3. METODELOGI PENELITIAN
3.1
Paradigma dan Pendekatan Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma konstruktivis.
Salim (2001:41-42), paradigma konstruktivis secara ontologis menyatakan bahwa realitas itu ada dalam bentuk bermacam-macam konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik tergantung yang melakukannya. Konstruktivis memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap “socially meaningful action” melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial dalam setting kehidupan sehari-hari yang wajar atau alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka. Pemaknaan terhadap dinamika komoditas ikan konsumsi karang hidup di Wakatobi yang berdampak pada aspek sosial, ekonomi, ekologi dan kebijakan (politik) untuk nelayan dan lingkungan serta lahirnya program Seafood Savers dalam komoditas ikan konsumsi karang hidup, merupakan fakta sosial yang dikontruksi dan dimaknai oleh WWF Indonesia dan aktor yang terlibat lainnya seperti eksportir UD. PMB beserta penjaga keramba UD. PMB, Bali serta nelayan Wakatobi, khususnya komunitas Bajo Mola, Bajo Lamanggau dan nelayan komunitas “anto pulo” Kelurahan Tongano Barat. Realitas sosial dalam kontruktivisme, dianggap merupakan kontruksi mental, pengalaman sosial yang bersifat lokal-spesifik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dipandang relevan karena bertujuan untuk memahami dinamika komoditas ikan konsumsi karang hidup dan aktivitas keberadaan instrumen dari program Seafood Savers komoditas ikan konsumsi karang hidup yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Pendekatan metode kualitatif ini digunakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menambahkan data numerik dari kajian persepsi yang dilakukan dengan menggunakan interview terhadap responden, penggunaan kombinasi metode ini memungkinkan dalam suatu peneltian (Creswell, dalam Satria, 2000). Metode kualitatif menurut Denzin dan Licoln (2000), menekankan kepada proses dan makna dengan menganalisis dan mengetahui pola dan proses sosial masyarakat
49
yang diakui tidak dapat diukur dan diuji secara tepat dalam kontek kuantitas, jumlah, intentitas dan frekuensi. Metode kualitatif yang akan digunakan adalah studi kasus. Metode studi kasus adaah metode yang tepat digunakan untuk sebuah studi yang berkaitan dengan “how” dan “why”, serta bagi peneliti yang memiliki peluang kecil sekali ataupun tidak memiliki sama sekali peluang untuk melakukan kontrol dalam penelitian tersebut (Yin, 1997). Ditambahkan oleh Sitorus (1998: 24), ada sejumlah definisi dari “studi kasus”, akan tetapi kesemuanya merujuk pada pengertian yang sama, yaitu memilih satu atau mungkin juga lebih dari kejadian atau gejala sosial untuk diteliti dengan menerapkan serumpun metodelogi penelitian. Dalam penelitian studi kasus, lazimnya peneliti studi kasus akan menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Metode kualitatif ini digunakan untuk mengetahui bagaimana instrumen program Seafood Savers apakah efektif di lakukan? serta melihat kefektifan kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan tersebut dengan delapan indikator institusi regulatif (merujuk dari Scott, 2004 dan Satria; 2006), cognitif dan normatif (Scott, 2004). Apakah program tersebut merupakan instrumen kolaboratif manajemen pengelolaan sumerdaya perikanan konsumsi karang hidup yang memadukan kepentingan komunitas dan kepentingan pasar?, sehingga dapat digunakan untuk menjawab, kendala apa yang terjadi di masing-masing aktor, serta mampu menjawab apa dampak dari instrumen tersebut terhadap proses produksi, distribusi dan konsumsi. Untuk mendukung metode kualitatif akan dilakukan teknik spatial temporal atau time line yang merupakan bentuk kajian life history untuk mengkaji kehidupan nelayan ikan konsumsi karang hidup secara mendalam. Menurut Koentjoroningrat (1994) dalam Satria (2000), life history digunakan untuk: a) memperoleh dari dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu masyarakat, b). mencapai pengertian mengenai masalah individu warga masyarakat yang suka berkelakuan lain dari yang biasa, b) memperoleh pengertian yang mendalam tentang hal-hal psikologis yang tak mudah diobservasi dari luar,
50
c) memperoleh gambaran mendalam tentang detail dari hal yang tidak mudah diceritakan orang dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan langsung. Sedangkan untuk data numerik, dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui persepsi nelayan terhadap instrumen Seafood Savers yang sedang diinisiasikan dan dikampanyekan oleh WWF Indonesia. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini bersifat eksplanatifdeskriptif, maksudnya adalah menggambarkan dan menjelaskan penemuan fakta di lapangan sebagai base in fact berdasarkan potensi dan gejala faktual yang terjadi. Selanjutnya dideskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ditelaah dan merumuskan berbagai alternatif solusi sesuai dengan aspek yang dikaji. 3.2.
Target, Lokasi dan Waktu Penelitian Kajian end to end aktor yang terlibat dalam jaringan perdagangan ikan
konsumsi karang hidup menuntut penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi dengan waktu yang berbeda. Untuk penelitian aktor produksi dilakukan di komunitas nelayan Bajo Mola, Bajo Lamanggau dan komunitas nelayan “anto pulo” Kelurahan Tongano Barat, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan rentang waktu dari Bulan Maret-Juni 2012. Aktor middle man (ekpsortir), dilakukan di Bau-Bau, Pulau Buton dan Bali pada Bulan Juli 2012. Sedangkan untuk mengetahui pola konsumsi dan dinamika pasar ikan konsumsi karang hidup, dilakukan pada Bulan September 2012 di Hong Kong. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan: 1. Seafood Savers adalah program pertama tentang prakatek perikanan tangkap untuk komoditas ikan konsumsi karang hidup, di mana Wakatobi ditunjuk sebagai pilot project inisisasi WWF Indonesia Fishereis Captured bekerja sama dengan UD. PMB, Bali, Joint Program: Taman Nasional Wakatobi, TNC dan DKP Wakatobi; 2. Mengingat rantai perdagangan komoditas ikan konsumsi karang hidup melalui beberapa aktor dengan proses yang panjang, maka kajian interaksi antar aktor menjadi penting untuk mengetahui tentang dinamika komoditas dan instrument Seafood Savers;
51
3. Kabupaten Wakatobi adalah Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Wakatobi, memiliki potensi keanekaragaman biota laut yang melimpah, dan terdapat lembaga pengelolaan kawasan konservasi yang sudah jalan; 4. Berbicara mengenai nelayan, perlu dikaji komunitas suku Bajo yang ada di dalam kawasan konservasi Taman Nasional, sebagaimana penghidupan mereka mengandalkan dari sumberdaya perikanan dan kelautan. 3.3.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan penelusuran dokumentasi. Penggunaan teknik ini selain mengumpulkan data sekaligus melakukan triangulasi untuk uji validasi data. Menurut Sitorus (1998), dengan memadukan sedikit tiga metode, misalnya pengamatan, wawancara dan analisis dokumen, maka satu metode dengan metode yang lain akan saling melengkapi dan menutupi kelemahan sehingga tangkapan atas realitas sosial menjadi lebih valid. Sedangkan kebutuhan data numerik penelitian ini menggunakan kuisioner guna mengumpulkan informasi dari informan dengan menanyakan melalui angket kuisioner atau interview supaya menggambarkan berbagai aspek dari populasi. Untuk mendapatkan data dan informasi untuk kebutuhan studi, maka dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan/teknik sebagai berikut: 1. Wawancara terstruktur, dilakukan dengan mengumpulkan data dari informasi dari komunitas sasaran yang telah ditetapkan; 2. Wawancara mendalam, artinya dimaksudkan untuk mengetahui aspekaspek kualitatif secara lebih mendalam dan komprehensif. Wawancara ini bersifat terbuka dan dilakukan berulang-ulang kali dengan intensitas yang tinggi. Informan dari wawancara mendalam adalah informan kunci; 3. Wawancara terarah atau FGD, yang dilakukan dengan forum komunitas nelayan bersifat umum, dengan tujuan untuk mendorong forum menyampaikan pendapat masing-masing;
52
4. Pengamatan langsung, dimaksudkan adalah mengetahui dan melihat secara langsung berbagai gejala dan perilaku tineliti, serta keberadaan infrastruktur pendukung. Hasil observasi yang merupakan pengamatan peneliti adalah digunakan sebagai dasar klarifikasi dan cross check berbagai informasi dan fenomena yang terungkap, terutama berkaitan dengan kondisi nyata di lapangannya; 5. Kuisioner dengan tujuan untuk mengukur sikap dan persepsi nelayan terhadap seafood savers. Kuisioner dilakukan secara tertutup artinya, jawaban alternatif telah disediakan, kecuali pertanyaan mengenai identitas responden yang bersifat terbuka. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner pengukuran prosentase dengan kategori S (setuju), R (raguragu), TS (tidak setuju); 6. Penelusuran dokumen, dilakukan untuk memperluas dan melengkapi hasil kajian. Data primer diperoleh dengan, wawancara dan pengamatan langsung dan sumbernya diperolah dari informan kunci maupun informan biasa (seperti nelayan, bos, perusahaan, Taman Nasional, DKP Wakatobi, TNC, WWF), dan kajian time line dilakukan untuk mendukung adanya data primer. Data sekunder diperoleh dengan penelusuran dokumentasi dan arsip tertulis, serta referensi studi sebelumnya untuk menguatkan data primer. Untuk memperoleh data sekunder, sebagai acuan untuk dokumentasi dan regulasi, dilaksanakan di WWF Wakatobi, TNC Wakatobi, DKP Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi Seksi I, II dan III, Balai Taman Nasional Wakatobi, Buton, BKSDA Buton, Karantina Buton, BKSDA Bali, Karantina Bali, DKP Propinsi Bali dan di WWF Indonesia di Jakarta, WWF Hong Kong dengan kontak melalui surat elektronik. WWF Indonesia adalah lembaga yang mengkampayekan Seafood Savers perikanan di Indonesia dan diskusi dengan para ahli dalam Seafood Savers perikanan baik dari WWF Indonesia, maupun WWF Internasional. Bantuan untuk mendapatkan data primer, menggunakan alat perekam dan field note. Sedangkan untuk data sekunder, dilakukan dengan menyalin (mengcopy) arsip ataupun dokumen yang relevan sebagai pendukung data primer.
53
3.4.
Teknik Penentuan Informan Pengumpulan data dan informasi dikumpulkan secara sengaja (purposive
sampling) dari masyarakat lokal yang berada di Kepulauan Wakatobi, terutama Pulau Tomia dan Pulau Wangi-Wangi. Purposive sampling salah satu cara yang diambil peneliti untuk memastikan bahwa unsur tertentu dimasukan ke dalam sampel. Unsur tertentu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nelayan maupun kelompok nelayan yang telah dan memiliki hak penangkapan ikan dan berjejaring dengan UD. PMB dengan adanya mekanisme Seafood Savers. Karena itu nelayan yang secara sengaja ditetapkan adalah nelayan yang tinggal di Pulau Wangi-Wangi dan Pulau Tomia yang berjumlah 60-100 orang (Hasil informasi dari WWF Indonesia, Jakarta 30 November 2011). Teknik penentuan informan dalam penelitian kulaitatif ini menggunakan teknik penelusuran (snowball sampling). Dalam teknik ini, penentuan informan awal diperoleh dari hasil pengamatan langsung peneliti. Penentuan informan berikutnya berasal dari informan awal dan selanjutnya. Jumlah informan ditentukan berdasarkan kecukupan dan kejenuhan data dan informasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kuisioner menggunakan sistem simple stratified secara sederhana. Dari setiap komunitas akan diambil 15-25 responden untuk kuisioner, jadi dua pulau 30-50 responden diambil dengan menggunakan prosentase pemahaman dan kesetujuan menetapkan skor disetiap pertanyaan quisioner. 30-50 sampel didapat dari rumus Slovin (Riduwan, 2009), n = N/N.d2+1. Dimana, n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi nelayan, dan d2 adalah presisi yang ditetapkan yaitu 10% (0,1). 3.5.
Analsisi Data Data kualitatif dianalisis dengan prinsip “analisis data kualitatif” yang
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data (Miles dan Huberman, 1992 dalam Sitorus, 1998). Reduksi dalam pengumpulan data meliputi kegiatan: 1). Meringkas data; 2). Mengkode, 3). Menulusur tema; 4). Membuat gugus-gugus; 5). Membuat partisi, dan 5). Menulis memo. Kegiatan ini berlasung mulai penelitian di lapangan sampai pada tahap penulisan laporan. Reduksi data
54
bertujuan untuk membuat analisis yang tajam, terarah, membuang data yang tidak perlu dan pengorganisasian data dengan cara sedemikian rupa hingga sampai pada proses penarikan kesimpulan akhir (Sitorus, 1998: 60). Analisis data juga dilakukan bertujuan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Analisis hubungan antara fakta sosial dinyatakan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
55