3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pulau Pasi, Kabupaten Kepulauan Selayar dari bulan April sampai Mei 2010. Dari sudut pandang geografi, Kabupaten Kepulauan Selayar berada diujung paling selatan Sulawesi Selatan. Daerah ini dikenal dengan sebutan Kabupaten Maritim yang memiliki banyak gugusan pulau-pulau dengan posisi sekitar 5042’ – 7035’ Lintang Selatan dan 1200 15’ – 1220 30’ Bujur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba di sebelah Utara, Laut Flores di sebelah Timur, Laut Flores dan Selat Makassar di sebelah Barat dan Propinsi Nusa Tenggara Timur di sebelah Selatan. Dengan banyaknya gugusan pulau yang ada ± 123 buah, wilayah ini dijadikan salah satu andalan untuk menghasilkan komoditas unggulan yang berasal dari laut. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Penelitian dilakukan pada 5 stasiun pengamatan selama 1 bulan. Stasiun I (Dermaga) di tanjung sebelah utara pulau Pasi dan berada disekitar pemukiman (Dusun Gusung Timur). Terumbu karang seluas ± 100 m2 hidup berdampingan dengan lamun pada kedalaman 1-3 m sehingga didapati beberapa puing karang mati di dalam komunitas lamun. Pada perairan ini juga terdapat KJA (Keramba Jaring Apung) dan KJT (Keramba Jaring Tancap) yang dibuat nelayan untuk memelihara ikan. Stasiun II di perairan Dusun Gusung Barat yang berdekatan dengan Dusun Gusung Lenguk. Perairan ini merupakan jalur transportasi laut baik bagi nelayan maupun bagi masyarakat. Perairan ini sangat landai sehingga hamparan lamunnya mencapai ± 1 km dari pantai kearah laut dengan kedalaman mencapai 2.5 m. Hamparan terumbu karang yang cukup luas ditemukan pada kedalaman ± 3 m setelah komunitas lamun tersebut. Di perairan ini juga ditemukan beberapa pohon mangrove. Terdapat lebih dari 7 buah Sero (Penjebak ikan) yang semuanya tersebar pada perairan Dusun Gusung Barat dan Dusun Gusung Lenguk. Stasiun III di sebelah timur Dusun Gusung Barat atau di sebelah selatan Stasiun I (Darmaga). Perairan ini memiliki pesisir yang tidak berpenghuni dan terdapat Ekosistem mangrove yang cukup luas.
22
Stasiun IV Memiliki Perairan yang berombak dan tidak berpenghuni. Di pesisirnya banyak terdapat batu karang besar. Diperairan ini tidak terdapat KJA, KJT dan Sero disebabkan perairannya dalam dan berombak. Aktivitas masyarakat pun tergolong sedikit. Stasiun V berada di sebelah Selatan Pulau Pasi dan merupakan Zona Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar. Perairan ini memiliki pantai yang terdiri dari pasir putih halus dan batu-batu karang besar yang menghiasi perairan ini dan memiliki hamparan terumbu karang yang sangat. Gambar habitat masing-masing stasiun dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan terumbu karang, lamun, alkohol 70% dan formalin 10%, Alat yang digunakan meliputi: perahu, mini trawl, peralatan skindiving (masker selam, snorkel, fin), rol meter, tali nylon, rangka kuadrat, timbangan, papan pengukur panjang ikan, termometer, refraktometer, pH-meter, DO-meter, Turbidimeter, current meter, scalpel dan pinset.
3.3 Prosedur Penelitian Pengambilan contoh lamun untuk identifikasi jenis dilakukan satu kali di setiap stasiun penelitian setelah dilakukan pengukuran terhadap persen penutupan dan kerapatan tegakan. Pengambilan contoh ikan dilakukan sebanyak satu kali masing-masing pada siang dan malam hari di setiap stasiun penelitian. Sementara kualitas air yang diukur di lapangan diambil bersamaan dengan pengambilan contoh ikan. 3.3.1 Struktur Komunitas Lamun Gambaran sebaran, penutupan, kerapatan diperoleh dengan metode transek linear kuadrat (Harrison in Phillips & McRoy 1990; English et al. 1994). Pada masing-masing stasiun ditetapkan tiga buah garis transek yang tegak lurus terhadap garis pantai sejauh 150 m ke arah laut tergantung dari luasan padang lamun. Jarak antar transek sejauh 50 m. Masing-masing transek terdiri dari empat kuadrat.
2 050 00
21000 0
2 150 00
22 000 0
P e ta L oka si P en eliti an P u la u P as i K a b. Se l aya r
BT S e la y a r
0 0 0 5 2 3 9
BO NT O H A R U Tg. G o son g
I
N
9 3 2 5 0 0 0
G os on g T im u r
II
0
2
Km
Ba ta s KK L D Su n ga i G ar is P a n t a i D a ra ta n Se la y a r
III P u la u G u s u ng
Ba n gk a k a
B T Ba la
0 0 0 0 2 3 9
9 3 2 0 0 0 0
# P . P as i Y
Ka h uk a hu Le b o M a h a r ata
S
Keter a ng an :
IV
Tg . P a p a la
E
Ska la 1 : 1 00 .0 00 2
G us un g L e n gg u
T g . L a b ul a
W
Tut u pan la han/tipe s ub st rat : Ka r an g C a m p u r Pa s ir Ke b un La m u n C a m pu r P as ir M a n g r ov e Pa s ir Pe m uk im a n Te g a l/L a da n g Te ru m b u K ar a n g
Pe ta Insert :
Bo n tos in g gu Ta n a b an P o ccam b a
0 0 0 5 1 3 9
9 3 1 5 0 0 0
D o ng ka l a
V
Le m b a g ia
2 050 00
21000 0
2 150 00
Stasiun I Stasiun III Stasiun V
Stasiun II Stasiun IV
22 000 0
Gambar 3 Lokasi Penelitian (Sumber: dimodifikasi dari Bakosurtanal 1993, Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Selayar Perairan Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar.
24
Pengamatan lamun dilakukan pada luasan kuadrat berukuran 50 x 50 cm2 (yang terbagi lagi dalam grid berukuran 10 cm2 ) dengan interval plot kuadrat berjarak 20 m disepanjang garis transek (Gambar 4) dan pengambilan sampel lamun dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 4 Skema pengamatan lamun. Seluruh bagian lamun (daun, batang dan akar/rizoma) pada setiap stasiun penelitian dipanen sebagai contoh, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Di laboratorium, contoh tersebut dibersihkan dan disortir menurut jenis untuk dilakukan identifikasi. Identifikasi jenis lamun dilakukan menurut Den Hartog (1970), Phillips & Menẽz (1988), Tomascik et al. (1997) dan Lenyon (1986). Persentase penutupan lamun (jenis atau populasi) didasarkan pada kuadrat dengan menggunakan kategori pertumbuhan menurut Saito & Atobe (1970) in English et al. (1994). 3.3.2 Struktur komunitas ikan Contoh ikan diambil dengan menggunakan 1 set mini trawl dengan (ukuran panjang 5-7 m). Pengamatan ikan juga dilakukan dengan cara snorkling. Ikan ditangkap dengan mini trawl sebanyak satu kali di masing-masing stasiun pada siang dan malam hari di hamparan lamun mulai dari garis pantai ke arah laut (Lampiran 3).
25
Contoh ikan yang tertangkap setelah disortir segera dimasukkan ke dalam larutan formalin 10%. Kemudian contoh ikan diidentifikasi, dihitung jumlahnya, diukur panjangnya (cm) dan ditimbang beratnya (g). Identifikasi jenis ikan dilakukan menurut Munro (1967), FAO (1974), Sawada (1980) Kuiter & Tonozuka (2001). 3.3.3 Parameter Fisika-Kimia Perairan Gambaran kondisi perairan dilakukan meliputi parameter fisika dan kimia perairan seperti tampak pada Tabel 3. Tabel 3 Parameter Fisika-Kimia dan substrat perairan Parameter
Satuan
Kedalaman Kecerahan Kekeruhan Kecepatan arus Suhu Salinitas Oksigen terlarut pH Substrat
cm cm NTU m/s °C %o mg/l -
Metode dan Alat
Pengambilan
Tongkat ukur
In situ
Keping Secchi Turbidimeter Bola ukur (currentmeter) Termometer Refraktometer DO-meter pH-meter Ekman Grab
In situ In situ In situ in situ In situ In situ In situ In situ
3.4 Analisis Data 3.4.1 Struktur komunitas lamun Untuk mengetahui kondisi padang lamun tersebut, dilakukan pengolahan data. Analisis yang dilakukan adalah menghitung komposisi jenis lamun, menghitung frekwensi jenis dan frekwensi relatif, menghitung kerapatan jenis dan kerapatan relatif, menghitung penutupan jenis dan penutupan relatif dan untuk menduga keseluruhan dari peranan suatu jenis lamun dilakukan perhitungan indeks nilai penting. a. Komposisi Jenis Untuk mengetahui komposisi jenis dilakukan dengan membandingkan antara jumlah individu masing-masing jenis dengan jumlah total individu jenis lamun yang ditemukan.
26
b. Frekwensi dan Frekwensi Relatif -
Frekwensi Jenis (Fi) lamun menggambarkan peluang suatu jenis ditemukan dalam titik sampel yang diamati. Perhitungan frekwensi jenis lamun mengacu pada Fachrul (2007), sebagai berikut:
Fi
Pi Pi
Keterangan:
-
Fi
= Frekwensi jenis ke-i
Pi
= Jumlah petak sampel tempat ditemukan jenis ke-i
Pi
= Jumlah total petak sampel yang diamati
Frekwensi relatif (FR), yaitu perbandingan antara frekwensi jenis ke-i (Fi) dan jumlah frekwensi untuk seluruh jenis (Fachrul 2007), sebagai berikut:
FR
Fi Fi
Keterangan: FR
= Frekwensi Relatif
Fi
= Frekwensi jenis ke-i
Fi
= Jumlah frekwensi untuk seluruh jenis
c. Kerapatan -
Kerapatan Jenis (Ki), yaitu jumlah total individu jenis dalam suatu unit area yang diukur. Kerapatan jenis lamun dihitung dengan mengacu pada Fachrul (2007), sebagai berikut: Ki
ni A
Keterangan:
-
Ki
= Kerapatan jenis ke-i
Ni
= Jumlah total individu dari jenis ke-i
A
= Luas area total pengambilan sampel (m2)
Kerapatan Relatif (KR), yaitu perbandingan antara jumlah individu jenis dan jumlah total individu semua jenis (Fachrul 2007), sebagai berikut:
27
KR
ni ni
Keterangan: KRi
= Kerapatan Relatif ke-i
ni
= Jumlah individu spesies ke-i
ni
= Jumlah total individu semua jenis
d. Penutupan -
Penutupan Jenis (Pi), yaitu luas area yang ditutupi oleh jenis lamun. Penutupan jenis lamun dapat dihitung menggunakan metode Saito and Atobe (English et al. 1997), dengan rumus:
C
( Mi fi) f
Keterangan: C
= Penutupan jenis lamun ke-i (%)
Mi
= Nilai tengah kelas ke-i
F
= Frekwensi (jumlah sub kuadrat yang memiliki nilai tengah yang sama)
-
Penutupan Relatif (PR), yaitu perbandingan antara penutupan individu jenis ke-i dan total penutupan seluruh jenis. Penutupan relatif lamun dapat dihitung dengan rumus: Penutupan jenis ke-i PRi = Penutupan seluruh jenis
e. Indeks Nilai Penting Indeks Nilai Penting (INP) (Brower et al. 1990), digunakan untuk menghitung dan menduga keseluruhan dari peranan jenis lamun didalam suatu komunitas. Semakin tinggi nilai INP suatu jenis relatif terhadap jenis lainnya, semakin tinggi peranan jenis pada komunitas tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung INP adalah:
28
INP = FR + KR + PR Keterangan: INP
= Indeks Nilai Penting
FR
= Frekwensi Relatif
KR
= Kerapatan Relatif
PR
= Penutupan Relatif
3.4.2 Struktur komunitas ikan Data ikan yang diperoleh terdiri dari jumlah individu dan bobot basah dengan fokus analisis didasarkan pada jumlah individu. Dan untuk mengetahui struktur komunitas ikan dilakukan perhitungan dengan menggunakan beberapa indeks sebagai berikut: a. Keanekaragaman jenis Keanekaragaman jenis menyatakan banyaknya jenis (number of spesies) dan banyaknya pembagian atau penyebaran individu dalam tiap jenisnya. Untuk menyatakan keanekaragaman jenis di dalam komunitas, maka salah satu cara yang paling umum untuk penelitian ekologis kelautan adalah dengan
indeks
kekayaan jenis/keragaman (richness) Shannon-Wiener
(Krebs 1989; Brower et al. 1990; Kennish 1990). S
S
(n / N) log (n / N) p log
Indeks Shannon-Wiener : (H' )
i
2
i
i 1
i
2
pi
i1
Keterangan: ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu Pi = proporsi jumlah individu jenis ke-i dari jumlah total Individu = ni/N s = jumlah jenis b. Keseragaman jenis Keseragaman jenis yaitu komposisi individu tiap spesies yang terdapat dalam komunitas (Krebs 1989). Keseragaman jenis didapat dengan membandingkan indeks keanekaragaman dengan nilai maksimumnya, yaitu :
29
Indeks keseragaman jenis (E) : E = H’ / Hmax Keterangan: H'
= indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Hmax = Log2 S = indeks keanekaragaman maksimum S
= jumlah jenis
c. Dominansi jenis Indeks dominansi jenis digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis organisme yang mendominasi suatu komunitas pada tiap habitat. Sebab dalam suatu komunitas tidak semua jenis organisme mempunyai peran yang sama pentingnya dalam menentukan alam dan gawai pada komunitas tersebut. Hanya ada sedikit jenis saja yang merupakan pengendali utama (Krebs 1989; Odum 1971). Dominansi jenis menggunakan rumus: S
Indeks dominansi Simpson (C): C
(n i 1
S 2
i
/ N ) pi
2
i 1
Keterangan: ni = jumlah individu jenis ke-i N = total nilai kepentingan Nilai indeks dominansi Simpson berkisar antara 0 - 1 , dengan kriteria sebagai berikut: C = ~ 0,
berarti didalam komunitas tidak ada jenis yang dominan atau komunitas berada dalam keadaan stabil.
C = ~ 1,
berarti didalam komunitas ada dominasi dari jenis tertentu atau komunitas berada dalam keadaan tidak stabil.
d. Kesamaan jenis Jaccard (similaritas) Indeks kesamaan jenis ini digunakan untuk mendeterminasi perubahan komunitas menurut ruang dan waktu, yaitu untuk mencari kesamaan antar lokasi atau waktu berdasarkan komunitas spesies yang menyusunnya. Dengan kriteria (Maguran 1987):
30
1=
Memiliki kesamaan yang lengkap dimana suatu spesies dengan spesies lainnya identik
0 = Tidak memiliki spesies yang sama Indeks Jaccard (Cj): Cj
j (a b j)
Keterangan: J = jumlah jenis yang terdapat dalam sampel A dan sampel B a = jumlah jenis yang terdapat dalam sampel A, tidak dalam sampel B b = jumlah jenis yang terdapat dalam sampel B, tidak dalam sampel A 3.4.3 Ekologi komunitas ikan dan lamun Untuk menentukan distribusi spasial-temporal karakteristik biofisik perairan pada setiap stasiun pengamatan dilakukan dengan cara mendeskripsikan parameter-parameter kualitas air dengan stasiun penelitian. Hubungan interaksi ikan dengan habitatnya dan lamun dengan stasiun penelitian maka ditelusuri dengan
menggunakan
Analisis
Faktorial
Koresponden
(AFK)
atau
Corresponden Analysis (CA) (Legendre L & Legendre P 1983; Bengen 1998). Dari hasil Analisis factorial Koresponden diatas dengan menggabungkan hasilnya maka, distribusi ikan terhadap kelimpahan lamun dapat dievalusi.