6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA
G. Ambang (Kunrat, S. L. /PVMBG/2007)
KETERANGAN UMUM Nama
: G. Ambang
Nama Lain
:-
Nama Kawah
: Kawah Muayat, Kawah Moyayat
Lokasi
: a. Geografi : 0o 44' 30" LU dan 124o 24' 30” BT. b. Administrasi: Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Ketinggian
: Puncak G. Ambang, 1795 m dpl
Kota Terdekat
: Kotamobagu
Tipe Gunungapi
: A (Strato)
Pos Pengamatan : Desa Purworejo, Kec. Modayag, Kab. Bolaang Mongondow, Gunungapi
Kotamobagu, Sulawesi Utara Posisi Geografi : 00o 42’ 43,32” LS & 124o o 23’ 50,22” BT
PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Untuk mencapai puncak G. Ambang dapat dicapai melalui rute Desa Purworejo di Kecamatan Modayag, sebelah selatan G. Ambang sejauh 7 Km dengan waktu tempuh sekitar 5 jam. Selain route ini terdapat route lain melalui lereng sebelah timur dari Desa Bangkudai Baru yang jaraknya hanya 3 Km dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Demografi Kepadatan penduduk di daerah Kawasan Rawan Bencana II dan I G. Ambang, meliputi Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Di Kabupaten Bolaang Mongondow, pertambahan penduduknya sangat cepat, terhitung sejak tahun 1972 sampai dengan 1997, pertambahan penduduknya mencapai lebih dari 150%. Hal tersebut disebabkan laju pembangunan didaerah tersebut cukup pesat. Jumlah penduduk di Kecamatan Mondayag sejumlah 27.526 jiwa atau 6.136 kepala keluarga dengan luas wilayah 210,35 Km2. Jumlah penduduk yang berada di wilayah Kawasan Rawan Bencana II G. Ambang sebanyak 17.240 jiwa atau 4116 kepala keluarga yang meliputi Desa Moyag, Kota Bongkudai, Bangunan Uwuk, Modayag, Purworejo dan Liberia, sedangkan penduduk yang berada di dalam Kawasan Rawan Bencana I, jumlahnya sebanyak 8.911 jiwa atau 2.506 kepala keluarga yang meliputi Desa Moyag, Tobongan, Buyandi, Moat, Bongkudai Baru dan Guaan. Di Kabupaten Minahasa, Kecamatan Mondoiding jumlah penduduknya tercatat 9.184 jiwa atau 2.409 kepala keluarga, luas wilayahnya 66,40 Km2. Jumlah penduduk yang berada di dalam Kawasan Rawan Bencana I G. Ambang sebanyak 3.929 jiwa atau 1.018 kepala keluarga, tersebar di 3 Desa yaitu, Desa Linasongkulan, Makaoruyem dan Wulurmatur.
Wisata G. Ambang berpotensi sebagai tempat wisata terutama wisata panorama, rekreasi, agro dan ilmiah. Tempat yang bisa dijadikan wisata di daerah G. Ambang adalah Danau Tuduago, Danau Mooat, Danau Tondok, Kawah Gunung Moyayat, Air Terjun Moyayat, Pemandian Air Panas Bangunanwuwuk dan agrowisata di sekitar Danau Mooat. Danau Tuduaog dapat dicapai dari Kotamobagu ke arah utara, sedangkan Danau Tondok dan Danau Mooat dapat dicapai dari Desa Purworejo. Sarana transportasi berupa jalan aspal yang sudah bagus memudahkan para wisatawan untuk mencapainya.
SEJARAH ERUPSI Sejarah erupsi G. Ambang yang tercatat dalam sejarah adalah sebagai berikut:
Juli 1839
o
Berupa tembusan solfatara dengan tekanan yang kuat dan suhunya berkisar antara 100 C o
123 C. 1966
Menurut penduduk Desa Purworejo telah muncul dua lubang tembusan baru yang besar, dengan tekanan gas yang sangat tinggi, yaitu dekat Kali Putih sebelah timur dan pada lereng kawah sebelah utara. Gejala awal munculnya tembusan solfatara ini didahului dengan gempabumi yang getarannya terasa hingga di Desa Purworejo.
Desember
Erupsi Freatik
2005
Kegiatan pada saat ini berupa tembusan solfatara dan fumarola yang terletak pada dinding tenggara kerucut G. Moyayat pada ketinggian sekitar 1497 - 1542 meter (dpl). Aktivitas ini membentuk suatu lapangan solfatara yang berupa dataran.
Periode Erupsi Ditinjau dari sejarah kegiatannya, Gunungapi Ambang mempunyai interval erupsi antara satu dengan lainnya berkisar dari 39-127 tahun, sedangkan erupsi magmatik terakhir tidak diketahui kecuali berupa erupsi freatik terbaru yang terjadi pada 22 Desember 2005.
GEOLOGI Morfologi Morfologi G. Ambang dibentuk oleh kerucut - kerucut kecil membentuk deretan pegunungan yang memanjang membatasi bagian utara dan selatan dari komplek G. Ambang. G. Ambang merupakan kerucut gunungapi muda (kwarter) yang aktifitasnya berkembang melalui sisa tubuh kaldera. Kerucut vulkanik ini tumbuh pada suatu tubuh gunungapi lava yang telah terbentuk sebelumnya. Morfologi Komplek G. Ambang dibentuk oleh perbukitan tersier berupa punggungan yang memanjang dari barat ke timur, berpola pengaliran sungai pararel, sedangkan pada bagian baratlaut dan tenggara berpola pengaliran dendritik. Morfologi yang lebih muda terdiri dari pegunungan Ambang dan kerucut vulkanik serta pedataran.
Stratigrafi Batuan vulkanik di Komplek G. Ambang merupakan hasil erupsi magmatik yang diperkirakan terjadi pada 240.000 tahun yang lalu, diketahui dari hasil penanggalan 40 Ar (Electrik Consalt, Italia 1983). Berdasarkan litologi, posisi stratigrafi dan sumber erupsi, batuan komplek G. Ambang dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok dari tua ke muda adalah : batuan sedimen, batuan vulkanik tua, batuan hasil erupsi Komplek Gunung Pinupulan, batuan hasil erupsi kelompok pegunungan Ambang, batuan hasil erupsi kelompok Gunung Tayot dan Molibut, endapan lahar dan Aluvial. Endapan aluvial merupakan endapan termuda yang disusun terdiri dari endapan lepas berupa pasir, kerikil, kerakal dan bongkah lava.
Struktur Geologi Berdasarkan analisis foto udara dan data lapangan, struktur geologi yang berkembang didaerah G. Ambang dari adalah sesar normal, kelurusan dan struktur Gunungapi (kawah). Sesar normal berarah timurlaut - baratdaya dengan bagian baratlaut yang relatif turun. Pada umumnya sesar normal tersebut memotong batuan vulkanik tua. Pada sesar normal di Desa Tuduaog terdapat 2 (dua) kubah lava yaitu G. Ilantat dan G. Kayumanis yang pemunculannya diperkirakan dipicu oleh sesar normal tersebut yang memotong sesar yang berarah tenggara - baratlaut yang terjadi sebelumnya. Indikasi dari sesar normal tenggara - baratlaut ini dapat dikenali dari adanya kelurusan pada lereng G. Ilantat dan G. Kayumanis. Struktur kawah dijumpai di Puncak G. Mooat yang diperkirakan sisa titik erupsi kubah G. Mooat.
GEOFISIKA Gaya Berat Berdasarkan pengolahan data gaya berat G. Ambang dengan densitas 2,67 gr/cm3 menghasilkan anomali Bouguer dan anomali Sisa orde 2. Anomali positif mendominasi daerah bagian selatan meliputi puncak. Pola anomali negatif membentuk kelurusan dengan arah tenggara - baratlaut. Berdasarkan penyebaran anomali tersebut diperkirakan telah terjadi pensesaran dibagian selatan, tengah dan timur yang membentuk blok sesar pada arah umum tenggara - baratlaut.
Geomagnet Berdasarkan penyebaran pola anomali magnetik pada puncak dan tubuh G. Ambang mempunyai harga anomali yang rendah. Harga anomali tinggi terdapat di bagian utara menyebar ke arah barat, sebagian di baratlaut dan tenggara puncak G. Ambang. Kedua harga anomali tersebut membentuk suatu kelurusan yang mempunyai arah relatif barat - timur dan baratdaya - timurlaut serta utara - selatan. Kelurusan ini diasumsikan sebagai sesar.
Gambar Peta Isomagnetik G. Ambang
Gambar Peta Isomagnetik (3 Dimensi) G. Ambang (Palgunadi, 1997)
Gambar Penampang Anomali G. Ambang (Palgunadi, 1997)
Kegempaan Kegempaan G. Ambang dipantau melalui seismograf PS-2 sistem telemetri. Pada status Normal (Level I) hingga tahun 2010, kegempaan Gempa Tektonik-Jauh dengan kejadian gempa maksimal 33 kali. Gempa Tektonik Lokal maksimal 2 kali kejadian, Gempa Vulkanik Dalam maksimal 5 kali kejadian, dan Gempa Vulkanik Dangkal maksimal 7 kali kejadian.
GEOKIMIA
Peta Lokasi pengambilan conto air dan gas G. Ambang (S. Kunrat/PVMBG) Tabel Hasil Analisis Kimia Gas Daerah G. Ambang, Mei 2007 (S. Kunrat, 2007) Solfatara I Jenis Gas Satuan Solfatara II J 2A 2B Rata-rata Ketinggian m dpl 1370 1370 1370 1304 o Temperatur C 102,9 102.9 102.9 99 H2 % mol Td 7.46.E-5 9.78.E-5 8.62.E-5 td O2 + Ar % mol 0,020 0,004 0,005 0,010 0,03 N2 % mol 0,10 0,08 0,09 0,090 0,09 CO2 % mol 1,93 1,79 1,79 1,837 3,14 SO2 % mol 0,01 0,03 0,01 0,017 0,06 H2S % mol 0,18 0,17 0,18 0,177 0,30 HCl % mol 0,02 td 0,02 0,013 td NH3 % mol 0,08 0,07 0,08 0,077 0,14 HF % mol 5.00.E-4 7.00.E-4 4.00.E-4 9.00.E-4 5.33.E-4 H2O % mol 97,630 97,86 97,82 97,770 96,240 Total gas kering % mol 2,37 2,14 2,18 2,230 3,76 Tabel Hasil Analisis Kimia Air G. Ambang Tanggal 30 Agustus 2008
Fumarol 1 (Kompleks Solfatara Timur Kawah Utama) DHL (μS) 5240 o Suhu Air ( C) 89.4 pH(Lapangan) 2.25 pH (Lab.) 2.18 Na (ppm) 74.01 K (ppm) 5.41 Ca (ppm) 286.90 Mg (ppm) 119.98 Fe (ppm) 3.22 NH3 (ppm) 0.01 HCO3 (ppm) 0.00 Cl (ppm) 372.75 SO4 (ppm) 1600.80 B (ppm) 0.33 F (ppm) td SiO2 (ppm) 195.20
PARAMETER
Fumarol 2 (Punggungan Luar Baratdaya Kawah Utama) 1665 94.1 2.82 2.71 48.74 11.75 69.55 52.16 0.81 0.01 0.00 143.78 391.31 0.16 Td 211.60
Mud Pool Kawah Utama 85700 94.5 0.68 0.98 59.57 35.82 104.33 323.42 33.36 0.04 0.00 9904.50 5523.59 176.26 td 352.40
Fumarol Kawah Samping 3180 81.4 3.88 2.41 13.99 1.87 43.47 52.16 32.69 0.84 0.00 266.25 978.26 2.11 Td 171.30
Fumarol Makaroyen 1744 73.1 2.67 2.61 4.96 2.05 34.78 20.87 1.23 0.33 0.00 181.05 341.84 0.00 td 43.54
MITIGASI BENCANA GEOLOGI Sistem Pemantauan Sistem pemantauan Gunungapi Ambang meliputi pemantauan visual dan kegempaan secara kontinyu dan pemantauan menggunakan metode geofisika, deformasi dan geokimia secara periodik.
Visual Pemantauan visual Gunungapi Ambang secara kontinyu dilakukan dari Pos Pengamatan Gunungapi Ambang, yang terletak di Desa Purworejo, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Kegempaan Dalam usaha Mitigasi Bencana Gunungapi di masa yang akan datang, dilakukan pemantauan kegempaan secara menerus yang berhubungan dengan gejala vulkanik G. Ambang. Peralatan pemantauan kegempaan G. Ambang menggunakan Seismograf (analod dan digital) dengan Kinemetrics jenis PS-2 dengan seismometer tipe L4C (1 komponen, vertikal) yang dioperasikan secara telemetri.
KAWASAN RAWAN BENCANA Kawasan Rawan Bencana III Berdasarkan morfologi kawasan puncak dan lokasi titik kegiatan saat ini, yang disebut Kawasan Rawan Bencana III meliputi daerah sekitar kawah pusat Kompleks Gunungapi Ambang dan sekitar kawah samping (lereng) di sebelah timurlaut, dalam Peta
Kawasan Rawan Bencana digambarkan dalam warna merah tua dengan luas lk. 3,14 km2.
Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awanpanas, aliran lava, kemungkinan guguran material vulkanik, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Luas Kawasan Rawan Bencana II sekitar 50.06 km 2.
Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena aliran lava. Selama erupsi membesar, kawasan ini berpotensi terkena lontaran batu (pijar) dan jatuhan piroklastik berupa hujan abu. Kawasan Rawan Bencana ini meliputi daerah seluas 107.24 km2.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ambang
DAFTAR PUSTAKA Akbar, N. 1992. Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus No. 183. Direktorat Vulkanologi, Bandung. Haerani,N., Irawan,W., Kartadinata,M.N., Sasongko,Y. 1997. Laporan Pemetaan Geologi Komplek Gunungapi Ambang Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi, Bandung. Hadian, R. 1972. Laporan Pemetaan Daerah Bahaya G. Ambang Sulawesi Utara Direktorat Vulkanologi, Bandung. Hidayat, Y., Yohana,T. 1997. Laporan Penyelidikan Gaya Berat G. Ambang Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi, Bandung. Kadarsetia, E., Saefudin,A. 1999. Laporan Penyelidikan Kimia Air G. Tangkoko, G. Lokon dan G. Ambang Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi, Bandung. Kunrat, S. 2007.Penyelidikan Geokimia G. Ambang, Sulawesi Utara. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Kusumadinta, K. 1979. Data dasar Gunungaapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal 640 – 646. Priatna, P., Saefudin, A. 1999. Laporan Penyelidikan Gas G. Ambang Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi, Bandung. Palgunadi, S. 1997.Laporan Penyelidikan Struktur G. Ambang, Sulawesi Utara dengan Metoda Magnetik. Direktorat Vulkanologi, Bandung. Saing, U. B. 2008. Pemantauan Kegiatan G. Ambang, Sulawesi Utara. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Sumaryo, E., Widaningsih, Rohayati, L., Suwarno. 1997. Laporan Kegiatan Pengamatan dan Pendataan Kependudukan G. Ambang Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi, Bandung. Solihin,A.,Yulius, C.O.P. 1995. Laporan Pengamatan dan Ikhtisar Geologi G. Ambang Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi, Bandung.