52
STAIN Palangka Raya
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PROSA MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS ILUSTRASI DI SEKOLAH DASAR Oleh: Siti Muawanah
ABSTRACT
Illustration based teaching learning in this study is the model of teaching learning using picture competency as the sketch illustration and photo which are provided to the students for prose composition assignment. The picture/sketch was developed from the simple model to the picture which stimulated the students to inspire in proposing the idea in writing. Based on the data analysis, the skill improvement of writing prose composition on the pre-test and post-test was different. From the different tests, it was concluded that there was significant different improvement between the skill improvement of writing prose composition and the development of illustration based teaching learning model on the pre-test and post-test. Based on the result of the study, the suggestions obtained are: 1) The teaching learning of illustration based writing is very potential if it is applied in the school in order to improve the students’ writing quality; 2) The positive attitude applied in the illustration based teaching learning can be the basis of creating the effective learning situation. Key words: Illustration based teaching learning, the skill of writing prose composition. Menurut Durahman; hambatan pertama dalam menulis adalah sulitnya mengungkapkan pendapat ke dalam tulisan. Yang kedua sangat miskin bahan yang akan ditulis. Hambatan ketiga kurang memadainya kemampuan kebahasaan yang dimiliki. Hambatan keempat, kurangnya pengetahuan tentang kaidah-kaidah menulis. Hambatan terakhir kurangnya kesadaran akan pentingnya menulis 1. Oleh karena itu, menjadi tugas gurulah dalam memilih model yang tepat dalam pembelajaran menulis di kelas untuk mencari solusi terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam menulis. Guru memegang peranan penting dalam proses latihan menulis, tetapi jarang memeriksanya apalagi mengembalikannya. Bagaimana siswa tahu tulisannya bagus, jelek, kalau tidak ada koreksi dari guru. Para siswa sekolah dasar enggan menulis karena bingung dari mana mereka harus memulai menulis, mereka tidak tahu bagaimana cara mengorganisasi pikiran atau perasaan mereka di atas kertas. Karena memang tidak diperkenalkan kepada pengalaman menulis 1
Durrahman, Kiat Menulis, Surabaya: CV. Amin, 1991, h. 3.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
53
STAIN Palangka Raya
oleh guru, baik melalui contoh-contoh karangan maupun pada latihan-latihan terpimpin. Keterampilan menulis sangat baik diajarkan kepada siswa sekolah dasar asalkan disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir dan berekspresi. Mereka diharapkan telah memiliki kemampuan menulis dasar dalam bentuk ungkapan atas pengalaman pengetahuan, atau perasaan yang mereka miliki ke dalam bahasa tulis yang teratur, beruntun dan satu kesatuan yang kohesif dan koheren, sehingga menjadi wacana yang baik2. Pengajaran dengan menggunakan model yang dapat menggugah imajinasi siswa dapat merangsang siswa untuk menulis. Salah satunya dengan bantuan ilustrasi seperti foto, sketsa, dan lukisan. Menurut Alwasilah ”album foto keluarga adalah salah satu cara untuk memperoleh gagasan untuk menulis.” 3 Tulisan ini dimaksud sebagai upaya mencari alternatif dalam pembelajaran menulis, khususnya kemampuan tentang keterampilan menulis karangan prosa siswa kelas 4 di SDN KPADI Bandung. Karangan yang dimaksud adalah susunan bahasa sebagai pengutaraan pikiran, perasaan, penginderaan, khayalan, kehendak, keyakinan, dan pengalaman kita”4 Dalam penelitian ini penulis menggunakan model pembelajaran berbasis ilustrasi. Model pembelajaran menulis berbasis ilustrasi adalah model pembelajaran menulis yang memiliki ciri pemberian tuntunan visual yang disediakan berupa foto, sketsa sebagai sumber inpirasi siswa untuk setiap tugas menulis. Kegiatan menulis karangan prosa di sekolah dasar dalam penelitian ini dengan cara disediakan Ilustrasi sketsa dan foto. Sketsa yang disediakan adalah : 1) sketsa tentang kegiatan belajar di kelas, 2) foto pekan kreatifitas siswa di sekolah SDN KPAD I yaitu foto para siswa yang sedang menari, 3) sketsa pasar malam, 4) sketsa tranportasi, dan 5) sketsa kebun binatang. Tema ilustrasi prosa ini sesuai dengan tingkat kemampuan perkembangan dan karakter siswa sekolah dasar kelas 4, yang mana ilustrasi tersebut dimulai dari yang sederhana mudah dekat dengan lingkungan anak hingga dikembangkan menjadi gambar yang akan menjadikan siswa lebih terangsang namun tetap mengacu pada apa yang tercantum dalam standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Model ini diharapkan dapat menjadi efektif dalam berlatih menulis khususnya bagi siswa sekolah dasar. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diungkap adalah ingin mengungkap bagaimana rancangan pengembangan model pembelajaran berbasis ilustrasi dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan prosa siswa. Metode Penelitian Studi ini dilaksanakan dengan pendekatan penelitian dan pengembangan tentang penerapan model menulis berbasis ilustrasi yang dilakukan melalui pengembangan model gambar dan hasil belajar pada siswa kelas 4. Desain 2
H. Wari, .Keterampilan Menulis Paragraf, Jakarata: PT.Grasindo, 1965, h. 52. A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Menulis Cara Baru Menulis dengan Metode kalaborasi, Bandung: Kiblat, 2005, h. 71. 4 Yus Rusyana, (1984). Bahasa dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan, Bandung: CV. Diponegoro, 1984, h. 1. 3
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
54
STAIN Palangka Raya
pembelajaran model ini dimulai pembelajaran pertama/analisis tes awal rata-rata nilai siswa masih rendah, kemudian dilanjutkan pembelajaran berikutnya dengan pengembangan model gambar yang siswa akan lebih terangsang/lebih terampil untuk menemukan ide/gagasannya dalam menulis, hingga pada pembelajaran kelima/tes akhir siswa mengalami peningkatan yang signifikan tentang kemampuan menulis karangan prosanya. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4-a SDN KPAD I Bandung. Data dalam penelitian ini berupa skor yang diperoleh dari tes keterampilan menulis berbasis ilustrasi. Analisis yang dilakukan berdasarkan kriteria menulis karangan menurut Dikjen Yakni dilihat dari kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan, penggunaan dan penulisan ejaan, pilihan kata/diksi, struktur kalimat, keterpaduan antar kalimat, keterpaduan antar paragraf, isi keseluruhan, dan kerapian sebuah karangan5. Hasil dan Pembahasan Terdapat lima kali pembelajaran dalam uji lapangan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan model berbasis ilustrasi ini. Setiap pertemuan dikemas dalam tiga tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Setelah disetiap akhir pembelajaran diketahui temuan hasil analisis dari pembelajaran tersebut permasalahan solusinya direncanakan perbaikan pada pembelajaran berikut-berikutnya dengan tujuan hingga pada akhir siswa harus mencapai target yang sudah ditentukan berikut rancangan kegiatan belajar mengajar dengan model berbasis ilustrasi. 1. Rancangan Kegiatan Pembelajaran Tabel 1 Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar Dengan Model Berbasis Ilustrasi WAKTU Kegiatan awal (10 menit)
Kegiatan inti (50 menit)
KEGIATAN GURU 1. Guru mengkondisikan siswa ke dalam suasana pembelajaran yang kondusif diantaranya guru meminta siswa menyusun posisi belajar membentuk setengah lingkaran 2. Guru mengabsen siswa 3. Guru melakukan apersepsi (guru mereview siswa pada kegiatan mengarang) 1. Guru menjelaskan pengertian menulis prosa,ilustrasi, dan sketsa/foto 2. Guru menampilkan bentuk ilustrasi sketsa/foto yang sudah disiapkan yang dipajang dipapan tulis 3. Guru mengajukan beberapa pertanyaan sekait dengan ilustrasi sketsa/foto yang sudah dipajang dipapan tulis 4. Guru memberikan reward kepada siswa yang menjawab dengan benar dalam bentuk pujian. (Guru
KEGIATAN SISWA 1. Siswa mengikuti instruksi guru dan membentuk posisi belajar mereka menjadi setengah lingkaran 2. Siswa mengangkat tangan bagi yang hadir 3. Siswa menanngagapi apersepsi yang disampaikan guru 1. Siswa mendengarkan/mencatat 2. Siswa memperhatikan dan mengamati bentuk sketsa tersebut 3. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru 4. Siswa berusaha menjawab dengan tepat
5
Dikjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, .Acuan Pembelajaran MK. Bahasa Indonesia Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia, Direktorat Pendidikan Tinggi Depnas, 2006, h. 7.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
55
STAIN Palangka Raya
meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat jika ada) 5. Guru menyuruh untuk mengungkapkan ilustrasi tersebut dalam bentuk karangan
6. Guru merevisi karangan bersamasama siswa dengan cara menukarkan hasil karangan siswa kepada siswa lainya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan 7. Guru menyuruh siswa untuk menukar kembali hasil revisi kepada teman yang memiliki karangan tersebut 8. Guru menyuruh perwakilan siswa untuk membaca hasil karangan yang telah direvisi berdiri di depan kelas
9. Guru bersama siswa/ guru menyuruh siswa mempublikasikan karangannya dimajalah dinding dalam kelasnya Kegiatan akhir (10 menit)
1. Guru beserta siswa melakukan penguatan terhadap materi yang telah diberikan
2. Guru menutup pelajaran
5. Dengan melihat, memahami model gambar yang dipajang dipapan tulis siswa dengan bebas menentukan satu kata kunci gambar yang disenangi kemudian kata kunci tersebut ditentukan kalimat utamanya/kerangka karangannya selanjutnya siswa menuliskan karangan prosanya secara lebih spesifik yang mengacu pada satu kata kunci yang telah ditentukan siswa sendiri. 6. Siswa bersama-sama guru merevisi hasil karangannya yang telah ditukarkan dengan temannya 7. Siswa menukar hasil revisinya
8. Perwakilan dari siswa untuk membacakan hasil karangannya yang sudah direvisi dan dengan dibacakan didepan kelas dengan berdiri, siswa yang lain mendengarkan/ menyimak dengan baik 9. Dengan bimbingan guru siswa menempelkan mempublikasikan karangannya pada majalah di dinding kelasnya ( perwkilan/beberapa karya siswa) 1. Siswa menyimak dengan baik dan diharapkan siswa memiliki keterampilan menulis yang lebih baik dari pada keterampilan yang dimiliki sebelumnya.Pada setiap pembelajarn temuan dari hasil analisis akan dilakukan perbaikan pada setiap pembelajaran selanjutnya, hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk mencapai target hasil minimal 7,5. 2. Siswa mengikuti/ menjalankan nasehat guru
2. Persiapan Pembelajaran Persiapan pembelajaran yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu penyusunan kegiatan yang dilakukan sebelum proses pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran menulis berbasis ilustrasi disusun menjadi 5 pertemuan. Pada pertemuan pertama dilakukan pembelajaran berbasis ilustrasi yang diakhiri dengan kegiatan tes awal. Dari hasil analisis pada tes awal kemudian dilakukan pembelajaran dengan pengembangan model berbasis ilustrasi, dimana pada setiap pertemuannya dilakukan evaluasi atau tes sampai mencapai nilai minimal 7,5. Pada pembelajaran yang memperoleh nilai evaluasi minimal 7,5 dipakai sebagai hasil dari tes akhir. Pembelajaran yang mencapai nilai evaluasi minimal 7,5 tersebut terdapat pada pembelajaran pada pertemuan kelima. 3. Pelaksanaan Model Pembelajaran Menulis Karangan Prosa Berbasis Ilustrasi
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
56
STAIN Palangka Raya
Penerapan model pembelajaran menulis karangan berbasis ilustrasi berlangsung selama lima kali pertemuan dalam kelas yang hanya waktu berbeda. Pelaksanaan diatur dalam pembelajaran, yang meliputi pembelajaran I, II, III, IV, dan V. Pada masing-masing pertemuan tiap pembelajaran model gambar/sketsa berbeda. Sesuai dengan urutan pengembangan model, disiapkan dimulai dari gambar yang sederhana hingga pada model gambar yang dapat membuat siswa lebih terangsang berkeinginan, menciptakan suatu perasaan, mempengaruhi pendapat atau memotivasi diri dalam mengemukakan imajinasinya ke dalam bentuk bahasa tulis. a. Pelaksanaan Proses Pembelajaran I 1) Deskripsi Pelaksanaan Proses Pembelajaran I Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis karangan prosa berbasis ilustrasi ini berpedoman kepada silabus yang telah direncanakan. Materi pokok yang diberikan adalah menulis karangan prosa berbasis ilustrasi yang terdiri atas sketsa “Kegiatan Belajar di Kelas” Beberapa kata kunci gambar yang terdapat dalam sketsa tersebut antara lain adalah 1) guru, 2) siswa, 3) meja belajar siswa, 4) meja guru, 5) papan tulis, 6) jendela/ventilasi. Proses pembelajaran ini dibagi menjadi tiga kegiatan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pembelajaran 1 ini dilakukan treatment atau perlakuan dimana siswa diajarkan tentang bagaimana menulis prosa dengan model berbasis ilustrasi. Berikut ini deskripsi proses pembelajarannya. a) Kegiatan Awal Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, kemudian guru mengkondisikan siswa ke dalam suasana pembelajaran yang kondusif diantaranya guru meminta siswa untuk menyusun posisi belajar ke dalam bentuk setengah lingkaran. Hal ini dilakukan agar siswa memperhatikan guru dengan seksama. Bersama dengan instruksi yang diberikan guru, siswa membentuk posisi belajar mereka menjadi setengah lingkaran. Masih dalam kegiatan awal guru mengabsen siswa. Siswa mengangkat tangan bagi yang hadir. Guru akan memberikan tanda absen kepada siswa yang tidak hadir. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah melakukan apersepsi yaitu mengaitkan materi yang akan diberikan dengan materi ajar yang telah didapatkan sebelumnya. b) Kegiatan Inti Pembelajaran ini diarahkan pada pengetahuan tentang model pembelajaran menulis berbasis ilustrasi dimana guru menampilkan sebuah bentuk sketsa yang telah dipajang dipapan tulis yaitu sketsa tentang “ Kegiatan Belajar di Kelas”. Tujuan khusus pada kegiatan pelaksanaan model pembelajaran ini adalah siswa menulis karangan prosa secara lebih spesifik yang harus mengacu pada salah satu kunci gambar yang ditentukan oleh siswa sendiri. Kegiatan ini diawali dengan penjelasan pengertian prosa, ilustrasi maupun pengertian sketsa. Kemudian dilanjutkan tanya jawab tentang identifikasi sketsa tersebut. Guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang keberadaan jumlah
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
57
STAIN Palangka Raya
kata-kata kunci gambar yang ada pada sketsa yang telah ditemukan/disebutkan oleh para siswa. Sebelum siswa mengarang guru menyuruh agar siswa menentukan kalimat utamanya/kerangka karangannya yang kemudian guru memberitahu bahwa kerangka tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi kerangan prosa yang baik oleh masing-masing siswa dalam menjalankan tugas menulisnya. Dalam kegiatan tanya jawab tentang model sketsa “Kegiatan Belajar di Kelas” tersebut guru akan memberikan reward, kepada siswa yang dapat menjawab benar dalam bentuk pujian seperti “bagus”, “hebat”, “pintar”. Diharapkan stimulus ini dapat merangsang siswa untuk berusaha menjawab dengan tepat. Jika ada yang menjawab tidak sesuai maka guru akan meluruskan jawaban siswa tersebut. Kemudian guru menyuruh siswa untuk mengungkapkan ilustrasi tersebut dalam bentuk karanga prosa. Pada akhirnya siswa dapat mengungkapkan ilustrasi yang ditampilkan dalam bentuk karangan. Setelah siswa melalui proses menulis karangan prosa dan menyelesaikannya, guru merevisi karangan siswa dengan cara menukarkan hasil karangan siswa kepada siswa yang lainnya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh guru. Kriteria-kriteria yang harus terdapat dalam karangan prosa siswa adalah sebagai berikut : 1) Kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan; 2) Penggunaan dan penulisan ejaan; 3) Pilihan kata dan diksi; 4) Struktur kalimat; 5) Keterpaduan antar kalimat; 6) Keterpaduan antar paragraf; 7) Isi keseluruhan; 8) Kerapian. Setelah siswa menyelesaikan kegiatan revisi guru menyuruh siswa untuk menukar kembali hasil revisi kepada teman yang memiliki karangan tersebut. Kemudian karangan yang telah dikembalikan tersebut diperbaiki sehingga karangan itu menjadi karangan yang baik karena telah direvisi dengan teman sejawat berdasrkan ketentuan dan bimbingan guru. Agar hasil karangan lebih kongret maka guru menyuruh beberapa perwakilan siswa untuk membacakan hasil karangan yang telah direvisi di depan kelas. Akhirnya guru beserta siswa mempublikasikan hasil karangan di majalah dinding. c) Kegiatan Akhir Kegiatan pembelajaran pada pembelajaran ini ditutup dengan memberi dorongan kepada siswa dengan cara menyampaikan tanggapan tentang proses pembelajaran dan guru memotivasi siswa untuk membiasakan banyak membaca sehingga dapat menumbuhkan ide-ide dalam mengarang. Selanjutnya, pada akhir pembelajaran pertama ini dilakukan tes awal. 2) Analisis Kemampuan Tes Awal Analisis kemampuan menulis karangan, diuraikan berdasarkan kemampuan tes awal terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan analisis karangan pada tes akhir. Adapun penilaian meliputi kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan, juga harus sesuai dengan kriteria ilustrasi (who/siapa, why/kenapa, where/dimana, when/kapan); penggunaan dan penulisan ejaan; pilihan kata/diksi; struktur kalimat; keterpaduan antar kalimat; keterpaduan antar paragraf; isi
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
58
STAIN Palangka Raya
keseluruhan; dan kerapian. Berikut adalah analisis tes awal kemampuan menulis karangan prosa siswa berdasarkan kriteria penilaian menulis. a) Kesesuaian Ilustrasi dengan Isi Karangan Masalah pertama yang dihadapi siswa untuk menulis karangan adalah siswa harus mempunyai suatu objek yang dibicarakan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek ilustrasi, kemudian mengembangkan gagasan utamanya secara jelas terperinci. Pada aspek kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan, tidak ada yang memperoleh skor 0 artinya tidak ada jawaban yang kosong. Sedangkan yang memperoleh skor 1 sebanyak 80%. Pada aspek ini juga, yang memperoleh nilai 2 (kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan dan hasil karangan siswa spesifik mengacu pada satu kata kunci gambar) sebanyak 20%. b) Penggunaan dan Penulisan Ejaan Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca pada karangan. Pada aspek penggunaan dan penulisan ejaan, yang memperoleh skor 0 sebanyak 3,33% artinya penggunaan dan penulisan ejaan salah semua. Sedangkan yang memperoleh skor 1 sebanyak 66,67%. Pada aspek ini juga, yang memperoleh skor 2 sebanyak 30% dan tidak ada yang memperoleh skor 3. c) Pemilihan Kata atau Diksi Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam dunia karang-mengarang. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikan, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata. Untuk menyusun kalimat yang efektif harus dipilih kata-kata yang tepat, seksama, dan lazim baku. Pada aspek penggunaan dan penulisan ejaan, yang memperoleh skor 0 sebanyak 6,67% artinya penggunaan kata tidak sesuai dengan ilustrasi. Sedangkan yang memperoleh skor 1 sebanyak 56,67%. Pada aspek ini juga, yang memperoleh skor 2 sebanyak 36,67%. d) Struktur Kalimat Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dapat berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (kordinatif), tidak setara (subkordinatif), ataupun campuran (kordinatifsubkordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal, gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk 6. Pada aspek ini secara
6
Hasan Alwi, Tata Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia, Jakarata: Balai Pustaka, 2003, h. 64.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
59
STAIN Palangka Raya
umum diperoleh kesimpulan bawa dalam penyusunan struktur kalimat siswa banyak mengalami kesalahan. e) Keterpaduan Antar Kalimat Keraf mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan keterpaduan antar kalimat yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu7. Bagaimana hubungan subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi. Secara umum bahwa hasil karangan siswa dalam hal keterpaduan antar paragraf terlihat hubungannya tidak bertautan dan berurutan.
f) Keterpaduan Antar Paragraf Dalam membentuk sebuah karangan harus diperhatikan agar hubungan antar paragraf dengan paragraf teratur serta tersusun secara logis. Pada aspek ini yang mencapai nilai 0 adalah 13.33%. Sedangkan yang mencapai nilai 1 ada 26.67%. g) Isi Keseluruhan Bagian isi keseluruhan sebenarnya merupakan inti karangan atau secara singkat dapat dikatakan karangan itu sendiri. Pada aspek ini yang mencapai nilai 0 sebanyak 33.33%, yang mencapai nilai 1 adalah 56.67%, dan yang mencapai nilai 2 adalah 4%. h) Kerapian Yang dimaksud kerapian pada penelitian ini adalah menulis kata dan kalimat dengan huruf lepas atau sambung yang rapi dan dapat mudah dibaca oleh orang lain. Pada aspek ini yang mencapai nilai 1 (terbaca tidak bersih) ada 53.33%, sedangkan yang memperoleh nilai 2 (terbaca bersih) 46.47%. Berdasarkan analisis di atas dapat diperoleh gambaran yang dapat dilihat pada tabel skor tes awal serta tabel presentase keterampilan siswa per aspek pada tes awal kemampuan menulis karangan prosa siswa berikut: Temuan hasil analisis pada pembelajaran pertama 1. Siswa masih banyak yang belum terampil menemukan ide-ide/ gagasan dalam sketsa yang ada, nilai rata-rata yang dicapai pada pembelajaran pertama belum mencapai target. 2. Pada kegiatan pembelajaran ini hasil karangan prosa siswa masih general, belum bisa mengacu kepada salah satu kata kunci gambar yang dijadikan tema dalam menulis karangan prosanya siswa masih banyak yang bingung karena belum terbiasa menulis dengan model seperti ini.
7
Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bebahasa, Flores: Nusa Indah, 1989, h. 41.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
60
STAIN Palangka Raya
3. Siswa belum maksimal dapat menerapkan dengan baik kriteria-kriteria menulis karangan prosa berbasis ilustrasi dalam karya tulisnya. 4. Penggunaan huruf kapital dalam karangan masih banyak yang salah dan belum ada yang mencapai skor 3 pada kriteria aspek tersebut. Perencanaan tindakan 1. Perbaikan pengembangan model gambar 2. Guru mengulas kembali tentang pengajaran menulis dengan model berbasis ilustrasi 3. Guru menjelaskan kembali kriteria- kriteria dalam ilustrasi 4. Guru menjelaskan kembali tentang posisi huruf kapital dalam sebuah karangan. Solusi untuk perencanaan tindakan tersebut adalah pertama model gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan prosa pada pembelajaran berikutnya lebih jelas, indah dan akan menjadikan siswa lebih terangsang untuk mengemukakan ide/gagasannya dalam setiap kegiatan menulis. Kedua guru menjelaskan kembali tehnik/kriteria menulis karangan prosa dengan model berbasis ilustrasi kepada para siswanya. Ketiga guru memberikan petunjuk kepada siswa untuk membaca kembali buku ajar, buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EyD), cara-cara dimana harus menerapkan tentang letak huruf kapital dalam sebuah karangan, juga tentang pemenggalan kata/suku kata yang baku yang harus lebih dipahami siswa dalam kegitan menulis. b. Deskripsi Proses Pelaksanaan Pembelajaran ke-2 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis karangan prosa berbasis ilustrasi ini berpedoman kepada silabus yang telah direncanakan. Materi pokok yang diberikan adalah menulis karangan prosa berbasis ilustrasi. Pada pembelajaran kedua ini model ilustrasi yang digunakan tentang foto “Foto Pekan Seni Para Siswa sedang Menari di Sekolah SDN KPAD I”. Beberapa kata kunci yang terdapat pada sketsa tersebut antara lain: 1) Pak Aris pembawa acara dalam kagiatan pentas seni, 2) kostum, 3) penari, 4) panggung pentas seni, 5) layar, dan 6) penonton. Dengan satu kata kunci gambar yang dijadikan tema dalam menulis maka karangan siswa akan terlihat lebih spesifik karena hanya terfokus mengacu pada satu kata kunci yang telah ditentukan siswa sendiri. Dengan petunjuk ataupun bimbingan guru yang lebih serius pada pembelajaran 2 ini dalam mengarahkan/memberikan contoh, petunjuk, dan cara mengilustrasikan gambar dengan benar sesuai dengan kriteria yang ada, maka peningkatan menulis siswa akan dapat dilihat hasilnya. Proses pembelajaran ini dibagi menjadi tiga kegiatan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pembelajaran 2 ini dilakukan treatment atau perlakuan dimana siswa diajarkan tentang bagaimana menulis prosa dengan model berbasis ilustrasi. Kegiatan pembelajaran menulis karangan prosa dengan bantuan ilustrasi difokuskan pada penilaian kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan/sesuai kriteria ilustrasi yakni (who/siapa, why/kenapa, where/dimana, when/kapan, what/apa, how/bagaimana), penggunaan dan
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
61
STAIN Palangka Raya
penulisan ejaan, pilihan kata, struktur kalimat, keterpaduan antar kalimat, keterpaduan antar paragraf, isi keseluruhan, dan kerapian tulisan. Temuan hasil analisis pada pembelajaran ke-2 1. Beberapa siswa masih ada yang hasil karya tulisnya belum spesifik belum mengacu kepada salah satu kata kunci gambar. 2. Nilai rata-rata pada pembelajaran dua ini belum mencapai target, terlihat dalam tabel berikut. Perencanaan Tindakan 1. Perbaikan model gambar pada pertemuan selanjutnya. 2. Bimbingan khusus pada beberapa siswa yang belum mampu mengilustrasikan gambar. Solusi untuk perencanaan tindakan tersebut adalah pertama model gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan prosa pada pembelajaran berikutnya lebih jelas, indah dan akan menjadikan siswa lebih terangsang untuk mengemukakan ide/gagasannya dalam setiap kegiatan menulis. Kedua guru menjelaskan kembali tehnik/kriteria menulis karangan prosa dengan model berbasis ilustrasi kepada para siswanya. Ketiga guru memberikan petunjuk kepada siswa untuk membaca kembali buku ajar, buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EyD), cara-cara dimana harus menerapkan tentang letak huruf kapital dalam sebuah karangan, juga tentang pemenggalan kata/suku kata yang baku yang harus lebih dipahami siswa dalam kegitan menulis. Untuk mengatasi permasalahan beberapa siswa yang belum paham tentang cara mengilustrasikan gambar, guru harus lebih serius, teliti membimbing satu persatu dengan mendatangi siswa ke tempat duduknya masingmasing. Diharapkan juga guru harus lebih merata pandangan matanya saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga siswa diharapkan tidak banyak bermain sendiri dalam kelas. Sehingga harapan peningkatan untuk meningkatkan keterampilan menulis pada siswa dapat terwujud dengan baik. c. Deskripsi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ke-3 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis karangan prosa berbasis ilustrasi ini berpedoman kepada silabus yang telah direncanakan. Materi pokok yang diberikan adalah menulis karangan prosa berbasis ilustrasi yang pada pembelajaran kedua ini model ilustrasi yang digunakan tentang sketsa “ Pasar Malam”. Beberapa kata kunci yang terdapat pada sketsa tersebut antara lain: 1) korsel/ komedi kuda putar, 2) kincir, 3) badut, 4) pengunjung, dan 5) rumah badut. Dengan satu kata kunci gambar yang dijadikan tema dalam menulis maka karangan siswa akan terlihat lebih spesifik karena hanya terfokus mengacu pada satu kata kunci yang telah ditentukan siswa sendiri. Dengan petunjuk ataupun bimbingan guru yang lebih serius pada pembelajaran 2 ini dalam mengarahkan/memberikan contoh petunjuk cara mengilustrasikan gambar dengan benar sesuai dengan kriteria yang ada maka peningkatan menulis siswa akan mulai dapat terlihat membaik.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
62
STAIN Palangka Raya
Proses pembelajaran ini dibagi menjadi tiga kegiatan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pembelajaran 2 ini dilakukan treatment atau perlakuan dimana siswa diajarkan tentang bagaimana menulis prosa dengan model berbasis ilustrasi. Kegiatan pembelajaran menulis karangan prosa dengan bantuan ilustrasi difokuskan pada penilaian kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan/sesuai kriteria ilustrasi yakni (who/siapa, why/kenapa, where/dimana, when/kapan, what/apa, how/bagaimana), penggunaan dan penulisan ejaan, pilihan kata, struktur kalimat, keterpaduan antar kalimat, keterpaduan antar paragraf, isi keseluruhan, dan kerapian tulisan. Temuan hasil analisis pada pembelajaran ke-3 1. Siswa sudah mulai dapat menulis secara spesifik sudah mengacu pada satu kata kunci gambar yang ada dalam sketsa media pembelajaran 2. Penysun struktur kalimat masih belum maksimal benar, masih ada kasalahan 3. Nilai rata-rata semakin meningkat baik tetapi belum mencapai target, terlihat dalam tabel berikut: Perencanaan Tindakan 1. Peningkatan penggunaan metode pembelajaran menjadi lebih bervariasi 2. Penjelasan tentang struktur kalimat yang baku berdasarkan acuan buku panduan 3. Perbaikan model gambar pada pertemuan selanjutnya Solusi untuk perencanaan tindakan tersebut adalah pertama model gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan prosa pada pembelajaran berikutnya lebih jelas, indah dan akan menjadikan siswa lebih terangsang untuk mengemukakan ide/gagasannya dalam setiap kegiatan menulis. Kedua guru harus dapat menggunakan berbagai metode yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang telah dirumuskan. Sebab dengan penerapan berbagai metode yang tepat akan menunjang proses pembelajaran menjadi baik dan benar. Berikutnya guru menjelaskan tentang contoh-contoh strutur kalimat baku, agar karya siswa benar dalam mewujudkan karangan prosanya. d. Deskripsi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ke-4 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis karangan prosa berbasis ilustrasi ini berpedoman kepada silabus yang telah direncanakan. Materi pokok yang diberikan adalah menulis karangan prosa berbasis ilustrasi yang pada pembelajaran kedua ini model ilustrasi yang digunakan tentang sketsa “Trasportasi ”. Beberapa kata kunci yang terdapat pada sketsa tersebut antara lain: 1) kuda, 2) kusir, 3) Ibu naik delman dan , 4) pedati. Dengan satu kata kunci gambar yang dijadikan tema dalam menulis maka karangan siswa akan terlihat lebih spesifik karena hanya terfokus mengacu pada satu kata kunci yang telah ditentukan siswa sendiri. Dengan petunjuk ataupun bimbingan guru yang lebih serius pada pembelajaran 2 ini dalam mengarahkan/memberikan contoh petunjuk cara mengilustrasikan gambar dengan benar sesuai dengan kriteria yang ada maka peningkatan menulis siswa akan mulai dapat terlihat membaik. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
63
STAIN Palangka Raya
Proses pembelajaran ini dibagi menjadi tiga kegiatan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pembelajaran 2 ini dilakukan treatment atau perlakuan dimana siswa diajarkan tentang bagaimana menulis prosa dengan model berbasis ilustrasi. Kegiatan pembelajaran menulis karangan prosa dengan bantuan ilustrasi difokuskan pada penilaian kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan/sesuai kriteria ilustrasi yakni (who/siapa, why/kenapa, where/dimana, when/kapan, what/apa, how/bagaimana), penggunaan dan penulisan ejaan, pilihan kata, struktur kalimat, keterpaduan antar kalimat, keterpaduan antar paragraf, isi keseluruhan, dan kerapian tulisan. Temuan hasil analisis pada pembelajaran ke-4 1. Sudah tergambar pada jalan cerita dengan ide-ide yang luas 2. Nilai rata-rata semakin meningkat baik tetapi belum mencapai target, terlihat dalam tabel berikut: Perencanaan Tindakan 1. Pemberian petunjuk agar lebih banyak lagi untuk latihan menulis 2. Perbaikan pengembangan model gambar pada pertemuan selanjutnya Guru memberikan petunjuk pada siswa untuk berlatih kegiatan menulis secara intensif ini merupakan salahsatu langkah agar siswa terampil menulis dengan baik. Pada pembelajaran keempat dengan pengembangan model gambar yang ada siswa semakin mulai terampil menulis dengan baik. e. Pelaksanaan Proses Pembelajaran ke-5 1) Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaranke- 5 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis karangan prosa berbasis ilustrasi ini berpedoman kepada silabus yang telah direncanakan. Materi pokok yang diberikan adalah menulis karangan prosa berbasis ilustrasi yang pada pembelajaran kedua ini model ilustrasi yang digunakan tentang sketsa “ Kebun Binatang ”. Beberapa kata kunci yang terdapat pada sketsa tersebut antara lain: 1) seorang anak laki-laki sedang naik kuda, 2) seorang anak sedang memberi makanan kepada monyet, 3) gajah dan, 4) tumbuhtumbuhan. Dengan satu kata kunci gambar yang dijadikan tema dalam menulis maka karangan siswa akan terlihat lebih spesifik karena hanya terfokus mengacu pada satu kata kunci yang telah ditentukan siswa sendiri. Dengan petunjuk ataupun bimbingan guru yang lebih serius pada pembelajaran 2 ini dalam mengarahkan/memberikan contoh petunjuk cara mengilustrasikan gambar dengan benar sesuai dengan kriteria yang ada maka peningkatan menulis siswa akan mulai dapat terlihat membaik. Proses pembelajaran ini dibagi menjadi tiga kegiatan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pembelajaran 2 ini dilakukan treatment atau perlakuan dimana siswa diajarkan tentang bagaimana menulis prosa dengan model berbasis ilustrasi. Kegiatan pembelajaran menulis karangan prosa dengan bantuan ilustrasi difokuskan pada penilaian kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan/sesuai kriteria ilustrasi yakni (who/siapa, why/kenapa, where/dimana, when/kapan, what/apa, how/bagaimana), penggunaan dan
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
64
STAIN Palangka Raya
penulisan ejaan, pilihan kata, struktur kalimat, keterpaduan antar kalimat, keterpaduan antar paragraf, isi keseluruhan, dan kerapian tulisan. 2) Analisis Kemampuan Menulis pada Tes Akhir Analisis kemampuan menulis karangan, diuraikan berdasarkan kemampuan tes awal terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan analisis karangan pada tes akhir. Adapun penilaian meliputi kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan, juga harus sesuai dengan kriteria ilustrasi (who/siapa, why/kenapa, where/dimana, when/kapan); penggunaan dan penulisan ejaan; pilihan kata/diksi; struktur kalimat; keterpaduan antar kalimat; keterpaduan antar paragraf; isi keseluruhan; dan kerapian. a) Kesesuaian Ilustrasi dengan Isi Karangan Masalah pertama yang dihadapi siswa untuk menulis karangan adalah siswa harus mempunyai suatu objek yang dibicarakan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek ilustrasi, kemudian mengembangkan gagasan utamanya secara jelas terperinci. Pada aspek ini yang mencapai nilai 3 (sesuai/relevan) adalah 83.33%, yang kesesuaian ilustrasi dengan isi karangan cukup sebanyak 16.67% b) Penggunaan dan Penulisan Ejaan Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca pada karangan. Pada aspek ini yang memperoleh nilai 1 (banyak kesalahan dalam penggunaan dan penulisan ejaan), 3,33% yang memperoleh nilai 2 (sedikit kesalahan dalam penggunaan dan penulisan ejaan), siswa 93,33%, yang mencapai nilai 3 adalah 3,33%. c) Pemilihan Kata atau Diksi Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam dunia karang-mengarang. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikan, baik lisan maupun tulisan. Pada aspek ini yang mencapai nilai 1 yaitu 3,33% dan yang mencapai nilai 2 adalah 96,67%. d) Struktur Kalimat Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dapat berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (kordinatif), tidak setara (subkordinatif), ataupun campuran (kordinatifsubkordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal, gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk. (Arifin, 2004:64). Pada aspek ini yang mencapai nilai 2 adalah 6.67%.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
65
STAIN Palangka Raya
e) Keterpaduan Antar Kalimat Keraf mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan keterpaduan antar kalimat yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu8. Bagaimana hubungan subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi. Pada aspek ini yang mencapai nilai 2 (hubungannya kurang bertautan dan berurutan) yaitu 90%. f) Keterpaduan Antar Paragraf Dalam membentuk sebuah karangan harus diperhatikan agar hubungan antar paragraf dengan paragraf teratur serta tersusun secara logis. Pada aspek ini yang mencapai nilai 2 (hubungannya cukup bertautan dan berhubungan) 90%, dan yang mencapai nilai 3 (hubungan antar paragraf cukup bertautan dan berhubungan) yaitu 10%. g) Isi Keseluruhan Bagian isi keseluruhan sebenarnya merupakan inti karangan atau secara singkat dapat dikatakan karangan itu sendiri. Pada aspek ini yang mencapai nilai 2 (ide bagus kurang lancar pengungkapannya) ada 66.67%, yang mencapai nilai 3 adalah 16.67%, dan yang mencapai nilai 4 adalah 16,67%. h) Kerapian Yang dimaksud kerapian disini adalah menulis kata dan kalimat dengan huruf lepas atau sambung yang rapi dan dapat mudah dibaca oleh orang lain. Dalam aspek ini diperoleh kesimpulan seluruh siswa sudah dapat menulis dengan rapi, terbaca dan bersih, tetapi ada satu sampel yang tulisannya tidak terbaca dan tidak rapi. Temuan hasil analisis pada pembelajaran relima/terakhir 1. Semua siswa sudah mampu menuliskan karangan prosa dengan acuan ilustrasi gambar. 2. Gambar ilustrasi sketsa/foto sudah bervariasi sehingga menambah wacana buat siswa. 3. Nilai hasil belajar semakin baik sudah mencapai target. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan proses pengembangan model berbasis ilustrasi dilakukan lima kali pembelajaran, dari mulai awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran hasil evaluasinya meningkat baik dan memenuhi target penelitian yang direncanakan semula. Saran Penelitian ini menghasilkan saran antara lain: 1) Guru harus mampu mendesain pembelajaran dengan model berbasis ilustrasi untuk meningkatkan keterampilan menulis guna pemecahan masalah dalam kehidupan siswa kelak, dan 8
Ibid, h. 8.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
66
STAIN Palangka Raya
mampu menumbuhkembangkan kemampuan secara optimal; 2) Guru dalam menyiapkan media yang akan digunakan hendaknya mampu mengoptimalkan lingkungan yang ada di sekitar siswa disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Daftar Pustaka Ahmadi, M. (1990). Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Barbahasa dan Apresiasi Sastra . Malang: Yayasan Asah Asih Asuh. Ahmadi, M. (1991). Penyusunan dan Pengembangan Paragaf serta Penciptaan Gaya Bahasa Karangan. Malang: YP3 Malang. Akhadiah, S. dkk. (1984). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alwasilah, A. C. (2005). Pokoknya Menulis Cara Baru Menulis Dengan Metode Kalaborasi. Bandung: Kiblat. Alwi H, dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: balai Pustaka. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta. Rineka Cipta. Arsyad, A. (1996). Media Pembelajaran. Yakarta : Rja Grafindo Persada. Badudu, JS. (1985). Pelajaran Mengarang Dianaktirikan. Jakarta: Kompas 21 Oktober 1984, halaman4. Borg R. Walter, Gall Meredith D. 1989. Educational Research. An Intruduction. Logman: fifth Edition. Budiono dkk. (2008). Strategi Pemanfaatan Media gambar Foto untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata pada Pembelajaran Bahasa Inggris pada SD. [on line]. Tersedia: htt.//tpcommunity05blogsport.coom. Durrahman. (1991).Kiat Menulis. Jakarta: CV. Amin. Cahyani, dkk. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS. Cipta Loka Karya, (1971). Teknik Mengarang. Yogjakarta: Kanisius. Dahlan, M.D. ( 1990). Model-model Mengajar Beberapa Alternatif Interaktif Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: CV Diponegoro. Depdiknas. (2003). Kurikulum Berbasis kompetensi: mala pelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur-Balitbang Depdiknas. Diknas. 2005. Standar Kompetensi Kurikulum 2004. Jakarta: Hartanto, J. (1995). Pedoman Umum Pembentukan Istialah dan Pedoman EYD. Surabaya: Indah Surabaya. Ibrahim. (2007). Penelitian dalam Pendidikan. Bandung. Sinar Baralgensindo. Iskandar, W. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:Rosda. Joyce, B. dan Well, M.( 1980 ). Models of Teaching. New Jersey: Prenice Hill, Inc. Keraf, G. (1989). Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah. . Keraf, G. (2007). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Media Utama. Lee, M. (1971). Book Making The Illustrated Guide to Design Production, Leonhardt, M. (1999). 99 Ways To Get Kids To Love Writing And 10 Easy Tip For Teaching Them Grammar. New York: There Rivers Press.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
67
STAIN Palangka Raya
Martinus, Y. (2007). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan pendidikan. Jakarta: GP press. Nunan, D. (1991). Language Teching Methodologiy. New York: United States of America. Nurgiyantoro, B. (1995). Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogjakarta. Nurlinda, L. (2005). Model Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Dengan menggunakan Media Foto Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa Kelas 3 SMP Negeri 12 Bandung Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi Strata Satu UPI Bandung. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional .(2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga: Balai Pustaka. Resmini, dkk. (2006). Membaca dan Menulis di SD, Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI PRESS. Robert, R. (1963). /lustration Today. United States of America: Text Book Company. Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro. Sagala, S. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Semi, Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Subana dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Berbagai Pendekatan, Metode Teknik dan media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: alpa Beta. Suriri, dan Nugraha, S. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Mengelola Data Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi. Sutarto. (1996). Efektifitas Kegiatan Analisis Foto Kejadian Fisika Terhadap Penguasaan Benda Tegak. Tesis Pada SPS UPI Bandung. Syahruddin, D. (2006). Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Prosa. (Penelitian Tindakan Kelas di SDN Tanjakan Kelas V Bandung) . Tesis Strata Dua Upi Bandung. Syamsudin dan Vismaia, S. (2007). Metode Penelitian Bahasa. Bandung:Remaja Rosda Karya Tarigan, H. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tedjo, T. (2006). Menulis Sani mengungkapkan hati. Bandung: AGAPE. Triton. (2008). Kiat Sukses Jadi Penulis. Jogjakarta: Tugu Publisher. Wari, H. (1965). Keterampilan Menulis Paragraf. Jakarta: PT Grasindo.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010
68
STAIN Palangka Raya
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PROSA MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS ILUSTRASI DI SD
ARTIKEL
oleh Siti Muawanah Vismaia Damaianti
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 4, Nomor 2, Desember 2010