6.8. G. KARANGETANG, P. Siau – Sulawesi Utara
Erupsi G. Karangetang 2010 (Prambada, O./PVMBG/2010)
KETERANGAN UMUM Nama Lain
: Gunungapi Siau
Nama Kawah
: Kawah Utama (Kawah I), Kawah II, Kawah III, Kawah IV dan Kawah V
Lokasi a. Geografis Puncak : 02° 47’ LU dan 125° 24’ BT b. Administratif
: Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
Ketinggian
: 1784 m dpl
Kota Terdekat
: Manado
Tipe Gunungapi
: Strato dengan kubah lava
Pos Pengamatan
: Geografis: 02o 44’ 46,56” LU dan 125o23’ 01,26” BT
Gunungapi
Administratif: Bukit Maralawa, Desa Salili, Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Sebelum tahun 1980 pendakian puncak dimulai dari Kampung Tarorane, Ulu Siau, sebelah tenggara puncak. Jalur ini melewati Lembah Kali Kahetang. Tetapi sejak lembah tersebut terisi lava dan dilanda lahar dalam tahun 1988, maka pendakian dilakukan dari arah baratdaya, yaitu Desa Salili atau Beong mengikuti lembah barat dari punggungan Arengkambing. Jalur pendakian inipun menjadi tertutup karena endapan lava yang mengalir dalam tahun 1992. Dalam tahun 1998 jalur pendakian baru dimulai dari Kampung Batubulan, arah utara puncak. Untuk mencapai Batubulan harus dengan naik perahu motor dari Ulu Siau selama 1 jam. Sedangkan pendakiannya sendiri diperlukan waktu selama 5 jam.
SEJARAH ERUPSI Tercatat Gunungapi Karangetang pertama kali meletus dalam tahun 1675. Berikut ini catatan sejarah kegiatannya.
Waktu
Kegiatan
1675 1712 1825 1864 1883
Terjadi erupsi eksplosif dari Kawah Utama 16 Januari, erupsi eksplosif dari Kawah Utama, letusannya terdengar di Ternate Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 16 Juni, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 25 - 26 Agustus, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, kemungkinan pembentukan Kawah Utara (Kawah II) Terjadi peningkatan kegiatan, kemungkinan pembentukan Kawah III (KIII). 27 Mei, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 14 Juni, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, setelah didahului oleh gempa bumi tanggal 12 Juni. Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1886 1887 1892 1899 1900
1905 1921 1922
1924 1926 1930 1935 1940
1941 1947 1949 1950 1952 1961
1962
1963 1965
1966 1967
21, 22 Mei, menyemburkan abu yang jatuh di bagian barat Gunungapi Karangetang. Maret, Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama. Kawah IV merupakan danau kawah dengan suhu air 80°C dan berbau belerang. Kawah V aktif mengeluarkan lava pijar. 9 atau 10 Mei, peningkatan kegiatan, nampak sinar api di atas kawah. Periode letusan Mei-Juni. Tanggal 14 Agustus, erupsi dari Kawah IV yang mengeluarkan abu dan bombom vulkanik, yang jatuh di sekeliling kawah. Mei, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama Oktober, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 4, 6 Februari, erupsi dari Kawah Selatan (Kawah IV) Terjadi gempabumi terasa. 31 Agustus, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1, 2, dan 9 Maret, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, korban 1 orang meninggal, 2 orang luka-luka dan ratusan pohon kelapa musnah. 20 Juni, 22 Juli, 23 Agustus, peningkatan kegiatan 29 atau 30 Oktober, terjadi gempa terasa pada pukul 00.35, kemudian diikuti dengan erupsi yang berlangsung hingga pukul 10.00. Abu campur lapili jatuh di Ondong, Lehi, Hiung, Kiawang, Batubulan dan Nameng, mengakibatkan seorang luka-luka. 9 Februari, 1 - 15 Desember, 21 Desember, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 14 September, terjadi gempa terasa pada pukul 05.00, kemudian diikuti erupsi abu pada pukul 17.00 Juli, erupsi abu setinggi 300 m. 18 Desember, erupsi abu setinggi 250 m Terjadi erupsi di Kawah Utama dan Kawah Utara (Kawah II) dan Kawah III. Terjadi beberapa kali erupsi besar dan kecil yang dimulai sejak 17 Februari. Tinggi kolom asap mencapai 2000 m, lemparan bom berjarak 500 m dari kawah. Material berukuran lapili dilontarkan sejauh antara 1 - 2 km. Erupsi besar yang terjadi sering didahului oleh gempa terasa. 29 Januari, erupsi abu setinggi 2000 m. 2 Februari, erupsi besar, mengeluarkan material vulkanik pijar dan kilat api, serta asap hitam tebal. 29 Mei, erupsi besar dengan kolom asap setinggi 2000 m. 14 September, leleran lava pijar disertai suara ledakan. Tinggi asap mencapai 3000 m. Tiga jam sebelumnya terjadi gempa terasa. 13 Desember, terjadi lahar dingin akibat hujan lebat di puncak, mengakibatkan jalan rusak, 5 rumah hancur dan 5 lainnya rusak di Ulu dan Tarorane. Januari, erupsi dengan asap setinggi 300 - 400 m. Selama periode letusan, sempat mengeluarkan lava pijar dam material vulkanik. April - Mei, terjadi semburan lava pijar di sekitar kawah dan erupsi abu. Agustus, terjadi beberapa kali erupsi, tinggi asap maksimum 900 m. 27 dan 30 Oktober, terjadi erupsi dengan semburan material pijar dan asap tebal setinggi 1000 m, mengakibatkan 2 orang luka-luka. Januari, erupsi asap setinggi 2000 m April, erupsi asap dan leleran lava di sekitar kawah 7 Januari, letusan dengan asap setinggi 100-200 m. 13 Januari terjadi gempabumi terasa menyebabkan kerusakan rumah penduduk di Ondong, Kanawong, dan Ulu Siau. 16 Januari, semburan material pijar dan lava di sekitar kawah
1970 - 1971
1974
1975
1976
1978 1983 1984
1985
1986 1987
Juni, semburan material pijar di sekitar kawah 29 November, erupsi besar mengeluarkan material pijar dan diikuti dengan awan panas guguran Peningkatan kegiatan dimulai akhir Desember 1970. Suara gemuruh terus menerus terdengar, disertai asap putih tebal dan sinar api setinggi 200 m di atas puncak. Pebruari, diketahui adanya lava baru yang memenuhi lubang kawah. Bom dan lapili berserakan di sekitar kawah. 11 - 23 Februari, dimalam tampak sinar api dan semburan lava pijar. Terjadi leleran lava ke arah selatan dan baratdaya sejauh 1 km. Kubah lava di Kawah Utama di perkirakan mencapai 12 juta m3. Hingga bulan April hampir setiap hari terjadi gempa tektonik (terasa), yang menyebabkan kerusakan bangunan dan tanah longsor, 3 orang meninggal dunia 15, 17 dan 21 Januari, terjadi erupsi besar yang menyemburkan abu mencapai tinggi 600 m, kemudian diikuti dengan semburan lava pijar (erupsi tipe strombolian). 26 Oktober, erupsi abu, dengan kolom asap setinggi 700 m. 20 November, erupsi abu dengan asap mencapai tinggi 1100 m. Desember, erupsi masih terjadi, bahkan lebih besar dari November, dengan lemparan lava pijar se tinggi 300 m. 15 dan 17 September terjadi erupsi samping membentuk 2 (dua) titik di Bukit Areng Kambing, lereng selatan puncak. Titik erupsi yang terjadi pada 15 September mengambil tempat di ketinggian 1000 m, sedangkan yang terjadi pada 17 September di ketinggian 850 m. Erupsi samping dengan leleran lava tersebut diawali gempa tektonik terasa semenjak Agustus. Gempa terasa ini terus meningkat, bahkan mencapai 120 kejadian per-hari.dan berlangsung hingga pertengahan September 15 September, pukul 07.00 terjadi erupsi, kepulan asap mencapai tinggi 500, kemudian sore harinya terjadi leleran lava. 17 September, terjadi erupsi kecil, 300 m bagian selatan lubang erupsi 15 September, yang diikuti dengan leleran lava dan alirannya bersatu dengan aliran lava sebelumnya. Leleran lava tersebut berhenti pada 23 Oktober, mencapai panjang 7 km dari pusat erupsi. Peristiwa tersebut mengakibatkan korban satu orang meninggal dan 1 orang luka-luka akibat tersembur awan panas longsoran lava pijar pada waktu menonton lava yang sedang mengalir pada malam hari. Muncul kawah baru diatas Kampung Batu Bulan, dikenal dengan Kawah Maralebuhe. Terjadi peningkatan kegiatan Aliran lava dari Kawah Utama, mengalir ke Kali Beha (Barat), Kali Keting (Timur), Kali Batuawang (Selatan). 5 September awan panas guguran ke Kali Keting, Batuawang dan Kali Beha. 20, 21 Oktober semburan lava pijar terus menerus disertai suara gemuruh. 7 November, peningkatan kegiatan yang berpusat pada Kawah Pusat dan Kawah III. 27 Nopember, erupsi eksplosif besar. Leleran lava terus keluar dari pusat kegiatan baru Arengkambing, Kawah Utama dan Kawah III ke Kali Beha, Kali Keting dan Kali Batuawang. Tanggal 31 Desember terjadi awan panas guguran ke Kali Keting. Alirang lava ke Kali Keting berlanjut terus, dan 19 Januari terjadi penyimpangan leleran lava pada daerah ketinggian 1.000 m dpl. Suara gemuruh bagaikan pesawat jet dan erupsi asap terjadi sepanjang tahun. Tanggal 6 Februari terjadi semburan material pijar disertai awan panas sejauh lebih kurang 1.500 m.
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1996
1997
1998
2000
Januari - Februari terjadi semburan lava pijar. 18 - 20 Agustus terjadi erupsi disertai suara gemuruh kuat 25 Oktober erupsi kuat diikuti muntahan lava pijar dan menabrak tumpukan lava yang nampak selama ini, sehingga terjadi awan panas guguran. 10 - 12 Januari, Februari terjadi leleran lava sejauh 750 m Maret terjadi semburan/luncuran lava pijar 9 dan 22 Mei terjadi leleran lava menuju ke Kali Beha 8 Agustus sebagian lidah lava gugur dan terjadi awan panas guguran 2, 6, 8, 11, dan 19 September terjadi semburan dan luncuran material pijar ke Kali Keting dan Kali Beha 6 dan 13 Oktober terjadi erupsi agak kuat dengan asap setinggi lebih kurang 1.500 m. Bulan November terjadi leleran lava yang teramati sejauh lebih kurang 250m. Februari, terjadi erupsi asap yang kemudian disusul leleran lava sejauh 750 m kearah Kali Hiung. Juni, terjadi erupsi yang disertai lontaran material pijar yang berlangsung hingga Agustus. Februari, erupsi abu Mei, terjadi leleran lava ke Kali Beha Timur yang disertai awan panas guguran, yang mengakibatkan 6 (enam) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang lukan bakar Juni, terjadi lahar di Kali Kahetang melanda sekitar Ibukota Kecamatan Siau Timur, Ulu Siau menyebabkan beberapa sekolah, kantor pemerintah, sarana ibadah, gedung pertemuan, asrama polisi, jalan dan jembatan hancur Januari, terjadi erupsi abu 13 Februari, terjadi leleran lava pijar dari Kawah Utama ke Keting dan ke Kali Batuawang, Kali Beha dan Kali Batang berlangsung hingga Maret. Juni, terjadi erupsi abu mencapai ketinggian 1.500 m. Juli, terjadi erupsi abu setinggi 2.000 m. Agustus, terjadi erupsi abu yang kemudian diikuti leleran lava Maret, erupsi abu terjadi hampir setiap hari. 17 April, terjadi erupsi abu yang disertai strombolian dan leleran lava ke arah Kali Bahembang berlangsung hingga akhir Juni, panjang leleran lava mencapai 3.400 m. Peristiwa tersebut mengakibatkan 3 orang penduduk desa Dame meninggal diterjang awan panas guguran Pada 5 Maret mulai terdengar suara gemuruh dari arah puncak, semakin hari bertambah kuat, sinarapi di Kawah Pusat mulai membesar. Tanggal 13 Maret leleran lava terlihat mengalir ke arah Kali Keting. Tanggal 19 Maret lava membesar serta melebar ke arah Kali Kahetang. Keesokan harinya terjadi awanpanas guguran sejauh 1000 m di Lembah Kali Keting. Tidak ada korban jiwa. 15 Juli, pukul 12.17 terjadi erupsi eksplosif dari Kawah Pusat. Hujan abu mengguyur Desa Kinali, Hiung, dan Kiawang. Tebal abu tidak diketahui karena hujan air menyusul kemudian Diawali dengan membesarnya sinarapi di Kawah Utama pada 26 Mei. Tanggal 27 Mei, pukul 18.15 mulai terlihat leleran lava ke Kali Bahembang, satu jalur dengan Lava 1997. Tanggal 30 Mei terjadi erupsi strombolian disertai suara gemuruh kuat. 27 Oktober terjadi erupsi eksplosif. Asap erupsi mencapai tinggi 1000 m. Material erupsi jatuh di bagian timur, selatan dan barat dan menyebabkan kebakaran hutan di sekitarnya.
2001
2004 2006 2008 2009
2010
2 November terjadi erupsi abu disusul kemudian dengan erupsi strombolian. Material pijar dilontarkan setinggi 1750 m. 6 November mulai terlihat lava di puncak, seolah-olah membentuk kubah. Sepanjang tahun kenaikan kegiatan. Januari mulai terjadi leleran lava kelanjutan dari kegiatan November 2000. Lava mengalir dari Kawah Utama dan Kawah Selatan ke arah baratdaya, timur dan selatantengara ke Kali Beha Timur, Kali Kahetang, Kali Batuawang. 25 Juni terjadi erupsi kuat disertai awanpanas dari Kawah Selatan dan menghancurkan dinding/bibir selatan dari Kawah Selatan, 1 (satu) orang luka terkena udara panas (surge). Tanggal 29 Juni kubah baru mulai muncul kembali mengisi bekas erupsi 25 Juni dan dikenal dengan Kubah 2001. Hingga akhir tahun kubah baru tersebut belum berhenti tumbuh meskipun sangat lambat. Dalam September terjadi lahar di dalam Kali Kahetang dan melanda sebagian rumah penduduk di Kampung Tarorane dan Terminal Ulu Siau. Tidak korban jiwa. Terjadi erupsi eksplosif dan pertumbuhan kubah lava Terjadi erupsi eksplosif, aliran lava, awan panas, dan petumbuhan kubah lava. Penduduk di sekitar gunungapi dievakuasi Erupsi eksplosif yang masih berlangsung hingga bulan Juli 2009 6, 7 Januari, erupsi abu. 1-4 Juni, erupsi dengan asap setinggi 700 m, disertai guguran material vulkanik. 7 November, erupsi disertai guguran ke Kali Keting, Kali Kahetang dan Batuawang. 22 Maret, Erupsi freatik kuat disertai hujan abu, dan mengakibatkan lahar dingin di Kali Batuawang dan Hulu Odong.Jalan Hulu Odong terputus dan terendam material setinggi 10-75 cm, sepanjang 40m. 1 April, terdengan suara letusan disertai guguran ke arah barat (kali batang). 16 Agustus, teramati kubah lava baru di Puncak Kawah Utama. 18-21 terjadi beberapa kali erupsi sedang. 27 September, terdengar suara erupsi sedang disertai guguran lava pijar. Teramati awan panas ke arah Kali Batuawang. 31 Oktober, erupsi dengan asap kelabu kehitaman.
Karakter Erupsi Sebagai gunungapi yang sangat aktif, masa istirahat Gunungapi Karangetang sangat singkat, berlangsung beberapa bulan kemudian meningkat kembali. Pada umumnya kegiatan dimulai dengan erupsi asap/abu dan biasanya berlangsung 2 atau 3 bulan. Kegiatan berlanjut berupa erupsi magmatik (eksplosif) diikuti dengan leleran lava (efusif). Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.
Erupsi abu pada tanggal 5 Juni 2007, pukul 15.11 WITA, dilihat dari Pos PGA
Erupsi eksplosif terkadang diikuti oleh awanpanas, tetapi yang sering terjadi setiap leleran lava selalu menimbulkan awanpanas guguran. Awanpanas tersebut terjadi akibat menumpuknya lava di suatu titik atau di ujung aliran dan rubuh (collapse) karena faktor gravitasi. Berbeda dengan kejadian awanpanas guguran di Gunungapi Merapi yang terjadi dari kubah yang runtuh. Lava di Gunungapi Karangetang hampir selalu mengalir meskipun suatu ketika sebagian membangun kubah. Salah satu ciri khas Gunungapi Karangetang yang patut dicatat, adalah peran gempa tektonik (lokal) sangat besar dalam memotori terjadinya suatu erupsi.
GEOLOGI
Dalam
Peta
Geologi
Gunungapi
Karangetang
(2000),
batuan
disusun
berdasarkan hasil kegiatan gunungapi tersebut, yaitu hasil primer dan sekunder. Penamaan batuan primer diurut dengan nomor, misalnya dimulai dengan Kl. 1 (Aliran Lava 1 Karangetang ) hingga KL. 17, kecuali Lava Arengkambing yang jelas kejadiannya dalam tahun 1976.
Struktur Kawah Secara garis besar, kawah Gunungapi Karangetang menempati puncak dan lereng bagian utara dan selatan yang membentuk satu garis lurus. Berdasarkan Peta Topografi Puncak yang dibuat oleh S. Harto (1962), terdapat 5 (lima) kawah. Tiga kawah mengambil tempat di bagian utara, yaitu Kawah II (KII), Kawah III (KIII), dan Kawah V (KV), serta dua lainnya di bagian selatan, yaitu Kawah Utama (KI) dan Kawah IV (KIV) yang berada di dalam komplek Kawah Utama. Pada Tahun 1979 terbentuk kawah baru di lereng utara dekat Desa Batubulan. Semula lokasi tersebut hanya berupa lubang solfatara, kemudian terjadi longsoran akibat gempabumi tektonik. Lubang tersebut melebar dan bertambah dalam serta
berasap putih tebal sehingga menyerupai kawah dan kemudian dikenal dengan Kawah Batubulan. Namun demikian, sampai sekarang belum pernah menjadi titik erupsi.
Peta Topografi Puncak Gunungapi Karangetang tahun 1962
Beberapa kawah tersebut di atas hanya menjadi pusat erupsi dalam satu tau beberapa kali periode kemudian tidak aktif lagi atau tertutup oleh lava. Peta topografi puncak dan lereng selatan Gunungapi Karangetang yang dibuat dalam tahun 1979 memperlihatkan hanya 2 (dua) kawah, yaitu Kawah Utama (KI) di sisi selatan dan Kawah II (KII) di sisi utara. Pada tahun 1993 terbentuk kubah lava di dalam Kawah II tetapi tidak menutupi secara keseluruhan permukaan kawah, sehingga keberadaannya sebagai kawah tetap terlihat dan pada kenyataannya masih aktif. Pada Juli 2001, pasca erupsi 25 Juni 2001 juga terbentuk kubah lava di dinding selatan Kawah Utama atau menutupi Kawah IV yang berada pada sudut selatan dalam komplek Kawah Utama. Agar mudah diingat, maka kedua kawah yang tersisa dan masih aktif tersebut dinamai Kawah Selatan (Kawah Utama, KI) dan Kawah Utara (KII) sesuai posisinya di puncak.
Keterangan: a. Kondisi puncak sebelum thn. 1992, puncak tertinggi +1784 m dml. b. Kondisi puncak dalam thn. 1993. Erupsi 1992 berakhir dengan terbentuknya Kubah 1992. KII masih tersisa pada pangkal kubah. Puncak kubah melampaui puncak tertinggi Karangetang, diduga mencapai tinggi +1820 m dan menjadi puncak tertinggi G. Karangetang saat ini. c. Kondisi puncak dalam Juni 2001. Dinding utara KIV runtuh (collapse) pada erupsi 25 Juni 2001. d. Kondisi puncak dalam Juli 2001. Muncul kubah baru pada bekas runtuhan 25 Juni dan disebut Kubah 2001.
Stratigrafi G. Karangetang sangat kaya dengan lava. Hampir setiap peningkatan kegiatan selalu disertai oleh leleran lava. Berikut ini keterangan singkat dari stratigrafi batuan G. Karangetang dari yang tua hingga yang paling muda.
Aliran Lava 1 Karangetang (Kl.1). Lava andesit, dijumpai di kaki selatan dan barat dari pantai hingga ketinggian 300 m.
Aliran Lava 2 Karangetang. (Kl.2). Lava andesit basaltis, tersingkap di baratlaut puncak.
Aliran Lava 3 Karangetang (Kl.3). Lava andesit basaltis ini tersingkap di Nameng, Batubulan (utara).
Aliran Lava 4 Karangetang (Kl.4). Satuan lava andesit, dijumpai di tenggara dan sepanjang sisi timur di Kali Beha dan Kali Lanage.
Aliran Lava 5 Karangetang (Kl.5). Satuan ini tersingkap di lereng selatan dan umumnya ditutupi oleh lapukan setebal 0,5 m dan berasosiasi dengan endapan guguran lava, berkomposisi andesit.
Aliran Lava 7 Karangetang (Kl.7). Lava andesit basaltis, dijumpai di Kali Kanawong dan Batuawang, baratdaya puncak selatan Karangetang.
Aliran Lava 8 Karangetang (Kl.8). Lava yang menjadi fondasi jalan antara Batuawang dan Beong yang berasosiasi dengan material guguran lava, berkomposisi andesit.
Aliran Lava 9 Karangetang (Kl.9). Satuan ini membentuk morfologi Bukit Arengkambing (1400 m) adalah andesit.
Aliran Lava 10 Karangetang (Kl.10). Lava andesit abu-abu.
Aliran Lava 11 Karangetang (Kl.11). Dari jenis andesit basaltis yang di jumpai di Kali Beha Barat, lereng barat puncak.
Aliran Lava 12 Karangetang (Kl.12). Satuan ini berkomposisi andesit basaltis dan dijumpai di bagian timur pada ketinggian 1600 m.
Aliran Lava 13 Karangetang (Kl.13). Tersingkap di Kiawang berkomposisi andesit berwarna abu-abu.
Aliran Lava 14 Karangetang (Kl.14). Lava ini tersebut di bagian utara di Desa Batubulan berkomposisi andesit basaltis.
Aliran Lava 16 Karangetang (Kl.16). Lava ini tersingkap di bagian utara puncak adalah lava andesit basaltis.
Aliran Lava Arengkambing (Akl). Leleran lava ini terjadi dalam tahun 1976 dan merupakan
erupsi
samping
G.
Karangetang.
Titik
erupsinya
di
lereng
Arengkambing, pada ketinggian 900 m. Lava mengalir hingga mendekati pantai tenggara Pulau Siau.
Kubah Lava 1 Karangetang (Kk.1). Dierupsikan dari Kawah Utara berkomposisi andesit basaltis dan membentuk kubah di puncak.
Kubah Lava 2 Karangetang (Kk.2). Terbentuk di Kawah Selatan berkomposisi andesit basaltis berwarna hitam.
Aliran Lava 17 Karangetang (Kl. 17). Lava ini mengalir ke barat dan selatan hingga ketinggian 500 - 600 m, berkomposisi andesit basaltis. Batuan sekunder terdiri dari endapan lahar dan alluvial
Peta sebaran lava piroklastik dan lahar G. Karangetang
GEOFISIKA Kegempaan Penelitian kegempaan pertama kali dilakukan oleh S. Siswowijoyo pada tahun 1974. Ketika itu masih menggunakan seismograf mekanik jenis Spindler and Hoyer. Sejak dioperasikannya Pos PGA dalam tahun 1978, seismograf adalah salah satu peralatan standar, dengan demikian pengamatan kegempaan mulai kontinyu dilakukan. Masa awal pengoperasiannya dipergunakan seismograf Hosaka dengan sistem telematri kabel (mekanik). Tahun 1993 sistem tersebut dirubah menjadi sistem telemetri radio (RTS). Seismometer ditempatkan di lereng selatan, 2 km dari puncak. Berdasarkan hasil analisis perhitungan sumber gempa (hiposenter) Vulkanik pada Juni 2007, umumnya tersebar di bagian selatan – barat dari pusat kegiatan dengan dengan kedalamannya berkisar antara 0,892 – 5,884 km dpl.
Km
o
125 28,8'E
6
N
5 4 3 2 1
Kw. Batukole Kw. Utara
0
W
-1 -2
Kw. Selatan
o
E
2 44,77'S
LHI ARK
-3 -4
POS
-5 -6 -7 -8 -9
S
-10
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Km
Kedalaman (Km)
Kedalaman (Km)
Penampang Vertikal B-T
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kw. Batukole
-5 -4 -3 Kw. Utara -2 ARK Kw. Batukole POS -1 LHI 0 1 2 3 4 5 6 7 8 o W 125 28.8'E E 9 10 Km -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kw. Selatan
Penampang Vertikal S-U
-4 -3 -2 Kw. Batukole ARK POS -1 0 LHI 1 2 3 4 5 6 7 8 o N 9 S 2 44.77'S 10 Km -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kw. Selatan
Kw. Utara
Sebaran hiposenter gempa Vulkanik G. Karangetang Juni 2007
Gaya Berat Penelitian gaya berat dilakukan pada Mei 1996. Zona lemah di G. Karangetang bentuknya konsentris terhadap puncak dan mengecil ke arah puncak. Hal tersebut diinterpretasikan adanya sistem saluran magma (diatrema) yang terbuka. Semakin ke arah selatan strukturnya lebih kompak dan homogen karena sistem vulkanisnya berada di bagian utara Pulau Siau.
Geomagnet
Pengukuran dilakukan pada bulan Februari 2007, pada bagian barat dan selatan Gunungapi Karangetang. Berdasarkan data dari International Geomagnetik Reference Field (IGRF), dengan menggunakan software geomag60, diketahui bahwasanya harga medan magnetik regional (T IGRF) di G. Karangetang berada pada harga 39915.6 nT. Harga magnetik residual kemudian diplot dengan menggunakan software Surfer dan menghasilkan Peta Anomali Medan Magnetik Residual
U
Titik Pengamata
Titik-Titik Pengamatan Geomagnetik di G. Karangetang (Suparman, Y., 2007).
U
: Kontur Ketinggian
: Sesar (di Peta Geologi)
: Kontur Magnetik : Pos Gunungapi Karangetang
: Kelurusan Titik Erupsi : Titik Ukur Geomagnetik
Peta Anomali Magnetik Total di overlay denga Peta Topografi G. Karangetang (Suparman, Y., 2007)
Berdasarkan Peta Geologi Gunungapi Karangetang (Budianto, A., 2000) terdapat dua struktur utama, yaitu: Sesar Akesimbeka dan Sesar Arengkambing. Sesar Normal Akesimbeka terletak di sebelah selatan puncak G. Karangetang, memanjang dari barat ke timur. Sesar Arengkambing terletak di sebelah tenggara puncak G. Karangetang, mempunyai arah relatif struktur 150-200 yang ditafsirkan sebagai sesar normal dimana blok bagian timurnya relatif bergerak turun terhadap blok bagian barat. Blok-blok sesar yang naik berada pada kelurusan nilai anomali magnetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan blok-blok sesar yang turun yang berada pada kelurusan nilai anomali magnetik yang lebih rendah. Berdasarkan asumsi tersebut maka kelurusan-kelurusan dari struktur geologi pada Peta Anomali Magnetik Residual, yang kemudian diinterpretasikan sebagai kelurusan dari struktur sesar, didasarkan kepada adanya kelurusan kontras yang cukup besar pada harga anomali magnetik residual.
Peta Kontur Anomali Magnetik Residual di overlay dengan Visualisasi 3-D Kontur Anomali Magnetik Residual (rotation 300) dan Sesar pada Peta Geologi G. Karangetang, (Suparman, Y., 2007).
GEOKIMIA
Petrologi Lava Karangetang pada umumnya adalah andesit - andesit basaltis berforitik dan sebagian kecil pilataksitik dengan fenokris plagioklas dan hornbelende dalam masa dasar mikrolit plagioklas, gelas, mineral opak dan mikrogranular piroksen. Mineral plagioklas dijumpai dengan jumlah 40 - 50 % berbentuk subhedral euhedral. Sedangkan mineral opak tampil sebagai masa dasar berbentuk anhedral. Piroksen ditemui sebagai masa dasar sebanyak 5 - 15 % berbentuk prismatik berupa kristal subhedral - euhedral. Terkadang dijumpai berasosiasi dengan gelas, opak dan mikrolit plagioklas. Hornblende hanya 5 % dengan ring structur.
Kimia batuan Kandungan silika yang terdapat pada batuan Karangetang berkisar 52 - 54 %, tetapi sample terakhir (Lava 2001) prosentase tersebut meningkat menjadi 57 %. Perpaduan antara unsur alkali dari Na2O + K2O terhadap MgO + FeO menunjukan, bahwa lava di Karangetang berada dalam kelompok calk alkali. Berikut ini hasil analisis kimia batuan G. Karangetang. Hasil analisis kimia batuan/lava G. Karangetang, tahun 1976, 1985, 1996, 2001 Unsur SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O MnO TiO2 P2O5 H2O HD
Lava 1976 53,59 18,36 5,59 8,05 4,79 2,80 0,86 0,29 0,73 0,08 0,30 0,45
Lava 1985 52,53 18,12 10,10 9,34 4,28 3,18 1,16 0,20 0,86 0,23
Lava 1996 53,14 17,59 9,86 9,41 4,51 3,10 1,14 0,21 0,85 0,20
Lava 2001 57,09 17,62 8,17 8,50 3,71 2,28 1,12 0,20 0,63 0,26 0,10 0,01
Kimia Air Di sekitar tubuh G. Karangetang, ditemukan 4 mata air panas, yaitu masingmasing di desa Lehi, Mini, Timbako dan Batulosoh (muara K. Nanitu). Lokasi pengambilan conto air panas, Juni 2007 Nama Stasiun
Koordinat
Elevasi
Bujur Timur 125o 22,189’ 125o 22,169’ 125o 22,281’ 125o 22,288’
Mini Lehi Batulosoh (Nanitu) Timbako
Lintang Utara 02o 46,206’ 02o 45,940’ 02o 46,363’ 02o 46.073’
(m dpl) 0 0 0 0
Perbandingan perubahan temperatur dan pH air panas pada pengukuran Mei 2006 dan Juni 2007 Nama Stasiun Mini Lehi Batulosoh (Nanitu) Timbako
Mei 2006 Suhu air ( oC) 49 46 74 66
pH 6,34 6,31 6,17 6,32
Juni 2007 Suhu air ( oC) 43,3 47,5 66 69,3
pH 5,94 5,80 5,86 5,87
Perbandingan konsentrasi (ppm) kimia air panas G. Karangetang hasil analisis Mei 2006 dan Juni 2007 Unsur Na+ K+ Ca2+ + Mg Fe3+ As3+ NH4+ BFClHCO3SO42SiO2
Mini 497,15 58,00 303,36 95,67 3,57 0,01 1,55 1,2 0,66 819,72 204,32 558,97 89,20
Mei 2006 Nanitu Lehi 220,95 368,26 23,00 53,00 131,22 253,98 46,56 76,19 0,41 0,31 0,01 0,01 0,20 1,36 0,2 1,1 0,24 0,68 261,65 634,09 201,48 212,83 396,55 552,76 78,40 105,00
Timbako 432,70 40,00 143,92 77,04 0,31 0,01 0,29 0,65 0,23 605,21 178,78 487,59 79,80
Mini 260,60 40,16 233,32 83,25 0,30 0,02 0,04 0,35 0,73 1162,96 217,77 173,82 82,27
Juni 2007 Nanitu Lehi 161,42 103,97 42,61 21,06 265,14 118,70 145,83 35,79 0,26 0,43 0,01 0,02 0,01 0,03 0,52 0,17 1,27 0,18 811,10 240,43 232,29 261,32 383,16 212,28 68,48 76,36
Timbako 154,13 41,14 265,14 145,83 0,35 0,01 0,00 0,35 0,91 782,14 225,03 383,16 72,88
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Pemantauan G. Karangetang dialkukan secara menerus baik secara visual maupun instrumental (seismograf). Pemantauan berkala dilakukan dengan metoda deformasi (GPS dan EDM) Pos Pengamatan G. Karangetang secara administratif terletak di Desa Salili, Kecamatan Siau Barat,
Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara dengan letak
geografis 02o 44’ 46,56” LU dan 125o23’ 01,26” BT pada ketinggian 331 m. Secara visual dalam keadaan tidak berkabut puncak Gunungapi Karangetang dapat terlihat
jelas dari pos, sehingga fenomena kepulan asap kawah serta fenomena lain dapat teramati dengan jelas Kegempaan G. Karangetang dipantau dengan sebuah sistem pemantauan yang terdiri dari seismometer L4C satu komponen (vertikal) yang ditempatkan di tubuh Gunungapi Karangetang dengan posisi geografis 02° 45’ 40,04” LU dan 125° 23’ 41,10” BT. Data kegempaan yang terekam dikirimkan ke Pos PGA melalui sistem RTS. Data tersebut direkam menggunakan rekorder PS-2. Hasil pemantauan setiap hari dicatat, dianalisa dan dilaporkan ke pusat (Bandung) guna menentukan satus kegiatan gunungapi tersebut.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Pendahuluan Dalam rangka memitigasi ancaman bahaya primer dan bahaya sekunder terhadap penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi, telah dibuat Peta Peta tersebut dibuat berdasarkan bentuk bentang alam, karakteristik dan potensi bahaya yang ada. Kawasan rawan bencana dibagi atas 3 bagian berdasarkan ancaman bahaya yang mungkin melanda, yaitu Kawasan Rawan Bencana III (KRB III), Kawasan Rawan Bencana II (KRB II), dan Kawasan Rawan Bencana I (KRB I).
Kawasan Rawan Bencana III Kawasan ini sering terlanda awanpanas, lontaran dan guguran material (pijar) dan aliran lava. Kawasan ini berdiameter 2 km meliputi daerah puncak dan beberapa aliran sungai yang berhulu di puncak hingga 3 km ke hilir. Misalnya Kali Kahetang dan Kali Keting di sebelah selatan, Kali Maralebuhe dan Kali Batuawang di sebelah utara. Secara umum kawasan ini mencapai luas 18 km2 dan di dalam peta berwarna merahjambu (pink) tua. Kawasan Rawan Bencana II Berpotensi terlanda aliran lava dan lahar serta kemungkinan perluasan awanpanas yang mencakup lereng dan aliran sungai di sebelah barat, utara, timurlaut, dan tenggara puncak seluas 28 km2. Di dalam peta berwarna merahjambu (pink) muda.
Kawasan Rawan Bencana I Sangat mungkin terlanda hujan abu yang meliputi radius 6 km dengan pusat di puncak. Dalam peta kawasan ini bergaris kuning dengan batas lingkaran berwarna kuning.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Karangetang
DAFTAR PUSTAKA Budianto A., M.N. Kartadinata, Kusdaryanto. 2000. Peta Geologi Gunungapi Karangetang, Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi. Bronto S., Djuhara A., 1996, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Provinsi Sulawesi Utara, 1996 Harto S., 1962. Peta Topografi Puncak G. Karangetang. Kusumadinata K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi. Solihin A., dkk. 2007. Laporan Pengamatan Terpadu Gunungapi Karangetang, Sulawesi Utara. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Suparman Y., 2007. Laporan Penyelidikan Geofisika (dengan Menggunakan Metoda Geomagnetik) Gunungapi Karangetang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.