langsung per segmen usaha / tahun dibagi jumlah bus/segmen usaha) = RP. ……../th --> = RP. 5.831.000,00 Keterangan : Jumlah bus/segmen usaha = 10 unit c) Biaya tidak langsung/bus-km (Biaya tidak langsung/bus/th dibagi produksi bus/km/th) 5.831.000 -----------69.525
= 83,87 /bus-km
3) Biaya pokok per bus-km Biaya langsung Biaya tidak langsung
= RP. 765,98/bus-km = RP. 83,87/bus-km
Jumlah
= RP. 849,85/bus-km
32
4) Biaya pokok per pnp-km Biaya pokok/bus-km ------------------------= RP. ……../pnp-km Kapasitas penumpang 849,85 -------- = 10,62 /pnp-km 69.525 5) Posisi biaya pada berbagai tingkat faktor muat : 100% RP. 10,62 /pnp-km 90% RP. 11.80 / pnp-km 80% RP. 13,27 /pnp-km 70% RP. 15.17 /pnp-km 60 % RP. 17,71 /pnp-km 50% RP. 21,24 /pnp-km 40% RP. 26.55 /pnp-km 6) Rekapitulasi biaya pokok Komponen Biaya a) Biaya langsung Penyusutan Bunga modal Gaji & Tunj.Awak Bus BBM Ban Servis kecil Servis Besar Penambahan oli mesin Pemeriksaan Umum (upah suku cadang dan bodi) Kir Cuci bus Retribusi terminal STNK Asuransi b) Biaya Tidak Langsung Biaya pegawai selain awak bus Biaya pengelolaan Jumlah
RP/Bus-Km
RP/Pnp-Km
%
356,7 124,272 146,10 54,16 12,40 19,45 5,93
6,369 2,219 2,609 0,967 0,221 0,347 0,106
41,9 14,6 17,19 6,38 1,46 2,30 0,07
11,67 1,44 6,47 12,94 10,07 4,72
0,208 0,025 0,115 0,231 0,179 0,084
1,37 0,02 0,08 1,53 1,18 0,05
43,35 40,52 849,85
0,774 0,723 15,17
5,10 4,76 100.0
Dengan faktor muat (LF) = 70%
33
7. Pedoman Perhitungan Biaya Fasilitas Tambahan a. Penyejuk udara (AC) 1) Harga AC baru 2) Masa penyusutan 3) Biaya penyusutan
= RP. ……… = …………….th :
Harga AC ------------------------------- = RP………….. Masa penyusutan 4) Biaya pemeliharaan 5) Biaya perbaikan/th 6) Biaya BBM/tahun a) Pemakian BBM/tahun b) Harga BBM c) Biaya BBM/tahun (a) x b))
= ………. % x harga AC baru = RP ………………………. = ……….% x harga AC baru = ………………………… = …….liter = RP …………… = RP ………………
7) Biaya total AC/th (3) + 4 )+5) + 6) = RP………… 8) Biaya AC per bus-km : Biaya AC / tahun ----------------------Prod. Bus-km/tahun
= RP …………./bus-km
9) Biaya AC per Pnp-km Biaya AC/bus-km ---------------------Kapasitas pnp/bus
= RP……………../pnp-km
8. Contoh Perhitungan Biaya Fasilitas Tambahan a. Karakteristik Kendaraan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Tipe Jenis pelayanan Kapasitas/daya angkut penumpang Km-tempuh/rit Frekwensi/hari Km-tempuh/hari [ 4) x 5) ] + 3% Km-tempuh/bulan [ 6) x 25 hari ] Km-tempuh/tahun [ 7) x 12 bulan ]
= besar SD = bus AC = 49 orang = 15 km = 15 rit = 231,75 km/hari = 5793,75 km/hari = 69525 km/tahun
34
b. Penyejuk Udara (AC) 1) Harga AC baru 2) Masa Penyusutan 3) Biaya Penyusutan
= RP. 8.000.000,00 = 5 tahun
8.000.000,00 ---------------= RP. 1.600.000,00 5 4) Biaya Pemeliharaan/tahun = 5% x 8.000.000,00 = RP. 400.000,00 5) Biaya perbaikan/tahun = 15 % x 8.000.000 = RP. 1.200.000,00 6) Biaya BBM/tahun a. Pemakian BBM /tahun = 69.525 : 5 = 13.905 (1 liter untuk 5 Km) b. Harga BBM = RP. 380.00 c. Biaya BBM/tahun =RP. 380,00 x 13.905 = RP. 5.283.900,00 7) Biaya total AC/tahun (3) + 4) + 5)+ 6)) = RP. 483.900,00 8) Biaya AC per bus-km Biaya AC /tahun -------------------Prod. Bus-km/tahun 8.493.900 -----------69.525
= RP ……………… /bus-km
= RP 122,02
9) Biaya AC per pnp-km Biaya AC/bus-km ---------------------Kapasitas pnp/bus 122,02 -----------49
= RP………………/pnp.km
= RP. 2,49 / pnp-km
35
BAB V ASPEK SARANA DAN PRASARANA 1. Umum Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan jalan dibagi dalam beberapa kelas. Pembagian kelas jalan, didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik setiap moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor, serta konstruksi jalan. 2. Kelas Jalan Kelas jalan terdiri atas a. jalan kelas I, b. jalan kelas II, c. jalan kelas III A, d. jalan kelas III B, e. jalan kelas III C. Berikut Tabel kelas jalan berdasarkan fungsi dan jenis angkutan. TABEL V.1 KELAS JALAN BERDASARKAN FUNGSI DAN JENIS ANGKUTAN
Kelas jalan
Kecepatan Ukuran dan Berat Paling Rendah Kendaraan Bermotor Panjang Lebar MST (untuk dalam kota) (mm) (mm) (Ton)
Kelas I
18.000
2.500
> 10
30 Km/Jam
Arteri
Kelas II
18.000
2.500
10
30 Km/Jam
Arteri
Fungsi
Jenis Angkutan
• Bus lantai ganda • Bus tempel/ artikulasi • Bus lantai tunggal • Bus sedang • Bus lantai ganda • Bus tempel/artikulasi • Bus lantai tunggal • Bus sedang
36
Kelas jalan
Kecepatan Ukuran dan Berat Paling Rendah Kendaraan Bermotor Panjang Lebar MST (untuk dalam kota) (mm) (mm) (Ton)
Kelas III A
18.000
2.500
8
20-40 Km/Jam
Kelas III B
12.000
2.500
8
20 Km/Jam
Kelas III C
9.000
2.100
8
10-20 Km/Jam
Fungsi
Jenis Angkutan
Arteri • Bus lantai ganda atau • Bus tempel/ Kolektor artikulasi • Bus lantai tunggal • Bus sedang • MPU (hanya roda empat) Kolektor • Bus lantai tunggal • Bus sedang • MPU (hanya roda empat) Lokal • Bus lantai tunggal • Bus sedang • MPU (hanya roda empat)
Prasarana jalan yang dapat mendukung pelayanan trayek mempunyai cirri-ciri seperti pada Tabel berikut. TABEL V.2 PRASARANA JALAN YANG MENDUKUNG PELAYANAN TRAYEK
Trayek
Fungsi Jalan
Kecepatan Paling Rendah (untuk dalam kota) 30 Km/Jam
Lebar Jalan
Utama
Arteri
Cabang
Kolektor 20 Km/Jam
Ranting
Lokal
10 Km/Jam
5
Langsung
Arteri
30 Km/Jam
Jenis Angkutan • • • • • • • • • • • • •
Bus besar Bus tempel/artikulasi Bus lantai ganda Bus Besar lantai ganda Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil Bus Sedang Bus Kecil MPU (hanya roda empat) Bus Besar Bus tempel/artikulasi Bus lantai ganda
37
3. Prasyarat Pelayanan Dalam mengoperasikan kendaraan angkutan penumpang umum, operator harus memenuhi dua prasyarat minimum pelayanan, yaitu prasyarat umum dan prasyarat khusus. a. Prasyarat umum 1) Waktu tunggu di pemberhentian rata-rata 5–10 menit dan maksimum 10–20 menit. 2) Jarak untuk mencapai perhentian di pusat kota 300–500 m; untuk pinggiran kota 500–1000 m. 3) Penggantian rute dan moda pelayanan, jumlah pergantian rata-rata 0–1, maksimum 2. 4) Lama perjalanan ke dan dari tempat tujuan setiap hari, rata-rata 1,0–1,5 jam, maksimum 2–3 jam. 5) Biaya perjalanan, yaitu persentase perjalanan terhadap pendapatan rumah tangga. b. Prasyarat khusus • Faktor layanan • Faktor keamanan penumpang • Faktor kemudahan penumpang mendapatkan bus • Faktor lintasan Berdasarkan keempat factor prasyarat khusus itu, pelayanan angkutan umum diklasifikasikan kedalam dua jenis pelayanan, yaitu : • Pelayanan ekonomi : * Minimal tanpa AC • Pelayanan non ekonomi : * Minimal dengan AC Rincian prasyarat pelayanan untuk tiap jenis pelayanan dapat dilihat pada Tabel V.3 berikut: TABEL V.3 PEDOMAN KUALITAS PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI WILAYAH PERKOTAAN DALAM TRAYEK TETAP DAN TERATUR Kualitas 1. Kenyamanan
2. Keamanan
Klasifikasi Pelayanan Non Ekonomi • Fasilitas tempat duduk disediakan • Juga mengangkut penumpang dengan berdiri • Dilengkapi pendingin udara (AC) • Menyediakan bagasi/tempat barang. • Kebersihan harus terjamin • Awak bus terlatih dan terampil
Ekonomi Fasilitas tempat duduk disediakan Juga mengangkut penumpang dengan berdiri • Kebersihan harus terjamin • Awak bus harus terlatih dan terampil • Tanpa dilengkapi pendingin udara (AC)
38
Klasifikasi Pelayanan
Kualitas
Non Ekonomi
Ekonomi
• Jadwal keberangkatan dan kedatangan harus dipenuhi, baik ada maupun tidak ada penumpang (tidak mengetem)
• Jadwal keberangkatan dan kedatangan harus dipenuhi, baik ada maupun tidak ada penumpang (tidak mengetem)
• Lokasi terminal harus terintegrasi dengan terminal jenis kendaraan umum lainnya.
• Lokasi terminal harus terintegrasi terminal jenis kendaraan umum lainnya.
• Tempat-tempat perhentian harus khusus.
• Tempat perhentian harus tepat penempatannya agar tidak mengganggu lalu lintas.
4. Lintasan
Pada lintasan utama kota, trayek utama dan langsung
Pada lintasan utama kota trayek cabang, ranting.
5. Kendaraan
• Bus besar lantai tunggal • Bus besar lantai ganda • Bus tempel/artikulasi
• • • • • •
3. Kemudahan mendapatkan bus.
dengan
Bus besar lantai ganda Bus besar lantai tunggal Bus tempel /artikulasi Bus sedang Bus kecil MPU (hanya roda empat)
Ket. (*) Pendingin Udara (AC) dengan derajat 25° C yang diukur dari titik tengah bus.
4. Pedoman Kendaraan Pedoman kendaraan meliputi: a. Ukuran kendaraan - Panjang kendaraan - Lebar kendaraan - Tinggi kendaraan b. Ukuran interior kendaraan - Tinggi di dalam - Jarak antara dua kursi • jarak dua kursi yang menghadap ke satu arah • jarak dua kursi yang berhadapan - Lebar kursi Posisi pintu masuk dan keluar penumpang c. Kapasitas kendaraan • Kapasitas penumpang - kapasitas dengan tempat duduk - Kapasitas berdiri • Muatan sumbu terberat d. Besaran, ukuran dan kapasitas kendaraan ditetapkan dalam ketentuan tersendiri.
39
BAB VI TANDA-TANDA KENDARAAN DAN AWAK
1. Tanda–Tanda Kendaraan Guna mempermudah mengenali kendaraan, kendaraan angkutan penumpang umum diberi tanda-tanda khusus sebagai berikut: a. Ukuran papan trayek bagi bus kota serta huruf tulisan pada papan trayek dimaksud adalah sebagaimana terlihat pada gambar VI.1. b. Papan trayek diletakan dikaca kendaraan bagian depan atau di bagian belakang sebagaimana terlihat pada gambar VI.2 dan VI.3 c. Spesifikasi teknis papan trayek adalah sebagai berikut: 1) Papan trayek terbuat dari bahan plat besi atau aluminium dengan tebal 1–2 mm, dicat dengan warna dasar gelap dan huruf dengan warna putih, atau berwarna dasar terang dengan huruf berwarna merah. 2) Papan trayek diberi penerangan dengan dua buah lampu, masing-masing berkekuatan 10 wat yang dihubungkan dengan lampu seri kendaraan sehingga bila lampu dihidupkan secara otomatis lampu papan trayek juga menyala. d. Lambang dan tulisan tambahan adalah sebagai berikut: 1) Logo dan nama perusahaan diletakkan dibagian belakang badan kendaraan, dipintu pengemudi (sisi kanan kendaraan), disisi kiri kendaraan disamping pintu depan, sebagai mana pada gambar VI.4 dan VI.5. 2) Nomor urut kendaraan diletakkan dibagian belakang badan kendaraan, dipintu pengemudi (sisi kanan kendaraan), dibawah logo dan nama perusahaan, dan disisi kiri kendaraan bagian belakang, sebagaimana pada gambar VI.4 dan VI.5 3) Tulisan Bus Kota diletakkan dibagian atas kaca jendela, baik pada sisi kiri maupun kanan kendaraan, sebagaimana pada gambar VI.6. dan VI.7. 4) Tulisan Ekonomi (E) atau Non Ekonomi (NE) diletakkan disisi depan ataupun belakang badan kendaraan sebagaimana pada gambar VI.8. dan VI.9. 5) Tarif dituliskan dikaca jendela sisi kiri dan kanan kendaraan sebagaimana pada gambar VI.6. dan VI.7. 6) Tempat perhentian sepanjang rute yang dilalui digambarkan dibagian dalam kendaraan diatas jendela, disisi kiri ataupun kanan kendaraan. 7) Iklan dapat dipasang dikiri dan kanan badan kendaraan (gambar VI.4 dan VI.5.) atau dapat dipasang diseluruh badan kendaraan, sepanjang identifikasi bus perusahaan tidak hilang (yang tercantum pada nomor 1–5 diatas).
40
2. Kelengkapan awak a. Jatidiri pengemudi dikeluarkan oleh tiap-tiap perusahaan angkutan dengan persyaratan sebagai berikut: 1) Jatidiri pengemudi harus ditulis dengan huruf cetak yang jelas dan terbaca; ukuran kartu jatidiri pengemudi sebagaimana gambar VI.8 ukuran foto pengemudi adalah 4 Cm x 6 Cm. 2) Tanda jatidiri pengemudi diletakan didalam kendaraan dibagian depan pengemudi. 3) Spesifikasi teknis dan tanda jatidiri adalah sebagai berikut: a) Terbuat dari kertas karton tipis warna putih dengan latar belakang (bayangan) gambar logo perusahaan. b) Dilaminasi. c) Disertai foto pengemudi yang hitam putih atau berwarna dengan menggunakan kertas dof. 4) Isi tanda jati diri a) Nama adalah nama pengemudi sesuai dengan foto yang tercantum disebelahnya b) Nomor SIM adalah nomor SIM yang masih berlaku dengan golongan yang sesuai dengan peruntukannya. c) Nomor induk pegawai adalah nomor kepegawaian pada perusahaan angkutan tempat pengemudi tercatat d) Masa berlaku adalah masa berlakunya tanda jati diri yang dikeluarkan oleh perusahaan. e) Tanda jatidiri harus ditandatangani oleh Direktur Operasi atau pemilik perusahaan dan pengemudi. f) Cap perusahaan (stempel) harus mengenai tanda tangan Direktur Operasi atau pemilik perusahaan. g) Tanda tangan pengemudi harus mengenai foto pengemudi. b. Kartu Pengenal awak angkutan umum dikeluarkan oleh rtiap-tiap perusahaan angkutan dengan persyaratan sebagai berikut: 1) Tulisan dalam kartu pengenal awak angkutan umum harus menggunakan huruf cetak yang jelas terbaca; ukuran kartu pengenal awak angkutan umum, sebagaimana Gambar VI.16. 2) Ukuran foto awak angkutan umum adalah 3 Cm x 4 Cm. 3) Kartu pengenal awak angkutan umum dipasang didada sebelah kiri. 4) Spesifikasi teknis kartu pengenal awak angkutan umum adalah sebagai berikut: a) Terbuat dari kertas karton tipis b) Dilaminasi c) Disertai foto awak angkutan umum yang hitam putih atau berwarna dengan menggunakan kertas dof. 41
5) Isi Kartu Pengenal awak angkutan umum adalah sebagai berikut: a) Nama adalah nama pengemudi / kondektur sesuai dengan foto yang tercantum disebelahnya. b) Nomor induk pegawai adalah nomor kepegawaian pada perusahaan angkutan tempat awak angkutan umum tercatat. c) Pekerjaan diisi sesuai dengan jabatan yang bersangkutan, pengemudi atau kondektur. d) Tanggal adalah saat kartu tanda pengenal tersebut diterbitkan oleh perusahaan e) Kartu Pengenal awak angkutan umum harus ditandatangani oleh Direktur Operasi atau pemilik perusahaan f) Cap perusahaan (stempel) harus mengenai tanda tangan Direktur Operasi atau pemilik perusahaan. 3. Pengendalian a. Perusahaan harus mengawasi dan mengendalikan penerbitan dan penggunaan tanda jati diri dan kartu pengemudi awak angkutan umum. b. Bila pengemudi dan/atau kondektur sudah tidak bekerja lagi pada perusahaan angkutan yang bersangkutan, tanda jati diri pengemudi dan./atau kartu pengenal awak angkutan umum harus ditarik dari pengemudi / kondektuir yang bersangkutan kemudian dimusnahkan. c. Tanda jatidiri atau kartu pengenal yang sudah rusak, tidak terbaca, ataupun hilang, harus segera diganti dengan yang baru. d. Tanda jatidiri pengemudi atau kartu pengenal awak angkutan umum harus selalu terpasang selama yang bersangkutan menjalankan tugas. e. Masa berlaku tanda jatidiri pengemudi adalah satu tahun dan dapat diperpanjang selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. f. Kode trayek
Nama Trayek
BEKASI – BLOK M 15 cm
NE 27
7 Cm 22 cm
LEWAT TOL
5,5 Cm
Cawang-Komdak-Senayan (pintu I) 100 Cm Asal trayek
Daerah/Jalan yang dilalui
Tujuan trayek
Gambar VI.1 Papan trayek 42
Catatan: 1. Tebal huruf kode trayek = 2,50 Cm 2. Tebal huruf keterangan trayek = 2.00 Cm 3. Untuk bus sedang, ukuran dikalikan factor 0,75 4. Mobil penumpang umum atau bus kecil dapat menggunakan pekatan (stiker) saja dengan huruf jelas / warna terang (tulisan tetap dapat terlihat jelas pada malam hari ataupun pada saat hujan)
43
NE…..
Gambar VI.2 Papan Trayek di bagian Depan Kendaraan
NE…..
Gambar VI.3 Papan Trayek di bagian Belakang Kendaraan
44
Iklan
No. Urut Kendaraan Logo Dan Nama Perusahaan
Gambar VI.4 Logo, Nama, No. Urut dan Iklan dibagian kanan Kendaraan
Naik
Turun
Iklan
No. Urut Kendaraan
Logo Dan Nama Perusahaan
Gambar VI.5 Logo, Nama, No. Urut dan Iklan dibagian kiri Kendaraan
45
BUS KOTA Rp. 000,-
Iklan
Gambar VI.6 Tulisan Bus Kota dan Tarif disamping kanan Kendaraan BUS KOTA Rp. 000,-
Naik
Turun
Iklan
Gambar VI.7 Tulisan Bus Kota dan Tarif disamping kiri Kendaraan
46
E…..
EK ON OM I
Gambar VI.8 Tulisan EKONOMI di bagian Depan Kendaraan
E…..
EK ON OM I
Gambar VI.8 Tulisan EKONOMI di bagian Belakang Kendaraan
47
NE…..
N ON EK ON OM I
Gambar VI.9 Tulisan NON EKONOMI di bagian Depan Kendaraan
NE…..
N ON EK ON OM I
Gambar VI.9 Tulisan NON EKONOMI di bagian Belakang Kendaraan
48
Gambar VI.10 Konfigurasi Tempat Duduk 2.3 Untuk Bus Besar
49
Gambar VI.11 Konfigurasi Tempat Duduk di Samping Untuk Bus Besar
50
Gambar VI.12 Konfigurasi Tempat Duduk 2.2 Untuk Bus Sedang
51
Gambar VI.13 Konfigurasi Tempat Duduk Untuk Bus Kecil
52
Gambar VI.14 Konfigurasi Tempat Duduk Untuk Mobil Penumpang Umum
53
TANDA JATI DIRI PENGEMUDI 2 cm
PT. XYZ Jl. ………………...., Kota Kode Pos
Nama
:
No.SIM : Foto Pengemudi 4x6 cm
NIP
:
Berlaku : Tanda tangan
10 cm
Stempel Tanda tangan
Pengemudi
Direktur Operasi
14 cm
Gambar VI.15 Tanda Jati Diri Pengemudi Angkutan Umum KARTU PENGENAL AWAK ANGKUTAN UMUM PT. XYZ
1,5 cm
Jl. ………………...., Kota Kode Pos
5 cm
Foto Pengemudi 3x4 cm
Nama
:
NIP
:
Pekerjaan
:
Dikeluarkan tgl :
Stempel Tanda tangan Direktur Operasi 8,5 cm
Gambar VI.16 Tanda Jati Diri Pengemudi Angkutan Umum 54
BAB VII ASPEK KEPENGUSAHAAN
1. Kewajiban Pengusaha Pengusaha kendaraan angkutan umum berkewajiban sebagai berikut: a) Mengoperasikan kendaraan yang memenuhi ketentuan laik jalan dan persyaratan kelengkapan kendaraan; b) Mengoperasikan kendaraan sesuai dengan jumlah yang diijinkan; c) Memiliki atau menguasai tempat penyimpanan kendaraan (pul) dengan luas yang cukup sesuai dengan jumlah kendaraan yang dimiliki (luas lahan yang diperlukan untuk satu kendaraan sekitar 3,4 x 12,5 m²) serta dilengkapi dengan fasilitas dan teknisi untuk pemeliharaan ringan (seperti ganti ban, ganti olie); d) Menyediakan pakaian seragam yang rapih dan sopan bagi pengemudi dan awak kendaraan; e) Melaporkan kegiatan pengoperasian setiap bulan kepada pemberi ijin. Laporan tersebut meliputi kode trayek, nama trayek, panjang trayek, jumlah kendaraan yang melayani (jumlah kendaraan SO), juml;ah rit yang ditempuh, jumlah penumpang yang diangkut untuk setiap trayek tiap bulan; f) Melaporkan kepada pemberi ijin usaha dan pemberi ijin trayek (jika ada) perubahan pada data perusahaan, selambat-lambatnya 14 hari setelah terjadi perubahan; g) Mengasuransikan awak kendaraan dan penumpang; h) Mempekerjakan pengemudi yang memenuhi persyaratan untuk mengemudikan kendaraan di jalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2. Pencabutan Ijin Trayek Ijin trayek dapat dicabut apabila Perusahaan melakukan hal sebagai berikut: a. Mengoperasikan kendaraan yang tidak laik jalan b. Tidak melayani trayek yang diberi ijin selama 1 bulan terus menerus c. Tidak mengoperasikan kendaraan sesuai dengan jumlah yang telah diberi ijin (meskipun telah diberi peringatan secara tertulis); d. Melanggar ketentuan yang bersifat teknis administrative dalam pengusahaan dan pengoperasian kendaraan; 3. Prosedur Pencabutan Ijin Trayek a. Perusahaan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud diberi peringatan tertulis sebanyak 3 x berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 bulan b. Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam butir a. tidak diindahkan, peringatan dilanjutkan dengan pembekuan ijin trayek untuk jangka waktu 1 bulan; c. Jika pembekuan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam butir b. habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, ijin trayek dicabut, pencabutan ijin. 55
4. Pencabutan Ijin Pencabutan Ijin dapat dikenakan tanpa melalui proses peringatan jika perusahaan yang bersangkutan : a. Melakukan kegiatan yang dianggap membahayakan keamanan negara; b. Memperoleh ijin dengan cara tidak syah; c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa manusia; DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc
56
PANDUAN PENGUMPULAN DATA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Diterbitkan oleh: Direktorat Bina Soistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Jl. Merdeka Barat No 8 Gd Karya Lt 10 Jakarta, 10110 Telp 021 3506143 Email : [email protected] http://www.dglt.org 2001
PENGANTAR
Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan peraturan pelaksanaannya, yang mulai efektif berlaku tahun 2001, dimana sebagian urusan perhubungan (termasuk lalu lintas dan angkutan jalan) diserahkan ke Daerah, diperlukan berbagai pedoman teknis, yang akan digunakan oleh Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten dan Kota) untuk menunjang pelaksanaan kegiatan di bidang lalu lintas dan angkutan perkotaan. Tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam bidang pembinaan sistem transportasi perkotaan mencakup pembinaan manajemen dan rekayasa lalu lintas, fasilitas perpindahan angkutan umum, dan penyelenggaraan angkutan umum perkotaan. Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum ini merupakan salah satu dari sejumlah pedoman teknis yang sudah sangat dibutuhkan keberadaannya. Pada dasarnya penyelenggaraan angkutan umum perkotaan menyangkut tiga sisi pandang, yaitu pengguna jasa angkutan (penumpang), operator, dan Pemerintah sebagai regulator. Tinjauan dari sisi pengguna jasa angkutan adalah aksesibilitas, waktu tunggu yang pendek, dan tarif yang terjangkau, sedangkan dari sisi operator berkaitan dengan keuntungan yang dapat diperoleh. Sementara dari sisi regulator adalah menjaga keseimbangan antara penyediaan jasa angkutan dengan perkembangan kebutuhan. Salah satu cara untuk menjaga keseimbangan dimaksud adalah dengan melakukan evaluasi kinerja jaringan trayek, kinerja trayek dan kinerja angkutan secara berkala. Untuk dapat menyediakan pelayanan angkutan umum yang efektif dan efisien, serta dapat memenuhi ketiga kepentingan yang berbeda, maka perencanaan operasional pelayanan angkutan umum harus dilakukan sebaik mungkin. Selain itu, pelayanan yang sudah ada pun perlu dievaluasi dari waktu ke waktu untuk dapat mengetahui apakah pelayanan yang diberikan masih memadai atau sudah perlu ditingkatkan. Perencanaan pelayanan angkutan umum dan evaluasi kinerjanya hanya dapat dilakukan berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan akurat. Data dan informasi yang dibutuhkan akan diperoleh melalui proses pengumpulan data yang cukup komprehensif. Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan ini disusun untuk dapat dijadikan pedoman/acuan dalam melakukan survai angkutan umum, sehingga instansi yang berkepentingan dapat membangun suatu pangkalan data (database) angkutan umum. Buku panduan ini mencakup antara lain persyaratan umum yang dibutuhkan untuk dapat melakukan survai, langkah-langkah survai serta contohcontoh formulir survai dan formulir rekapitulasi data. Acuan yang digunakan dalam menyusun Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan ini disunting dari modul pendidikan dan pelatihan, serta referensi dari dalam maupun luar negeri. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT i
DAFTAR ISI PANDUAN PENGUMPULAN DATA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN BAB I
UMUM A. PENDAHULUAN B. PERSYARATAN UMUM 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perlengkapan dan Peralatan Waktu dan Periode Pelaksanaan Survai Tenaga Penyigi Perizinan, Koordinasi dan Pemberitahuan Sarana Angkutan Biaya / Pendanaan
C. PENGERTIAN BAB II
SURVAI DINAMIS A. SURVAI PENUMPANG NAIK DAN TURUN DI DALAM KENDARAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pendahuluan Maksud dan Tujuan Target Data yang Diamati Tenaga Pelaksana Waktu Pelaksanaan Jumlah Pengamatan Langkah-langkah Rekapitulasi Data
B. SURVAI WAWANCARA PENUMPANG DI DALAM KENDARAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pendahuluan Maksud dan Tujuan Target Data yang Diamati Tenaga Pelaksana Waktu Pelaksanaan Jumlah Sampel Faktor Ekspansi Langkah-langkah Rekapitulasi Data
ii
BAB III
SURVAI STATIS A. B. C. D. E. F. G.
BAB IV
Pendahuluan Maksud dan Tujuan Target Data yang Diamati Tenaga Pelaksana Waktu Pelaksanaan Langkah-langkah Rekapitulasi Data
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN: 1. Contoh formulir Survai Dinamis • Formulir AD-I • Petunjuk Pengisian Formulir AD-I • Formulir AD-II • Petunjuk Pengisian Formulir AD-II • Formulir WP-I • Petunjuk Pengisian Formulir WP-I • Formulir WP-II • Petunjuk Pengisian Formulir WP-II 2. Contoh formulir Survai Statis • Formulir AS-I • Petunjuk Pengisian Formulir AS-I • Formulir AS-II • Formulir AS-III • Petunjuk Pengisian Formulir AS-II dan Formulir AS-III • Formulir AS-Rekap-1 • Formulir AS-Rekap-2 • Formulir AS-Rekap-3 • Formulir AS-Rekap-4 3. Contoh Survai Penumpang Naik dan Turun di Dalam Kendaraan. 4. Contoh Survai Wawancara Penumpang di Dalam Kendaraan. 5. Contoh Survai Statis.
iii
BAB I. UMUM
A.
PENDAHULUAN Salah satu prinsip dasar dari pengelolaan angkutan adalah meminimalkan penggunaan waktu, energi dan biaya dari pemakai jasa angkutan penumpang umum; serta mewujudkan angkutan umum sebagai sarana yang menarik untuk melakukan perjalanan sehari-hari. Untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pelayanan angkutan umum diperlukan suatu cara untuk mengevaluasi kinerja angkutan umum. Salah satu cara terbaik dalam mengevaluasi kinerja angkutan umum adalah dengan melakukan analisis terhadap indikator-indikator tertentu. Indikator-indikator tersebut di atas dapat diperoleh melalui dua jenis survai: 1. Survai dinamis Indikator kinerja yang diperoleh dari survai ini meliputi penumpang, waktu perjalanan dan produktivitas ruas/trayek.
jumlah
2. Survai statis di terminal dan di ruas jalan Dari survai ini dapat diperoleh keterangan mengenai jumlah armada operasi, kepenuhsesakan, frekwensi pelayanan, dan waktu pelayanan.
B.
PERSYARATAN UMUM Persyaratan umum pelaksanaan pengumpulan data dan informasi merupakan salah satu ketentuan dalam proses pelaksanaan pengumpulan data yang harus dipenuhi. Persyaratan umum pelaksanaan pengumpulan data tersebut meliputi: • • • • • • •
perlengkapan dan peralatan; waktu dan periode pelaksanaan survai; tenaga penyigi; perizinan dan koordinasi instansi terkait; penyebarluasan tujuan kegiatan; sarana angkut; biaya/pendanaan.
1
1. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN Perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan adalah: a. Peta Jaringan Trayek; Peta Jaringan Trayek diperlukan untuk pemilihan lokasi survai Statis dan penentuan trayek-rayek yang akan disurvai secara Dinamis. Untuk keperluan evaluasi angkutan, umumnya digunakan peta dengan skala 1:5000 atau 1:10.000. Pada peta diperlihatkan jaringan jalan, jaringan trayek yang sudah ada. b. Formulir/Lembar Isian Formulir/Lembar isian harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dan diisi oleh penyigi. Untuk survai Wawancara Penumpang, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus singkat dan jelas sehingga mempermudah pelaksanaan survai. Informasi umum harus diisi sebelum pelaksanaan survai dimulai, yaitu meliputi: hari, tanggal, waktu pelaksanaan survai, kondisi cuaca, nama penyigi. c. Peralatan yang harus kurangnya meliputi: 1) 2) 3) 4)
dipersiapkan
terlebih
dahulu
sekurang-
papan alas (clip board); alat-alat tulis; alat pengukur waktu (stop watch, jam tangan); atribut penyigi (tanda pengenal, topi, mantel hujan).
2. WAKTU DAN PERIODE PELAKSANAAN SURVAI Waktu pelaksanaan survai tergantung pada jenis pengumpulan data dan informasi yang diperlukan. Adapun waktu-waktu yang harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam penetapan waktu pelaksanaan meliputi: a. Libur sekolah, hari raya, tahun baru, masa kampanye; b. Hari-hari dalam seminggu; c. Waktu kerja dan waktu istirahat (tiap daerah mempunyai waktu sibuk yang berbeda); Periode pelaksanaan survai ditentukan dengan memperhatikan jumlah tenaga, kebutuhan logistik dan alokasi dana.
2
3. TENAGA PENYIGI Dalam menentukan kebutuhan tenaga penyigi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pembentukan struktur organisasi. Survai Angkutan Umum yang melibatkan beberapa kelompok tenaga penyigi, sekurang-kurangnya meliputi: 1) Koordinator; 2) Ketua Kelompok; 3) Tenaga Penyigi; b. Penggunaan tenaga penyigi yang telah berpengalaman dapat meningkatkan keandalan data yang dikumpulkan. Namun bila tidak memungkinkan, dapat menggunakan mahasiswa/pelajar sebagai alternatif. Konsekuensinya sebelum dilakukan survai harus diberikan pengarahan mengenai semua aspek survai, petunjuk pengisian formulir, cara melakukan survai, dimana dan kapan dilakukan survai, berapa lama melakukan survai, peralatan yang digunakan, serta pengaturan pembagian waktu kerja tenaga penyigi. 4. PERIZINAN, KOORDINASI DAN PEMBERITAHUAN Sebelum survai dilakukan, koordinasi dan pendekatan kepada instansi terkait di lokasi survai harus dilaksanakan terlebih dahulu. Pemberitahuan kepada operator yang trayek-trayeknya akan disurvai perlu disampaikan sebelum tanggal pelaksanaan survai. 5. SARANA ANGKUTAN Alat angkutan harus disediakan sehingga tenaga penyigi dapat diantar/dijemput sampai dilokasi pada waktu yang tepat, mengingat pengumpulan data harus dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan (jam sibuk pagi, jam sibuk sore, atau jam tidak sibuk). 6. BIAYA/PENDANAAN a. Biaya yang disediakan harus mencakup semua jenis pengeluaran yang diperlukan untuk mempersiapkan dan melaksanakan survai. b. Bila dana yang tersedia terbatas maka dapat dilakukan alternatif metode survai yang lain sepanjang target data yang diperlukan tercapai.
3
C.
PENGERTIAN 1.
Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum (MPU) yang terikat dalam trayek tetap dan teratur.
2.
Angkutan Perkotaan adalah angkutan dari suatu kawasan ke kawasan lain yang terletak dalam 2 (dua) atau lebih wilayah Kota dan Kabupaten yang berdekatan dan merupakan satu kesatuan ekonomi dan sosial dengan menggunakan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur yang mempunyai sifat perjalanan ulang alik (komuter).
3.
Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian.
4.
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.
5.
Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.
6.
Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
7.
Mobil Penumpang Umum (MPU) adalah setiap kendaraan umum yang dilengkapi sebanyak-banyaknya delapan tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
8.
Mobil bus Umum adalah setiap kendaraan umum yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
9.
Armada adalah aset berupa kendaraan mobil bus/MPU yang dipertanggungjawabkan perusahaan, baik yang dalam keadaan siap guna maupun dalam konservasi.
digerakkan
oleh
10. Jumlah Armada Operasi adalah banyaknya kendaraan penumpang umum dalam tiap trayek selama waktu pelayanan. 11. Frekuensi Pelayanan adalah banyaknya kendaraan penumpang umum per satuan waktu, yang besarannya dinyatakan dalam kendaraan/jam atau kendaraan/hari. 12. Jumlah penumpang yang diangkut pada trayek tertentu adalah total penumpang yang naik dan turun dalam suatu trayek.
4
13. Kepenuh-sesakan (overcrowding) adalah menggambarkan tingkat muatan angkutan.
indikator
yang
14. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 15. Kecepatan adalah jarak yang ditempuh dalam satuan waktu, atau nilai perubahan jarak terhadap waktu. 16. Kecepatan Perjalanan adalah kecepatan rata-rata kendaraan antara dua titik tertentu di jalan, yang dapat ditentukan dari jarak perjalanan dibagi dengan total waktu perjalanan termasuk tundaan. 17. Waktu Perjalanan adalah waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk melewati ruas jalan yang diamati, termasuk waktu berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan perlambatan karena hambatan. 18. Produktifitas ruas pada setiap trayek adalah total penumpang yang naik dan turun per waktu pelayanan atau total penumpang naik dan turun per kilometer pelayanan. 19. Ruas Jalan adalah penggal jalan antara batas/node yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan pengamatan. 20. Waktu Pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan angkutan penumpang umum untuk melayani rute tertentu dalam satu hari yang dihitung berdasarkan waktu awal dan waktu akhir dari pelayanan kendaraan penumpang umum tersebut.
5
BAB II SURVAI DINAMIS A. SURVAI PENUMPANG NAIK DAN TURUN DI DALAM KENDARAAN 1. PENDAHULUAN Survai dinamis adalah survai yang dilaksanakan di dalam kendaraan dengan metode pencatatan jumlah penumpang yang naik dan turun kendaraan yang menempuh suatu trayek, dimana penyigi mencatat jumlah penumpang yang naik dan turun dan atau waktu perjalanan pada tiap segmen. 2. MAKSUD DAN TUJUAN Dilaksanakannya survai dinamis adalah untuk mendapatkan data kinerja pelayanan angkutan dengan maksud mengetahui: a. Jumlah penumpang yang diangkut pada trayek tertentu, yaitu; Total penumpang yang naik dan turun dalam suatu trayek. Total penumpang naik/turun yang diperoleh dari survai ini dapat berupa total penumpang per hari, yang dapat digunakan untuk menghitung tarif angkutan, maupun total penumpang pada jam -jam sibuk dan tidak sibuk, yang dapat digunakan untuk perencanaan trayek angkutan, serta untuk mengetahui tingkat kepenuh-sesakan kendaraan. b. Waktu perjalanan, yaitu : Total waktu yang digunakan untuk melayani suatu trayek tertentu dalam sekali jalan, termasuk tundaan, waktu berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang c. Produktivitas ruas pada setiap trayek, yaitu: Total penumpang yang naik dan turun per waktu pelayanan pada setiap segmen/ruas atau total peumpang naik dan turun per km pelayanan. Survai dinamis ini bertujuan: a. Sebagai dasar evaluasi kinerja angkutan umum; b. Mengidentifikasi permasalahan pada tiap-tiap trayek, seperti misalnya penyimpangan trayek; c. Identifikasi kebutuhan jumlah armada, bisa berupa penambahan maupun pengurangan armada. 3. TARGET DATA YANG DIAMATI - Waktu dan durasi survai; - Tanda Nomor Kendaraan; - Kode dan Nomor Trayek serta jurusannya; - Jam Keberangkatan kendaraan; - Kapasitas kendaraan; - Jumlah penumpang yang naik pada setiap segmen; - Jumlah penumpang yang turun pada setiap segmen; - Waktu tempuh untuk setiap segmen. 6
4. TENAGA PELAKSANA Untuk 1 (satu) Trayek tim pelaksanan memerlukan: a. Koordinator Tim : 1 (satu) orang; b. Tenaga survai : Untuk setiap kendaraan minimal 2 (dua) orang untuk bus besar dan sedang, dan 1 (satu) orang untuk MPU dan bus kecil 5. WAKTU PELAKSANAAN Survai dilakukan selama hari kerja (misal: Senin, Selasa, Rabu dan Kamis) pada jam sibuk pagi, jam tidak sibuk dan jam sibuk sore, (biasanya setiap daerah/kota berbeda-beda waktunya) 6. LANGKAH-LANGKAH a. Persiapan 1) Membagi panjang trayek dalam segmen-segmen berdasarkan; • Tataguna lahan • Demografi • Jarak antar halte • Jarak antar persimpangan Catatan: pembagian segmen yang berdasarkan jarak antar persimpangan
paling
praktis
adalah
2) Siapkan formulir isian sebagaimana Formulir No. AD-I; 3) Koordinator membagi tugas para penyigi, misal: • 1 (satu) orang mencatat waktu tempuh di tiap segmen, serta hambatan/tundaan yang memperlambat jalannya kendaraan; • 1 (satu) orang mencatat penumpang yang naik dan turun b. Pelaksanaan 1) Catat jam keberangkatan 2) Penyigi mengambil posisi strategis dalam kendaraan (sebaiknya dekat pintu masuk dan keluar) 3) Penyigi mencatat data pada formulir isian dengan metode turus 7. JUMLAH PENGAMATAN Jumlah pengamatan dilakukan terhadap sekurang-kurangnya 6 (enam) perjalanan pergi-pulang (pp) pada waktu sibuk pagi, 6 (enam) perjalanan pergi-pulang (pp)pada waktu tidak sibuk dan 6 (enam) perjalanan pergipulang (pp) pada waktu sibuk sore untuk tiap-tiap trayek yang diamati. 8. REKAPITULASI DATA Untuk analisis data awal dapat dilihat pada formulir rekapitulasi No. AD-II
7
B. SURVAI WAWANCARA PENUMPANG DI DALAM KENDARAAN 1. PENDAHULUAN Survai ini dilakukan di dalam kendaraan umum dengan melakukan wawancara langsung kepada penumpang, sehingga diperoleh karakteristik perjalanan penumpang dengan kendaraan umum pada suatu trayek. 2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dilaksanakannya survai ini adalah untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan gambaran pelayanan angkutan umum, meliputi: -
Asal dan tujuan penumpang pada tiap-tiap trayek Jumlah penumpang yang melakukan perpindahan perjalanan untuk setiap trayek, Moda lain yang digunakan sebelum dan sesudahnya
dalam
satu
Survai wawancara ini bertujuan: Untuk mendapatkan informasi kinerja pelayanan pada suatu trayek angkutan, yang akan digunakan untuk kegiatan perencanaan angkutan yang meliputi evaluasi tingkat pelayanan angkutan, serta penyusunan rencana dan program aksi. 3. TARGET DATA YANG DIAMATI - Tanda Nomor Kendaraan; - Kode dan nama trayek; - Jam mulai/durasi survai; - Asal dan tujuan penumpang (minimal kelurahan); - Perpindahan penumpang; - Kendaraan yang digunakan sebelumnya; - Kendaraan yang digunakan sesudahnya; 4. TENAGA PELAKSANA Untuk 1 (satu) Trayek tim pelaksana memerlukan: a. Koordinator Tim: 1 orang (dapat digabung dengan survai Penumpang naik dan turun di dalam bus; b. Tenaga survai: Untuk setiap trayek minimal 2 (dua) orang untuk bus besar dan sedang, dan 1 orang untuk MPU dan bus kecil 5. WAKTU PELAKSANAAN Survai dilakukan selama hari kerja (misal: Senin, Selasa, Rabu dan Kamis), misal yang ditargetkan adalah waktu sibuk pagi, maka survai ditekankan pada perjalanan masuk ke CBD. Sebaliknya untuk waktu sibuk siang, perjalanan dipilih ke luar CBD.
8
6. JUMLAH SAMPEL Tidak ada ketentuan yang pasti yang dapat diambil sebagai dasar dalam penetapan jumlah sampel yang akan diwawancarai. Pada prinsipnya sampel yang diambil harus representatif. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel: a. Penetapan populasi yang menjadi obyek pengamatan (per hari atau per minggu); b. Jumlah total penumpang per trayek per hari (bila obyek pengamatan adalah per hari); c. Pengambilan sampel secara acak sepanjang hari (sepanjang jam pelayanan). Besarnya sampel yang harus diambil: Pada prinsipnya bisa diambil 10% dari populasi. Tetapi bila 10% dari populasi tersebut angka yang diperoleh di bawah 15, maka sampel yang diambil harus lebih besar dari 10%. Contoh penetapan besar sampel. 1. Menetapkan obyek pengamatan yang akan dilakukan. Bila yang diinginkan adalah mencari gambaran pola perjalanan penumpang angkutan umum per hari, maka obyek pengamatan adalah per hari. 2. Tetapkan populasi. Bila pengamatan yang akan dilakukan adalah perhari maka yang akan ditetapkan adalah jumlah penumpang per trayek per hari. Untuk dapat menetapkan populasi diperlukan data jumlah penumpang per trayek selama beberapa hari, misalnya sebagaimana grafik berikut.
Jumlah Penumpang per trayek per hari
Jumlah pnp/tryek
2500 1980
2020
2000
Rabu
Kamis
2000 1500 1000 500 0 Selasa
3. Tetapkan besarnya sampel sebagai persentase dari populasi, misalnya 10% dari 2000 yaitu 200 penumpang yang harus diwawancara. 4. Pada saat survai, pengambilan sampel dilakukan secara acak yang didistribusi sepanjang jam pelayanan dalam 1 (satu) hari.
9
7. FAKTOR EKSPANSI Data sampel harus diekspansi untuk menjadikan data populasi. Untuk ekspansi data “wawancara penumpang di dalam kendaraan umum” hingga 100% dapat dilakukan dengan mengalikan data hasil wawancara dengan suatu faktor ekspansi. Faktor ekspansi tersebut didapat dengan rumus: A Faktor Ekspansi = ---B dimana
A = jumlah total penumpang yang diangkut suatu kendaraan umum dalam satu trayek (populasi). B = jumlah sampel penumpang yang berhasil diwawancarai dari trayek yang sama.
Catatan: Rumusan ini diperoleh dengan asumsi bahwa karakteristik pergerakan orang sama. Dalam hal ini yang dimaksud dengan karakteristik pergerakan adalah perpindahan moda dan asal-tujuan perjalanan. 8. LANGKAH-LANGKAH a. Persiapan 1) Siapkan formulir isian sebagaimana Formulir No. WP-I. 2) Koordinator membagi tugas para penyigi, misal: • Untuk bus besar dan sedang 2 (dua) orang petugas mewawancarai sejumlah penumpang sesuai dengan jumlah sampel yang diinginkan (lihat jumlah sampel). • Untuk bus kecil dan MPU cukup 1 (satu) orang saja. b. Pelaksanaan 1) Catat jam mulai survai; 2) Penyigi mewawancarai sejumlah penumpang (sebanyak jumlah sampel yang telah ditetapkan) dengan beberapa pertanyaan seperti formulir No. WP-I; 3) Penyigi mencatat data pada formulir isian dengan metode checkpoint. 9. REKAPITULASI DATA Untuk analisis data awal dirangkum dalam Formulir No. WP-II
10
BAB III SURVAI STATIS A. PENDAHULUAN Survai statis adalah survai yang dilakukan dari luar kendaraan dengan mengamati/menghitung/mencatat informasi dari setiap kendaraan penumpang umum yang melintas di ruas jalan pada setiap arah lalu lintas, serta di pintu masuk dan pintu keluar terminal. B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud pelaksanaan survai statis adalah untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan gambaran pelayanan angkutan umum, meliputi: 1. Jumlah Armada Operasi adalah jumlah kendaraan penumpang umum dalam tiap trayek yang beroperasi selama waktu pelayanan. 2. Kepenuhsesakan (Overcrowding) adalah indikator yang mengambarkan tingkat muatan angkutan. Bila indikatornya tinggi berarti penawaran tidak dapat memenuhi permintaan, sebaliknya bila indikator rendah berarti ada kemungkinan penawaran melebihi permintaan. 3. Frekuensi Pelayanan adalah banyaknya kendaraan penumpang umum per satuan waktu. Besarannya dapat dinyatakan dalam kendaraan/jam atau kendaraan/hari. 4. Waktu Pelayanan adalah waktu yang diberikan oleh setiap trayek untuk melayani rute tertentu dalam satu hari. Tujuan pelaksanaan survai statis adalah untuk dipergunakan dalam: 1. menilai dan menganalisis kinerja yang sesungguhnya dari setiap pelayanan angkutan umum dengan rute tetap dalam wilayah penelitian; 2. menilai apakah jumlah armada yang beroperasi sesuai dengan jumlah yang diizinkan; 3. menilai apakah terjadi penyimpangan trayek. C. TARGET DATA YANG DIAMATI Data yang akan diamati dan dikumpulkan serta dicatat melalui formulir survai statis di luar bus, mencakup: 1. 2. 3. 4. 5.
Nomor trayek kendaraan Kapasitas Kendaraan Tanda Nomor Kendaraan Jam kedatangan dan jam keberangkatan. Jumlah penumpang yang ada dalam kendaraan).
bus
(tidak
termasuk
awak
11
D. TENAGA PELAKSANA Untuk pelaksanaan survai statis, diperlukan tenaga penyigi sebagai berikut: 1. Koordinator 1 orang 2. Penyigi sekurang-kurangnya 2 (dua) orang, masing-masing 1 (satu) orang di pintu masuk dan 1 (satu) orang di pintu keluar terminal. 3. Penyigi pada ruas jalan, 1 (satu) orang untuk setiap arah lalu lintas. E. WAKTU PELAKSANAAN Survai Statis di ruas jalan maupun di terminal dilaksanakan pada: 1. Untuk di terminal: sepanjang hari operasi terminal) 2. Untuk di ruas jalan: sepanjang waktu pelayanan.
terminal
(tergantung
tipe
F. LANGKAH-LANGKAH 1. Persiapan a. Menyiapkan formulir isian, sebagaimana formulir AS-I. b. Menentukan lokasi/titik pengamatan untuk setiap rute, baik pada pintu masuk/ keluar terminal maupun pada ruas jalan. 2. Pelaksanaan a. Penyigi mengambil posisi strategis pada lokasi/titik dalam terminal atau ruas jalan yang akan diamati. b. Mengisi data umum no.1 s/d no.4 c. Mulai mengisi data dalam formulir dari kolom 1 s/d 7. G. REKAPITULASI DATA. 1. Rekapitulasi Data Awal Untuk mensortir data per trayek, dapat digunakan Formulir AS-II untuk data di terminal, dan Formulir AS-III untuk data di ruas jalan. Dengan menggunakan formulir ini dapat dihitung lama tinggal tiap-tiap kendaraan di terminal maupun di halte, serta faktor muat per kendaraan. 2. Frekuensi Kendaraan Penumpang Umum di Terminal / di Ruas Jalan Dengan menggunakan data “Kode/Nama Trayek” dan “Jam Berangkat” dari Formulir AS-II dan Formulir AS-III dapat dihitung frekuensi per jam untuk setiap trayek kendaraan yang keluar dari terminal atau yang melintas di ruas jalan). Rekapitulasi data frekuensi kendaraan dapat disajikan menurut Tabel ASRekap-1
12
3. Frekuensi Pelayanan di Terminal / di Ruas Jalan Tabel AS-Rekap-1 dapat diringkas menjadi Tabel AS-Rekap-2 untuk mendapatkan frekuensi pelayanan pada waktu sibuk maupun waktu tidak sibuk. 4. Faktor Muat Rata-Rata Data “faktor muat” dan “jam berangkat” dari Formulir AS-II dan AS-III dapat diringkas menjadi Tabel AS-Rekap-3 untuk menyajikan faktor muat rata-rata pada waktu sibuk maupun waktu tidak sibuk pada tiap-tiap trayek yang diamati. Rekapitulasi data faktor muat sepanjang jam pelayanan dapat pula ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:
Faktor Muat Angkutan Bus 1,4 1,3
1,2
1,3
1,2
1,2
Faktor muat
1
1
0,8
0,8
0,85
0,8
0,7
0,8
0,7
0,6 0,5
0,5
0,4 0,2 0 6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Jam pelayanan
5. Persentase Jumlah Armada Yang Beroperasi Berdasarkan data “Tanda Nomor Kendaraan” (kolom 2 Formulir AS-II dan AS-III) dapat dihitung jumlah kendaraan yang beroperasi sepanjang hari survai untuk tiap-tiap trayek. Dengan membandingkan terhadap jumlah armada yang diijinkan, dapat diketahui persentase realisasi jumlah kendaraan operasi pada hari survai. Rekapitulasi persentase jumlah armada yang beroperasi dapat disajikan menurut Tabel AS-Rekap-4.
13
BAB IV PENUTUP
Buku Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh instansi terkait dalam penyelenggaraan angkutan umum perkotaan, khususnya Dinas Perhubungan ataupun Dinas LLAJ (Propinsi, Kabupaten dan Kota), maupun oleh pihak-pihak umum seperti lembaga pendidikan maupun operator angkutan umum. Dengan demikian setiap instansi dapat membangun suatu pangkalan data (data base) yang dapat diperoleh melalui survai angkutan umum yang komprehensif. Suatu kawasan baik Kota, Propinsi, Kabupaten maupun Perkotaan yang tidak memiliki pangkalan data angkutan umum, maka sangatlah sulit untuk dapat melakukan penataan ataupun peningkatan pelayanan angkutan umum, baik untuk jangka pendek, menengah maupun panjang. Karena kawasan itu tidak mempunyai alat (tool) untuk mengetahui kinerja pelayanan angkutan umum. Dengan buku panduan ini, indikator-indikator yang menunjukan baik/buruknya kinerja pelayanan angkutan umum dapat dikumpulkan. Pelaksanaan suatu survai angkutan umum yang komprehensif sebagaimana dijelaskan pada Bab I umumnya hanya memerlukan ketersediaan 3 (tiga) hal pokok yaitu: 1. 2. 3.
Adanya sumber daya manusia di bidang transportasi; Dana yang cukup; Waktu pelaksanaan survai yang cukup.
Dengan demikian survai-survai ini perlu direncanakan sebaik mungkin dengan melibatkan instansi terkait di bidang transportasi perkotaan seperti Bappeda, Polisi Lalu Lintas, dan lain-lain. Dalam kenyataannya, pelaksanaan suatu survai memerlukan waktu yang relatif lama mulai dari persiapan sampai dengan pembuatan pangkalan data. Sedangkan dilain pihak, pemecahan masalah angkutan umum perkotaan sudah sangat mendesak, maka perlu dipikirkan terobosan-terobosan penting. Untuk jangka pendek, pembangunan pangkalan data dapat disiasati dengan pengambilan sample yang minimal, memakai tenaga penyigi secukupnya, atau bekerja sama dengan lembaga pendidikan terkait.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Seri SC-OLLAJ1, Angkutan Umum, Badan Pendidikan dan Latihan Perhubungan Darat, 1997.
Diklat.
Perhubungan,
Pusat
2. Bus Service Scheduling, Licensing, and Monitoring Procedures, Technical Report No. 5, Bus Management and Operations Improvement Implementation Project, Ditjen. Perhubungan Darat, June 1994 3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Angkutan Umum, Technical Assistance to Support Development and Training of Dinas LLAJ (TK II) within SURIP Cities, Ditjen. Perhubungan Darat, 1999
15
Formulir No. AD-I SURVAI PENUMPANG NAIK DAN TURUN DI DALAM KENDARAAN Hari/tanggal Nomor Tanda Kendaraan Kode dan Nama Trayek Waktu durasi Kapasitas Kendaraan Nama Penyigi No. Segmen
Panjang Segmen (Km) (2)
(1)
1
asal
2
3
4
5
: : : : Mulai pk. : :
Selesai pk. Koordinator:
Penumpang Naik
Penumpang Turun
(3)
(4)
6
7
8
Waktu tempuh per segmen (menit) (5)
9
10
11
Ket.
(6)
12
13
tujuan
L-I-1
Petunjuk Pengisian Formulir AD-I Data "Formulir” dapat dibagi dalam 2 golongan : 1. Data yang dapat (dan seharusnya) dimasukkan sebelum survai, misalnya: • Hari/tanggal • Kode dan Nama trayek • Nomor segmen • Petugas survai / nama penyigi • Koordinator survai • Durasi survai 2. Data yang hanya dapat dimasukkan pada saat survai: • Kapasitas kendaraan • Nomor Tanda kendaraan • Jam awal survai • Jam akhir survai • Penumpang yang naik pada setiap segmen • Penumpang yang turun pada setiap segmen • Waktu perjalanan per segmen • Panjang ruas/segmen Data " Badan Formulir " Kolom (1):
Nomor segmen Untuk trayek-trayek yang keberangkatannya dari terminal, “ruas/segmen jalan" yang pertama adalah dari tempat pemberangkatan dalam terminal sampai kendaraan masuk jaringan jalan. Untuk trayek-trayek yang berakhir dalam terminal, “ruas/segmen jalan” yang terakhir adalah dari mana kendaraan meninggalkan jaringan jalan (yaitu pintu masuk terminal) ke tempat dalam terminal dimana penumpang terakhir turun.
Kolom (2):
Panjang segmen Didapat dari survai pendahuluan berdasarkan segmen ditetapkan dan diukur panjang persegmen (dalam Km atau meter)
yang
Catatan: lebih mudah mengukur dengan ordometer yang ada pada kendaraan dengan memutar ke angka 0000 dan kendaraan dijalankan mulai dari titik awal sampai ke segmen selanjutnya.
L-I-2
Kolom (3):
Penumpang yang naik Sewaktu kendaraan berangkat dari terminal, jumlah penumpang yang sudah di dalam kendaraan harus dihitung dan dicatat dalam kolom (3) Selanjutnya pada tiap segmen jalan berikut setiap penumpang yang naik harus dicatat dalam kolom (3)
Kolom (4):
Penumpang yang turun Metodologi yang sama dipergunakan untuk penumpang yang turun pada tiap ruas/segmen.
mencatat
jumlah
Catatan: Pengecekan ketelitian survai dapat dilakukan dengan menghitung jumlah total penumpang pada kolom (3) dan kolom (4), besarannya akan sama. Kolom (5):
Waktu tempuh per segmen Waktu yang diperlukan untuk menempuh tiap-tiap segmen sepanjang trayek yang di survai. Pencatatan waktu dalam menit.
Kolom (6):
Keterangan Untuk mencatat hal-hal luar biasa yang ditemui sepanjang perjalanan, misalnya, tundaan yang lama sehingga waktu tempuh menjadi panjang ataupun bila terjadi penyimpangan trayek.
L-I-3
(1)
Nomor Segmen
∑=
Panjang Segmen (km) (2)
Nomor / Kode Trayek Nama Trayek Kapasitas Kendaraan Petugas Rekapitulasi
PNP Dalam bus (3)
: : : :
∑=
Bus Ke-1 Waktu Tempuh (menit) (4) Kecepatan (km perjam) (5)
………………… ………………… ………………… ………………… Faktor Muat (%) (6)
PNP Dalam bus (7)
d.s.t. Bus ke-n Waktu KecepaTempuh tan (km (menit) perjam) (8) (9) Faktor Muat (%) (10)
REKAPITULASI DATA SURVAI PENUMPANG NAIK DAN TURUN DI DALAM KENDARAAN
L-I-4
Rata-rata (Bus ke-1+Bus ke-2+Bus ke-n) PNP Waktu KecepaFaktor Dalam Tempuh tan (km Muat bus (menit) perjam) (%) (11) (12) (13) (14)
Formulir No. AD-II
Petunjuk Pengisian Formulir AD-II Kolom (1):
Nomor segmen Penulisan disesuaikan dengan nomor segmen, kolom (1) pada Formulir AD-I
Kolom (2):
Panjang Segmen Penulisan disesuaikan dengan panjang segmen, kolom (2) pada Formulir AD-I
Kolom (3):
Penumpang dalam kendaraan Jumlah penumpang yang naik pada kolom (3) Formulir Nomor AD-I dikurangi dengan jumlah penumpang yang turun pada kolom (4) formulir yang sama.
Kolom (4):
Waktu Tempuh Penulisan disesuaikan dengan waktu tempuh per segmen, kolom (5) pada Formulir AD-I
Kolom (5):
Kecepatan Kolom (2) dibagi dengan kolom (4)
Kolom (6):
Faktor Muat Kolom (3) dibagi dengan kapasitas kendaraan.
Kolom (7), (8), (9), (10): Cara pengisiannya sama dengan Kolom (3), (4), (5), dan (6). Hal ini dilakukan sampai sejumlah bus yang disurvai sudah di rekapitulasi semua (kolom dapat diperpanjang sampai bus ke-n) Kolom (11), (12), (13), (14): Tiap-tiap kolom diisi dengan nilai rata-rata dari bus ke-1 sampai dengan bus ke-n
L-I-5
: : : :
…………………………….. …………………………….. …………………………….. Mulai pkl. ………… sampai pkl. …………………
Nama Penyigi: ……………………………
Asal (2)
Keterangan: *) Kendaraan sebelumnya/sesudahnya : 1. = ojek, becak, bajaj 2. = mobil pribadi 3. = mikrolet, bus kecil, MPU
Wawancara Nomor (1)
Perjalanan Tujuan (3)
4. 5. 6.
Kendaraan Sebelumnya*) Ke-1 Ke-2 Ke-3 (6) (7) (8)
= bus sedang = bus besar = lain-lain (misal jalan kaki)
Perpindahan Ya Tdk (4) (5)
L-I-6
Kendaraan Sesudahnya*) Ke-1 Ke-2 Ke-3 (9) (10) (11)
Pertanyaan dalam wawancara : 1. Asal perjalanan Anda dari mana (kelurahan), dan tujuan perjalanan anda ke mana (kelurahan) 2. Apakah sebelum naik kendaraan ini, Anda menggunakan kendaraan lain, atau apakah anda setelah menggunakan kendaraan ini Anda pindah ke kendaraan lain
Hari/tanggal Nomor Tanda Kendaraan Kode dan nama Trayek Mulai/durasi
SURVAI WAWANCARA PENUMPANG DI DALAM KENDARAAN
Formulir No. WP-I
Petunjuk Pengisian Formulir WP-I Data "Formulir” dapat dibagi dalam 2 golongan : 1. Data yang dapat (dan seharusnya ) dimasukkan sebelum survai,misalnya: • Hari/tanggal • Kode dan Nama trayek • Petugas Survai / Nama Penyigi 2. Data yang hanya dapat dimasukkan pada saat survai: • Nomor Tanda kendaraan • Mulai atau durasi survai (awal survai dan akhir survai) • Asal dan tujuan perjalanan penumpang • Perpindahan penumpang • Kendaraan yang digunakan sebelumnya • Kendaraan yang digunakan sesudahnya Kolom (1):
Wawancara Nomor Diisi dengan nomor urut penumpang yang diwawancarai
Kolom (2):
Asal Perjalanan Diisi dengan asal perjalanan penumpang, minimal diisi dengan kelurahan asal (misal berangkat dari rumah yang berlokasi di Kelurahan Gedong, maka untuk sementara di isi Gedong). Bila penumpang berasal dari luar kota, maka “asal perjalanan” diisi dengan lokasi terminal/setasiun kedatangannya.
Kolom (3):
Tujuan Perjalanan Diisi dengan tujuan perjalanan penumpang, minimal diisi dengan kelurahan tujuan (misal menuju kantor yang berlokasi di Kelurahan Tanah Tinggi, maka untuk sementara ditulis Tanah Tinggi). Bila penumpang akan menuju luar kota, maka “tujuan perjalanan” diisi dengan terminal/setasiun keberangkatannya.
Kolom (4) dan (5):
Perpindahan
Apabila penumpang melakukan perpindahan (sebelumnya sudah menggunakan kendaraan atau setelahnya menggunakan kendaraan lagi), maka diisi dengan ‘ya’ atau tulis tanda “ √ ” pada kolom (4) dan apabila tidak melakukan perpindahan maka diisi dengan ‘tidak’ atau tulis tanda “ √ ” pada kolom (5)
L-I-7
Kolom (6), (7), dan (8): Kendaraan sebelumnya Apabila penumpang melakukan perpindahan (sebelumnya sudah menggunakan kendaraan ke-1), maka kolom (6) diisi dengan nomor yang sesuai dengan jenis kendaraan yang digunakan, kemudian bila menggunakan kendaraan ke-2, maka kolom (7) diisi dengan nomor yang sesuai dengan jenis kendaraan yang digunakan, (8). Kalau hanya satu kendaraan maka yang diisi hanya kolom (6). Kolom (9), (10), dan (11):
Kendaraan sesudahnya
Apabila penumpang melakukan perpindahan (setelah turun kendaraan ini, kemudian menggunakan kendaraan ke-1), maka kolom (6) diisi nomor yang sesuai dengan jenis kendaraan yang digunakan, kemudian menggunakan kendaraan ke-2, maka kolom (7) diisi dengan nomor yang sesuai dengan jenis kendaraan yang digunakan, dan seterusnya sampai kolom (8). Kalau hanya satu kendaraan yang digunakan maka yang diisi hanya kolom (6).
L-I-8
Formulir No. WP-II Tabel a: Jumlah penumpang yang melakukan perpindahan per trayek No.
Kode / Nama Trayek
Jumlah Sampel
(1)
(2)
(3)
Jumlah Perpindahan Tdk. pindah (4)
(5)
Jumlah perpindahan 1 kali 2 kali 3 kali (6)
(7)
(8)
Tabel b: Jumlah penumpang sampel per zone asal dan zone tujuan per trayek Trayek: Zone
Jumlah Sampel
Asal
Tujuan
(1)
(2)
(3)
Tabel c: Matrik asal tujuan penumpang (sampel) Tujuan Asal
1
2
3
4
n
1 2 3 4 n
Tabel d: Matrik asal tujuan penumpang (populasi) Tujuan Asal
1
2
3
4
n
1 2 3 4 n
L-I-9
Petunjuk Pengisian Formulir WP-II Tabel a Kolom (1):
Nomor Urut
Kolom (2):
Kode / Nomor Trayek Sesuai kode/nomor trayek pada Formulir WP-I
Kolom (3):
Jumlah Sampel Total penumpang bersangkutan.
Kolom (4):
yang
berhasil
diwawancara
pada
trayek
yang
Jumlah Perpindahan Jumlah dari kolom (4) Formulir WP-I
Kolom (5):
Jumlah yang Tidak Pindah Jumlah dari kolom (5) Formulir WP-I
Kolom (6), (7), dan (8):
Jumlah Perpindahan
Dihitung berdasarkan isi kolom (6) s/d (11) pada Formulir WP-I
L-I-10
Formulir No: AS-I SURVAI STATIS
1. Hari/Tanggal
: ………………………………………………………
2. Waktu/ Durasi
: Mulai Pukul…………..Selesai Pukul……………
3. Lokasi Ruas / Terminal *
: ………………………………Pintu Masuk / Keluar *
4. Nama Penyigi
: ………………………………………………………
5. Koordinator
: ……………………………………………………….
No. Urut
Kode Trayek
Tanda Nomor Kendaraan
(1)
(2)
(3)
Kapasitas Kendaraan (orang) (4)
JAM Tiba
Berangkat
(5)
(6)
Jumlah Penumpang (orang) (7)
* Coret yang tidak perlu
L-II-1
Petunjuk Pengisian Formulir AS-I: 1.
Hari/Tanggal: diisi sesuai dengan misalnya Kamis / 21 September 2000.
2.
Waktu/Durasi: diisi sesuai dengan jam pelaksanaan survai, misalnya jika survai dilaksanakan selama jam operasi kendaraan penumpang umum dimulai jam 05.00 pagi dan berakhir jam 21.00, maka pada formulir ditulis; Mulai Pukul 05.00 WIB, Selesai Pukul 21.00 WIB.
3.
Lokasi Ruas/Terminal: diisi sesuai dengan lokasi survai, misalnya; jika pengamatan dilaksanakan pada pintu masuk terminal X, maka kata-kata ruas dan keluar dicoret dan nama terminal dituliskan pada tempat yang tersedia.
4.
Nama Penyigi: pengamatan.
5.
Koordinator: diisi dengan nama koordinator survai
diisi
sesuai
hari
dengan
dan
nama
tanggal
penyigi
pelaksanaan
yang
survai,
melaksanakan
Kolom (1):
Nomor Urut Diisi sesuai nomor urut kendaraan yang diamati.
Kolom (2):
Kode dan Nama Trayek: diisi sesuai dengan trayek yang diamati yang telah ditentukan pada langkah persiapan. Misalnya jika rute yang diamati adalah Patas AC Perum PPD Ciputat – Kota dengan nomor rute P.01, maka pada formulir ditulis : P.01/Ciputat – Kota .
Kolom (3):
Tanda Nomor Kendaraan: diisi sesuai dengan Tanda Nomor Kendaraan yang dikeluarkan oleh Kepolisian dalam Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Untuk memudahkan pengumpulan data, penyingkatan diperbolehkan sebagai berikut: Misalnya: B.2053 WB, dicatat menjadi 053 WB
Kolom (4):
Kapasitas Kendaraan Diisi dengan kapasitas kendaraan yang diijinkan sesuai dengan ketentuan KIR yang tertera di badan kendaraan (tidak termasuk pengemudi dan kondektur), misalnya jika yang diamati adalah Patas AC Perum PPD Ciputat-kota dengan kapasitas 50 (lima puluh) orang, maka pada formulir ditulis 50 orang.
L-II-2
Kolom (5):
Jam Berangkat Untuk di terminal: diisi sesuai dengan jam pada saat kendaraan melintas pintu keluar terminal. Untuk di ruas jalan: diisi sesuai dengan jam pada saat kendaraan meninggalkan halte.
Kolom (6):
Jam Tiba Untuk di terminal: diisi sesuai dengan jam pada saat kendaraan melintas pintu masuk terminal. Untuk di ruas jalan: diisi sesuai dengan jam pada saat kendaraan tiba di halte. Catatan: Mengingat kendaraan berhenti di halte untuk menaikkan/ menurunkan penumpang hanya untuk beberapa detik, maka untuk survai di ruas jalan dapat dipilih salah satu, yaitu mengisi kolom (3) saja atau kolom (4) saja.
Kolom (7):
Jumlah penumpang. Diisi sesuai dengan jumlah penumpang yang berada di dalam bus pada saat meninggalkan atau saat masuk terminal, serta saat melintas di ruas jalan.
L-II-3
Tanda Nomor Kendaraan
(2)
No
(1)
Hari/Tanggal Nama Terminal Kode / Nomor Trayek Kapasitas Kendaraan
: : : :
(3)
Jam Masuk (4)
Jam Keluar (5)=(4)-(3)
Lama Tinggal
Jumlah Penumpang Tiba (6)
Jumlah Penumpang Berangkat (7) (8)=(6) /Kap.Kend
Tiba
Formulir: AS -II
L-II-4
(9)=(7) /Kap.Kend
Berangkat
Faktor Muat (%)
Petugas Rekapitulasi:
LAMA TINGGAL DAN FAKTOR MUAT DI TERMINAL (LAY OVER TIME)
REKAPITULASI DATA
Tanda Nomor Kendaraan
(2)
(1)
: : : :
No
Hari/Tanggal Lokasi Survai Kode / Nomor Trayek Kapasitas Kendaraan
(3)
Jam Tiba (4)
Jam Berangkat (5)=(4)-(3)
Lama Tinggal
Jumlah Penumpang Tiba (6)
Jumlah Penumpang Berangkat (7)
Formulir: AS-III
L-II-5
(9)=(7) /Kap.Kend
Berangkat
Faktor Muat (%)
(8)=(6) /Kap.Kend
Tiba
Petugas Rekapitulasi:
LAMA TINGGAL DAN FAKTOR MUAT DI RUAS JALAN
REKAPITULASI DATA
Petunjuk Pengisian Formulir AS-II dan Formulir AS-III Hari / Tanggal:
Diisi sesuai Formulir AS-I
Nama Terminal:
Diisi sesuai nama Terminal dimana dilakukan pengamatan
Lokasi Survai:
Diisi sesuai nama halte / tempat pada ruas jalan dimana pengamatan dilakukan.
Kode / Nomor Trayek:
Diisi sesuai kode / nomor trayek yang datanya akan direkapitulasi
Kapasitas Kendaraan:
Diisi sesuai Formulir AS-I
Petugas Rekapitulasi:
Diisi nama petugas yang melakukan rekapitulasi
Kolom (1):
Nomor Urut
Kolom (2):
Tanda Nomor Kendaraan: Diisi sesuai kolom (3) Formulir AS-I
Kolom (3):
Jam Tiba
Kolom (4):
Jam Berangkat
Kolom (5):
Lama Tinggal Kolom (4) dikurangi kolom (3)
Kolom (6), (7):
Jumlah Penumpang
Diambil dari Formulir AS-I Kolom (8), (9):
Faktor Muat
Jumlah Penumpang dibagi kapasitas kendaraan
L-II-6
Tabel AS-Rekap-1: Frekuensi Kendaraan Penumpang Umum Kode/ Nama Trayek
05.00 05.59
Jumlah Kendaraan per Jam 06.00 07.00 08.00 06.59 07.59 08.59
dan seterusnya
Tabel AS-Rekap-2: Frekuensi Pelayanan KODE/ NAMA TRAYEK
JAM SIBUK PAGI
FREKUENSI / JAM JAM TIDAK SIBUK
JAM SIBUK SORE
L-II-7
Tabel AS-Rekap-3: Faktor Muat Rata-rata KODE/ NAMA TRAYEK
FAKTOR MUAT RATA-RATA % JAM SIBUK JAM JAM SIBUK PAGI TIDAK SIBUK SORE
Tabel AS-Rekap-4: Persentase Jumlah Armada yang Beroperasi KODE / NAMA TRAYEK
ARMADA MENURUT IJIN *) (Y)
ARMADA YANG BEROPERASI (X)
% (X/Y)
Catatan: *) data diperoleh dari instansi pemberi ijin
L-II-8
PEDOMAN TEKNIS PEREKAYASANAAN TEMPAT PERHENTIAN KENDARAAN PENUMPANG UMUM
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : 271/HK.105/DRJD/96 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEREKAYASANAAN TEMPAT PERHENTIAN KENDARAAN PENUMPANG UMUM DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, Menimbang :
Mengingat :
a.
bahwa dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah diatur Fasilitas Halte;
b.
bahwa ketentuan sebagaimana yang dimaksud bagian a perlu diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
1.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor: 3186);
2.
Undang-Undang Nomor: 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor: 3480);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293);
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410);
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527);
1
6.
Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lebaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembar Negara Nomor 3529);
7.
Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen;
8.
Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1995;
9.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 91/OT 002/Phb-80 dan KM 164/OT 002/Phb-80 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 58 Tahun 1991;
10.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 23 Tahun 1989 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Jenderal Departemen Perhubungan dan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;
11.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan;
12.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu Rambu Lalu Lintas di Jalan;
13.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum.
Pasal 1 (1)
Perekayaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum adalah teknik-teknik perencanaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum yang disediakan bagi pengguna angkutan umum untuk naik/turun atau melakukan perpindahan moda angkutan umum dengan selamat, tertib, lancar, aman, dan nyaman.
2
(2)
Perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan pedoman teknis sebagaimana dalam lampiran keputusan ini.
Pasal 2 Pedoman teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 berlaku bagi setiap penyelenggara perekayasaan tempat perhentian angkutan umum. Pasal 3 Para Kakanwil dilingkungan Departemen Perhubungan melakukan pengawasan dan memberi bimbingan teknis atas pelaksanaan Keputusan ini. Pasal 4 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal di tetapkan
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 16 April 1996 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT ttd SOEJONO Salinan Keputusan ini disampaikan pada : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia; Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia; Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia; Kepala Kepolisian Republik Indonesia; Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan; Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan; Gubernur Kepala Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia; Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; Para Kepala Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; Para Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan di seluruh Indonesia; Para Kepala Dinas LLAJ Propinsi Dati I di seluruh Indonesia.
3
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR TANGGAL
:271/HK.105/DJRD/96 : 16 April 1996
4
BAB I KETENTUAN UMUM
A. Pengertian 1. Tempat perhentian kendaraan penumpang umum (TPKPU) terdiri dari halte dan tempat perhentian bus. 2. Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan 3. Tempat perhentian bus (bus stop) adalah tempat untuk menurunkan dan/atau menaikkan penumpang (selanjutnya disebut TPB). 4. Teluk bus (bus bay) adalah bagian perkerasan jalan tertentu yang diperlebar dan diperuntukkan sebagai TPKPU. 5. Waktu pengisian adalah waktu yang diperlukan untuk naik/turun penumpang yang dihitung dari saat kendaraan berhenti sampai dengan penumpang terakhir yang naik atau turun. 6. Waktu pengosongan teluk bus adalah waktu yang dihitung dari penumpang terakhir yang turun atau naik sampai dengan kendaraan mulai bergerak. B. Tujuan Tujuan perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum (TPKPU) adalah : 1. menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas; 2. menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum 3. menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang; 4. memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan umum atau bus. C. Persyaratan Umum Perekayasaan Persyaratan umum tempat perhentian kendaraan penumpang umum adalah : 1. berada di sepanjang rute angkutan umum/bus; 2. terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas pejalan (kaki); 3. diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman; 4. dilengkapi dengan rambu petunjuk; 5. tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.
5
BAB II JENIS DAN FASILITAS TEMPAT PERHENTIAN KENDARAAN PENUMPANG UMUM
A. Jenis Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum 1. Halte 2. Tempat perhentian bus (TPB) B. Fasilitas Tempat Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum (TPKPU) 1. Fasilitas utama a. Halte 1) identitas halte berupa nama dan/ atau nomor 2) rambu petunjuk 3) papan informasi trayek 4) lampu penerangan 5) tempat duduk b. TPB 1) rambu petunjuk 2) papan informasi trayek 3) identifikasi TPB berupa nama dan/atau nomor 2. Fasilitas tambahan a. b. c. d.
telepon umum tempat sampah pagar papan iklan/pengumuman
Pada persimpangan, penempatan fasilitas tambahan itu tidak boleh mengganggu ruang bebas pandang.
6
BAB III PERENCANAAN
A. Penentuan Jarak antara Halte dan/atau TPB Penentuan jarak antara halte dan/atau TPB dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 1 JARAK HALTE DAN TPB Zona
Tata Guna Lahan
Lokasi
1.
Jarak Tempat Henti (m) 200 -- 300 *)
Pusat kegiatan sangat padat: CBD, Kota pasar, pertokoan 2. Padat : perkantoran, Kota 300 -- 400 sekolah, jasa 3. Permukiman Kota 300 -- 400 4. Campuran padat : perumahan, Pinggiran 300 -- 500 sekolah, jasa 5. Campuran jarang : perumahan, Pinggiran 500 -- 1000 ladang, sawah, tanah kosong Keterangan : *)=jarak 200m dipakai bila sangat diperlukan saja, sedangkan jarak umumnya 300 m.
B. Perhitungan Teluk Bus Untuk menentukan jumlah kebutuhan teluk bus yang dapat menampung bus tunggal, rangkap dua, atau tiga, dipakai patokan umum bahwa sebuah teluk bus yang menampung bus tunggal dapat melayani 40 buah bus dalam waktu satu jam. Selain itu penentuannya juga didasarkan pada hitungan dengan persamaan/berikut. P (BxS) + C N = ------ x -----------S 3600 Keterangan : N = jumlah kebutuhan teluk bus P = jumlah penumpang maksimal yang menunggu di halte (orang/jam) S = kapasitas angkutan umum (orang/kendaraan) B = waktu pengisian/boarding time (detik) C = waktu pengosongan teluk bus/clearance time (detik).
7
C. Tata Letak 1. Tata letak halte dan/atau TPB terhadap ruang lalu lintas a. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki adalah 100 meter. b. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter atau bergantung pada panjang antrean. c. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang membutuhkan ketenangan adalah 100 meter. d. Peletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu antara sesudah persimpangan (farside) dan sebelum persimpangan (nearside), sebagaimana Gambar 3.1 dan 3.2. e. Peletakan di ruas jalan terlihat sebagaimana Gambar 3.3 dan 3.4.
8
letak Halte atau TPB sesudah persimpangan
≥ 20m
letak Halte atau TPB sebelum persimpangan
Fasilitas Penyeberangan
≥ 50m
≥ 50m Fasilitas Penyeberangan
letak Halte atau TPB sebelum persimpangan ≥ 20m
letak Halte atau TPB sesudah persimpangan
Gambar 3.1. Peletakan tempat perhentian di pertemuan jalan simpang empat
letak Halte atau TPB sesudah persimpangan
≥20m Angkutan umum
Angkutan umum Utama letak Halte atau TPB sesudah persimpangan
≥20 m ≥20 m
Fasilitas Penyeberanga
letak Halte atau TPB sesudah persimpangan
Gambar 3.2. Peletakan tempat perhentian di pertemuan jalan simpang
9
tiga
arus lalu lintas
a
c
arus pejalan kaki
b
batas : pagar/selokan letak halte di belakang trotoar
arus lalu lintas c
yy
b
arus pejalan kaki a
batas : pagar/selokan
nilai : a > 1,5 m ( trotoar) b > 2 m ( lebar halte ) c > 4 m ( panjang halte)
letak halte di depan trotoar
Gambar 3.3 Tata Letak Halte pada Ruas Jalan Marka
arus lalu lintas
2.5
arus pejalan kaki
12
⊗
a
Rambu
batas : pagar/bangunan gedung
nilai a = min. 0.60 m dari bagian tepi paling luar bahu jalan
Gambar 3.4 Tata Letak TPB Bus pada Ruas Jalan
10
2. Tata letak Lindungan a. Menghadap ke muka ( lindungan jenis 1 ) > 4,00 m K > 2,00 m ⊗ Rambu
Trotoar
Arus lalu lintas
K = tempat duduk
Gambar 3.5. Lindungan menghadap ke Muka
b. Menghadap ke belakang ( lindungan jenis 2 ) > 2m
> 4,00 m
K
Rambu >2m ⊗
Trotoar
Arus lalu lintas
K = tempat duduk
Gambar 3.6. Lindungan menghadap ke Belakang
11
D. Bagan Alir Penentuan Jenis Kendaraan Penumpang Umum
Kelompok
Tempat
Perhentian
Berdasar P..P.RI Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pasal 8 : Tempat henti harus ada di sepanjang rute angkutan umum kota.
Syarat 1 : Apakah mungkin dibuat “teluk bus” ?
ya
Syarat 2 : Apakah perlu lindungan (halte) ?
tidak
3
ya
Syarat 3 : Apakah ada trotoar ? tidak
ya
Syarat 2 : Apakah perlu lindungan (halte) ?
ya
tidak
Syarat 4 : Apakah jalur lalulintas per arah > 5,75 m ?
tidak
Syarat 3 : Apakah ada trotoar ?
ya
Syarat 3 : Apakah ada trotoar ?
tidak
ya 1
tidak 5 ya 2
tidak
7 ya 4
Syarat 3 : Apakah ada trotoar ?
Syarat 2 : Apakah perlu lindungan (halte) ?
tidak 8
ya
9
6
tidak 10
Gambar 3.7. Bagan Alir Penentuan 10 Kelompok Tempat Henti Pengelompokan tempat perhentian kendaraan penumpang umum berdasarkan tingkat pemakaian, ketersediaan lahan, dan kondisi lingkungan adalah sebagai berikut : 1.
halte yang terpadu dengan fasilitas pejalan kaki dan dilengkapi dengan teluk bus (Gambar 3.8);
2. TPB yang terpadu dengan fasilitas pejalan kaki dan dilengkapi dengan teluk bus (Gambar 3.9); 3. halte yang sama dengan butir (1), tetapi tidak dilengkapi dengan teluk bus(Gambar 3.10 ); 4. TPB yang sama dengan butir (2), tetapi tidak dilengkapi dengan teluk bus(Gambar 3.11 ); 5. halte yang tidak terpadu dengan trotoar dan dilengkapi dengan teluk bus(Gambar 3.12 );
12
6. TPB yang tidak terpadu dengan trotoar dan dilengkapi dengan teluk bus (Gambar 3.13 ); 7. halte yang tidak terpadu dengan trotoar dan tidak dilengkapi dengan teluk bus serta mempunyai tingkat pemakaian tinggi (Gambar 3.14); 8. TPB yang tidak terpadu dengan trotoar, dan tidak dilengkapi dengan teluk bus dan mempunyai tingkat pemakaian rendah (Gambar 3.15); 9. halte pada lebar jalan yang terbatas (< 5,75 m), tetapi mempunyai tingkat permintaan tinggi (Gambar 3.16); 10. pada lahan terbatas yang tidak memungkinkan membuat teluk bus, hanya disediakan TPB dan rambu larangan menyalip (Gambar 3.17).
13
1. Kelompok 1
Chevron
Pelindung Fasilitas Penyeberangan
A 3m
2m
Pagar pengaman untuk mencegah pejalan kaki menyeberang jalan di jalur perlambatan Trotoar diperlebar minimal 3 m untuk antrian dan pejalan kaki
Kotak Pos Tempat sampah Telepon Umum
A ( Antrian ) Penumpang masuk dari pintu depan dan keluar dari pintu belakang
Gambar 3.8a Tempat Henti Beserta Fasilitas
Tempat Henti
Tempat Henti
Tempat Penyeberangan
100 m
Gambar 3.8b Dua Tempat Henti yang Berseberangan
14
2. Kelompok 2 penyeberangan pejalan kaki
trotoar
20 m
12 m
20 m
20 m
2,75 m pagar
3m trotoar
Gambar 3.9a Standar Tempat Henti Kelompok 2 (Tunggal)
pagar
3m
Tepi Perkerasan 2,75 m 20 m
20 m
12 m
20 m
20 m
12 m
20 m
20 m
2,75 m pagar 3m
Gambar 3.9b Standar Tempat Henti Kelompok 2 (Berseberangan)
Pagar 2m
3m
Tepi Perkerasan 2,75 m 20 m
12 m
20 m Tepi Perkerasan
Gambar 3.9c Standar Tempat Henti Kelompok 2 (dekat Jalan Akses)
15
3. Kelompok 3 fasilitas penyeberangan
pagar
3m
A
20 m
20 m
Gambar 3.10 a Standar Tempat Henti Kelompok 3 (Tunggal)
fasilitas penyeberangan pagar A
20 m
20 m
> 3m
20 m
20 m
A
> 3m
pagar
Gambar 3.10 b Standar Tempat Henti Kelompok 3 (Berseberangan)
Trotoar > 3m A
20 m
20 m
Gambar 3.10 c Standar Tempat Henti Kelompok 3 (dekat Jalan Akses)
16
4. Kelompok 4 penyeberangan pejalan kaki
20 m
12 m
20 m
20 m
2,75 m
pagar
3m
Gambar 3.11a Standar Tempat Henti Kelompok 4 (Tunggal)
20 m
10 m
Pagar 3m Bus cukup untuk lajur lalu intas ( > 3 m)
cukup untuk lajur lalu intas ( > 3 m) Bus 3m 10 m
Pagar 20 m
penyeberangan pejalan kaki
Gambar 3.11b Standar Tempat Henti Kelompok 4 (Berseberangan)
20 m
10 m
3m Bus
Gambar 3.11c Standar Tempat Henti Kelompok 4 (dekat Jalan Akses)
17
5. Kelompok 5 penyeberangan pejalan kaki
cukup untuk lajur lalu lintas
>3m
Bus > 3m 10 m
20 m
Gambar 3.12a Standar Tempat Henti Kelompok 5 (Tunggal)
3m
penyeberangan pejalan kaki
A
pagar 2,75 m 20 m
20 m
12 m
20 m
20 m
12 m
20 m
20 m
2,75 m pagar A
3m
Gambar 3.12b Standar Tempat Henti Kelompok 5 (Berseberangan)
3m
A
2.75 m
20 m
12 m
Tepi Perkerasan 20 m
Gambar 3.12c Standar Tempat Henti Kelompok 5 (dekat Jalan Akses)
18
6. Kelompok 6 penyeberangan pejalan kaki
20 m
12 m
20 m
20 m
2,75 m
pagar
3m
Gambar 3.13a Standar Tempat Henti Kelompok 6 (Tunggal)
100m
Pagar
3m
20 m
2 ,75m 20 m
20 m
12 m
12 m
20 m
20 m 2 ,75m
3m
Pagar
20 m
fasilitas penyeberangan
Gambar 3.13b Standar Tempat Henti Kelompok 6 (Berseberangan)
3m
Tepi Perkerasan
2,75 m 20 m
12 m
20 m
Gambar 3.13 c Standar Tempat Henti Kelompok 6 (dekat Jalan Akses)
19
7. Kelompok 7 tepi perkeasan fasilitas penyeberangan
ada cukup untuk kendaraan (+ 3m) BUS
1.8m
tepi perkerasan A
3m 20 m
Gambar 3.14a Standar Tempat Henti Kelompok 7 (Tunggal)
20 m 3m fasilitas penyeberangan
A
1.8m BUS
ada cukup untuk kendaraan (+ 3m) ada cukup untuk kendaraan (+ 3m) BUS
1.8m
tepi perkerasan A
3m
20 m
Gambar 3.14 b Standar Tempat Henti Kelompok 7 (Berseberangan)
20 m
20 m
3m A 1.8 m
Tepi Perkerasan
Bus Ada Jalur Lalu Lintas > 3m
Gambar 3.14 c Standar Tempat Henti Kelompok 7 (sesudah Jalan Akses)
20
8. Kelompok 8 Fasilitas Penyebernangan
ada lajur cukup untuk kendaraan. ( > 3m)
Bus
1,8 m
tepi Perkerasan
3m
Gambar 3.15 a Standar Tempat Henti Kelompok 8 (Tunggal)
20 m
10 m 3m Tepi Perkerasan 1.8 m Bus >3m
Gambar 3.15 b Standar Tempat Henti Kelompok 8 (dekat Jalan Akses)
10 m pagar tepi perkeasan
fasilitas penyeberangan
3m 1.8m BUS
ada lajur cukup untuk kendaraan
ada lajur cukup untuk kendaraan
( > 3m)
( > 3m)
BUS
1.8m
pagar
tepi perkeasan
3m 10 m
100m
Gambar 3.15 c Standar Tempat Henti Kelompok 8 (Berseberangan)
21
9. Kelompok 9 tempat penyeberangan
< 5.75 m
Bus 3m
A Trotoar
Pagar 20 m
20 m
Gambar 3.16 a Standar Tempat Henti Kelompok 9 (Tunggal)
20 m tempat penyeberangan A
3m < 5.75 m
< 5.75 m Bus
A
3m
Pagar
Trotoar
100 m
Gambar 3.16 b Standar Tempat Henti Kelompok 9 (Berseberangan)
20 m
20 m
3m Bus
< 5,75 m
Gambar 3.16 c Standar Tempat Henti Kelompok 9 (sesudah Jalan Akses)
22
10. Kelompok 10
tempat penyeberangan
tepi perkerasan
< 5.75 m
< 5.75 m
Bus
Pagar
luas perkerasan dengan lahan yang tersedia ( minimal 3x2 m 2)
10 m
20 m
Gambar 3.17a Standar Tempat Henti Kelompok 10 (Tunggal)
tempat penyeberangan
< 5.75 m
20 m
< 5.75 m
luas perkerasan dengan lahan yang tersedia ( minimal 3x2 m 2)
Pagar
Trotoar
100 m
Gambar 3.17b Standar Tempat Henti Kelompok 10 (Berseberangan)
Luas Perkerasan disesuaikakan dengan luasan yang tersedia (min 3 x 2 m2 )
20 m
Trotoar
tepi perkerasan
≥ 5,75 m
≥ 5,75 m
Gambar 3.17c Standar Tempat Henti Kelompok 10 (dekat Jalan Akses)
23
BAB IV STANDAR RANCANG BANGUN
A. Daya Tampung 1. Halte Halte dirancang dapat menampung penumpang angkutan umum 20 orang per halte pada kondisi biasa (penumpang dapat menunggu dengan nyaman). 30
30
60 >2m 30
60
> 4m
60
30
Gambar 4.1 Kapasitas Lindungan (10 berdiri, 10 duduk) Keterangan gambar : a) ruang gerak per penumpang di tempat henti 90 cm x 60 cm b) jarak bebas antara penumpang: • dalam kota 30 cm • antar kota 60 cm c) ukuran tempat henti per kendaran, panjang 12 m dan lebar 2,5 m d) ukuran lindungan minimum 4,00 m x 2,00 m 2. Tempat Perhentian Bus Tempat perhentian bus mempunyai daya tampung yang bervariasi.
24
B. Teluk Bus Gambar Teluk Bus tunggal, ganda, dua halte yang berdekatan 20 m
12 m
20 m
A
Jari-jari 12 m Jari-jari 18 m
BUS
“Kerb “
2,75 m min
Gambar 4.2 Standar Jalur Henti Bus Tunggal (single - bus lay by)
20 m
24 m (2 bus)
20 m
36 m (3 bus ) 48 m (4 dst ...) A
BUS
BUS
Gambar 4.3 Standar Jalur Henti Bus Ganda (multi - bus lay by)
20 m
12 m
12 m
A
BUS
12 m
20 m
A
BUS
Gambar 4.4 Standar Jalur Henti Bus untuk Tempat Henti yang berdekatan (single - bus/multi -stop lay by)
25
20 m
20 m
12 m
A
Gambar 4.5. Standar Jalur Henti Bus Terbuka (open -ended lay by)
20 m
12 m
20 m
pemisah dipasang setelah lajur pertambahan pecepatan
A parkir, bongkar dll
BUS “Kerb “
Gambar 4.6. Standar Jalur Henti Bus yang dikombinasikan dengan lajur Parkir dan Bongkar Muat (combinend lay by)
20 m
12 m
20 m
tidak tersedia lahan yang cukup untuk lebar 2,75 A
BUS lebar minimal 3,0 m
Gambar 4.7 Standar Jalur Henti Bus untuk lahan yang terbatas (lay by with sub - standard depth)
20 m
12 m
20 m
A
Gambar 4.8. Standar Jalur Henti Bus yang Berdekatan dengan Jalan Akses (lay by incorporating side road)
26
C. Halte Gambar tampak depan, belakang, samping, dan atas Catatan : • Bahan bangunan disesuaikan dengan kondisi setempat. • Ukuran minimum dengan luas efektif halte adalah panjang = > 4 m, lebar = > 2 m Gambar 4.9 Halte Jenis 1 20
20
400
40
Tempat Duduk
160
20
Tampak Atas
Aluminium Tampak Belakang
30 Papan Informasi Trayek 240
60
Aluminium
120
50 80
20
40
80
80
20
Tampak Samping
27
28
Gambar 4.10 Halte Jenis 2
20
200
Tempat Duduk 400
20
20
Tampak Atas
Kaca Serat Iklan
Kaca Serat Iklan
Kaca Serat Iklan
Tampak Belakang
30
Kaca Serat Iklan
Papan Informasi Trayek
Kaca Serat Iklan
240
Aluminium 135
130
135
200
20
Tampak Depan dan Tampak Samping
29
30
Gambar 4.11 Halte Jenis 3
20
200
40
Tempat Duduk 400
20
20
Tampak Atas
Kawat Kasa
Tampak Belakang
Kaca Serat Iklan
Papan Informasi Trayek
30
Kaca Serat Iklan
240
Aluminium 20
135
130
50
135
200
20
Tampak Depan dan Tampak Samping
31
32
BAB V CONTOH PERHITUNGAN
1. Menentukan Teluk Bus Diketahui : •
Jumlah penumpang maksimal ( P ) P = 284 orang/jam
•
Kapasitas angkutan umum ( S ) S = 40 orang/kendaraan
•
Waktu pengisian ( B ) B = 30 detik
•
Waktu pengosongan teluk bus ( C ) C = 5 detik.
P ( B x S )+ C Rumus : N = -------- x ------------S 3600
Keterangan : N
= jumlah kebutuhan teluk
P
= jumlah penumpang maksimal (orang/jam)
S
= kapasitas angkutan umum (orang/kendaraan)
B
= waktu pengisian (detik)
C
= waktu pengosongan teluk bus (detik)
33
Perhitungan : N
=
284 --------40
X
7,1
7,1 N
=
X
X
(30 x 40 )+ 5 -----------3600 1205 3600 0,3347
2,376
Jadi, teluk bus dibutuhkan untuk menampung dua bus pada saat yang sama.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
ttd
Soejono
34
Perhitungan : N
=
284 --------40
X
7,1
7,1 N
=
X
X
(30 x 40 )+ 5 -----------3600 1205 3600 0,3347
2,376
Jadi kebutuhan teluk bus adalah untuk menampung dua bus pada saat yang sama.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
SOEJONO
35
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
LAMPIRAN H DATA SEKUNDER 4 KOTA TERPILIH
A. KOTA BANDUNG Tabel H. 1. Trayek Angkutan Kota Bandung No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Trayek Abdul Muis - Cicaheum via Binong Abdul Muis - Cicaheum via Aceh Abdul Muis – Dago Abdul Muis – Ledeng Abdul Muis – Elang Cicaheum – Ledeng Cicaheum – Ciroyom Cicaheum - Ciwastra – Derwati Cicaheum – Cibaduyut Stasiun Hall – Dago Stasiun Hall – Sadang Serang St. Hall - Ciumbuleuit via Eyckman St.Hall-Ciumbuleuit via Cihampelas Stasiun Hall – Gede Bage Stasiun Hall – Sarijadi Stasiun Hall – Gunung Batu Margahayu Raya – Ledeng Dago - Riung Bandung Pasar Induk Caringin – Dago Panghegar P. – Dipati Ukur – Dago Ciroyom – Sarijadi Ciroyom - Bumi Asri
Lampiran H – Data Sekunder
Panjang Trayek (km)
Jumlah Kendaraan SK SK Ber Walikota DISHUB operasi
Koperasi
32
427
394
325
Kobanter Baru
22
100
100
86
idem
22 26 20 30 30 34
275 245 101 214 206 200
270 244 101 217 204 200
244 223 91 159 191 169
idem idem idem idem idem Kobutri
36,8 22 18
150 52 150
149 51 129
110 43 108
idem Kobanter Baru idem
18
53
53
49
Kobutri
16
30
30
27
idem
42
200
200
173
Kobanter Baru
15,4 16
60 40
60 40
54 37
Kopamas Idem
46
125
125
117
Kobanter Baru
42 44
201 125
201 125
173 107
Idem Idem
37.8
155
155
149
Idem
24 18
88 115
88 115
79 96
Kobutri Kobanter Baru
H-1
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Panjang Trayek (km) Ciroyom – Cikudapateuh 30 Sederhana – Cipagalo 27,8 Sederhana – Cijerah 16 Sederhana – Cimindi 18 Ciwastra - Ujung 35,8 Berung Cisitu – Tegallega 21,4 Cijerah - Ciwastra – 40 Derwati Elang – Gede Bage 44 Ujung Berung Abdul Muis – Mengger 12 Cicadas – Elang 38 Antapani – Ciroyom 30 Cicadas - Cibiru 14 Penyileukan Bumi Panyileukan 40 Sekemirung Sadang Serang – 42 Caringin Cibaduyut - Karang 36,4 Setra Cibogo – Elang 12 Total Trayek
Jumlah Kendaraan SK SK Ber Walikota DISHUB operasi 125 125 120 275 275 256 62 62 53 45 45 42 27 27 26
Koperasi Idem Idem Kobutri Kopamas Kobutri
82 200
82 200
71 188
Kobanter Baru Idem
100
100
86
25 300 150 200
24 300 150 200
19 255 137 160
Kobanter Baru & Kobutri Kobanter Baru Idem Idem Idem
118
117
107
Idem
190
190
168
Idem
200
200
172
Idem
25 5.436
25 5.373
25 4.695
Kopamas
Sumber : Bandung Dalam Angka 2007/2008
Tabel H. 2. Distribusi Trayek dan Kendaraan Setiap Koperasi Koperasi
Jumlah Trayek
Jumlah Kendaraan
Kobanter Kobutri Kopamas Jumlah
27* 8* 4 38
4.544 659 170 5.373
* Keterangan : Trayek no. 30 dioperasikan oleh Kobanter dan Kobutri Jumlah Kendaraan berdasarkan SK Dishub Kota Bandung. Sumber : Dishub Kota Bandung
Tabel H. 3. Data Trayek Angkutan Umum di Kabupaten Bandung Sesuai SK Bupati
NO 1 2 3 4 5 6
Kode Trayek 02 03 04 05 06 07
Lampiran H – Data Sekunder
Trayek Awal dan AKhir Soreang-Cipatik-Cililin Soreang-Bojong laja Soreang-Cibodas Soreang-Jati-Kalajiwa Soreang-Banjaran Soreang-Padasuka-Sukamulya
H-2
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
NO 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 49 50
Kode Trayek 08 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 29 31 33 34 36 37 38 39 40 41 43 44 45 46 47 48 49 52 53 54 55 74 81
52 52 53
82 83 84
Lampiran H – Data Sekunder
Trayek Awal dan AKhir Soreang-Ciwidey-Patenggang Soreang-Cipatk-Pasantren Soreang-Rawabogo-Alam Endah Ciwidey-Balegede Ciwidey-Cimaskara Ciwidey-Cipelah Ciwidey-Patenggang Ciwidey-Lebakmuncang Ciwidey-Cibeber Ciwidey-Dewata Ciwidey-Cibodas Ciwidey-Gambung Ciwidey-Rawabogo Ciwidey-Patuhawattie Banjaran-Pangalengan Banjaran-Madur Banjaran-Gamblok Banjaran-Baros Banjaran-Pinggirsari Banjaran-Arjasari Pangalengan-Cibeureum Pangalengan-Sedep Pangalengan-Kertamanah Pangalengan-Cisewu Pangalengan-Wates Pangalengan-Cileunca Pangalengan-Pintu Majalaya-Karangtinggal Majalaya-Loa Majalaya-Pangguh Majalaya-Sanding Majalaya-Pacet Majalaya-Kamojang Majalaya-Cicalengka Majalaya-Rancajigang-Cibeureum Majalaya-Ciparay Ciparay-Cibeureum Ciparay-Lembur Awi-Cikembang Cisarua-Lembang Padalarang-Rajamandala Padalarang-Rajawali-Gunung Bentang Padalarang-Ngamprah-Parongpong Padalarang-Tagog Apu-Pangheotan
H-3
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
NO 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Kode Trayek 85 86 88 89 90 91 92 93 94 100 101 103 104 105
68 69
106 107
70
108
71
111
72 73
112 113
74 75 76 77 78
114 115 116 117 118
79 80 81
119 120 121
82 83 84 85 86 87 88 89 90
123 128 129 130 131 132 133 134 135
Lampiran H – Data Sekunder
Trayek Awal dan AKhir Rajamandala-Saguling-Cijenuk Rajamandala-Cipeundeuy Lembang-Maribaya-Cibodas Lembang-Cikole Lembang-Tangkuban Perahu Lembang-Cijengkol Lembang-Kawari Lembang-Cibeusi Cibodas-Bukit Tunggul Cililin-Sindangkerta-Gununghalu Cililin-Cijenuk Sindangkerta-Pasirpogor-Cijenuk Baleendah-Banjaran-Soreang Baleendah-Banjaran-Pangalengan Baleendah-Cangkuang-SayatiSoreang Baleendah-Andir-T. Cibaduyut Baleendah-Bojong Malaka-T. Cibaduyut Baleendah-Andir-Cangkuang (Banjaran) Taman Cibaduyut-RancamanyarBanjaran Taman Cibaduyut-Soreang Dayeuhkolot-Bojong MalakaCangkuang Baleendah-Bandasari Andir-Bojong Malaka-Katapang Cileunyi-Cicalengka Cicalengka-Nagreg-Cijolang Rancaekek-Cicalengka-Curug Cindulang Cijapati-Cicalengka-Nagreg Gununghalu-Bunijaya Batujajar-Cimareme-PadalarangCiburuy Soreang-Rahayu Ciwidey-Rancabali-Sinumbra Baleendah-Banjaran-Gamblok Majalaya-Paseh Majalaya-Lembur Awi Soreang-Ciluncat-Perumnas Soreang-Nagrak-Bandasari Cimahi-Leuwigajah-Cipatik
H-4
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
Kode Trayek 136 138 140 142 143 144 145 146 147 148 149
102 103 104 105 106
150 151 152 153 154
Trayek Awal dan AKhir Majalaya-Cicalengka-Nagreg Cileunyi-Cicalengka-Nagreg Cileunyi-Rancaekek-Majalaya Cililin-Cihampelas-Maroko Griya Bandung Asri-Baleendah Rajamandala-Cirata-Cikalongwetan Cililin-Nyalindung-Cibundar Sindangkerta-Wangun Cijenuk-Baranang Siang Soreang-Cilame-Cikoneng Soreang-Batukarut Soreang-Wr. Lobak-Junti Gr-Bojong Kunci Ciwidey-Singkup Ciwidey-Rancabolang Ciwidey-Paronggong Majalaya-Cigentur
Tabel H. 4. Data Trayek Angkutan Umum di Kota Cimahi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Trayek Cimahi - Cipageran Permata Cimahi - Melong - Cijerah Cimahi - Cisarua Cimahi - Batujajar - Cililin Cimahi - Parongpong Pasantren - TTUC - Sarijadi Cimahi - Batujajar Cimahi - Soreang Cimahi - Padalarang Cimahi - Ciwaruga - Ledeng Cimahi - Ciuyah Cimahi - Cidahu Cimahi - Nanjung - Cipatik Cimahi - Margaasih via Cibaligo Leuwi Gajah - Cangkorah
Panjang Trayek (km) 16 8 7 29 17 12 19 25 10 10 13 10 12 8 15
Tabel H. 5. Jaringan Tayek Damri dan Bus Sedang
Lampiran H – Data Sekunder
H-5
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Jumlah Armada
Panjang Rute (km)
No. Rute
Nama Trayek
Waktu Operasional
Total Armada
Berdasarkan Peta Jaringan
Berdasarkan Perum DAMRI
Rit per hari
I
CICAHEUM - CIBEUREUM
05.30 - 20.00
II
LEDENG - LEUWI PANJANG
05.30 - 19.00
28
30
22.33
26
5.8
12
15
22.05
28
5.8
IV
KIARACONDONG - CIROYOM
06.00 - 12.00
1
1
-
32
-
V
DIPATIUKUR - LEUWIPANJANG
05.30 - 19.00
11
13
17.27
19
5.4
VI
ELANG - JATINANGOR
05.30 - 19.00
12
13
53.74
54
7.4 2.8
Beroperasi DAMR I
VII
DIPATIUKUR - JATINANGOR
05.30 - 19.00
13
14
45.9
46
VIII
KEBON KELAPA - TANJUNG SARI
04.00 - 19.00
14
15
51.33
54
4.6
IX
CICAHEUM - LEUWI PANJANG
05.30 - 21.00
31
32
21.2
23.5
8.4 13.6
XI
CIBIRU - KEBON KELAPA
05.30 - 20.00
12
13
31.72
36
XIV
KIARACONDONG - SARIJADI
05.30 - 18.00
2
3
32.81
30
7.2
XV
ALUN ALUN - CIBURUY
05.30 - 19.00
17
18
44.54
48
3.8
-
Antapani - KPAD
05:30 - 19:00
12
30.62
-
4
MI DI B US 12
Sumber : Perum Damri Kota Bandung
Tabel H. 6. Banyaknya Armada Angkutan Penumpang dan Volume Bis Kota di Kota Bandung
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah RataRata/bulan RataRata/hari
Siap Guna 6.218 4.743 6.476 6.199 6.336 6.045 6.213 6.221 4.942 6.017 6.284 6.995 74.689 6.224 205
Armada Siap RIT operasi 6.019 44.634 4.549 42.293 6.092 47.422 4.941 44.042 4.908 44.598 4.872 42.866 4.910 44.160 4.812 43.917 4.473 43.109 4.987 39.961 6.021 42.466 6.702 44.872 71.547 526.340 4.962 43.862 196
1.442
Penumpang
Jarak Tempuh
1.798.046 852.588 1.662.441 804.027,5 1.864.889 898.090,85 1.744.526 834.702,1 1.801.853 858.159,25 1.710.639 824.959,35 1.814.696 859.302,1 1.727.186 844.052,25 1.767.433 824.541,85 1.647.239 754.527,75 1.657.970 1.136.791,25 1.864.165 979.726,66 21.107.070 10.472.469 1.758.923 872.705,74 57.828
28.691,7
Sumber: Perum DAMRI Unit Bis Kota Bandung
Tabel H. 7. Daftar Rute Kereta Api yang beroperasi di Metropolitan Bandung
Lampiran H – Data Sekunder
H-6
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Asal
Tujuan
Bandung
Padalarang
Frekuensi (Kereta / Hari) 3 kereta
Bandung
Cicalengka
15 kereta
Cicalengka
Padalarang
9 kereta
Keterangan 2 kereta lanjut ke Purwakarta 1 kereta lanjut ke Sukabumi 6 kereta PATAS 9 kereta Ekonomi Pulang-pergi
Sumber : Jadwal Perjalanan Kereta Api, PT. KAI, 2002.
Lampiran H – Data Sekunder
H-7
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel B-8 Trayek Angkutan Umum Lintas Perbatasan (Cross Border) di Kawasan Aglomerasi Bandung Raya No
Jumlah Kendaraan
Kode
Tahun habis masa berlaku KP
Trayek
Trayek
Alokasi
Jumlah
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
1
19.20.0587
Bandung (Terminal Ciroyom) - Terminal Lembang
62
38
34
4
-
-
-
-
-
2
19.18.0384
Bandung (Terminal Ciroyom) - Ledeng - Lembang -
90
61
37
11
1
6
3
3
-
Jl. Cagak - Terminal Subang 3
19.20.0578
Bandung (Terminal St. Hall) - Terminal Lembang
140
114
98
15
1
-
-
-
-
4
19.18.0386
Bandung (Terminal St. Hall) - Ledeng - Subang -
160
151
102
30
12
2
1
4
-
600
562
397
114
32
11
2
6
-
Terminal Pamanukan 5
19.20.0572
Terminal Leuwi Panjang - Cimahi - Pangkalan Padalarang
6
19.20.0573
Terminal Leuwi Panjang - Soreang
1150
920
750
139
15
10
2
4
-
7
19.20.0558
Terminal Leuwi Panjang - Terminal Cimahi
1150
562
341
82
22
54
16
43
4
8
19.20.0559
Terminal Leuwi Panjang - Soreang - Terminal
150
105
80
24
1
-
-
-
-
35
29
24
4
1
-
-
-
-
50
47
27
20
-
-
-
-
-
Ciwidey 9
19.20.0591
Terminal Soreang - Rahayu - Pasar Induk Caringin Terminal Leuwi Panjang
10
19.20.0506
Terminal Cicaheum - Cibaduyut - Pangkalan Cangkuang
Lampiran H – Data Sekunder
H-8
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No
Jumlah Kendaraan
Kode
Tahun habis masa berlaku KP
Trayek
Trayek
Alokasi
Jumlah
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
11
19.20.0493
Terminal Cicaheum - Cileunyi - Cicalengka
65
5
1
2
-
-
-
2
-
12
19.20.0494
Terminal Cicaheum - Terminal Cileunyi
724
664
508
109
25
22
-
-
-
13
19.20.0576
Terminal Stasion Hall - Cimahi - Pangkalan
400
327
250
63
6
5
1
2
Padalarang 14
19.20.0577
Terminal Stasion Hall - Terminal Cimahi
780
426
281
68
16
32
6
20
3
15
19.20.0585
Terminal Ciroyom - Pangkalan Ciburial
40
30
23
5
2
-
-
-
-
16
19.20.0529
Terminal Ciroyom - Terminal Cililin
50
6
3
-
-
-
2
1
-
17
19.20.0530
Bandung (Terminal Ciroyom) - Cililin - Terminal
75
59
46
8
-
3
-
2
-
Gunung Halu 18
19.20.0485
Pangkalan Abdul Muis - Terminal Bale Endah
175
165
132
33
-
-
-
-
-
19
19.20.0598
Pangkalan Buah Batu - Terminal Ciparay
90
63
51
8
1
-
-
3
-
20
19.20.0581
Terminal Tegallega - Terminal Banjaran
625
564
449
85
7
12
2
5
4
21
19.20.0582
Terminal Tegallega - Pangkalan Cipatik
130
114
90
24
-
-
-
-
-
22
19.20.0597
Terminal Tegallega - Pangkalan Mahmud
35
34
33
1
-
-
-
-
-
23
19.20.0546
Pasar Induk Gede Bage - Cileunyi - Rancaekek -
150
88
72
10
2
-
1
3
-
Terminal Majalaya
Lampiran H – Data Sekunder
H-9
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No
24
Jumlah Kendaraan
Kode Trayek 19.20.0550
Tahun habis masa berlaku KP
Trayek
Pasar Induk Gede Bage - Derwati - Sapan -
Alokasi
Jumlah
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
60
32
20
8
-
4
-
-
-
150
114
102
12
-
-
-
-
-
30
30
22
8
-
-
-
-
-
67
49
43
6
-
-
-
-
-
20
20
13
7
-
-
-
-
-
230
166
121
24
8
5
1
7
-
200
146
100
22
8
6
2
8
-
125
74
41
29
-
3
-
1
-
Terminal Majalaya 25
19.20.0547
Pasar Induk Gede Bage - Sayang - Terminal Majalaya
26
24.20.0618
Terminal Rancamulya - Terminal Cileunyi
27
24.20.0621
Terminal Tanjungsari - Cicalengka - Terminal Majalaya via Parakan Muncang
28
19.14.0319
Terminal Cicaheum/Leuwipanjang - Sumedang Kadipaten - Terminal Cipaku (Majalengka)
29
19.14.0332
Bandung (Terminal Cicaheum) - Sumedang Kadipaten - Majalengka - Terminal Cikijing
30
19.14.0512
Bandung (Terminal Cicaheum) - Sumedang Kadipaten - Majalengka - Terminal Bantarujeg
31
19.23.0492
Bandung (Terminal Cicaheum) - Malangbong Tasikmalaya - Ciamis - Terminal Banjar
32
19.23.0518
Bandung (Terminal Cicaheum) - Malangbong Tasikmalaya - Terminal Ciamis
33
19.20.0583
Terminal Tegallega - Dayeuh Kolot - Terminal
Lampiran H – Data Sekunder
H-10
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No
Jumlah Kendaraan
Kode
Tahun habis masa berlaku KP
Trayek
Trayek
Alokasi
Jumlah
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
Majalaya 34
19.20.0580
Terminal Tegallega - Terminal Pangalengan
90
74
57
15
1
-
-
1
-
35
19.20.0579
Terminal Tegallega - Bale Endah - Terminal
650
450
310
86
19
17
5
12
1
50
36
34
2
-
-
-
-
-
Ciparay 36
19.20.0584
Terminal Tegallega - Buah Batu - Ciwastra Terminal Majalaya
Lampiran H – Data Sekunder
H-11
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 8 Panjang Jalan di Kota Bandung NO I. 1 2 3 4 5
JENIS DATA
TAHUN 2005
2004
SATUAN
2006
STATUS JALAN Status Jalan Negara / Nasional 42,11 42,11 33,56 Status Jalan Propinsi 22,99 22,99 17,58 Status Jalan Kota 1.103,71 1.103,71 1.190,19 Status Jalan Desa / Lokal Status Jalan Tol 3,80 3,80 3,80
Km Km Km Km Km
Tabel H. 9 Persentase Jumlah Ruas Jalan per Status Jalan STATUS JALAN
BANYAKNYA RUAS (Bh)
PANJANG JALAN (Km)
PERSENTASE
Jalan kota
3.888
1.190,191
95,88%
Jalan propinsi
9
17,580
1,42%
Jalan nasional
7
33,560
2,70%
Jumlah
3.904
1.241,331
100,00%
Tabel H. 10 Panjang Ruas Jalan Berdasarkan Status dan Hirarki Di Kota Bandung NAMA RUAS JALAN
PANJANG (Km)
STATUS
KETERANGAN
I. JALAN ARTERI PRIMER 1
Jl. Jend. Sudirman
6,79
Nasional
2
Jl. Asia Afrika
1,51
Nasional
3
Jl. Jend. A. Yani
5,40
Nasional
4
Jl. Raya Ujungberung
8,04
Nasional
5
Jl. Soekarno Hatta
18,46
Nasional
6
Jl. Dr. Djunjunan
2,00
Kota Bandung
7
Jl. Pasteur
0,21
Kota Bandung
8
Jl. Cikapayang
0,37
Kota Bandung
9
Jl. Surapati
1,16
Kota Bandung
10
Jl. PHH. Mustofa
3,34
Kota Bandung
II. JALAN KOLEKTOR PRIMER 1
Jl. Raya Setiabudhi
6,03
Propinsi
2
Jl. Sukajadi
2,57
Propinsi
3 Jl. HOS. Cokroaminoto (Pasirkaliki)
2,18
Propinsi
4
0,41
Propinsi
Jl. Gardujati
Lampiran H – Data Sekunder
H-12
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 11 Panjang Ruas Jalan Berdasarkan Status dan Hirarki Di Kota Bandung (lanjutan) NAMA RUAS JALAN
PANJANG (Km)
STATUS
KETERANGAN
II. JALAN KOLEKTOR PRIMER (lanjutan) 5
Jl. Astana Anyar
0,76
Propinsi
6
Jl. Pasir Koja
0,13
Propinsi
7
Jl. K.H. Wahid Hasyim (Kopo)
2,96
Propinsi
8
Jl. Moch. Toha
3,47
Kota Bandung
9
Jl. Ters. Buah Batu
1,06
Propinsi
10
Jl. Ters. Kiaracondong
1,16
Propinsi
11
Jl. Moch. Ramdan
0,94
Kota Bandung
12
Jl. Ters. Pasir Koja
2,72
Kota Bandung
13
Jl. Rumah Sakit
2,83
Kota Bandung
14
Jl. Gedebage Selatan
3,08
Kota Bandung
III. JALAN ARTERI SEKUNDER 1
Jl. Kiaracondong
4,12
Propinsi
2
Jl. Ters. Kiaracondong
0,99
Propinsi
3
Jl. Jamika
0,91
Kota Bandung
4
Jl. Peta
2,60
Kota Bandung
5
Jl. BKR
2,30
Kota Bandung
6
Jl. Pelajar Pejuang
1,48
Kota Bandung
7
Jl. Laswi
1,10
Kota Bandung
8
Jl. Sukabumi
0,64
Kota Bandung
9
Jl. Sentot Alibasa
0,20
Kota Bandung
10
Jl. Dipenogoro
0,66
Kota Bandung
11
Jl. W.R. Supratman
1,86
Kota Bandung
12
Jl. Jakarta
1,15
Kota Bandung
13
Jl. Ters. Jakarta
2,76
Kota Bandung
14
Jl. Ters. Pasirkoja
2,68
Kota Bandung
15
Jl. Pasirkoja
0,46
Kota Bandung
16
Jl. Abdul Muis
1,68
Kota Bandung
IV. KOLEKTOR SEKUNDER 1
Jl. Ir. H. Djuanda
5,64
Kota Bandung
2
Jl. Dipatiukur
1,83
Kota Bandung
3
Jl. Merdeka
1,04
Kota Bandung
4
Jl. Ciumbuleuit
2,44
Kota Bandung
5
Jl. Setiabudhi
1,48
Kota Bandung
Lampiran H – Data Sekunder
H-13
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
PANJANG (Km)
STATUS
Jl. Cihampelas
0,14
Kota Bandung
7
Jl. Siliwangi
1,06
Kota Bandung
8
Jl. Gegerkalong Hilir
2,10
Kota Bandung
NAMA RUAS JALAN 6
KETERANGAN
9
Jl. Tubagus Ismail
1,27
Kota Bandung
10
Jl. Sadang Serang
0,71
Kota Bandung
11
Jl. Cikutra Barat
0,88
Kota Bandung
12
Jl. Cikutra Timur
2,37
Kota Bandung
13
Jl. Antapani Lama
1,26
Kota Bandung
Tabel H. 12 Panjang Ruas Jalan Berdasarkan Status dan Hirarki Di Kota Bandung (lanjutan) NAMA RUAS JALAN
PANJANG (Km)
STATUS
KETERANGAN
IV. KOLEKTOR SEKUNDER (lanjutan) 14
Jl. Pacuan Kuda
2,44
Kota Bandung
15
Jl. Ciwastra
5,80
Kota Bandung
16
Jl. Rajawali Barat
1,02
Kota Bandung
17
Jl. Rajawali Timur
1,54
Kota Bandung
18
Jl. Kebonjati
1,40
Kota Bandung
19
Jl. Suniaraja
0,24
Kota Bandung
20
Jl. Lembong
0,45
Kota Bandung
21
Jl. Veteran
0,83
Kota Bandung
Tabel H. 13 Kondisi panjang jalan Kota Bandung NO
JENIS DATA
2004
TAHUN 2005
2006
I. STATUS JALAN 1 Status Jalan Negara / Nasional 42,11 42,11 33,56 2 Status Jalan Propinsi 22,99 22,99 17,58 3 Status Jalan Kota 1.103,71 1.103,71 1.190,19 4 Status Jalan Desa / Lokal 5 Status Jalan Tol 3,80 3,80 3,80 II. JENIS PERKERASAN 1 Hotmix 625,18 670,39 632,68 2 Beton 5,42 10,78 23,26 3 Penetrasi 526,00 475,43 524,92 4 Paving Blok 12,21 12,21 9,33
Lampiran H – Data Sekunder
SATUAN Km Km Km Km Km Km Km Km Km
H-14
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
NO III. 1 2 3 4 IV. 1 2 3 V. 1 2
JENIS DATA Jumlah KONDISI JALAN Baik Sedang Rusaki Ringan Rusak Berat Jumlah JEMBATAN Panjang Jumlah Terminal Darat FUNGSI JALAN Arteri Kolektor
TAHUN SATUAN 2004 2005 2006 1.168,81 1.168,81 1.190,19 Km 835,18 160,65 170,18 2,80 1.168,81
883,45 145,82 137,54 2,00 1.168,81
704,27 351,96 132,77 1,20 1.190,19
Km Km Km Km Km
2.368 303
2.375 305
2.375 305 7
Km Buah Buah
47,60 89,50
47,60 89,50
52,46 89,50
Km Km
Tabel H. 14 Identifikasi Terminal Di Kota Bandung No. 1. 2. 3. 4. 4. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 14.
Nama terminal Leuwi Panjang Cicaheum Ledeng Ciroyom Stasiun Hall Dago Ujung Berung Antapani Abdul Muis Tegal Lega Sadang serang Gedebage Cibaduyut Ciwastra Sederhana
Tipe A A B B C C C C C C C C C C C
Luas (m2) 40.000 11.000 2.350 1.253 4.236 2.449 1.675 3.200 500 3.000 3.000 2.000 700 3.200 500
Instansi pengelola Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung Dishub Kota Bandung
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung
B. KOTA MEDAN
Tabel H. 15 Geometrik Ruas Jalan Kota Medan
Lampiran H – Data Sekunder
H-15
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
NO
NAMA JALAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Abadi/Pelita Abdul Hakim Abdul Hamid Abdul Lubis Adam Malik Ahmad Yani AIP II KS Tubun Aksara Alumunium Amaliun Aman I AR Hakim Asia Asrama Bahagia Bakaran Batu Balai Kota Belibis/Tunggal Bhakti Bhayangkara Bilai Ujung Binjai Raya Brigjen. Katamso Budi Pembangunan Bunga Sedap Malam
NO
NAMA JALAN
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Candi Borobudur Cirebon Dahlia Damar Danau Singkarak Darussalam Denai DI Panjaitan Diponegoro Dr Mansyur Duyung Emas Gagak Hitam Gaharu Gajah Mada Gaperta Gaperta Ujung Gatot Subroto GB Yosua Gereja
PANJANG (m)
ARAH
LEBAR EFEKTIF (m)
2,668 4,296 3,000 1,472 3,802 699 578 4,400 3,624 2,152 1,024 4,600 2,304 3,200 1,712 1,050 600 6,254 1,032 2,418 2,330 3,975 12,066 2,012 11,392
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
10.00 10.00 12.00 12.00 15.20 5.70 10.00 7.20 10.00 7.20 10.00 8.20 7.20 10.00 10.00 11.00 9.70 8.00 10.00 7.00 7.00 13.40 12.20 12.00 8.00
PANJANG (m)
ARAH
LEBAR EFEKTIF (m)
500 653 3,698 3,058 500 3,100 2,836 2,076 800 5,932 734 454 3,200 4,388 2,998 3,800 5,802 17,380 1,080 1,268
2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10.00 9.20 10.00 10.00 6.00 7.20 9.00 10.00 12.00 9.20 10.00 10.00 10.00 12.00 10.00 10.00 7.00 7.10 7.20 6.00
Lampiran H – Data Sekunder
LEBAR PER ARAH (m) 5.00 5.00 6.00 6.00 7.60 5.70 5.00 3.60 5.00 3.60 5.00 4.10 3.60 5.00 5.00 5.50 9.70 4.00 5.00 3.50 3.50 6.70 6.10 6.00 4.00 LEBAR PER ARAH (m) 5.00 9.20 5.00 5.00 3.00 3.60 4.50 5.00 12.00 4.60 5.00 5.00 5.00 6.00 5.00 5.00 3.50 3.55 3.60 3.00
JUMLAH JALUR
LAJUR
LEBAR LAJUR (m)
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1
2.50 2.50 3.00 3.00 3.80 2.85 2.50 3.60 2.50 3.60 2.50 4.10 3.60 2.50 2.50 2.75 4.85 4.00 2.50 3.50 3.50 3.35 3.05 3.00 4.00
L KS L L L AS L AS L L L L AS AP L L AS KS L L L L KP L L
LEBAR LAJUR (m)
FUNGSI JALAN
2.50 4.60 2.50 2.50 3.00 3.60 2.25 2.50 3.00 4.60 2.50 2.50 2.50 3.00 2.50 2.50 3.50 3.55 3.60 3.00
L L L L AS L L L L AP L L L L L AS L AP AS L
JUMLAH 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 1 1 2 2 4 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
H-16
FUNGSI JALAN
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Gg Sarif Guru Patimpus H Zaenul Arifin Halat Helvetia Helvetia By Pass HM Joni HM Lamlo Thamrin HOS Cokroaminoto Imam Bonjol Industri Ir H Juanda Irian Barat Iskandar Muda Islamiyah Jaya I Jend. Sudirman Kapten Jumhana Kapten Muslim Kapten Soemarsono Karya
NO
NAMA JALAN
67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93
ke Brastagi Kereta Api Kesatria Barat KH Wahid Hasyim Kol. Yos Sudarso Kolam Krakatau Kuswari Letda Sujono Letjen Jamin Ginting Letjen. Suprapto M Nawi Harahap M Yacob Lubis M. Lubis + Madong Lubis Malaka Mandala Mawar Putih Medan Area Selatan Medan Tenggara II Medan-Deli Tua Medan-Lubuk Pakam Merak Merbabu Merdeka/Jemadi Mesjid Raya Monginsidi
950 1,600 1,100 3,798 3,064 2,372 1,188 3,057 2,102 1,800 2,400 4,717 1,440 2,800 1,780 1,716 1,409 1,662 3,200 5,400 6,000
2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
6.00 14.20 14.00 8.20 6.00 12.00 12.00 8.30 10.00 10.00 10.00 12.20 9.20 9.20 10.00 6.00 15.20 10.00 7.20 12.00 3.20
PANJANG (m)
ARAH
LEBAR EFEKTIF (m)
7,498 1,082 972 6,707 15,307,671 1,662 7,266 541 4,329 22,500 1,170 3,110 2,256 999 1,910 1,566 3,400 15,950 1,794 1,140 1,686 2,312 2,239 457 2,100 590 2,124
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
18.00 9.20 6.00 7.20 7.20 7.20 7.00 9.20 13.00 17.20 11.70 7.20 8.00 16.00 9.20 10.00 10.00 8.00 10.00 10.00 15.00 15.00 12.00 7.20 10.00 7.20 12.00
Lampiran H – Data Sekunder
3.00 7.10 14.00 4.10 3.00 6.00 6.00 8.30 5.00 10.00 5.00 6.10 4.60 4.60 5.00 3.00 7.60 5.00 3.60 6.00 3.20 LEBAR PER ARAH (m) 9.00 9.20 3.00 3.60 3.60 3.60 3.50 4.60 6.50 8.60 5.85 3.60 4.00 16.00 4.60 5.00 5.00 4.00 5.00 5.00 7.50 7.50 6.00 7.20 5.00 3.60 6.00
2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 4 4 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 JUMLAH
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 4 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1.50 3.55 3.50 1.03 3.00 3.00 3.00 4.15 2.50 5.00 2.50 3.05 4.60 4.60 5.00 1.50 3.80 3.60 3.00 1.60 3.20
AS AS L AS AS AP L L L L L L AS AS L L AP AS AP L L
LEBAR LAJUR (m)
FUNGSI JALAN
4.50 4.60 3.00 3.60 3.60 3.60 3.50 4.60 3.25 4.30 2.93 3.60 4.00 4.00 4.60 2.50 2.50 4.00 2.50 3.75 3.75 3.00 3.00 3.60 2.50 1.80 3.00
KP L L L AS L AS L AS KP AS L L L L L L KS L L L L L L L L L
H-17
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 NO 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
MT Haryono P. Merah/S. Mulia P. Pinang Pabrik Tenun Pancing Pancing II Pelabuhan I Pelajar Pelangi Pembangunan Pemuda Pengadilan Perintis Kemerdekaan Perjuangan NAMA JALAN Perkebunan Pertahanan Pertahanan/Cemara Pertempuran Pintu Air I/Karya Jasa Platina Prof HM Yamin Pukat VIII Putri Hijau Putri Merah Jingga RA Kartini Rahmadsyah Rantang Raskam Raya Medan Tenggara S. Parman Sakti Lubis Samanhudi Sampali Sei Batanghari Sei Kera Sei Kuala Sei Serayu Sejati Sekip Selam Sembada/Mawar Semeru Sentosa Lama Setiabudi Sidorukun Singmata Sisingamangaraja Slamet Riyadi
1,150 1,353 188 1,840 7,788 2,448 2,500 876 604 3,854 500 534 2,200 6,154
1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2
9.70 7.70 10.00 7.00 9.20 7.00 11.00 6.00 5.20 10.00 5.70 12.00 9.20 6.00
PANJANG (m)
ARAH
LEBAR EFEKTIF (m)
1,738 1,638 7,417 2,420 5,300 2,646 3,896 1,296 1,116 556 951 3,195 1,520 5,824 3,700 3,692 1,432 1,200 706 2,600 3,310 3,494 1,854 1,214 2,400 1,304 4,604 1,120 1,004 15,384 2,270 442 20,146 882
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
6.00 9.20 9.20 9.20 7.20 6.00 5.70 7.00 10.20 11.00 8.00 5.70 7.00 6.00 12.00 12.00 7.20 8.00 10.00 12.00 10.00 12.00 12.00 7.00 13.00 7.00 4.20 10.00 7.00 9.20 7.00 6.00 8.70 8.00
Lampiran H – Data Sekunder
9.70 3.85 10.00 3.50 4.60 3.50 5.50 3.00 2.60 5.00 5.70 12.00 9.20 3.00 LEBAR PER ARAH (m) 3.00 4.60 4.60 4.60 3.60 3.00 5.70 3.50 5.10 5.50 4.00 5.70 3.50 3.00 6.00 6.00 3.60 4.00 5.00 6.00 5.00 6.00 6.00 3.50 6.50 3.50 4.20 5.00 3.50 4.60 3.50 3.00 4.35 4.00
1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2
2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 4 2 1 JUMLAH
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2
4.85 3.85 5.00 3.50 4.60 3.50 2.75 3.00 2.60 2.50 2.85 3.00 4.60 3.00
L L L AS L L L L L L AS L AS L
LEBAR LAJUR (m)
FUNGSI JALAN
3.00 4.60 4.60 2.30 3.60 3.00 2.85 3.50 2.55 2.75 4.00 2.85 3.50 3.00 3.00 3.00 3.60 4.00 2.50 3.00 2.50 3.00 3.00 3.50 3.25 3.50 4.20 2.50 3.50 4.60 1.75 3.00 4.35 2.00
H-18
L AS AS AS L L L AS AS L L L L L L AP L L L L L L L L L L L L KP L L AP L
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
142 143 144 145 146 147
Stadion Suka Ramai Sukasenang Sumatera Sunggal (Jarot Suparno) Sutomo
936 842 2,000 2,722 5,682 1,800
2 2 2 2 2 1
8.00 10.00 12.00 11.00 7.20 8.30
NO
NAMA JALAN
PANJANG (m)
ARAH
LEBAR EFEKTIF (m)
451 2,586 840 1,530 665 35,420 696 2,166 861 2,702
1 2 2 2 1 2 2 2 1 2
7.70 9.00 10.00 10.00 10.00 18.00 6.00 8.00 8.20 8.20
148 149 150 151 152 153 154 155 156 157
Sutoyo Sutrisno Taruma Teuku Cik Ditiro Timor Tol Balmera Tomong Turi Veteran Wahidin
4.00 5.00 6.00 5.50 3.60 8.30 LEBAR PER ARAH (m) 7.70 4.50 5.00 5.00 10.00 9.00 3.00 4.00 8.20 4.10
2 2 2 2 2 1
1 2 2 2 1 2 JUMLAH
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2
4.00 2.50 3.00 2.75 3.60 4.15
L L L L KS L
LEBAR LAJUR (m)
FUNGSI JALAN
1 2 2 2 2 1 1 2 2 1
7.70 2.25 2.50 2.50 5.00 9.00 3.00 2.00 4.10 4.10
L L L AP L L L L
Sumber : Studi MLL dan Rencana Kebutuhan Lalu Lintas di Kota Medan
Tabel H. 16 Geometrik Ruas Jalan Utama
N O
NAMA JALAN
PANJA NG
ARA H
(m) 1
Asrama
2
Balai Kota
LEBA R EFEK TIF
LEBAR PER ARAH
(m)
(m)
JAL UR
LAJ UR
JUMLAH
LEB AR LAJ UR (m)
FUN GSI JALA N
MEDI AN
BA HU
(m)
(m)
3,200
2
10
5
2
2
2.5
AP
2
2.5
600
1
9.7
9.7
1
2
4.85
AS
0
1
3
Binjai Raya
2,175
2
13.4
6.7
2
2
3.35
L
0
0
4
Brigjen. Katamso
12,066
2
12.2
6.1
2
2
3.05
KP
1
0
5
Cirebon
653
1
9.2
9.2
1
2
4.6
L
0
0
6
Diponegoro
800
1
12
12
1
4
3
L
0
0
7
Gaharu
4,388
2
12
6
2
2
3
L
0
0
8
Gajah Mada
2,998
2
10
5
2
2
2.5
L
0
1
9
Gatot Subroto
5,205
2
14.2
7.1
2
2
3.55
AP
2
0
10
H Zaenul Arifin
1,100
1
14
14
1
4
3.5
L
1
1
11
Helvetia By Pass
2,372
2
12
6
2
2
3
AP
0
0
12
Imam Bonjol
1,800
1
10
10
1
2
5
L
0
0
13
Irian Barat
1,440
2
9.2
4.6
2
1
4.6
AS
0
1
14
Iskandar Muda
2,800
2
9.2
4.6
2
1
4.6
AS
0
0
15
Jend. Sudirman
1,409
2
15.2
7.6
2
2
3.8
AP
0
0
16
699
1
5.7
5.7
1
2
2.85
AS
0
0
17
Jl. A. Yani Kapten Soemarsono
5,400
2
12
6
2
2
1.6
L
0
0
18
ke Brastagi
7,498
2
18
9
2
2
4.5
KP
0
0
19
Kereta Api
1,082
1
9.2
9.2
1
2
4.6
L
0
0
Lampiran H – Data Sekunder
H-19
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
N O
NAMA JALAN
PANJA NG
ARA H
(m)
LEBA R EFEK TIF
LEBAR PER ARAH
(m)
(m)
JUMLAH JAL UR
LAJ UR
LEB AR LAJ UR (m)
FUN GSI JALA N
MEDI AN
BA HU
(m)
(m)
20
Kol. Bejo
2,000
2
10
5
2
2
2.5
AS
1
1
21
Kol. Yos Sudarso
15,307
2
7.2
3.6
2
1
3.6
AS
2
3
22
4,329
2
13
6.5
2
2
3.25
AS
0
1
23
Letda Sujono Letjen Jamin Ginting
22,500
2
17.2
8.6
2
2
4.3
KP
1
1
24
MT Haryono
1,150
1
9.7
9.7
1
2
4.85
L
0
0
25
Pancing
7,788
2
9.2
4.6
2
1
4.6
L
0
0
26
Pemuda
500
1
5.7
5.7
1
2
2.85
AS
0
1
27
Pengadilan Perintis Kemerdekaan
534
1
12
12
1
4
3
L
0
0
2,200
1
9.2
9.2
1
2
4.6
AS
0
1
1,638
2
9.2
4.6
2
1
4.6
AS
0
0
28 29 30
Pertahanan Pertahanan/Cema ra
7,417
2
9.2
4.6
2
1
4.6
AS
0
0
2,420
2
9.2
4.6
2
2
2.3
AS
0
1
32
Pertempuran Pintu Air I/Karya Jasa
5,300
2
7.2
3.6
2
1
3.6
L
0
0
33
Prof HM Yamin
3,896
1
5.7
5.7
1
2
2.85
L
0
1
34
1,116
2
10.2
5.1
2
2
2.55
AS
1
0
35
Putri Hijau Putri Merah Jingga
556
2
11
5.5
2
2
2.75
L
0
0
36
S. Parman
3,692
2
12
6
2
2
3
AP
0
1
37
20,146
2
8.7
4.35
2
1
4.35
L
1
0
5,682
2
7.2
3.6
2
1
3.6
KS
0
1
39
Sisingamangaraja Sunggal (Jarot Suparno) Tembung-Kuala Namu
18,496
2
7
3.5
2
1
3.5
AP
0
1
40
Willem Iskandar
1,700
2
7
3
2
1
3.5
AS
0
1
31
38
Sumber : Studi MLL dan Rencana Kebutuhan Lalu Lintas di Kota Medan
Lampiran H – Data Sekunder
H-20
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 17 Terminal dalam Kota Medan No
Terminal
1
Amplas
Keterangan Melayani angkutan umum Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota dari wilayah timur/selatan ke Kota Medan
2
Pinang Baris
Melayani angkutan umum untuk angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota dari wilayah barat/selatan ke Kota medan
3
Sambu
Melayani kendaraan umum (mobil penumpang) dalam Kota Medan menuju inti kota
4
Veteran
Melayani kendaraan umum (mobil bus) dalam Kota Medan yang menuju inti kota
5
Williem
Melayani kendaraan umum (mobil penumpang/bus) dalam kota dan angkutan antar kota
Iskandar
yang menuju Percut Sei Tuan dan Tembung
Belawan
Melayani kendaraan umum (mobil penumpang/bus) dalam Kota Medan yang menuju inti
6
kota (Belawan - Medan)
Sumber : Studi MLL dan Rencana Kebutuhan Lalu Lintas di Kota Medan
Tabel H. 18 Pangkalan Mobil Penumpang di Kota Medan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Pangkalan Bagan Belawan Bara Kuda Bilal Ujung Brigjen Katamso Bromo Ujung Cemara Ujung Daluk Kabu Desa Jambu Gabion Halveti Jermal XI Johor Indah Kampus IKIP Baru Kampus UMA Karang Sari Karya Ujung Kedai Durian Kelambir V KP. Dikbus T. Papan Kp. TVRI B. Selamat Kp. Yuka Kp. Morina Letjen Sujono BK Mabar Mandala Marelan
Lampiran H – Data Sekunder
No 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61.
Pangkalan Pasar Petisah Pelajar Ujung Pertiwi SMA 10 Perm. Nelayan Indah Petisah Polo Sicanang Veteran Rangkai Belawan RS Adam Malik RS Mina Rumah Potong Sei Mati Belawan Sentis B. Kota Simalingkar Simalingkar B Sp. Kantor Mabar Sp. Selayang Tangkahan Tembung Terjun Terjun H. Perak Titi Papan Tj. Gusta Tj. Mulia Ujung Tj. Selamat Tuntungan
H-21
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Pangkalan Martubung Medan Permai Namo Gajah Namo Rambe Pabrik Tenun Pajak Palapa Olimpia PAM Sunggal Pancur Batu
No 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70.
Pangkalan Ujung Baru Koserna Bengkel Krakatau Kayu Putih M. Lubis K. Veteran RI Angrung Tj. Anom
Sumber : Studi MLL dan Rencana Kebutuhan Lalu Lintas di Kota Medan
Tabel H. 19Trayek Angkutan Umum di Kota Medan
No Koperasi/Perusahaan Jumlah Trayek Keterangan A Trayek Utama 1 KPUM (Koperasi Pengangkutan Umum 34 Medan) 2 FA. Mekar Jaya 2 3 PT. Nasional Medan Transport 3 Armada bus 4 POVRI 1 5 Perum Damri 5 Armada bus 6 Medan Bus 4 Armada bus 7 PT. MARS 1 8 Desa Maju 2 9 CV. MITRA 2 10 PT. Rahayu Medan Ceria (Bus) 3 Mini Bus 11 PT. Rahayu Medan Ceria 2 Total jumlah trayek 59 B Trayek Cabang 1 KPUM (Koperasi Pengangkutan Umum 29 Medan) 2 CV. Wampu Mini 2 Bus 3 PT. Nasional Medan 3 4 POVRI 1 5 Medan Bus 2 Bus 6 PT. MARS 9 7 Desa Maju 2 8 CV. HIKMA 2 9 PU. Gajah Mada 9 10 CV. Mitra 3 11 PT. Rahayu Medan Ceria (Bus) 3 12 PT. Rahayu Medan Ceria 4 Total jumlah trayek 69 C Trayek Ranting 1 KPUM (Koperasi Pengangkutan Umum 2 Medan)
Lampiran H – Data Sekunder
H-22
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
POVRI PT. MARS Rahayu Medan Ceria
1 1 1 5 133
Total jumlah trayek TOTAL KESELURUHAN JUMLAH TRAYEK
Tabel H. 20Jumlah Trayek dan Armada Angkutan Umum di Kota Medan
Jumlah Trayek Jumlah Armada Plafon Plafon Realisasi % Realisasi % Trayek Trayek 160 89 55.63 9734 5576 57.28 MPU 62.99% 59.33% 67.81% 68.87% 80 53 66.25 4257 2319 54.47 Bus Kecil 31.50% 35.33% 29.66% 28.64% 6 5 83.33 160 139 86.88 Bus Sedang 2.36% 3.33% 1.11% 1.72% 8 3 37.50 204 62 30.39 Bus Besar 3.15% 2.00% 1.42% 0.77% Jumlah 254 150 Rata2: 59.06 14.355 8.096 Rata2: 56.40 Sumber : Data Dinas Perhubungan Kota Medan, 2006, diolah. Jenis
Tabel H. 21.Angkutan Umum di Kota Medan
No
Nama Perusahaan
Jenis Armada
Jumlah Trayek Plafon Trayek Realisasi
%
Jumlah Armada Plafon Armada Operasi
%
1
PU GAJAH MADA SAKTI
MPU
350
173
49.43
8
5
62.50
2
KPUM
MPU
5646
2924
51.79
93
58
62.37
3
CV MEDAN BUS
MPU
605
236
39.01
11
4
36.36
4
FA MEKAR JAYA
MPU
265
68
25.66
4
1
25.00
5
PT NASIONAL MEDAN TRANSPORT
MPU
125
0
0.00
3
0
0.00
6
PTU MORINA
MPU
1170
464
39.66
21
8
38.10
7
PT RAHAYU MEDAN CERIA
MPU
1040
620
59.62
13
11
84.62
Lampiran H – Data Sekunder
H-23
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No
Nama Perusahaan
8
CV WAMPU MINI
9
CV DESA MAJU
Jenis Armada
Jumlah Trayek Plafon Trayek Realisasi
%
Jumlah Armada Plafon Armada Operasi
%
MPU
533
261
48.97
7
4
57.14
Bus Kecil
420
189
45.00
11
10
90.91
Bus Kecil
84
13
15.48
4
2
50.00
11 CV LAJU DELI Bus Kecil SERDANG
150
0
0.00
4
0
0.00
12 CV MEDAN BUS
Bus Kecil
180
69
38.33
2
2
100.00
13 PT NASIONAL Bus Kecil MEDAN TRANSPORT
380
234
61.58
7
6
85.71
14 PT MARS
Bus Kecil
1025
401
39.12
20
12
60.00
15 CV MITRA
Bus Kecil
600
211
35.17
11
5
45.45
16 CV HIKMA
Bus Kecil
290
132
45.52
6
2
33.33
17 PT POVRI
Bus Kecil
193
89
46.11
5
4
80.00
18 PT RAHAYU Bus Kecil MEDAN CERIA
935
636
68.02
10
10
100.00
6
5
83.33
160
139
86.88
10 KOBUN
KPUM UNIT 19 MRX 20 21 22 23
Bus Sedang
DAMRI
Bus Besar
5
3
60.00
90
62
68.89
SETIA
Bus Besar
1
0
0.00
38
0
0.00
BUDI
Bus Besar
1
0
0.00
38
0
0.00
PELITA
Bus Besar
1
0
0.00
38
0
0.00
14.005
6.728
Rata2:
604
345
Rata2:
Jumlah
37.03%
50.75%
Sumber : Data Dinas Perhubungan Kota Medan,
Tabel H. 22 Rute Pelayanan Kereta Api Penumpang di Medan dan Sekitarnya
Lampiran H – Data Sekunder
H-24
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
No. 1.
2.
Rute Medan – Rantauprapat
Medan – Siantar
Nama KA
Kelas
Tarif
Trip (PP)
a. Kinantan
Eksekutif
Rp. 70.000,-
1
b. Sribilah
Eksekutif
Rp. 60.000,-
3
Bisnis
Rp. 40.000,-
Bisnis
Rp. 25.000,-
2
Ekonomi
Rp. 12.000,-
1
a. Sribilah
Bisnis
Rp. 45.000,-
2
b. Putri Ungu
Bisnis
Rp. 40.000,-
1
a. Putri Ungu
Bisnis
Rp. 35.000,-
2
b. Lancang Kuning
Ekonomi
Rp. 8.500,-
1
c. Putri Hijau
Ekonomi
Rp. 8.500,-
1
a. Dolok Martimbang b. Siantar Ekspress
3.
4.
Medan – Binjai
Medan – Tanjungbalai
Sumber: Studi Angkutan Umum Massal (Saum) Kota Medan
Tabel H. 23Trayek Angkutan Umum di Kota Medan
Lampiran H – Data Sekunder
H-25
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Sumber : Studi MLL dan Rencana Kebutuhan Lalu Lintas di Kota Medan
Lampiran H – Data Sekunder
H-26
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
C. KOTA MAKASAR Tabel H. 24 Panjang Jalan Arteri dan Kolektor Kawasan Aglomerasi Mamminasata (Km) No. Ruas 012 012, 11k 013 013, 11k 013, 12k 013, 14k 013, 15k 013, 16k 013, 17k 013, 18k 013,19k 013,IAk 013,IBk 013,ICk 013,IDk 014 014, 11k 014, 12k 014, 13k 014, 15k 014, 16k 014, 17k 014, 18k 015 015, 11k 015, 12k 016 016, 11k 017. 1 017, 11k 017. 2 022, 11k 022, 12k 022, 13k 022, 14k 022. 2 098. 1 098. 2
Nama Ruas
Ruas
Pangkajene - Maros Jl. Sam Ratulangi Maros Makassar-Maros Jl. Nusantara Makassar Jl. Satando Makassar Jl. Tinumbu Makassar Jl. Ir. Sutami Makassar Jl. Andalas Makassar Jl. Bandang Makassar Jl. Mesjid Raya Makassar Jl. G Bawakaraeng Makassar Jl. Urip Sumohardjo Makassar Jl. P. Kemerdakaan Makassar Jl. Sudirman Maros Jl. Yos Sudarso Makassar Makassar - Sungguminasa Jl. Veteran Utara Makassar Jl. Veteran Selatan Makassar Jl. Sultan Alauddin Makassar Jl. Gowa Raya Makassar Jl. Wahid Hasyim S. Minasa Jl. A Mallambasang - Sungguminasa Jl. Hasanuddin Sungguminasa Sungguminasa - Takalar Jl. Usman Salangke Sungguminasa Jl. Sudirman Takalar Takalar - Jeneponto Jl. A. Yani Takalar Sungguminasa - Malino Jl. Malino Sungguminasa Malino - Bantaeng Sinjai Jl. Lanto Paeng Paserang Maros Jl. A Yani Maros Jl. Hasanuddin Maros Jl. Dg. Sitako Maros Maros - Ujung Lamuru Palangga - Sapaya Sapaya - Bantaeng Jeneponto Jumlah
Arteri
15,84 2,16 8,27 2,10 0,58 2,22 11,16 0,99 0,98 1,23 1,67 5,27 11,97 1,23 0,47 0,19 1,95 2,30 3,70 2,50 0,79 0,95 1,73 18,54 4,40 5,40 44,47 1,80 43,96 4,50 47,03 0, 42 0,20 0,30 2,44 24,13 40 35
15,84 2,16 8,27 2,10 0,58 2,22 11,16 0,99 0,98 1,23 1,67 5,27 11,97 1,23 0,47 0,19 1,95 2,30 3,70 2,50 0,79 0,95 1,73
353,04
107,94
Kolektor 1
Kolektor 2
18,54 4,40 5,40 44,47 1,80 43,96 4,50 47,03 0, 42 0,20 0,30 2,44 24,13 40 35 74,61
Sumber : Kepmen Prasarana Wilayah No. 375/KPTS/M/2004
Lampiran H – Data Sekunder
H-27
170,49
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 25 Banyaknya Kendaraan menurut Jenisnya di Wilayah Mamminasata
Kab./Kot a MA Makassar M Maros MINAS Gowa A Takalar TA Total
Mobil Pnp 38.957 150 177 134 39.418
Jenis Kendaraan Mobil Mobil Bebas Bus 35.395 6.365 308 35 190 34 895 35 36.788
6.469
Sepeda Motor 269.505 9125 8.838 9.075 296.543
Jumlah 350.222 9.618 9.239 10.139 379.218
Sumber: Dinas Perhubungan Sulawesi Selatan
Tabel H. 26. Lintasan Rute Angkutan Perkotaan di Mamminasata
No 1
2
3
Lintasan Rute Rute Pergi Rute Pulang – Terminal Marusu – Jl. TRD – Jl. Perintis K. – via Perintis K. – TRD Terminal Marusu
Nama Trayek
Maros Makassar Perintis Maros – Makassar via Tol Sungguminasa – Makassar
Term. Marusu Sutami – TRD
–
Jl. TRD – Jl. Sutami – Terminal Marusu
Term. Bajiminasa – Jl. St. Alauddin – Jl. A. Tonro – Jl. Kumala – Jl. Ratulangi – Jl. Sudirman – Jl. B. Saraung
4
Takalar Makassar
– Term.Takalar – Sungguminasa - Jl. St. Alauddin – Jl. A. Tonro – Jl. Kumala – Jl. Ratulangi – Jl. Sudirman – Jl. B. Saraung
5
Makassar Mall – Term. Bajiminasa – Jl. Sungguminasa St. Alauddin – Jl. A. Pettarani – Jl. Urip – Jl. BWK – Jl. Sudirman – Makassar Mall
Lampiran H – Data Sekunder
Jl. B. Saraung – Jl. Lompo Battang – Jl. BWK – Jl. Sudirman – Jl. Landak – Jl. Veteran – Jl. St. Alauddin – Ter. Bajiminasa Jl. Bulusaraung – Jl. Lompobattang – Jl. BWK – Jl. Sudirman – Jl. Landak – Jl. Veteran – Jl. St. Alauddin – Sungguminasa - Term. Takalar Makassar Mall – Jl. B. Saraung– Jl. Urip – Jl. Pettarani – Jl. St. Alauddin – Ter. Bajiminasa
H-28
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 27 Jumlah Armada Angkutan Perkotaan di Kawasan Mamminasata
No
Trayek AKDP
1
Maros – Makassar via Perintis Maros – Makassar via Sutami Sungguminasa – Makassar Takalar – Makassar Makassar Mall Sungguminasa
2 3 4 5
Jumlah Armada (Unit) 423
Jenis Armada
Kapasitas (Seat)
Mikrolet
12
224
Mikrolet
12
860 298 6
Mikrolet Mikrolet Bus DAMRI
12 12 40
Tabel H. 28 Jumlah dan Panjang Trayek AUP Pete-Pete di Kota Makassar
No.
Kode Traye k
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21. 22. 23 24.
A B C D E F G H I J K L M N O P U V W R B1 C1 E1 F1
Jurusan BTN Minasaupa-Ps. Butung Trm.Tamalate-Ps. Butung Makassar Mall-Tallo Trm. Daya-Makassar Mall Trm.Panakkukang-Mks Mall Trm.Tamalate-Mks Mall Trm. Daya-Ps. Butung Perm.Antang-Mks Mall Trm. Panakkukang-Ps.Baru Trm.Panakkukang-Mks Mall Term.Panaikang-Term.Tamalate Term.Tamalate-Psr.Butung Trm.Panaikang-Ps.Pa’Baengbaeng Trm.Tamalate-Trm.Panakkukang Trm.Panaikang-Ps. Butung Trm.Panakkukang-Trm.Tamalate Ps. Butung-Trm.Tamalate Tr.Daya-Sudiang Trm.Daya-SMU 6 Ps. Baru-Kampus Unhas Trm.Tamalate-K.Unhas Tallo-Kampus Unhas Trm.Toddopuli-K.Unhas Trm.Tamalate-K.Unhas
Lampiran H – Data Sekunder
Panjang Trayek (Km) 12,50 13,40 7,20 14,50 13,50 10,40 16,50 15,50 9,80 10,40 8,90 10,20 10,00 7,00 7,50 12,50 11,70 11,90 8,50 18,10 25,50 20,40 19,50 20,40
Jumlah Armada 193 629 303 1.161 519 408 356 354 319 289 4 15 7 0 5 8 14 0 0 6 168 39 197 72
H-29
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Jumlah
307,20
5.069
Sumber : Kantor Dinas Perhubungan Kota Makassar
Tabel H. 29 Jumlah Armada dan Panjang Rute Angkutan Umum di Kota Makassar
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Trayek Makassar Mall BTN. Minasaupa Pasar Butung-CendrawasihTerm. Mallengkeri Makassar Mall – Tallo Makassar Mall – Term. Regional Daya – Perumnas Sudiang Makassar Mall – UNM – Perumnas Panakkukang Makassar mall – Veteran – Term. Mallengkeri Term. Daya Tol Pnp – Makassar Mall Perumnas Antang – Makassar Mall Makassar Mall – STIKI – Borong Makassar Mall – Pa’baengbaeng – Perumnas Panakkukang Makassar Mall – BTP Term. Mallengkeri – Cenrawasih – Kampus Unhas Tallo – Kampus Unhas Term. Toddopuli – Kampus Unhas Term. Mallengkeri – Veteran – Kampus Unhas Pasar Baru – Ujung Tanah – Kampus Unhas Jumlah
Kode
Panjang Rute (Km)
Jumlah Armada
A
12,1
189
B
12,4
497
C
7,4
247
D
13,3
1.029
E
11,5
413
F
10,4
331
G
15,9
381
H
15.5
356
I
9,3
327
J
10,2
222
S
14,8
160
B1
24
151
C1
20,0
38
E1
19,0
152
F1
14,8
55
R
24
2 4.550
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Makassar
Lampiran H – Data Sekunder
H-30
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 30 Trayek AUP Bus Damri
Kode Trayek
Trayek
02
Makassar Mall – S.minasa
04
Ps.Panampu – S. Minasa
Patas Maros
Makassar Mall – Maros
Patas Pare-Pare
Trm.Toddopuli-Pare-pare
Sumber : Perum. DAMRI Kota Makassar
Gambar H. 1 Lokasi Simpul Pelayanan AUP di Kota Makassar
Lampiran H – Data Sekunder
H-31
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
D. KOTA JAKARTA Tabel H. 31 Tabel Rute Angkutan Umum Bis Besar
Lampiran H – Data Sekunder
H-32
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
NO
RUTE P C T 025 P A C 001 P A C 002 P A C 003 P A C 007 P A C 008 P A C 010 P A C 011 P A C 016 P A C 017 P A C 024 P A C 025 P A C 026 P A C 028 P A C 029 P A C 030 P A C 032 P A C 033 P A C 034 P A C 035 P A C 040 P A C 042 P A C 043 P A C 044 P A C 047 P A C 048 P A C 049 P A C 050 P A C 051 P A C 052 P A C 055 P A C 061 P A C 062 P A C 065 P A C 069 P A C 070 P A C 073 P A C 074 P A C 076 P A C 077 P A C 078 P A C 079 P A C 080 P A C 081 P A C 082 P A C 084 P A C 086 P A C 102 P A C 104 P A C 115 P A C 119 P A C 122 P A C 130 P A C 133 P A C 135 PAC B02 P A C LB S P N E 002 P N E 003 P T S 002 P T S 004 P T S 006 P T S 006B P T S 007 P T S 007A P T S 008 P T S 009 P T S 009A P T S 009B P T S 009B C
RUT E PELAYANAN C im o n e -S e n e n A n g k e -P u lo g a d u n g K a lid e re s-R a m b u ta n K a lid e re s-P u lo g a d u n g P rio k -R a m b u ta n B lo k M -P u lo g a d u n g K o ta -R a m b u ta n G ro g o l-P u lo g a d u n g R a w a m a n g u n -L e b a k B u lu s B e k a si-K o ta B e k a si-S e n e n B e k a si-P rio k B e k a si-G ro g o l B e k a si-K a lid e re s B e k a si-K a lid e re s B lo k M -R a m b u ta n G ro g o l-R a w a m a n g u n C im o n e -K o ta B lo k M -T a n g e ra n g C ile d u g -S e n e n G ro g o l-L e b a k B u lu s K a lid e re s-P u lo g a d u n g C ib in o n g -G ro g o l C ile d u g -S e n e n R a m b u ta n -S e n e n D e p o k -G ro g o l B lo k M -T a n ju n g P rio k K a lid e re s-M e la y u K a lid e re s-P u lo g a d u n g B e k a si-T a n a h A b a n g G ro g o l-K le n d e r C ile d u g -P u lo g a d u n g C im o n e -S e n e n B lo k M -P rio k B lo k M -K a lid e re s R a m b u ta n -T a n a h A b a n g C ile d u g -R a m b u ta n R a m b u ta n -T a n g e ra n g C ip u ta t-S e n e n K a lid e re s-T a n ju n g P rio k K a lid e re s-M e la y u K o ta -U K I B lo k M -U K I D e p o k -K a lid e re s D e p o k -T a n ju n g P rio k D e p o k -P u lo g a d u n g D e p o k -K o ta D e p o k -T a n a h A b a n g C im o n e -M e la y u P u lo g a d u n g -T a n g e ra n g C im o n e -M e la y u C ik a ra n g -S e n e n C ik a ra n g -R a m b u ta n C im o n e -T a n a h A b a n g C ip u ta t-T a n ju n g P rio k G ro g o l-P a sa rB a ru B e k a si-L e b a k B u lu s R a w a m a n g u n -G ro g o l L e b a k B u lu s-P u lo g a d u n g K o ta -R a m b u ta n B lo k M -P u lo g a d u n g G ro g o l-R a m b u ta n M u a ra K a ra n g -R a m b u ta n G ro g o l-P u lo g a d u n g K a lid e re s-P u lo g a d u n g R a m b u ta n -T a n ju n g P rio k P a sa rB a ru -P in a n g R a n ti B e k a si-S e n e n B e k a si-R a m b u ta n C ik a ra n g -R a m b u ta n
Lampiran H – Data Sekunder
BUS TYPE B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r
NO RUTE P T S 010 P T S 014 P T S 015 P T S 016 P T S 017 P T S 017A P T S 018 P T S 018B P T S 021 P T S 023 P T S 024 P T S 032 P T S 037 P T S 039 P T S 040 P T S 041 P T S 041A P T S 044 P T S 045 P T S 046 P T S 049 P T S 051 P T S 052 P T S 054 P T S 057 P T S 058 P T S 060 P T S 064 P T S 067 P T S 068 P T S 073 P T S 089 P T S 092 P T S 098 P T S 115 P T S 116 P T S 125 P T S 128 P T T 045 P T T 116 R E G 043 R E G 050 R E G 051 R E G 052 R E G 056 R E G 058 R E G 064 R E G 103 R E G 106 R E G 107 R E G 109 R E G 210 R E G 213 R E G 300 R E G 507 R E G 905 R E G 906 R E G 916 R E G 921 R E G 924 R E G 926 R E G 928 R E G 936 R E G 937 R E G 939 R E G 940 R E G 948 R E G 972 R E G 973 R E G 976 REGKW B
RU T E P ELAY AN AN B lo k M -S e n e n P rio k -T a n a h A b a n g B lo k M -C a w a n g R a m b u ta n -T a n a h A b a n g R a m b u ta n -S e n e n R a m b u ta n -S e n e n B lo k M -K a lid e re s C ip u ta t-S e n e n B lo k M -C ip u ta t P sB a ru -R a m b u ta n C im o n e -G ro g o l B lo k M -R a w a m a n g u n B lo k M -M u a ra K a ra n g B e k a si-G ro g o l B e k a si-P rio k K o ta -R a m b u ta n C ililita n -P sB a ru K e m a y o ra n -T a n a h T in g g i B lo k M -R a m b u ta n G ro g o l-R a m b u ta n B e k a si-K a lid e re s B e k a si-K o ta D e p o k -P u lo g a d u n g D e p o k -G ro g o l B lo k M -P u lo g a d u n g B e k a si-K o ta S e n e n -T jP rio k K a lid e re s-P u lo g a d u n g B lo k M -S e n e n B lo k M -P u lo g a d u n g K a lid e re s-P rio k B lo k M -T a n ju n g P rio k B lo k M -K p M e la y u P u lo g a d u n g -R a m b u ta n K o ta -R a m b u ta n B lo k M -T a n ju n g P rio k B lo k M -T a n ju n g P rio k B lo k M -S e n e n B lo k M -C im o n e C ik o k o l-S e n e n C ililita n -T a n ju n g P rio k P u lo g a d u n g -T a n ju n g P rio k P u lo g a d u n g -T a n ju n g P rio k P a sa rB a ru -P u lo g a d u n g C ile d u g -S e n e n K e m a y o ra n -P u lo g a d u n g K a lid e re s-P u lo g a d u n g C im o n e -G ro g o l C im o n e -S e n e n B lo k M -K p M e la y u K a lid e re s-S e n e n G ro g o l-R a w a m a n g u n K a m p u n g M e la y u -G ro g o l B lo k M -R a w a m a n g u n P u lo g a d u n g -T a n a h A b a n g K o ta -P u lo g a d u n g P a sa rB a ru -P u lo g a d u n g M e la y u -T a n a h A b a n g B lo k M -K p M e la y u B lo k M -G ro g o l B lo k M -S e n e n B lo k M -G ro g o l P S B a ru -R a m b u ta n R a m b u ta n -T a n a h A b a n g B lo k M -G ro g o l G ro g o l-T a n ju n g K a m p u n g M e la y u -T a n ju n g P rio k P sM in g g u -T a n a h A b a n g R a w a m a n g u n -T a n a h A b a n g G ro g o l-M a n g g a ra i C ile u n g si-P u lo g a d u n g
BUS TYPE B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r B is B e sa r
H-33
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Legenda: Rute Angkutan Umum Bis Besar Toll Eksisting dan Rencana Jalan Utama DKI Jakarta
Gambar H. 2 Jaringan Angkutan Umum Bis Besar
Lampiran H – Data Sekunder
H-34
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 32 Jaringan Angkutan Umum Bis Sedang (Metromini, Kopaja dll) NO RUTE MED043 MED044 MED045 MPK000X MPC000X MBT511 MED042 MED053 MED076 MED509 MED510 MRB000X MRD001X MRC000X MED059 MED064 MED072 MED079 MED020 MED085 MED086 MED611 MED615 MDB000X MED512 MED102 MED080 MED082 MED083 MED088 MED023 MED041 MED029 MED030 MED092 MED609 MBP012 MBS004 MBS006 MBS007 MED000 MED001 MED002 MED003 MED007 MED010 MED005
RUTE PELAYANAN PULOGADUNG-SEROJA PULOGADUNG-PULOGEBANG PULOGADUNG-PONDOK GEDE PULOGADUNG-CIKAMPEK PULOGADUNG-CIKARANG PULOGADUNG-DEPOK PULOGADUNG-KLENDER KAMPUNG RAMBUTAN- MELAYU KAMPUNG RAMBUTAN-BLOK M Kp. RAMBUTAN-LEBAK BULUS KAMPUNG RAMBUTAN-CIPUTAT RAMBUTAN-BOGOR Kp. RAMBUTAN-DEPOK TIMUR KAMPUNG RAMBUTAN-CITEUREUP CILILITAN-JABABEKA CILILITAN-PASAR MINGGU LEBAK BULUS-BLOK M LEBAK BULUS-BLOK M LEBAK BULUS-SENEN LEBAK BULUS-KALIDERES LEBAK BULUS-KOTA LEBAK BULUS-BLOK M LEBAK BULUS-TANAH ABANG LEBAK BULUS-DEPOK CIPUTAT-PULOGADUNG CIPUTAT-TANAH ABANG GROGOL-KALIDERES GROGOL-KAPUK GROGOL-KALIDERES KALIDERES-SLIPI TANJUNG PRIOK-CILINCING TANJUNG PRIOK-PULOGADUNG KOTA-MUARA BARU KOTA-MUARA ANGKE CILEDUG-GROGOL BLOK M-MERUYA Kalideres-Senen GROGOL-PASAR BARU GROGOL-JAYAKARTA Melayu-TanahAbang Depok-PsMinggu Senen-Taman Solo MuaraKarang-Senen Rawamangun-Senen Semper-Senen BENDUNGAN JAGO-SENEN Madani-Senen
Lampiran H – Data Sekunder
BUS TYPE Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang
NO RUTE MED011 MED012 MED015 MED016 MED017 MED019 MED024 MED027 MED031 MED036 MED040 MEd046 MED047 MED048 MED049 MED050 MED052 MED054 MED056 MED057 MED058 MED060 MED062 MED063 MED066 MED068 MED069 MED070 MED074 MED075 MED077 MED084 MED091 MED093 MED502 MED506 MED511 MED602 MED604 MED605 MED605A MED608 MED610 MED612 MED613 MED621 MPB000X MPD00X
RUTE PELAYANAN BENDUNGAN JAGO-SENEN KALIDERES-SENEN Senen-SetiaBudi CILEDUG-TANAH ABANG Manggarai-Senen Ragunan-Tanah Abang SENEN-TANJUNG PRIOK Kelapa Gading-Senen KELAPA-GADING Jagakarsa-PsMinggu Lampiri-Pulogadung Melayu-Pulogadung PondokKopi-Senen Cililitan-PondokKopi Manggarai-Pulogadung Klender-Melayu Melayu-PondokKopi MELAYU-PONDOK KELAPA cileungsi-Halim BlokM-Cililitan Cililitan-Klender Manggarai-Melayu Manggarai-PasarMinggu BLOKM-DEPOK BlokM-Manggarai Melayu-Ragunan BLOKM-CILEDUG BLOKM-JOGLO BLOKM-REMPOA BlokM-PsMinggu BlokM-Ragunan KALIDERES-KOTA TUA GROGOL-TANAH ABANG KALIDERES-TANAH ABANG RAMBUTAN-TANAH ABANG Melayu-PondokKopi Depok-Pulogadung Ragunan-TanahAbang PsMinggu-TanahAbang BLOKM-RAMBUTAN BlokM-Ragunan BLOKM-TANAH ABANG BLOKM-PONDOK LABU Melayu-Ragunan BINTARO JAYA-JAYA BLOKM-CIPUTAT BOGOR-PASAR MINGGU PsMinggu-Depok
BUS TYPE Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang Bis Sedang
H-35
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Legend : Rute Angkutan Umum Bis Sedang Jalan Utama DKI Jakarta Toll Eksisting dan Rencana
Gambar H. 3 Jaringan Angkutan Umum Bis Sedang
Lampiran H – Data Sekunder
H-36
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 33 Rute Angkutan Umum Bis Kecil (Angkot, Mikrolet, KWK, Koasi dll) NO RUTE RUTE PELAYANAN KOA001 PULOGADUNG - PERUM 3 BEKASI KWT020 KWT020A KWT022 KWT023 KWT028 KWT030 KWT031 KWT032 KWT033 KWT033A MIK002 MIK027 MIK046 MIK053 BKS028 DPK037 DPK112 DPK121 KOA006A KOA006 DPK019 DPK041 DPK091 KWS054 KWS054X KWT002 KWT003 KWT006 KWT007 KWT011 MIK019 CLD009 CLD014 DPK102 DPK105 KWS011 KWS012 TAN015 DPK106 CPT001 CPT002 CPT114 KWS010 KWB003 KWB017 MIK041 MIK043 AJB003 AJB001 KWB004 MIK013 MIK048 RWBB01 MIK014 MIK015 MIK015A AJU002 KWU001 AJU003 KWU003A KWU005 KWU006 KWU007 KWU008 MIK030A MIK049 KWB006 KWU010 KWU010X MIK008 MIK025 CLD006A
PULOGADUNG - PERUM 1 BEKASI PULOGADUNG - HARAPAN BARU PULOGADUNG - RAWA KUNING PULOGADUNG - LAMPIRI PULOGADUNG - ROROTAN PULOGADUNG - GEMPOL PULOGADUNG - HARAPAN INDAH PULOGADUNG - PEJUANG PULOGADUNG - HARAPAN JAYA TITIAN INDAH - PULOGADUNG PULOGADUNG - KAMPUNG MELAYU KAMPUNG MELAYU - PULOGADUNG PULOGADUNG - SENEN KOTA - PULOGADUNG Kp RAMBUTAN - CIANGSANA/UJUNG ASPAL PASAR CISALAK - KAMPUNG RAMBUTAN KAMPUNG RAMBUTAN - DEPOK CILEUNGSI - KAMPUNG RAMBUTAN KAMPUNG RAMBUTAN - KRANGGAN UJUNG ASPAL - KAMPUNG RAMBUTAN TMII - DEPOK CIBINONG - KAMPUNG RAMBUTAN KAMPUNG RAMBUTAN - CITEUREUP PASAR MINGGU - KAMPUNG RAMBUTAN KAMPUNG RAMBUTAN - PONDOK GEDE CILANGKAP - CILILITAN CILILITAN - MUNJUL PASAR REBO - CILILITAN CILILITAN - CONDET MEKARSARI - CILILITAN CILILITAN - KRANJI ARINDA - LEBAK BULUS LEBAK BULUS - CILEDUG PARUNG BINGUNG - LEBAK BULUS LEBAK BULUS - DEPOK PASAR MINGGU - LEBAK BULUS LEBAK BULUS - CIPEDAK PAMULANG - LEBAK BULUS LEBAK BULUS - PARUNG KEBAYORAN LAMA - CIPUTAT CIPUTAT - PONDOK LABU CINERE - CIPUTAT CINERE - BINTARO MERUYA - GROGOL GROGOL - PS INPRES KEBAYORAN LAMA JEMBATAN BESI - GROGOL GROGOL - ANGKE TANAH ABANG - GROGOL GROGOL - MUARA ANGKE MERUYA ILIR - KALIDERES KALIDERES - KOTA PASAR CIPULIR - KALIDERES RAWABUAYA - CIKOKOL CILINCING - TANJUNG PRIOK TANJUNG PRIOK - KOTA KOTA - TANJUNG PRIOK TANJUNG PRIOK - PASAR EMBRIO SEMPER - TANJUNG PRIOK TANJUNG PRIOK - SUNTER JAYA SUKAPURA - TANJUNG PRIOK TANJUNG PRIOK - BULAK TURI WALANG BARU - TANJUNG PRIOK TANJUNG PRIOK - IGI ROROTAN - TANJUNG PRIOK TANJUNG PRIOK - PULOGADUNG ANCOL BARAT - TANJUNG PRIOK KOTA - KAPUK KAMAL PLUIT - KOTA KOTA - SUNTER TANAH ABANG - KOTA KOTA - GROGOL CIKOKOL-CILEDUG
Lampiran H – Data Sekunder
BUS TYPE Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil
NO RUTE KWK05 M29 MIK004 T10 KWK06 KWK06B KWS015A MIK61 T129 AJK020 AJP003A AJT001 AJT002 AJU004 AJU001 APB03 CKK001B G05 K03 K37 KCA021 KOA001 KOA002 KOA002B KOA008 KOA020 KOA024 KOA025B KOA026 KWB001 KWB002 KWB06 KWB05 KWB007 KWB011 KWB008 KWK022A KWK033A KWS005 KWS005A KWS015X KWT006 KWT017 KWT020 KWT020A KWT022 KWT022X KWT023 KWT025 KWT027 KWT028 KWT029 KWT030 KWT031 KWT032 KWT033 KWU002X KWU004 KWU009 KWU2 M13 M25 M28 MIK001 MIK001A MIK002 MIK002A MIK003 MIK006 MIK006A MIK007 MIK008 MIK009
RUTE PELAYANAN SETU - CILILITAN CILILITAN - KLENDER RAWASARI - CILILITAN CILILITAN - CHANDRA KAMPUNG RAMBUTAN - KRANGGAN KRANGGAN - RAMBUTAN TMII-RAGUNAN CINERE-PASAR MINGGU MEKARSARI-PASAR MINGGU KLENDER-SUMBER ARTA KARET-ROXY KLENDER-RAWAMANGUN CURUG-RAWAMANGUN KOTA-TANJUNG PRIUK CILINCING-SEMPER KLENDER-PUPAR CIKOKOL-RAWABUAYA KALIMALANG-PONDOK GEDE KLENDER-KRANJI KLENDER-VILLA JATIRASA PASAR KECAPI-RAMBUTAN PERUM III-PULOGADUNG PONDOK GEDE-SUMBER ARTA BEKASI-PONDOK GEDE PONDOK GEDE-SUMBER ARTA KLENDER-SUMBER ARTA CAKUNG-PONDOK GEDE GRAND MALL KRANJI-KLENDER RAWAMANGUN-TRANSMIGRASI ANGKE-GROGOL PasarPagi - Pesing Kota-Kamal CENGKARENG-RAWABOKOR Cengkareng-Kamal PONDOK GEDE-PONDOK KOPI PULOGADUNG-TAMAN TITIAN INDAH PASAR MINGGU-TOPLAS PASAR MINGGU-RAWAJATI GRAHA CIJANTUNG-PASAR MINGGU CILILITAN-PASAR REBO CILILITAN-MAKASAR PERUM BEKASI I-PULOGADUNG HARAPAN BARU-PULOGADUNG Pangkalan Jati-Pondok Gede PULOGADUNG-RAWAKUNING LAMPIRI-PULOGADUNG PONDOK KOPI-RAWAMANGUN KALIMALANG-RAWAMANGUN PULOGADUNG-ROROTAN PULOGADUNG-UJUNG KARAWANG GEMPOL-PULOGADUNG HARAPAN INDAH-PULOGADUNG PEJUANG-PULOGADUNG HARAPAN JAYA-PULOGADUNG CILINCING-MARUNDA RAWAMANGUN-VESPA CILINCING-TANJUNG PRIOK CILINCING-SEMPER Kalideres-Kota Grogol-Kota MELAYU-PONDOK GEDE MELAYU-SENEN MELAYU-SENEN MELAYU-PULOGADUNG KALIBATA-MELAYU MELAYU-PWI GANDARIA-MELAYU GANDARIA-MELAYU CILILITAN-HALIM KOTA-TANAH ABANG KEBAYORAN LAMA-TANAH ABANG
H-37
BUS TYPE Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil Bis Kecil
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 34 Trayek Bus di wilayah jabodetabek yang melalui jalan Tol Type No Rute Reguler Reguler Reguler Reguler Reguler Patas Reguler Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas
300 106 103 937 936 NE03 -NN116 115 98 89 58 57 54 52 51 49 46 45 44 41 -NN40 39 24 23 17A 17 9BC 9B 9A 9 6B 6A 6 4 2
Terminal Pelayanan Blok M Senen Grogol Rambutan Rambutan Pulogadung Pulogadung Senen Rambutan Rambutan Blok M Bekasi Blok M Grogol Pulogadung Bekasi Bekasi Rambutan Rambutan Kemoayoran Rambutan Blok M Bekasi Bekasi Cimone Rambutan Senen Senen Rambutan Rambutan Senen Pinang Ranti Rambutan Rambutan Rambutan Blok M Rambutan
Lampiran H – Data Sekunder
Rawamangun Cimone Cimone Tanah Abang Pasar Baru Lebak Bulus Cileungsi Cikokol Kota Pulogadung Tanjung Priok Kota Pulogadung Depok Depok Kota Kalideres Grogol Blok M Tanah Tinggi Kota Cimone Tanjung Priok Grogol Grogol Pasar Baru Rambutan Rambutan Cikarang Bekasi Bekasi Pasar Baru Muatan Karang Kalideres Grogol Pulogadung Kota
Type Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas Patas
AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC AC
No Rute 16 82 135 133 130 122 119 115 104 102 133 84 81 80 74 73 70 65 62 52 51 49 47 43 42 34 33 30 29 28 26 25 24 17 10 7 2
Terminal Pelayanan Rambutan Tanjung Priok Tanjung Priok Cimone Rambutan Senen Cimone Pulogadung Cimone Depok Cimone Pulogadung Depok Rambutan Rambutan Rambutan Rambutan Blok M Cimone Bekasi Bekasi Blok M Rambutan Grogol Pulogadung Blok M Cimone Rambutan Bekasi Bekasi Bekasi Senen Senen Bekasi Rambutan Rambutan Rambutan
Tanah Abang Depok Ciputat Tanah Abang Cikarang Cikarang Melayu Tangerang Melayu Tanah Abang Tanah Abang Depok Kalideres Blok M Tangerang Ciledug Tanah Abang Tanjung Priok Senen Tanah Abang Pulogadung Tanjung Priok Senen Cibinong Kalideres Tangerang Kota Blok M Kalideres Kalideres Grogol Cimone Bekasi Senen Kota Tanjung Priok Kalideres
H-38
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 35 Panjang dan Luas Jalan Menurut Kotamadya dan Jenis Jalan Jenis Jalan No.
Kotamadya Tol
A.
Negara
Propinsi
Kotamadya
Jumlah
Panjang Jalan (Meter) 1
Jakarta Selatan
9,684.00
53,740.00
347,020.70
1,570,445.85
1,980,890.55
2
Jakarta Timur
30,642.00
36,458.00
375,410.47
1,603,088.59
2,045,599.06
3
Jakarta Pusat
6,380.00
13,286.75
236,419.60
645,288.96
901,375.31
4
Jakarta Barat
12,882.00
29,075.25
269,248.97
970,086.55
1,281,292.77
5
Jakarta Utara
34,592.00
29,476.00
247,751.25
1,095,292.30
1,407,111.55
Jumlah
94,180.00
162,036.00
1,475,850.99
5,884,202.25
7,616,269.24
B.
Luas Jalan (M2) 1
Jakarta Selatan
174,312.00
965,164.81
3,681,675.81
6,599,465.26
11,420,617.88
2
Jakarta Timur
859,556.00
766,160.57
4,443,003.15
6,585,678.01
12,654,397.73
3
Jakarta Pusat
114,840.00
360,989.81
3,613,863.51
2,664,220.75
6,753,914.07
4
Jakarta Barat
231,876.00
464,404.01
2,526,442.92
4,147,433.86
7,370,156.79
5
Jakarta Utara
697,716.00
492,368.01
2,469,836.56
5,909,336.44
9,569,257.01
2,078,300.00
3,049,087.21
16,734,821.95
25,906,134.32
47,768,343.48
Jumlah Sumber : Sub Dinas Bina Program DPU Propinsi DKI Jakarta
Lampiran H – Data Sekunder
H-39
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 36 Panjang, Luas dan Status Jalan Menurut Jenisnya No.
Jenis Jalan
1
Tol
2
Arteri Primer
3
Panjang (M)
Luas (M2)
Status Jalan
94,180.00
2,078,300.00
Tol
102,139.25
2,140,040.10
Nasional
Kolektor Primer
55,130.75
860,669.00
Nasional
4
Arteri Sekunder
514,013.97
8,553,768.09
Propinsi
5
Kolektor Sekunder
966,603.02
8,229,432.25
Propinsi
6
Kotamadya
5,884,202.25
25,906,134.32
Kotamadya
Jumlah
7,616,269.24
47,768,343.76
Sumber : Sub Dinas Bina Program DPU Propinsi DKI Jakarta
Lampiran H – Data Sekunder
H-40
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 37 Rata-rata ROW di DKI Jakarta berdasarkan Wilayah dan tipe jalan AP dg Data
KS &
AP
AS
KP
KS
TOLL
Lokal
TOLL
Rata-rata
Lokal
Jakarta Utara
60.00
18.00
31.50
22.71
14.70
10.50
7.39
19.67
23.06
Jakarta Barat
24.00
22.00
32.17
21.00
14.72
-
7.38
33.00
22.04
Jakarta Timur
40.00
34.00
31.67
23.34
15.21
-
7.45
23.00
24.95
Jakarta Pusat
50.33
46.83
36.00
21.00
23.03
-
7.92
-
30.85
Jakarta Selatan
20.00
32.57
22.67
15.48
7.55
-
7.55
21.00
18.12
Rata-rata
38.87
30.68
30.80
20.71
15.04
10.50
7.54
24.17
Sumber : Dinas Tata Kota DKI Jakarta
Tabel H. 38 Panjang Jalan di DKI Jakarta berdasarkan Wilayah dan tipe jalan AP dg Data
AP
KS & AS
KP
KS
TOLL
Lokal
TOLL
Jumlah
Lokal
Jakarta Utara
7,472
7,772
7,398
16,300
41,050
3,350
172,164
26,570
282,076
Jakarta Barat
1,235
9,688
4,377
10,925
44,093
-
192,532
19,444
282,294
Jakarta Timur
1,953
6,898
6,925
22,260
55,242
-
112,177
30,400
235,855
Jakarta Pusat
19,543
6,394
8,283
2,300
26,756
-
58,680
-
121,956
Lampiran H – Data Sekunder
H-41
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Jakarta Selatan
6,015
10,913
26,254
66,224
171,898
-
171,898
10,300
Jumlah
36,218
41,665
53,237
118,009
339,039
3,350
707,451
86,714
463,502
Sumber : Dinas Tata Kota DKI Jakarta
Tabel H. 39 Luas Jalan di DKI Jakarta berdasarkan Wilayah dan tipe jalan AP dg Data
AP
KS & AS
KP
KS
TOLL Jakarta Utara
449,200
139,896
227,258
370,700
615,540
Jakarta Barat
29,640
214,584
146,590
222,500
685,704
Jakarta Timur
78,120
236,220
224,625
526,101
Jakarta Pusat
1,042,085
361,206
320,540
122,138
357,005
1,721,183
1,308,911
Jakarta Selatan Jumlah
Lokal
TOLL
Jumlah
Lokal 28,959
1,280,257
557,820
3,669,630
-
1,458,931
798,092
3,556,041
868,076
-
869,443
868,300
3,670,885
60,000
605,352
-
926,983
599,154
1,032,760
1,322,656
-
1,322,656
216,300
1,518,167
2,212,061
4,097,327
5,858,270
2,440,512
28,959
-
3,316,166 4,972,669
Sumber : Dinas Tata Kota DKI Jakarta
Lampiran H – Data Sekunder
H-42
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 40 ROW Jalan Toll Di DKI Jakarta No
Nama Jalan
Row (Eks)
Klasifikasi
Panjang
(Eks)
(Eks)
Luas M2 (Eks)
Jakarta Selatan 1
Jl. RA.Kartini
21
TOLL
3000
63000
2
Jl. TB.Simatupang
21
TOLL
7300
153300
Jakarta Timur 1
Jl. Tol Jakarta - Cikampek
18
TOLL
4550
81900
2
Jl. Tol Jagorawi
40
TOLL
14200
568000
3
Jl. TB.Simatupang
21
TOLL
2900
60900
4
Jl. Lingkar Luar Cikunir
18
TOLL
5750
103500
5
Jl. Tol Cacing
18
TOLL
3000
54000
Jakarta Barat 1
Jl. Tol Prof.Sedyatmo
16
TOLL
2250
36000
2
Jl. Lingkar Luar Barat
80
TOLL
7300
584000
3
Jl. Tol Jakarta - Merak
18
TOLL
6212
111816
18
TOLL
3682
66276
16
TOLL
10270
164320
4
Jl. Tol Pluit - Tomang ( jl.Pluit Fly Over ) Jakarta Utara
1
Jl. Tol Bandara (Jl. Tol Prof. Sediyatmo)
2
Jl. Tol Pelabuhan
25
TOLL
14300
357500
3
Jl. Tol Cacing
18
TOLL
2000
36000
Sumber : Dinas Tata Kota DKI Jakarta
Lampiran H – Data Sekunder
H-43
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 41 ROW Jalan Toll dg Arteri Primer Di DKI Jakarta No
Nama Jalan
Row (Eks)
Klasifikasi
Panjang
Luas M2
(Eks)
(Eks)
(Eks)
Jakarta Selatan 1
Jl. Jend.Gatot Subroto
22
AP dg TOLL
3467
76274
2
Jl. Letjen.MT.Haryono
18
AP dg TOLL
2548
45864
18
AP dg TOLL
500
9000
Jakarta Pusat 1
Jl. Laksda Yos Sudarso (Jl. Tol Ir. Wiyoto Wiyono)
2
Jl. Jend. Achmad Yani
54
AP dg TOLL
3554
191916
3
Jl. Jend. Gatot Subroto
68.5
AP dg TOLL
2340
160290
Jakarta Timur 1
Jl. Jend.Achmad Yani
54
AP dg TOLL
1946
105084
2
Jl. Mayjen.DI.Panjaitan
30
AP dg TOLL
3500
105000
3
Jl. Letjen.MT.Haryono
18
AP dg TOLL
1452
26136
Jakarta Barat 1
Jl. Tol Jakarta - Merak
18
AP dg TOLL
2988
53784
2
Jl. Prof.Dr.Latumeten
24
AP dg TOLL
2800
67200
3
Jl. Letjen.S.Parman
24
AP dg TOLL
3900
93600
Jakarta Utara 1
Jl. Tol Pluit - Tomang
18
AP dg TOLL
1350
164320
2
Jl. Laksda Yos Sudarso
18
AP dg TOLL
2812
357500
18
AP dg TOLL
3610
36000
3
Jl. Laksda Yos Sudarso (Jl. Tol. Ir. Wiyoto Wiyono)
Sumber : Dinas Tata Kota DKI Jakarta
Lampiran H – Data Sekunder
H-44
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 42 Lebar Jalan Arteri Sekunder di DKI Jakarta No
Nama Jalan
Row
Klasifikasi
Panjang
Luas M2
(Eks)
(Eks)
(Eks)
(Eks)
Jakarta Selatan 1
Jl. HR.Rasuna Said
33
AS
4100
135300
2
Jl. Kampung Melayu Besar
30
AS
550
16500
3
Jl. Sultan Hasanuddin
35
AS
375
13125
4
Jl. Sultan Iskandarsyah
35
AS
600
21000
5
Jl. Kapten Tendean
30
AS
1500
45000
35
AS
2488
87080
30
AS
1300
39000
6 7
Jl. Mampang Prapatan ( d/h. jl.Warung Buncit ) Jl. Pahlawan Kalibata Jakarta Pusat
1
Jl. M.H. Thamrin
50
AS
2250
112500
2
Jl. Mangga Besar
30
AS
558
16740
3
Jl. Pasar Senen
30
AS
750
22500
4
Jl. Landas Pacu Barat
35
AS
1000
35000
5
Jl. Landas Pacu Timur
35
AS
300
10500
6
Jl. Gunung Sahari
36
AS
3425
123300
Jakarta Timur 1
Jl. Otto Iskandardinata ( jl. Otista )
30
AS
2300
69000
2
Jl. Pemuda
35
AS
3375
118125
3
Jl. Kampung Melayu Besar
30
AS
1250
37500
Jakarta Barat 1
Jl. Kyai Tapa
35
AS
1286
49010
2
Jl. Mangga Besar
30
AS
990
29700
3
Jl. Jembatan Batu
31
AS
450
13950
4
Jl. Mangga Dua
31
AS
500
15500
5
Jl. Kali Besar Barat
36
AS
650
23400
Lampiran H – Data Sekunder
H-45
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
6
Jl. Pintu Besar Selatan
30
AS
501
15030
Jakarta Utara 1
Jl. Mangga Dua
31
AS
1583
49073
2
Jl. Perintis Kemerdekaan
30
AS
3860
115800
3
Jl. Bekasi Raya
30
AS
1204.5
36135
4
Jl. Landas Pacu Timur
35
AS
750
26250
Sumber : Dinas Tata Kota DKI Jakarta
Tabel H. 43 Koridor Busway
Koridor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1
Blok M - Kota Pulo Gadung Harmoni Kalideres - Harmoni Pulo Gadung - Dukuh Atas Ancol - Kp. Melayu Ragunan - Kuningan Kp. Rambutan - Kp. Melayu Lebak Bulus - Harmoni Pluit - Pinang Ranti Tanjung Priok Cililitan PCG Kampung Melayu Pulo Gebang Jumlah Operasional Jaringan di 2012
1-Feb-2004
12.9
20
Interval Stasiun (km) 0.68
15-Jan-2006
14.3
23
0.65
15-Jan-2006
19.0
14
1.46
27-Jan-2007
11.5
15
0.82
27-Jan-2007 27-Jan-2007
13.5 13.3
15 19
0.96 0.74
27-Jan-2007
12.8
14
0.98
21-Jan-2009 31-Des-2010
26.6 28.8
23 29
1.21 1.03
31-Des-2010
19.4
20
1.02
28-Des-2011
12.0
16
0.75
1-Jan-2012
184.1
208
0.89
Dibuka
Panjang (km)
Jumlah Shelter
Sumber: Transjakarta
Lampiran H – Data Sekunder
H-46
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 44 Armada Busway dengan Produsennya Produsen Bus Koridor
Mercedes
Hino
Daewoo
Hyundai
Huang
Komodo
Hai
Bus yang
Inobus
Tersedia
1
28
63
-
-
-
-
91
2
-
-
55
-
-
-
55
3
-
-
71
-
-
-
71
4
-
18
18
12
-
-
48
5
-
-
-
-
10
13
23
6
-
22
31
-
-
-
53
7
-
34
29
22
-
-
85
8
77
10
17
17
11
23
21
44
61
21
564
No Data
8
69
9
Total
28
137
204
103
10
Sumber: Transjakarta Catatan: 1.
Mesin diesel 91 bus digunakan untuk Koridor 1.
2.
Bus CNG digunakan untuk Koridor 2-7 (Jumlah total 335 Bus)
3.
Artikulasi bus digunakan untuk Koridor 5 (Jumlah total 23 Bus CNG)
Tabel H. 45 Armada Busway Menurut Jenis Mesin Bus Jenis
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Diesel Euro 2
56
91
91
91
91
91
91
91
-
-
70
70
70
70
70
70
-
-
-
168
168
168
168
168
-
-
-
-
10
10
10
10
-
-
-
-
-
87
87
87
-
-
-
-
-
-
96
96
-
-
-
-
-
-
-
42
56
91
161
329
339
426
522
564
CNG
Total Bus Sumber: Transjakarta
Lampiran H – Data Sekunder
H-47
Studi Upaya Pengembangan Feeder bagi Transportasi Massal di Perkotaan
Tabel H. 46 Terminal Bus di Jabodetabek Rank
Terminal Bis
Jumlah Rute Bus (Berhenti atau melewati) Busway
Patas AC
Patas
Reguler
Sedang
Kecil
Total
1
Blok M
1
24
27
26
27
-
104
2
Kp. Rambutan
1
24
23
22
11
15
95
3
Pulo Gadung
3
17
19
19
13
19
87
4
Bekasi
-
26
16
6
1
27
76
5
Kota
1
21
17
15
6
17
76
6
Senen
-
14
17
10
17
9
67
7
Tg. Priok
-
13
16
19
4
14
66
8
Depok
-
14
7
2
9
29
61
9
Grogol
-
12
16
19
5
9
61
10
Kalideres
1
12
20
14
7
7
61
11
Kp. Melayu
2
7
2
10
15
24
58
12
Tn. Abang
-
11
8
16
16
6
57
13
Lebak Bulus
1
13
6
5
9
10
43
14
Bogor
-
1
2
29
3
3
38
15
Ciputat
-
7
6
1
3
20
37
16
Ps. Minggu
-
5
3
4
7
18
37
17
Cililitan
-
-
3
7
2
24
36
18
Cikarang
-
11
2
4
1
16
34
19
Cikokol
-
-
2
-
-
32
34
20
Ciledug
-
7
5
1
3
17
33
21
Cimone
-
7
2
1
-
20
30
22
Rawamangun
-
2
-
11
1
8
22
23
Cileungsi
-
3
-
2
-
15
20
24
Klender
-
3
5
4
3
4
19
25
Parung
-
-
-
-
-
16
16
26
Manggarai
-
-
-
4
8
3
15
27
Cibinong
-
3
1
-
-
11
15
28
Leuwiliang
-
-
-
-
-
15
15
29
Ragunan
2
2
1
4
4
2
13
30
Poris Plawad
-
2
4
-
-
16
22
Sumber: Dinas Perhubungan dari setiap pemerintah daerah
Lampiran H – Data Sekunder
H-48