Ill. TElAAH SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA DAN MODEL KESEIMBANGAN UMUM
3.1.
SMem Neraca Sosial Ekonoml (SNSE) dan Model Keaelmbangan Umurn (CGE) Untuk Anallsls Kebljakan Pemanfaatan Sistern Neraca Sosial Ekonomi dalarn rnenganalisis
keterkaitan perturnbuhan dengan distribusi pendapatan, keragaan ekonorni suatu negara dan pola pengeluaran, sernakin berkernbang dari waktu ke waktu.
Untuk lndonesia sistern neraca sosial Ekonorni mulai diterbitkan sejak
tahun 1975 secara berkala lima tahun sekali, walaupun pada kenyataannya ketenediaan SNSE lebih lambat 4 tahun hingga 5 tahun dari waktu analisis. Pemanfaatan SNSE Indonesia dalam analisis antara lain dilakukan oleh Downey (1984) dalam diiertasi Ph.D yaitu rnenganalisis ketirnpangan pendapatan di lndonesia untuk melihat siapa mendapat apa (Who gets What).
Pyaff don
Round (1985) rnenggunakan Social Accounting Matrices (SAM) sebagai basis untuk perencanaan penyusunan SAM untuk Iran, Srilangka, Swaziland dan Malaysia.
Kerangka berpikir Pyatt don Round banyak rnempengaruhi
penyusunanSistern Neraca Sosial Ekonomi Indonesia. Biro Pusat Statistik (1986). melakukan shrdi menggunakan SNSE don General Equilibrium Model untuk melihat pengaruh turunnya harga rninyak dan subsidi rninyak terhadap distribusi pendapatan. Thorbecke (1988) dalarn siudi yang diprakanai 1 1 0 melihat efek makroekonorni terhadap altematif teknologi di berbagai sektor yaitu konsekuensi pergeseran teknologi modern pada berbagai sektor.
Alarcon,
Keuning, Ruijfer dan Rob Vos (1990) mengestimasi distribusi
kesejahteraan sosial ekonomi Indonesia. Mereka mencoba menyusun Agregat SNSE lndonesia yang merupakan kerjasama pemerintah Belanda don BPS. Saleh, et.al.
(1993) menggunakan SNSE untuk identifikasi wilayah miskin don
alternatif upaya penanggulangannyadi Propinsi Riau. Hidayat (1991) menyusun SNSE
lndonesia
dalam
dua
wilayah
(Jawa
don
luar
Jawa)
don
mengaplikasikannya dalam menganalisis isu keadilan di Indonesia. Penerapan SNSE lebih lanjut adalah pada penggunaan model Computable General Equilibrium (model CGE).
Beberapa model CGE dan
turunannya telah dikembangkan di lndonesia yang pada dasarnya dapat dibedakan atas model CGE multi sektor don model CGE regional. Lebih lanjut model CGE dapat dibuat dalam model General Equilibrium penuh seperti MEMLl (Model Ekonomi Makro Lingkungan Indonesia) yang disusun oleh KLH dimana sebagian dari model ini dihrunkan dari sistem Lewis dan Model SSPM (Simultaneous Supply Demand Model) yang disusun oleh Bappenas yang merupakan kombinasi interregional input
-
output dan partial Equilibrium
(Hewings, 1996). Premis dasar yang mendasaii proses General Equilibn'um adalah terdapatnya pasar untuk faktor produksi dan komoditas, di mana pasar-pasar tenebut berinteraksi dengan pelaku-pelaku ekonomi yang mernaksimumkan keuntungan
bagi
rumahtangga.
pengusaha
don
memaksimumkan
kegunaan
bagi
Faktor-faktor yang digunakan dalam proses produksi serta
pendapatan dan sewa yang diturunkan dari kegiatan produksi didistribusikan
kepada lembaga-lembaga (rumahtangga, pemerintah don perusahaan) yang kernudian membelanjakan, rnenabung atau investasi yang rnenimbulkan arus lingkaran ekonorni. Sistern ekonomi bekeja berdasarkan signal harga yang ditentukan secara endogen.
Siitem alokasi akan berjalan hingga harga
rnenyesuaikan pasar faktor don pasar kornoditi secara benamaan (Hewings, 1996). Model CGE dituwnkan sebagian besar dari Sistem Neraca Sosial Ekonorni walaupun SNSE hanya menunjukkan transaksi ekonomi don tidak menunjukkan hubungan perilaku.
Dalam model CGE, banyak transaksi diestimasi secara
empirik baik melalui estimasi ekonometrik rnaupun rnelalui penelitian-penelitian dan studi literatur sebelumnya.
Keterbatasan data sering menjadi kendala
dalarn pengembangan model CGE di Indonesia, sehingga pengembangan CGE mernerlukan dukungan berbagai disiplin ilrnu.
BPS (1986) rnenggunakan model CGE untuk rnelihat pengaruh turunnya harga
rninyak
pendapatan.
dan Analisi
penghapusan dan
subsidi
darnpak
kebijaksanaan pengeluaran pernerintah
rninyak
terhadap
p e ~ b a h a n harga
distribusi
rninyak
pada perturnbuhan (GDP), inflasi,
neraca pembayaran don tenaga kerja dianalisis oleh Ezaki (1986). penelitiannya
menunjukkan
bahwa
don
penurunan
tingkat
harga
Hasil
minyak
rnemberikan dampak negatif baik bagi industri maupun perekonomian makro Indonesia yang sangat tergantung pada ekspor minyak. Azis (1992) mengadaptasi dan memodifikasi model CGE dari Sherman
Robinson,
(1982)
untuk
mengonalisis
ekonomi
lingkungan
dengan
menggunakan 19 penamaan. Hasil penelitian rnenunjukkan penerapan pajak pencemaran
pada
masyarakat
meningkatkan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat don mengubah polo konsumsi masyarakat yaitu rnenuwnkan tingkat konsurnsi total, sehingga utiliti meningkat yang berupa efek netto dari penurunan konsumsi don perbaikan kondisi lingkungan. Tene (1993) menganalisis pengaruh kebijakan tarif yang dibedakukan oleh Jepang untuk produksi kayu terhadap perekonomian domestik Indonesia, dalam ha1 ini penghasilan wmahtangga, dengan model don data dasar CGE Lewis.
Hasil penelitiannya mengungkapkan jika tarif kayu gelondongan
dinaikkan maka penghasilan wrnahtangga (buruh tani] di sektor kehutanan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga pedesaan sensitif terhadap hasii produksi hutan. Trewin, ENvidado don Huang (1993) menganalisis efek kebijakan penghapusan subsidi pupuk di sektor pertanian terhadap produksi pertanian don pendapatan petani dengan menggunakan modei INDOGEM yang merupakan pengembangan ORANl modei. bahwa penghapusan subsidi pupuk
Hasil penelitian menunjukkan
rnemberikan minimal efek
pada
penggunaan pupuk, produksi pertanian don pendapatan petani. Lee dan David (1 994) menggunakan CGE untuk menganalisis pengaruh liberaiisasi perdagangan terhadap environmental degradation melalui transfer efluent untuk perdagangan bilateral Indonesia don Jepang, serta penerapan kebijakan pajak-pajak untuk menekan efluent. Pengenaan (tarif) akan menurunkan polusi tetapi diikuti oleh penurunan real output dan efisiensi.
Sugiyarto (1994) menggunakan model CGE yang mengubah struktur general equilibrium Walras, yang diperkenalkan oleh Kenneth Arrow, Gerard Debreu dalam tahun 1950, dari abstraksi ekonomi ke dalarn model yang realistik dengan ekonorni aktual dengan menspesifikasikan fungsi produksi dan fungsi demand yang digabungkan dengan data untuk menggambarkan kondiii real perekonornian. Model CGE yang dibangun rnernanfaatkan SNSE Indonesia 1985. Hasil analisis memperlihatkan bahwa penurunan tarif impor menyebabkan harga-harga produk impor lebih rnurah, sehingga permintaan barang-barang domestik mengalami penurunan karena harganya rnenjadi relatif lebih mahal. Penunrnan ekspor akan mengurangi penggunaan tenaga keja yang akhimya menurunkan GDP. Temenggung (1995) dalarn model CGE interregional (IRCGE model) rnemperlihatkan bahwa dengan kebijakan pajak nasional yang berlaku sekarang (1995) dimana hanya pemerintah pusat yang mengumpulkan sebagian besar pajak maka sistem pembagian penerirnaan pajak antar region (Jawa dan luar Jawa) rnemperkuat keragaan perekonomian Indonesia. Siutern juga dapat digunakan untuk menjernbatani gap antara wewenang regional dalarn dona (memperbaiki secara vertikal ketidak seimbangan ftskal). Sistem pembagian penerimaan pajak yang didasarkan poda kapasitas (kemampuan) pajak regional akan menekan ketimpangan ekonomi antara dua region. Lewis (1991) rnengembangkan model CGE rnultisektor Indonesia yang digunakan sebagai dasar pengembangan Model Ekonomi Makro Lingkungan Indonesia (MEMLI), don juga dirnanfaatkan untuk pengembangan model CGE
perdagangan antar negara.
Tujuan utama dari membangun model CGE
Indonesia untuk rnendapatkan kerangka multisektor untuk analisis dampak dari goncangan di luar sistern (exogenous shocks), p e ~ b a h a ndalam pajak pemerintah,
dampak
kebijakan perdagangan pada
keragaan
pertumbuhan nasional dan struktur ekonomi (Lewis, 1991).
fiskal,
Model Lewis
memasukkan empat blok utarna yaitu blok harga ; blok produksi, tenaga keja don permintaan akhir :blok perdagangan luar negeri seta blok aliran dona dan pendapatan. Model CGE untuk lndonesia terdiri dari 18 sektor, 6 faktor produksi. 4 tipe rurnahtangga don 3 grup lernbaga peminjarn hutang luar negeri. Model membuat subset sektor ke dalam beberapa kategori yaitu sektor pertanian don non pertanian, sektor yang menggunakan input antara dan sektor yang tidak rnenggunakan input antara, sektor yang melakukan ekspor don tidak melakukan ekspor, sektor yang melakukan impor dan tidak rnelakukan impor dan sektor yang dikenakan pajak nilai tambah.
Enam faktor produksi
dikelompokkan ke dalam tiga agregasi input yaitu modal. lahan dan kategori tenaga kerja (Lewis,
1991 dan Ternenggung, 1995).
Teknologi produksi
dispesifikasi dengan nested CES don fungsi produksi Cobb
- Douglas.
Pada
tingkat pertama, domestik output didefinisikan oleh fungsi produksi CES dari nilai tambah dan input antara. ditetapkan mengikuti Cobb agregat
Nilai tarnbah itu sendiri, pada tahap kedua,
-
Douglas dengan kombinasi dari faktor input
(tenaga keja, modal don lahan).
perdagangan internasional, output
dornestik
Untuk menggarnbarkan didistribusikan
ke
dalarn
penawaran dornestik don pasar luar negeri dengan menggunakan fungsi
Constant Elasticity of Transformation (CET).
Pada blok permintaan, aliron
pendapatan dari nilai tambah didishibusikon ke dalam pendapatan faktor produksi sesuai dengan endowment wmahtangga. benama-sama
dengan
harga,
menghasilkan
Pendapatan tenebut
preferensi
pengeluaran
konsumen. Fungsi pengeluaran dituwnkan dengan memaksimumkan kegunaan dengan Linear Expenditure System (LEY.
Penentuan pajak di dalam model
menggambarkan secara lengkap shktur sistem pajak Indonesia saat ini. Pajak nilai tambah don pajak tidak langsung (pajak penjualan) dikenokan unkrk penjualan domestik. Pajak ini tidak termasuk ekspor don impor, karena pajok ekspor dan penerimaan tarif impor dijelaskan secara terpisah di dalarn model. Pajak pendapatan peneorangan don
pajak pendapatan perusahaan
dikenakan pada pendapatan wmahtangga don keuntungan pe~sahaan non minyak sementara pajak minyak bumi ditetapkan sebagai proponi yang tetap dari pendapatan modal sektor minyak burni.
Model menggunakan SNSE
Indonesia 1990 dengan tarnbahan parameter yang ditutunkan dari SNSE lndonesia 1990. Penelitian lebih lanjut yang memanfaatkan model CGE dilakukan oleh Wuryanto (1996) dengon mengembangkan model Interregional Computable General Equlibrium (IRCGE].
Dalam model spesifikasi perilaku dalam
penamaan diiusun berdasarkan kerangka keja model CGE sisi nil yang dikernbangkan oleh Thorbecke (1992) dalam model CGE Indonesia. Model CGE Thorbecke rnewpakan pengembangan lebih lanjut dari model CGE Lewis dengon rnemasukkan sisi nil dalam penamaannya.
Pada model IRCGE
Wuryanto (1996) perekonomian Indonesia dibagi kedalam dua wilayah besar yaitu Jawa don Luar Jawa untuk
unit produksi.
Untuk wilayah Jawa di
diiagregasikan kedalam tiga wilayah mikro yaitu Java Barat, Jowo Tengah don Jawa limur. Sementara untuk luar Jawa dibagi kedalam 4 wilayah kecil untuk wilayah dan unit konsumsi. Analisis dilakukan untuk pendapatan ~mahtangga melihat dampak desentralisasi kebijakan fiskal dan kinerja perekonomian Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desentralisasi sistem fiskal yang ado melalui ekspansi dari program INPRES akan menghasilkan peningkatkan pertumbuhan ekonomi (GDP) dan jumlah yang lebih kecil pada pinjaman pemerintah ke luar negeri. Pada tingkat nasional, besaran dari ekspansi GDP yang
merupakan hail
dari
alokasi
tambahan
transfer
ke
program
pembangunan infrastruktur sosial adalah lebih besar dari pada alokasi tambahan
transfer
ke
program
pembongunan
infrastruktur
ekonomi.
Perubahan di dalam komposisi dari permintaan input pemerintah yang merupakan hasil yang
adopsi alokasi pertama, mempengaruhi aktifitas produksi
mempunyai kaitan yang
kuat
dibandingkan alokasi yang terakhir.
(dengan aktivitas
produksi lain)
Hasil analisis tenebut menggambarkan
dampak jangka pendek dari simulasi kebijakon yang merupakan spesifikasi model IRCGE, yang digunakan.
Model IRCGE Wuryanto (1996) merupakan
model statik sehingga untuk pengembangan lebih lanjut disarankan untuk mengembangkan model dinamik atau dengan mengintegrasikan sektor finansial ke dalam model. Walaupun pengembangan ke arah model dinarnik akan meghadapi kendala keterbatasan ketenediaan data (Wuryanto, 1996).
Pada
ekonomi
pasar,
keterkaitan intenektoral
rnakroekonorni mernpengaruhi pernbangunan pertanian.
don
lingkungan
Dalam kaitannya
dengan pola proteksionisrne sektor pertanian di dunia, kaitan tenebut rnenjadi penting dan relevan dalarn kaitannya dengan analisis kebijakan don irnplementasi.
Di banyak negara industri, perlindungan don subsidi sektor
pertanian banyak dilakukan sementara di negara-negara berkernbang sektor pertanian dikenakan pajak untuk rnernbiayai sektor industri dalam tahapan transformasi struktural (Yeah et. al., 1994; FAO, 1993). Untuk rnenganalisis efek ekonorni secara luas dari pengenaan pajak di sektor pertanian, diperlukan kerangka keja rnultnektoral untuk rnenganalisis pengaruh rnakro ekonorni terutarna hubungannya dengan pernbangunan sektor pertanian(8yerlee don Holter, 1974). Model rnulti sektoral yang di kembangkan untuk rnenganalisis perekonomian secara luas adalah model CGE yang m e ~ p a k a nalat analisis lanjutan [most advanced).
Model CGE rnerupakan pengernbangan lebih
lanjut dari model 1-0, model Sistern Neraca Sosial Ekonorni (SNSE) don rnengkornbinasikannya dengan model ekonornetrik. Model CGE digunakan secara luas dalam rnembahas rnasalah-rnasalah yang rneliputi perdagangan Internasional, perencanaan pernbangunan, pernbiuyaan publik, lingkungan don
pengelolaan surnberdaya, penyesuaian struktural don transisi ke
perekonornian pasar. Teknik CGE yang dikernbangkan pada awal tahun 1970 rnemberikan penyelesaian harga pasar dan kuantitas secara simultan, dalam kondisi ekonorni pasar kornpetitif.
Model aplikasi CGE pertama kali dikembangkan oleh Johansen (1960) untuk menganalisis pertumbuhan dan alokasi sumberdaya pada perekonomian Norwegia.
Adelman don Robinson (1978) adalah yang pertama kali
menggunakan model CGE untuk negara berkembang, yaitu untuk menganalbis distribusi pendapatan don kemiskinan di Korea.
Perkembangan teknik
komputasi membuat model CGE semakin digunakan secara luas sebagai alat analisis kebijakan. Model CGE terbukti sebagai alat analisis yang berharga dalam studi mengenai pembiayaan publik. perdagangan intemasional. pembangunan ekonomi, makroekonomi dan sumberdaya alam (Shoven and Wholley, 1984: de Melo, 1988: Devarajan, 1988).
Pada titeratur mengenai
pembangunan, model CGE multifaktor dan multiiektor digunakan secara luas untuk menganalisb perdagangan, industrialisasi, pertumbuhan don perubahan struktural, urhnisasi, stabilisasi makroekonomi dan isue distribusi pendapatan (Dewis et. al.,
1982).
Pada perkembangannya sekarang, model CGE
diaplikasikan pada analisis kebijakan lingkungan don isue yang memasukkan integrasi perdagangan don transisi dari perencanaan terpusat ke ekonomi pasar (Yeah et. al., 1994: Hertel, 1995). Model CGE tenebut dikenal dengan model CGE lingkungan dan model CGE untuk analisis perdagangan global (model GTAP) yang dikembangkan oleh Purdue University Amerika Serikat. Model CGE juga menjadi alat analisis yang umum digunakan (apopular tool) untuk analisis bue yang berkaitan dengan efek kebijakan harga di sektor pertanian don liberalisasi perdagangan.
Fokus dari penelitian tenebut
bervariasi antar negara don agregasi produk (Yeah et. al.. 1994). Model CGE
memberikan perlakuan yang baik (a sophisticated treatment) pada struktur ekonomi dari kelompok negara-negara dengan karakteristik yang soma. Model
CGE satu negara mampu menangkap berbagai efek dari kebijakan rnakroekonomi dan kebijakan harga pertanian dalarn suatu negara dengan stwktur ekonomi don kebijakan yang berbeda. Dibandingkan dengan model keseimbangan panial serta model dasar struktural don komoditas yang lain. maka pendekatan keseimbangan umum dapat menangkap dengan lebih baik kaitan intenektoral don makroekonomi. Dengan
mempertimbangkan efek
alokasi
pendapatan
dan
alokasi
sumberdaya intenektoral, model keseimbangan umurn memberikan analisis yang lebih rinci mengenai dampak dari kebijakan perdagangan don pertanian. Walaupun demikian, karena keterbatasan ukuran model, maka tingkat disagregasi mungkin tidak cukup untuk menggarnbarkan setiap pasar secara lengkap. Pada akhirnya, model negara tunggal [single country models] akan marnpu menangkap dengan sangat baik efek yang lengkap dari perubahan kebijakan domestik. Kemampuan model CGE negara tunggal yang terutama don terpenting adalah pada perlakuannya dalam produksi pertanian secara rinci dan rnengkaitkan model dengan pasar dunia. Dengan menspesifikasikan st~ktursosial, maka disttibusi dari manfaat dan kewgian dalam suatu negara dapat disajikan dengan lebih baik (Yeah et. al., 1994: Shoven and Whalley,
1992; Devarajan et. al.. 1994).
3.2. Slatern Neraca Sorlal Ekonorni Pembangunan ekonomi adalah studi mengenai penyebab dan upaya menyembuhkan kemiskinan masyarakat. lmplikasinya jumlah don jenis output meningkat, terjadi pengaturan kelembagaan distribusi, serta pewbahan dalam koordinasi fungsi kapasitas fisik (Kinderberger and Herrick. 1983). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan tingkat pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985). Pembangunan ekonomi juga merupakan suatu proses rnulti dimensional yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup don kelembagaan, serta mengurangi ketidakmerataan
distribusi
pendapatan dan
pemberantas
kerniskinan (Todaro, 1983). Pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh perturnbuhan ekonomi yang secara umum berarti output yang lebih banyak, tingkat efisiensi yang lebih tinggi dan peran kemajuan teknologi yang besar dalam peningkatan output (Kindeberger and Herrick, 1983). Pendapat senada dikernukan oleh Kuznets (1966) dalam Jhingan (1990) yang menyatakan bohwa pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penediaan barang termauk jenisnya don penggunaan teknologi secara luas dan efisien. Walaupun demikian para ekonom maupun para sosiolog mengkritik bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat dibarengi kenaikan dalam ketimpangan pembagian pendapatan atau kefimpangan relatif (Wie, 1989 dalam Irawan, 1994 ;SNSE. 1994). Untuk mengkaji keterkaitan antara berbagai indikator-indikator atau ukuran-ukuron pembangunan seperfi ukuran-ukuran produksi
. pendapatan.
pengeluaran, konsumsi maka disusunlah suatu kerangka dasar neraca ekonorni nasional (National Accounting Framework). Richard Stone et.al (1947) merintis penggabungan berbagai ukuran ekonorni ke dalarn suatu neraca ekonorni yang dipublikasikan dalarn Measurement of National Income an Construction of Social Accounts : Studies and Reports of Statistical Methods, No. 7. Kemudian publikasi tenebut disernpurnakan oleh United Nations (1968) dengan judul A System of National Accounts (SNSE, 1994).
3.21. Kerangka Umum SNSE dan Kerangka Dascn Analisk Modular dl Indonesia 1. Kerangka Umum.
Penyusunan SNSE di Indonesia dirnulai pada pertengahan tahun 1970 ketika terjadi ketidak puasan terhadap kebijaksanaan yang berorientasi pada pertumbuhan
dirnana
saat
tenebut
rnulai
dikaji
keterkaitan
antara
pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, distribusi pendapatan don pemenuhan kebutuhan dasar (Heemst, 1990 don SNSE. 1990).
Tahun 197O-an adalah
merupakan era b a dalam ~ kebijaksanaan pernbangunan negara-negara berkernbang, yaitu munculnya usaha rnengatasi kerniskinan rnelalui perpaduon perturnbuhan don pernerataan. Terdapat kaitan erat antara strategi don kebijaksanaan pembangunan, dengan sasaran yang akan dicapai, teori dasar don model-model pembangunan yang dianut, serta sistem data don pengukuran prestasi hasilhasil pernbangunan. Siitem data tidak berdiri sendin tetapi dipengawhi oleh kerangka dasar analisis yang dibutuhkan sebagai penunjang penepsi pernbangunanyang dianut.
Kerangka dasar pecencancun yang lengkap harus rnernuat duo ha1 pokok yaitu : pertama, suatu kerangka dasar analisis yang benifat modular, yang rnampu menjelaskan hubungan variabel-variabel di dalam maupun diantara berbagai subsistem yang pengaruh mempengwhi satu soma lain : kedua, suatu sktem klasfikasi yang konsisten don terperinci serta data yang lengkap. SNSE adalah suatu sistem koordinasi data yang komprehensif don dapot rnerangkum kedua pilar tenebut di atas ke dalarn suatu kerangka analisis. SNSE merupakan rekarnan dari shktur sosial+konorni suatu negara pada suatu soat tertentu. SNSE rnenyediakan skema klasifikasi data yang sangat berguna untuk keperluan perencanaan dan perurnusan kehjaksanaandalarn pernbangunan. Secara ringkas lhorbecke (1992) rnenjelasakan bahwa SNSE adalah satu sistern yang komprehensif don sistern data yang disagregatif dan merupakan kerangka konsepsi yang rnenangkap berrnacarn hubungan don hubungan timbal balik (relationshipsand inferrelotionships) yang terlaksana dalarn satu sistern sosioi ekonomi.
2. Kerangka Dasar Anal'iis Modular. Cora sederhana memahami kerangka SNSE sebagai suatu sistem analisis adalah dengan jalan mernpelajari hubungan tirnbol bolik antara : (a) struktur produksi. (b) diitribusi pendopatan yang ditimbulkan karena adanya kegiatan produksi, don (c) konsurnsi, tabungan dan investasi. (Thorbecke, 1990 don SNSE, 1990).
Gambar 7. Diagram Sistem Modular SNSE CI
-
Keinginan dan kehutuhan
S
= lhhungan
C2 = I'crrnintaan Akhir
I = lnvestasi
X Y
K=
= Struktur Produksi
Distribusi Kekayaan
= Ilistribusi I'endapatan mcnurut : Faktor Produksi dan Ins~ilusi/llumahTangga
Dalarn Garnbar 7, diperlihatkan (misalnya) rnulai dari suatu pola distribusi pendapatan don tingkat kerja tertentu, dihubungkan dengan pengeluaran konsurnsi & investasi seperti hubungan (1) selanjutnya keperluan konsumsi tenebut menuntut kegiatan produksi untuk rnenghasilkan komposisi produksi tertentu melalui hubungan (2). Melalui hubungan (3) dihasilkan permintoan (derived demand) tehadap faktor-faktor produksi, yang pada akhimya dengan transformasi hubungan (4) rnenghasilkan dislribusi pendapatan rumahtangga seperti keadaan semula. (SNSE, 1990). Jika dibandingkan tabel-tabel SNSE dari saat-saat yang betlainan, rnaka akan kelihatan adanya perubahan sttuktur-struktur sosialekonorni yang telah dicapai. Menurut definisi, nilai tarnbah yang dihasilkan oleh faktor produksi sebagai akibat dari ikut serta dalam proses produksi, setelah dikoreksi dengan adanya pembayaran transfer, pajak don subsidi; haws dihubungkan dengan distribusi pendapatan rurnahtangga yang ado. Dapat dikemukakan bohwa ada tiga tahap hubungan
antar
subsistern
dalam
menganaliia
dilribusi
pendapatan
rumahtangga beserta aspekapeknya : pertama, sttuktur produksi diperinci rnenuwt kegiatan atau sektor-sektor ekonomi yang pernbagiannya sejauh mungkin rnencerminkan adanya perbedaan teknologi dalam proses produksi; keduo. nilai tambah dari setiap sektor diperinci menurut balm jasa kepada rnasing-masing faktor produksinya; dan
m,ditribusi
pendapatan wrnahtangga dianaliia
melalui pernilikan faktor-faktor produksi oleh berbagai kelornpok rumahtangga serta distribusi laba yang dibagikan, don transfer dari pernerintah kepada rurnahtangga, serta distribusi polo konsurnsi.
Dapat dimengerti bahwa untuk tansforrnasi berbagai hubungan sub-sistem tenebut beserta tahaptahop analisisnya, diperlukan skema klasifikasi yang konsisten baik untuk faktor produksi, institusi rnaupun sektor produksi seperti karaktetistik dari SNSE.
Dalam perenconaan pembangunan, modelmodel
ekonomi yang dipokai secara eksplisit haws merniliki sistem neraca (Acccounting framework).
Secara agregatif setiap penerimaan di satu pihak rnerupakan
pengeluaran di pihak lain, begitu pula pendapatan harus cocok dengan pasangan pengeluarannya dalam i t e m neraca tenebut. (Thorbecke, 1990: watt, dan Round, 1990). Pada tabel SNSE yang rnenjadi fokus adalah pemaparan (mapping) struktur produksi, disiribusi pendapatan, konsumsi don investasi, yang mana tabel InputOutput tidak dilakukan.
Pada tabel SNSE baik aspek pertumbuhan maupun
pemerataan dibahas bersam~amadalam satu wadah bogaimana kaitannya serta pengaruhnya satu soma lain. Seberapa jauh uraian masingmasing sub-siitem (Mok) tenebut diperinci, sangat tergantung kepada klasifikasi yang dibuat serta tenedianya data.
3.2.2. Karangka DataSNSE yang Komprehenslf Tabel 4 merupakan subsistem yang menggambarkan transaksi yang tejadi diantara berbogai neraca.
Mialnya
T13
adalah suatu sub-siitem
yang
menguraikan distribusi pendapatan (nilai tambah) menuwt jenis faktor-faktor produksi pada setiap sektor kegiatan ekonomi. Artinya dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan barang don jasa yang bejurnlah sebesar ya (total output), sektor produksi membutuhkan purtisipasi faktor-faktor yang dibayar dengan
bolas jasa sebesar
Tl3.
Untuk neraca-neraca faktor produksi, nilai TIJ mewpakan
penerimaan, sedangkan untuk neraca sektor produksi nlai tersebut merupakan pengeluaran. Sebagai contoh lain misalnya TZI adalah suatu suMstem yang menguraikan tentang distribusi pendapatan wmahtangga dari pemilikan faktor-faktor produksi, sedangkan T u adalah pembayaran transfer antor rumahtangga atau antar institusi
T a adalah suatu sub-siitem yang mengwaikan transaksi antar sektor produksi yang rnenjadi matriks pokok untuk analiiisunalisis pada tabel Input-Output T u adalah subsistem yang menguraikan tentang komposisi pengeluaran konsumsi berbagai kelompok wmahtangga atau institusi lainnya diperinci jenis barang dan jasa yang dihaslkan oleh sektor produksi. Dalam Tabel 4, tabel SNSE yang komprehensif [complete system) secara ringkas dapat dinyatakan dalam bentuk penamaampenamaan aijabar yang satu soma lain saling menjelaskan. Sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu. bahwa masing-masingjumlah kolom soma dengan masing-mosingjumlah baris. Neracq
Penerimaan
Penaeluaran
Faktor Produksi
yr = Tls + TIG
YI = T21i + T41i
lnstitusi
y2 = TZI~+ Tni + T26
y2 = T a + T32i + T4a
Sektor prosuksi
y~= T3ti + T33i + TU
ys = Tls + T33i + T c i
Pada tabel SNSE dapat juga sel Tla ado isian. Sebagai contoh misalnya. tumahtangga membayar gaji pembantu, dimana sektor pembantu rumahtangga hanya terdiri dari faktor produksi tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksinya dianggap tidak mempunyai biaya antara (intermediate input), jadi
dalarn ha1 ini rumahtangga bisa dianggap langsung mernbayar faktor produksi. Tetapi untuk kepentingan analisb selanjutnya, khususnya analisis penggandaan (accounting multiplier) beserta dekomposisi efeknya. rnaka Ti2 pada baris faktor produksi dipindahkan ke Tds tetap tidak rnengalarni perubahan sehingga keseimbangan semua neraca tidak terganggu. Dengan skerna SNSE para perencana atau para analis dapat rnernbuat rnodelmodel ekonorni dengan rnernisahkan variabel-variabel rnana yang dapat dituwnkan di datarn sistern (endogen),don rnana yang ditentukan dari luar sistern (eksogen). Pernisahan ini s e w narnpak pada Tabel 4, adalah ditentukan rnenu~tkepentingan serta penepsinya (arbifmy] para pernbuat model. Ada ketentuan bahwa vaiiabel eksogen adalah variabel yang biasanya dapat dijadikan alat untuk rnengatur kebijoksanaan (policy tools) oleh pernerintah. atau variabel yang sulit dikontrol [diluar jangkauan model).
Contoh dari variabel
eksogen adalah :pajak, subsidi, investasi, tabungan. ekspor don irnpor. Jika dari skerna SNSE poda Tabel 4, setiap sel dengan isian trans+
6,
dinyatakan dalarn bentuk persarnaan aljabar, seperti halnya poda tabel LO, maka akan diperoleh penarnaampersarnaan untuk faktor, institusi don sektor produksi sebagai berikut :
y~ = jumlah pendapatan faktor-faktor produksi y2 = jumlah pendapotan institusi y3 = jumlah pendapatan sektor produksi (output)
Ai = adalah matriks koefisien pengeluaran (average expenditure propensity)
xi = adalah variabel eksogen Dari rumusan (1) nampak bahwo ketiga penamaan satu sama lain soling berkaitan. Pendopatan faktor produksi (yi) ditentukan deh pendapotan sektor sedangkan y3 ditentukan oleh pendapatan insfitusi (yz) selain diientuproduksi (y~), kan oleh y3 sendiri, demikian pula y2 yang didentukan oleh yz sendim don yr. Jodi rnerwpokan suatu rangkaian tertutup yang soling menjelaskon satu sama lain antara struktw produhi, diitribusi pendapatan faktor produkti don pendapotan serta pengeluoraninstitusi. Selanjutnyo rumusan penamaan (1 ) diuraikan sebogai berikut : YI =
Any3 +
XI
y2 = (LA&) A2iy1+ (I-A=)-) X2 y3 = (I-&)-l A3zy2 + (I-h)-I X3 jika ditentukan :
x&= (1 -
&k
maka persamaan (2) akan menjadi sebagai berikut :
Y l = x13y3+
X1
y2 = x 2 1y1 + (I-&)-) X2 Y3
= A.32~2 + ( k h ) - lX3
Gambar 8. Persamaan SNSE Secara Skemds
Dan gambar 8. terlihat dengan jelas interdependensi masing-masing subsistem tenebut dan bagaimana variabel exogen mempengarvhi sistem secara keseluwhan. Gambar 9,
memperlihatkan keterkaitan aktivitas produksi,
distribusi
pendapatan don pemintaan lnvestasi don Tabungan, mewpakan modular kegiatan ekonomi. Dalam Gambar 9, proses kegiatan ekonomi adalah benifat tertutup (close economy), belum memasukkan keterkaitan domestik dengan kegiatan dunia (the rest of the world). Apabila dimasukkan keterkaitan ekonomi dunia don kemudian menggambarkannya dalam sistem double entry maka diperoleh kerangka dasar SNSE seperti yang diperlihatkan oleh Tabel 5. Tabel 5 adalah sama dengan Tabel 4, bedanya adalah Tabel 4 menunjukan kerangka SNSE dalam noa tsi
sedangkan Tabel 5 memperlihatkan orti hubungan antar neraca
dalam kerangka Dasar SNSE.
Kegiatan produhi dan
-
I
PNB. Ketenaga ketjaan AH-.
Gambar 9 .
Pendopatan mhtongga
Keterkaiton ontora Produkj. Investasi, Konsumsi don Dih'busi Pendapatan
T O M 4. Skema SNSE S a r a AgreQat
PENERIMAAN
Neraca Endogen
Faktor Produksi PENGELUARAN
lnstitusi
Neraca Eksogen
Jumlah
Sektor Produksi
1
2
3
4
5
Faktor Produksi
1
0
0
T1.3
T1.4
Yl
lnstitusi
2
T2.1
T2.2
0
T2.r
Y2
Sektor Produksi
3
0
T32
T3.3
T3.4
Y3
Neraca Eksogen
4
74.1
T42
T4a
T4.3
Y4
Jumlah
5
Yl
Y2
Y3
Y4
Sumber :SNSE, 1994
Tabel 5. M hubungan Antar neraca dalam kerangka Daxlr SNSE Pengeluaran Penerimaan Faktor Produksi Faktor Produksi Pendapatan lnstitusi
Sektor Produksi Dunia
lnstitusi
0
0
Alokasi Transfer Pendapa- antar tan lnstitusi 0
Sektor Produksi Alokasi nilai tambah ke faktor produksi
Dunia
Pendopat- Distribusi an faktor faktorial produksi dari L.N Transfer dari LN
0
Permintoan Permintaan Ekspor + lnvestasi domestik antara
Pendapa- Tabungan tan faktor produksi
lmpor don pajak tak langsung
Total
Transfer lainnya
Distribusi Pendapatan Institusi Total output sektor Produksi Total penefimaan neraca lainnya
k e L.N
Sumber :SNSE, 1994 Kelebihan don kelemahan 1-0 dibandingkan dengan sistem neraca sosial ekonomi dapat dijelaskan dengan melihat hubungan struktur dasar dalam proses dimana akfitas produktif menghaslkan pendapatan kepada faktor produksi, pendapatan faktor produksi didistribusikan kepada lembaga, pendapatan lembaga-lembaga menghasilkan polo permintaan akhir don permintaan akhir mempengarwhi aktifitas produksi (Gambar 10) : 1. Hubungan 1 menggambarkan pembentukan secara langsung pendapatan faktor produksi dari kegiatan produktif.
Dalam kaitannya dengan ha1
tersebut, tabel 1-0 berisikan data yang kayo dalam keterkaitan antara input
kornoditas dan output tetapi lemah didalarn disagregasi dari pendapatan faktor produksi.
2. Hubungan 4 rnenggarnbarkan pengaruh dari perrnintaan akhir kepada kegiatan produktif. Sehingga pola perrnintaan merupakan faktor penentu (tidak langsung) yang kuat tethadap penerirnaan faktor produksi. Tabel 1-0 mernberikan banyak rincian mengenai komoditas yang dirninta tetapi sedikit inforrnasi rnengenai siapa yang melakukan perrnintaan.
3. Distribusi dari pendapatan faktor produksi juga rnernpengaruhi pola permintaan akhir tetapi tabel K) gagal untuk rnenggambarkan hubungan tenebut.
Dengan memasukan lembaga diantara kategori pendapatan
faktor produksi don pola permintaan akhir maka rnenjadi rnungkin untuk rnenjelaskan hubungan antara ketidak rnerataan pendapatan faktor produksi kepada pola permintaan akhir. Lembaga dalam ha1 ini adalah pemilik berbagai faktor-faktor produksi yang
rnengarnbil keputusan
bagaimana rnengalokaikan daya belinya.
Garnbar 10.
Proses keterkaitan don pernbentukan don distribusi pendapatan lstilah urnurn :The Rest of The World
Tabel 6 . Arti Kerangka SNSE Indonesia 1990, ( 1 2 x 12)
I A .
...
I.C.
'-..,I*
.UU
.A.
'AID.-
nn,
I, P-.~.CII
*-A
L1IY -...I
..,.
&I v.d-h.1 I
* LA#
.lmrP.="
.L
,.l..Iuam
..drk.i
,.
1.~1.g
h...
n
)At.
~..*tu.u ,MI I.*s.11. La ,."L .I.,,
rrn.t.r
.L
.r*$.n...
b"..
4.~6
..,.'I
~ e . , . , L. . .
I I
s ..-
*W.~.V-
.h.. . L ,....L
L r .
-.L
01.h
, . . . h e
*I*
.I.. in..\
-1.. P..ll.lr.tu 1.Ll.1 P . M ~ ~ .aI . n ~
J r 1 4 Pn*.l..rr
8 r l . L
nr.htn,,.
PL-.~.
..*l.l..cr
lulA ~ - y * l r s r r-.,tnt~
en.. I.".
.,..
I
."..z
rr."
.a...
4.
LA.
P-IL
,I.,.
.P..
r...
I I
1-,."......
3.3. Modal Kerelmbangan Umum Dalam suatu perekonomian terdapat berbagai macam pasar saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga perubahan pado satu pasar akon berpengaruh pada pasar lainnya. Keseimbangan umum akan tercapai bila permintaan dan penawaran pada masing-masing pasar berada dalam keseimbangan. Namun demikian keseimbangan di dalam safu pasar akan tergantung pada keseimbangan di dalam pasar lainnya.
flubungan antar
pasar tenebut disajikan pada diagram circular flow di bawah ini. Pembentukan
model
ekonomi
yang
menggambarkan
suatu
perekonomian di mana semua pasarnya berda dalam keseimbangan disebut dengan pendekatan Computable General Equilibrium atau CGE. Model CGE rnemerlukan suatu himpunan penamaan yang menggambarkan kondisi permintaan, penawaran don keseimbangan untuk setiap pasar di dalam perekonomian don himpunan penamaan yang menentukan arus pendapatan dari setiap pelaku ekonomi di dalam perekonomian dan penaman di dalam model matematis.
. Hubungan antar variabel
CGE dinyatakan dalam bentuk penarnaan
Model CGE ini dapat digunakan sebagai alat analisis bagi
pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah. Di dalam sistem p a r penoingan sempurna semua transaksi antar pelaku ekonomi dilakukan melalui pasar.
Periiaku pelaku-pelaku ekonomi ditentukan
semata-mata ditentukan oleh kepentingan pribadi. Setiap pelaku, baik bertindak sebagai
pembeli ataupun penjual, tidak memiliki kemampuan untuk mem-
pengawhi harga yang berlaku di pasor. Keseimbangan urnum di dalam sistem
I I Permintoan
I
I
lmpor
I
( Pajak
+
,
Penawaran Faktor Produksi lrnpor
I
t
Pajak
Pembayaran Faktor
PERUSAHAAN
Pemedntah
T
T T
T Pembayaran barang~jasa
Perrnintaan Barangl Jasa
Pasar Barang
Proses Produksi don Penawaran
bar an^ Antara
Garnbar 11. Diagram Arus Lingkaran Perekonornian
rnulti F a r tercapai jika keputusan yang dibuat pernbeli-pembeli dan penjualpenjual soling benesuaian pada tingkat harga tertentu dan berlaku secara sirnultan
di setiap p a r . Pada pasar yang kompetitif permasalahan yang dihadapi pelaku-pelaku pasar dapat dirurnuskan sebagai (Varian, 1984):
di mana i adalah pelaku di pasar, v' adalah fungsi kepuasan, e' adalah vektor faktor endownment, p adalah vektor harga don 2 adalah vektor komoditi. Berdasarkan rurnusan di atas, setiap pelaku rnemaksimurnkan kepuasannya dengan kendala jurnlah pengeluoran p.S tidak lebih besar dari jumlah pendapatan p.d. Pernasalahan rnaksimisasi di atas rnenghdkan solusi vektor x(p,p.e) yang menyatakan permintaan x sebogai fungsi dari harga don pendapatan. Model keseimbangan umurn pertama kali dikembangkan oleh Leon Walras. Walras rnengatakan bahwa semua harga dan kuantitas barang di sernua pasar ditentukan secara simultan rnelalui proses interaksi satu dengan yang lainnya. Keseirnbangan urnum Walras dapat dijelaskan dengan konsep Excess Demand (ED]. ED di pasar j didefinisikan sebagai :
sedangkan vektor agregat ED adalah :
Z(P)
=
J z , ( P ) ..... Z . ( P ) ~ .
Keseimbangan umum tercapoi bila ED memenuhi hukum Walras yang menyatakanbahwa nilai dad ED agregat sdalu no1pada semua vektor harga. Derivasi hukum Walras : Kendala pendapatan = pengeluaran mempunyaiimplikasi
px=pe
jadi
p(x-e)=0
ED di setiap pasar dengan permintaan xl@,p.e') :
E D
bagi
setiap
p , z ,(p)= O j=
pelaku
Persam aan
di
setiap
pasar
:
ini
1
adalah
hukum
Walras
Hukum Walras memiliki implikasi yang cukup penh'ng. Pada kasus 2 komoditi, ED pada satu pasar harus diimbangi deh ES (Excess Supply) di pasar lainnya. Hukum
= - pw[p). Jika 21 (p) > 0 befarti Walras pada kasus ini diiorrnulasikansebagd p~zl(p) terdaput ED di pasar 1, maka haws terdapat ES ~ ( p<)0 di pasar 2. Jika di pasor 1 tejadi keseimbangan zl(p) = 0 rnaka otornatis di pasar 2 terdapat pula keseimbangan~ ( p= )0. Konsep ini berlakujuga untuk kasus rnulti pasar [n posar). Di dalam model keseirnbangan urnum Walras, perilaku dari semua pengambil keputusan di dalarn sistem ekonomi dinyatakan melalui suatu himpunan penamaan yang terbagi ke dalam dua himpunan bagian, masing-
masing
menggambarkan
permintaan terhadap
berbagai komoditi don
penowaran terhadap faktor-faktor input yang dirnilikinya. Penlaku produsen juga digambarkan melalui sistem penarnaan yang terbagi das duo sub himpunan bagian yaitu yang menggambarkan jurnlah komoditi yang dihosilkan don yang menggambarkan permintaan terhadap setiap faktor input yang diperlukan dalam proses produksi. Karakteristik yang penting dari sistem penarnaan model Walras ini adalah sifatnya yang sirnultan/keterkaitan antar penamaan.
Aktivitos pelaku-
pelaku ekonorni doam model Walras dilaksanakan meldui pasar-pasa kornditi don faktor. Pada setiap p a r terdapat tiga jenk fungsi persamaan yaitu fungsi perrnintaan, fungsi penawaran don penamaan kliring pasar (market clearing). Di setiap pasor komoditi, jurnlah fungsi permintaan soma dengan jumiah konsurnen don jumlah fungsi penawaran sarna dengan jurnlah perusahaan yang memproduksi kwnoditi. Di setiap pasar faktor, jurnlah dfungsi pemintaan sama dengan jumlah perusahaan dikalikan dengan jumlah kornoditi yang diproduksi. Jumlah fungsi penawaran sama dengan jumlah konsurnen (rumahtangga) yang merniliki fakfor produksi. Kesarnaan jurnlah antara vatiabel yang tidak diketahui (harga don kuatitas komoditi dan faktor) dengan jumlah penamaan bebas tidak menjamin penyelesaian terhadap sistem persarnaan Walras.
Supaya sistem penarnaan
dapat diselesaikan, rnaka diperlukan suatu harga numeraire dimana semua harga lainnya dinyatakan sebagai raso i
terhadap numeraire tenebut.
Ekiatensi keseimbangan urnum soma sekali tidak tergantung pada kesamaan antara jurnlah van'abel yang tidak diketahui dengan jumlah persamaan
independen. Pembuktian tentang eksitensi keseimbangan umum sangat sulit. Arrow don Debreu (1954)membuktikan bahwa keseimbangan umum terjadi pada kasus persaingan sempurna tanpa adanya increasing return to xde di sektor prcduksi.
Masalah eksiitensi benama
dengan
masalah stabilitas
dari
keseimbangan umum metupakan permasalahanyang belum terselesaikan dalam teori keseirnbangan urnum.
3.3.1.
m e n d Pareto Efisiensi Pareto tejadi pada saat keseimbangan umum tercapoi melalui
mekanisme pasar pasar sempuma. Efisiensi Pareto atau Pareto optimum adalah kondisi dimana satu pihak tidak bisa meningkatkan kepuasannya tanpa mengurangi kepuasan pihak-pihak lainnya. Konsep efisiensi Pareto mencakup tiga jenis efisiensi yaitu efisiensi alokasi sumber (atau keseimbangan prcduksi), ebiensi distribusi komoditi (atau kesimbongan konsumsi) don efisiensi kombinasi produk (keseimbangan simultan di sektor produksi don konsumsi). Ketiga efisiensi
tenebut
disebut juga properties dari kondiii keseimbangan umum. Di bawah ini dibahas masing-masing efis'insi tersebut pada kasus 1 konsumen. 2 faktor don 2 komodiii (Nicholson, 1989 :Koutsoyiannis, 1989).
3.3.2. Kesdmbangandl Seldor Produkd T e d produksi menyatakan bahwa produsen berada dalam keseimbangan
bila MRTSk = WI / w2 dimana wl adalah harga faktor L don w2 odalah harga faktor K.
Pada kasus duo pelusahaan yang masingmasing menghasilkan komoditi
berbeda
XI
dan xz keseimbangan sirnultan yang tejadi biia dijelaskan dengan
menggunakan kotak Edgeworth. Keseimbangan simultan antar duo produk
XI
don
n tercapai pada saat isoquant XI
beninggungan dengan isoquant
n
pada
berbagai tingkat output. Titik-titik singgung tenebut membentuk kurva yang diiebut Contracf Curve (CC). Pilihan tingkat output yang akan diproduksi ditentukan oleh rasio harga faktor. Secara matematis pennasalahn di atas dapat diiormulasikan sebagai :
M R T S ~ =M R T S ~ =w , / w 2 dimana MRTS adalah slope don isoquant.
Rumusan di atas adalah rumusan
keseimbangan umum di sektor produksi, yang tercapai pada saat MRTS untuk semua jenis output adalah soma. Jika harga faktor diketahui maka jumlah output XI
don
x2
yang haws diproduksi agar keuntungan rnaksimum tercapai, dapat
ditentukan.
Gambar 12. Keseimbangan di Sektor Produksi Tingkat output
XI
don
n yang diproduksi pewsohaan hms sesuai dengan
permintam konsumen terhadap barang
XI
don
n. Permintaan konsumen
ditentukan oleh harga relatif PI dan pz. Untuk menyesuaikan sektor penawaran dengan sektor pennintaan, dibutuhkan konsep Production Posibility Curve (PPC).
PPC diderivasi dari CC yang terbenkrk di dalarn kotak Edgeworth. PPC adalah kurnpulan titik-titik yang menggambarkan berbagai tingkat tingkat produksi XI don
a yang efisien.
PPC disebut juga
kurva transformasi
produk karena
rnenggarnbarkon transformasi don' satu produk rnenjadi produk lain rnelalui alokasi
faktor produksi.
Slope dati PPC diiebut sebagai Marginal Rate of Product
Transformation (MRPT). Per definisi MRPTIz = - dx~/ dm dirnana dx~/ dx~< 0. Secara maternatis bisa dibuktikan bahwa MRPTIz = pi / p.sebagai betikut :
Per definisi M C , = dCl / d x , dun M C2 = dCz dxz M C 1/ M C2 = d C l / dCz.dxz dx2 ~ C= Iw1(dL1) + wl(dK1) dC2 = wr(dLz) + w2 ( d K 2 ) dimana dL1= - d l z dun ~ K I "7 dK2 dCr/dCz=?'l ~ MRPTIz jadi M C , M C 2 = - d x Z / d x = Pada pasar persaingan sernpurna M C , = p, dun M C,= p2 jadi M R P T I z = p , / p ,
Garnbar 13. Kurva Kernungkinan Produksi
3.3.3.
Kesdmbangan Konsumsl
Keseirnbangan di sektor konsumsi adalah kondiii pado saat konsurnen rnencapai kepuasan maksimurn dengan kendala pendapatan.
Kepuasan
maksimurn konsumen tercapai pada saat Marginal Rate of Substitution (MRS) antara dua komoditi sama dengan harga relatif, atau MRSIP = pl / p. Pernbuktian maksirnisasi kepuasan konsurnen adalah sebagai berikut :
w i Kepmm
U
=
f(r)
pewan I
a) Max U = f ( x l , x 2 ) t.p.k P~XI+P~XI=I = f ( ~ ]~, 2+)a(lr P I X ] - p2 d ~ / 6 ~ M1 U= I - a P , = o a = M U I / pI a y / a x 2 =M U ~ - ~ P , = O A= MU21 p2 ay /an = I - P ~ x I - P ~ x ~ MU11 MU^= PI/ P, b)U = S(XI. x J d U = dU / a x I . d x r + d U / a x , . d ~ 2 =0 M ~ I d r l +M U I ~ X ~ = O MuI/ M U 2 = r & 2 / d x r = MRSI~ dari a) dan b) terbukti bahwa MRS12 = P I / P2
-
3.3.4. Kesdmbangan Sirnuttan CU Sddor ProduMclan Konsumsl Keseimbangan simultan di sektor produksi don konsumsi tercapai pada saat MRPTI2
= MRS12 = pt / p2. MRPT menunjukkan bagaimana suatu produk
ditransformasikan menjadi produk lain. MRS menunjukkan sejauh rnana konsurnen rnau mempertukarkan sob komodii dengan kornodii lainnya. Keseimbangan tejadi jika rencana produksi sesuai dengan rencana konsurnsi atau MRPT = MRS. Pengeriian ekonomi dari keseirnbangan sirnultan ini adalah bahwa kombinasi output XI don x2 hams optirnd baik don sudut produsen rnaupun konsurnen.
XI'
XI'
X12
Gambar 14. Keseimbangan Simultan di Sektor Produksi dan Konsumsi
3.4. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dari kerangka teoritis, maka disusunlah hipotesis penelitian sebagai berikut : 1.
Penurunan tarif impor berpengaruh negatif terhadap kinerja perekonomian Indonesia.
2. Penurunan pajak ekspor berpengaruh positif terhadap kinerja perekonomian Indonesia.
3. Penurunan tarif impor dan pajak ekspor berpengaruh positif terhadap kinerja perekonomian Indonesia. 4. Penurunan tarif impor don pajak ekspor berpengaruh positif terhadap kinerja sektor pertanian Indonesia. 5. Penurunan tarif impor don pajak ekspor berpengaruh positif terhadap distibusi pendapatan dari faktor produksi dan rumahtangga.
3.5. Kerangka Operarlonal Penelltian Secara skernatis kerangka operasional penelition ini adalah sebagai berikut : SNSE tahun 1990 Survey Literatur dan Estirnasi [Penyesuaian Untuk) Konsistensi Penentuan Keseirnbanaan
\
T
Katibrasi Untuk Menentukan Keseirnbangan
Cek Replikasi
.
I
Sirnulasi Alternatif Kebijakan Tarif lrnpor dan Pajak Ekspor
1
Hasil Sirnulasi
Penentuan Estirnasi nilai Elastisitas dan
u
Alternatif Kebijakan yang dipertirnbangkan Dengan
: Evaluasi Alternatif Kebijakan
Gambar 15. Diagram Alur Penelitian