47
3 METODE UMUM PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 yang meliputi tahap-tahap : persiapan, pengumpulan data primer/sekunder, dan pengolahan/analisa data. Pengumpulan data primer dilakukan di di sentra-sentra utama usaha perikanan yang berbasis di Laut Arafura seperti Ambon, Tual, Kaimana, dan Merauke. Secara geografis WPP Laut Arafura berada di wilayah perairan provinsi Papua Tengah, Papua Timur dan sebagian kecil Maluku (Gambar 21).
132o
136o
140o
0o
4o
8o
Gambar 21 Peta pulau Papua dan sebagian Maluku (WPP Arafura)
48
3.2 Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian adalah sebagai berikut : 1. Review terhadap dimensi dan komponen keberlanjutan perikanan melalui studi literatur dan analisis. 2. Mengevaluasi status keberlanjutan perikanan di lokasi penelitian. 3. Membandingkan keberlanjutan berdasarkan jenis alat tangkap sebagai dasar pengembangan industri perikanan tangkap terpadu. 4. Melakukan optimasi sistem pengelolaan yang berkelanjutan terhadap industri perikanan tangkap terpadu di lokasi penelitian. 5. Merumuskan sistem pengelolaan industri perikanan tangkap terpadu melalui mekanisme pengalokasian izin perikanan.
Lingkup sasaran penelitian adalah usaha perikanan tangkap skala industri di WPP Laut Arafura yaitu dengan batasan definisi usaha perikanan tangkap yang menggunakan kapal berukuran diatas 30 GT atau mendapatkan izin perikanan dari Pemerintah.
Adapun tahapan kegiatan penelitian meliputi pembuatan dan
penyempurnaan
proposal,
pembuatan
kuesioner,
organisasi
pembiayaan,
pengumpulan data, pengolahan data, penulisan draft laporan, seminar, dan penulisan laporan akhir. Selain pengumpulan data di lapangan, seluruh kegiatan dilakukan di Bogor.
3.3 Kerangka Metodologi Kerangka metodologi penelitian sebagaimana diuraikan pada Gambar 22 yang meliputi analisis keberlanjutan perikanan secara multidimensional serta analisis optimasi usaha atau industri penangkapan berbasis alat tangkap. Selanjutnya diidentifikasi sistem pengelolaan industri perikanan tangkap yang berkelanjutan.
49
Mulai
Tujuan Penelitian
Deskripsi Umum Kondisi Lokasi Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Aspek ekologi (dan stok)
Aspek ekonomi
Aspek sosial
Aspek teknologi
Pengolahan dan Analisis Data
DESKRIPTIF
Skoring atribut
RAPFISH
Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap
Alat Tangkap Berkelanjutan
Atribut-atibut Sensitif
OPTIMASI
Alokasi optimal alat tangkap prioritas Pengalokasian Unit Penangkapan Ikan
Implementasi Sistem Pengelolaan Industri Perikanan Tangkap Terpadu
Selesai
Gambar 22 Kerangka metodologi penelitian
Aspek etika
50
3.4 Metodologi 3.4.1 Analisis RAPFISH Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi (menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur) dengan Multi-Dimensional Scaling (MDS) yaitu teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multidimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah.
Dimensi dalam Rapfish menyangkut aspek
keberlanjutan dari ekologi, ekonomi, teknologi, sosial, dan etik. Dimensi dan atribut yang digunakan mengacu kepada Pitcher dan Preikshot (2001), dalam penelitian ini sedikit dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian dan kondisi lapangan (Tabel 9). Prosedur analisis Rapfish dimulai dengan me-review atribut dan mendefinisikan/mengelompokkan perikanan yang akan dianalisis, penelitian ini mendefinisikan perikanan berdasarkan alat penangkap ikan di WPP Laut Arafura. Hal ini dilakukan dengan menganalisis alat tangkap yang dominan berdasarkan data sekunder. Tahap selanjutnya adalah skoring terhadap atribut yang diperoleh, yang didasarkan pada ketentuan yang sudah ditetapkan Rapfish.
Setelah itu
dilakukan MDS untuk menentukan posisi relatif dari perikanan terhadap ordinasi good dan bad. Selanjutnya, analisis Monte Carlo dan Leverage dilakukan untuk menentukan aspek ketidakpastian dan anomali dari atribut yang dianalisis. Proses ini dilakukan dengan bantuan Aplikasi MS Excel. Tabel 9 Dimensi dan atribut dalam analisis RAPFISH Dimensi Ekologi
Ekonomi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Atribut Status eksploitasi Keragaman rekrutmen Jarak migrasi Tingkatan kolaps Ukuran ikan tangkapan Tangkapan pra-maturity Discarded by catch Spesies tangkapan Kontribusi pada PNBP Gaji atau upah rata-rata
11 12 13
Pembatasan masuk Sifat pemasaran Pendapatan lain
14
Ketenagakerjaan
Kriteria Under exploited s/d kolaps Nilai koefisien keragaman Jumlah yurisdiksi terkait daur hidup Pengurangan lokasi area tangkap Perubahan selama 5 tahun terakhir Proporsi terhadap hasil tangkapan Proporsi terhadap target hasil tangkapan Jumlah spesies termasuk by-catch Rendah s/d tinggi Perbandingan gaji nelayan terhadap lain pekerja Open access s/d banyak Kuota s/d ’share’ Penangkapan dilakukan sambilan s/d fulltime Proporsi aktivitas ini terhadap lain perikanan
51
Tabel 9 (lanjutan) Dimensi
Sosial
Teknologi
Etika
No 15
Kepemilikan
Atribut
Kriteria Profit perikanan terutama untuk lokal s/d asing Lokal s/d asing Tidak ada s/d penuh Rendah s/d tinggi
16 17 18 19
Pasar utama Subsidi Konsumsi BBM Sosialisasi penangkapan
20
Pendatang baru
Proporsi selama 10 tahun terakhir
21
Sektor penangkapan
Proporsi RTP nelayan dalam komunitas
22
Pengetahuan lingkungan
Tidak tahu s/d banyak mengetahui
23
Tingkat pendidikan
Terhadap rata-rata penduduk
24
Status konflik
Keberadaan konflik dengan perikanan/sektor lain
25
Keterlibatan tenaga kerja lokal
Rendah s/d tinggi
26
Pengaruh nelayan
Terhadap regulasi aktual
27
Pendapatan penangkapan
Proporsi terhadap total pendapatan keluarga
28
Partisipasi keluarga
Adanya anggota keluarga menjual atau memproses hasil tangkapan
29
Lama trip
Rata-rata hari setiap trip
30
Penyebarannya
31
Tempat pendaratan (pelabuhan perikanan) Pengolahan pra-jual
32
Penanganan di kapal
Teknologi yang digunakan
33
Selektivitas alat tangkap
Tingkat selektivitas dan upaya peningkatannya
34
Ada tidaknya FADs
35
Penggunaan FADs (fish attracting devices) Ukuran kapal
36
Perubahan daya tangkap
Perubahan selama 5 tahun terakhir
37
Efek samping alat tangkap
Tidak ada efek s/d efek merusak
38
Keterpautan historis dan/atau geografis
Kedekatan dan keterkaitan
39
Pilihan perikanan
Keberadaan pilihan kegiatan perikanan
40
Kesetaraan berkegiatan Ketepatan/keadilan pengelolaan
Pertimbangan basis tradisi atau historis
41 42
Mitigasi-Destruksi habitat
Tingkat mitigasi dan destruksi
43
Mitigasi-deplesi ekosistem
Tingkat mitigasi dan deplesi
44
Penangkapan yang melanggar aturan
Keberadaan pelaggaran kegiatan perikanan
45
Buangan dan limbah
Keberadan buangan/limbah
Target sosialisasi
Keberadaan pengolahan pra-jual
Rata-rata panjang kapal
Pola pengelolaan dengan keterlibatan masyarakat
Sumber : Pitcher and Preikshot (2001) dimodifikasi
Menurut Fauzi dan Anna (2005), teknik ordinasi (penentuan jarak) di dalam MDS didasarkan pada Euclidian Distance yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut :
52
d =
√ ( │x 1 – x 2 │2 + │y1 – y2 │2 + │z1 – z2│2 + …. )
….
(1)
Konfigurasi atau ordinasi dari suatu obyek atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian ( d ij ) dari titik i ke titik j dengan titik asal ( δ ij ) sebagaimana persamaan berikut :
d ij = α + β δ ij + ε ………………………………….... (2) Selanjutnya menurut Alder et. al. (2000) dalam Fauzi dan Anna (2005) untuk meregresikan persamaan (2) digunakan algrotima ALSCAL.
Metode
ALSCAL mengoptimisasi jarak kuadrat (squared distance = d ijk ) terhadap data kuadrat (titik asal = o ijk ), yang dalam tiga dimensi (i,j,k) ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut :
.…….....
(3)
dimana jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot, atau ditulis :
………..….…
(4)
Untuk mengukur kondisi fit (goodness of fit), jarak titik pendugaan dengan titik asal menjadi sangat penting. Godness of fit dalam MDS tidak lain adalah mengukur seberapa tepat (how well) konfigurasi dari suatu titik dapat mencerminkan data aslinya.
Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari
besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S di atas. Nilai stress yang rendah menunjukkan good fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Dalam Rapfish, model yang baik ditunjukkan nilai stress yang lebih kecil dari 0,25 ( S < 0,25).
53
3.4.2 Analisis optimasi perikanan tangkap terpadu Analisis
optimasi
perikanan
tangkap
terpadu
dilakukan
dengan
menggunakan linear goal programming (LGP) yaitu teknis yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan optimum dari suatu kegiatan dengan tujuan ganda. Menurut Stevenson (1989), goal programming meupakan variasi dari model linear programming yang digunakan untuk menangani masalah yang mempunyai banyak sasaran. Model linear goal programming merupakan perluasan dari model linear programming yang ditambah dengan sepasang variabel deviasional yang akan muncul pada fungsi tujuan dan fungsi kendala tujuan (goal constraint). Fungsi variabel deviasional adalah menampung penyimpangan atau deviasi yang akan terjadi pada nilai ruas kiri suatu persamaan kendala terhadap nilai ruas kanannya. Dalam penelitian ini, model linear goal programming digunakan untuk menentukan alokasi unit penangkapan untuk komoditi atau jenis sumberdaya ikan.
Faktor atau variabel yang diperhatikan antara lain adalah ketersediaan
sumberdaya ikan. Mengacu kepada Haluan et al (2004), Siswanto (1990), dan Muslich (1993), model LGP untuk penentuan alokasi optimum dari berbagai alat tangkap yang digunakan pada suatu lokasi adalah : Fungsi tujuan : Z = ∑ ( DBi + DAi ) ...............................................................
(5)
Fungsi pembatas : DB 1 – DA1 + a 11 x 1 + a 12 x 2 + ...... + a 1n x n = b 1
.............................
(6)
DB 2 – DA2 + a 21 x 1 + a 22 x 2 + ...... + a 2n x n = b 2
.............................
(7)
DB m – DAm + a m1 x 1 + a m2 x 2 + ...... + a mn x n = b m
......................
(8)
dimana : Z = total deviasi yang akan diminumumkan. Total deviasi merupakan penjumlahan dari deviasi fungsi pembatas ke-1 sampai ke-m.
54
DB i = deviasi bawah pembatas ke-i DAi = deviasi atas pembatas ke-i b i = kapasitas/ketersediaan pembatas ke-i a ij = parameter fungsi pembatas ke-i pada variabel keputusan ke-j Pembatas ke-i = potensi sumberdaya ikan, dan lain-lain x j = variabel putusan ke-j (jumlah dan alat tangkap) x j , DAi , DB i > 0, untuk i = 1, 2, ...., m; dan j = 1, 2, ...., n
3.4.3 Pendekatan sistemik industri perikanan tangkap terpadu Pendekatan sistem adalah suatu metodologi pemecahan persoalan yang terdiri dari : (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi masalah (3) formulasi permasalahan, (4) pembentukan alternatif sistem, (5) determinasi dari realisasi fisik, sosial, dan politik, dan (6) penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Langkah ke-1 sampai ke-6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisis sistem (Eriyatno, 1998). Gambar 23 memperlihatkan tahapan dari analisis sistem sebagaimana disebutkan. Analisis sistem antara lain mencakup : 1) analisis kebutuhan aktor yang terlibat dalam sistem pengelolaan industri perikanan tangkap terpadu, misalnya : Pemerintah (Pusat dan Daerah), pelaku usaha (nelayan, pemilik kapal, pengolah, pemasar ikan), masyarakat dan lain-lain.
Analisis kebutuhan diperoleh melalui
wawancara langsung responden yang mewakili masing-masing aktor. 2) identifikasi dan formulasi permasalahan yang mencakup pengelolaan perikanan optimal berkelanjutan.
Identifikasi dilakukan berdasarkan
wawancara langsung dan data sekunder. 3) pembentukan alternatif sistem. Sistem direpresentasikan melalui diagram input-output dan diagram umpan balik yang menggambarkan seluruh komponen sistem pengelolaan perikanan yang diteliti termasuk hubungan antar elemen didalamnya serta batasan-batasan yang digunakan.
55
Kebutuhan Dasar
Analsis Kebutuhan
Tidak
absah ? lengkap ?
Ya Pernyataan kebutuhan
Formulasi permasalahan
Tidak cukup ?
Ya Identifikasi Sistem Diagram Lingkar Diagram Kotak Gelap
Tidak Lengkap ?
Ya INPUT-OUTPUT parameter rancang bangun
Rekayasa Awal Model
Tidak
OK ?
Ya Diagram Alir Deskriptif
Gambar 23 Tahap dalam pendekatan/analisis sistem
Selanjutnya menurut Eriyatno (1998) dalam transformasi input menjadi output sistem, elemen atau entity dari suastu sistem perlu dibedakan dari subsistem yang membangunnya. Subsistem dibangun oleh bagian-bagian dari sistem yang masih berhubungan satu dengan yang lainnya pada tingkat resolusi tertinggi, sedangkan elemen dari suatu sistem adalah bagian sistem yang terpisah pada tingkat resolusi yang rendah. Masing-masing subsistem saling berinteaksi
56
untuk mencapai tujuan sistem. Interaksi antar beberapa subsistem terjadi karena output dari suatu sistem dapat menjadi input sistem lain. Proses transformasi yang dilakukan oleh suatu elemen dari suatu sistem dapat disajikan dalam bentuk matematik, operasi logic, dan proses operasi yang dalam ilmu sistem dikenal dengan konsep kotak gelap (black box). Gambar 24 mengilustrasikan diagram input-output atau kotak gelap.
Input lingkungan
Input terkontrol
Output dikehendaki SISTEM
Input tidak terkontrol
Output tidak dikehendaki
MANAJEMEN PENGENDALIAN
Gambar 24 Diagram input-output sistem
3.5 Data dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam analisis status keberlanjutan mencakup atribut (indikator-indikator) dari beberapa dimensi keberlanjutan mengacu kepada Pitcher dan Preikshot (2001) yang telah dimodifikasi. Indikator keberlanjutan perikanan tersebut berjumlah 45 dari 5 dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan etika. Jenis data yang diperlukan antara lain data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data untuk RAPFISH antara lain melalui : studi literatur, survey/pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan responden menggunakan kuesioner, dan analisis data primer dan sekunder.