KELIMPAHAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG SULAWESI UTARA Roni Koneri* Parluhutan Siahaan Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, Jalan Kampus Bahu, Manado *Penulis untuk korespondensi, Tel. +62-0431- 827932, Fax. +62-0431- 822568,
[email protected]
Abstract Gunung Ambang Nature Reserve is one of the preserved areas which serve to protect the flora and fauna that live in it. This study aimed to analyze the abundance of butterflies (Lepidoptera) on various types of habitat in the area of the Gunung Ambang Nature Reserve, North Sulawesi. Sampling of habitat include primary forest, secondary forest, plantation and scrub. Sampling used a sweeping technique that follows the line transect which applied at random along the 1000 meters in each habitat type. The result obtained 5 families of insect, that Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, and Satyridae, including 37 species and 560 individuals. The most Family found are Nymphalidae (72.50%), while the majority of species is Lohara dexaminus (24.64). The highest abundance of butterflies found in scrub habitat and the lowest on the plantation. Results of this research are expected to be the data base about the abundance of butterflies in North Sulawesi. Keywords: Forest, butterflies, Nymphalidae
PENDAHULUAN Keanekaragaman spesies yang tinggi merupakan
karakteristik
hutan
hujan
tropis. Salah satu fauna yang terdapat di
24%
merupakan
kupu-kupu
endemik
(Pegie dan Amir, 2006). Cagar
Alam
Gunung
Ambang
hutan tropis adalah kupu-kupu. Kehadiran
merupakan salah satu kawasan konservasi
kupu-kupu pada suatu ekosistem hutan
yang terdapat di Sulawesi Utara dan
sangat penting. Kupu-kupu merupakan
memiliki luas luas 8638 ha. Kawasan ini
bagian
berperan penting dalam menjaga Daerah
dari
rantai
makanan,
sebagai
penyerbuk (Pollinator), dan makanan bagi
Aliran
hewan lainnya
(Toledo dan Mohagan,
sekitarnya serta perlindungan terhadap
2011; Perveen dan Haroon, 2015). Peran
flora dan fauna endemik yang terancam
kupu-kupu juga dapat dijadikan sebagai
punah. Ancaman terhadap flora dan fauna
bioindikator
lingkungan
pada kawasan ini adalah kerusakan hutan
(Widhiono, 2004). Jumlah spesies kupu-
yang berupa pembalakan liar serta alih
kupu yang terdapat di Indonesia sekitar
fungsi lahan hutan menjadi perladangan.
1700 spesies dan jumlah ini hanya 10%
Penelitian keanekaragaman hayati pada
dari jumlah keseluruhan Lepidoptera yang
kawasan ini sangat sedikit sekali terutama
ada di dunia
serangga.
ngengat.
kualitas
termasuk di dalamnya
Penyebaran
kupu-kupu
di
Sungai
(DAS)
untuk
Beberapa
keanekaragam
hayati
yaitu pada
daerah
penelitian yang
pernah
Indonesia seperti Papua sebanyak 5000
dilakukan,
akhir 1970-an
spesies, Sulawesi sekitar 560 spesies dan
dilakukan survei tentang Macaca nigra dan mamalia lainnya dan spesies burung, 71
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
oleh
J. dan K. MacKinnon, analisis
vegetasi
dan
survey
mamalia
oleh
Gunung Slamet Jawa Tengah (Widhiono, 2004). Kelimpahan dan keanekaragaman
Wildlife Conservation Society (WCS)
spesies
tahun 1998 (Riley dan Mole, 2001).
Rhopalocera) pada berbagai tipe habitat
Alih fungsi lahan pada kawasan
kupu-kupu
(Rahayu
dan
(Lepidoptera;
Basukriadi,
2012).
cagar alam Gunung Ambang pada saat ini
Perubahan habitat menjadi salah satu hal
akan berdampak terhadap flora dan fauna
yang
pada kawasan tersebut termasuk kupu-
mempertahankan kelimpahan kupu-kupu
kupu.
(Subahar dan Yuliana, 2010).
Populasi
kupu-kupu
sangat
dipengarahi oleh berbagai faktor, baik
harus
diperhatikan
untuk
Monitoring keanekaragaman hayati
faktor biotik maupun abiotik (Amber et al,
di
2015).
merespon
pengelolaan hutan dan konservasi. Sejauh
perubahan kondisi pada habitatnya, jika
mana dampak aktifitas alih fungsi lahan
pada suatu habitat kondisinya tidak sesuai
terhadap
dengan kebutuhan hidupnya, maka kupu-
Gunung Ambang belum pernah diteliti
kupu akan berpindah untuk mencari
dan
daerah baru yang lebih baik untuk
permasalahan tersebut perlu dilakukan
melangsungkan hidupnya (Clark et al.
penelitian tentang kelimpahan kupu-kupu
1996). Apabila terjadi perubahan yang
di Kawasan Gunung Ambang Sulawesi
drastis pada suatu habitat, beberapa jenis
Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
kupu-kupu yang tidak mampu beradaptasi
menganalisis
akan mengalami kepunahan (Borror et al.,
(Lepidoptera) pada berbagai tipe habitat
1996).
di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang
Kupu-kupu
Penelitian lingkungan
akan
tentang
terhadap
perubahan
kelimpahan
dan
suatu
kawasan
penting
kelimpahan
dalam
kupu-kupu
dipublikasikan.
di
Berdasarkan
kelimpahan
kupu-kupu
Sulawesi Utara. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat
dijadikan
sebagai
keanekaragaman kupu-kupu di Indonesia
database keanekaragaman kupu-kupu di
banyak
Sulawesi Utara.
dilakukan.
Penelitian
tentang
komposisi spesies kupu-kupu di lahan
METODOLOGI
bekas kebakaran di hutan Borneo dan
Waktu dan tempat
disimpulkan
komposisi komunitasnya
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
berbeda jika dibandingkan dengan hutan
Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang
alam
2004).
Sulawesi Utara dari bulan April sampai
Kelimpahan kupu-kupu di empat tipe
Juni 2012. Habitat yang dijadikan tempat
habitat yaitu hutan alam, hutan tanaman,
pengambilan sampel adalah hutan primer,
(Cleary
danMooers,
hutan wisata, dan hutan pertanian di 72
Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Cagar Alam Gunung Ambang, Sulawesi Utara
hutan sekunder, lahan perkebunan dan
Teknik pengambilan dan identifikasi
semak. Hutan primer dengan kondisi
sampel
hutannya tidak terganggu dan diameter
Metode
pohonnya ada yang mencapai 100 cm.
digunakan
Penutupan kanopi pohon pada hutan ini
dengan pengambilan sampel secara
di atas 75 %. Hutan sekunder, kondisi
purporsif. Koleksi kupu-kupu dilakukan
hutannya
terganggu.
dengan teknik sweeping mengikuti garis
Hutan ini ditandai dengan diameter
transek yang diterapkan secara random
pohon yang tidak terlalu besar (rata-rata
sepanjang 1000 m dan teknik ini telah
diameter pohon lebih kecil dari 50 cm)
digunakan lebih dari 25 tahun dan
dan penutupan kanopi pohon antara 50-
dianggap efektif (Hamer et al., 1997).
75 %. Kebun merupakan lahan yang
Pengambilan sampel dilaksanan dari
dijadikan tempat bercocok tanam oleh
jam 8 sampai 15 Wita (Peggie dan
masyarakat yang berada di sekitar
Amir, 2006). Proses identifikasi dan
kawasan
Semak
klasifikasi
kebun
menggunakan buku identifikasi. Buku
merupakan masyarakat
relatif
kurang
pinggir habitat yang
hutan. bekas terlantar
dan
pengambilan
identifikasi
adalah
sampel metode
spesimen
yang
dipakai
yang survey
dengan
yaitu
ditumbuhi oleh semak belukar dan
Butterflies of the South East Asian
herba.
Island, Part I Papilionidae, Part II Pieridae-Danaidae, Part III Satyridae-
73
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
Lybytheidae, Part IV Nympalidae (I),
Hasil
penelitian
didapatkan
Part V Nympalidae (II) (Tsukada dan
sebanyak 560 individu yang termasuk
Nishiyama, 982:1981;1982;1985;1991),
dalam 37 spesies kupu-kupu (Tabel 1).
serangga
Famili
Taman
Nasional
Gunung
kupu-kupu
yang
ditemukan
Halimun Jawa Bagian Barat (Amir et
sebanyak 5 famili yang terdiri dari
al., 2003), panduan praktis kupu-kupu
Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae,
di kebun Raya Bogor (Peggie dan Amir,
Satyridae dan Riodinidae. Kelimpahan
2006), entomologi pertanian (Jumar,
famili yang tertinggi terdapat pada
1997).
Nymphalidae
Setelah
selesai
proses
(72,50%),
identifikasi maka selanjutnya diadakan
yang
proses pengklasifikasian. Sampel yang
(Gambar 2). Famili yang memiliki
belum dapat diidentifikasi berdasarkan
banyak spesies atau kekayaan spesies
beberapa kunci diatas, maka sampel
teringgi
tersebut kemudian dibawa ke museum
Nymphalidae (20 spesies atau 54,05%),
serangga
untuk
sedang yang terendah Rionidae dan
diidentifikasi dan dicocokkan dengan
Satyridae dengan kekayaan spesies
spesimen kupu-kupu yang terdapat di
masing-masing sebesar satu spesies
museum serangga.
(2,70%) (Tabel 1).
LIPI
Cibinong
Rionidae
juga
terdapat
(0,89%)
pada
Jumlah spesies yang ditemukan
Analisis data Data
terendah
sedangkan
kupu-kupu
yang
sudah
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
teridentifikasi dianalisis kelimpahannya.
penelitian kupu-kupu yang dilakukan di
Kelimpahan spesies merupakan jumlah
lokasi lain di Indonesia. Penelitian
individu setiap spesies yang ditemukan
Cleary dan Grill (2004) mencatat 211
pada setiap habitat.
Pengolahan data
spesies
kupu-kupu
di
Kalimantan
dilakukan dengan bantuan program MS
Timur.
Nurhasanah
et
al.
Exell. Analisis statistik yang digunakan
menemukan 185 spesies di Taman
adalah program Statistica versi 6,
Nasional Bukit Barisan. Schulze et al
Anova satu arah (one-way Anova) dan
(2004) melaporkan 88 spesies yang
uji Tukey’s pada taraf kepercayaan 95 %
ditemukan di Sulawesi Tengah, dan 252
dipakai untuk mengetahui perbedaan
spesies kupu-kupu yang dilaporkan
kelimpahan spesies kupu-kupu pada
terdapat di Papua (van Mastrigt dan
setiap habitat (Statsoft, 2001; Ohsawa,
Rosariyanto, 2005),
2005).
Sumatra Barat (184 spesies) (Rusman,
HASIL DAN PEMBAHASAN
2015),
di
(2006)
di Gunung Sago
Taman
Nasional
74
Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara
Bantimurung (144 spesies) (Sumah,
pengambilan
2012), dan di Gunung Meja Papua Barat
penyebab lebih sedikitnya spesies kupu-
(113
kupu yang didapatkan adalah rendahnya
spesies)
Perbedaan ditemukan
(Panjaitan,
jumlah
2011).
spesies
yang
disebabkan
sampel.
kompleksitas
karena
Faktor
vegetasi
pada
lain
lokasi
penelitian.
perbedaan metode dan lama waktu Tabel 1. Jumlah famili dan spesies kupu-kupu yang ditemukan pada empat tipe habitat di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. No Famili/Spesies I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 II 21 22 23 24 25 26 27 28 29 III 30 31 32 33 34 35 IV 36 V 37
Nymphalidae Lohara dexamenus Ideopsis vitrea oenopsis Faunis Menado Euploea leucostictos westwoodi Melanitis leda absolete Hypolimnas missippus Euploea eupator Parantica cleno luciplena Idea blanchardii Cyrestis strigata Euploea phaenareta celebica Amanthusa phiddipus Junonia hedonia intermedia Dichorrangia nesimachus pelurius Lasippa neriphus tawayana Euploea algea horsfieldi Neptis ida Vindura celebensis Danaus chrysippus bataviana Ideopsis juventa tontoliensis Papilionidae Papilio gigon Papilio ascalaphus Graphium meyeri Graphium agamemnon Papilio sataspes Papilio blumei Graphium milon Papilio polytes Pachliopta polyhonthes Pieridae Catopsilia pamona flava Eurema tomina Hebomia glaucippe celebensis Pareronia tritaea Appias zarinda Catopsilia scylla asema Riodinidae Abisara echerius Satyridae Elymnias hewitsoni Total
Htn Primer Htn Sekunder Jml % Jml %
Kebun Jml %
Semak Jml %
Total Jml
%
49 12 8 0 0 11 0 3 10 3 1 0 2 0 1 0 0 0 1 0
8.75 2.14 1.43 0.00 0.00 1.96 0.00 0.54 1.79 0.54 0.18 0.00 0.36 0.00 0.18 0.00 0.00 0.00 0.18 0.00
62 37 8 0 5 3 2 9 2 7 2 0 2 0 2 0 0 0 0 1
11.07 6.61 1.43 0.00 0.89 0.54 0.36 1.61 0.36 1.25 0.36 0.00 0.36 0.00 0.36 0.00 0.00 0.00 0.00 0.18
14 25 7 2 1 1 4 0 0 0 0 4 0 4 0 0 0 0 0 0
2.50 4.46 1.25 0.36 0.18 0.18 0.71 0.00 0.00 0.00 0.00 0.71 0.00 0.71 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
13 24 13 16 10 0 8 2 0 1 7 4 2 0 0 2 2 2 0 0
2.32 4.29 2.32 2.86 1.79 0.00 1.43 0.36 0.00 0.18 1.25 0.71 0.36 0.00 0.00 0.36 0.36 0.36 0.00 0.00
138 98 36 18 16 15 14 14 12 11 10 8 6 4 3 2 2 2 1 1
24.64 17.50 6.43 3.21 2.86 2.68 2.50 2.50 2.14 1.96 1.79 1.43 1.07 0.71 0.54 0.36 0.36 0.36 0.18 0.18
4 10 0 1 6 4 0 0 0
0.71 1.79 0.00 0.18 1.07 0.71 0.00 0.00 0.00
5 2 1 0 1 0 0 0 1
0.89 0.36 0.18 0.00 0.18 0.00 0.00 0.00 0.18
5 7 10 0 0 0 0 0 0
0.89 1.25 1.79 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
22 3 6 9 0 2 2 2 0
3.93 0.54 1.07 1.61 0.00 0.36 0.36 0.36 0.00
36 22 17 10 7 6 2 2 1
6.43 3.93 3.04 1.79 1.25 1.07 0.36 0.36 0.18
0 0 2 1 0 0
0.00 0.00 0.36 0.18 0.00 0.00
1 0 2 0 1 0
0.18 0.00 0.36 0.00 0.18 0.00
0 5 0 0 0 0
0.00 0.89 0.00 0.00 0.00 0.00
11 2 3 3 0 1
1.96 0.36 0.54 0.54 0.00 0.18
12 7 7 4 1 1
2.14 1.25 1.25 0.71 0.18 0.18
3
0.54
2
0.36
0
0.00
0
0.00
5
0.89
2 160
0.36 28.57
3 92
0.54 16.43
4 176
0.71 31.43
9 560
1.61 100.00
0 0.00 132 23.57
75
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
Satyridae 1.61%
Riodinidae 0.89% Pieridae 5.71% Papilionidae 19.29%
Nymphalidae 72.50%
Gambar 2. Kelimpahan Famili Kupu-Kupu yang ditemukan di Gunung Ambang
Kompleksitas dipengaruhi
vegetasi
sangat
alih fungsi lahan hutan
menjadi lahan perkebunan.
Hal ini
individu
yang
diperoleh
selama
penelitian. Nymphalidae juga dominan ditemukan di Gunung Salak Jawa Barat
menyebabkan berkurangnya tanaman
(Tabadepu et al., 2008),
sebagai pakan dan inang dari kupu-
Nasional Gunung
kupu. Kupu-kupu sangat tergantung
(Efendi, 2009), di Kawasan Hutan
dengan vegetasi untuk mendapatkan
Wisata Alam Gunung Meja (Panjaitan,
nektar.
Nektar merupakan sumber
2011), di Pusat Pendidikan Konservasi
pakan penting bagi serangga polinator,
Alam Bodogol, Sukabumi (Ruslan,
termasuk
saat
2012) dan di Hutan Lindung Himalaya
mengisap nektar, serbuk sari akan
Barat, India (Joshi dan Arya, 2007).
menempel pada probosis atau tungkai
Kelimpahan dan kekayaan spesies dari
kupu-kupu dan akan menempel pada
famili
kepala
disebabkan karena famili ini merupakan
kupu-kupu.
putik
bunga
Pada
berikut
yang
dikunjunginya (Peggie, 2014).
di Taman
Halimun Salak
Nymphalidae
yang
tinggi
famili terbesar jumlahnya dalam Ordo
Nymphalidae merupakan famili
Lepidoptera.
Famili
ini
yang paling banyak ditemukan. Hasil
mempunyai
ini sejalan dengan penelitian Ramesh et
menyukai tempat yang terang, daerah
al. (2010) yang melaporkan bahwa
kebun, hutan dan juga menyukai buah
famili
yang
Nymphalidae
dominan
busuk
penyebaran
umumnya
atau
yang
kotoran
luas,
hewan
didapatkan yaitu 36,3% dari spesies
(Yustitia, 2012). Familia Nymphalidae
yang ditemukan dan 53,6 % dari
umumnya memiliki ciri khas berwarna
76
Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara
coklat atau kehitaman (Dendang, 2009).
ditemukan yaitu Lohara dexamenus
Banyaknya
(23,04%),
jumlah
Familia
Ideopsis
vitrea
oenopsis
Nymphalidae yang ditemukan karena
(16,96%) dan Faunis menado (6,43%).
terdapat beberapa tumbuhan yang sesuai
Kelimpahan kupu-kupu yang
untuk mendukung kehidupan kupu-
sedikit
kupu familia Nymphalidae, baik sebagai
bataviana, Ideopsis juventa tontoliensis,
sumber
Pachliopta polyhonthes, Appias zarinda
makanan
maupun
sebagai
tempat untuk berlindung.
adalah
Danaus
paling
chrysippus
dan Catopsilia scylla asema masing-
Kelimpahan famili Nymphalidae
masing memiliki satu individu (0,18%)
individu
(Tabel 1). Spesies tersebut paling
Nymphalidae
sedikit ditemukan karena kurangnya
mempunyai tumbuhan inang lebih dari
tanaman inang yang menjadi sumber
satu. Famili ini
cenderung bersifat
makanan dari kupu-kupu. Keberhasilan
polifag (mempunyai jenis makanan
kolonisasi kupu-kupu tergantung pada
lebih dari satu macam). Sifat polifag
habitat yang sesuai, dalam hal ini
memungkinkan famili ini tetap dapat
ketersediaanya
memenuhi
akan
Spesies-spesies yang banyak ditemukan
tumbuhan inang meskipun tumbuhan
karena memiliki larva yang bersifat
inang
tersedia.
polifag. Sifat polifag menyebabkan
Tumbuhan yang merupakan sumber
spesies tersebut dapat berkembang pada
makanan
berbagai
habitat.
sangat banyak di antaranya adalah
(2009)
bahwa tempat hidup dan
Annonaceae,
makanan dari larva kupu-kupu pada
baik
dari
jenis
disebabkan
maupun
karena
kebutuhannya
utamanya
oleh
tidak
famili
Fabacae,
Nymphalidae
Leguminosae
sumber
makanan.
Menurut
Effendi
famili
berbagai jenis spesies tumbuhan dari
Nymphalidae terdapat di mana-mana,
berbagai famili. Spesies kupu-kupu
dengan jumlah jenis yang banyak
dengan frekuensi rendah dan distribusi
(Priyono dan Abdullah, 2013). Menurut
terbatas
penelitian Dendang (2009) tanaman
gangguan habitat. Kerusakan habitat
inang dari Familia Nymphalidae yaitu
menyebabkan
Annonaceae,
kepunahan tumbuhan sebagai sumber
dan
Astreraceae,
sehingga
Asteraceae,
Moraceae,
Spesies kupu-kupu yang memiliki individu
paling
sensitif
fragmentasi
terhadap
dan
nektar dan inang kupu-kupu spesialis
Rubiaceae dan Anacardiaceae.
jumlah
bersifat
banyak
(Widhiono, 2004). Hasil ini sejalan dengan penelitian Ramesh (2010) yang
77
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
melaporkan bahwa kelimpahan spesies
dan kemerataan tertinggi dipengaruhi
tertinggi ditemukan pada semak. Semak
oleh
merupakan bekas lahan pertanian yang
tanaman
terlantar yang ditumbuhi oleh berbagai
Vegetasi tersebut merupakan inang bagi
tumbuhan berbunga seperti Asteraceae,
beberapa
Mimosaceae. Rumput (Poaceae) dan
Menurut Sharma dan Joshi (2009)
Rutacea. Kompleksitas dari vegetasi
kompleksitas struktural habitat dan
akan mendukung kehidupan dari kupu-
keragaman bentuk vegetasi berkorelasi
kupu. Gardner et al. (1995) berpendapat
dengan keragaman spesies serangga.
bahwa
terdapat
hubungan
antara
vegetasi
sebagai
inang
larva
Pada
pakan
dari
kupu-kupu.
spesies
habitat
dan
kupu-kupu.
semak
juga
kompleksitas struktur vegetasi dengan
didominasi oleh tanaman berbunga dari
keanekaragaman serangga. Kehidupan
spesies Lantana camara (Asteraceae),
serangga
Tithoria diversifolia (Astreaceae), dan
sangat
dipengaruhi
oleh
makanan terutama nektar yang terdapat
Mimosa
pada tumbuhan berbunga (Southwood,
Tumbuhan yang terdapat pada semak
1975).
sebagian besar merupakan pakan dan
Habitat
semak
memiliki
pudica
(Mimosacee).
inang dari kupu-kupu.
kekayaan,kelimpahan, keanekaragaman, 55
c
ac
50
Kelimpahan sp
45 40
a 35
b
30 25 20 15 10
HP
HS
Kb
Sm
Ket: (●) : rata-rata, (□) : ± galat baku (±SE) , ( ) : ± simpangan baku (±SD), Huruf yang sama pada gambar yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Tukey pada taraf kepercayaan 95 %
Gambar 3. Kelimpahan Kupu-Kupu Pada Empat Tipe Habitat di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang
78
Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara
Menurut Noerjito dan Amir (1992)
terbuka atau habitat yang memiliki
bunga yang sering dikunjungi kupu-
tutupan kanopi yang tidak terlalu rapat.
kupu dari famili Nymphalidae dan
Hal
Papilionidae adalah bunga tumbuhan
perilaku
Asteraceae,
Lantana
sedangkan (Catopsila
tersebut
merupakan
kupu-kupu
yang
adaptasi selalu
dan
Rutacee,
membutuhkan sinar matahari untuk
dari
famili
Pieridae
berjemur dan mengeringkan sayapnya
dan
Eurema)
selain
mengisap madu pada bunga tersebut di
supaya lebih mudah terbang. KESIMPULAN
atas juga mengisap madu pada bunga dari rerumputan (Poaceae). Kanekaragaman
Kupu-kupu yang ditemukan di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang
kupu-kupu
terendah terdapat pada kebun,
hutan
sebanyak 37 spesies, 5 famili dan 560 indiviu dengan famili yang sering
alam dan hutan sekunder, disebabkan
ditemukan
karena pohon-pohon yang besar dan
sedangkan spesies yang dominan yaitu
keadaan lingkungan yang agak gelap
Lohara dexamenus. Kelimpahan kupu-
membuat
terlihat
kupu tertinggi terdapat pada habitat
akibat bersembunyi di atas pohon. Hal
semak, sedangkan yang terendah di
ini sesuai dengan pendapat Ramesh et
lahan perkebunan.
al. (2010)
Ucapan Terima Kasih
kupu-kupu
tidak
bahwa kelimpahan kupu-
kupu umumnya lebih rendah di hutan primer
dan
tertinggi
pada
hutan
terganggu, pinggiran hutan dan daerah terbuka. Hal ini disebabkan hutan primer keragaman vegetasinya sangat homogen dan kurang cahaya. Cahaya akan dapat menarik kupu-kupu, karena kupu-kupu membutuhkan cahaya untuk menjaga keseimbangan suhu tubuhnya. Menurut Panjaitan (2011)
kupu-kupu
adalah
Penulis kasih
Nymphalidae,
mengucapkan
kepada
Direktorat
terima Jenderal
Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Kompetensi. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan
Konservasi
kepada
Balai
Daya
Alam
Sumber
(BKSDA) Sulawesi Utara, atas izin dan fasilitas
yang
diberikan
selama
melaksanakan penelitian.
lebih banyak terdapat pada habitat yang DAFTAR PUSTAKA Amber N, Ashraf I, Hussain T, Ahmad I. 2015. Studies on the diversity and
relative abundance of Orthoptera and Lepidoptera species in urban and
79
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
crop land areas of Dera Ghazi Khan. Am-Euras. J. Agric. dan Environ. Sci., 15 (8): 1693-1699. Amir M, Noerdjito WA, Kahono S. 2003. Kupu (Lepidoptera). (ed Amir, M, Kahono, S) in Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. JICA. Borror DJ, Triplehorn CA, dan NF Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Clark LR, Geigera PW, Hughes RD, dan Morris RF. 1996. The Ecology of Insect Population in Theory Practice. The English Language Book Society and Chapmen and Hall. Canberra. Cleary DFR, Grill A. 2004. Butterfly response to severe ENSO-induced forest fires in Borneo. Ecological Entomology, 29: 666–676. Dendang B. 2009. Keragaman kupukupu di Resort Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 4(1) : 25-36. Effendi MA. 2009. Keragaman KupuKupu (Lepidoptera : Ditrysia) di Kawasan “Hutan Koridor” Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gardner SM, Cabido MR, Valladares GR dan Diaz S. 1995. The influence of habitat structure on arthropod diversity in Argentine semi-arid Chaco forest. J. Veg. Sci. 6: 349–356. Hamer KC, Hill JK, Lace LA, Langan AM. 1997. Ecological and biogeographical effects of forest disturbance on tropical butterflies of Sumba, Indonesia. J Biogeogr 24: 67-75 Joshi PC, Arya M. 2007. Butterfly communities along altitudinal gradients in a protected forest in the Western Himalayas, India. Nat Hist J Chulalongkorn University 7: 1-9.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. Indonesia. Noerdjito WA, Amir M. 1992. Kekayaan kupu-kupu di Cagar Alama Batimurung Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Pros. Seminar Hasil Litbang SDH 6 Mei 1992: 330-339. Nurhasanah, Tabadepu H, Sahari B, Buchori D. 2006. Butterfly Community Structure in Bukit Barisan Selatan National Park [Survey Report]. Bogor. Peka Indonesia-WCS. Ohsawa M. 2005. Species richness and composition of Curculionidae (Coleoptera) in a conifer plantation, secondary forest, and old-growth forest in the central mountainous region of Japan. Ecology Research, 20: 632-645. Panjaitan R. 2011. Komunitas KupuKupu Super Famili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat. Tesis. Program Studi Biosains Hewan. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Peggie D dan Amir M. 2006. Panduan Praktis Kupu-Kupu di Kebun Raya Bogor. Pusat Penelitian biologi, LIPI, Cibinong. Indonesia. Peggie D, Harmonis. 2014. Butterflies of Gunung Halimun-Salak National Park, Java, Indonesia, with an overview of the area importance. Treubia, 41: 17-30. Perveen FK dan Haroon. 2015. Checklist of butterfly (Insecta: Lepidoptera) fauna of Tehsil Tangi, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Arthropods, 4(4): 98-106 Priyono B, Abdullah M. 2013. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu di Taman Kehati Unnes. Biosaintifika, 5 (2): 100-105. Ramesh T, Hussain KJ, Selvanayagam M, Satpathy KK dan Prasad MVR. 2010. Patterns of diversity, abundance and habitat associations
80
Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara
of butterfly communities in heterogeneous landscapes of the department of atomic energy (dae) campus at Kalpakkam, South India. International Journal of Biodiversity and Conservation, 2. 75-85. Rahayu SE, Basukriadi A. 2012. Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Kupu-Kupu (Lepidoptera; Rhopalocera) Pada Berbagai Tipe Habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi. Biospecies, 5(2): 40-48. Riley J, Mole J. 2001. The birds of Gunung Ambang Nature Reserve, North Sulawesi, Indonesia. Forktail, 17: 57-66. Ruslan H, 2012. Komunitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Rusman R. 2015. Kupu-kupu (Lepidoptera: Papilionoidea) di Gunung Sago, Sumatera Barat: Keanekaragaman dan Preferensi Kunjungan pada Bunga. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Schulze CH, Steffan-Dewenter I, Tscharntke T. 2004. Effects of land use on butterfly communities at the rain forest margin: a case study from Central Sulawesi. In: Gerold et al.(Eds), Land Use, Nature Conservation and the Stability of Rainforest Margins in Southeast Asia. Berlin. Springer: 281-297. Sharm G, Joshi PC. 2009. Diversity of Butterflies (Lepidoptera: Insecta) from Dholbaha dam (Distt. Hoshiarpur) in Punjab Shivalik, India. Biological Forum-An International Journal, 1 (2): 11-14. Southwood TRE. 1975. The dynamics of insect populations: In Insects Science and Society. Academic Press. New York. StatSoft. 2001. Stastitica for windows, 6.0 statsoft Inc. Tulsa. Oklohoma
Subahar TSS dan Yuliana A. 2010. Butterfly diversity as a data base for the development plant of Butterfly Garden at Bosscha Observatory, Lembang, West Java. Biodiversitas, 11 (1): 24-28. Sumah ASW. 2012. Biodiversitas kupukupu Superfamili Papilionoidea (lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Tabadepu H, Buchori D, Sahari B. 2008. Butterfly Record from Salak Mountain, Indonesia. J. Entomol, Indon, 5(1): 10-16. Toledo JM, Mohagan AB. 2011. University diversity and status of butterflies in Mt. Timpoong and Mt. Hibok-hibok, Camiguin Island, Philippines. National Peer Reviewed Journal, 6: 103-116. Tsukada E dan Nishiyama Y. 1981. Butterflies of the South East Asian Island, Part II Pieridae-Danaidae. Palapa Co. Ltd. Minatok-Tokyo. Tsukada E dan Nishiyama Y. 1982. Butterflies of the South East Asian Island, Part I Papilionidae. Palapa Co. Ltd. Minatok-Tokyo. Tsukada E dan Nishiyama Y. 1982. Butterflies of the South East Asian Island, Part III SatyridaeLybytheidae. Palapa Co. Ltd. Minatok-Tokyo. Tsukada E dan Nishiyama Y. 1985. Butterflies of the South East Asian Island, Part IV Nympalidae (I). Palapa Co. Ltd. Minatok-Tokyo. Tsukada E dan Nishiyama Y. 1991. Butterflies of the South East Asian Island, Part V Nympalidae (II). Palapa Co. Ltd. Minatok-Tokyo. van Mastrigt H, Rosariyanto E. 2005. Buku Panduan Lapangan KupuKupu untuk Wilayah Memberamo sampai Pengunungan Cyclops. Jakarta: Conservation InternationalIndonesia Program.
81
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
Widhiono. 2004. Dampak Modifikasi Hutan Terhadap Keragaman Hayati Kupu-Kupu di Gunung Slamet Jawa Tengah. Biosfera, 21(3) : 89-94.
Yustitia S. 2012. Keanekaragaman dan Kelimpahan Kupu-Kupu di Kebun Botani UPI Bandung. Universitas Pendididikan. Indonesia.
82