6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara
KETERANGAN UMUM Nama Lain
:
G. Ruwang, Aditinggi, Duang atau Duwang
a. Geografis Puncak
:
2° 18’ LU dan 125° 22’ BT
b. Administratif
:
Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
Ketinggian
:
725 m dpl
Kota Terdekat
:
Tagulandang
Tipe Gunungapi
:
Strato dengan kubah lava
Pos Pengamatan
:
Geografis : 2o19' 18,30” LU dan 125o 24' 30,42 BT
Lokasi
Gunungapi Administratif: Desa Tulusan, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
PENDAHULUAN Cara Mencapai Gunungapi Gunungapi Ruang dapat dicapai dari Pulau Tagulandang dengan menggunakan perahu.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi Gunungapi Ruang mempunyai sumberdaya berupa cadangan pasir dan batu gunungapi yang jumlahnya sangat melimpah dan digunakan sebagai bahan bangunan
oleh penduduk sekitarnya. Kondisi tanahnya sangat subur, sebagai penghasil sayur-mayur dan buah-buahan.
Wisata Udara disekitar G. Ruang cukup sejuk sehingga sangat baik untuk kegiatan wisata gunungapi, wisata pantai, wisata budaya, wisata kelautan, perkemahan dan sebagai tempat beristirahat.
SEJARAH KEGIATAN Sejak tahun 1603 pulau ini telah diketahui sebagai pulau gunungapi, meskipun tidak pernah dilaporkan.
TAHUN 1808 1810 1840 1856 1870 1871
1874
1889 1904-1905
ERUPSI Erupsi meledak dari kawah pusatnya. Seluruh tubuh gunungapi tertimbun bahan letuan. P. Tangulandang sebelah barat dan selatan rusak. Korban manusia tidak ada 22 - 24 April terjadi erupsi kuat. Terjadi erupsi disertai awan panas Semburan asap atau erupsi asap 27 - 28 Agustus, terjadi erupsi agak kuat. P. Ruang rusak total. Rumah, hewan dan tumbuhan semuanya musnah. Erupsi diawali oleh gempa terasa agak hebat yang terjadi di pertengahan Februari 1871. pada 2 Maret terjadi longsoran di puncak. Pada 3 Maret malam terjadi lagi gempa. Di udara terdengar suara gemuruh bagaikan erupsi dan tidak lama kemudian datang gelombang pasang melanda pantai Tagulandang. Gelombang itu tingginya diperkirakan sampai 25 m dan menyerang sejauh 180 m dari pantai. Gelombang pertama tak lama kemudian disusul oleh yang kedua. Di Buhias jatuh korban 300 sampai 400 orang. Erupsi Gunungapi Ruang baru terjadi kemudian pada 9 dan 14 Maret, menyemburkan batu dan pasir. 15 November, terjadi erupsi hebat menyemburkan abu dan batuan pijar. Asap erupsi membumbung dari kawah. Longsoran meluncur di sepanjang lereng gunungapi. Tanaman banyak yang rusak dan rumah penduduk terbakar. Erupsi dengan pembentukan kubah lava dalam kawah
1914
22 April, terjadi erupsi abu. Kegiatan ini berlangsung hingga 27 mei 1905. kegiatan disususul oleh aliran lava disertai awan panas yang melanda tanah garapan 29 Mei terjadi erupsi disertai awan panas
1915
Terjadi erupsi dalam beberapa bulan pertama
1918
Ada kenaikan kegiatan dalam bulan Februari
1940
Kejadian seperti dalam 1918
1946
13 - 15 Oktober terjadi erupsi
1949
Januari terjadi erupsi disertai aliran lava
2002
Erupsi eksplosif disertai awan panas. Mengakibatkan kerusakan lahan dan pemukiman serta mengharuskan pengungsian penduduk.
Karakter Erupsi Erupsi G. Ruang berulang kali terjadi dalam sejarah dan tercatat sejak tahun 1808. Bahaya erupsi gunungapi Ruang terutama berupa hempasan awan panas dan aliran lava yang dapat melanda seluruh pulau. Sedangkan bahaya terhadap pulau di sekitarnya yang berdekatan dapat berupa jutuhan bom vulkanik, lapili sampai abu yang mungkin masih panas. Bahaya lahar hanya terbatas di Pulau Ruang saja.
GEOLOGI Morfologi Gunungapi Ruang merupakan gunungapi strato yang menjulang tinggi mulai dari batas pantai sekaligus membentuk satu pulau tersendiri yang terpisah dengan pulau yang lainnya (Tagulandang). Bentuk pulau yang di bangun oleh hasil erupsi gunungapi ini hampir berbentuk lingkaran. Bagian utara merupakan tanjung pasir, bagian timur juga mempunyai tanjung di bangun aliran lava 1949. Pada bagian puncak terdapat beberapa tonjolan yang merupakan sisa dari kegiatan gunungapi masa lampau. Tonjolan tersebut membentuk dinding kawah atau kaldera kecil, sedang di bagian barat laut terdapat bekas kegiatan yang telah tertutup hasil rempah yang secara sepintas kurang jelas bentuk aslinya. Puncak tertinggi terletak pada bagian timur ketinggian +721,615 m. Di dalam kawah terdapat tonjolan kubah lava dengan ketinggian +709,170 m. Pada bagian lereng dari tubuh gunungapi ini terdapat beberapa bukit bergelombang yang merupakan sisa dari beberapa ujung lava seperti di lereng tenggara, diantaranya Bukit Kura-Kura, di lereng baratnya tidak mempunyai nama. Kawah pada bagian puncak tersebut menyerupai tapal kuda dengan mulutnya terbuka ke arah selatan.
Petrografi Dari empat belas contoh yang diambil telah dibuatkan sayatan tipisnya dan di harapkan dapat mewakili tubuh G. Ruang dan beberapa kerucut kecil di P. Tagulandang dan sekitarnya. Gambaran secara umum dari hasil analisa contoh yang telah diambil sebagai berikut: Contoh batuan G. Ruang dan kerucut Gunung Siwoke di P. Tagulandang memberikan gambaran umumnya berkomposisi andesit besaltis dengan tekstur porfiritik dan vitrovirik. Fenokris umumnya terdiri dari plagioklas orto, clino piroksen, mineral opak dan sebagian ditemukan horblende. Jumlah fenokris dalam batuan berkisar antara 25 sampai 40% dari volume total batuan.
Peta geologi G. Ruang
Dapat disimpulkan bahwa G. Ruang lebih dominan terdiri dari batuan Andesit Basaltis. Secara keseluruhan kandungan SiO2 berkisar antara 54,31 - 56,94 %. K2O berkisar antara 0.59 - 0,78 %, dan 45 % termasuk seri kalk-alkali. Sedangkan kerucut Siwoke di Pulau Tagulandang yang lebih tua mempunyai komposisi antara 56,42 - 57,73 %, dan kandungan K2O antara 0,88 - 0,91 %. Dari data tersebut diatas diketahui sejarah evolusi G. Ruang dan P. Tagulandang yang telah terjadi perubahan komposisi yaitu dari komposisi Andesit ke Andesit Basaltis. Disamping itu terjadi pula penurunan unsur silika. Erupsi ataupun aliran lava tahun 1949 mempunyai kandungan silika antara 55,39% 55,44 % berkomposisi Andesit Basaltis. Sedangkan lava dome yang diperkirakan muncul pada tahun 1889 yang lebih tua berkomposisi sama yaitu Andesit Basaltis dengan kandungan silika antara 54,31% - 54,59 %. Jika dibandingkan dengan erupsi terakhir berupa aliaran lava 1949, terlihat ada peningkatan unsur silika, walaupun hanya sedikit, sedangkan komposisi tetap sama.
GEOFISIKA Kegempaan Jenis gempa tektonik merupakan jenis gempa yang sering tercatat di Pos Pengamatan G. Ruang. Beberapa diantaranya dapat dirasakan oleh penduduk P. Ruang dan Tagulandang pada skala I-II/MMI. Pada bulan Juli 2007 dilakukan pemasangan seismik temporer pada empat posisi yaitu ; SE-1 berlokasi di Pos Pengamatan G. Ruang (N 02º 19’ 19.056”, E 125º 24’ 30.852” dengan elevasi 25 meter) dan menyadap seismometer lereng Utara G. Ruang (N 02º 19’ 09.6” , E 125º 22’ 04.0” dengan elevasi 212 meter), SE-2 terletak di sekitar daerah Laengpatehi (N 02º 18’ 10.0” , E 125º 20’ 57.6” dengan elevasi 100 meter), SE-3 terletak di pesisir Pulau Tagulandang (N 02º 20’ 06.6”, E 125º 23’ 12.6” dengan elevasi 17 meter), dan yang terakhir adalah SE-4 terletak di lereng bagian Selatan G. Ruang (N 02º 17’ 25.7”, E 125º 21’ 59.0” dengan elevasi 111 meter). Gempa yang terekam didominasi oleh tektonik jauh
Contoh visualisasi Gempa Tektonik Jauh yang terekam di semua stasiun Datamark pada tanggal 3 Juli 2007 pukul 09.36 WITA
Gaya Berat Dari peta anomali Bouguer terlihat zona anomali negatif, yaitu sekitar puncak ruang dan di dekatnya terdapat zona anomali positif. Kedua zona ini memiliki nilai yang sangat kontras, yang satu mempunyai nilai paling negatif sedang yang lainnya mempunyai nilai paling positif. Salah satu station ukur yang terletak pada zona positif ini adalah titik GM3 yang merupakan station tetap untuk monitoring. Menurut penulis nilai titik station ini agak terlalu tinggi.
Pola contour hampir sama dengan peta anomaly Bougeurnya. Di puncak ruang merupakan zona negatif sedang didekatnya terdapat zona positif. Penampang AB dibuat dari titik A, di G. Ruang, melalui Puncak, memotong laut menuju titik B. Titik A merupakan titik awal pengambilan data, sedang titik B hanya untuk penentuan arah saja. Spasing data adalah 200m.
DEFORMASI EDM Untuk pemantauan deformasi G. Ruang dengan menggunakan EDM, pada Juni Juli 2007 dilakukan pemasangan empat reflektor pada empat Bench Mark (BM) yang ada di sekitar G. Ruang. Keempat BM ini baru pertama kali diukur perubahan deformasinya dengan metoda EDM dari posisi pemandangan yang terletak di bagian TimurLaut dari G. Ruang dan berjarak sekitar 2,1 hingga km terhadap titik pengamatan DRG-1 dengan posisi geografis 02º 19’ 15.63” Lintang Utara 125º 24’ 28.98”
Bujur Timur dan pada
ketinggian sekitar 5 meter. Hasil pengukuran tersebut merupakan pengukuran pertama sejak erupsi 2002 yang menutupi sebagian titik-titik EDM sebelumnya yang berfungsi untuk melihat adanya perubahan deformasi yang berkorelasi terhadap aktivitas G. Ruang. Lokasi BM pengukuran dengan metoda deformasi EDM Titik BM EDM1 EDM2 EDM3 EDM4
Koordinat 02º 18’ 40.8” 125º 22’ 10.8” 02º 18’ 33.9” 125º 22’ 07.9” 02º 18’ 34.7” 125º 22’ 43.6” 02º 19’ 10.02” 125º 22’ 04.15”
LU BT LU BT LU BT LU BT
Ketinggian (m) dpl 396 528 107 212
Hasil Pengukuran EDM G. Ruang Juli 2007 Waktu DRG1 EDM1 Pagi 4388,23455 4388,235265 4388,239788 4388,239912 4388,235428 4388,235782 Siang
4388,241012 4388,244188
JARAK MIRING (meter) DRG1 EDM2 DRG1EDM3 4547,961517 4547,968811 4547,968262 4547,964213 4547,962283 4547,96278
4547,967848 4547,97133
DRG1EDM4
3464,829637 3464,82847 3464,83121 3464,830175 3464,828691 3464,828543 3464,828523
4449,201143 4449,201599 4449,203453 4449,200566 4449,200996 4449,199248 4449,199285
3464,831526
4449,20404
4388,240635 4388,240667 4388,240882 4388,24042 4388,24027 4388,23698 4388,237662 4388,238762 4388,239228 4388,240015 4388,236371 4388,236331
Sore
4547,967897 4547,969423 4547,967202 4547,966025 4547,964328 4547,965705 4547,966716 4547,966265 4547,963631 4547,960224
3464,830151 3464,829478 3464,830211 3464,829687 3464,829527 3464,826621 3464,827947 3464,62665 3464,828024 3464,827154 3464,827134
4449,200019 4449,200743 4449,204127 4449,202186 4449,202126 4449,19841 4449,199825 4449,198092 4449,200073 4449,200466 4449,198339 4449,198479
Rata-Rata 4388,23870
4547,965803
3464,818387
4449,200661
GEOKIMIA Kimia Gas Dari hasil pendakian yang dilakukan tanggal 14 September 1994 oleh petugas Pos Pengamat G. Ruang, tidak terdapat perubahan yang mencolok dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Di sekitar lelehan lava tahun 1949 yang membeku sepanjang lereng gunungapi bagian timur dan kubah lava tidak terdapat perubahan yang mencolok. Runtuhan lava dan longsoran kecil terlihat terutama di sekitar lereng kubah lava, kemungkinan hal ini disebabkan oleh batuan yang lapuk atau erosi oleh air hujan. Telah dilakukan pengukuran pada beberapa lokasi hembusan solfatara dan hasil pengukuran menunjukkan tingkat penurunan suhu. Begitu pula halnya dengan temperatur pada lubang hembusan fumarola. bau belerang tercium sangat tajam.
Kimia Batuan Hasil analisis senyawa geokimia batuan terhadap lava-lava G. Ruang No 01
Kode Contoh RI-1
02
RI-17
03
RI-26
Metode
Si O2 59, 64 60, 79 57, 25 AA S
Al2 O3 9,8 5 8,4 4 8,4 8 Gr avi me tri
Fe2 O3 9,2 5 8,3 6 12, 33 AA S
Komposisi Senyawa Kimia (%) Ca Mg K2 Na Ti P2O O O O O O 2 2 5 4,5 1,3 2,8 4,7 0,8 0,00 1 7 2 0 0 07 6,2 2,5 0,5 2,3 0,8 0,00 8 0 7 5 5 15 5,3 1,4 0,6 3,8 0,7 0,00 0 9 8 3 4 03 AA AA AA Gr Gr Gra S S S avi avi vim me me etri tri tri
Mn O 0,0 50 0,0 10 0,0 05 Gr avi me tri
Analisis: PUSLITBANG tekMIRA
LOI 5,36 5,75 7,85 Gra vim etri
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Kegempaan Sistem pemantauan G. Ruang dilengkapi dengan Pos Pengamatan Gunungapi, yang dibangun tahun 1983, terletak di Desa Tulusan Kecamatan Tagulandang, memiliki alat seismograf, barometer, thermometer dan penakar air hujan. Seismometer (L4C) satu komponen (vertikal) ditempatkan di tubuh G. Ruang pada posisi geografi 02 o 19’ 09,50” LU dan 125o 22’ 04,20” dengan ketinggian 229 dpl. Data kegempaan ditransmisikan ke Pos PGA Ruang secara telemetri menggunakan gelombang radio (RTS). Rekorder yang digunakan adalah PS-2. Hasil pemantauan setiap hari dicatat, dianalisa dan dilaporkan ke pusat (Bandung) guna menentukan status kegiatan gunungapi tersebut.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Pendahuluan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi erupsi gunungapi. Kerawanan bencana G.Ruang dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: Kawasan Rawan Bencana-I, Kawasan Rawan Bencana-I, dan Kawasan Rawan Bencana-III.
Kawasan Rawan Bencana III Kawasan Rawan Bencana-III, adalah kawasan yang berpotensi sering terlanda awan panas, aliran lava, dan bahan lontaran/guguran batu (pijar). Untuk kasus G. Ruang, KRB-III adalah merupakan kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava dan bahan lontaran batu (pijar). Dalam kondisi meletus Kawasan Rawan Bencana III G. Ruang berlaku sebagaimana di gunungapi lain meskipun gunungapi tersebut tidak sering meletus dimana ada sektor yang sering terlanda oleh aliran massa maupun material lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana III G.Ruang terdiri atas dua bagian, yaitu kawasan yang akan selalu terlanda oleh aliran massa (awan panas dan aliran lava) dan material lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan jatuhan pirokastik.
Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, dan aliran lava.
Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat berjenis ash dry and wet fall.
Di dalam Peta Kawasan Rawan Bencana G.Ruang, KRB-II ini diberi warna merah muda.
Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan aliran piroklastik (awan panas). Apabila erupsinya membesar, maka kawasan ini sangat berpotensi tertimpa bahan jatuhan piroklastik berupa lontaran batu (pijar) dan hujan abu berjenis ash dry fall. Khusus untuk kasus G. Ruang, maka KRB-I nya hanya berupa kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik berupa hujan abu berjenis ash dry fall tanpa memperhatikan arah tiupan angin (saat terjadi erupsi), dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar). Di dalam Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ruang, KRB-I ini diberi warna kuning, baik untuk aliran massa maupun untuk jatuhan piroklastik (abu dan lontaran batu pijar).
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ruang
DAFTAR PUSTAKA A.R. Mulyana, dkk. 2008. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ruang, Provinsi Sulawesi Utara. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kusumadinata,K 1979.Data Dasar Gunung api Indonesia, oleh Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus, Gunung Ruang, No. 121' 1990 Mawardi.,
dkk,.Petrokimia
batuan
G.
Ruang,
Sulawesi
Utara.
Laporan
(perpustakaan DVMBG No.S.95-12) Kristianto dkk, 1994 Pengamatan Visual Dan Seismik G. Ruang dan G. Awu, Laporan (perpustakaan DVMBG No.S.94-7) Tatang Yohana A dkk, 1994. Penyelidikan Gayaberat G. Ruang, Sulawesi Utara, Laporan Oleh (perpustakaan DVMBG No.S.96-1) M.S. Santoso., Dkk, 1980. Pemeriksaan Puncak dan Pemetaan Daerah Bahaya G. Ruang-Tagulandang, (perpustakaan DVMBG No.S.81-1a) Schwarz Manuas G. Aditinggi : Pulau Ruang-Tagulandang, oleh Laporan. (perpustakaan DVMBG No.S.61-4) Peneliti terdahulu : Koperberg (1909), Brouwer (1916), Wichman (1921), Kemmerling (1923), Neuman van Padanfg (1951), Kraeff (1952) dan Hadikusumo (1952).